25
Puti Ranti Rahmiani Jean panca DAMPAK E-COMMERCE DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA KOTA BANDUNG

Dampak e commerce dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak

Embed Size (px)

Citation preview

Puti Ranti Rahmiani

Jean

panca

DAMPAK E-COMMERCE DAN

PEMERIKSAAN PAJAK

TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

PADA KPP PRATAMA KOTA

BANDUNG

BAB I .

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yangsangat penting dan potensial. Undang undangpajak, sebagai bagian dari hukum di Indonesia yangmengikat warga negaranya merupakan elemenpenting dalam menunjang pembangunan ekonomi(Tjahyono dan Husein, 2001:2). Pemerintah Indonesiadalam membiayai pembangunan mempunyai 3sumber penerimaan pokok yaitu : penerimaandari sektor pajak, penerimaan dari sektor migas(minyak bumi dan gas), dan penerimaan dari sektorbukan pajak. Dari ketiga sumber tersebut diatas,penerimaan dari sektor pajak merupakan sumberterbesar penerimaan Negara. (Yeni Mulyani;2005)

I.I Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya Ditjen Pajak untuk

mencapai target penerimaan pajak tahun 2011

yang naik 25% dari tahun lalu. Padahal rata-rata

pertumbuhan penerimaan pajak setiap tahun

sebesar 19%. Sampai saat ini baru tercapai 74%

dari target tahun 2011. Target penerimaan pajak

tahun ini sesuai APBN-P 2011 adalah sebesar Rp

878,7 triliun. ( Fuad Rahmany,2011).

Bila intensifikasi dan ekstensifikasi itu

dilakukan dengan baik maka kontribusi penerimaan

pajak untuk membiayai APBN dapat lebih besar

lagi. Asal tahu saja, pemerintah memperkirakan

penerimaan pajak menjadi 70% penompang

belanja negara. (Darussalam,2010)

I.I Latar Belakang MasalahPenerimaan pajak masih tergolong rendah.

Penyebabnya, tingkat kepatuhan wajib pajak semakin lamasemakin menurun. Hal ini,dikarenakan kurangnya intensitasakan system teknologi informasinya. (Agus Suprijanto,2011).Hingga akhir tahun realisasi penerimaan pajak sulitmenembus angka 100% atau lebih. Penyebabnya,adapotensi kebocoran PPN sebesar 10%-11% dari seluruh PPN.Namun kebocoran itu tidak terelakan, sebab pengawasandari Ditjen Pajak masih kurang insentif. (Gunadi,2011).

Oleh karena itu, pemerintah harus segeramemperbaiki sistem pengawasan pembayaran termasuksystem untuk memasukkan data harus dioptimalkan yangada di Ditjen Pajak. Sehingga pajak yang diterima sesuaidengan target yang telah ditentukan oleh pemerintah itusendiri. Dengan memperbaiki system yang ada saatini,merupakan salah satu untuk meningkatkan penerimaanpajak. (Gunadi,2011).

I.I Latar Belakang MasalahTerkadang berbagai cara dilakukan perusahaan untuk

melakukan penghindaran dari pemeriksaan pajak oleh

Direktorat Jendral Pajak agar mendapatkan jumlah pajak

yang kecil untuk disetorkan. (Mardiasmo, 2000:245).

Pemeriksaan pajak itu sendiri merupakan upaya

untuk menjalankan fungsi pengawasan yang telah

diamanatkan oleh UU perpajakan. Pemeriksaan pajak

merupakan instrumen menentukan kepatuhan wajib pajak

baik secara formal maupun material yang tujuan utamanya

adalah untuk menguji kepatuhan dan meningkatkan Tax

Compliance. Suatu hal yang ideal apabila pemeriksaan

dapat dilakukan terhadap semua wajib pajak terdaftar.

Meskipun demikian, pemeriksaan tetap harus dilakukan,

karena ternyata masih banyak wajib pajak yang tingkat

kepatuhannya masih rendah setelah dilakukan pemeriksaan

berdasarkan norma – norma pengukuran tertentu, yaitu

dengan sistem criteria seleksi. ( Siti Kurnia Rahayu 2010:

I.I Latar Belakang MasalahSesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat (25) Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan atau biasa disebut KUP,pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpundan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yangdilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkansuatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhanpemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan laindalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan dapat dilakukan dikantor yang disebut dengan Pemeriksaan Kantor atau ditempat Wajib Pajak yang disebut Pemeriksaan Lapangan.Ruang lingkup pemeriksaan pajak dapat meliputi suatujenis pajak, beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis pajakbaik untuk tahun-tahun yang lalu maupun untuk tahunberjalan.

I.I Latar Belakang MasalahPemeriksaan muncul karena adanya penyelewengan.

Pajak merupakan kewajiban yang tak terelakan. Oleh

karena itu menyebabkan banyak sekali bentuk

penyelewengan dan penghindaran terhadap pajak.

Kinerja pemeriksaan pajak yang juga mencerminkan

tingkat kepatuhan pajak masyarakat menunjukkan

kecendrungan yang semakin meningkat. Dalam upaya

untuk peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak ini, maka

pemeriksaan sebagai salah satu sarananya. Analisa

mengenai jumlah tambahan penerima pajak dari

aktifitas pemeriksaan menunjukan rasio yang semakin

meningkat yang diharapkan merupakan gambaran

keberhasilan pemeriksaan pajak untuk meningkatkan

kepatuhan wajib pajak sekaligus meningkatkan

penerimaan negara.( S.Dyah Ayu ;2008)

I.I Latar Belakang MasalahKemudian pada beberapa tahun belakangan terdapat3.289 kasus ketidakpatuhan terhadap peraturan yangmengindikasikan kerugian, potensi kerugian, dankekurangan penerimaan senilai Rp 9,55 triliun. BPKmelakukan pemeriksaan pada 528 objek, yang terdiriatas 437 objek pemeriksaan keuangan, tujuh objekpemeriksaan kinerja 84 objek pemeriksaan dengantujuan tertentu (PDTT). Dari 528 objek pemeriksaan,BPK menemukan10.113 kasus senilai Rp 26,12triliun. Terdapat temuan ketidakpatuhan yangmengakibatkan indikasi kerugian, potensi kerugiandan kekurangan penerimaan sebanyak 3.289 kasusdengan Rp 9,55 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp 93,01miliar telah ditindaklanjuti oleh audit dengan penyetoranke kas negara/daerah selama proses pemeriksaan.(Hadi Purnomo ; 2010).

I.I Latar Belakang MasalahUntuk bisa memenuhi target pendapatan

pajak, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak disarankanuntuk bergerak aktif. Mereka bisa memperluaskegiatan dengan ekstensifikasi pajak ataumencari potensi penerimaan pajak baru. Upayaekstensifikasi yang dapat dilakukan pemerintah ituberupa menguber wajib pajak (WP) yang bekerjasecara informal. Selain itu, Ditjen Pajak jugaseharusnya bisa memungut pajak atas transaksi e-commerce dan underground ekonomi sepertipenyelundupan dan judi. Ditjen Pajak sebagaileading sector penerimaan negara pajak, berhakuntuk memungut pajak atas setiap penerimaanyang dikantongi setiap warga Negara Indonesia.(Darussalam,2010)

I.I Latar Belakang MasalahTetapi untuk meningkatkan pendapatan pajak

dari transaksi e-commerce masih belum ada aparatpajak yang menindak lanjuti lebih tegas untuk menariktarif pajak yang diberlakukan di Negara kita. Sehinggasampai saat ini hanya sedikit yang membayar pajakdari kegiatan ini. Sebenarnya pajak yang dihasilkan darikegiatan ini cukup besar karena di masyarakat kitasudah banyak yang melakukan kegiatan transaksi inimelalui dunia maya. (Budi Hartono;2005). Berbedadengan transaksi perdagangan biasa, transaksi e-commerce memiliki banyak permasalahan yang rumit.Salah satunya bisnis jual beli produk melalui sistemjaringan internet atau "online" dalam beberapa tahunterakhir berkembang sangat pesat, namun belumbanyak pelaku bisnis itu yang melaporkan pajakusahanya. (Agus Mulyono;2012)

I.I Latar Belakang Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai masalah

tersebut dengan judul:

“Dampak E-Commerce dan Pemeriksaan Pajak

terhadap Penerimaan Pajak Studi Kasus Pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Bandung

”.

1.2 Identifiksai dan Rumusan

Masalah1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulismengidentifikasikan beberapa pokok permasalahansebagai berikut:

1. Pengenaan pajak atas e-commerce masih belumterealisasi secara maksimal.

2. Masih rendahnya Wajib Pajak di Kota Bandungakan kesadaran pembayaran pajak.

3. Pemeriksaan yang kurang peka terhadap transaksijual beli melalui media elektronik yang dilakukanoleh Wajib Pajak.

4. Kurangnya data dan informasi baik eksternalmaupun internal mengenai wajib pajak tertentu.

1.2 Identifiksai dan Rumusan

Masalah

1.2.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan,

maka masalah penelitian yang dikaji dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak e-commerce pada KPP

Pratama Kota Bandung.

2. Bagaimana pemeriksaan pajak pada KPP Pratama

Kota Bandung.

3. Bagaimana penerimaan pajak pada KPP Pratama

Kota Bandung.

4. Seberapa besar pengaruh e- commerce dan

pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak

pada KPP Pratama Kota Bandung secara parsial

dan simultan.

1.3 Maksud dan Tujuan

Penelitian1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penulis mengadakan penelitian ini adalah untukmemperoleh dan mengumpulkan data atau keterangan sertainformasi mengenai pengaruh e-commerce dan pemeriksaan pajakterhadap penerimaan pajak.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut:

1) Untuk mengetahui dampak e- commerce pada KPPPratama Kota Bandung.

2) Untuk mengetahui pemeriksaan pajak pada KPPPratama Kota Bandung.

3) Untuk mengetahui penerimaan pajak pada KPP PratamaKota Bandung.

4) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh e-commerce danpemeriksaan

pajak terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama KotaBandung.

5) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemeriksaan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA,

KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS

2.1 KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 E-Commerce

2.1.1.1 Pengertian E-Commerce

Pengertian E –Commerce menurut David

Baum yang ditulis dalam buku Darussalam

(2007;129) yaitu :

“E –Commerce sebagai salah satu set teknologi,

aplikasi, dan proses bisnis yang dinamis yang

menghubungkan perusahaan, konsumen, dan

komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan

perdagangan barang, pelayanan, dan informasi

yang dilakukan secara elektronik.”

2.1.1.2 Perpajakan Atas

Penghasilan E-CommerceDalam buku Darussalam (2007;130) terdapat tigaprinsip dasar yang dikembangkan dalammengantisipasi pemajakan atas transaksi E-Commerce,

yaitu :

i. Pemajakan atas transaksi yang dilakukan secaraelektronik tidak boleh diperlakukan secaraberbeda dengan transaksi yang dilakukan tidaksecara elektronik;

ii. Jika ketentuan perpajakan yang berlaku saat inimemungkinkan untuk ditarapkan terhadap transaksiE-Commerce, maka ketentuan inilah yangditerapkan;

iii. Adanya kesepakatan diantara tax regimemasing-masing Negara untuk menghindari konflikpajak berganda.

2.1.1.3 Dimensi dan Indikator

E- Commerce

Menurut Dian Wirdasari (2009; 11-12)

menyebutkan bahwa dimensi dan indicator dari e-

commerce terdiri dari 3 yaitu :

1. processes dimana dalam terdapat beberapa

indicator yang mencakup dari proses ini

diantaranya marketing, sales, dan payment.

2. Institution yang terdiri dari governments dan

bank.

3. Ini merupakan bagian yang paling penting dari

transaksi e-commerce yaitu internet (hubungan

antara produsen dan pelanggan)

2.1.2 Pemeriksaan Pajak

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pengertian pemeriksaan pajak menurut Mardiasmo

(2009:50) adalah sebagai berikut :

“Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan

mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau

keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan

lain dalam rangka melaksanakan ketentuan

peraturan perundang-undang perpajakan”

2.1.2.2 Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pelaksanaan

Pemeriksaan PajakBerdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:84/KMK.01/2008 strategi yang ditempuh dalam rangkapeningkatan pelayanan kepada wajib pajak adalah perbaikanmanajemen pemeriksaan pajak. Perbaikan manajemenpemeriksaan pajak dilaksanakan dengan pengembanganrisk analysis sebagai dasar pemeriksaan, pengembangansistem administrasi pemeriksaan pajak, dan pengembangandata matching sebagai basis electronic audit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaanpajak menurut John Hutagaol yang dikutip dari Siti KurniaRahayu (2010;260) antara lain adalah :

1. Teknologi informasi (information technologi)

2. Jumlah sumber daya manusia ( the number of humanresources)

3. Kualitas sumber daya (the quality of human resources)

4. Sarana dan prasarana pemeriksaan (audit facilities)

2.1.2.3 Tahapan Pemeriksaan

PajakDalam melakukan pemeriksaan pajak, ada tahapan-tahapan yang harus

dilakukan oleh pemeriksa pajak, berdasarkan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 545/KMK.04/2000 yang dikutip Siti Kurnia Rahayu

(2010:286-304) menjelaskan tahapan pemeriksaan pajak sebagai berikut:

1.Mengumpulkan dan mempelajari berkas Wajib Pajak ( Data Internal dan

Eksternal)

2.Identifikasi Wajib Pajak (tax payer profile)

3.Analisis Kuantitatif dan Kualitatif

4.Mengidentifikasi masalah dan menetukan cakupan (ruang lingkup)

pemeriksaan

5.Menyusun program pemeriksaan dan menentukan buku-buku dan

dokumen yang akan dipinjam

6.Menyediakan sarana dan prasarana pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan adalah agar pemeriksa dapat memperoleh

gambaran umum mengenai wajib pajak yang akan diperiksa, sehingga

program pemeriksaan yang disusun sesuai dengan sasaran yang ingin

dicapai.

2.1.2.4 Dimensi dan Indikator2.1.2.5 Dimensi dan Indikator

Pemeriksaan Pajak

Menurut Fitri Damyanti (2009) dalam jurnalnyamenyebutkan bahwa Pemeriksaan pajak dapatdilihat dari Dimensinya yaitu :

(i) Sumber Daya Manusia (SDM) dengan indicatoretika pemeriksaan dan kualitas SDM

(ii) Faktor psikologis dengan indicator yangmeliputi persepsi wajib pajak dan

(iii) Komunikasi yang meliputi indicatorpemberitahuan pemeriksaan, temuanpemeriksaan dan pembinaan Wajib Pajak.

2.1.3 Penerimaan Pajak2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak

Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, pajak adalahsalah satu penerimaan negara yang paling potensial,sebab peningkatan penerimaan dalam negri darisektor pajak adalah suatu yang wajar karena secaralogis jumlah pembayar pajak dari tahun ke tahun akansemakin besar berbanding lurus dengan peningkatanjumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat.

Dalam Kamus Besar Akuntansi pengertianPenerimaan pajak adalah uang tunai yang diterimaoleh negara dari iuran rakyat yang dipaksakanberdasarkan undang-undang perpajakan dengantidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) secaralangsung.

BAB III. OBJEK DAN

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pajak atas e-

commerce, pemeriksaan pajak dan penerimaan

pajak. Penelitian ini dilaksanakan pada KPP

Pratama Kota Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif. Sesuai

dengan hipotesis yang diajukan, dalam penelitian

akan digunakan telaah statistika yang cocok, untuk

itu dalam analisis menggunakan analisis Regresi

Berganda.

3.2.1 Operasionalisasi VariabelDefinisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.E- commerce

E-Commerce (Electronic Commerce) adalah bisnis yang transaksinya dilakukandengan bantuan jaringan computer secara on-line. Yang kemudian diwakilkan olehX1.

2.Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolahdata, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professionalberdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhankewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakanketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang diwakilkan oleh X2.

3. Penerimaan Pajak

Penerimaan pajak merupakan pendapatan dari Negara yang berasal darikontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yangbersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkanimbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sumber pembiayaan negara yang dominan baikuntuk belanja rutin maupun pembangunan diwakilkan oleh variable Y.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah penelitian

lapangan (field Research), dilakukan dengan

cara mengedarkan peninjauan langsung pada

instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan

data primer (data yang diperoleh langsung dari

Kantor Pelayanan Pajak Pratama kota Bandung

dan data sekunder).