8
AJI SAKA Oleh: Ainun Faricha (03) Azmil Mufidah (08) AJI SAKA

Aji saka

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aji saka

AJI SAKA

Oleh: Ainun Farichah (03) Azmil Mufidah (08)

AJI SAKA

Page 2: Aji saka

Aji Saka adalah seorang kesatria yang sakti mandraguna yang tinggal di Desa Medang Kawit, Desa Majethi, Jawa Tengah. Ia mempunyai dua pembantu yang sangat setia. Namanya adalah Dora dan Sembada. Selain tampan, Aji Saka juga memiliki ilmu yang sangat tinggi dan sakti.

Suatu hari Aji Saka meminta izin kepada ayahnya, ia berniat untuk mengembara. Di perjalanan ia menemuhi seorang kakek yang dikejar oleh seseorang patih Medang Kamulan untuk diserahkan kepada Prabu Dewata Cengkar yang akan memangsa daging manusia. Setiap hari ia harus makan daging manusia, perilakunya sungguh sangat kejam. Rakyat Medang Kamulan sangat ketakutan dan mereka memilih untuk mengungsi dari Medang Kamulan dibandingkan harus menjadi santapan Prabu Dewata Cengkar. Mendengar cerita dari sang kakek tersebut, Aji Saka berniat menghentikan kekejaman penguasa Medang Kamulan yang gemar memakan manusia itu untuk selama-Iamanya.

Page 3: Aji saka

Dalam perjalanan menuju kerajaan Medang Kamulan, Aji Saka meminta Sembada untuk pergi di pegunung Kendeng, Aji Saka menyerahkan keris saktinya. Ia menitipkan keris sakti pusakanya kepada Sembada dan beliau juga berpesan kepadanya untuk tidak menyerahkan keris pusaka itu kepada siapapun kecuali kepadanya. Aji Saka juga mengatakan bahwa ia akan menemui Sembada untuk mengambil langsung keris pusaka miliknya.

Aji Saka bersama Dora melanjutkan perjalanan. Aji Saka bertemu dengan Patih Jugul Muda yang tampak kebingungan karena tidak mendapatkan seorang manusia pun yang dapat dipersembahkan untuk Prabu Dewata Cengkar. Saat itu juga Aji Saka menyerahkan dirinya untuk diberikan kepada Prabu Dewata Cengkar dan mengatakanya kepada patih itu. Sang Patih Jugul Muda sangat keheranan mendengar ucapan Aji Saka. Jika orang lain akan lari terbirit-birit jika hendak dijadikan korban guna memuaskan nafsu Prabu Dewata Cengkar itu, Aji Saka malah menawarkan dirinya.

Page 4: Aji saka

Patih Jugul Muda lantas membawa Aji Saka ke istana kerajaan Medang Kamulan.

Berbeda dengan orang-orang lainnya yang sangat ketakutan ketika dihadapkan pada Prabu

Dewata Cengkar, Aji Saka tampak tenang. Sama sekali ia tidak menunjukkan ketakutan. Aji

Saka mengajukan satu syarat kepada Prabu Dewata Cengkar sebelum dimakannya. Sang

prabu terkejut lalu ia menanyakan apa syaratnya. Aji Saka pun mengatakan syaratnya yaitu

dengan meminta imbalan tanah seluas surban yang ia kenakan saat itu. dengan

mengejeknya sang prabu langsung menerima syarat itu. Namun saat Aji Saka membuka

surbannya, surban itu ternyata sangat panjang. Surban seolah olah tidak putus-

putusnyadigelar hingga wilayah Kerajaan Medang Kamulan pun kurang panjang. Surban itu

terus memanjang hingga membentang dari istana kerajaan menuju ke laut. Semua tidak

menyangka jika surban yang dikenakan Aji Saka itu begitu panjang lagi luas.

Page 5: Aji saka

Sesuai perjanjian yang telah disepakati Prabu Dewata Cengkar yang akan menyerahkan tanah seluas surban yang dikenakan Aji Saka, itu berarti wilayah kekuasaan Prabu Dewata Cengkar diserahkan kepada Aji Saka. Sang prabu murka,ia pun menangkap Aji Saka untuk dimangsanya. Namun, dengan kesaktian Aji Saka bisa menghindarinya. Dengan kesaktiannya, Aji Saka mampu melemparkan tubuh Prabu Dewata Cengkar ke Laut Selatan, dan berubahlah sorban itu menjadi buaya yang memangsa Prabu Dewata Cengkar.

Rakyat Medang Kamulan sangat gembira mendengar kematian Prabu Dewata Cengkar. Merekapun berbondong-bondong kembali ke desa mereka masing-masing. Dan menunjuk Aji Saka sebagai pemimpin mereka. Kian gembira dan berbahagia rakyat Medang Kamulan mendapati Aji Saka memerintah dengan adil dan bijaksana.

Page 6: Aji saka

Pada suatu hari Aji Saka teringat pada keris sakti pusakanya yang masih ditinggalkannya di pegunungan Kendeng yang dijaga Sembada. Ia lantas memerintahkan Dora untuk mengambil keris pusakanya itu. Berangkatlah Doa memenuhi perintah Aji Saka. Bertemulah ia dengan sahabat dekatnya yang masih tetap setia berada di pegunungan Kendeng. Setelah berbincang-bincang melepas kerinduan, Dora menyatakan maksud kedatangannya. Sembada sama sekali tidak curiga mendengar ucapan Dora. Namun, ia tidak bisa menyerahkan keris pusaka milik Aji Saka karena sudah diberikan amanah Aji Saka untuk tidak menyerahkan keris pusakanya kepada siapaun selain kepada Aji Saka langsung. Sementara Dora juga tetap bersikeras untuk meminta keris pusaka Aji Saka sesuai perintah yang diterimanya.

Keduanya saling bersikeras hingga akhirnya terjadilah perselisihan di antara mereka. Perselisihan itu terus meruncing hingga akhirnya terjadilah pertarungan di antara dua sahabat dekat itu. Aji Saka terus menunggu di istana Kerajaan Medang Kamulan. Beliau merasa heran karena Dora tidak kunjung kembali. Karena hal itulah Aji Saka bergegas menuju pegunungan Kendeng.

Page 7: Aji saka

Dan saat tiba disana Aji Saka mendapati dua pembantu setianya itu telah tewas karena pusaka masing-masing. Dan tersadarlah Aji Saka akan hal itu, mereka telah bertarung demi menjaga amanat yang diberikannya. Sembada akan mati-matian menjaga amanatnya untuk tidak memberikan keris pusaka titipannya kepada siapa pun selain kepada dirinya sendiri, sementara Dora akan mati-matian pula meminta keris pusaka itu sesuai perintahnya.

Aji Saka sangat merasa bersalah atas tewasnya dua pembantu setianya itu. Benar- benar ia terharu dan memberikan kehormatan besarnya terhadap Sembada dan Dora yang begitu setia kepadanya. Keduanya rela mati demi menjaga amanat dan perintah yang mereka emban.

Sebagai wujud penghormatannya atas kesetiaan dua pembantunya, Aji Saka lantas menuliskan huruf-huruf di atas batu. Bunyi tulisan itu adalah:ha na ca ra ka datasawalapa dhaja ya nya ma ga ba tha ngal(Makna tulisan itu adalah Ada utusan, (utusan itu) saling bertengkar, (keduanya) sama-sama sakti, (keduanya pun) mati bersama.)

Page 8: Aji saka

Tulisan Aji Saka itu kemudian dikenal dengan nama Carakan

dan menjadi asal mula huruf Jawa yang hingga kini masih juga menjadi tulisan dan juga bacaan orang-orang Jawa. Ia telah menyelamtkan rakyat Medang Kamulan dan kerajaan Prabu Dewata Cengkar yang suka memangsa manusia itu. berkat pertolongannya, rakyat Medang Kamulan pun menobatkannya menjadi raja untuk menggantikan Prabu Dewata Cengkar.