7
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BUDAYA DEMOKRASI SMAN 2 SIDOARJO TAHUN AJARAN 2012-2013

cerita tentang budaya demokrasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: cerita tentang budaya demokrasi

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BUDAYA DEMOKRASI

SMAN 2 SIDOARJO

TAHUN AJARAN 2012-2013

Page 2: cerita tentang budaya demokrasi

NAMA KELOMPOK : Sebagai :

1. AULIA SETYO A. (04) Warga

2. BAGUS GILANG R. (06) Penjual kambing

3. M. ALFIRAS A. (22) Ketua RT

4. NITA DEWI M. (24) Pelajar

5. RAMADHANA YOGA P. (30) Pelajar

6. RISA EKA I. (33) Pelajar

Tema : “ Musyawarah di lingkungan masyarakat “

Ilustrasi :

Menjelang idhul adha, pengusaha ternak kambing telah siap menjual ternak-

ternaknya di pinggir jalan. Pak Bagus yang merupakan salah seorang pengusaha ternak kambing,

menjual kambing-kambingnya di sekitar pemukiman warga yang kebetulan letaknya berada

dekat dengan rumah salah seorang warga. Ialah keluarga Pak Agung, yang merasa terganggu

dengan penjualan kambing-kambing tersebut, hendak menemui Pak Bagus dengan maksud

menyampaikan semua keluhannya itu.

Karena Pak Bagus tidak terima dengan ucapan Pak Agung, mereka berdua saling

beradu mulut. Tidak lama kemudian, suasana menjadi semakin memanas. Mereka berdua saling

melempar kata-kata kasar satu sama lain. Kebetulan di dekat tempat itu ada beberapa pelajar

yang melintas, yaitu Yoga, Nita, dan Risa. Para pelajar yang mengetahui kejadian tersebut segera

saja melerai Pak Bagus dan Pak Agung. Suasana yang semakin memanas membuat mereka

bertiga merasa kewalahan untuk melerai dua orang dewasa itu. Nita mengambil inisiatif untuk

melaporkan kejadian itu kepada Pak Firas selaku ketua RT, untuk meminta bantuan dalam

menyelesaikan perkara tersebut.

Page 3: cerita tentang budaya demokrasi

Mendengar laporan dari Nita, Pak Firas bergegas menuju tempat penjualan ternak

Pak Bagus dengan tujuan membantu menyelesaikan perkara diantara Pak Bagus dan Pak Agung.

Sesampainya di tempat kejadian, Pak Firas melerai mereka berdua. Untuk mencari jalan keluar

dari permasalahan itu,Pak Firas membawa mereka ke rumahnya untuk membicarakan masalah

tersebut, beberapa orang yang menyaksikan hal tersebut pun juga diikutsertakan untuk menjadi

saksi. Setelah mereka bermusyawarah cukup lama, akhirnya diputuskan bahwa Pak Bagus akan

diberi tempat untuk berjualan, tetapi jauh dari pemukiman warga. Semua warga yang mengikuti

musyawarahpun menyetujuinya. Pak Bagus dan Pak Agung saling meminta maaf atas perlakuan

masing-masing dari mereka pada kejadian tersebut.

Dialog :

Menjelang idhul adha, pengusaha ternak kambing telah siap menjual ternak-

ternaknya di pinggir jalan. Pak Bagus yang merupakan salah seorang pengusaha ternak kambing,

menjual kambing-kambingnya di sekitar pemukiman warga yang kebetulan letaknya berada

dekat dengan rumah salah seorang warga. Ialah keluarga Pak Agung, yang merasa terganggu

dengan penjualan kambing-kambing tersebut, hendak menemui Pak Bagus dengan maksud

menyampaikan semua keluhannya itu.

Pak Agung : “ Assalamualaikum, pak.”

Pak Bagus : “ Wa’alaikumsalam, mau beli kambing, Pak ? Atau ada yang bisa saya

bantu ?”

Pak Agung : “ To the point ya Pak. Panjenengan sampun nggada izin kangge kulaan

wedhus ?”

Pak Bagus : “ Sampun nggada izin, tapi mboten kula beto.”

Pak Agung : “ Apa bisa diambil sekarang pak ?"

Pak Bagus : “ Nggak bisa pak, lantas siapa yang menjaga kambing-kambing saya kalau

saya pulang ?”

Pak Agung : “ Biar saya yang menjaga.”

Pak Bagus : “ Memangnya kenapa Pak ? Ada masalah ?”

Page 4: cerita tentang budaya demokrasi

Pak Agung : “ Bukan begitu, maksud saya baunya ini loh pak mengganggu warga. Apa

jualannya tidak bisa sedikit jauh dari pemukiman warga ?”

Pak Bagus : “ Tidak bisa Pak, kalau tidak di tempat ini kambingnya nggak ada yang beli

dan kalau di tempat lain, sudah banyak yang menempati.”

Pak Agung : “ Kenapa tidak ikut bergabung saja dengan para penjual yang lain ?”

Pak Bagus : “ Nanti kambing saya tidak laku.”

Pak Agung : “ Pasti laku lah. Kalau tidak laku berarti kambing-kambing Bapak

gelonggongan.”

Pak Bagus : “ Loh, Pak. Kalau bicara hati-hati. Saya tidak pernah menjual kambing

dengan cara curang seperti itu.”

Kedua orang itu semakin keras beradu mulut. Muncul kata-kata kasar yang tidak

pantas dituliskan di dialog ini. Mendengar keributan, para pelajar yang kebetulan baru pulang

,langsung mengahampiri keduanya.

Yoga : “ Sudah- sudah Pak, cukup. Kenapa bisa bertengkar begini ?”

Risa : “ Iya Pak, ini kan di tempat umum, nanti banyak orang yang melihat, apa

bapak-bapak tidak malu ?”

Nita : “ Apa tidak bisa diselesaikan dengan cara lain? tidak harus bertengkar

seperti ini kan, Pak ?”

Yoga : “ Memang apa masalahnya sampai sampai bapak-bapak bertengkar ?”

Pak Bagus “ Gini ya nak, saya jualan kambing di sini sudah dapat izin, tapi Bapak ini

malah menyuruh saya pindah.”

Pak Agung : “ Soalnya bau kambingnya mengganggu warga di sini.”

Pak Bagus : “ Terus saya mesti jualan dimana lagi ?”

Pak Agung : “ Ya itu urusan Bapak, pokoknya kalau di sini meresahkan warga.”

Pak Bagus : “ Selain di sini gak ada lagi, di tempat lain nggak laku nanti”

Page 5: cerita tentang budaya demokrasi

Karena Pak Bagus dan Pak Agung masih terus bertengkar, Yoga menyuruh Nita

untuk memanggil RT setempat , yaitu Pak Firas.

Nita : “ Assalamualaikum, Pak .”

Pak Firas : “ Waalaikumsalam. Ada apa Nak ? kok tergesa-gesa seperti itu ?”

Nita : “ Begini Pak, Pak Bagus menjual kambing di dekat pemukiman warga. Pak

Agung merasa terganggu dengan bau kambing-kambing itu, dan menegur

Pak Bagus. Mereka bertengkar di Pinggir Jalan. Saya dan teman-teman

sudah melerainya tapi tetap tidak bisa.”

Pak Firas : “ Ya sudah, mari kita langsung kesana.”

Pak Firas dan Nita Langsung menuju tempat tersebut. Selanjutnya di sana Pak

Agung dan Pak Bagus masih bertengkar.

Pak Firas : “ Sudah cukup. Tolong hentikan pertengkaran ini. Bapak-bapak kan sudah

dewasa, masih bertengkar juga . Seharusnya bapak-bapak ini malu !"

Pak Bagus : “ Saya tidak terima Pak, masak saya di suruh pindah tempat. Kambing saya

juga dikatain gelonggongan.”

Pak Agung : “ Bau kambing anda menyusahkan warga. Anda juga tidak berani pindah,

takut tidak laku?? Berarti gelonggongan !”

Pak Firas : “ Sudah-sudah Pak, sekarang kita selesaikan masalah ini di Rumah saya

saja. Yoga, Nita, Risa juga ikut sebagai saksi."

Yoga : “ Baik, Pak.”

Mereka pun berjalan ke Rumah Pak RT. Sesampainya di sana , musyawarah di lanjutkan.

Pak Firas : “ Sudah cukup. Tolong hentikan pertengkaran ini. Bapak-bapak kan

sudah dewasa, masih bertengkar juga . Seharusnya bapak-bapak ini

malu !"

Pak Bagus : “ Saya tidak terima Pak, masak saya di suruh pindah tempat.

Kambing saya juga dikatain gelonggongan.”

Page 6: cerita tentang budaya demokrasi

Pak Agung : “ Bau kambing anda menyusahkan warga. Anda juga tidak berani

pindah, takut tidak laku?? Berarti gelonggongan !”

Pak Firas : “ Sudah-sudah Pak, sekarang kita selesaikan masalah ini di Rumah

saya saja. Yoga, Nita, Risa juga ikut sebagai saksi."

Yoga : “ Baik, Pak.”

Pak Firas : “ Baik, sekarang tolong ceritakan ke saya apa masalahnya dengan

jelas. Mulai dari Pak Agung dulu.”

Pak Agung : “ Begini Pak, bau kambing yang dijual Pak Bagus itu sangat

menyengat. Mengganggu kenyamanan warga, jadi saya minta Pak

Bagus untuk pindah tempat jualannya”

Pak Firas : “ Hmmm. Lalu bagaimana dengan Pak Bagus ?”

Pak Bagus : “ Maaf sebelumnya Pak, sebelum saya jualan di sini kan sudah

minta izin dulu dari Bapak. Jadi ya saya merasa punya hak untuk

jualan di sini."

Pak Firas : “ Oh gitu, terus Pak Agung maunya bagaimana ?”

Pak Agung : “ Ya mau saya agar Pak Bagus pindah tempat jualannya. ”

pak Firas : “ Hmm. Dari perbatasan RT, ada lapangan yang cocok untuk

jualan.”

Pak Bagus : “ Tapi bagaimana kalau tidak laku Pak ? Apa di sana ada banyak

orang?”

Pak Firas “ Tenang saja , banyak orang di sana. Tempat itu juga sering

dilewati kendaraan kalau perlu kita bisa membuat Papan penunjuk

tempat jual kambing yang baru, agar warga yang mau membeli bisa

datang. Bagaimana Pak ?”

Pak Bagus : “ Baik, Pak. Kalau begitu saya setuju.”

Pak Agung : “ Saya juga setuju usulan dari Pak Firas.”

Pak Firas : “ Berarti masalah ini sudah selesai dan tidak ada pertengkaran lagi.

Alhamdulillah. ”

Pak Agung : “ Iya Pak. Pak Bagus , saya minta maaf. Dan terima kasih untuk

Pak RT karena bersedia membantu menyelesaikan persoalan ini. ”

Page 7: cerita tentang budaya demokrasi

Pak Bagus : “ Saya juga minta maaf Pak dan terima kasih juga untuk Pak RT“

Pak Firas : “ Sama-sama. Sudah jangan bertengkar lagi. Hidup damai dan

rukun itu lebih indah”

Pak Bagus dan

Pak Agung

: “ Iya Pak, terimakasih . kami permisi pulang, Assalamualaikum.”

Pak Firas : “ Wa’alaikumsalam.”

Setelah mereka bermusyawarah cukup lama, akhirnya diputuskan bahwa Pak

Bagus akan diberi tempat untuk berjualan, tetapi jauh dari pemukiman warga. Semua warga yang

mengikuti musyawarahpun menyetujuinya. Pak Bagus dan Pak Agung saling meminta maaf atas

perlakuan masing-masing dari mereka pada kejadian tersebut.

LAGU

Hey kamu, penjual kambing yang tidak tahu sopan santun

Baunya menusuk jantung, membuat nafas ku susahnya minta ampun

Lansung kutanyakan apa kau baik-baik saja ?

Memangnya kamu mau bagaimana ?

Reff :

Yok musyawarah tuk capai mufakat kita bersama eeaa

Yok musyawarah agar sejahtera tepat di hatiku eeaa

Kita masyarakat yang suka berdemokrasi eeaa 3x

Karena demokrasi buat kita saling mengerti eeaa 4x