23
B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit terhadap siklus pengeluaran mencakup dua pendekatan yaitu pengujian kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahamai struktur pengendalian intern terhadap siklus penjualan, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian substansi. Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam imlpementasinya, sehingga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda. Sebelum membahas lebih lanjut siklus pengeluaran ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian pengeluaran yaitu adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan dengan pembelian serta pembayaran barang dan jasa Sistem penjualan tidak dibahas mengingat keterbatasan ruang lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini akan membahas salah satu aspek mengenai 1

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

B A B I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Audit terhadap siklus pengeluaran mencakup dua pendekatan yaitu

pengujian kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan

untuk memahamai struktur pengendalian intern terhadap siklus penjualan, yang

selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian substansi. Pengujian substansi

dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap kelayakan jumlah rupiah serta

kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan di Indonesia.

Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam imlpementasinya, sehingga program

audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda.

Sebelum membahas lebih lanjut siklus pengeluaran ini, terlebih dahulu

perlu dijelaskan pengertian pengeluaran yaitu adalah rangkaian kegiatan bisnis

dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan dengan pembelian

serta pembayaran barang dan jasa

Sistem penjualan tidak dibahas mengingat keterbatasan ruang lingkup

pembahasan. Dengan demikian kami disini akan membahas salah satu aspek

mengenai aktiva tetap yaitu, Audit terhadap siklus pengeluaran: Pengujian

substantif terhadap aktiva tetap.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan Aktiva Tetap?

2. Apa perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar?

3. Apa perbedaan pengujian substantif aktiva tetap dengan aktiva lancar?

4. Apa saja yang termasuk prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia

dalam penyajian aktiva tetap?

5. Apa saja tujuan audit terhadap saldo aktiva tetap?

6. Prosedur apa saja yang ada pada pengujian subtantif terhadap aktiva tetap?

1

Page 2: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan mengenai aktiva tetap

2. Menjelaskan perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar

3. Menjelaskan perbedaan pengujian substantif aktiva tetap dengan aktiva

lancar

4. Memaparkan PABU dalam penyajian aktiva tetap di neraca.

5. Memaparkan tujuan pengujian substantif terhadap aktiva tetap.

6. Menjelaskan prosedur-prosedur dalam tahapan program pengujian

substantif terhadap aktiva tetap.

1.4 Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu :

a. Bagi Penulis

Memenuhi tugas dari mata kuliah Auditing 2 dan untuk menambah

wawasan baru mengenai siklus pengeluaran, terutama pada akun aktiva

tetap.

b. Bagi Pembaca

Menambah wawasan, referensi, dan informasi bagi pembaca agar

mengetahui lebih lanjut mengenai audit terhadap siklus pengeluaran :

pengujian substantive terhadap saldo aktiva tetap.

2

Page 3: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud,

mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan

untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Karena

kekayaan ini mempunyai wujud, seringkali aktiva tetap disebut dengan aktiva

tetap berwujud (tangible fixed assets). Aktiva etap dalam perusahaan manufaktur

umumnya digolongkan menjadi:

1. Tanah dan perbaikan tanah (land and land improvement)

2. Gedung dan perbaikan gedung (building and building improvement)

3. Mesin dan ekupmen pabrik

4. Mebel

5. Kendaraan

Transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap:

Aktiva Tetap

Pemerolehan

Pengeluaran modal

Revaluasi

Pertukaran

Penghentian pemakaian

Penjualan

Pertukaran

Depresiasi Akumulasian Aktiva Tetap

Penghentian pemakaian

Penjualan

Pertukaran

Depresiasi

3

Page 4: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

Jurnal-jurnal transaksi yang menyangkut perubahan aktiva tetap dan akun

depresiasi akumulasian yang bersangkutan:

Dibeli Tanah seluas 2 hektar dengan harga Rp 400.000.000

1. Transaksi pemerolehan aktiva tetap

Aktiva Tetap Rp400.000.000

Kas Rp400.000.000

2. Transaksi pengeluaran modal (capital expenditure)

Aktiva Tetap Rp400.000.000

Kas Rp400.000.000

3. Transaksi depresiasi aktiva tetap

Biaya Depresiasi Rp20.000.000

Depresiasi Akumulasian Aktiva Tetap Rp20.000.000

4. Transaksi penghentian pemakaian aktiva tetap

Depresiasi Akumulasian Aktiva Tetap Rp20.000.000

Rugi Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap Rp10.000.000

Aktiva Tetap Rp30.000.000

5. Transaksi reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap

Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Rp 70.000.000

Kas Rp35.000.000

Sediaan Suku Cadang Rp 8.000.000

Gaji dan Upah Rp12.000.000

Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp15.000.000

2.2 Perbedaan Karakteristik Aktiva Tetap dengan Aktiva Lancar

1. Akun aktiva tetap mempunyai saldo yang besar didalam neraca; transaksi

perubahannya relatif sangat sedikit namun umumnya menyangkut jumlah

rupiah yang besar.

2. Kesalahan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap

mempunyai pengaruh kecil terhadap perhitungan rugi-laba, sedangkan

kesalahan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva lancar

berpengaruh langsung terhadap perhitungan rugi-laba tahun yang diaudit.

4

Page 5: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

3. Aktiva tetap disajikan dineraca pada kosnya dikurangi dengan depresiasi

akumulasian, sedangkan aktiva lancar disajikan dineraca pada nilai bersih

yang dapat direalisasikan pada tanggal neraca.

2.3 Perbedaan Pengujian Substantif Aktiva Tetap dengan Aktiva Lancar

1. Karena frekuensi transaksi yang menyangkut aktiva tetap relatif sedikit,

maka jumlah waktu yang dikonsumsi untuk pengujian substantif terhadap

aktiva tetap relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan waktu yang

digunakan untuk pengujian substantif terhadap aktiva lancar.

2. Karena ketepatan pisah bataas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva

tetap sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan rugi-laba, maka auditor

tidak mengarahkan perhatiannya terhadap masalah ketelitian pisah batas

transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap pada akhir tahun. Dengan

pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor memusatkan

perhatiannya terhadap ketepatan pisah batas terhadap transaksi yang

bersangkutan dengan aktiva lancar, karena kesalahan atau ketidak telitian

penentuan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva lancar

berdampak langsung terhadap perhitungan rugi-laba tahun yang diaudit.

3. Pengujian substantif terhadap aktiva tetap dititik beratkan pada verifikasi

mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit, karena aktiva

tetap disajikan pada kosnya, bukan nilai bersih yang dapat direalisasikan

pada tanggal neraca sepertu halnya dengan aktiva lancar. Dilain pihak,

pengujian substantif terhadap aktiva lancar, dititikberatkan pada saldo

aktiva lancar tersebut pada tanggal neraca, karena aktiva lancar harus

disajikan didalam neraca sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan

pada tanggal tersebut.

5

Page 6: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

2.4 Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Aktiva Tetap

Di Neraca

Sebelum membahas pengyajian subtantif terhadap aktiva tetap, perlu

diketahui terlebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam

penyajian aktiva tetap di neraca berikut ini :

1. Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan didalam neraca

2. Aktiva tetap yang digadaikan harus dijelaskan

3. Jumlah depresiasian akumulasian dan biaya depresiasi untuk tahun kini

harus ditunjukkan didalam laporan keuangan

4. Metode yang digunakan dalam perhitungan depresiasi golongan besar

aktiva tetap harus diungkapkan didalam laporan keuangan

5. Aktiva tetap harus dipecah dalam golongan yang terpisah jikajumlahnya

material

6. Aktiva tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan untuk

beroperasi, jikan jumlahnya material, harus dijelaskan.

2.5 Tujuan Pengujian Subtantif Terhadap Aktiva Tetap

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang

bersangkutan dengan aktiva tetap.

2. Membuktikan keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang

berkaitan dengan aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.

3. Membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan

di neraca.

4. Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang dicantumkan di

neraca.

5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di

neraca.

6

Page 7: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

2.6 Program Pengujian Subtantif Terhadap Aktiva Tetap

Program pengujian subtantif terhadap aktiva tetap berisi prosedur audit

yang dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraiakan di atas.

Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan

umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci.

2.6.1 Prosedur audit awal

Sebelum membuktikan apakah saldo aktiva tetap yang dicantumkan oleh

klien di dalam neracanya sesuai dengan aktiva tetap yang benar-benar ada pada

tanggal neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi aktiva tetap yang

dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya.

Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa

informasi aktiva tetap yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan

akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan enam

prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi aktiva tetap di

neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan:

a. Usut saldo aktiva tetap yang tercantum di neraca ke saldo akun aktiva tetap

yang bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan

bahwa saldo aktiva tetap yang tercantum di neraca didukung dengan catatan

akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme pencatatannya, maka

saldo aktiva tetap yang di cantumkan di neraca diusut ke akun buku besar.

b. Hitung kembali saldo akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasian yang

bersangkutan di buku besar. Untuk memperoleh keyakinan mengenai

ketelitian perhitungan saldo akun aktiva tetap, auditor menghitung kembali

saldo akun aktiva tetapdan depresiasi akumulasian yang bersangkutan

dengan menambah saldo awal dengan jumlah pengkreditan dan

menguranginya dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.

c. Usut saldo awal akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasian yang

bersangkutan ke kertas kerja tahun lalu. Sebelum auditor melakukan

pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun aktiva tetap dan

7

Page 8: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

depresiasi akumulasian yang bersangkutan, ia perlu memperoleh keyakinan

atas kebenaran saldo awal akun tersebut.

d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber

posting dalam akun aktiva tetap dan depresiasi akumulasiannya. Kecurangan

dalam transaksi pemerolehan, pertukaran, penghentian pemakaian,

depresiasi aktiva dapat ditemukan melalui review atas mutasi luar biasa, baik

dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun aktiva tetap, dan

depresiasi akumulasian, dan pendapatan dan rugi luar biasa.

e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun aktiva tetap dan depresiasi

akumulasian yang bersangkutan ke jurnal yang bersangkutan. Untuk

memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan aktiva

tetap berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan, pendebitan didalam akun

aktiva tetap diusut keregister bukti kas keluar dan jurnal umum sedangkan

pengkreditan kedalam akun tersebut diusut ke jurnal umum.

f. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu aktiva tetap dengan akun control aktiva

tetap dan depresiasi akumulasian yang bersangkutan di buku besar. Saldo

akun control aktiva tetap dan depresiasi akumulasian yang bersangkutan di

buku besar tersebut kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun

pembantu aktiva tetap ke dalam arsip bukti kas keluar yang belum ddibayar

untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang

bersangkutan dengan aktiva tetap dapat dipercaya ketelitiannya.

2.6.2 Prosedur analitik

Ratio berikut ini seringkali digunakan oleh auditor dalam pengujian

analitik terhadap aktiva tetap:

Ratio formula

Tingkat perputaran aktiva tetap hasil penjualan bersih

÷

rerata saldo aktiva tetap

8

Page 9: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

Ratio laba bersih dengan aktiva

tetap

hasil penjualan bersih

÷

rerata saldo aktiva tetap

Ratio aktiva tetap dengan modal

saham

aktiva tetap

÷

modal saham

Ratio biaya reparasi dan

pemeliharaan dengan aktiva tetap

biaya reparasidan pemeliharaan

÷

hasil penjualan bersih

2.6.3 Pengujian terhadap transaksi rinci

1. Periksa tambahan aktiva tetap ke dokumen yang mendukung transaksi

pemerolehan aktiva tetap tersebut. Pemeriksaan dokumen yang

mendukung tambahan aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit

memberikan bukti tentang:

a. Asersi keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang

menambah aktiva tetap

b. Asersi kelengkapan unsur yang membentuk kos aktiva tetap

c. Asersi hak kepemilikan klien atas tambahan aktiva tetap

d. Asersi penilaian aktiva tetap.

2. Periksa berkurangnya aktiva tetap ke dokumen yang mendukung transaksi

tersebut. Pemeriksaan terhadap dokumen yang mendukung transaksi

berkurangnya aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit

memberikan bukti tentang:

a. Asersi keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi berkurangnya

aktiva tetap

b. Asersi kelengkapan unsur yang mengurangi kos aktiva tetap

c. Asersi hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dikurangi

d. Asersi penilaian aktiva tetap.

3. Periksa ketepatan pisah batas transaksi aktiva tetap

9

Page 10: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

4. Lakukan review terhadap akun biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva

tetap

2.6.4 Pengujian terhadap saldo akun rinci

1. Lakukan inspeksi terhadap tambahan aktiva tetap dalam tahun yang

diaudit

2. Periksa dokumen kontrak dan dokumen hak kepemilikan klien atas aktiva

tetap. Pembuktian hak pemilikan atas aktiva tetap klien dilakukan oleh

auditor dengan:

a. Memeriksa dokumen yang mendukung pemerolehan dan penghentian

pemakaian aktiva tetap

b. Memeriksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran sewa

c. Memeriksa polis asuransi aktiva tetap

d. Meminta informasi mengenai aktiva tetap yang dijaminkan dalam

penarikan utang

e. Melakukan inspeksi terhadap perjanjian persewaan.

3. Lakukan review terhadap perhitungan depresiasi dan deplesi aktiva tetap

4. Lakukan rekonsiliasi aktiva tetap tertentu kedalam buku pembantu aktiva

tetap

5. Hitung kembali jumlah rupiah yang dicatat didalam akun-akun yang

terkait dalam transaksi

2.6.5 Verifikasi dan pengungkapan

1. Periksa klasifikasi aktiva tetap di dalam neraca. Aktiva tetap harus

disajikan didalam neraca dalam kelompok aktiva tidak lancar pada kosnya

10

Page 11: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

dikurangi dengan depresiasi akumulasian atau deplesi. Auditor melakukan

pemeriksaan terhadap klasifikasi aktiva tetap didalam neraca berdasarkan

prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian aktiva tetap di neraca.

2. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap. Menurut

prinsip akuntansi berterima umum dalam dalam penyajian aktiva tetap di

neraca, klien berkewajiban mencantumkan pengungkapan yang memadai

mengenai metode depresiasi atau deplesi yang dipakainya, aktiva tetap

yang dijaminkan atau yang digadaikan dalam penarikan utang, dan aktiva

tetap yang telah habis didepresiasi namun masih digunakan dalam kegiatan

perusahaan.

2.7 Contoh Kasus Aktiva Tetap

           

Pada awal tahun 2006 PT A menukarkan mesin produksi dengan truk baru. Harga perolehan mesin produksi sebesar Rp 2.000.000,00 akumulasi depresiasi sampai tanggal pertukaran sebesar Rp 1.500.000,00 sehingga nilai bukunya sebesar Rp 500.000,00. Nilai wajar mesin produksi tersebut sebesar Rp 800.000,00 dan PT saya harus membayar uang sebesar Rp 1.700.000,00. Harga perolehan truk adalah Rp 2.500.000,00 yang perhitungannya sebagai berikut:

Nilai wajar mesin produksi Rp 800.000,00Uang tunai yang dibayarkan Rp 1.700.000,00+Harga perolehan truk Rp. 2.500.000,00

11

Page 12: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran diatas adalah sebagai berikut:

Truk Rp 2.500.000,00Akumulasi depresiasi mesin Rp 1.500.000,00

Kas Rp 1.700.000,00Mesin Rp

2.000.000,00Laba pertukaran mesin Rp. 300.000,00

Laba pertukaran mesin sebesar Rp 300.000,00 dihitung sebagai berikut:

Nilai wajar mesin produksi Rp 800.000,00

Harga perolehan mesin Rp 2.000.000,00Akumulasi depresiasi mesin Rp 1.500.000,00-

Rp 500.000,00-Laba pertukaran mesin Rp. 300.000,00

Apabila mesin diatas ditukarkan pada pertengahan tahun 2006 dan bukannya awal tahun 2006, maka pertama kali harus diadakan pencatatan depresiasi untuk 1/2 tahun 2006 dan baru dilakukan pencatatan transaksi pertukaran. Bila diketahui umur mesin terebut 5 tahun maka jurnal-jurnalnya nadalah sebagai berikut:

Depresiasi mesin Rp 200.000,00Akumulasi depresiasi mesin Rp

200.000,00

Perhitungan : 6/12 x 1/5 x Rp 2.000.000,00 = Rp. 200.000,00

Truk Rp 2.500.000,00

12

Page 13: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

Akumulasi depresiasi mesin Rp 1.700.000,00Kas Rp 1.700.000,00Mesin Rp

2.000.000,00Laba pertukaran mesin Rp. 500.000,00

Laba pertukaran mesin sebesar Rp 500.000,00 dihitung sebagai berikut:Nilai wajar mesin produksi Rp 800.000,00Harga perolehan mesin Rp 2.000.000,00Depresiasi s.d. awal 2006 Rp 1.500.000,00Depresiasi 6 bulan Rp 200.000,00+

Rp 1.700.000,00-Rp 300.000,00-

Laba pertukaran mesin Rp 500.000,00

13

Page 14: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aktiva tetap memiliki karateristik yang berbeda dengan karakteristik

aktiva lancar, yang berdampak terhadap pengujian subtantif terhadap aktiva tetap.

Frekuensi transaksi yang menyangkut aktiva tetap relatif sedikit, maka jumlah

waktu yang dikonsumsi untuk pengujian substantif terhadap aktiva tetaprelatif

lebih sedikit bila dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk pngujian

substantif terhadap aktiva lancar. Karena transaksi yang bersangkutan dengan

aktiva tetap sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan rugi-laba, maka auditor

tidak mengarahkan perhatiannya terhadap masalah ketelitian pisah batas transaksi

yang bersangkutan dengan aktiva tetap pada akhir tahun.

Pengujian substantif terhadap aktiva tetap dititikberatkan pada verifikasi

mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit. Verifikasi saldo aktiva

tetap pada tanggal neraca tidak mendapat perhatian auditor, karena aktiva tetap

disajikan pada kosnya, bukan nilainya pada tanggal neraca seperti halnya dengan

aktiva lancar.

14

Page 15: Audit Terhadap Siklus Pengeluaran : Pengujian Substantif terhadap Saldo Aktiva Tetap

            Pengujian subtantif terhadap aktiva tetap di tujukan untuk memperoleh

keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi bersangkutan dengan aktiva tetap,

membuktikan keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang berkaitan

dengan aktiva tetap yang dicantumkan di neraca, membuktikan kewajaran

penilaian aktiva tetap yang dicantumkan di neraca, dan membuktikan kewajaran

penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca.

3.2 Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk:

a. Menggunakan referensi buku ataupun jurnal-jurnal yang lebih banyak

tentang pengujian substantif terhadap saldo aktiva tetap.

b. Melakukan inspeksi lebih lanjut terhadap transaksi saldo aktiva tetap.

c. Memeriksa bukti pendukung terkait pencatatan transaksi baik

penambahan maupun pengurangan saldo aktiva tetap.

2. Kami menyadari penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu

kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk

penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.

3. Kami juga mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat

dan menambah pengetahuan kita semua tentang auditing. Khususnya

tentang audit terhadap siklus pengeluaran: pengujian substantif terhadap

saldo aktiva tetap.

15