Liberalisme Intitusional
Aliran liberalisme ini mengambil pemikiran terdahulu tentang efek manfaat internasional. Institusi
internasional menurut kaum liberal adalah suatu organisasi internasional, seperti NATO atau Uni
Eropa : atau merupakan seperangkat aturan yang mengatur tindakan Negara dalam bidang tertentu
seperti penerbangan atau pengapalan. Atau bisa disebut “rejim” seringkali keduanya bersamaan:
rejim perdagangan contoh WTO. Ada juga rejim tanpa organisasi formal: sebagai contoh,
konferensi hukum laut yang diselenggarakan di bawah pengawasan PBB tidak memiliki
organisasi internasional yang formal
Kaum liberal intitusional menyatakan bahwa institusi internasioanal menolong memajukan
kerjasama di antara Negara Negara.
Penelitian terhadapa institusi internasional pada saat ini memiliki dua tujuan utama : pertama ada
upaya mengumpulkan lebih banyak data dari keberdaaan rejim dalam berbagai macam bidang isu
hubungan internasional. Kedua sejumlah teoritis membutuhkan studi lebih lanjut.
Salah satu cara menilai pandangan kaum liberal institusional adalah dengan menempatkannya
dengan bertentangan dengan analisis kaum neorealis. Kaum neorealis berpendapat bahwa akhir
perang dingin kemungkinan besar membawa ketidakstabilan ke erpoa barat yang dapat mengarah
ke perang besar.
Perdamaian di eropa barat selam perang dingin bertumpu pada dua pilar yang memebentuk
perimbangan kekuatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dua pilar tersebut yaitu : pertama ,
bipolaritas dengan distibusi kekuatan militernya yang stabil, dan kedua gudang senjata nuklir
yang besar yang hamper seluruhnya dimonopoli oleh superpower. Dengan kebangkitan
multipolaritas , bagaimanapun juga ketidakstabilan dan ketidakamanan semaikn meningkat. Akar
dari semua ini adalah struktur system internasional yang anarkis. Menrut realis John mearsheimer,
“ anarki memiliki dua konsekuensi yang mendasar . pertama ada sedikit ruang kerpcayaan di
antara Negara Negara …. Kedua masing masing Negara harus menjamin kelangsungan hidupnya
sendiri sejak tidak adanya actor lain yang memberikan keamanannya” (mearsheimer 1991: 148)
Liberalisme institusional : peran institusi adalah menyediakan aliran informasi dan kesempatan
bermegosiasi, meningkatkan kemampuan pemerintah memonitor kekuatan lain dan
mengimplementsikan komitmennya sendiri, oleh karena itu kemampuannya membuat komitmen
yang dapat dipercaya berda pada urutan pertama, dan yang terakhir memperkuat harapan yang
muncul tentang keslidan dan kesepaktang internasional.(Keohane 1989a: a)
Secara umum liberlisme institusional dapat diringkas sebagai berikut. Intitusional membantu
memajukan kerjasam antara Negara Negara , oleh karena itu membantu mengurangi
ketidakpercayaan antarnegara Negara dan rasa takut Negara satu sama lain yang dianggap menjadi
masalah tradisional ynag dikaitkan dengan anarki internasional. Peran positif institusi intrnasional
dalam meajukan kerjasama antar Negara berlanjut menjadi permasalahan bagi kaum realis.
Uni Eropa (disingkat UE) adalah organisasi antar-pemerintahan dan supra-nasional, yang
beranggotakan negara-negara Eropa. Sejak 1 Juli 2013 telah memiliki 28 negara anggota.
Persatuan ini didirikan atas nama tersebut di bawah Perjanjian Uni Eropa (yang lebih dikenal
dengan Perjanjian Maastricht) pada 1992. Namun, banyak aspek dari EU timbul sebelum tanggal
tersebut melalui organisasi sebelumnya, kembali ke tahun 1950-an.
Organisasi internasional ini bekerja melalui gabungan sistem supranasional dan
antarpemerintahan. Di beberapa bidang, keputusan-keputusan ditetapkan melalui musyawarah dan
mufakat di antara negara-negara anggota, dan di bidang-bidang lainnya lembaga-lembaga organ
yang bersifat supranasional menjalankan tanggung jawabnya tanpa perlu persetujuan anggota-
anggotanya. Lembaga organ penting di dalam UE adalah Komisi Eropa, Dewan Uni Eropa,
Dewan Eropa, Mahkamah Eropa, dan Bank Sentral Eropa. Di samping itu, terdapat pula Parlemen
Eropa yang anggota-anggotanya dipilih langsung oleh warga negara anggota.
Pada tanggal 12 Oktober 2012, Uni Eropa ditetapkan sebagai penerima Penghargaan Perdamaian
Nobel tahun 2012.
Parlemen Eropa berunding di Brusel, Belgia dan (beberapa kali setahun) di Strasbourg (Perancis).
Parlemen Eropa dipilih secara langsung oleh penduduknya.
Lalu, liberalisme institusional dimana negara menciptakan organisasi-organisasi internasional
demi memajukan kepentingan negaranya sendiri. Seperti NATO atau Uni Eropa. Kaum liberal
institusional menyatakan bahwa institusi internasional menolong memajukan kerjasama diantara
negara-negara. sehingga membantu mengurangi ketidakpercayaan antar negara-negara dan rasa
takut negara satu sama lain yang dianggap menjadi masalah tradisional yang dikaitkan dengan
anarki internasional (Jackson & Sorensen, 2009: 158).
LIBERALISME INSTITUSIONAL
Kaum liberalis mendefinisikan institusi internasional itu sendiri sebagai suatu organisasi
internasional, seperti NATO atau Uni Eropa; atau merupakan seperengkat aturan yang mengatur
tindakan negara dalam bidang tertentu, seperti penerbangan atau pengapalan (Jackson dan
Sorensen 2009, 154). Mereka menganalogikan institusi dalam perwujudan ‘hutan’ menjadi ‘kebun
binatang’.
Kaum liberalisme ini menyatakan bahwa dengan adanya institusi internasional dapat
memajukan kerjasama antar negara. Seperti yang dikatakan Dugis (2013), institusi internasional
dibuat dalam rangka tujuan menampung kepentingan-kepentingan setiap negara. Institusi dibuat
karena adanya keraguan dan ketidakpercayaan disetiap negara. Sehingga, institusi tersebut
demikian membantu mengurangi rasa takut negara anggota satu sama lain. Tidak hanya bertujuan
mengurangi rasa takut diantara negara, institusi ini menyediakan rasa kesinambungan serta
perasaan stabilitas bangi setiap negara anggota. Dengan adanya kesinambungan serta kestabilan
tersebut dapat memajukan kerjasama dan mendapatkan keuntungan timbal balik.
Kesimpulannya, perdebatan pertama HI diisi dengan masalah substansial antara liberalisme dan
realisme. Perdebatan ini dimenangkan oleh kaum realis. Perdebatan kedua lebih kepada masalah
metodologi yang melibatkan kaum tradisional melawan kaum behavioralisme. Perdebatan ini
tidak memunculkan pemenang. Sedangkan perdebatan ketiga memunculkan paradigma baru dari
Neo-Marxis, Neoliberalisme dan Neorealisme. Perdebatan ketiga ini membuat disiplin HI semakin
rumit. Karena tidak hanya membahas isu-isu politik, namun juga menuju isu-isu yanng
berhubungan dengan ekonomi.