19
TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK 1 MARYAM SULFA SAFITRI RETINA HARAHAP YOGI MAHENDRA ABDAL SYAFEI

Bab 5 & bab 6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab 5 & bab 6

TEORI KOMUNIKASI

KELOMPOK 1 MARYAM SULFA SAFITRI

RETINA HARAHAP

YOGI MAHENDRA

ABDAL SYAFEI

Page 2: Bab 5 & bab 6

B. Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction Theory)

A. Sejarah Interaksionisme Simbolik

C. Tema dan Asumsi Interaksionisme Simbolik

D. Konsep Penting

TEORI INTERAKSI SIMBOLIK

Page 3: Bab 5 & bab 6

A. • Sejarah Interaksionisme

SimbolikInteraksionisme simbolik lahir pada dua universitas: Universitas Iowa dengan tokoh Manford Kuhn dan Universitas Chicago dengan tokoh George Herbert Mead. Kedua universitas ini mengembangkan dua metode yang berbeda.

Herbert Blummer (Universitas Chicago) menyatakan bahwa studi mengenai manusia tidak dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode yang sama seperti yang digunakan untuk mempelajari hal lainnya. Mahzab Chicago mendukung penggunaan studi kasus dan sejarah serta wawancara tidak terstruktur.

Page 4: Bab 5 & bab 6

Sedangkan aliran dari Universitas Iowa mengadopsi pendekatan kuantitatif dalam studinya.

Mahzab Iowa beranggapan bahwa konsep interaksionisme simbolik dapat dioperasionalkan, dikuantifikasi, dan diuji, dalam hal ini dikembangkan sebuah teknik “kuesioner dua puluh pertanyaan sikap diri”.

Page 5: Bab 5 & bab 6

B. • Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction

Theory)

Simbol adalah representasi dari sebuah fenomena, dimana simbol sebelumnya sudah disepakati bersama dalam sebuah kelompok dan digunakan untuk mencapai sebuah kesamaan makna bersama.

Teori interaksi simbolik adalah hubungan antara simbol dan interaksi. Menurut Mead, orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul dalam sebuah situasi tertentu.

Simbol Verbal Simbol nonverbal

Page 6: Bab 5 & bab 6

C. • Tema dan Asumsi Interaksionisme Simbolik

1. Pentingnya Makna Bagi Perilaku ManusiaMakna yang kita berikan pada simbol merupakan produk dari hasil interaksi sosial dan menggambarkan kesepakatan untuk menerapkan makna tertentu pada simbol tertertu.

2. Pentingnya Konsep Mengenal DiriMelalui interaksi dengan orang lain individu-individu akan mengembangkan konsep dirinya sendiri. konsep diri ini akan membentuk perilaku individu.

3. Hubungan Antara Individu Dengan MasyarakatManusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia senantiasa akan selalu menjalin hubungan interaksi dengan masyarakat.

Page 7: Bab 5 & bab 6

D. • Konsep Penting1. Pikiran (Mind)

Kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol yang signifikan untuk merespon apa yang kita lihat kemudian untuk difikirkan dalam benak kita.

2. Diri (self )Kemampuan untuk memahami diri sendiri dari perspektif orang lain. Diri terbagi menjadi dua segi :• I

• Me3. Masyarakat

Sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan manusia. Individu-individu terlibat didalam masyarakat melalui perilaku yang mereka pilih secara aktif dan suka rela.

Page 8: Bab 5 & bab 6

TEORI MANAJEMEN MAKNA TERKOORDINASI

2. Seluruh Dunia adalah Panggung Sandiwara3. Asumsi-Asumsi Manajemen Makna

Terkoordinasi4. Hierarki dari Makna yang Terorganisasi

1. Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

5. Koordinasi Makna: Mengartikan Urutan6. Pengaruh terhadap Proses Komunikasi

7. Aturan dan Pola Berulang yang Tidak Diinginkan8. Rangkaian Seimbang dan Rangkaian Tidak

Seimbang

Page 9: Bab 5 & bab 6

A. • Teori Manajemen Makna Terkoordinasi

Manajemen makna terkoordinasi secara umum merujuk pada bagaimana individu-individu menetapkan aturan untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna, dan bagaimana aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah percakapan di mana makna senantiasa dikoordinasikan.

Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan : “Teori CMM menggambarkan manusia sebagai aktor yang berusaha untuk mencapai koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan dimaknai.”

Page 10: Bab 5 & bab 6

B. • Seluruh Dunia adalah Panggung Sandiwara

Untuk mendeskripsikan pengalaman-pengalaman hidup, Pearce dan Cronen menggunakan metafora “teater tanpa sutradara.” Mereka yakin bahwa di dalam hidup, sebagaimana teater, terdapat aktor-aktor yang mengikuti semacam perilaku dramatis dan aktor-aktor lain akan menghasilkan “kekacauan yang memiliki titik-titik pertalian yang terpisah”.

Para teoritikus percaya bahwa dalam dunia teaterikal ini, tidak ada seorang sutradara utama, melainkan beberapa orang yang menunjuk dirinya sendiri sebagai sutradara, yang berhasil untuk menjaga agar tidak terjadi kekacauan.

Page 11: Bab 5 & bab 6

C. • Asumsi-Asumsi Manajemen Makna

Terkoordinasi1. Manusia Hidup Dalam Komunikasi

2. Manusia Saling Menciptakan Realitas Sosial

3. Transaksi Informasi Bergantung Kepada Makna Pribadi Dan Interpersonal

Pearce berpendapat bahwa “komunikasi adalah, dan  akan selalu, menjadi lebih penting bagi manusia dari yang seharusnya”.

Kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam percakapan disebut sebagai konstruktivisme sosial.

Makna pribadi didefinisikan sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinteraksi dengan yang lain sambil membawa pengalaman-pengalamannya yang unik ke dalam sebuah interaksi.

Page 12: Bab 5 & bab 6

D. • Hierarki dari Makna yang Terorganisasi

Teoritikus CMM mengemukakan enam level makna:1. Level Isi

2. Tindak Tutur3. Episode4. Level Hubungan

5. Naskah Kehidupan6. Pola budaya (arketipe)

Page 13: Bab 5 & bab 6

Pola Budaya

Naskah Kehidupan (Aoutobiografi)

Hubungan (Kontak)

Episode

Tindak Tutur

Isi

Hirarki Makna

Page 14: Bab 5 & bab 6

E. • Koordinasi Makna: Mengartikan Urutan

Koordinasi ada ketika dua orang berusaha untuk mengartikan pesan-pesan yang berurutan dalam percakapan mereka.

Ada tiga hasil yang mungkin muncul ketika dua orang sedang berbincang: mereka mencapai koordinasi, mereka tidak mencapai koordinasi, dan mereka mencapai koordinasi pada tingkat tertentu. Atau dengan kata lain: koordinasi sempurna, koordinasi tidak sempurna, dan koordinasi sebagian.

Page 15: Bab 5 & bab 6

F. • Pengaruh terhadap Proses Komunikasi

Koordinasi dipengaruhi oleh beberapa hal, termasuk moralitas dan ketersediaan sumber daya.

Pertama-tama, koordinasi mengharuskan individu untuk menganggap tingkatan moral yang lebih tinggi sebagai suatu hal yang lebih penting.

Kedua, para teroritikus CMM membahas mengenai sumber daya yang merujuk pada “cerita, simbol, dan gambar yang digunakan oleh orang untuk memahami dunia mereka.”

Page 16: Bab 5 & bab 6

G. • Aturan dan Pola Berulang yang Tidak Diinginkan

Salah satu cara yang digunakan individu dalam mengelola dan mengoordinasikan makna adalah dengan penggunaan aturan.

Pearce dan Cronen mendiskusikan dua tipe aturan, yakni konstitutif dan regulatif.

Aturan regulatif merujuk pada urutan tindakan yang dilakukan oleh seseorang, menyampaikan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam sebuah percakapan. Aturan regulatif merujuk pada urutan tindakan yang dilakukan oleh seseorang, menyampaikan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam sebuah percakapan.

Page 17: Bab 5 & bab 6

H.• Rangkaian Seimbang dan

Rangkaian Tidak Seimbang

Rangkaian adalah kemampuan suatu level dalam hierarki makna untuk berefleksi.

Rangkaian seimbang adalah aturan makna konsisten di seluruh bagian rangkaian atau ketika rangkaian berjalan secara konsisten melalui tingkatan-tingkatan yang ada dalam hierarki.

Page 18: Bab 5 & bab 6

Pada saat-saat tertentu, beberapa episode dapat menjadi tidak konsisten dengan level-level yang lebih tinggi di dalam hierarki yang ada.

Hal ini disebut rangkaian tidak seimbang di mana aturan makna berubah-ubah di keseluruhan rangkaian.

Page 19: Bab 5 & bab 6

THANK YOU FOR YOUR ATTENTIOAN