30
1 ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KOTA BANDAR LAMPUNG (Mata Kuliah Ekonomi Regional) Dosen Pembimbing : Ahmad Habibi S.E, M.E.I Disusun oleh Kelompok 1 : Aula Nurul Ma’rifah 1321040240 Anggun Tri Wahyuni 1321040169 M Agus Hermawan 1321040124 Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung Tahun 2015

Kelompok 1 kelas e analisis pdrb kota bandarlampung

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

1

ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

(PDRB)

KOTA BANDAR LAMPUNG

(Mata Kuliah Ekonomi Regional)

Dosen Pembimbing : Ahmad Habibi S.E, M.E.I

Disusun oleh Kelompok 1 :

Aula Nurul Ma’rifah 1321040240

Anggun Tri Wahyuni 1321040169

M Agus Hermawan 1321040124

Institut Agama Islam Negeri

Raden Intan Lampung

Tahun 2015

Page 2: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

2

DAFTAR ISI

Abstrak 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 2

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Analisis Sektor Produk Pengangkutan dan Komunikasi 5

2.2 Analisis Sektor Produk Pengelolaan Industri Non Migas 13

2.3 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 20

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 27

3.2 Saran 27

Page 3: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

3

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada kita semua

sehingga penyusun dapat menyelesaikan analisis PDRB Kota Bandar Lampung dimana

membahas tentang keunggulan Kota BandarLampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan analisis ini mungkin tidaklah sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat kami harapkan untuk

menyempurnakannya.

Akhir kata, penulis ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulisan ini. Kami harapkan analisis PDRB Kota BandarLampung ini dapat bermanfaat dan

mampu menambah wawasan bagi semua semua orang.

BandarLampung, 14 maret 2014

Penulis

Page 4: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

4

Abstrak

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk

meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang

secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Pembangunan daerah harus

sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila

pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh

masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi dan mengidentifikasi sektor-sektor

ekonomi di Kota Bandar Lampung.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder kurun waktu tahun

2010-2013 bersumber dari BPS Kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sektor Keuangan,

Persewaan, Jasa Perusahaan dan Sektor Industri Pengolahan tanpa migas serta sektor

pengangkutan dan komunikasi merupakan tiga sektor yang mempunyai daya saing paling tinggi

dibandingkan dengan sektor-sektor yang lainnya.

Page 5: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak era reformasi terjadi pergeseran paradigma dalam sistim penyelenggaraan

pemerintah dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi atau disebut otonomi daerah yaitu

beralihnya sebagian besar proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelansanaan, dan

evaluasi penyelenggaraan pemerintah pusat ke daerah. Kemakmuran suatu wilayah berbeda

dengan wilayah lainnya dimana perubahan wilayah kepada kondisi yang lebih makmur

tergantung pada usaha-usaha pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu maka kegiatan basis

mempunyai peranan penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana setiap

perubahan mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional.

Dalam pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan perencanaan dan strategi yang

tepat karena disetiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, mempunyai karakteristik

tersendiri, laju pertumbuhan ekonomi maupun potensi yang dimiliki masing-masing daerah.

Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB masing – masing sektor

ekonomi terhadap PDRB.

PDRB sendiri atau Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai jumlah nilai

tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah atau merupakan jumlah nilai

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi dikurangi dengan biaya

antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.

Pada Tahun 2013, angka PDRB yang dihasilkan kota bandar lampung sebesar 29,14

trilliyun rupiah. Pencapaian angka PDRB yang terus meningkat selama 5 tahun terakhir

menunjukkan keadaan perekonomian yang membaik.

Dengan mengetahui struktur ekonomi wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi

dapat diarahkan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan potensi wilayah. Struktur ekonomi juga

dapat dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan struktur, maupun penciptaan

struktur ekonomi wilayah yang ideal dalam jangka waktu panjang. Selama tiga tahun terakhir,

Struktur lapangan usaha masyarakat Kota BandarLampung masih didominasi oleh 3 sektor

Page 6: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

6

utama yaitu sektor Industri pengolahan tanpa migas, pengangkutan dan komunikasi, dan

keuangan, persewaan dan jasa.

Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto Kota BandarLampung tahun 2013,

sumbangan ketiga sektor ini terhadap PDRB sebesar 17.852.270.000.000 rupiah (61,27%) dari

ketiga sektor yang tertinggi.

1.2 Rumusan Masalah

Sektor-sektor ekonomi apakah yang paling strategis dan potensial untuk dikembangkan

sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kota Bandar Lampung?

1.3 Tujuan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui 3 sektor manakah yang memberikan

kontribusi paling besar serta untuk mengetahui bagaimakakah sektor-sektor tersebut dapat

memberikan kontribusi.

Page 7: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

7

BAB II

PEMBAHASAN

Sebelum membahas ketiga sektor yang memberikan kontribusi terbanyak, lihatlah tabel dibawah

ini :

Tabel 2.1 (a) PDRD Kota Bandar Lampung menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2010-2013 (juta rupiah) Lapangan Usaha

(Industrial Origin)

2010 (Milion Rupiahs)

2011

(Milion Rupiahs)

2012 (Milion Rupiahs)

2013 (Milion Rupiahs)

Pertanian / Agriculture 1.185.271 1.290.058 1.418.138 1.544.122

Pertambangan dan Penggalian /

Minning & Quarrying

165.367 183.472 204.450 223.039

Industri Pengolahan Tanpa Migas /

Non Oil Gas Manufacturing

Industri

4.364.206 4.962.632 5.590.237 6.319.046

Listrik dan Air Bersih / Electricity

& water supply

252.868 289.450 316.765 3.455.993

Bangunan / Construction 1.017.270 1.186.699 1.415.993 1.675.470

Perdagangan, Hotel, dan Restoran /

Trade, Hotel, & Restaurant

2.656.031 2.976.031 3.325.722 3.729.416

Pengangkutan dan Komunikasi /

Communication

4.004.817 4.617.762 5.343.852 6.068.869

Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan / Financial, Oqnership

& Business Service

3.094.100 3.842.071 4.576.842 5.465.355

Jasa-Jasa / Services 2.697.234 2.963.788 3.340.955 3.766.619

PDRB/GRDP 19.437.165 22.311.918 25.532.953 29.136.930

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung

Tabel 2.1 (b) Laju Pertumbuhan PDRB Kota BandarLampung

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010-2013

Lapangan Usaha (Industrial Origin)

2010 2011 2012 2013

Pertanian / Agriculture 2,06 1,92 2,06 2,10

Pertambangan dan Penggalian / Minning &

Quarrying

1,50 3,19 3,47 2,37

Industri Pengolahan Tanpa Migas / Non Oil Gas

Manufacturing Industri

7,54 5,22 5,93 5,26

Listrik dan Air Bersih / Electricity & water

supply

1,46 2,57 2,80 2,73

Bangunan / Construction 1,37 4,63 4,17 4,26

Perdagangan, Hotel, dan Restoran / Trade, Hotel,

& Restaurant

1,78 3,95 4,13 5,04

Pengangkutan dan Komunikasi / Communication 6,99 6,67 7,22 6,11

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan /

Financial, Oqnership & Business Service

11,99 12,64 11,36 11,29

Jasa-Jasa / Services 4,27 3,54 3,94 4,32

PDRB/GRDP 6,01 6,33 6,54 6,50

Sumber : Badan Pusat Statistik

Page 8: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

8

Dari ketiga sektor diatas, ketiganya memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB

Kota Bandar Lampung. Namun, apakah ketiga sektor itu terus memberikan peningkatan setiap

tahunnya? Apakah ketiga sektor itu tepat dijadikan titik fokus Kota Bandar Lampung?

2.1 Analisis Sektor Produk Pengangkutan dan Komunikasi

Tabel 2.1 (c) Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota bandar lampung

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2010-1013 (Persen)

(Dalam Sektor atau Produk Pengangkutan dan Komunikasi) Lapang Usaha 2010 2011 2012* 2013**

1. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a. Pengankutan

1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya

3. Angkutan Laut 4. Angk. Sungai, Danau dan Penyebr.

5. Angkutan Udara 6. Jasa penunjang Angkutan

b. Komunikasi 1. Pos dan Telekomunikasi

2. Jasa Penunjang Komunikasi

20,60

16,18

0,99

13,50 0,77

0,00 0,00

0,92

4,42

4,42

0,00

20,70

16,07

0,94

13,57 0,69

0,00 0,00

0,66

4,63

4,63

0,00

20,93

16,05

0,89

13,68 0,64

0,00 0,00

0,84

4,48

4,48

0,00

20,83

15,83

0,96

13,96 0,38

0,00 0,00

0,82

5,00

5,00

0,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung

Keterangan: *angka sementara **angka sangat sementara

Sektor pengangkutan dan komunikasi menurut data yang dikumpulkan oleh BPS

Provinsi maupun kota bandar lampung sangat memiliki peran penting. Dimana pada sektor ini

menurut PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menempati urutan kedua setelah sektor industri

pengolahan non migas Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan. Menurut penelitian dan

observasi yang dilakukan oleh anggota Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung sektor

Pengangkutan dan Komunikasi memiliki kontribusi yang cukup besar yaitu sekitar 20,83% atau

sekitar 6.068.869 (milion rupiah) dibandingkan sektor lainnya.

Peningkatan yang signifikan terlihat jelas pada data diatas meskipun pada tahun 2013

mengalami penurunan yang dikarenakan data yang belum lengkap sehingga masih menggunakan

angka-angka yang sementara.

Page 9: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

9

Sektor Pengangkutan dan Transfortasi meliputi Angkutan Rel, Angkutan Jalan Raya,

Angkutan Laut, Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan, Angkutan Udara, Jasa Penunjang

Angkutan, Pos dan Telekomunikasi, serta jasa penunjang komunikasi. Pada pencarian data

disektor ini semua menggunakan metode perhitungan produksi namun dengan indikator yang

berbeda-beda.

a. Pengangkutan (transfortation)

Subsektor Transportasi meliputi kegiatan jasa angkutan penumpang dan barang, dengan

menggunakan alat angkut bermotor maupun tidak, termasuk kegiatan jasa yang bersifat

menunjang kegiata angkutan serta penyedia fasilitasnya. Subsektor ini terdiri dari kegiatan

Angkutan Rel, Angkutan Jalan Raya, Angkutan Laut, Angkutan Sungai, Danau, dan

Penyeberangan, Angkutan Udara, serta Jasa Penunjang Angkutan.

1. Angkutan Rel

Pada PDRB, kegiatan ini Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah penumpang

dan tonase barang, sedangkan indikator harganya adalah rata-rata tarif per penumpang dan

tonase barang. Indikator tersebut diperoleh dari PT. Kereta Api Inspeksi 12 Tanjung karang.

Bandar Lampung termasuk ke dalam wilayah layanan Sub Devisi Regional III.2 TNK

(Tanjungkarang) PT KAI (Persero) yang memiliki stasiun besar dan dipo lokomotif

Tanjungkarang. Kota Bandar Lampung melalui jalur kereta api hanya terhubung dengan satu

kota besar yaitu Palembang.

Di kota Bandar Lampung terdapat 4 stasiun kereta api, yakni Stasiun Tanjung Karang

(stasiun terbesar dan melayani penumpang), Labuhan Ratu, Sukamenanti, dan Tarahan (khusus

bongkar muatan kereta bermuatan batu bara dan pulp).

Stasiun Tanjungkarang hingga sekarang melayani kereta api penumpang menuju kota

besar di bagian utara Lampung yakni Kotabumi dan luar provinsi yaitu Palembang. Adapun

daftar kereta penumpang yang melayani penumpang adalah sebagai berikut:

Nama kereta Kelas Jurusan

Sriwijaya Eksekutif - Bisnis Stasiun Kertapati, Palembang

Rajabasa Ekonomi AC Stasiun Kertapati, Palembang

KRDI Way Umpu Ekonomi AC Stasiun Kotabumi, Lampung Utara

KRDI Seminung Ekonomi Stasiun Kotabumi, Lampung Utara

Page 10: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

10

Dari data diatas keberadaan sektor Pengangkutan khususnya di bidang Angkutan Rel

memiliki potensi yang cukup baik di Kota Bandar Lampung. Dari data Laju Pertumbuhan

Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2010-1013 memiliki kontribusi yang cukup

baik dengan menempati urutan kedua pada setiap tahunnya. Meskipun mengalami pasang surut,

namun pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang signifikan yaitu dari 0,89% menjadi 0,96%.

Dilihat dari jumlah stasiun dan jurusan kereta serta penumpang yang berada di Stasiun

Tanjungkarang, keberadaan sektor Pengangkutan khususnya di bidang Angkutan Rel sangat

dibutuhkan oleh masyrakat. Mengapa demikian? Karena pada stasiun Tanjungkarang terhubung

dengan kota besar yang berada di lampung bagian utara yakni Kotabumi dan luar provinsi yaitu

Palembang serta dikarenakan harga kereta yang relatif lebih murah dibandingkan melaju dengan

angkutan jalan raya seperi bus atau semacamnya. Melihat data Badan Pusat Statistik Provinsi

Lampung jumlah penumpang pada stasiun Tanjungkarang cukup baik hingga puluhan ribu orang

pada setiap bulannya, meskipun mengalami penurunan hingga 8,11 persen yakni pada bulan

Desember 2014 mencapai 51.795 orang namun pada bulan januari 2015 hanya 47.593 orang.

Meskipun demikian sektor Pengangkutan khususnya di bidang Angkutan Rel memiliki peran

penting dalam pertumbuhan ekonomi di kota Bandar Lampung.

2. Angkutan Jalan Raya

Kegiatan Angkutan Jalan Raya atau Pengankutan Darat meliputi pengangkutan barang

dan penumpang dengan melalui jalan raya umum, menggunakan kendaraan bermotor maupun

tidak bermotor. Jenisnya meliputi Mobil Barang Truk, Mobil Barang Pick Up, Mobil Bus, Mikro

Bus, Mobil Penumpang, Mobil Taxi dan yang lainnya. Besarnya output pada sub sektor

pengangkutan darat dihitung dengan pendekatan produksi yaitu mengalikan rata-rata output per

jenis kendaraan dengan jumlah kendaraan umum masing-masing jenis. Indikator produksi

diperoleh dari DLLAJR dan Dispenda, sedangkan indikator harga dari hasil survei Khusus BPS

kota Bandar Lampung.

Menurut data yang dikumpulkan oleh BPS kota Bandar Lampung pada Distribusi

Produk Domestik Regional Bruto Kota bandar lampung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha tahun 2010-1013 merupakan memiliki kontribusi yang paling besar pada sektor

Pengangkutan dan Komunikasi bahkan mengalami peningkatan pada setiap tahunnya dan pada

tahun 2013 sampai mencapai 13,96 persen.

Page 11: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

11

Mengenai banyaknya kendaraan umum bermotor yang diuji menurut jenis kendaraan

dikota bandar lampung dari tahun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Jenis Kendaraan 2011 2012 2013

I. Umum

1. Mobil Barang Truk

2. Mobil Barang Pick Up 3. Mobil Bis

4. Mikro Bus 5. Mobil Penumpang

6. Mobil Taxi 7. Gandengan / tempelan

4 639

- 728

177 954

30 133

6 117

- 704

201 1 259

47 121

6 379

- 778

191 1 034

31 111

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

Melihat banyaknya volume kendaraan dari berbagai jenis terutama Mobil Barang Truk

yang terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya dan memiliki peran kontribusi yang

tertinggi pada sektor Pengangkutan dan Komunikasi yakni mencapai 13, 96 persen sehingga

dapat dikatakan keadaan ini sudah sangatlah baik.

Jika melihat banyaknya jumlah Mobil Barang Truk pada setiap tahunnya, terlihat lebih

banyak dibanding jenis kendaraan lain. Mengapa bisa terjadi demikian? Alasannya karena

Lampung merupakan salah satu gerbang sumatera yang merupakan arus lalu lintas Mobil Barang

Truk, dan alasan kedua karena diaerah bandar lampung banyak kawasan industri seperti pabrik,

atau semacamnya terutama kota bandar lampung bagian selatan seperti daerah Cucian Andri

hingga daerah panjang. Bahkan dikabarkan akan bertambah banyak lagi pabrik dan yang lainnya

didaerah tersebut sehingga dapat diperkirakan bahwa akan bertambah lagi volume kendaraan

terutama Mobil Barang Truk.

3. Angkutan laut

PDRB kegiatan ini dihitung melalui pendekatan produksi. Indikator yang digunakan

adalah jumlah penumpang dan tonase barang sedangkan indikator harganya adalah rata-rata tarif

per penumpang dan tonase barang. Indikator tersebut diperoleh dari Dinas Perhubungan dan

Adpel Panjang.

Dikota Bandar Lampung terdapat Pelabuhan Panjang yang merupakan pelabuhan

ekspor-impor bagi lampung dan juga pelabuhan srengsem yang menjadi pelabuhan lalulintas

Page 12: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

12

batu bara dari sumatera ke jawa. Namun pada sektor ini, menurut data Distribusi Produk

Domestik Regional Bruto Kota bandar lampung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha dari 2010-1013 mengalami penurunan setiap tahunnya, dimulai dari 0,77% ditahun 2010

turun menjadi 0,38% pada tahun 2013. Hal ini disebabkan masyarakat beralih ke pelabuhan

Bakauheni karena lebih cepat saat berlaju di laut, sehingga menghemat uang dan menghemat

waktu.

4. Jasa Penunjang Angkutan

Kegiatan ini mencakup jasa pelabuhan laut, jasa terminal/parkir, bongkar muat

laut/darat, keagenan penumpang, ekspedisi kapal laut, serta jasa penumpang angkutan lainnya.

PDRB kegiatan ini dihitung melalui pendekatan produksi, dengan indikator produksinya jumlah

penumpang dan tonase barang. Indikator rata-rata tarif per penumpang dan tonase barang

diperoleh dari Dinas Perhubungan, PT. Pelindo II, dan yang lainnya.

Melihat dari data yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik kota Bandar Lampung

pada Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dari tahun 2010-2013 mengalami pasang surut

yang signifikan. Dimana pada tahun 2010 Jasa Penunjang Angkutan menempati urutan kedua

pada sektor Pengangkutan dan Komunikasi yakni mencapai 0,92 persen. Namun pada tahun

2011 Jasa Penunjang Angkutan mengalami penurunan yang sangat draktis hingga 0,66 persen.

Lalu, pada tahun 2012 Jasa Penunjang Angkutan meningkat kembali hingga mencapai 0,84

persen. Akan tetapi, penurunan persentase pada Jasa Penunjang Angkutan terjadi kembali pada

tahun 2013 yakni 0,82 persen.

b. Komunikasi (communication)

Subsektor ini meliputi kegiatan pengiriman melalui jasa pos, telekomunikasi, dan

kegiatan jasa penunjang komunikasi. Jasa pos mencakup jasa pengiriman surat, wesel, dan paket

yang diusahakan oleh PT. Pos Indonesia. Kegiatan komunikasi mencakup jasa pengirimanberita

melalui telegram, telepon, dan telex yang diusahakan oleh PT. Telkom, serta jasa penunjang

komunikasi seperti wartel, warnet, pager, ponsel dan usaha pengiriman barang.

PDRB kegiatan ini dihitung melalui pendekatan produksi. Indikator industri dan

indikator harga yang diperoleh dari Laporan Keuangan unit-unit PT. Pos Indonesia dan PT.

Telkom di Provinsi Lampung. Ratio biaya antara diperoleh dari hasil survey Khusus BPS.

Page 13: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

13

Mengenai kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh PT. Pos Indonesia yang berada di

Bandar Lampung, berikut data yang dikumpulkan oleh Pihak BPS Kota Bandar Lampung dari

tahun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini :

Tabel 2.1.1 Banyak Surat Dalam yang Dikirim dan Diterima oleh

Kantor Pos Bandar Lampung Tahun 2011-2013

Surat Dalam Negeri

Tahun Kilat + Biasa Kitat Khusus

Kirim Terima Kirim Terima

2013

2012

2011

71 265

64 460

51 673

236 739

219 821

200 679

293 611

540 397

414 025

349 996

407 081

585 513

Sumber : PT. Pos Indonesia – Bandar Lampung

Tabel 2.1.2 Banyak Surat Luar Negeri yang Dikirim dan Diterima oleh

Kantor Pos Bandar Lampung Tahun 2011-2013

Surat luar Negeri

Tahun Kilat + Biasa Terdaftar

Kirim Terima Kirim Terima

2013

2012

2011

2 847

3 274

16 632

2 044

2 196

3 039

35 765

17 125

20

887

10 644

4 846

4 788

Sumber : PT. Pos Indonesia – Bandar Lampung

Tabel 2.1.3 Banyak Paket Pos yang dikirim dan Diterima

Kantor Pos Bandar Lampung Tahun 2011-2013

Tahun Dikirim Diterima

2011

2012

2013

46 112

39 291

20 779

26 461

43 223

34 612

Sumber : PT. Pos Indonesia – Bandar Lampung

Page 14: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

14

Tabel 2.1.4 Banyak uang yang dikirim dan Diterima

Kantor Pos Bandar Lampung Tahun 2011-2013 (Juta Rupiah)

Tahun Dikirim Diterima

2011 2012

2013

648 212 745 965

490 400

112 456 023 286 735 563

77 605 559

Sumber : PT. Pos Indonesia – Bandar Lampung

Tabel 2.1.5. Jumlah Pendapatan dan Pengeluaran

Kantor Pos Bandar Lampung Tahun 2011-2013 (Juta Rupiah)

Tahun Pendapatan Pengeluaran

2011

2012 2013

41 515,6

91 769,8 180 147,9

29 329,4

22 201,9 19 265,2

Sumber : PT. Pos Indonesia – Bandar Lampung

Dilihat dari data diatas yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh kantor pos

yang berada di Kota Bandar Lampung pada tahun 2011-2013 terlihat jelas bahwa keberadaan

kantor pos sangatlah baik dan sangat membantu laju pertumbuhan ekonomi di Kota Bandar

Lampung.

Menurut data yang dikumpulkan oleh BPS Kota Bandar Lampung yang bersumber dari

PT. Pos Indonesia Bandar Lampung menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang

menggunakan jasa pengiriman maupun penerimaan melalui kantor pos, baik itu dari Banyaknya

Surat Dalam maupun Luar Negeri yang diterima ataupun dikirim, atau Banyaknya Paket pos

yang diterima maupun dikirim, serta Banyak Uang yang Diterima dan Dikirim kantor Pos

Bandar Lampung Pada tiap tahunnya. Itu artinya aktivitas kantor pos di Bandar Lampung masih

sangat baik bahkan menurut data BPS Kota Bandar Lampung pada PDRB atas dasar harga yang

berlaku pada tiap tahunnya selalu mengalami kenaikan bahkan pada tahun 2013 memiliki

kontribusi yang yang cukup baik hingga mencapai 5,00%.

Kualiatas kantor pos di Bandar Lampung dibuktikan pula pada perbandingan

pendapatan dengan pengeluaran, jika dilihat dari data diatas pendapatan PT. Pos Indonesia

Bandar Lampung lebih tinggi dari pada pengeluaran disetiap tahunnya. Bahkan pendapatan PT.

Pos Indonesia Bandar Lampung mengalami peningkatan disetiap tahunnya yakni pada tahun

2011 pendapatannya hanya 41.515,6 (Juta Rupiah) namun ditahun 2013 pendapatan yang

Page 15: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

15

diperoleh PT. Pos Indonesia Bandar Lampung mencapai 180.147,9 (Juta Rupiah). Hal ini

semakin baik dengan menurunnya pengeluaran pada setiap tahunnya, dilihat dari tahun 2011

yang pengeluaranya mencapai 29.329,4 (Juta Rupiah) dan pada tahun 2013 pengeluarannya PT.

Pos Indonesia Bandar Lampung hanya sebesar 19.265,2 (Juta Rupiah).

Selanjutnya pada sektor Komunikasi tidak hanya kantor pos yang berperan penting

melainkan Telekomunikasi pun cukup membantu dalam laju pertumbuhan disektor Komunikasi.

Berikut data yang diperoleh BPS Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada tabel berikut :

Banyaknya Fasilitas Telepon di Kota Bandar Lampung Tahun 2011

STO

Lokasi

Telepon Umum

Koin

Wartel

Warnet

BDL 1

BDL 2

BDL 3

BDL 4

BDL 5

Tanjung Karang

Teluk Bentung Panjang

Kedaton Langkapura

58

64 17

36 3

32

15 4

41 1

16

5 0

12 2

PT. TELKOM-Kandatel Lampung

Banyaknya Fasilitas Tower Telekomunikasi yang Memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) menurut Kecamatan di

Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013

Kecamatan Jumlah total

Sub Distict 2011 2012 2013

Teluk Betung Barat

Teluk Betung Timur

Teluk Betung Selatan

Bumi Waras

Panjang

Tanjung Karang Timur

Kedamaian

Teluk Betung Utara

Tanjung Karang Pusat

Enggal

Tanjung Karang Barat

Kemiling

Langkapura

Kedaton

1

1

1

1

3

2

4

5

4

4

2

2

2

2

5

-

2

1

-

2

5

2

19

8

3

4

1

5

2

2

2

-

2

1

6

3

4

1

2

3

1

5

Page 16: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

16

Rajabasa

Tanjung Senang

Labuhan Ratu

Sukarame

Sukabumi

Way Halim

2

-

4

1

3

1

5

4

6

-

7

-

6

-

1

-

5

4

Jumlah 45 79 50

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Perizinan Bandar Lampung

Melihat banyaknya Fasilitas Telepon dan Fasilitas Tower Telekomunikasi yang

tersebar didaerah yang memiliki penduduk yang cukup banyak atau diberbagai kecamatan yang

ada di Bandar Lampung menunjukkan bahwa hal ini sudah cukup baik. Mengapa demikian?

Karena adanya Tower telekomunikasi membuat masyarakat lebih mudah mengakses atau

berkomunikasi dengan yang lainnya, terlebih lagi penempatan fasilitas telepon dan penempatan

Tower telekomunikasi yang sangat strategi.

2.2 Analisis Sektor Produk Pengelolaan Industri Non Migas

Industri Pengelolaan Non Migas atau disebut Industri Manufaktur adalah suatu kegiatan

ekonomi yang mengubah bahan dasar-dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga

menjadi barang jadi atau barang setengah jadi atau barang yang kurang nilainya atau menjadi

lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.(Badan Pusat Statistik, 2007)

Industri Pengelolaan Non Migas atau Industri Manufaktur pada dasarnya terbagi

menjadi sembilan subsektor. Kesembilan subsektor ini diantaranya yaitu 1). Makanan,

Minuman, dan Tembakau, 2). Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, 3). Brg. Kayu dan Hasil Hutan

Lainnya, 4). Kertas dan Barang Cetakan, 5). Pupuk, Kimia dan Brg dengan Karet, 6). Semen dan

Brg. Galian bukan Logam, 7). Logam Dasar, Besi, dan Baja, 8). Alat Angkut, Mesin dan

Peralatannya, 9). Barang Lainnya. Kesembilan subsektor inilah yang menjadi pendorong

kemajuan prekonomian di wilayah kota Bandar Lampung. Sebab kesembilan subsektor ini yang

menjadi penyumbang terbanyak terhadap pendapatan regional wilayah kota Bandar Lampung.

Page 17: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

17

Di kota Bandar Lampung sektor Industri Pengelolaan Non Migas tersebar dibeberapa

kecamatan. Persebaran paling banyak dari sektor ini ialah di daerah kecamatan Panjang dan

Teluk Betung. Di daerah kecamatan panjang lebih dari lima perusahaan besar yang berdiri dan

bergerak dibidang atau sektor industri pengelolaan non migas. Seperti perusahaan makanan,

minuman, dan tembakau, lalu perusahaan semen, perusahaan alat angkut dan mesin, dan masih

banyak lagi.

Alasan pemerintah memilih zona khusus untuk industri pengelolaan non migas ini di

daerah kecamatan panjang salah satunya adalah karena daerah ini dekat dengan pelabuhan

perdagangan yaitu pelabuhan panjang. Sehingga apabila perusahaan-perusahaan yang bergerak

di bidang industri pengelolaan non migas ini banyak membutuhkan bahan baku dari luar wilayah

provinsi Lampung, maka dapat dengan mudah untuk mengirimnya sebab kawasan ini dekat

dengat pelabuhan perdagangan sehingga terjangkau oleh kapal-kapal angkut dari luar wilayah

provinsi Lampung yang mengirim bahan mentah yang akan diolah oleh perusahaan-perusahaan

tersebut. Alasan selanjutnya ialah agar dapat dengan mudah mengekspor produk-produk dari

sektor industri pengelolaan non migas ini keluar wilayah kota Bandar Lampung karena dekatnya

dengan pelabuhan panjang sehingga dapat dengan mudah perusahaan-perusahaan tersebut

menjual produknya keluar wilayah provinsi Lampung maupun keluar wilayah Indonesia. Karena

keuntungan dari penjualan produk tersebutlah yang menjadi salah satu pendapatan regional kota

Bandar Lampung. Dan juga sebab majunya sektor ini diwilayah kecamatan Panjang adalah

karena banyaknya memberikan lapangan pekerjaan kepada masyarakat di kawasan tersebut

sehingga menunjang untuk kemajuan sektor ini.

Menurut perhitungan PDRB kota Bandar Lampung oleh petugas Badan Pusat Statistik

wilayah kota Bandar Lampung sektor Industri Pengelolaan Non Migas menempati urutan

pertama berdasarkan “PDRB kota Bandar Lampung menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Berlaku di tahun 2013” yaitu memberikan kontribusi sebesar 6.318.046 (juta rupiah) atau sebesar

21,68 %. Sedangkan berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan di tahun 2013

memberikan kontribusi sebesar 1.416.090 (juta rupiah) atau sebesar 17,91 %.Peningkatan yang

signifikan sangat jelas terlihat dari tahun ketahun seperti pada table dihalaman

sebelumnya.Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor Industri Pengelolaan Non Migas adalah

sektor yang memberikan kontribusi paling besar kepada pendapatan regional wilayah kota

Bandar Lampung.

Page 18: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

18

Hal itu pula didukung dengan data Distribusi PDRB Atas Dasar Harga berlaku dan

Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha tahun 2010-2013 dari kesembilan subsektor yang ada

dalam industri pengelolaan non migas yaitu 1). Makanan, Minuman, dan Tembakau, 2). Tekstil,

Kulit, dan Alas Kaki, 3). Brg. Kayu dan Hasil Hutan Lainnya, 4). Kertas dan Barang Cetakan, 5).

Pupuk, Kimia dan Brg dengan Karet, 6). Semen dan Brg. Galian bukan Logam, 7). Logam

Dasar, Besi, dan Baja, 8). Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya, 9). Barang Lainnya.

Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kota bandar lampung

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2010-1013 (Persen)

(Dalam Sektor atau Produk Industri Pengelolaan Non Migas)

Lapang Usaha 2010 2011 2012* 2013** 2. INDUSRTI PENGELOLAAN NON MIGAS

Makanan, Minuman, tembakau

c. Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki

d. Brg. Kayu dan Hasil Hutan Lainnya

e. Kertas dan Barang Cetakan

Pupuk, Kimia dan Brg. Dengan Karet

f. Semen dan Brg. Galian bukan Logam

g. Logam Dasar, Besi, dan Baja

h. Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya

i. Barang Lainnya

22,45

12,69

0,00

6,37

0,07

1,65

1,09

0,49

0,08

0,01

22,44

12,89

0,00

5,95

0,07

1,67

1,07

0,50

0,08

0,01

21,89

12,91

0,00

5,58

0,07

1,69

1,08

0,49

0,07

0,01

21,68

12,96

0,00

5,34

0,06

1,67

1,09

0,48

0,07

0,01

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandar Lampung

Keterangan: *angka sementara **angka sangat sementara

A. Makanan, Minuman, dan Tembakau

Subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau adalah subsektor yang bergerak

dibidang pengelolaan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi yang siap

didistribusikan kepada para konsumen untuk dikonsumsi. Industri ini banyak tersebar di

beberapa wilayah di kota Bandar Lampung dan rata-rata sudah menjadi industri yang besar

seperti perusahaan. Beberapa contoh industri ini seperti PT. Djarum (rokok : tembakau), Sungai

Budi, PT [Factory] Alamat: Jl. Yos Sudarso No 29, Panjang, Bandar Lampung 35241 (Kopi;

Tepung tapioka; Kopra; Lada hitam; Minyak kelapa; Monohydrate Asam sitrat), dan lain-lain.

Industri makanan, minuman, dan tembakau menjadi subsektor yang paling banyak

memberikan kontribusi pada sektor industri pengelolaan non migas. Hal ini dapat dilihat dari

data perhitungan distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha yang

dihitung oleh Badan Pusat Statistik kota Bandar Lampung dari tahun 2010-2013 di atas dimana

terjadi peningkatan yang signifikan dari kisaran 0,02-0,20 %. Dimana pada tahun 2010

kontribusinya sebesar 12,69 % sedangkan pada tahun 2011 naik 0,20 % menjadi 12,89 %, dan

Page 19: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

19

pada tahun 2012 naik sebesar 0,02 % menjadi 12,91 %, dan terakhir pada tahun 2013 naik

sebesar 0,05 % menjadi 12,96 %. Ini dikarenakan besarnya kebutuhan terhadap makanan dan

minuman serta tembakau dikalangan masyarakat kota Bandar Lampung dan juga sikap

konsumtif masyarakat yang tinggi sehingga distribusi dari subsektor ini yang paling tinggi

dibandingkan delapan subsektor lainnya.

B. Barang Kayu Dan Hasil Hutan Lainnya

Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya adalah industri yang mengelola bahan

mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi dari kayu maupun hasil hutan lainnya

seperti rotan,akar, triplek dan lain-lain. Persebaran industri ini paling banyak tersebar di daerah

Panjang. Salah satunya seperti perusahaan Andatu Lestari Plywood, PT [Factory] Alamat: Jl.

Serengsem Km. 11, Panjang, Bandar Lampung 35241 (Plywood; Penggergajian kayu;

Blockboard). Perusahaan ini banyak mengambil bahan mentah dari daerah lain seperti dari

daerah Kalimantan sebab perkembangan hutan di wilayah Bandar Lampung kurang berkembang.

Subsektor ini menduduki peringkat kedua sebagai pemberi kontribusi terhadap sektor

industri pengelolaan non migas. Tetapi distribusi produknya dari tahun 2010-2013 mengalami

penurunan seperti dalam data perhitungan distribusi PDRB atas harga berlaku menurut lapangan

usaha yang dihitung oleh Badan Pusat Statistik seperti pada lampiran diatas bahwa subsektor ini

mengalami penurunan dari kisaran 0,24 – 0,42 % dari tahun ke tahun (2010-2013). Dimana pada

tahun 2010 kontribusinya sebesar 6,37 %, pada tahun 2011 mengalami penurunan 0,42 %

menjadi 5,95 %, dan pada tahun 2012 turun sebesar 0,37 % menjadi 5,58 % dan pada tahun

terakhir turun sebesar 0,24 % menjadi 5,34 %. Penurunan ini disebabkan karena kurangnya

bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi barang kayu dan hasil hutan lainnya sehingga

distribusi produk ini mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

C. Kertas dan Barang Cetakan

Industri Kertas dan Barang cetakan adalah industri yang bergerak di bidang

pengelolaan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi yang bahan bakunya dari

kayu. Industri ini paling banyak tersebar di daerah Panjang. Subsektor ini tidak terlalu banyak

memberikan kontribusi kepada sektor industri pengelolaan non migas sebab subsektor ini hanya

memberikan kontribusi sebesar 0,07 % pada tahun 2010 sampai 2012 dan pada tahun 2013

mengalami penurunan sebesar 0,01 % menjadi 0,06 %. Hal ini disebabkan menipisnya bahan

baku yang digunakan untuk produksi kertas dan bahan cetakan akibat illegal loging.

Page 20: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

20

D. Pupuk, Kimia dan Brg. Dengan Karet

Industri Pupuk, Kimia, dan Brg. Dengan karet adalah industri yang bergerak dalam

pengelolaan barang mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi yang digunakan oleh

produsen lain maupun konsumen. Persebaran industri ini tersebar di beberapa daerah di kota

Bandar Lampung seperti Nakau, PT [Factory] Alamat: Desa Candi Mas, Abung Selatan, Bandar

Lampung 34501 (Karet alam dan pengolahan), Mitra Kreasidharma, PT [Lampung Branch]

Alamat: Ruko Perumahan Way Kandis, Jl. Pulau Damar No 1, Bandar Lampung (Pasokan

formulasi pestisida, bibit tanaman dan antioksidan plastic), Emas Sari, PT [Factory] Alamat: Jl.

By Pass Soekarno Hatta Km. 9 No 29, Bandar Lampung (Sodium siklamat dan benzoate),

Garuntang, Alamat: Jl. Udang No 279 (Stasiun Garuntang), Teluk Betung Selatan, Bandar

Lampung 35227 (Crumb karet).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik kota Bandar Lampung subsektor ini

mengalami keadaan yang fluktuasi dari tahun 2010-2013. Seperti dilihat dari data diatas bahwa

pada tahun 2010 kontribusinya sebesar 1,65 % dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar

0,02 % menjadi 1,67 % setelah itu pada tahun 2012 naik menjadi 1,69 % dan pada tahun terakhir

yaitu 2013 mengalami penurunan sebesar 0,02 % dari tahun sebelumnya menjadi 1,67 %. Hal ini

menyebabkan subsektor ini menduduki pringkat ketiga di sektor industri pengelolaan non migas

dalam hal memberikan kontribusi untuk pendapatan regional di kota Bandar Lampung.

Keadaan yang berubah-ubah ini disebabkan kurangnya pendistribusian dan minimnya

bahan baku yang tersedia sehingga persentasi dari tahun ketahun terkadang naik dan turun. Ini

juga bisa disebabkan karena sasaran konsumennya terbatas, tidak semua konsumen bisa menjadi

sasaran produk dari subsektor ini.

E. Semen dan barang Galian bukan Logam

Industri Semen dan Barang Galian bukan Logam adalah industri non migas yang

berkembang di bidang produksi yang mengelola barang mentah menjadi barang jadi yang siap

dipasarkan ke konsumen atau produsen lain. Perusahaan industri semen ini terdapat di daerah

kecamatan Panjang contohnya seperti Semen Baturaja, PT (Persero) [Bandar Lampung Pabrik]

Alamat: Jl. Yos Sudarso Km. 7, Panjang, Bandar Lampung.

Distribusi PDRB pada subsektor ini menurut perhitungan Badan Pusat Statistik kota

Bandar Lampung dari tahun 2010-2013 mengalami peningkatan dan penurunan. Pada tahun

2010 memberikan kontribusi sebesar 1,09 %, sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan

Page 21: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

21

sebesar 0,02 % menjadi 1,07 %. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 0,01 % menjadi

1,08% dan pada tahun terakhir naik kembali menjadi 1,09%. Alasan penurunan pada tahun 2011

disebabkan minimnya bahan baku yang digunakan untuk membuat produksi semen dan untuk

pengelolaan barang galian bukan logam.

F. Logam Dasar, Besi, dan Baja

Indutri Logam Dasar, Besi, dan Baja adalah industri yang mengelola bahan dasar logam

maupun biji besi yang diolah menjadi bahan jadi yang siap untuk digunakan oleh konsumen

maupun produsen lain. Dari data perhitungan Badan Pusat Statistik subsektor ini berkembang

cukup baik diwilayah kota bandar lampung sebab terdapat beberapa perusahaan yang bergerak di

industri ini.

Pergerakan distribusi PDRB dari subsektor ini dari tahun 2010-2013 sangat fluktuatif

sebab dari tahun 2010 sampai 2011 mengalami kenaikan dari 0,49 % menjadi 0,50 %, tetapi

pada tahun 2012 – 2013 mengalami penurunan sebesar 0,01 – 0,02 % yaitu pada tahun 2012

menjadi 0,49 % kembali seperti tahun 2010 dan pada tahun 2013 turun kembali menjadi 0,48 %.

G. Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya

Industri Alat Angkut, Mesin, dan Peralatannya adalah industri yang bergerak di bidang

transportasi salah satunya. Contoh perusahaan yang ada di wilayah kota Bandar Lampung seperti

Graha Taruna Dwipa, PT Alamat: Jl. Raya Panjang Sribawono Km. 12,5, Tanjung Bintang,

Bandar Lampung (Transportasi darat; Marine cargo). Bahan baku yang digunakan tidak diambil

dari wilayah Provinsi Lampung sendiri tetapi di impor dari luar wilayah provinsi Lampung.

Sebab masih terbatasnya dan kurangnya bahan baku yang tersedia untuk produksi industri ini.

Perkembangan distribusi dari produk ini menurut perhitungan Badan Pusat Statistik

kota Bandar Lampung dalam data distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan

usaha mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun 2010 – 2013. Pada tahun 2010

persentasenya sebesar 0,08 % sampai tahun 2011 staknan dijumlah tersebut. Lalu pada tahun

2012 mengalami penurunan sebesar 0,01 % menjadi 0,07 % sampai tahun 2013. Ini disebabkan

karena sulitnya untuk mendapatkan bahan baku untuk memproduksinya. Terlebih lagi, bahan

baku yang digunakan harus di impor dari luar wilayah provinsi Lampung bahkan luar wilayah

Indonesia.

Page 22: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

22

H. Barang Lainnya

Perkembangan industri Barang Lainnya ini tidak terlalu berpengaruh terhadap

pendapatan regional wilayah kota Bandar Lampung, sebab subsektor ini tidak terlalu banyak

menyumbang pada sektor industri pengelolaan non migas. Persentasenya dari tahun 2010 – 2013

staknan hanya pada jumlah 0,01 % ini didapat dari data perhitungan distribusi PDRB atas harga

berlaku yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik kota Bandar Lampung.

Dilihat dari analisis di atas penulis melihat masih banyak subsektor yang persentasenya

masih dibawah rata-rata untuk menyumbang pendapatan regional khusus daerah kota Bandar

Lampung. Sehingga demi kemajuan prekonomian kota Bandar Lampung penulis berharap

pemerintah lebih memperhatikan di sektor industri pengelolaan non migas ini sebab sektor ini

adalah sektor penyumbang terbesar terhadap pendapatan regional di kota Bandar Lampung.

Penulis juga ingin memberikan saran kepada pemerintah kota Bandar Lampung untuk dapat

terus meningkatkan subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau, hal ini dikarenakan

subsektor ini kemajuan distribusinya sangatlah signifikan dari tahun ke tahun seperti terlihat

dalam data Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha yang dihitung

oleh BPS kota Bandar Lampung. Sebaiknya pemerintah juga memperhatikan bahan baku yang

digunakan untuk industri ini seperti dari hasil pertanian dan perkebunan. Penulis berharap

sebaiknya pemerintah tidak mengimpor bahan baku dari luar wilayah Lampung sebab apabila

bahan baku itu di dapat dari wilayah kota Bandar Lampung sendiri, karena itu dapat mendorong

sektor lainnya seperti pertanian dan perkebunan agar mengalami kenaikan untuk PDRB setiap

tahunnya.

Penulis juga ingin memberi saran untuk kemajuan sektor ini semoga untuk tahun

kedepannya pemerintah dapat mengembangkan subsektor Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki sebab

sampai tahun 2013 subsektor ini distribusi PDRB nya sama sekali belum berkembang. Apabila

dapat dikembangkan mungkin saja ini dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap

pendapatan regional kota Bandar Lampung dan juga dapat membuka lapangan usaha baru untuk

masyarakat kota Bandar Lampung sendiri serta apabila didukung penuh oleh pemerintah dalam

perkembangannya mungkin saja subsektor ini dapat menghasilkan produk yang unggulan yang

dapat menarik banyak konsumen terlebih dapat di ekspor keluar wilayah kota Bandar Lampung.

Page 23: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

23

2.3 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

Sektor ini menempati posisi ketiga tertinggi dalam data PDRB Kota Bandar Lampung

menurut data Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dimana menunjukkan bahwa

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan memiliki peran penting atau dapat dikatakan

kontribusinya cukup besar yaitu sebesar 5.456.355 (milion rupiahs) atau 18,76 %. Sedangkan

jika dilihat dari data Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan menempati urutan

pertama (lihat tabel laju pertumbuhan harga konstan).

Data tersebut menunjukkan bahwa laju pertumbuhan menurut lapangan usaha atas dasar

harga konstan paling tinggi yang artinya sektor ini cukup bahkan sangat baik dilihat dari data

yang ada dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

Dalam sektor ini, dari tahun 2010 hingga 2013 tidaklah pernah mengalami penurunan

menurut data BPS PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan. Sedangkan laju

pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan mengalami penurunan

di tahun 2012.

Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan meliputi kegiatan Bank, lembaga

keuangan tanpa bank, jasa penunjang keuangan, dan sewa bangunan serta jasa perusahaan seperti

advokat, akuntan, notaris, biro iklan, dan sebagainya.

A. Bank

Perhitungan output dan nilai bruto bank atas dasar harga berlaku diperoleh langsung

dari masing-masing bank, sedangkan perkiraan nilai bruto atas dasar harga konstan diperoleh

dengan indeks jumlah nilai kredit real sebagai ekstrapolatornya.

Di Bandar Lampung sendiri, tercatat sebanyak 178 bank yang ada dimana letaknya

hampir disetiap kecamatan yang mana terkadang tiap kecamatan terdapat beberapa Bank baik

Bank umum maupun BPR. Perinciannya :

Jenis Bank (Type Of Bank) Jumlah (Total) Bank Umum

a. Kantor Pusat 1

b. Kantor Cabang 43

c. Kantor Cabang Pembantu 85

d. Kantor Kas 23

e. Kantor Utama/Fungsional 8

BPR

a. Kantor Pusat 14

b. Kantor Cabang 3

Page 24: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

24

c. Kantor Kas 1

Sumber : Bank Indonesia Bandar Lampung Source : Indonesia Bank of Bandar Lampung

Dilihat dari banyaknya Bank di kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa kebutuhan

akan institusi keuangan seperti Bank sangat dibutuhkan bahkan mungkin kedepannya jumlah

bank akan bertambah lagi. Bank bukan saja dibutuhkan oleh masyarakat pada umumnya tapi

juga sangat dibutuhkan oleh para pengusaha atau orang-orang yang dalam usahanya

membutuhkan keberadaan bank.

Mengapa demikian? Karena kota Bandar Lampung merupakan pusat kota yang mana

juga merupakan pusat kegiatan perekonomian di daerah Lampung dimana arus lalu lintas

transaksi keuangan pun lebih banyak terjadi disini serta banyaknya sektor-sektor industri, jasa,

perdagangan, dan sebagainya yang membutuhkan keberadaan Bank. Hal ini dipandang bahwa

keberadaan bank di Kota Bandar Lampung sangat tepat.

B. Lembaga Keuangan Tanpa Bank

Sub sektor ini mencakup perusahaan asuransi, pegadaian, dan lain-lain. Seperti

perusahaan asuransi sendiri, di Bandar Lampung tidak hanya ada satu perusahaan asuransi baik

itu asuransi kesehatan, jiwa, maupun jenis asuransi lainnya. Mengapa terdapat banyak

perusahaan asuransi di Kota Bandar Lampung? Banyaknya faktor seperti faktor kesehatan,

keselamatan lalu lintas, kepemilikan kendaraan dan lain sebagainya yang dinilai penting untuk

diasuransikan. Hal ini mengingat Kota Bandar Lampung sebagai pusat dari banyaknya kegiatan

perekonomian serta banyaknya arus lalu lintas yang terjadi setiap detiknya.

Sedangkan pegadaiaan, terdapat banyak pengadaian baik berbasis konvensional maupun

syari’ah yang mana dapat membantu/mengatasi masalah keuangan masyarakat tanpa

menimbulkan masalah lagi kedepannya. Terutama melihat keadaan masyarakat Indonesia atau

lebih spesifiknya Kota BandarLampung yang mana pada saat-saat tertentu membutuhkan dana

cepat dengan menggadaikan kepemilikan mereka terhadap suatu barang.

Perhitungan output dan nilai tambah bruto asuransi atas dasar harga yang berlaku

diperoleh dari SKPR yang dilakukan terhadap seluruh perusahaan aruansi. Demikian juga untuk

kegiatan kegadaian dan koperasi simpan pinjam, penghitungan nilai tambahnya berdasarkan data

hasil SKPR.

Page 25: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

25

Mengenai banyaknya koperasi yang berada di Bandar Lampung (dari 33 jenis koperasi)

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tahun Jumlah

Koperasi Jumlah Anggota

Asset (Rp) Volume Usaha (Rp)

2013 717 99 994 505 620 340 000 599 049 260 000 2012 711 99 017 448 876 740 000 434 989 120 000 2010 699 98 535 437 732 000 000 424 078 930 000 2009 679 100 711 349 686 740 000 321 179 520 000 2008 658 95 375 349 686 740 000 266 174 190 000

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindag Kota Bandar Lampung Source : cooperative, UKM, Industrial, & Trade Service of Bandar Lampung City

Banyaknya jumlah koperasi yang tiap tahun terus meningkat serta diikuti pula dengan

kenaikan dan volume usaha menunjukkan bahwa keadaan ini cukup baik. Jika dilihat dari jumlah

anggota koperasi juga menjelaskan bahwa cukup banyak masyarakat bandar Lampung yang

menginvestasikan uang mereka di koperasi yang memiliki jiwa kekeluargaan tinggi. Ditambah

lagi volume usaha serta asset yang dimiliki koperasi cukup tinggi untuk memberikan kontribusi

terhadap PDRB kota Bandar Lampung.

Mengapa jumlah koperasi lebih banyak dari Bank? Karena Koperasi lebih bersifat

kekeluargaan, demi kepentingan bersama, dan untuk kepentingan seluruh anggotanya juga

sedangkan bank berbeda. Ditambah lagi, pendirian koperasi lebih mudah daripada pendirian

bank.

Mengenai jenis koperasi manakah yang paling tinggi asset, anggota, dan volume usaha

serta jumlah dari masing-masing jenis, dipaparkan dalam tabel dibawah ini: (4 tertinggi dari 33

jenis)

Jenis Koperasi Jumlah Koperasi Jumlah Anggota Asset Volume Usaha

Kop. Pegawai Negeri 77 26 743 188 472 560 000 202 079 830 000

Kop. Simpan Pinjam 46 15 553 116 426 300 000 139 769 900 000

Kop. Karyawan 114 15 873 104 771 130 000 135 989 140 000

Kop. Serba Usaha 103 4 764 16 810 370 000 31 114 550 000

Sumber : Dinas Koperasi, UKM, Perindag Kota Bandar Lampung

Page 26: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

26

Data tersebut menggambarkan mana sajakah koperasi yang lebih unggul dibandingkan

dengan koperasi-koperasi jenis lain. Hal tersebut juga menggambarkan keadaan masyarakat kota

Bandar Lampung dalam merespon keberadaan koperasi bahkan dalam mendirikan koperasi.

Dari keempat jenis koperasi diatas, dapat terlihat bahwa dalam hal jumlah, Koperasi

terbanyak adalah koperasi serba usaha namun koperasi usaha memiliki asset dan volume usaha

yang menempati urutan terendah dari kempat data diatas. Sedangkan jumlah asset dan volume

usaha tertinggi yaitu jenis koperasi Pegawai Negeri yang assetnya 188.472.560.000 rupiah

dengan volume usaha 202.079.830.000.

Sedangkan mengenai kecamatan yang memmiliki jumlah terbanyak dalam kepemilikan

koperasi adalah kecamatan Teluk Betung Utara yang memiliki 70 koperasi dimana terbanyak

adalah koperasi Pegawai Negeri yaitu 33 koperasi dan diurutan kedua ditempati oleh kecamatan

kedaton sebanyak 43 koperasi yang tercatat pada BPS Kota Bandar Lampung yang mana 16

diantaranya adalah koperasi serba usaha. Hal ini menunjukkan bahwa kecamatan Teluk Betung

Utara lebih unggul dari kecamatan Kedaton dalam Lembaga Keuangan Non Bank yaitu

Koperasi.

Keberadaan lembaga keuangan Non Bank dinilai cukup baik untuk meningkatkan PDRB

kota Bandar Lampung karena pertumbuhannya sangat pesat. Dan daerah yang dirasa tepat untuk

terus ditingkatkan keberadaan serta kinerja koperasinya adalah Teluk Betung Utara serta

Kedaton. Namun untuk kecamatan-kecamatan lain diharapkan agar kedepannya dapat

meningkatkan keberadaan koperasi yang mana kedepannya dapat membantu perekonomian

daerahnya.

C. Jasa Penunjang Keuangan

Kegiatan sub sektor ini adalah money charger, bursa valuta asing, pasar modal, dan lain-

lain. Untuk kegiatan money charger, penghitungan nilai tambahnya berdasarkan data hasil

SKPR. Sedangkan untuk kegiatan usaha lainnya masih menggunakan rasio nilai tambah

perbankan.

D. Sewa Bangunan

Mencakup semua kegiatan jasa yang berhubungan dengan proses penggunaan

rumah/bangunan sebagai tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal yang oleh rumah tangga

tanpa memperhatikan apakah rumah itu milik sendiri atau rumah yang disewakan. Perkiraan nilai

tambah bruto atas dasar harga konstan didapat dari pengeluaran sewa rumah hasil SUSENAS.

Page 27: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

27

Sedangkan untuk harga berlakunya didasarkan pada elastisitas yang diperoleh dari data

SUSENAS dikalikan dengan estimasi jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam bangunan

untuk tempat tinggal sendiri, pemerintah kota mendapatkan kontribusi untuk PDRB dalam

bentuk Pajak Bumi dan Bangunan.

Mengapa sewa bangunan dapat memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Bandar

Lampung? Hal ini dikarenakan adanya peraturan mengenai sewa tanah dan bangunan yang

dikenai pajak oleh pemerintah.

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari Persewaan

tanah dan atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung

perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri, terutang Pajak Penghasilan

yang bersifat final.

Pajak Penghasilan atas Sewa Tanah dan Bangunan

Dasar Hukum 1. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 Tentang Pembayaran Pajak Penghasilan dari

Persewaan Tanah dan/atau Bangunan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor

29 Tahun 1996

3. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 394/KMK.04/1996

Tentang Pelaksanaan Pembayaran Dan Pemotongan Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari

Persewaan Tanah Dan/Atau Bangunan

4. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 120/KMK.03/2002 Tentang Perubahan

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Nomor Kep – 227/PJ./2002 Tentang Tata Cara Pemotongan Dan Pembayaran, Serta Pelaporan

Pajak Penghasilan Dari Persewaan Tanah Dan Atau Bangunan.

E. Jasa Perusahaan

Meliputi kegiatan advokat, notaris, pengolahan data, biro iklan, sewa menyewa mesin,

dan alat-alat usaha sejenisnya. Perkiraan nilai tambah bruto dan nilai tambah netto sub sektor

jasa perusahaan ini dihitung dengan menggunakan metode pendekatan produksi yang outputnya

diperoleh dengan cara langsung yaini dengan mengalihkan jumlah tenaga kerja sub sektor jasa

perusahaan dengan rata-rata output per tenaga kerja.

Jasa perusahaan juga memegang peranan penting baik dalam memberikan kontribusi

terhadap PBRD Kota Bandar Lampung namun tidak sebesar sub sektor lainnya.

Page 28: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

28

Dari sektor dan beberapa subsektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan maka

dapat dikatakan baik. Kedepannya, pemerintah kota Bandar Lampung perlu untuk terus

meningkatkan kembali subsektor unggulan seperti Bank dan Lembaga Keuangan non Bank yang

mana dinilai oleh penulis merupakan sub sektor yang tepat untuk menjadi titik unggulan.

Peningkatan itu diperlukan agar PDRB Kota Bandar Lampung terus meningkat serta agar Kota

Bandar Lampung menjadi lebih baik dalam hal perekonomian.

Seperti contoh pertumbuhan koperasi yang dari tahun ke tahun meningkat bahkan tidak

pernah mengalami penurunan yang berarti jika pemerintah dan masyarakat sama-sama

membangun kinerja koperasi menjadi lebih baik lagi maka kedepannya dimungkinkan untuk

menambah kontribusi PDRB Kota Bandar Lampung.

Selain itu keberadaan Bank juga dinilai sangat baik apalagi BandarLampung merupakan

pusat dari provinsi Lampung dalam lalu-lintas Ekonomi yang pesat bahkan setiap menitnya lalu

lintas Ekonomi terus terjadi dan meningkat.

Kedua sub sektor ini dinilai penulis lebih tepat untuk dijadikan titik untuk

memperkokohnya.

Lalu bagaimana dengan pendapatan asli daerah Kota BandarLampung?

Kita lihat tabel dibawah ini :

Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung

Tahun 2009-2013

Jenis Pendapatan Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%) Pajak Daerah

2009 45 500 000 000 47 035 295 283 103,7

2010 52 614 913 548 56 627 114 786 107,63

2011 104 234 442 000 112 557 355 470 107,98

2012 183 315 622 192 183 436 575 291 100,07

2013 271 516 090 306 242 651 752 332 89,37

Resribusi Daerah

2009 16 885 236 600 15 849 094 531 94,03

2010 23 835 907 380 21 911 781 739 91,93

2011 36 294 709 552 38 341 095 234 103,84

2012 80 530 077 780 68 252 030 150 84,75

2013 74 053 787 912 50 651 293 897 68,40

Laba BUMD

2009 3 103 554 978 3 087055 409 99,47

2010 3 470 399 341 3 449 388 341 99,39

2011 5 641 089 632 5 631 089 632 99,82

2012 6 601 000 000 6 852 738 932 103,97

Page 29: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

29

2013 8 200 000 000 8 237 246 269 100,45

Lain-lain PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang sah

2009 6 550 518 264 4 460 818 945 68,10

2010 4 246 250 000 4 704 103 834 110,78

2011 9 996 250 000 6 198 579 221 62,01

2012 21 825 350 000 40 414 717 721 183,94

2013 64 341 862 597 59 158 057 632 91,94

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Bandar Lampung

Jika kita lihat tabel diatas, secara garis besar target dan realisasi cukup memuaskan

bahkan ada yang melebihi target. Terutama pada laba BUMD yang melibihi 0,45 % dari target

yang tertulis dalam data diatas.

Hal ini menunjukkan jika laba BUMD memegang peranan besar dari keuangan daerah.

Laba BUMD ini seperti perusahaan daerah angkutan kota, PDAM, PBD, dan lain sebagainya.

Page 30: Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung

30

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PDRB atau Produk Domestik Regional Bruto didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah

yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah atau merupakan jumlah nilai barang

dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi dikurangi dengan biaya antara yang

dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.

Pada Tahun 2013, angka PDRB yang dihasilkan kota bandar lampung sebesar 29,14

trilliyun rupiah. Pencapaian angka PDRB yang terus meningkat selama 5 tahun terakhir

menunjukkan keadaan perekonomian yang membaik.

Dalam hal memberikan kontribusi terbanyak terhadap PDRB Kota BandarLampung

yaitu sektor :

- Industri Pengolahan Tanpa Migas

- Pengangkutan dan Komunikasi

- Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Ketiga sektor tersebut baik dihitung menut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

berlaku maupun Konstan, menunjukkan angka yang baik namun perlu ditingkatkan lagi.

Mengapa ketika sektor ini sangat mendukung? Karena ketiga sektor ini sangat cocok

dengan keadaan Kota BandarLampung dimana arus lalulintas perekonomian sangat mendukung

keberadaan ketika sektor tersebut.

3.2 Saran

Kedepannya diharapkan pemerintah Kota BandarLampung serta masyarakatnya

bersama-sama meningkatkan daerahnya. Pemerintah Kota sendiri juga perlu untuk

mempertimbangkan sektor-sektor yang memiliki kontribusi terbanyak untuk lebih

meningkatkan lagi agar kedepannya Kota BandarLampung menjadi Kota yang lebih baik dan

terus lebih baik dikemudian hari.