107
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP JUMLAH ALOKASI BELANJA MODAL ( Studi Kasus Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat ) H A S I L P E N E L I T I A N S K R I P S I DISUSUN OLEH : RANGEL CHRIS EKO BIETH 2010 50 096 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PAPUA 2014

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DANPERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP JUMLAH ALOKASI

BELANJA MODAL( Studi Kasus Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat )

H A S I L P E N E L I T I A N

S K R I P S I

DISUSUN OLEH :

RANGEL CHRIS EKO BIETH

2010 50 096

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PAPUA

2014

Page 2: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

2

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DANPERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP JUMLAH ALOKASI

BELANJA MODAL( Studi Kasus Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat )

RANGEL CHRIS EKO BIETH

2010 50 096

Skiripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Papua

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PAPUA

MANOKWARI

2014

Page 3: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

3

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul : “PENGARUH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI TERHADAP JUMLAH ALOKASI BELANJA MODAL

( Studi Kasus Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat )”

adalah hasil karya saya dan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber dan informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan pada daftar pustaka dibagian akhir

skripsi ini.

Manokwari, Juli 2014

Rangel Chris Eko Bieth

Page 4: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

4

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Manokwari pada tanggal 27 Desember

1992. Anak Pertama dari Lima bersaudara (Niko, Lia, Jones dan Ello) dengan

Ayah yang bernama Agustinus Bieth dan Ibu yang bernama Levina Sovice

Masoka.

Penulis mulai memasuki jenjang pendidikan formal pada SD YPK 05

Manokwari dan tamat pada tahun 2004. Kemudian penulis menamatkan SMP

pada SMP Negeri 01 Wasior tahun 2007. Selepas itu, penulis menempuh dan

menamatkan pendidikan SMA pada SMA N 1 Manokwari pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis menempuh perkuliahan pada Universitas Negeri Papua

(UNIPA) Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan hingga saat ini.

Selama berada pada bangku perkuliahan, penulis pernah menjabat sebagai

Gubernur Mahasiswa (Gubma) Fakultas Ekonomi periode 2013-2014. Selain

itu, penulis juga pernah masuk dalam keanggotaan Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) Koperasi UNIPA periode 2012-2013. Penulis juga pernah terpilih

sebagai satu diantara kedua Mahasiswa yang mewakili UNIPA untuk

melaksanakan KKN di Kabupaten Wakatobi Sulawesi Tenggara. Penulis juga

pernah terpilih sebagai Juara Pertama Program Mahasiswa Berprestasi di

Tingkat Fakultas, Fakultas Ekonomi UNIPA tahun ajaran 2013/2014.

Page 5: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

5

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia danPertumbuhan Ekonomi Terhadap JumlahAlokasi Belanja Modal

(Studi Kasus Pada PemerintahanKabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat)

Nama Mahasiswa : Rangel Chris Eko Bieth

Nim : 2010 50 096

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Johanis P. Koromat, SE.M.Ec.Dev Lillyani M. Orisu, SE. M.ScNIP : 198009232006041002 NIP : 197212152001122001

Diketahui,Ketua Jurusan Dekan Fakultas Ekonomi

Ekonomi Pembangunan

Sarce B. Awom, SE.M.Sc Ir. Victor E. Fere, M.Nat.Res.EcNIP : 197807162003122002 NIP : 196505211990031005

Tanggal Lulus : 26 Juni 2014

Page 6: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

6

Abstraksi

Pertumbuhan dan perkembangan Kabupaten/Kota Provinsi Papua Baratmenunjukkan perubahan-perubahan yang lebih mengarah kepada perbaikan sertapeningkatan kualitas Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomiyang tentunya sangat mendorong perbaikan kondisi ekonomi dan sosialmasyarakat. Tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh indekspembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah alokasibelanja modal.

Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis pengaruh indeks pembangunanmanusia dan pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah alokasi belanja modal.Sampel yang dilibatkan sebanyak 9 kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat.Estimasi model migrasi dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda(multiple linier regression) untuk menguji hipotesis. Namun sebelum dilakukanpengujian hipotesis terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi klasik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel indeks pembangunanmanusia dan pertumbuhan ekonomi memiliki nilai koefisien positif (+) terhadapminat migrasi dengan nilai R2 99,9% namun hanya variabel pertumbuhanekonomi yang pengaruhnya tidak signifikan terhadap jumlah alokasi belanjamodal.

Kata Kunci : Jumlah Alokasi Belanja Modal, Indeks PembangunanManusia, Pertumbuhan Ekonomi.

Page 7: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

7

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat

limpahan Rahmat, Perlindungan, Berkat dan Pengasihan-Nya sehingga sampai

saat ini penulis masih diberikan bermacam kenikmatan tiada ternilai harganya,

guna menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Indeks Pembangunan

Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

(Studi Kasus Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat)”.

Adalah suatu hal yang mustahil tentunya bila skripsi ini dapat selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih

dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Pimpinan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Papua beserta Staf pengajar,

Staf Administrasi dan TU serta pihak-pihak intern Fakultas yang selama ini

membantu proses perkuliahan di Fakultas Ekonomi.

2. Johanis P. Koromat, SE.M.Ec.Dev selaku dosen pembimbing utama yang

telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta dorongan

semangat kepada penulis sehingga penulis mampu melalui proses ini dengan

lancar.

3. Ibu Lillyani M. Orisu, SE, M.Sc selaku pembimbing kedua yang telah

meluangkan waktu, bimbingan, dan kesabarannya serta dorongan semangat

yang tiada habisnya kepada penulis hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Keluarga tercinta, Bapak Agustinus Bieth, Ibu Levina Sovice Masoka,

Adikku Niko, Lia, (Alm) Nesti, Jones dan Ello. Terima kasih untuk seluruh

doa, dukungan dan pengorbanannya selama ini (I love You all More & Ever).

5. Special “My….. Forever Love (I.Y)”, atas segala dukungan, pengorbanan,

semangat, motivasi serta perhatiannya. (Mmmmuuuuaaaacccchhhh)……….

6. Seluruh teman-teman seangkatan 2010 terutama Rio dan Lius yang telah

memberi dukungan moral dan semangat serta waktu untuk membantu penulis.

Page 8: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

8

Semoga Persahabatan kita tetap terbina…...amin. UNIPA telah

mempersatukan kita.

7. Tak lupa pula kepada rekan-rekan angkatan 2013, angkatan 2012, angkatan

2011, angkatan 2010, angkatan 2009, angkatan 2008, dan angkatan 2007 yang

telah memberikan kesempatan untuk dekat dengan kalian. Semoga hubungan

kekerabatan ini akan terus terjalin.

8. Rekan-rekan EVOLUTIONS UNITED terkhusus Kak Umbu, Jefri

Salamahu, Donny Krey, Rudi, Deey, Chio, Pele, Olof, Ical dan Kizz yang

selalu memberi semangat serta motivasi bagi penulis. Semoga kedepan kita

bisa semakin jaya lagi.

9. Kepada sahabat sejatiku Cone Erari dan Ontex Reba yang selalu

memberikan masukkan dan motivasi yang positif kepada penulis

10. Seluruh pihak-pihak yang yang telah mendukung penyusunan skripsi ini tanpa

terkecuali.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna dan masih

ada kekurangan atau kelemahan. Oleh karena itu, segala kritik, saran demi

perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini penulis terima dengan hormat. Akhirnya

penulis berharap, semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak

yang memerlukan.

Manokwari Juli 2014

Rangel Chris Eko Bieth

Page 9: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

9

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………….. ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN SUMBER

INFORMASI…………………………………………….................. iii

RIWAYAT HIDUP............................................................................ iv

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………….. v

ABSTRAKSI………………………………………………………….. vi

KATA PENGANTAR……………………………………………….. vii

DAFTAR ISI………………………………………………………….. ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………….. xiv

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………. xvi

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………. xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian………………………………… 18

1.2.Perumusan Masalah………………………………………. 24

1.3.Tujuan Penelitian…………………………………………. 24

1.4.Manfaat Penelitian………………………………………... 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1.Tinjauan Pustaka………………………………………….. 26

2.2.Landasan Teori……………………………………………. 30

2.2.1. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan

Ekonomi………………………………………. 30

2.2.2. Pembangunan Ekonomi Daerah………………. 35

Page 10: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

10

2.2.3. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan

Daerah…………………………………………. 36

2.2.3.1.Teori Ekonomi Neo Klasik…………… 37

2.2.3.2.Teori Basis Ekonomi (Economic Base

Theory)………………………………… 37

2.2.3.3.Teori Lokasi…………………………… 38

2.2.3.4.Teori Tempat Sentral…………………. 38

2.2.3.5.Teori Kausasi Kumulatif……………… 39

2.2.3.6.Model Daya Tarik……………………… 39

2.2.4. Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi

Daerah………………………………………… 39

2.2.5. Teori Pengeluaran Pemerintah………………… 42

2.2.5.1.Teori Makro…………………………….. 43

2.2.5.1.1. Model Pembangunan tentang

Perkembangan Pengeluaran

Pemerintah………………… 43

2.2.5.1.2. Hukum Wanger…………… 44

2.2.5.1.3. Teori Peacock dan

Wiseman…………………… 45

2.2.5.2.Teori Mikro…………………………….. 46

2.2.6. Defenisi Keuangan Daerah dan Struktur

APBD…………………………………………… 47

2.2.6.1.Anggaran Pendapatan Daerah………… 48

Page 11: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

11

2.2.6.2.Anggaran Belanja Daerah…………….. 49

2.2.6.3.Pembiayaan Daerah…………………… 52

2.2.7. Pembangunan Manusia dan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM)…………………………………………… 53

2.2.8. Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan

Ekonomi……………………………………….. 54

2.2.9. Hubungan Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan

Ekonomi………………………………………. 56

2.3.Hipotesis………………………………………………….. 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Lingkup Penelitian………………………………………... 58

3.2.Populasi dan Sampel……………………………………… 58

3.3.Data dan Sumber Data……………………………………. 59

3.4.Metode dan Alat Analisis…………………………………. 59

3.4.1. Metode Analisis………………………………. 59

3.4.2. Analisis Regresi Data Panel…………………… 61

3.4.3. Uji Kriteria Pemilihan Model Penelitian……… 63

3.4.3.1.Uji Chow (Uji F Statistik)…………….. 64

3.4.3.2.Uji LM Test…………………………… 65

3.4.3.3.Uji Hausman Test……………………… 67

3.4.4. Pemilihan Model Data Panel………………….. 68

3.4.4.1.Pendekatan Fixed Effect……………… 68

3.4.4.2.Pendekatan Random Effect…………… 69

Page 12: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

12

3.4.5. Alat Analisis…………………………………… 70

3.4.5.1.Regresi Linear Berganda……………… 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Provinsi Papua Barat………………….. 73

4.2.Hasil Penelitian dan Pembahasan…………………………. 73

4.2.1. Perkembangan Variabel yang Diamati……….. 73

4.2.1.1.Pertumbuhan Indeks Pembangunan

Manusia……………………………….. 73

4.2.2. Pertumbuhan Ekonomi………………………… 77

4.2.3. Belanja Modal…………………………………. 78

4.3.Hasil-hasil Estimasi Model Data Panel…………………… 81

4.3.1. Estimasi Regresi Data Panel Dengan Pendekatan Common

Effect………………………………………………… 81

4.3.2. Estimasi Regresi Data Panel Dengan Pendekatan Fixed

Effect…………………………………………… 82

4.3.3. Estimasi Regresi Data Panel Dengan Pendekatan Random

Effect…………………………………………… 84

4.4.Uji Kriteria Pemilihan Model Penelitian………………….. 85

4.4.1. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data

Panel…………………………………………… 85

4.4.1.1.Uji Signifikansi Fixed Effect (Uji F/Uji Chow)

Menurut Green 2000………………….. 85

4.4.1.2.Uji Hausman………………………….. 86

Page 13: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

13

4.4.1.3.Uji LM Test……………………………. 87

4.5.Hasil Uji Hipotesis………………………………………… 88

4.5.1. Fungsi Regresi………………………………… 89

4.6.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Alokasi Belanja

Modal……………………………………………………… 89

4.6.1. Indeks Pembangunan Manusia………………… 89

4.6.2. Pertumbuhan Ekonomi………………………… 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan……………………………………………….. 94

5.2.Saran……………………………………………………… 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

14

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia menurut

Kabupaten/Kota……………………………………… 18

Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Konstan……………………………………………… 20

Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas

Dasar Harga Konstan……………………………….. 21

Tabel 1.4 Realisasi Belanja Modal Kabupaten/Kota Provinsi Papua

Barat………………………………………………… 22

Tabel 2.1 Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi

Daerah……………………………………………… 40

Tabel 4.1 Luas Provinsi Papua Barat Menurut

Kabupaten/Kota……………………………………. 73

Tabel 4.2 Realisasi Belanja Modal Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat,

2007-2010…………………………………………. 79

Tabel 4.3 Hasil Estimasi Data Panel dengan Model Common

Effect………………………………………………. 82

Tabel 4.4 Hasil Estimasi Data Panel dengan Model Fixed

Effect………………………………………………. 83

Tabel 4.5 Hasil Estimasi Data Panel dengan Model Random

Effect………………………………………………. 84

Tabel 4.6 Hasil Uji Hausman………………………………… 86

Tabel 4.7 Kesimpulan Uji Panel Data……………………….. 88

Page 15: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

15

Tabel 4.8 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut

Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi Papua

Barat……………………………………………… 91

Tabel 4.9 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000

Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, (2007-

2010)……………………………………………… 93

Page 16: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

16

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Hubungan Variabel…………………….. 30

Gambar 2.1 Perpotongan Keynesian…………………………… 55

Gambar 3.1 Langkah Penentuan Model Panel Data…………… 64

Gambar 4.1 Luas Provinsi Papua Barat Menurut

Kabupaten/Kota…………………………………… 73

Gambar 4.2 Grafik Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, 2007-2010

(%)………………………………………………… 75

Gambar 4.3 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Papua

Barat, 2007-2010 (%)……………………………… 77

Gambar 4.4 Grafik Realisasi Belanja Modal Kabupaten/Kota Provinsi

Papua Barat, 2007-2010…………………………… 80

Page 17: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Raw Data Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, 2007-

2010………………………………………………………… 99

2. Hasil Estimasi Data Panel…………………………….......... 100

3. Hasil Uji Chow……………………………………….......... 103

4. Hasil Estimasi Uji Hausman………………………………. 104

5. Hasil Uji LM………………………………………………. 106

Page 18: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

18

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Indikator Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)

merupakan salah satu indikator untuk mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik

penduduk. Kualitas fisik; tercermin dari angka harapan hidup; sedangkan kualitas

non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan

angka melek huruf; dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat

yang tercermin dari nilai Purcashing Power Parity (PPP) index.

Tabel. 1.1 Indeks Pembangunan Manusia menurut Kabupaten/KotaHuman Development Index by Regency/Municipality

Tahun/Years 2008-2011

Kabupaten/Kota2008 2009 2010 2011Regency/Municipalit

y(1) (2) (3) (4) (5)

Kabupaten/Regency

Manokwari 65,46 66,20 67,19 67,67

Teluk Bintuni 65,29 65,65 66,58 67,17

Teluk Wondama 64,79 65,27 65,76 66,06

Sorong 67,82 68,16 68,50 68,93

Raja Ampat 63,57 64,08 64,58 65,06

Sorong Selatan 65,77 66,09 66,31 66,59

Fakfak 70,24 70,80 71,46 72,13

Kaimana 69,27 69,80 70,13 70,71

Kota/Municipality

Kota Sorong 76,52 76,84 77,18 77,72

Papua Barat 67,95 68,58 69,15 69,65Rata-rata 68,83

Sumber : Papua Barat Dalam Angka, 2013

Page 19: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

19

Tabel. 1.1 di atas, menunjukkan Indeks Pembangunan Manusia pada 9

Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat. Tahun 2008 Indeks Pembangunan

tertinggi adalah di Kota Sorong 76,52 persen dan terendah adalah 63,57 persen di

Kabupaten Raja Ampat.

Tahun 2011 Indeks Pembangunan Manusia tertinggi di Kota Sorong 77,72

persen dan terendah 65,06 persen di Kabupaten Raja Ampat. Selanjutnya selama

tahun 2008-2011 rata-rata Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Papua Barat

adalah 68,83 persen, yang di kategorikan sebagai pembangunan manusia

menengah, (Todaro dan Smith, 2004).

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk

nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan

tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi

pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila

ada kenaikan output perkapita.

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur

dengan output riil per orang. Sementara Negara-negara miskin berpenduduk padat

dan banyak hidup pada taraf batas hidup dan mengalami kesulitan menaikkannya,

beberapa negara maju menikmati taraf hidup tinggi dan terus bertambah.

Page 20: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

20

Tabel.1.2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000

menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, 2007-2010.

Kab/KotaPDRB Berdasarkan Harga Konstan 2000

2007 2008 2009 2010

Manokwari 904,559.08 996,794.23 1,097,354.94 1,207,806.42

Teluk Bintuni 469,199.26 532,491.94 959,131.10 2,606,650.55

Teluk Wondama 138,569.69 163,861.58 179,915.81 187,514.72

Sorong 1,636,342.72 1,717,793.39 1,796,779.61 1,849,545.90

Raja Ampat 527,409.53 520,947.48 530,848.88 544,046.29

Sorong Selatan 210,618.00 155,047.45 167,627.09 177,864.64

Fakfak 518,795.35 554,990.71 593,354.91 639,868.10

Kaimana 310,251.71 333,672.29 365,586.84 401,941.09

Kota Sorong 1,212,764.48 1,310,000.99 1,424,983.30 1,534,551.22

Total 5,928,509.82 6,285,600.06 7,115,582.48 9,149,788.93

Rata-rata 658,723.31 698,400.01 790,620.28 1,016,643.21

Sumber :Papua Barat dalam Angka, BPS 2014 (data diolah)

Dari Tabel. 1.2 di atas, PDRB berdasarkan Harga Konstan 2000 dari tahun

2007-2010 terdapat kesenjangan PDRB, nilai PDRB tertinggi pada tahun 2007

adalah Kabupaten Sorong (1,636,342.72) dan terendah adalah Teluk Wondama

(138,569.69), nilai PDRB tertinggi pada tahun 2010 berada di Teluk Bintuni

(2,606,650.55), sedangkan PDRB yang terendah berada di Kabupaten Sorong

Selatan (177,864.64).

Page 21: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

21

Tabel.1.3 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Konstan 2000 menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, 2008-2010.

Sumber :Papua Barat dalam Angka, BPS 2014 (data diolah)

Tabel. 1.3 di atas, menjelaskan bahwa laju pertumbuhan yang relative

meningkat selama tahun 2008-2010 adalah Kabupaten Bintuni (12,3; 82,04;

171,11), Kabupaten Raja Ampat (-1,23; 1,90; 2,49; 3,70),dan Kabupaten Kaimana

(7,55; 9,56; 9,94). Selanjutnya rata-rata laju pertumbuhan selama tahun 2008-

2010 yang terendah adalah 1,87 persen di Raja Ampat dan yang tertinggi di Teluk

Bintuni sebesar 88,48 persen. Sedangkan rata-rata laju pertumbuhan di Provinsi

Papua Barat relatif meningkat tahun 2008 (8,61), tahun 2009 (15,75), dan tahun

2010 rata-rata laju pertumbuhan di Papua Barat sebesar (24,72).

Kab/KotaLaju Pertumbuhan (%)

Rata-rata (%)2008 2009 2010

Manokwari 10.2 10.09 10.07 10.12

Teluk Bintuni 12.3 82.04 171.11 88.48

Teluk Wondama 18.25 9.8 4.22 10.76

Sorong 4.98 4.6 2.94 4.17

Raja Ampat -1.23 1.9 2.49 1.87

Sorong Selatan 7.95 8.11 6.19 7.42

Fakfak 6.98 6.91 7.84 7.24

Kaimana 7.55 9.56 9.94 9.02

Kota Sorong 8.02 8.78 7.69 8.16

Total

Rata-rata 8.61 15.75 24.72

Page 22: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

22

Tabel. 1.4 Realisasi Belanja Modal

Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, 2007-2010

Kab/KotaBelanja Modal (juta rupiah)

2007 2008 2009 2010

Manokwari 303,631,680 274,800,998 260,647,704 260,647,704

Teluk Bintuni 311,080,421 337,681,815 432,738,218 318,940,654

Teluk Wondama 140,542,527 333,805,430 202,406,654 166,866,094

Sorong 246,796,571 246,796,571 205,649,471 196,719,624

Raja Ampat 367,919,889 270,286,906 202,531,654 297,127,683

Sorong Selatan 307,320,069 303,965,590 271,849,720 206,468,014

Fakfak 139,519,387 221,111,184 203,397,614 143,559,267

Kaimana 196,719,624 215,944,000 246,796,571 231,567,184

Kota Sorong 99,704,385 158,940,258 177,406,005 121,421,921

Sumber : Papua Barat Dalam Angka, BPS 2014 (data diolah)

Tabel. 1.4 Di atas, menunjukkan perbedaan pada realisasi belanja modal

tahun 2007-2010. Pada tahun 2007 realisasi belanja modal tertinggi adalah di

Kabupaten Raja Ampat sebesar Rp.367,919,889 realisasi terendah adalah di Kota

Sorong Rp.99,704,385 . Pada tahun 2010 realisasi tertinggi adalah di Kabupaten

Teluk Bintuni Rp.318,940,654 dan yang terendah adalah di Kota Sorong

Rp.121,421,921.

Anggaran belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan

sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan

maupun untuk fasilitas publik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan

kualitas pelayanan public, pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi

belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin

yang relatif kurang produktif seperti belanja pegawai dan belanja bantuan sosial.

Pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misal untuk

Page 23: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

23

melakukan aktifitas pembangunan, dengan kata lain belanja modal dilakukan

dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah asset tetap/inventaris

yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya

adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau

menambah manfaat dan meningkatkan kapasitas serta kualitas asset.

Indeks pembangunan manusia dicerminkan oleh pembangunan berbagai

macam sarana prasarana dan infrastruktur guna meningkatkan taraf kualitas fisik

dan non fisik penduduk serta tingkat kesejahteraan masyarakat baik dari aspek

pendidikan, kesehatan dan kebutuhan akan ketersediaan perumahan yang layak.

Untuk itu maka pemerintah memerlukan alokasi belanja modal untuk

mewujudkan pencapaian indeks pembangunan manusia yang baik. Demikian pula

halnya dengan pertumbuhan ekonomi, dimana untuk memacu pertumbuhan

ekonomi maka pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat perlu

mengalokasikan belanja modalnya. Jadi untuk menunjang semua hal tersebut di

atas maka pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat hendaknya

membuat suatu kebijakan yang terkait dengan belanja modal.

Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat yang dimaksud di sini, terdiri

dari 9 Kabupaten/Kota di Papua Barat memiliki karakteristik yang berbeda satu

sama lain, yang memberikan pengaruh bagi perkembangan masing-masing

kabupaten/kota tersebut.

Page 24: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

24

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka yang menjadi

permasalahan di dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh

terhadap jumlah alokasi belanja modal ?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap jumlah

alokasi belanja modal pada pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat.

2. Untuk menganalisis pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap jumlah alokasi

belanja modal pada pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca tentang

pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap

Alokasi Belanja Modal pada pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi Papua

Barat.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah atau pihak-pihak terkait dalam

pengambilan kebijakan yang terkait dengan Alokasi Belanja Modal di Provinsi

Papua Barat.

3. Sebagai sumber dan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Alokasi Belanja Modal di

Provinsi Papua Barat.

Page 25: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

25

4. Sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) di Universitas Negeri

Papua (UNIPA).

Page 26: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Kajian empiris tentang pengeluaran pemerintah berdasarkan pada model

pertumbuhan endogen membedakan antara pengeluaran produktif dan tidak

produktif. Pengeluaran dikatakan produktif jika memasukan argumen-argumen

dalam fungsi produksi privat dan tidak produktif jika sebaliknya. Ini menyiratkan

bahwa pembelanjaan dikatakan produktif jika mempunyai suatu efek langsung

atas pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya tidak produktif maka tidak memiliki

efek secara langsung, (Barro dan Xala-I-Martin,1992). Isu tentang materi

pengeluaran yang digolongkan produktif atau tidak produktif dapat dibantah.

Bukti empiris pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan

berbeda-beda, kebanyakan berdasarkan studi cross-section yang seringkali

meliputi sampel negara-negara maju dan berkembang. Kesimpulan yang utama

dari beberapa studi ini, pengeluaran konsumsi pemerintah memiliki suatu dampak

negative, Barro (1991), (Easterly dan Rebelo, 1993). Studi yang menggunakan

satu sampel hanya Negara maju (OECD) diperoleh hasil serupa. Sebagai contoh :

(Hansson dan Henrekson, 1994) menemukan pengeluaran konsumsi pemerintah

menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi tetapi pengeluaran pada

pendidikan berdampak positif terhadap pertumbuhan. (Kneller et al, 1998),

menemukan pengeluaran produktif mempunyai sesuatu yang positif, sedangkan

pengeluaran tidak produktif memiliki dampak negative atas pertumbuhan pada

Negara-negara OECD (1970-1995).

Page 27: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

27

Barro (1998) menganalisis pengaruh pendidikan terhadap pertumbuhan

ekonomi 100 negara selama tahun 1960-1995. Variabel-variabel ini antara lain :

Government Consumptions / GDP, Years of schooling (as proxy of human

capital), Life Expectancy, Inflations rate, Rule of Law Index, Democrazy Index,

Fertility Rate, Investment / GDP, Growth rate of Terms of Trade. Sedangkan

variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan GDP Perkapita. Dengan

menggunakan model analisis regresi linier berganda hasil penelitian tersebut

memberikan kesimpulan adanya pengaruh yang signifikan antara pendidikan dan

pertumbuhan ekonomi. Secara lebih detail variabel human capital memiliki

peranan lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi dari pada variabel physical

capital.

Amdaiyani (2012) menganalisis pengaruh indeks pembangunan manusia,

pertumbuhan ekonomi, dan belanja operasional terhadap alokasi belanja modal

tahun 2007-2010. Dengan menggunakan analisis regresi linear berganda hasil

penelitian tersebut memberikan kesimpulan adanya pengaruh yang signifikan

antara indeks pembangunan manusia berpengaruh signifikan terhadap jumlah

alokasi belanja modal sedangkan pertumbuhan ekonomi dan belanja operasional

tidak berpengaruh signifikan.

Sebelum disusun kerangka konseptual penelitian, terlebih dahulu disusun

kerangka proses berfikir. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis dan

hasil-hasil penelitian terdahulu, maka disusun kerangka proses berfikir. Kerangka

proses berfikir disusun atas dasar berfikir deduktif dan empiris. Proses berpikir

deduktif dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang relevan dengan

Page 28: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

28

masalah yang diajukan pada penelitian, sedangkan berfikir empiris berpikir secara

ilmiah dan logis atau masuk akal dan penelitian dibahas secara mendalam

berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kerangka proses berfikir dalam studi ini dimulai dengan studi teoritik,

yakni menganalisa teori-teori yang relevan dengan studi ini yang dimulai dari

Teori Kesejahteraan, Teori Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal. Teori-

teori ini dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun konsep proposal penelitian

dengan proses berfikir dedukatif, karena teori ini mempunyai kajian yang bersifat

umum yang dapat diterapkan pada kasus-kasus khusus. Dasar teoritik dan kajian

empiric yang mendasari hubungan antar variabel satu dengan yang lainnya

dijelaskan sebagai berikut :

Dari beberapa komponen sebagaimana yang dikemukakan tersebut

tentunya secara linier berkaitan dengan alokasi belanja modal yang ditetapkan

oleh pemerintah kabupaten/kota. Jika dilihat dari besarnya jumlah alokasi belanja

modal yang disediakan oleh pemerintah kabupaten/kota maka akan berdampak

pada pembangunan infrastruktur komponen-komponen yang melingkupi indeks

pembangunan manusia. Oleh karena itu dimungkinkan terdapat pengaruh dari

indeks pembangunan manusia terhadap jumlah alokasi belanja modal; yang

ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat.

Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap alokasi belanja

modal. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat berdasarkan nilai PDRB. PDRB

perkapita dapat dijadikan sebagai salah satu indicator guna melihat keberhasilan

pembangunan perekonomian di suatu wilayah. PDRB dapat menggambarkan

Page 29: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

29

kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Oleh

karena itu besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat

bergantung kepada potensi sumber daya alam dan factor produksi daerah tersebut.

Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan

besaran PDRB bervariasi antar daerah. Sedangkan PDRB per kapita dapat

dihitung dari PDRB harga konstan dibagi dengan jumlah penduduk pada suatu

wilayah.

Belanja modal memiliki karakteristik spesifik yang menunjukkan adanya

berbagai pertimbangan pengalokasiannya. Alokasi belanja modal yang didasarkan

pada kebutuhan memiliki arti bahwa tidak semua satuan kerja atau unit organisasi

di pemerintahan daerah melaksanakan kegiatan atau proyek pengadaan asaet

tetap. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing satuan

kerja, ada satuan kerja yang memberikan pelayanan public berupa penyediaan

sarana dan prasarana fisik.

Page 30: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

30

Gambar 2.1 :Kerangka Hubungan Variabel

Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah Pengalokasian

Belanja Modal sebagai objek utama penelitian dan juga sebagai variable dependen

penelitian. Dan variable lainnya ( Indeks Pembangunan Manusia dan

Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel independen).

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian pembangunan selama tiga decade yang lalu adalah kemampuan

ekonomi nasional untuk menaikkan dan mempertahankan GNP antar 5 sampai 7

INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA

( X1)

PERTUMBUHAN

EKONOMI

( X2)

PENGALOKASIAN

BELANJA MODAL

Ket :

= Mempengaruhi

Page 31: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

31

persen atau lebih pertahun, pengertian ini sangat bersifat ekonomis. Tetapi

pengertian pembangunan mengalami perubahan karena pembangunan yang

berorientasikan pada kenaikan GNP saja tidak bisa memecahkan permasalahan

pembangunan secara mendasar. Hal ini tampak pada taraf dan kualitas hidup

sebagian besar masyarakat tidak mengalami perbaikan kendatipun target GNP

pertahun telah tercapai. Dengan kata lain ada tanda-tanda kesalahan besar dalam

mengartikan istilah pembangunan secara sempit, Arsyad (2004).

Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang

dilakukan suatu Negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

masyarakatnya. Dengan pembatasan ini, maka pembangunan ekonomi pada

umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan

pendapatan riil per kapita penduduk suatu Negara dalam jangka panjang yang

disertai oleh perbaikan system kelembagaan, Arsyad (2004).

Dari definisi diatas jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai pengertian :

1) Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus-menerus.

2) Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita.

3) Kenaikan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka

panjang.

4) Perbaikan system kelembagaan disegala bidang (misalnya : ekonomi,

politik, hukum, social, dan budaya). Sistem kelembagaan ini bisa ditinjau dari 2

aspek yaitu : aspek perbaikan dibidang organisasi (institusi) dan perbaikan

dibidang regulasi (baik legal formal maupun informal).

Page 32: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

32

Beberapa ekonom membedakan pengertian pembangunan ekonomi (economic

development) dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth). Para ekonom

yang membedakan kedua pengertian tersebut mengartikan istilah pembangunan

ekonomi sebagai :

1) Peningkatan pendapatan per kapita masyarakat yaitu tingkat pertambahan

GDP/GNP pada suatu tahun tertentu adalah melebihi tingkat pertambahan

penduduk.

2) Perkembangan GDP/GNP yang terjadi dalam suatu Negara dibarengi oleh

perombakan dan modernisasi struktur ekonominya (transformasi structural).

Arsyad (2004), sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai

kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih

kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur

ekonomi terjadi atau tidak. Namun demikian, pada umumnya para ekonom

memberikan pengertian sama untuk kedua istilah tersebut. Mereka mengartikan

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sebagai kenaikan GDP/GNP saja.

Dalam pembangunan yang lebih umum, istilah pertumbuhan ekonomi biasanya

digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di Negara-negara maju,

sedangkan istilah pembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan

ekonomi di Negara berkembang. (Todaro dan Smith, 2004) menyatakan ada 3

faktor dalam pertumbuhan ekonomi di setiap Negara :

a) Akumulasi modal (capital accumulation)

Page 33: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

33

Meliputi semua jenis investasi baru yang ditanamkan pada pabrik baru, tanah,

peralatan fisik dan pembinaan sumber daya manusia juga dapat meningkatkan

kualitasnya, sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif yang sama

terhadap angka produksi. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari

pendapatan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output atau

pendapatan pada masa yang akan datang.

b) Pertumbuhan penduduk (growth in population)

Maksudnya adalah dengan pertumbuhan penduduk diikuti oleh pertumbuhan

tenaga kerja sebagai salah satu factor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi.

Ini berarti dengan pertambahan penduduk akan menambah jumlah produktivitas.

Pertumbuhan penduduk yang lebih besar akan menyebabkan pertumbuhan pasar

domestic akan lebih besar, namun positif atau negatifnya pertumbuhan penduduk

dalam pembangunan ekonomi sepenuhnya tergantung pada kemampuan system

perekonomian tersebut untuk menyerap setiap tambahan angkata kerja.

c) Kemajuan Teknologi (technological progress)

Merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting, karena dengan

kemajuan teknologi akan ditemukan cara baru ataupun teknologi baru untuk

menggantikan cara-cara lama sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi dengan cepat.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang

apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada apa yang dicapai

sebelumnya. Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dalam jangka

panjang, harus memperhatikan kebijakan penggunaan sumberdaya agar terhindar

Page 34: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

34

dari penggunaan sumberdaya yang tidak tepat. Para ahli ekonomi pembangunan

masa kini masih terus menyempurnakan makna, hakikat dan konsep pertumbuhan

ekonomi. Para ahli ekonomi pembangunan tersebut menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB

saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat inmaterial seperti kenikmatan,

kepuasan dan kebahagiaan dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan

masyarakat, Arsyad (2004).

Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam

jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai

barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan

atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan

yang ada. Terdapat enam karakteristik pertumbuhan ekonomi menurut Kuznets,

yaitu : (Todaro dan Smith, 2004).

1) Tingkat perkembangan output perkapita dan pertumbuhan penduduk yang

tinggi.

2) Tingkat pertumbuhan produktifitas factor yang tinggi.

3) Tingkat transformasi struktur ekonomi yang tinggi.

4) Tingkat transformasi social dan teknologi yang tinggi

5) Adanya kecenderungan Negara-negara yang mulai atau yang sudah maju

perekonomiannya untuk merambah bagian-bagian dunia lain sebagai daerah

pemasaran dan sumber bahan baku.

Page 35: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

35

6) Berkurangnya kesenjangan pertumbuhan antara negera maju dengan

Negara-negara sedang berkembang.

2.2.2. Pembangunan Ekonomi Daerah.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sector swasta

untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan

kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut, Arsyad

(2004).

Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan

terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan

daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan

potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara local

(daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif

yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan

kesempatan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan

ekonomi.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yaitu proses yang

mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri

alternative, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk

dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan

pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Setiap upaya pembangunan daerah

mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja

Page 36: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

36

untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut,

pemerintah dan masyarakt harus secara bersama-sama mengambil inisiatif

pembangunan daerah.

2.2.3. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah

Saat ini tidak ada suatu teori pun yang mampu untuk menjelaskan

pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif. Namun demikian, ada

beberapa teori yang secara parsial yang dapat membantu kita untuk memahami

arti penting pembangunan ekonomi daerah. Pada hakekatnya inti dari teori-teori

tersebut berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang berkisar tentang metoda

dalam menganalisis perekonomian suatu daerah dan teori-teori yang membahas

tentang factor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah,

Arsyad (2004).

Pengembangan metoda yang menganalisis perekonomian suatu daerah

penting sekali kegunaannya untuk mengumpulkan data tentang perekonomian

daerah yang bersangkutan serta proses pertumbuhannya, yang kemudian dapat

dipakai sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus

diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada. Namun harus diakui,

menganalisis perekonomian daerah sangat sulit karena (1) data tentang daerah

sangat terbatas, (2) data yang tersedia umumnya tidak sesuai dengan data yang

dibutuhkan untuk analisis daerah, (3) data tentang perekonomian daerah sangat

sukar dikumpulkan, (4) bagi Negara sedang berkembang, disamping kekurangan

data sebagai kenyataan yang umum, data yang ada yang terbatas itu pun banyak

yang sulit dipercaya.

Page 37: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

37

Kalau analisis pembangunan nasional dibandingkan dengan analisis

pembangunan daerah, maka akan tampak bahwa analisis pembangunan ekonomi

daerah sangat ketinggalan, baik ditinjau dari cakupan analisis maupun

kedalamannya. Disamping itu, analisis regional yang ada bertitik tolak dari

analisis permasalahan dan kebijaksanaan pembangunan daerah dinegara maju,

padahal struktur perekonomian Negara-negara maju sangat berbeda dengan

struktur perekonomian Negara sedang berkembang, demikian juga dengan

struktur perekonomian daerahnya. Perbedaan struktur ini mengakibatkan perlunya

analisis dan cara pendekatan yang berbeda.

2.2.3.1.Teori Ekonomi Neo Klasik

Peranan teori ini tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah

(regional) karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang signifikan. Namun

demikian teori ini memberikan dua konsep pokok yaitu keseimbangan

(equilibrium) dan mobilitas factor produksi. Artinya system perekonomian akan

mencapai keseimbangan alamiah jika modal bisa mengalir tanpa pembatasan.

Karena itu modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju daerah

yang berupah rendah, Arsyad (2004).

2.2.3.2.Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa factor penentu utama pertumbuhan

ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan

barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industry-industri yang

menggunakan sumberdaya local, termasuk tenaga kera dan bahan baku untuk

diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job

Page 38: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

38

creation). Strategi pembangunan daerah yang didasarkan teori ini adalah

penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada dunia usaha yang

mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasi

kebijakannya mencakup pengurangan hambatan terhadap perusahaan-perusahaan

yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.

Kelemahannya, model ini didasarkan pada permintaan eksternal bukan internal,

yang akan menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-

kekuatan pasar secara nasional maupun global, Arsyad (2004).

2.2.3.3.Teori Lokasi

Para ekonom regional sering mengatakan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan daerah, yaitu : lokasi, lokasi dan lokasi. Pernyataan ini sangat masuk

akal jika dikaitkan dengan pengembangan kawasan industry. Perusahaan

cenderung untuk meminimumkan biayanya dengan cara memaksimumkan

peluangnya untuk mendekati pasar. Terdapat variable lainnya yang mempengaruhi

kualitas atau suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya energy,

ketersediaan pemasok, komunikasi, fasilitas pendidikan dan latihan, kualitas

pemerintah daerah dan tanggungjawabnya, dan sanitasi. Keterbatasan dari teori

lokasi pada saat sekarang adalah bahwa teknologi dan komunikasi modern telah

mengubah signifikansi suatu lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi

barang, Arsyad (2004).

2.2.3.4.Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hirarkhi

tempat (hierarchy of places). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat

Page 39: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

39

yang lebih kecil yang menyediakan sumberdaya (industry dan bahan baku).

Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa

bagi penduduk daerah yang mendukungnya.

Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik

di daerah perkotaan maupun di perdesaan. Misalnya, perlunya melakukan

perbedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertetangga (berbatasan). Beberapa

daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan lainnya hanya sebagai

daerah pemukiman, Arsyad (2004).

2.2.3.5.Teori Kausasi Kumulatif

Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep

dasar dari tesis kausasi kumulatif (cumulative causation) ini. Kekuatan-kekuatan

pasar cenderung memperparah kesenjangan antar daerah-daerah tersebut (maju

versus terbelakang). Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan

kompetitif disbanding daerah-daerah lainnya. Hal ini disebut Myrdal (1957)

sebagai backwash effect, Arsyad (2004).

2.2.3.6.Model Daya Tarik

Teori daya Tarik industry adalah model pembangunan ekonomi yang paling

banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah

bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis

melalui pemberian subsidi dan insentif, Arsyad (2004).

2.2.4. Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Teori pembangunan yang ada sekarang ini, seperti yang diuraikan di atas, tidak

mampu untuk menjelaskan kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi daerah

Page 40: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

40

secara tuntas dan komprehensif. Oleh karena itu, suatu pendekatan alternative

terhadap teori pembangunan perlu dirumuskan untuk kepentingan perencanaan

pembangunan ekonomi daerah. Pendekatan ini merupakan sintesa dan perumusan

kembali konsep-konsep yang ada. Pendekatan ini bertujuan memberikan dasar

bagi kerangka pikir dan rencana tindakan yang akan diambil dalam konteks

pembangunan ekonomi daerah, Arsyad (2004).

Tabel. 2.1. Paradigma Baru teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Komponen Konsep Lama Konsep Baru

Kesempatan Kerja Semakin banyak peluang =

semakin banyak peluang

kerja

Perusahaan harus

mengembangkan pekerjaan

yang sesuai dengan

“kondisi” penduduk daerah

Basis Pembangunan Pengembangan sector

ekonomi

Pengembangan lembaga-

lembaga ekonomi baru

Aset-Aset Lokasi Keunggulan komparatif

didasarkan pada asset fisik

Keunggulan kompetitif

didasarkan pada kualitas

lingkungan

Sumberdaya

Pengetahuan

Ketersediaan angkatan

kerja

Pengetahuan sebagai

pembangkit ekonomi

Sumber : (Arsyad, 2004 dan Kuncoro, 2004), yang dimodifikasi dari Blakely, 1989.

Page 41: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

41

Dalam pembangunan ekonomi daerah peran pemerintah dapat mencakup peran-

peran wirausaha (entrepreneur), coordinator, fasilitator dan simulator Kuncoro

(2004).

1) Sebagai Wirausaha

Sebagai wirausaha, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk

menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah dapat memanfaatkan potensi

tanah dan bangunan untuk tujuan bisnis. Tanah dan bangunan dapat dikendalikan

oleh pemerintah daerah untuk tujuan konservasi atau alasan-alasan lingkungan

lainnya, dapat juga sebagai alasan perencanaan pembangunan atau juga dapat

digunakan untuk tujuan-tujuan lain yang bersifat ekonomi. Dengan peran sebagai

wirausaha, pemerintah daerah dituntut untuk jeli dan proaktif dalam

mengembangkan bisnis daerah.

2) Koordinator

Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai coordinator untuk menetapkan

kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan di daerahnya.

Lebih jauh lagi, peran coordinator pemerintah dalam pembangunan ekonomi

dapat melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dalam mengumpulkan dan

mengevaluasi informasi-informasi ekonomi seperti tingkat ketersediaan pekerjaan,

angkatan kerja, pengangguran dan jumlah perusahaan.

3) Fasilitator

Page 42: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

42

Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan

lingkungan perilaku di daerahnya. Peran ini dapat meliputi pengefisienan proses

pembangunan, perbaikan prosedur perencanaan dan penetapan peraturan

kelompok masyarakat yang berbeda dapat membawa kepentingan yang berbeda

dalam proses penentuan kebijakan pembangunan ekonomi.

4) Stimulator

Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan

usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan-

perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan mempertahankan perusahaan-

perusahaan yang ada.

2.2.5. Teori Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah, apabila

pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,

maka pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh

pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Dalam perekonomian modern

peranan pemerintah dapt diklasifikasikan dalam tiga golongan besar yaitu :

peranan alokasi, yaitu peranan dalam alokasi sumber-sumber ekonomi;peranan

distribusi dan peranan stabilisasi, Mangkusubroto (2001)

Teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah, terdiri dari teori

makro dan teori mikro. Yang selanjutnya teori makro dapat menjelaskan

perhitungan jangka panjang pertumbuhan pengeluaran pemerintah sedangkan teori

Page 43: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

43

mikro menjelaskan perubahan secara khusus komponen-komponen pengeluaran

pemerintah.

2.2.5.1. Teori Makro

Teori makro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah dikelompokkan

menjadi tiga golongan, (Mangkusubroto, 2001) yaitu :

2.2.5.1.1. Model Pembangunan tentang Perkembangan Pengeluaran

Pemerintah

Model ini dikembangkan oleh Rostow Musgrave yang menghubungkan

perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan

ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut.

Pada tahap awal perkembangan ekonomi, presentasi investasi pemerintah terhadap

total investasi besar, sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan

prasarana, seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan sebagainya.

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap

diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas,

namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar.

Musgrave berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta

dalam presentase terhadap GNP semakin besar dan presentase investasi

pemerintah dalam presentase terhadap GNP akan semakin kecil. Pada tingkat

ekonomi yang lebih lanjut, Rostow menyatakan dalam Mangkusubroto (2001),

bahwa pembangunan ekonomi aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan

prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktifitas social seperti halnya

Page 44: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

44

program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat dan lain

sebagainya.

Teori perkembangan peranan pemerintah yang dikemukakan oleh

Musgrave dan Rostow adalah suatu pandangan yang ditimbulkan dari pengamatan

berdasarkan pembangunan ekonomi yang dialami oleh banyak Negara, tetapi

tidak didasarkan oleh suatu teori tertentu.

2.2.5.1.2. Hukum Wanger

Wanger mengemukakan teori mengenai perkembangan pengeluaran

pemerintah yang semakin besar dalam presentasi terhadap GNP yang juga

didasarkan pula pengamatan di Negara-negara Eropa, U.S, Jepang pada abad 19,

Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu hukum, akan tetapi

dalam pandangannya tersebut tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan

pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan GNP, apakah dalam pengertian

pertumbuhan secara relative ataukah secara absolut. Apabila yang dimaksud oleh

Wagner adalah perkembangan pengeluaran pemerintah secara relative

sebagaimana teori Musgrave, maka hukum Wagner adalah sebagai berikut : dalam

suatu perekonomian, apabila pendapatan per kapita meningkat, secara relative

pengeluaran pemerintah pun akan meningkat.

Dasar dari hukum Wagner adalah pengamatan empiris dari Negara-negara

maju (USA, German, Jepang) tetapi hukum tersebut memberi dasar akan

timbulnya kegagalan pasar dan eksternalitas. Wagner menerangkan bahwa

peranan pemerintah menjadi semakin besar terutama karena pemerintah harus

Page 45: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

45

mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, dalam pendidikan, rekreasi,

kebudayaan dan sebagainya.

Kelemahan hukum Wagner adalah tidak didasarkan pada suatu teori

mengenai pemilihan barang-barang punlik, Wagner mendasarkan pandangannya

pada suatu teori yaitu teori organis mengenai pemerintah (organic theory of the

state) yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak,

terlepas dari anggota masyarakat lainnya.

2.2.5.1.3. Teori Peacock dan Wiseman

Peacock dan Wiseman mengemukakan teori mengenai perkembangan

pengeluaran pemerintah yang terbaik. Teori mereka didasarkan pada suatu

pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbesar

pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin

besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin membesar tersebut.

Teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar dari teori pemungutan suara.

Mereka mendasari teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai

suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat di mana masyarakat dapat

memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk

membiayai pengeluaran pemerintah.

Teori Peacock dan Wiseman adalah perkembangan ekonomi menyebabkan

pemungutan pajak semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah, dan

meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga

semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal meningkatnya GNP

Page 46: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

46

menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan

pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar.

Apabila dalam keadaan normal tersebut terganggu, misalnya terjadi perang, maka

pemerintah harus memperbesar pengeluaran untuk membiayai perang. Karenanya

penerimaan pemerintah dari pajak juga meningkat, dan pemerintah meningkatkan

penerimaannya dengan cara menaikan tariff pajak sehingga dana swasta untuk

investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek pengalihan

(displacement effect), yaitu adanya suatu gangguan social menyebabkan aktifitas

swasta dialihkan pada aktifitas pemerintah.

2.2.5.2. Teori Mikro

Tujuan teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah adalah

untuk menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi tersedianya barang public

menentukan jumlah barang yang akan disediakan melalui anggaran belanja.

Jumlah barang public yang disediakan selanjutnya akan menimbulkan permintaan

akan barang yang lain. Teori mikro mengenai pengeluaran pemerintah

dirumuskan sebagai berikut :

Penentuan permintaan :

Ui = f(G,X)

G = Vektor dari barang public

X = Vektor barang swasta

i = individu; i = 1,…,m

U = Fungsi utilitas

Page 47: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

47

Perkembangan pengeluaran pemerintah dapat dijelaskan dengan beberapa factor

seperti berikut ini : a) perubahan permintaan akan barang public, b) perubahan

dari aktifitas pemerintah dalam menghasilkan barang public dan juga perubahan

dari kombinasi factor produksi yang digunakan dalam proses produksi, c)

perubahan kualitas barang public, dan d) perubahan harga-harga factor-faktor

produksi.

2.2.6. Definisi Keuangan Daerah dan Struktur APBD

Dalam peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2005 maupun Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, menyatakan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban

daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai

dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Definisi keuangan daerah adalah kemampuan pemerintah daerah untuk

mengawasi daerah untuk mengelola mulai dari merencanakan, melaksanakan,

mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi berbagai sumber keuangan sesuai

dengan kewenangannya dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi,

dekosentrasi dan tugas pemerintah di daerah yang diwujudkan dalam bentuk

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Ketika membicarakan pengelolaan keuangan daerah, tidak dapat dilepas

pisahkan dari pembahasan mengenai APBD. Oleh karena itu, pembahasan

mengenai manajemen keuangan daerah bertolak dari pembahasan APBD yang

Page 48: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

48

merupakan program kerja pemerintah daerah dalam satuan angka. Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD menurut UU Nomor

33 Tahun 2004 adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Dengan demikian, anggaran daerah pada hakekatnya merupakan salah satu

alat untuk meningkatkan pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat sesuai

dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab sehingga

APBD harus benar-benar dapat mencerminkan dan mampu menjawab tuntutan

masyarakat melalui berbagai program dan kegiatan dalam upaya peningkatan

kualitas dan kuantitas pelayanan public, seperti pendidikan, kesehatan,

kebersihan, keamanan, ketertiban dan lain sebagainya dengan memperhatikan

potensi dan keanekaragaman daerah.

Sesuai UU Nomor 32 Tahun 2004, UU Nomor 33 Tahun 2004, dan PP Nomor 58

Tahun 2005 serta UU Nomor 24 Tahun 2005 maupun Permendagri nomor 13

tahun 2006 struktur APBD diuraikan sebagai berikut :

2.2.6.1. Anggaran Pendapatan Daerah

Anggaran pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening

kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam

satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah, yang dirinci

menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, objek dan

rincian objek pendapatan. Uraiannya sebagai berikut :

Page 49: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

49

a. Pendapatan Asli Daerah, yang selanjutnya disebut PAD yaitu :

1) Pajak Daerah

2) Retribusi Daerah

3) Lain-lain PAD yang sah.

b. Pendapatan Transfer :

1) Transfer Pemerintah Pusat berupa Dana Perimbangan :

a) DAU adalah Dana Alokasi Umum

b) DAK adalah Dana Alokasi Khusus

2) Transfer Pemerintah Pusat Lainnya berupa DOK adalah Dana Otonomi

Khusus

3) Transfer Pemerintah Provinsi berupa dana bagi hasil pajak dan sumber

daya alam.

c. Lain-lain pendapatatn yang sah, yaitu berupa dana hibah, dana darurat,

lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah.

2.2.6.2. Anggaran Belanja Daerah

Anggaran Belanja Daerah adalah semua pengeluaran Pemerintah Daerah

pada suatu periode anggaran yang meliputi semua pengeluaran dari rekening kas

umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam

satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah

dan dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan,

kelompok, jenis, objek dan rincian objek belanja. Belanja daerah terdiri dari

Page 50: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

50

belanja administrasi umum (belanja aparatur daerah), belanja pelayanan public,

dan pembiayaan daerah :

a. Belanja administrasi umum (Belanja Aparatur). Belanja Administrasi

umum adalah semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak berhubungan

secara langsung dengan aktifitas atau pelayanan public. Kelompok belanja

administrasi umum terdiri atas empat jenis, yaitu :

1) Belanja pegawai. Belanja pegawai merupakan pengeluaran pemerintah

daerah untuk orang/personal yang tidak berhubungan secara langsung dengan

aktifitas atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai.

2) Belanja barang. Belanja barang merupakan pengeluaran pemerintah daerah

untuk penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan langsung dengan

pelayanan public.

3) Belanja perjalanan dinas. Belanja perjalanan dinas merupakan pengeluaran

pemerintah untuk biaya perjalanan pegawai dan dewan yang tidak berhubungan

secara langsung dengan pelayanan public

4) Belanja pemeliharaan. Belanja pemeliharaan merupakan pengeluaran

pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang tidak berhubungan

secara langsung dengan pelayanan public.

b. Belanja Pelayanan Publik. Belanja ini merupakan semua pengeluaran

pemerintah daerah yang berhubungan dengan aktifitas atau pelayanan public.

Kelompok belanja ini meliputi :

1) Belanja Pegawai. Belanja pegawai (Kelompok Belanja Operasi dan

Pemeliharaan sarana dan prasarana Publik) merupakan pengeluaran pemerintah

Page 51: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

51

daerah untuk orang/personal yang berhubungan langsung dengan suatu aktivitas

atau dengan kata lain merupakan belanja pegawai yang bersifat variabel.

2) Belanja barang dan jasa. Belanja barang (Kelompok Belanja Operasi dan

Pemeliharaan sarana dan prasarana Publik) merupakan pengeluaran pemerintah

daerah untuk penyediaan barang dan jasa yang berhubungan langsung dengan

pelayanan public.

3) Belanja perjalanan dinas. Belanja perjalanan (Kelompok Belanja Operasi

dan Pemeliharaan sarana dan prasarana Publik) merupakan pengeluaran

pemerintah daerah untuk biaya perjalanan pegawai yang berhubungan langsung

dengan pelayanan public.

4) Belanja pemeliharaan. Belanja pemeliharaan (Kelompok Belanja Operasi

dan Pemeliharaan sarana dan prasarana Publik) merupakan pengeluaran

pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang mempunyai hubungan

langsung dengan pelayanan public.

5) Belanja Modal. Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah

yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau

kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin

seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Selain itu belanja modal juga digunakan

untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau

pembangunan asset tetap berwujud dan digunakan dalam kegiatan pemerintahan,

seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,

irigasi dan jaringan, dan asset tetap lainnya. Belanja modal dibagi menjadi :

Page 52: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

52

a. Belanja public, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara

langsung oleh masyarakat umum.

b. Belanja aparatur, yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung

dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan langsung oleh aparatur.

c. Belanja tak tersangka. Belanja tak tersangka adalah pengeluaran yang

dilakukan oleh pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan tek terduga

dan kejadian-kejadian luar biasa.

2.2.6.3. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaraan

pembiayaan. Penerimaan pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan

untuk menutup deficit atau untuk memanfaatkan surplus yang dirinci menurut

urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, objek dan rincian objek

pembiayaan.

Penerimaan pembiayaan mencakup ; 1) Sisa lebih perhitungan anggaran

tahun anggaran sebelumnya (SiLPA); 2) pencairan dana cadangan; 3) hasil

penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; 4) penerimaan pinjaman daerah; 5)

penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan 6) penerimaan piutang daerah.

Sedangkan pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima

kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun

anggaran berikutnya. Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud mencakup

: a) pembentukan dana cadangan; b) penanaman modal (investasi) pemerintah

daerah; c) pembayaran pokok utang; dan d) pemberian pinjaman daerah.

Page 53: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

53

2.2.7. Pembangunan Manusia dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Menurut UNDP 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk

memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (“a process of enlarging people’s

choices”). Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa focus pembangunan

suatu Negara adalah manusia sebagai asset Negara yang sangat berharga. Definisi

pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan

yang sangat luas. Definisi ini lebih luas dari definisi pembangunan yang hanya

menekankan pada pertumbuhan ekonomi. Dalam konsep pembangunan manusia,

pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sisi manusianya, bukan

hanya dari sisi pertumbuhan ekonominya.

Sebagaimana laporan UNDP (1995), dasar pemikiran konsep

pembangunan manusia meliputi aspek-aspek sebagai berikut :

1) Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian;

2) Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi

penduduk, bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu,

konsep pembangunan manusia harus berpusat pada penduduk secara

komprehensif dan bukan hanya pada aspek ekonomi semata;

3) Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya

meningkatkan kemampuan/kapasitas manusia, tetapi juga pada upaya-upaya

memanfaatkan kemampuan/kapasitas manusia tersebut secara optimal;

4) Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu : produktifitas,

pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan;

Page 54: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

54

5) Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan

pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Konsep pembangunan manusia yang diprakarsai dan ditunjang oleh UNDP

ini mengembangkan suatu indicator yaitu : Indeks Pembangunan Manusia/

Human Development Index, yang memeringkat semua Negara berdasarkan tiga

tujuan atau produk akhir pembangunan: masa hidup (longevity) yang diukur

dengan usia harapan hidup, pengetahuan (Knowledge)) yang diukur dengan

kemampuan baca tulis orang dewasa secara tertimbang (dua pertiga) dan rata-rata

tahun bersekolah (sepertiga), serta standar kehidupan (standar of living) yang

diukur dengan pendapatan riil per kapita, disesuaikan dengan paritas daya beli

(purchasing power parity atau PPP) dari mata uang setiap Negara untuk

mencerminkan biaya hidup dan untuk memenuhi asumsi utilitas marjinal yang

semakin menurun dalam pendapatan. Semua Negara diperingkat menjadi tiga

kelompok : 1) tingkat pembangunan manusia yang rendah (0,0 – 0,499), 2) tingkat

pembangunan manusia menengah (0,50 – 0,799), dan 3) tingkat pembangunan

manusia yang tinggi (0,80 – 1,0), (Todaro dan Smith, 2004).

2.2.8. Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan mengenai pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan

ekonomi diuraikan panjang lebar dalam The General Theory Keynes. Teori ini

menguraikan bahwa pendapatan total perekonomian dalam jangka pendek, sangat

ditentukan oleh keinginan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah untuk

membelanjakan pendapatannya. Untuk memodelkan pandangan Keynesian

Page 55: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

55

mengenai pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi ini

diilustrasikan dengan pemodelan yang disebut perpotongan Keynesian (Mankiw,

2007).

Gambar. 2.2 Perpotongan Keynesian

Besar kenaikan output sebagai dampak dari kenaikan pengeluaran

pemerintah disebut pengganda pembelian pemerintah (government purchases

multiplier) yang diukur dengan ratio ΔY/ΔG. Implikasi dari perpotongan

Keynesian adalah bahwa kenaikan output (ΔY) lebih besar dari kenaikan

pengeluaran pemerintah (ΔG), hal ini disebabkan karena adanya efek berantai

yang ditimbulkan dari peningkatan pengeluaran pemerintah. Proses ini bermula

dari perubahan awal pengeluaran pemerintah sebesar (ΔG) meningkatkan output

ΔY sebesar ΔG, peningkatan output atau pendapatan ini selanjutnya

Pengeluaran Pemetintah

Pengeluaran yangdirencanakan

Output (Y)

KenaikanPengeluaranPemerintah (ΔG)

Pengeluaran Pemerintah

MeningkatkanPendapatan Sebesar :

ΔG

1 - MPC

Y1 Y2

Page 56: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

56

meningkatkan konsumsi masyarakat sebesar MPC x ΔG. Di mana MPC

(Marginal Propensity to Consume) adalah kecenderungan mengkonsumsi

marginal. Kenaikan dalam pendapatan yang kedua ini sekali lagi meningkatkan

konsumsi sekarang sebesar MPC x (MPC x ΔG) dan seterusnya.

Secara Matematis angka pengganda pengeluaran dapat ditulis sebagai berikut :

ΔY

ΔG

ΔY

ΔG

2.2.9. Hubungan Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan manusia berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui demokrasi.

Pengaruh langsung pembangunan manusia terhadap pertumbuhan dapat dilihat

dari penelitian yang dilakukan oleh Bank Dunia (1993) dan Bank Pembangunan

Asia (1997), menemukan bahwa tingkat melek huruf yang tinggi, tingkat

kematian bayi yang rendah dan tingkat kesenjangan dan kemiskinan yang rendah

memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang cepat di Asia

Timur dan Tenggara, Kuncoro (2004).

1 + MPC + MPC²+ MPC³+ …

1/(1 – MPC)

=

=

Page 57: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

57

2.3. Hipotesis

Berdasarkan uraian pembahasan permasalahan, teori, konsep serta

kerangka pemikiran yang sebelumnya disajikan, maka hipotesis yang akan

diajukan dalam penelitian ini adalah :

1) Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap

jumlah alokasi belanja modal.

2) Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah

alokasi belanja modal.

Page 58: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lingkup Penelitian

Lokasi atau objek penelitian sekaligus sebagai populasi penelitian adalah

Provinsi Papua Barat, yang meliputi 9 Kabupaten / Kota yaitu Kabupaten

Manokwari, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten

Sorong, Kabupaten Raja Ampat, Sorong Selatan, Kabupaten Fak-fak, Kabupaten

Kaimana dan Kota Sorong, tanpa Kabupaten Pemekaran Baru : Kabupaten

Tambrauw, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Manokwari Selatan, dan Kabupaten

Pegunungan Arfak dengan alasan data periode sampel tidak tersedia.

Periode penelitian adalah dari tahun 2007-2010. Sehingga untuk analisa

data penulis menggunakan data panel : cross section 9 Kabupaten / Kota dan time

series 2007-2010.

Data lain yang digunakan yaitu : Data Indeks Pembangunan Manusia tahun 2007-

2010 dan data Pertumbuhan Ekonomi tahun 2007-2010.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten / Kota yang ada di

Provinsi Papua Barat. Sampel adalah bagian dari populasi, sampel yang diambil

dalam penelitian ini adalah Kabupaten Manokwari, Kabupaten Teluk Bintuni,

Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat, Sorong

Selatan, Kabupaten Fak-fak, Kabupaten Kaimana dan Kota Sorong, sehingga

jumlah sampel adalah sebanyak 9 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua

Barat.

Page 59: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

59

3.3. Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data panel yaitu gabungan antara data

time series (selama 4 tahun, yakni 2007 – 2010) dan data cross section untuk

kabupaten/kota sebanyak 9, sehingga membentuk jumlah data yang diobservasi

sebanyak 36 data (9 kabupaten/kota selama 4 tahun). Sumber data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik Provinsi Papua

Barat dan Biro Pengelolaan Keuangan Provinsi Papua Barat, dimana data tersebut

meliputi indeks pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi dan data alokasi

belanja modal pada pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat tahun

2007-2010.

3.4. Metode dan Alat Analisis

3.4.1. Metode Analisis

Dalam penelitian ini digunakan teknik pengolahan data dengan

menggunakan regresi data panel (panel data regression model) untuk

mengestimasi model yang ada. Data panel dapat digunakan untuk mengatasi

ketersediaan data untuk mewakili variable yang digunakan dalam penelitian. Jika

ditemukan bentuk dalam series yang pendek sehingga proses pengolahan data

time series tidak dapat dilakukan karena jumlah data yang minim. Demikian pula

bila ditemukan bentuk data dengan jumlah unit cross section yang terbatas, maka

sulit melalukan pengolahan data untuk mendapatkan informasi perilaku dari

model yang diteliti.

Page 60: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

60

Data panel atau pooling merupakan kombinasi antara data runtut waktu (time

series) dan data cross-section,berkembangnya penggunaan data panel berkaitan

dengan sejumlah keunggulan yang dimiliki.

Hsiao (1995) menyebutkan beberapa keunggulan data panel disbanding data

cross-section dan time series, antara lain :

1. Menyediakan sampel atau observasi yang banyak (mengatasi masalah

keterbatasan jumlah data runtut waktu) sehingga akan menghasilkan degree of

freedom yang lebih besar, mengurangi kolinearitas antar variable penjelas,

sehingga meningkatkan efisiensi estimasi ekonometri.

2. Pendekatan data panel memungkinkan peneliti untuk menganalisis pertanyaan-

pertanyaan ekonomi yang penting yang tidak dapat diselesaikan dengan cross-

section maupun time series. Oleh karena itu data cross section diyakini

merefleksikan jangka pendek, maka kombinasi dalam data panel memungkinkan

perumusan struktur dinamis yang komprehensif.

Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk mengestimasi model regresi

data panel yaitu :

1. Common Effect

Pendekatan pertama untuk mengestimasi data panel adalah common effect, yaitu

estimasi yang dilakukan hanya dengan menggabungkan data time series dan data

cross section, dianggap sama. Hal ini berarti model persamaan untuk factor-faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua Barat pada periode

2007-2010 adalah satu dan sama untuk semua kabupaten/kota. Hal ini merupakan

kelemahan dari metode common effect karena kondisi masing-masing

Page 61: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

61

kabupaten/kota adalah tidak sama, sehingga memerlukan model persamaan

dengan slope dan konstanta yang berbeda-beda untuk masing-masing

kabupaten/kota.

2. Fixed Effect

Pendekatan fixed effect digunakan untuk melihat perbedaan koefisien antar model

untuk masing-masing kabupaten/kota. Dalam pendekatan ini konstanta untuk

masing-masing persamaan untuk setiap kabupaten/kota adalah berbeda. Hal ini

menunjukkan adanya factor alami yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan

ekonomi yang berbeda-beda antara kabupaten/kota

3. Random Effect

Pendekatan random effect menghasilkan konstanta yang berbeda-beda untuk

masing-masing kabupaten/kota namun diasumsikan bersifat random. Penentuan

konstanta yang bersifat random tersebut berdasarkan pada adanya variable

gangguan yang saling mempengaruhi antar kabupaten/kota maupun antar periode

waktu. Munculnya variable gangguan disebabkan oleh adanya variable-variabel

lain yang masuk ke dalam model, sehingga nilai variable gangguan akan bersifat

random dan acak dan dapat bernilai positif atau negative. Kekurangan dari metode

random effect adalah adanya variable gangguan yang dapat bernilai besar sekali.

Variabel gangguan ini dapat muncul karena model yang digunakan dalam

persamaan terlalu sederhana, sehingga variable-variabel yang ada tidak mampu

menjelaskan variable dependen dengan baik.

Page 62: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

62

3.4.2. Analisis Regresi Data Panel

Analisis regresi data panel merupakan analisis mengenai ketergantungan

satu variable dependen terhadap satu atau lebih variable dengan melibatkan

kombinasi data time series yang memiliki observasi temporal biasa pada unit

analisis dengan data cross section.

Model umum analisis regresi data panel dapat diformulasikan sebagai berikut :

yi,t = ai + β’xit + eit

Dimana ai adalah individual effect yang konstan over time, xit adalah vector

variable penjelas yang asumsinya nonstokastik dan error term eit dan i =

1,2,3,…,N adalah jumlah observasi antar individu sementara t = 1,2,3,…,T adalah

observasi runtun waktu. Terdapat dua kemungkinan kesesuaian model :

1. Kondisi dimana intersep dalam model bersifat heterogen (ai ≠ aj)

sementara slopenya homogen (βi ≠ βi).

2. Kondisi dimana intersep dalam model bersifat heterogen (ai ≠ aj)

demikian pula slopenya (βi ≠ βi).

Model data panel umumnya digunakan untuk menganalisis perbedaan

karakteristik antar individu data dalam kerangka waktu, dengan kata lain, model

data panel menggabungkan data yang bersifat cross section dengan time series.

Menurut Baltagi (2001) keunggulan dari menggunakan data panel, antara lain :

1. Jumlah observasi banyak, karena menggabungkan data time series dan

cross section sehingga dengan menggunakan data panel, maka kendala jumlah

observasi yang sedikit dapat teratasi.

Page 63: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

63

2. Data panel didesain untuk menganalisis perbedaan karakteristik antar

individu (heteroskedastisitas). Hal ini tentunya tidak dapat dilakukan oleh regresi

secara time series maupun cross section. Walaupun demikian, data panel juga

dapat menganalisis variable-variabel yang cenderung tetap, baik antar individu

maupun waktu.

3. Data panel dapat mengatasi masalah hubungan linear antar variable

independen (multikolinearitas). Hal ini tentunya disebabkan banyak individu yang

diobservasi, dimana setiap individu memiliki variabilitas berbeda-beda yang

memiliki observasi-observasi pada unit analisis pada suatu titik tertentu.

4. Data panel dapat menganalisis perubahan variable secara dinamis. Pada

regresi cross section, analisis variable hanya dapat dilakukan dalam satu waktu.

Meskipun dapat diaplikasikan kembali pada waktu yang berbeda, hasil analisis

tidak dapat menjelaskan proses perubahan variable secara berkelanjutan. Oleh

karena itu, data panel banyak digunakan dalam analisis yang memerlukan horizon

waktu panjang

5. Hasil analisis data panel cenderung tak bias, Hal ini dikarenakan data

panel tidak menggunakan metode secara agregat, namun lebih mengutamakan

analisis mikro (seperti provinsi).

3.4.3. Uji Kriteria Pemilihan Model Penelitian

Untuk menentukan teknik yang paling sesuai untuk melakukan regresi data panel

digunakan 3 uji, yaitu :

Page 64: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

64

1. Uji Statistik F (uji Chow), untuk memilih metode common effect atau fixed

effect.

2. Uji Langrange Multiplier (LM) digunakan untuk memilih antara common

effect atau random effect.

3. Uji Hausman, untuk memilih antara fixed effect atau random effect.

Untuk lebih jelasnya disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 3.1. Langkah Penentuan Model Panel Data

3.4.3.1. Uji Chow (Uji F Statistik)

Menurut Green (2000) Uji Chow test digunakan untuk mengetahui apakah

teknik regresi data panel dengan menggunakan fixed effect model lebih baik dari

model regresi data panel common effect dengan melihat residual sum of squares.

Pooled Least Squared(Common Effect)

Fixed Effect

Random

Effect

LM Test

Chow Test

HausmanTest

Page 65: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

65

Adapun uji Chow secara matematis adalah sebagai berikut :

F =

Dimana :

RSSR = restricted sum of squares residual

Yang merupakan sum of square residual dari model common effect

USSR = unrestricted sum of square residual

Yang merupakan nilai sum of square residual dari model fixed effect.

N = jumlah individu data

T = panjang waktu data

K = jumlah variabel independen

Nilai Chow test yang didapat kemudian dibandingkan dengan F-tabel pada

numerator (N – 1) dan denumerator (NT – N – K). Nilai F-tabel menggunakan a

sebesar 1% dan 5%. Perbandingan tersebut dilakukan dengan hipotesis sebagai

berikut :

Ho = menerima model common effect, jika nilai Chow < F-tabel

H1 = menerima model fixed effect, jika nilai Chow > F-tabel

3.4.3.2. Uji LM Test.

Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik dari metode

OLS digunakan uji Lagrange Multiplier (LM). Uji signifikansi Random Effect ini

dikembangkan oleh Bruesch-Pagan. Metode Bruesch Pagan untuk uji signifikansi

model Random Effect didasarkan pada nilai residual dari metode OLS.

(RSSR – USSR)/(N – 1)

USSR / (NT – N – K)

Page 66: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

66

Hipotesis dari LM test adalah :

Ho = menggunakan common effect/ Pooled Least Square, jika nilai LM < nilai

chi – square kritis.

Ha = menggunakan random effect, jika nilai LM > nilai chi- square kritis.

Adapun nilai statistic LM dihitung berdasarkan formula, Widarjono (2007:260)

sebagai berikut :

^ ² ²

LM = ^ ²

Dimana :

n : adalah jumlah individu

T : adalah jumlah periode waktu

e : adalah residual metode OLS

Uji LM ini didasarkan pada distribusi chi – squares dengan degree of

freedom sebesar jumlah variabel independen dengan a 1% dan 5%. Jika nilai LM

lebih besar dari nilai kritis chi – squares maka menolak hipotesis nul. Artinya,

estimasi yang tepat untuk model regresi data panel adalah metode Random Effect

dari pada metode OLS. Sebaiknya jika nilai LM statistic chi – squares lebih kecil

nilai kritis maka menerima hipotesis nul. Estimasi Random Effect dengan

nT

2 ( T – 1 )

-1

Page 67: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

67

demikian tidak bisa digunakan untuk regresi data panel, tetapi digunakan metode

OLS.

3.4.3.3. Uji Hausman Test.

Selanjutnya untuk mengetahui dan atau menentukan pilihan antara

penggunaan model fixed effect atau model random effect yang paling tepat dalam

estimasi model regresi data panel maka dilakukan uji Hausman, di mana bentuk

uji Hausman ini didasarkan pada ide bahwa least squares dummy variabel

(LSDV) di dalam metode fixed effect dan generalized least square (GLS) adalah

efisien, dilain pihak alternatifnya metode OLS efisien dan generalized least

square (GLS) tidak efisien, secara matematis dapat disajikan sebagai berikut :

H = (βFE – βRE)ˡ [ cov (βFE) – cov (βRE) ]ˡ (βFE – βRE)

Dimana :

βFE = Matriks koefisien estimator dari model Efek Tetap

βRE = Matriks koefisien estimator dari model Efek Random

cov (βFE) = Matriks kovarian koefisien estimator dari model Efek Tetap

cov (βRE) = Matriks kovarian koefisien estimator dari model Efek Random

Statistik uji Hausman mengikuti statistic chi-square dengan degree of

freedom (df), sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel independen.

Selanjutnya kerangka hipotesisnya adalah :

Ho = menggunakan pendekatan random effect, jika nilai Hausman <

nilai chi – square.

Page 68: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

68

H1 = menggunakan pendekatan fixed effect, jika nilai Hausman > nilai

chi – square.

3.4.4. Pemilihan Model Data Panel

Pada dasarnya terdapat berbagai bentuk model regresi yang dapat

digunakan dalam analisis data panel (Gujarati dan Porter, 2009) mendeskripsikan

dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun model regresi data panel.

Kedua pendekatan tersebut adalah :

3.4.4.1. Pendekatan Fixed Effect

Model ini menangkap variasi yang unik dalam suatu intersep yang

bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Model ini juga sering disebut least

square dummy variabel dan within estimator for the slope coefficient along with

their standar errors ( within-group regression ). Model ini menggunakan perubah

boneka untuk memungkinkan perubahan-perubahan dalam intersep-intersep silang

tempat dan runtut waktu akibat adanya perubah-perubah yang dihilangkan. Selain

itu model ini intersepnya bervariasi terhadap individu namun konstan terhadap

waktu sedangkan slopenya konstan baik terhadap individu maupun waktu. Pada

pendekatan fixed effect, terdapat lima kemungkinan bentuk regresi yang dapat

digunakan dalam analisis data panel. Namun pembahasan dalam penelitian ini

difokuskan pada dua kemungkinan bentuk model regresi, yaitu :

1. Semua koefisien konstan antar waktu dan individu, bentuk model

regresi ini kemudian dikenal dengan nama pooled least square (PLS). Secara

matematis model regresi sebagai berikut :

Page 69: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

69

Yit= ao + βkXkit + uit

2. Koefisien slope konstan, tetapi intersep bervariasi antar individu.

Bentuk model regresi ini kemudian dikenal dengan namafixed effect model

(FEM). Secara matematis model regresinya sebagai berikut :

Yit= ai + βkXkit + uit

Indikator I pada ai menjelaskan perbedaan intersep antar individu,

namun konstan antar waktu. Untuk menganalisis perbedaan tersebut kita dapat

menggunakan variabel semu (dummy) sebagai gambaran karakteristik individu.

Model regresi tersebut kemudian dikenal dengan least square dummy variabel

(LSDV). Secara matematis seperti berikut ini :

Yit = ai + aiDi + βkXkit + uit

3.4.4.2. Pendekatan Random Effect

Model random effect intersepnya bervariasi terhadap individu dan

waktu namun slopenya konstan terhadap individu maupun waktu. Metode ini juga

dikenal sebagai variance components estimation. Keuntungan model ini

meningkat efisiensi proses pendugaan kuadrat terkecil dengan memperhitungkan

pengganggu-pengganggu cross section dan time series. Pada pendekatan ini,

Page 70: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

70

intersep dalam model regresi data panel, dipengaruhi oleh nilai tertentu (random

error). Nilai tersebut menggambarkan karakteristik individu yang tidak dapat

dijelaskan model regresi data panel. Secara matematis, model regresinya sebagai

berikut :

Yit = ai + βkXkit + uit …………

ai = ai +B1 i = 1,2, ….. N

3.4.5. Alat Analisis

3.4.5.1. Regresi Linear Berganda

Dalam penelitian ini dilakukan analisis secara kuantitatif digunakan

dengan tujuan untuk menguji dan menganalisis apakah terdapat pengaruh dari

indeks pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah alokasi

belanja modal pada pemerintahan kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat dengan

menggunakan alat analisis Regresi Linier Berganda. Menurut Hotman (2009:220-

239) analisis Regresi Linier Berganda dengan rumus :

Y = β0 + β1x1 + β2x2 + … +βkxk

Adapun model yang dibentuk oleh peneliti terdahulu yang menjadi acuan bagi

penulis adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + e

Y = Pengalokasian Belanja Modal

Page 71: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

71

β0 = Intersep

β = Koefisien Regresi

x1 = Indeks Pembangunan Manusia

x2 = Pertumbuhan Ekonomi

X3 = Belanja Operasional

Dari model tersebut kemudian penulis membuat model baru dengan memodifikasi

model tersebut, sebagai berikut :

Y = β0 + β1x1 + β2x2 + e

Y = Pengalokasian Belanja Modal

β0 = Intersep

β = Koefisien Regresi

x1 = Indeks Pembangunan Manusia

x2 = Pertumbuhan Ekonomi

Adapun uji hipotesis dalam Regresi Berganda yakni sebagai berikut :

Ho : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh nyata dari variabel independent

terhadap variable dependent dengan a = 5%.

Ho : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh nyata dari variabel independent

terhadap variabel dependentdengan a = 5%

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan bantuan software Eviews 7

untuk menganalisis uji-uji (uji common effect, fixed effect dan random

effect)yang akan dilakukan.

Page 72: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

72

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Provinsi Papua Barat

Provinsi Papua Barat dengan Ibukota Provinsi adalah Manokwari yang

merupakan wilayah pemekaran dari Provinsi Papua, memiliki luas wilayah

97.024,37 Km² (berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun

2008) habis dibagi menjadi 10 kabupaten dan 1 kotamadya (BPS, 2012) yang

terdiri atas 154 Distrik atau Kecamatan, dan 1.361 Kampung/Desa. Letak Provinsi

Papua Barat berada pada 0°,0” - 4°,0” Lintang Selatan dan 24°00” - 132°,0” Bujur

Timur. Tepat berada di bawah garis Katulistiwa dengan ketinggian 0-100 meter

dari permukaan laut. Batas-batas wilayah Provinsi Papua Barat adalah :

Sebelah Utara : Samudra Pasifik

Sebelah Selatan : Laut Banda, Provinsi Maluku

Sebelah Barat : Laut Seram, Provinsi Maluku

Sebelah Timur : Provinsi Papua

Kabupaten Manokwari memiliki iklim tropis dengan suhu udara berkisar

antara 26,4° celsius sampai 31,9° celcius pada siang hari. Suhu terendah biasanya

terjadi pada bulan Maret sedangkan suhu tertinggi biasanya terjadi pada bulan

November. Kelembaban nisbi udara relatif tinggi berkisar antara 71% - 87 %

pertahun. Curah hujan tertinggi mencapai 5025 mm dan terendah 77 mm.

Page 73: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

73

Tabel. 4.1.Luas Provinsi Papua Barat Menurut Kabupaten/Kota

No. Kabupaten/Kota Luas (KM²) Persentase1 Manokwari 14,250.94 15

2 Teluk Bintuni 20,840.83 21

3 Teluk Wondama 3,959.53 4

4 Sorong 7,415.29 8

5 Raja Ampat 8,034.44 8

6 Sorong Selatan 3,946.94 4

7 Fakfak 11,036.48 11

8 Kaimana 16,241.84 17

9 Kota Sorong 656.64 1

10 Maybrat 5,461.69 6

11 Tambrauw 5,179.65 5

Total Luas Wilayah Provinsi Papua Barat 97,024.27 100Sumber : Papua Barat dalam angka, 2012

Gambar. 4.1. Luas Provinsi Papua Barat Menurut Kabupaten/Kota

Sumber : Papua Barat dalam angka, 2012 (Data Diolah)

Tabel 4.1. dan Gambar 4.1, menunjukkan luas wilayah Provinsi Papua

Barat tanpa kabupaten pemekaran baru yaitu: Kabupaten Manokwari Selatan dan

Kabupaten Pegunungan Arfak. Kedepannya luas Kabupaten yang berbatasan

Manokwari15%

Teluk Bintuni21%

Teluk Wondama4%

Sorong8%

Raja Ampat8%

Sorong Selatan4%

Fakfak11%

Kaimana17%

Kota Sorong1%

Maybrat6%

Tambrauw5%

Luas Kabupaten/Kota Di Provinsi Papua Barat

Page 74: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

74

langsung dengan kedua Kabupaten tersebut akan berkurang luasnya, seperti :

Kabupaten Manokwari.

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1. Perkembangan Variabel yang Diamati

4.2.1.1. Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia

Menurut UNDP 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk

memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (“ a process of enlarging people’s

choices”). Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa focus pembangunan

suatu Negara adalah manusia sebagai asset Negara yang sangat berharga. Definisi

pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan

yang sangat luas.

Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis

serta di pahami dari sisi manusianya, bukan hanya dari sisi pertumbuhan

ekonominya. Dalam konteks UNDP menganggap bahwa pembangunan manusia

dapat dilihat sebagai proses upaya agar penduduk mempunyai perluasan pilihan

dan sekaligus sebagai taraf kehidupan yang dicapai dari upaya tersebut. Pada saat

yang sama pembangunan manusia dapat dilihat juga sebagai upaya pembangunan

kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan dan

keberhasilan sekaligus sebagai pemanfaatan kemampuan/ketrampilan. Dalam

memacu pembangunan manusia, dibutuhkan kebijakan pemerintah yang

mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Page 75: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

75

Gambar. 4.2. Grafik Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, 2007-2010. (%)

Sumber : Indeks Pembangunan Manusia, BPS Provinsi Papua Barat, 2007-2010 (Diolah)

Dari gambar 4.2., selama tahun pengamatan 2007-2010, pertumbuhan IPM

berfluktuasi di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat. Tahun 2007 pertumbuhan

IPM tertinggi di Kabupaten Kaimana (2,53) persen dan pertumbuhan IPM

terendah di Kabupaten Raja Ampat (0,27) persen. Tahun 2008 pertumbuhan IPM

tertinggi di Kabupaten Teluk Wondama (2,19) persen dan pertumbuhan IPM

terendah di Kabupaten Sorong Selatan (0,60) persen. Tahun 2009 pertumbuhan

IPM tertinggi di Kabupaten Manokwari (1,13) persen dan pertumbuhan IPM

terendah di Kota Sorong (0,42) persen. Tahun 2010 pertumbuhan IPM tertinggi di

0.000.501.001.502.002.503.00

2007 2008 2009 2010Laju Pertumbuhan IPM

Manokwari 1.86 2.01 1.13 1.50Teluk Bintuni 2.38 1.38 0.55 1.42Teluk Wondama 1.44 2.19 0.74 0.75Sorong 1.53 0.91 0.50 0.50Raja Ampat 0.27 1.76 0.80 0.78Sorong Selatan 2.32 0.60 0.49 0.33Fakfak 1.87 0.95 0.80 0.93Kaimana 2.53 0.68 0.77 0.47Kota Sorong 0.92 1.23 0.42 0.44Rata-rata 1.68 1.30 0.69 0.79

Pert

umbu

han

IPM

(%)

Pertumbuhan Indeks Pembangunan ManusiaKabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, 2007-2010. (%)

Page 76: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

76

Kabupaten Manokwari (1,50) persen dan pertumbuhan IPM terendah di

Kabupaten Sorong Selatan (0,33) persen.

4.2.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah di

proksi dengan laju pertumbuhan PDRB. PDRB menggambarkan kemampuan

wilayah dalam menghasilkan barang dan jasa dalam kurung waktu tertentu. Secara

teoritis pada tingkatan tertentu nilai dari barang dan jasa tersebut mencerminkan

juga pendapatan masyarakat.

Dari konsep baru paradigm pembangunan ekonomi daerah, maka

dibutuhkan informasi pertumbuhan ekonomi yang secara umum diukur dengan

besaran yang disebut Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional dan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat provinsi maupun

kabupaten/kota.

Laju pertumbuhan PDRB tahun 2007-2010, berfluktuasi seperti Kabupaten

Sorong Selatan, Fak-fak, dan Kota Sorong. Dan yang mengalami penurunan

adalah Kabupaten Manokwari, Teluk Wondama dan Kabupaten Sorong.

Sedangkan yang konsisten meningkat adalah Kabupaten Teluk Bintuni, Raja

Ampat dan Kaimana. Rata-rata laju pertumbuhan PDRB kabupaten/kota di

Provinsi Papua Barat, tahun 2007 adalah sebesar (1,68), tahun 2008 adalah

sebesar (1,30), tahun 2009 adalah sebesar (0,69), dan tahun 2010 adalah sebesar

(0,79). Selama periode pengamatan 2007-2010 rata-rata laju pertumbuhan PDRB

adalah (1,12).

Page 77: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

77

Gambar. 4.3.

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota

Provinsi Papua Barat, 2007-2010 (%)

Sumber : Papua Barat dalam Angka, BPS 2006-2011. (Data Diolah)

Pada tahun 2007 laju pertumbuhan yang tertinggi adalah di Kota Sorong

(74,9) persen dan yang terendah adalah di kabupaten Raja Ampat (62,3) persen.

Tahun 2008 laju pertumbuhan yang tertinggi adalah di kabupaten Teluk

Wondama (18,25) persen dan yang terendah di kabupaten Raja Ampat (-1,23).

Tahun 2009 laju pertumbuhan tertinggi adalah di kabupaten Teluk Bintuni (82,04)

persen dan yang terendah di kabupaten Raja Ampat (1,9) persen. Tahun 2010 laju

pertumbuhan tertinggi adalah di kabupaten Teluk Bintuni (171,11) persen dan

yang terendah adalah di kabupaten Raja Ampat (2,49) persen.

-200

20406080

100120140160180

Manokwari

TelukBintuni

TelukWonda

ma

Sorong RajaAmpat

SorongSelatan

Fakfak Kaimana

KotaSorong

2007 63 62.9 62.5 66.2 62.3 63.9 68.3 67.1 74.92008 10.2 12.3 18.25 4.98 -1.23 7.95 6.98 7.55 8.022009 10.09 82.04 9.8 4.6 1.9 8.11 6.91 9.56 8.782010 10.07 171.11 4.22 2.94 2.49 6.19 7.84 9.94 7.69

Laju

Per

tum

buha

n PD

RB

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/KotaProvinsi Papua Barat, 2007-2010

Page 78: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

78

Pada tahun 2008 laju pertumbuhan PDRB negatif terjadi di kabupaten Raja

Ampat (-1,23). Nilai negatif di kabupaten Raja Ampat diakibatkan oleh nilai

PDRB yang menurun pada tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2007. Alasan

nilai negatif laju pertumbuhan PDRB di Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2008,

searah dengan (Adelman dan Morris, 1973) yang menyatakan, bahwa secara

umum penyebab ketidakmerataan laju pertumbuhan PDRB di Negara sedang

berkembang adalah pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan

menurunnya pendapatan per kapita, inflasi yang dikarenakan pendapatan uang

bertambah tetapi tidak diikuti secara proposional dengan pertambahan produksi

barang-barang. Faktor inflasi yang dinyatakan oleh (Adelman dan Morris, 1973),

terjadi pula di Provinsi Papua Barat karena kegiatan ekonomi masih bersifat

konsumsi dan bukan bersifat produksi, sehingga harga barang di Provinsi Papua

Barat relatif tinggi dibandingkan dengan daerah lain diluar Provinsi Papua Barat.

4.2.3. Belanja Modal

Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang

manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau

kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin

seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Selain itu belanja modal juga digunakan

untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau

pembangunan asset tetap berwujud dan digunakan dalam kegiatan pemerintahan,

seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,

irigasi dan jaringan, dan asset tetap lainnya.

Page 79: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

79

Tabel. 4.2. Realisasi Belanja Modal

Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, 2007-2010

Kab/KotaBelanja Modal (juta rupiah)

2007 2008 2009 2010

Manokwari 303,631,680 274,800,998 260,647,704 260,647,704

Teluk Bintuni 311,080,421 337,681,815 432,738,218 318,940,654

Teluk Wondama 140,542,527 333,805,430 202,406,654 166,866,094

Sorong 246,796,571 246,796,571 205,649,471 196,719,624

Raja Ampat 367,919,889 270,286,906 202,531,654 297,127,683

Sorong Selatan 307,320,069 303,965,590 271,849,720 206,468,014

Fakfak 139,519,387 221,111,184 203,397,614 143,559,267

Kaimana 196,719,624 215,944,000 246,796,571 231,567,184

Kota Sorong 99,704,385 158,940,258 177,406,005 121,421,921

Sumber : Papua Barat Dalam Angka, BPS 2014 (Data Diolah)

Dari table 4.2., menunjukkan realisasi belanja modal selama tahun

pengamatan 2007-2010. Kabupaten/Kota yang berfluktuatif adalah : (Manokwari,

Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Raja Ampat, Fak-fak, Kaimana, dan Kota

Sorong) Tahun 2007 realisasi belanja modal tertinggi di Kabupaten Raja Ampat

(Rp. 367.919.889,-), selanjutnya Teluk Bintuni (Rp. 311.080.421,-), Sorong

Selatan (Rp. 307.320.069), Manokwari (303,631,680,-), Sorong (Rp.

246.796.571), Kaimana (Rp. 196.719.624,-), Teluk Wondama (Rp. 140.542.527,-

), Fak-fak (139.519.387,-), dan Kota Sorong (Rp. 99.704.385,-).Pada Tahun 2010

realisasi belanja modal tertinggi di Kabupaten Teluk Bintuni (Rp. 318.940.654,-),

kemudian Raja Ampat (Rp. 297.127.683,-), Manokwari (Rp. 260.647.704,-),

Kaimana (Rp. 231.567.267,-), Sorong Selatan (Rp. 206.468.014,-), Sorong (Rp.

196.719.624,-), Teluk Wondama (Rp. 166.866.094,-), Fak-fak (Rp. 143.559.267,-)

dan Kota Sorong (Rp. 121.421.921,-).

Page 80: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

80

Untuk lebih jelasnya tersaji dalam gambar grafik berikut :

Gambar. 4.4. Grafik Realisasi Belanja Modal Kabupaten/Kota

Provinsi Papua Barat, 2007-2010

Dari tabel 4.2. dan Gambar 4.4. , menggambarkan realisasi belanja modal

di Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat. Realisasi belanja modal di kabupaten

pemekaran (Kaimana, Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Sorong Selatan dan Raja

Ampat) lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten induk (Manokwari, Fak-fak

dan Sorong). Hal ini dilakukan pemerintah guna mencukupi kebutuhan akan

sarana dan prasarana dasar yang akan meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Searah dengan Dao (1995) yang meneliti factor-faktor penentu

050,000,000

100,000,000150,000,000200,000,000250,000,000300,000,000350,000,000400,000,000450,000,000

2007 2008 2009 2010Manokwari 303,631,680 274,800,998 260,647,704 260,647,704Teluk Bintuni 311,080,421 337,681,815 432,738,218 318,940,654Teluk Wondama 140,542,527 333,805,430 202,406,654 166,866,094Sorong 246,796,571 246,796,571 205,649,471 196,719,624Raja Ampat 367,919,889 270,286,906 202,531,654 297,127,683Sorong Selatan 307,320,069 303,965,590 271,849,720 206,468,014Fakfak 139,519,387 221,111,184 203,397,614 143,559,267Kaimana 196,719,624 215,944,000 246,796,571 231,567,184Kota Sorong 99,704,385 158,940,258 177,406,005 121,421,921

Real

isasi

Bela

nja

Mod

al (J

uta

Rp)

Realisasi Belanja Modal Kabupaten/KotaProvinsi Papua Barat, 2007-2010

Page 81: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

81

pengeluaran pemerintah dengan menggunakan kesejahteraan, dari data 105 negara

atas lima tipe layanan pemerintah: pendidikan, kesehatan, pertahanan, keamanan,

perumahan, dan kesejahteraan rakyat. Jumlah penduduk, pendapatan per kapita,

kepadatan penduduk, tingkat urbanisasi dijadikan sebagai variabel penjelas

(explanatory variables). Dari hasil analisis data menunjukkan pendapatan per

kapita merupakan factor penentu utama variasi pengeluaran pemerintah. Temuan

lain dari penelitian tersebut menyatakan bahwa kepadatan penduduk memililiki

pengaruh positif pada pengeluaran pemerintah untuk perumahan, pendidikan,

kesehatan, dan kesejahteraan social di Negara-negara maju, sedangkan tingkat

urbanisasi mampu menjelaskan variasi pengeluaran pemerintah per kapita pada

kesejahteraan rakyat di Negara berkembang. Untuk variabel variasi pendapatan

per kapita dapat diterima karena bukti realisasi belanja modal diberikan jauh

lebih tinggi pada kabupaten pemekaran dengan PDRB yang rendah.

4.3. Hasil-Hasil Estimasi Model Data Panel

4.3.1. Estimasi Regresi Data Panel Dengan Pendekatan Common effect.

Hasil analisis jumlah alokasi belanja modal di sembilan kabupaten/kota provinsi

Papua Barat dengan mengasumsikan bahwa koefisien baik intersep maupun slope

sama antar waktu dan kabupaten/kota.

Hasil model regresinya adalah sebagai berikut :

Yit = 3,253 + 0,014 X1 + 1,60 X2 + e

Y = Jumlah Alokasi Belanja Modal; X1 = Indeks Pembangunan Manusia; X2 =

Pertumbuhan Ekonomi; i = kabupaten/kota dan t = waktu.

Page 82: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

82

Tabel 4.3. Hasil Estimasi Data Panel dengan Model Common effect

Common Effect

Variabel KoefisienStd.

Error (t-statistik) Prob.(Constant) 3,253260 0,005134 633,7302 0,0000 (sig)X1 0,014189 7,68E-05 184,6900 0,0000 (sig)X2 1,60E-10 4,75E-10 0,337150 0,7381 (tdk sig)

R-squared 0,99Sum squaredresid 8,52E-05

Adjusted R-squared 0,99 F-statistik 19742,79Durbin-Watson 0,079323 Prob. (F-statistik) 0,000000

Catatan : Jumlah Alokasi Belanja Modal adalah variabel Dependent

Hasil regresi menunjukkan bahwa tanda variabel X1 dan X2 positif

terhadap jumlah alokasi belanja modal. Uji statistic juga menunjukkan bahwa

koefisien X1 positif dan signifikan, X2 positif dan tidak signifikan. Secara

statistic dengan uji t pada α = 1% hanya X2 yang tidak signifikan dan uji

serempak dengan uji F maka signifikan probabilitasnya. Jika X1 naik sebesar 1%

maka nilai jumlah alokasi belanja modal akan naik 0,014% factor lain

diasumsikan tetap. Jika X2 naik sebesar 1% maka nilai jumlah alokasi belanja

modal akan naik sebesar 1,60% factor lain diasumsikan tetap. Sedangkan nilai

koefisien determinasi sebesar 0,99 yang berarti model mampu menjelaskan variasi

jumlah alokasi belanja modal sebesar 99%.

4.3.2. Estimasi Regresi Data Panel Dengan Pendekatan Fixed Effect.

Hasil analisis jumlah alokasi belanja modal di sembilan kabupaten/kota Provinsi

Papua Barat dengan mengansumsikan bahwa intersep adalah berbeda antar

kabupaten/kota sedangkan slope tetap sama antar kabupaten/kota. Hasil model

regresinya adalah sebagai berikut :

Yit = 3,197 + 0,015 X1 + 1,67 X2 + e

Page 83: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

83

Y = Jumlah Alokasi Belanja Modal; X1 = Indeks Pembangunan Manusia; X2 =

Pertumbuhan Ekonomi; i = kabupaten/kota dan t = waktu.

Tabel 4.4. Hasil Estimasi Data Panel dengan Model Fixed effect

Fixed Effect

Variabel KoefisienStd.

Error (t-statistik) Prob.

(Constant) 3,197177 0,033377 95,78979 0,0000 (sig)X1 0,015009 0,000490 30,65226 0,0000 (sig)X2 1,67E-10 3,32E-10 0,503395 0,6197 (tdk sig)

R-squared0,99

Sum squaredresid

5,07E-06

Adjusted R-squared 0,99 F-statistik 34033,76Durbin-Watson 0,809580 Prob. (F-statistik) 0,000000Catatan : Jumlah Alokasi Belanja Modal adalah variabel Dependent

Hasil regresi menunjukkan bahwa tanda variabel X1 dan X2 positif

terhadap jumlah alokasi belanja modal. Uji statistic juga menunjukkan bahwa

koefisien X1 positif dan signifikan sedangkan koefisien X2 positif dan tidak

signifikan secara statistic dengan uji t pada α =1% hanya X2 yang tidak signifikan

dan uji serempak dengan uji F maka signifikan probabilitasnya. Jika X1 naik

sebesar 1% maka nilai jumlah alokasi belanja modal akan naik 0,015% factor lain

diasumsikan tetap. Jika X2 naik sebesar 1% maka nilai jumlah alokasi belanja

modal akan naik sebesar 1,67% factor lain diasumsikan tetap. Sedangkan nilai

koefisien determinasi sebesar 0,99 yang berarti model mampu menjelaskan variasi

jumlah alokasi belanja modal sebesar 99%.

Page 84: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

84

4.3.3. Estimasi Regresi Data Panel Dengan Pendekatan Random Effect.

Hasil analisis jumlah alokasi belanja modal di sembilan kabupaten/kota Provinsi

Papua Barat dengan mengasumsikan bahwa kabupaten/kota mempunyai

perbedaan intersep. Hasil model regresinya adalah sebagai berikut :

Yit = 3,236 + 0,014 X1 + 3,72 X2 + e

Y = Jumlah Alokasi Belanja Modal; X1 = Indeks Pembangunan Manusia; X2 =

Pertumbuhan Ekonomi; i = kabupaten/kota dan t = waktu.

Tabel 4.5. Hasil Estimasi Data Panel dengan Model Random effect

Random Effect

Variabel KoefisienStd.

Error (t-statistik) Prob.(Constant) 3,235526 0,007720 419,1051 0,0000 (sig)X1 0,014446 0,000114 126,7037 0,0000 (sig)

X2 3,72E-10 2,83E-10 1,3149410,1976 (tdksig)

R-squared 0,99Sum squaredresid 7,76E-06

Adjusted R-squared 0,99 F-statistik 9163,264Durbin-Watson 0,645911 Prob. (F-statistik) 0,000000Catatan : Jumlah Alokasi Belanja Modal adalah variabel Dependent

Hasil regresi menunjukkan bahwa tanda variabel X1 dan X2 positif

terhadap jumlah alokasi belanja modal. Uji statistic juga menunjukkan bahwa

koefisien X1 positif dan signifikan sedangkan koefisien X2 positif dan tidak

signifikan secara statistic dengan uji t pada α =1% hanya X2 yang tidak signifikan

dan uji serempak dengan uji F maka signifikan probabilitasnya. Jika X1 naik

sebesar 1% maka nilai jumlah alokasi belanja modal akan naik 0,014% factor lain

diasumsikan tetap. Jika X2 naik sebesar 1% maka nilai jumlah alokasi belanja

modal akan naik sebesar 3,72% factor lain diasumsikan tetap. Sedangkan nilai

Page 85: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

85

koefisien determinasi sebesar 0,99 yang berarti model mampu menjelaskan variasi

jumlah alokasi belanja modal sebesar 99%.

4.4. Uji Kriteria Pemilihan Model Penelitian

4.4.1. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel.

4.4.1.1.Uji Signifikansi Fixed Effect (Uji F/Uji Chow) Menurut Green 2000.

Model Fixed Effect sering juga disebut model least square dummy variabel.

Untuk memilih antara model Common Effect (pool least square) dan Fixed Effect

yaitu dengan menggunakan Uji Chow.

Hipotesis dari Uji Chow adalah :

Ho = Fhitung<Ftabel, maka model Common Effect yang valid digunakan

Ha = Fhitung>Ftabel, maka model Fixed Effect yang digunakan

F =

Uji Chow = (7391,648 – 2621,724)/(36-1)

2621,724/(144 – 36 – 4)

Uji Chow = 5,510136

Dari hasil estimasi uji Chow diperoleh nilai F-hitung 5,510136 sementara nilai

statistic F kritis dengan numenator (N-1) adalah 35 dan denumenator (NT-N-K)

adalah 106 pada α = 1% dan α = 5% masing-masing adalah 5,27 dan 3,27. Karena

(RSSR – USSR)/(N – 1)

USSR / (NT – N – K)

Page 86: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

86

F-hitung lebih kecil dari F-tabel maka hipotesis Ho diterima. Dengan demikian

model panel data yang tepat digunakan adalah model common effect.

4.4.1.2.Uji Hausman

Selanjutnya untuk mengetahui dan atau menentukan pilihan antara

penggunaan model Fixed Effect atau model Random Effect yang paling tepat

dalam estimasi model regresi data panel maka dilakukan Uji Hausman, di mana

bentuk Uji Hausman ini didasarkan pada ide bahwa Least Square Dummy

Variabel (LSDV) di dalam metode Fixed Effect dan Generalized Least Square

(GLS) adalah efisien sedangkan metode OLS (Ordinary Least Square) tidak

efisien, dilain pihak alternatifnya metode OLS efisien dan GLS tidak efisien.

Kerangka Hipotesisnya adalah sebagai berikut :

Ho = Menggunakan pendekatan Random Effect, jika nilai Hausman<nilai chi-

square.

H1 = Menggunakan pendekatan Fixed Effect, jika nilai Hausman>nilai chi-

square.

Tabel. 4.6. Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effect – Hausman Test

Pool : Pool

Test cross-section random effect

Test Summary Chi-square statistic Chi-suare.d.f Prob.Cross-section random 3,00562 3 0,3097

Dari pengujian Hausman menggunakan Eviews 7 diperoleh nilai c-square

statistic 3,006. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai kritis/tabel chi-

Page 87: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

87

square pada α = 5% dan 10%. Nilai chi-square statistic lebih kecil dari pada nilai

chi-square kritisnya (α = 5% dan 10% yaitu masing-masing 9,254 dan 7,637),

sehingga model yang lebih baik digunakan adalah model random effect

dibandingkan fixed effect.

4.4.1.3.Uji LM Test

Untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik dari metode

pooled least square digunakan Uji Langrage Multiplier (LM). Uji LM ini

dikembangkan oleh Bruesch-Pagan. Metode Bruesch-Pagan untuk uji signifikansi

model random effect didasarkan pada nilai residual dari metode pooled least

square. Adapun Hipotesa yang digunakan untuk pengujiannya adalah :

Ho = Model pooled least square

H1 = Model random effect

Jika nilai LM test hasil pengujian lebih besar dari nilai chi-squares tabel maka

hipotesa nol di tolak sehingga model yang tepat untuk digunakan adalah model

random effect maupun sebaliknya.

LM = 12,150

Nilai kritis tabel distribusi chi-squares dengan df sebesar 2 dengan tingkat α = 5%

adalah 5,991. Dengan demikian nilai LM statistic 12,150 lebih besar dari nilai

kritis chi-squares 5,991 maka hipotesis nol ditolak. Artinya estimasi yang tepat

Page 88: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

88

untuk model regresi data panel tersebut diatas adalah metode random effect model

(REM) dibandingkan dengan metode pooled least square (PLS).

Tabel. 4.7. Interpretasi Uji Panel Data

No. Jenis Uji Interpretasi Hasil Uji

1. Uji Chow F-hitung > F-tabel, maka Ho diterima, sehingga

menerima model common effect dan menolak

model fixed effect.

2. Uji Hausman Chi-square statistic < chi-square kritis, maka Ho

diterima, sehingga menerima model random

effect dan menolak model fixed effect.

3. Uji LM LM statistic > LM kritis, maka Ho ditolak,

sehingga menerima model random effect dan

menolak model common effect/pooled least

square.

Dari Tabel. 4.7, Metode data panel yang layak untuk digunakan dalam

menganalisis penentu Jumlah Alokasi Belanja Modal di Provinsi Papua Barat

adalah model random effect.

4.5. Hasil Uji Hipotesis

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Jumlah

Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat.

Page 89: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

89

4.5.1. Fungsi Regresi

Berdasarkan hasil analisis multiple regression diperoleh model atau fungsi

regresi berupa pengaruh dari Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan

Ekonomi terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal sebagai berikut ;

Yit = 3.236 + 0,014 X1 + 3,72 X2 + e

Y = Jumlah Alokasi Belanja Modal; X1 = Indeks Pembangunan Manusia; X2 =

Pertumbuhan Ekonomi; i = kabupaten/kota dan t = waktu.

Dari fungsi regresi tersebut dapat dikatakan bahwa variabel Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh Positif terhadap Jumlah

Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat.

4.6. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Alokasi Belanja

Modal

Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi tingkat jumlah

alokasi belanja modal di Provinsi Papua Barat. Penulis menggunakan spesifikasi

dari hasil pemilihan model data panel yaitu “model random effectí”. Sehingga

dapat diketahui factor-faktor apa saja yang menjadi determinan tingkat jumlah

alokasi belanja modal kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat yang akan

diuraikan sebagai berikut :

4.6.1. Indeks Pembangunan Manusia

Variabel ini merupakan komposit IPM kabupaten/kota di Provinsi Papua

Barat. Hasil estimasi menunjukkan koefisien IPM berpengaruh positif dan

signifikan pada α = 0,01%. Hal ini berarti bahwa tingginya IPM berdampak

positif terhadap jumlah alokasi belanja modal. Koefisien regresi sebesar 0,014446

Page 90: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

90

(1%) yang menunjukkan bahwa apabila IPM naik sebesar 1 persen per tahun

cateris paribus akan menaikkan jumlah alokasi belanja modal sebesar 0,014446

(1%). Sehingga hipotesis yang menyatakan variabel IPM berpengaruh positif dan

signifikan terhadap jumlah alokasi belanja modal dapat diterima. Hal ini searah

dengan Andaiyani (2012), variabel Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh

positif dan signifikan terhadap jumlah alokasi belanja modal.

Hal tersebut juga searah dengan temuan Wibisono (2001) variabel yang

berpengaruh positif terhadap jumlah alokasi belanja modal adalah IPM

(pendidikan, angka harapan hidup, dan tingkat kematian bayi). Hasil penelitian

penulis searah dengan temuan Andaiyani (2012) karena variabel Indeks

Pembangunan Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah

alokasi belanja modal, Hal ini juga searah dengan hasil penelitian Wibisono

(2001), karena variabel IPM berpengaruh positif dan signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian penulis tentang pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel Indeks Pembangunan Manusia terhadap jumlah alokasi

belanja modal, maka dapat di jelaskan berdasarkan kondisi rill di Provinsi Papua

Barat bahwa yang merupakan salah satu daerah atau provinsi di Indonesia yang

memiliki potensi alam yang sangat melimpah, namun hal ini tidak di imbangi

dengan kondisi IPM yang baik, baik dari segi pendidikan, kesehatan, hingga pada

daya beli masyarakat.

Salah satu indikator penting bagi IPM yaitu pendidikan. Pendidikan di

Provinsi Papua Barat ini terdiri dari beberapa indikator yakni, Rata-rata Lama

Sekolah, Angka Partisipasi, Angka Melek Huruf dan lainnya. Presentase dari

Page 91: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

91

salah satu indikator pendidikan yaitu rata-rata lama sekolah menurut

kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat memiliki nilai presentase yang relatif

kecil, hal ini tentu sudah menjelaskan bahwa respon (pengalokasian belanja

modal) dari pemerintah daerah, baik kabupaten/kota maupun provinsi sangat

dibutuhkan guna peningkatan kualitas pendidikan yang nantinya sudah tentu akan

meningkatkan IPM. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8. Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut

Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di Provinsi Papua Barat

Rata-rata Lama Sekolah Penduduk 15 Tahun ke Atasmenurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin

Mean Years of Schooling by Regency/Municipality and SexTahun/Years 2011

Kabupaten/KotaLaki-Laki Perempuan Rata-Rata

Regency/Municipality

Kabupaten/Regency

Manokwari 9,78 8,30 9,04

Teluk Bintuni 8,76 7,25 8,05

Teluk Wondama 6,34 4,64 5,51

Sorong 8,37 7,13 7,79

Raja Ampat 7,63 6,36 7,01

Sorong Selatan 7,52 6,66 7,08

Fakfak 9,53 9,07 9,30

Kaimana 8,75 7,93 8,35

Kota/Municipality

Kota Sorong 10,61 10,06 10,35

Papua Barat 9,32 8,26 8,80

Sumber : Papua Barat Dalam Angka, 2012 (data diolah)

Page 92: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

92

4.6.2. Pertumbuhan Ekonomi

Variabel pertumbuhan ekonomi di proksi dengan laju pertumbuhan PDRB

berdasarkan harga konstan 2000 kabupaten/kota provinsi Papua Barat. Hasil

estimasi menunjukkan koefisien pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan

tidak signifikan pada α = 0,01 %. Hal ini artinya bahwa dengan meningkatnya

pertumbuhan ekonomi akan berdampak positif terhadap jumlah alokasi belanja

modal namun tidak signifikan. Koefisien regresi 3,72 persen menunjukkan bahwa

apabila pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1 persen per tahun cateris paribus

akan menaikkan jumlah alokasi belanja modal sebesar 3,72 persen. Sehingga

hipotesis yang menyatakan variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan

terhadap jumlah alokasi belanja modal dapat diterima walaupun pengaruhnya

tidak signifikan.

Hasil ini sejalan dengan temuan Andaiyani (2012), karena variabel

Pertumbuhan Ekonomi pada penelitian ini pengaruhnya positif walaupun

pengaruhnya tidak signifikan. Hal ini juga searah dengan (Todaro dan Smith,

2004) dengan pertumbuhan indeks pembangunan manusia yang diikuti oleh

jumlah pengalokasian belanja modal sebagai salah satu faktor positif yang

memacu pertumbuhan ekonomi. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi yang tidak

signifikan terhadap jumlah alokasi belanja modal pada hasil penelitian ini dapat

dijelaskan bahwa berdasarkan data statistik PDRB per kabupaten/kota yang

diamati berdasarkan tahun pengamatan (2007-2010), mengalami peningkatan

yang relatif tidak signifikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8.

berikut :

Page 93: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

93

Tabel 4.9. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000

Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, (2007-2010)

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010

Kabupaten/(Municipalit)

Manokwari 1401718,99 1672598,50 2560979,59 2946678,12

Teluk Bintuni 602086,01 912096,62 1952170,44 8716127,16

Teluk Wondama 209232,49 298131,74 362724,71 395286,08

Sorong 3345644,30 4713435,45 5745354,58 6136160,02

Raja Ampat 796193,43 938100,75 1057025,47 1121706,71

Sorong Selatan 286943,07 327559,71 338368,64 394899,19

Fakfak 800591,33 912368,45 1282537,76 1503303,03

Kaimana 534432,78 653107,01 759632,29 89649,80

Kota/Municipality

Kota Sorong 1636140,24 1869355,55 2727638,90 3196901,54

Sumber : Papua Barat Dalam Angka (2012), data diolah

Berdasarkan Tabel 4.9, Perbedaan besaran PDRB dan juga perbedaan presentase

kenaikannya disebabkan karena perbedaan karakteristik masing-masing

kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat yang memiliki karakteristik relatif

berbeda.

Page 94: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

94

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di 9 Kabupaten/Kota Provinsi Papua

Barat, dengan periode pengamatan 2007-2010 adalah sebagai berikut :

1. Indeks Pembangunan Manusia merupakan komposit Indeks Pembangunan

kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat. Hasil estimasi menunjukkan

koefisien IPM berpengaruh positif dan signifikan pada α = 0,01%. Hal ini

berarti bahwa tingginya IPM berdampak positif terhadap jumlah alokasi

belanja modal. Koefisien regresi sebesar 0,014446 (1%) yang

menunjukkan bahwa apabila IPM naik sebesar 1 persen per tahun cateris

paribus akan menaikkan jumlah alokasi belanja modal sebesar 0,014446

(1%). Sehingga hipotesis (hipotesis pertama) yang menyatakan variabel

IPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah alokasi belanja

modal dapat diterima.

2. Variabel pertumbuhan ekonomi di proksi dengan laju pertumbuhan PDRB

berdasarkan harga konstan 2000 kabupaten/kota provinsi Papua Barat.

Hasil estimasi menunjukkan koefisien pertumbuhan ekonomi berpengaruh

positif dan tidak signifikan pada α = 0,01 %. Hal ini artinya bahwa dengan

meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan berdampak positif terhadap

jumlah alokasi belanja modal namun tidak signifikan. Koefisien regresi

3,72 persen menunjukkan bahwa apabila pertumbuhan ekonomi naik

Page 95: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

95

sebesar 1 persen per tahun cateris paribus akan menaikkan jumlah alokasi

belanja modal sebesar 3,72 persen. Sehingga hipotesis yang menyatakan

variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dapat diterima walau

variabel Pertumbuhan Ekonomi pengaruhnya tidak signifikan terhadap

jumlah alokasi belanja modal. Hal ini disebabkan Karena kondisi atau

karakteristik masing-masing Kabupaten/Kota adalah berbeda (cross

sections).

5.2. Saran

Dari beberapa kesimpulan di atas maka penulis juga menyampaikan beberapa

rekomendasi yakni sebagai berikut :

1. Hendaknya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambahkan

variabel bebas (independen) lain yang diduga berpengaruh positif dan

signifikan yang pengaruhnya berkaitan dengan pengalokasian alokasi

belanja modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat sehingga

semakin banyak solusi yang dapat diperoleh untuk meningkatkan kinerja

pembangunan manusia di Papua Barat yang selanjutnya pembangunan

ekonomi.

2. Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat hendaknya dapat

terus berupaya untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

dan Pertumbuhan Ekonomi melalui peningkatan PDRB karena hasil

analisis secara simultan kedua faktor tersebut berpengaruh signifikan atau

nyata terhadap jumlah alokasi belanja modal Kabupaten/Kota di Provinsi

Papua Barat dan juga mengingat bahwa baik kondisi Indeks Pembangunan

Page 96: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

96

Manusia maupun Pertumbuhan Ekonomi yang di proksi dari PDRB sangat

perlu diperhatikan oleh pemerintah.

3. Diharapkan pemerintah daerah dapat meningkatkan kapasitasnya dalam

pengambilan kebijakan, kebijakan yang dimaksudkan disini adalah bahwa

adanya kebijakan tentang realisasi pembangunan bangunan-bangunan fisik

yang fungsi utamanya adalah memfasilitasi proses pelaksanaan

pendidikan, kesehatan dan lainnya. Sebab dengan alokasi yang tepat

sasaran pada belanja modal, maka manfaatnya dapat secara langsung

dinikmati oleh penduduk lokal di Provinsi Papua Barat, yang di tandai

dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia dan Laju

Pertumbuhan PDRB yang diproksi melalui tersedianya barang dan jasa

oleh penduduk lokal yang dibutuhkan pemerintah daerah.

Page 97: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

97

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad. Lincolin, 2004, Ekonomi Pembangunan, STIE YKPN.

Adelman, Morris,1973”Regional Income Inequality in Indonesia and The Initial

Impact of The Economic Crisis”.Bulletin of Indonesian Economics Studies, Vol.

38, No. 2, 201-222.

Baltagi. Badi,H,2005, Econometric Analysis of Panel Data, third edition, John

Willey & Sons LTD, England.

Dao,Q.M 1995, Determinants of Government Expenditure: New Evidence from

Dissaggregative Data, Oxford bulletin of economics and statistics vol.57.

Green. William,H,2000, Econometric Analysis 4 th edition, Prentice Hall, New

Jersey

Indeks Pembangunan Manusia tahun 2007-2012, BPS Provinsi Papua Barat,

Indonesia

Kuncoro, Mudrajad, Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster

Industri di Indonesia,2001.

Kuncoro, Mudrajad, Masalah, Kebijakan dan Politik: Ekonomika Pembangunan,

2010

Kuncoro, Mudrajad, Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan

Ekonomi, edisi 3, 2007.

Kuncoro, Mudrajad, Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi,

Perencanaan, Strategi dan Peluang, 2004.

Mangkusubroto, Guritno, 2001, Ekonomi Publik, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta

Mankiw, 2007, Makro Ekonomi, edisi ke enam, Jakarta, Erlangga.

Page 98: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

98

Manokwari Dalam Angka, BPS, Berbagai Tahun Terbitan

Todaro, Michael P dan Smith Stephen C,2004, Pembangunan Ekonomi di Dunia

Ketiga, Edisi 8.

Wibisono, Agus, 2007, Ekonometrika, Teori dan Aplikasi, Ekonisia FE-UII,

Yogyakarta.

Page 99: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

99

Lampiran 1. Raw Data Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat, 2007-2010.

Kabupaten/Kota Tahun Alokasi Belanja Modal IPMPDRB BerdasarkanHarga Konstan 2000

(Juta Rupiah)

Manokwari 2007 303,631,680,000 65.46 904,559.08

Manokwari 2008 274,800,998,030 66.2 996,794.23

Manokwari 2009 260,647,704,759 67.19 1,097,354.94

Manokwari 2010 260,647,704,759 67.67 1,207,806.42

Teluk Bintuni 2007 411,080,421,835 65.29 469,199.26

Teluk Bintuni 2008 337,681,815,291 65.65 532,491.94

Teluk Bintuni 2009 432,738,218,232 66.58 959,131.10

Teluk Bintuni 2010 318,940,654,000 67.17 2,606,650.55

Teluk Wondama 2007 440,542,527,624 64.79 138,569.69

Teluk Wondama 2008 333,805,430,791 65.27 163,861.58

Teluk Wondama 2009 202,406,654,499 65.76 179,915.81

Teluk Wondama 2010 166,866,094,638 66.06 187,514.72

Sorong 2007 246,796,571,484 67.82 1,636,342.72

Sorong 2008 246,796,571,484 68.16 1,717,793.39

Sorong 2009 205,649,471,189 68.5 1,796,779.61

Sorong 2010 196,719,624,354 68.93 1,849,545.90

Raja Ampat 2007 367,919,889,506 63.57 527,409.53

Raja Ampat 2008 270,286,906,732 64.08 520,947.48

Raja Ampat 2009 282,531,654,672 64.58 530,848.88

Raja Ampat 2010 297,127,683,909 65.06 544,046.29

Sorong Selatan 2007 307,320,069,675 65.77 210,618.00

Sorong Selatan 2008 303,965,590,860 66.09 155,047.45

Sorong Selatan 2009 271,849,720,533 66.31 167,627.09

Sorong Selatan 2010 206,468,014,333 66.59 177,864.64

Fakfak 2007 220,346,768,201 70.24 518,795.35

Fakfak 2008 204,193,363,378 70.8 554,990.71

Fakfak 2009 203,397,614,817 71.46 593,354.91

Fakfak 2010 143,559,267,403 72.13 639,868.10

Kaimana 2007 296,719,624,834 69.27 310,251.71

Kaimana 2008 215,944,876,500 69.8 333,672.29

Kaimana 2009 246,796,571,498 70.13 365,586.84

Kaimana 2010 231,567,184,453 70.71 401,941.09

Kota Sorong 2007 105,970,592,368 76.52 1,212,764.48

Kota Sorong 2008 158,940,258,757 76.84 1,310,000.99

Kota Sorong 2009 177,406,005,242 77.18 1,424,983.30

Kota Sorong 2010 121,421,921,136 77.72 1,534,551.22

Page 100: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

100

Lampiran 2. Hasil Estimasi Data Panel

a. Pooled Least Square

Dependent Variable: Y?Method: Pooled Least SquaresDate: 05/27/14 Time: 12:01Sample: 2007 2010Included observations: 2Cross-sections included: 9Total pool (balanced) observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.253260 0.005134 633.7302 0.0000X1? 0.014189 7.68E-05 184.6900 0.0000X2? 1.60E-10 4.75E-10 0.337150 0.7381

R-squared 0.999165 Mean dependent var 4.223502Adjusted R-squared 0.999114 S.D. dependent var 0.053993S.E. of regression 0.001607 Akaike info criterion -9.949461Sum squared resid 8.52E-05 Schwarz criterion -9.817501Log likelihood 182.0903 Hannan-Quinn criter. -9.903403F-statistic 19742.79 Durbin-Watson stat 0.079323Prob(F-statistic) 0.000000

Page 101: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

101

b. Fixed Effect

Dependent Variabel: Y?Method: Pooled Least SquaresDate: 02/06/14 Time: 17:01Sample: 2007-2010Included observations: 2Cross-sections included: 9Total pool (balanced) observations: 36

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3,197177 0,033377 95,78979 0,0000X1? 0,015009 0,000490 30,65226 0,0000X2? 1,67E-10 3,32E-10 0,503395 0,6197

Fixed Effect(Cross)

_MANOKWARI-C -1,249844_TBINTUNI-C 0,461780

_TWONDAMA-C 3,760576_SORONG-C 1,736860

_RAJA-C -0,478428_SORSEL-C -0,826837_FAKFAK-C 3,754370

_KAIMANA-c 2,023019_KSORONG-C _0,722345

Effect Specification

Cross-section fixed(dummy variables)

R-squared 0,999950 Mean dependent var 4,223502Adjusted R-squared 0,999921 S.D. dependent var 0,053993S.E. of regression 0,000480 Sum squared resid 5,07E-06F-statistic 34033,76 Durbin-Watson stat 0,809580Prob (F-statistic) 0,000000

Page 102: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

102

c. Random Effect

Dependent Variabel: YMethod: Pooled EGLS (Cross-section random effects)Date: 02/06/14 Time: 17:01Sample: 2007-2010Included observations: 2Cross-sections included: 9Total pool (balanced) observations: 36Swamy and Arora estimator of component variances

Variabel CoefficientStd.

Error t-Statistic Prob.

C 3,235526 0,007720 419,1051 0,0000X1? 0,014446 0,000114 126,7030 0,0000X2? 3,72E-10 2,83E-10 1,314941 0,1976

Random Effect(Cross)

_MANOKWARI—C -1,227844

_TBINTUNI--C 0,461780_TWONDAMA--C -4,760576

_SORONG--C 1,730860_RAJA--C -0,432428

_SORSEL--C -0,826837_FAKFAK--C 3,754370

_KAIMANA--c 2,023019_KSORONG--C _0,722345

Effect SpecificationS.D. Rho

Cross-section random 3,375637 0,0909Idiosyncratic random 10,67652 0,9091

Weighted StatisticR-squared 0,999867 Mean dependent var 130,7848Adjusted R-squared 0,999895 S.D. dependent var 858,4314S.E. of regression 14,75782 Sum squared resid 7,76E-06F-statistic 9163,264 Durbin-Watson stat 1,374433Prob (F-statistic) 0,000000

Unweighted StatisticsR-squared 0,999865 Mean dependent var 154,7392Sum squared resid 8,64E-06 Durbin-Watson stat 1,252445

Page 103: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

103

Lampiran 3. Hasil Uji Chow

Uji Chow (PLS vsFEM) :

RRSS (Sum of square Residual PLS) 7391.648URSS (Sum of square Residual FEM) 2621.724N (Jumlah Kabupaten/Kota) 9K (Jumlah variabel Independent) 2T (Jumlah Tahun) 4N-1 8NT-N-K 5.142857143(RRSS-URSS)/(N-1) 596.2405URSS/(NT-N-K) 509.7796667

Chow Test 1.169604319

F Table F(N-1, NT-N-K) 4.818319536

Page 104: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

104

Lampiran 7. Hasil Estimasi Uji Hausman

Correlated Random Effect - Hausman TestPool: UntitledTest cross-sections random effects

Chi-SqTest Summary Statistics Chi-Sq. d.f. Prob.chi hitung lebih kecil

dari chi table sotidak ada

Cross-sections random 3.00562 3 0.3097

Cross-section random effect test comparisons:Variabel Fixed Random Var(Diff.) Prob.

X1? 0.004334 0.004357 0.000000 0.0842X2? 0.011294 0.011315 0.569786 0.0710

Cross-section random effects test equation:Dependent Variabel: Y?Method: Panel Least SquaresDate: 02/06/14 Time: 14:22Sample:2007-2010Included observations: 3Cross-sections included: 9Total pool (unbalanced) observations: 36

Variable CoefficientStd.

Error t-Statistic Prob.

C? 93.83401 67.80732 1.383833 0.1791X1? 0.004334 0.000105 3.302004 0.0000X2? 0.011294 1.098272 1.742055 0.0943

Effects SpecificationsCross-section fixed (dummy variables)R-squares 0.999987 Mean dependent var 154.7392Adjusted R-squared 0.999734 S.D. dependent var 887.8432S.E. of regression 14.49236 Akaike info criterion 8.446322

Page 105: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

105

Sum squared resid 5040.686 Schwarz criterion 8.974162Log likelihood -140.0338 Hannan-Quinn criter 8.630553F-statistic 11939.61 Durbin-Watson stat 3.110639Prob (F-statistic) 0.000000

Page 106: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

106

Lampiran 8. Hasil Uji LM

No Residual (Tahun*Residual)^2 Residual^21 0.024475675 0.009584939 0.0005990592 0.036795711 0.021662789 0.0013539243 -0.031319614 0.015694692 0.0009809184 -0.047327438 0.035838181 0.0022398865 -0.014054697 0.003160552 0.0001975356 -0.006025004 0.000580811 3.63007E-057 -0.018060888 0.005219131 0.0003261968 -0.023226362 0.008631422 0.0005394649 -0.124912872 0.249651611 0.01560322610 -0.129268765 0.267366616 0.01671041411 0.112186991 0.201374736 0.01258592112 0.039466509 0.024921685 0.00155760513 0.026505655 0.011240796 0.0007025514 0.003140641 0.000157818 9.86362E-0615 -0.01213808 0.002357328 0.00014733316 0.006347082 0.000644567 4.02854E-0517 0.062022575 0.061548797 0.003846818 0.046604934 0.034752318 0.0021720219 0.02120728 0.007195979 0.00044974920 -0.013738034 0.003019737 0.00018873421 0.044291086 0.031387204 0.001961722 0.078147973 0.09771369 0.00610710623 -0.026689357 0.011397148 0.00071232224 -0.185236853 0.54900307 0.03431269225 -0.037950639 0.023044015 0.00144025126 -0.111086189 0.197442263 0.01234014127 -0.115856035 0.214761934 0.01342262128 0.3469382 1.92585783 0.12036611429 -0.062784685 0.063070666 0.00394191730 -0.098710584 0.15590047 0.00974377931 -0.112748836 0.203396801 0.012712332 0.258877017 1.072276956 0.0670173133 -0.001404823 3.15765E-05 1.97353E-0634 0.002062215 6.80437E-05 4.25273E-0635 0.031374655 0.015749903 0.00098436936 0.032095559 0.016481998 0.001030125

Page 107: Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Jumlah Alokasi Belanja Modal

107

Total 5.542188074 0.346386755N = Jumlah Kabupaten/Kota 9T = Tahun 4Nt 362(t-1) 6NT/2(T-1) 54

225

12150

df (jumlah variabel independen) 2Chi-square (3;0.05) 5.991464547

2

2

2

1

resid

residt

2

2

2

1)1(2

resid

residt

T

nTLM