Upload
eman-sy
View
417
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran Matematika umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-
rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap
pemahaman siswa. Disamping itu proses belajar mengajar hampir selalu
berlangsung dengan metode “chalk and talk” guru menjadi pusat dari seluruh
kegiatan di kelas (Somerset, 1997 dalam Sodikin, 2004:1).
Pembelajaran matematika sering diinterpretasikan sebagai aktivitas utama
yang dilakukan guru, yaitu guru mengenalkan materi, mungkin mengajukan satu
atau dua pertanyaan, dan meminta siswa yang pasif untuk aktif dengan memula i
melengkapi latihan dari buku teks, pelajaran diakhiri dengan pengorganisasian yang
baik dan pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan sekenario yang serupa.
Kondisi di atas tampak lebih parah pada pembelajaran geometri. Sebagian
siswa tidak mengetahui mengapa dan untuk apa mereka belajar konsep-konsep
geometri, karena semua yang dipelajari terasa jauh dari kehidupan mereka sehari-
hari. Siswa hanya mengenal objek-objek geometri dari apa yang digambar oleh
guru di depan papan tulis atau dalam buku paket matematika, dan hampir tidak
pernah mendapat kesempatan untuk memanipulasi objek-objek tersebut. Akibatnya
banyak siswa yang berpendapat bahwa konsep-konsep geometri sangat sukar
dipelajari (Soedjadi, 1991 dalam Sodikin 2004:2).
Pada umumnya, sekelompok siswa beranggapan bahwa mata pelajaran
matematika sulit dipahami. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Pertama, siswa kurang memiliki pengetahuan prasyarat serta kurang mengetahui
manfaat pelajaran matematika yang ia pelajari. Kedua, daya abstraksi siswa kurang
dalam memahami konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak.
Dalam mengajarkan matematika, sebaiknya diusahakan agar siswa mudah
memahami konsep yang ia pelajari, sehingga siswa lebih berminat untuk
mempelajarinya. Jika sekiranya diperlukan media atau alat peraga yang dapat
2
membantu siswa dalam memahami konsep matematika, maka seyogyanya guru
menyiapkan media atau alat peraga yang diperlukan.
Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1980:134) menyatakan bahwa setiap
konsep matematika dapat difahami dengan mudah apabila kendala utama yang
menyebabkan anak sulit memahami dapat dikurangi atau dihilangkan. Dienes
berkeyakinan bahwa anak pada umumnya melakukan abstraksi berdasasarkan
intuisi dan pengalaman kongkrit, sehingga cara mengajarkan konsep-konsep
matematika dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan objek kongkrit.
Dengan demikian, dalam mengajarkan matematika perlu adanya benda-benda
kongkrit yang merupakan model dari ide-ide matematika, yang selanjutnya disebut
sebagai alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran. Alat bantu pembelajaran ini
digunakan dengan maksud agar anak dapat mengoptimalkan panca inderanya dalam
proses pembelajaran, mereka dapat melihat, meraba, mendengar, dan merasakan
objek yang sedang dipelajari.
Guru selalu menggunakan metode ceramah yang langsung menyajikan materi
dalam bentuk rumus-rumus pasti, tanpa mengetahui bagaimana rumus itu diperoleh,
sehingga tidak bisa bertahan lama di benak siswa. Walaupun kurikulum telah
berkali-kali diperbarui, teknologi pendidikan telah mengalami berkali-kali inovasi,
banyak guru yang tidak mengubah cara mengajar mereka yang cenderung monoton
atau kurang bervariasi. Guru kurang kreatif dalam memanfaatkan alat peraga yang
ada dalam proses pembelajaran di kelas.
Seharusnya, siswa memiliki motivasi belajar tinggi, aktif, kreatif, disiplin,
antusias memperhatikan penjelasan guru, berusaha menjadi pembelajar yang
mandiri, mau berusaha mencari dan menemukan sendiri konsep-konsep
Matematika, sehingga diharapkan pemahaman siswa pada mata pelajaran
Matematika dapat meningkat, pada akhirnya prestasi belajarnya meningkat,
sehingga tidak ada anak yang tinggal kelas atau tidak lulus ujian karena nilai
Matematikanya tidak dapat memenuhi KKM yang telah ditetapkan di sekolah
masing-masing.
Hasil belajar siswa kelas V SDS 009 Immanuel Tahun Pelajaran 2013/2014
mata pelajaran Matematika tentang kubus dan balok masih sangat rendah. Hal ini
3
dibuktikan dengan nilai rata-rata ulangan harian belum dapat mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu baru 50 dengan nilai terendah 30 dan nilai
tertinggi 70. Dari siswa yang berjumlah 33 yang terdiri dari 16 putra dan 17 putri
baru 13 siswa atau 39,4% yang dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM). KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran Matematika kelas V adalah
65.
Jumlah anak yang nilainya mencapai KKM belum ada separuh dari jumlah
keseluruhan siswa di kelas V. Hal ini tentu cukup memprihatinkan, mengingat
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional
(UN). Kenyataan ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari faktor guru,
faktor siswa, sarana dan prasarana maupun lingkungan serta latar belakang keluarga
siswa.
Faktanya pembelajaran Matematika di sekolah masih banyak melakukan
pembelajaran konvensional, padahal seharusnya dalam konsep pembelajaran guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar, selain itu penggunaan media sebagai sumber
belajar harus dimaksimalkan.
Berdasarkan observasi dan diskusi dengan teman sejawat diketahui adanya
masalah yang menyebabkan rendahnya pencapaian kompetensi dasar tersebut.
Identifikasi masalahnya adalah bahwa siswa kurang mengerti dalam
menerjemahkan bentuk bangun ruang kubus dan balok dengan penerapannya, juga
masih rendahnya keberanian siswa dalam memberikan pendapat sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki.
Supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai, perlu adanya perbaikan proses
pembelajaran, dalam hal ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Alternat if
solusi yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan
menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran, dalam hal ini
adalah alat peraga konkrit berupa berbagai benda yang berbentuk bangun ruang
terutama kubus dan balok. Untuk itu perlu diadakan penelitian tindakan kelas
tentang penggunaan media visual atau alat peraga dalam pembelajaran materi kubus
dan balok. Dengan serangkaian tindakan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
4
sampai dengan evaluasi, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
memahami materi kubus dan balok.
Oleh karena itu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul
“Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika tentang
Kubus dan Balok pada Siswa Kelas V SDS 009 Immanuel Tebing”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diajukan rumusan masalah
yaitu apakah penggunaan alat peraga konkrit dapat meningkatkan hasil belajar
Matematika tentang kubus dan balok pada siswa kelas V SDS 009 Immanue l
Tebing?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran
Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa
2. Menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan
3. Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
4. Meningkatkan kualitas pembelajaran
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, maupun
sekolah.
1. Bagi siswa, penelitian ini dapat mempermudah siswa dalam memahami materi
kubus dan balok dan meningkatkan motivasi belajar.
2. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai wahana peningkatan profesionalisme guru
yang akan berdampak pada kualitas pendidikan di sekolah
3. Bagi guru lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk
menambah wawasan dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran yang
sesuai dengan materi pelajaran.
4. Bagi sekolah, penelitian ini dapat membantu meningkatkan kualitas hasil
belajar, khususnya pelajaran matematika, sehingga secara langsung dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Oemar Hamalik (2001 : 27 ) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Slameto (2003 : 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suparwoto (2004 : 41) bahwa
belajar pada intinya adalah proses internalisasi dalam diri individu yang belajar
dapat dikenali produk belajarnya yaitu berupa perubahan, baik penguasaan materi,
tingkah laku, maupun keterampilan.
William Burton mengemukakan bahwa ”A good learning situation consist of
a rich and varied series of learning experiences unified around a vigorous purpose
and carried on in interaction with a rich, varied and propocative environment”.
Yang berarti bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individ u
melalui interaksi dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian
pengalaman – pengalaman belajar.
Menurut Winkel belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilka n
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard
belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang
kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang
ditimbulkan oleh lainnya. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali
kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat,
seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya (Purwanto, 2008
: 51)
Sedangkan pengertian belajar menurut Gagne (Mulyani Sumantri & Johar
Permana, 1999 : 16) belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam
perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada
6
dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan
terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan
serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Moh. Surya dikutip oleh Nana Sudjana (2005 : 22) mendefinisikan Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Oemar Hamalik (1993 : 280) mengungkapkan empat prinsip belajar yaitu :
a. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi siswa, karena
tujuan akan menuntut dalam belajar,
b. Jenis belajar yang paling utama adalah untuk berpikir kritis,
c. Belajar memerlukan pemahaman atas hal – hal yang dipelajari sehingga
memperoleh pengertian – pengertian,
d. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai
tujuan dan hasil.
Dari prinsip – prinsip tersebut memberikan penjelasan dalam memaknai belajar
dan dapat mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam mendukung proses
pembelajaran, sehingga pengertian dan pemahaman mengenai makna Belajar
menjadi lebih jelas dan terarah.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam belajar ada
suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa pengetahuan,
pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses belajar. Perubahan
tingkah laku yang diperoleh merupakan hasil interaksi dengan lingkungan. Interaksi
tersebut salah satunya adalah proses pembelajaran yang diperoleh di sekolah. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa dengan belajar seseorang dapat memperoleh
sesuatu yang baru baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap.
B. Hasil Belajar
Menurut W.J.S Purwadarminto (1987 : 767 ) menyatakan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu
tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan.
7
Prestasi belajar menurut Winkel (1996 : 226 ) mengemukakan bahwa hasil
belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
Menurut Nana Sudjana (2005 : 20) hakikat hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Nana Sudjana (2005 : 38) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi
oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang
dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa
terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali
pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan
yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis.
Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77 ) mengemukakan bahwa hasil
belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil terbaik yang dicapai siswa setelah
melaksanakan usaha belajar secara maksimal. Salah satu pemikiran
konstruktivisme yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami
perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan
individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat
tahap yaitu (1) sensory motor; (2) pre-operational; (3) concrete operasional; dan
(4) formal operational. Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen
dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu
oleh pertanyaan dari guru.
Dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang kreatif serta interaktif
maka guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar
mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan
8
berbagai pengetahuan dari lingkungan dan sumber Belajar lainnya. Implikasi teori
perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran, adalah:
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena
itu, guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan
dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Memberikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara
serta diskusi dengan teman-temannya.
C. Karakteristik Matematika
Menurut Soedjadi (1994:1), meskipun terdapat berbagai pendapat tentang
matematika yang tampak berlainan antara satu sama lain, namun tetap dapat ditarik
ciri-ciri atau karekteristik yang sama, antara lain: (a) memiliki objek kajian abstrak,
(b) bertumpu pada kesepakatan, (c) berpola pikir deduktif, (d) memiliki symbol
yang kosong dari arti, (e) memperhatikan semesta pembicaraan, (f) konsisten dalam
sistemnya.
Matematika sebagai suatu ilmu memiliki objek dasar yang berupa fakta,
konsep, operasi, dan prinsip. Dari objek dasar itu berkembang menjadi objek-objek
lain, misalnya: pola-pola, struktur-struktur dalam matematika yang ada dewasa ini.
Pola pikir yang digunakan dalam matematika adalah pola pikir deduktif, bahkan
suatu struktur yang lengkap adalah deduktif aksiomatik.
Matematika sekolah adalah bagian dari matematika yang dipilih, antara lain
dengan pertimbangan atau berorientasi pada kependidikan. Dengan demikian,
pembelajaran matematika perlu diusahakan sesuai dengan kemampuan kognitif
siswa, mengkongkritkan objek matematika yang abstrak sehingga mudah difahami
siswa. Selain itu sajian matematika sekolah tidak harus menggunakan pola pikir
deduktif semata, tetapi dapat juga digunakan pola pikir induktif, artinya
pembelajarannya dapat menggunakan pendekatan induktif. Ini tidak berarti bahwa
9
kemampuan berfikir deduktif dan memahami objek abstrak boleh ditiadakan begitu
saja.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik
(Mulyasa, 2002:100). Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan tingkah laku.
Pembelajaran matematika menurut Russeffendi (1993:109) adalah suatu
kegiatan belajar mengajar yang sengaja dilakukan untuk memperoleh pengetahuan
dengan memanipulasi simbol-simbol dalam matematika sehingga menyebabkan
perubahan tingkah laku.
Dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa pembelajaran matematika adalah
suatu pembelajaran yang bertujuan:
(a) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi
(b) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba
(c) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
(d) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik,
peta, diagram dalam menjelaskan gagasan
D. Kubus dan Balok
1. Pengertian Kubus
Gambar 1
10
Pada gambar di atas menunjukkan sebuah bangun ruang yang semua sisinya
berbentuk persegi dan semua rusuknya sama panjang. Bangun ruang seperti itu
dinamakan kubus. Gambar 1 menunjukkan sebuah kubus ABCD.EFGH yang
memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a. Sisi/Bidang; Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari Gambar
1 terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuk
persegi, yaitu ABCD (sisi bawah), EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan),
CDHG (sisi belakang), BCGF (sisi samping kiri), dan ADHE (sisi samping
kanan).
b. Rusuk; Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus dan
terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus. Coba perhatikan kembali
Gambar 8.1. Kubus ABCD.EFGH memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC,
CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.
c. Titik Sudut; Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Dari
Gambar 8.2 , terlihat kubus ABCD. EFGH memiliki 8 buah titik sudut, yaitu
titik A, B, C, D, E, F, G, dan H. Selain ketiga unsur di atas, kubus juga
memiliki diagonal. Diagonal pada kubus ada tiga, yaitu diagonal bidang,
diagonal ruang, dan bidang diagonal.
d. Diagonal Bidang; Pada kubus tersebut terdapat garis AF yang
menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu
sisi/bidang. Ruas garis tersebut dinamakan sebagai diagonal bidang
Gambar 2
e. Diagonal Ruang; perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 8.4 . Pada
kubus tersebut, terdapat ruas garis HB yang menghubungkan dua titik sudut
11
yang saling berhadapan dalam satu ruang. Ruas garis tersebut disebut
diagonal ruang.
Gambar 3
f. Bidang Diagonal; Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada Gambar 8.5 secara
saksama. Pada gambar tersebut, terlihat dua buah diagonal bidang pada
kubus ABCD. EFGH yaitu AC dan EG. Ternyata, diagonal bidang AC dan
EG beserta dua rusuk kubus yang sejajar, yaitu AE dan CG membentuk
suatu bidang di dalam ruang kubus bidang ACGE pada kubus ABCD.
Bidang ACGE disebut sebagai bidang diagonal. Coba kamu sebutkan
bidang diagonal lain dari kubus ABCD.EFGH.
Gambar 4
2. Jaring-jaring Kubus
Jaring-jaring kubus adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruas-
ruas garis pada dua persegi yang berdekatan akan membentuk bangun kubus. Kubus
memiliki sebelas jaring-jaring. Berikut ini kesebelas jaring-jaring kubus yang bisa
dibuat.
12
Gambar 5
13
3. Menghitung Volume Kubus
Volume kubus dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
V = S x S x S atau 𝑉 = 𝑆 3
Keterangan:
V = Volume
S = sisi kubus
4. Pengertian Balok
Bangun ruang ABCD.EFGH pada gambar tersebut memiliki tiga pasang sisi
berhadapan yang sama bentuk dan ukurannya, di mana setiap sisinya berbentuk
persegipanjang. Bangun ruang seperti ini disebut balok. Berikut ini adalah unsur -
unsur yang dimiliki oleh balok ABCD.EFGH pada Gambar 6.
Gambar 6
a. Sisi/Bidang; Sisi balok adalah bidang yang membatasi suatu balok. Dari
Gambar 6, terlihat bahwa balok ABCD.EFGH memiliki 6 buah sisi
berbentuk persegipanjang. Keenam sisi tersebut adalah ABCD (sisi bawah),
EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan), DCGH (sisi belakang), BCGF (sisi
samping kiri), dan ADHE (sisi samping kanan). Sebuah balok memiliki tiga
pasang sisi yang berhadapan yang sama bentuk dan ukurannya. Ketiga
pasang sisi tersebut adalah ABFE dengan DCGH, ABCD dengan EFGH,
dan BCGF dengan ADHE.
b. Rusuk; Sama seperti dengan kubus, balok ABCD.EFGH memiliki 12 rusuk.
Rusuk-rusuk balok ABCD. EFGH adalah AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH,
HE, AE, BF, CG, dan HD.
c. Titik Sudut; Dari Gambar 6, terlihat bahwa balok ABCD.EFGH memiliki 8
titik sudut, yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H. Sama halnya dengan kubus,
14
balok pun memiliki istilah diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang
diagonal. Berikut ini adalah uraian mengenai istilah- istilah berikut.
d. Diagonal Bidang; Coba kamu perhatikan Gambar 7. Ruas garis AC yang
melintang antara dua titik sudut yang saling berhadapan pada satu bidang,
yaitu titik sudut A dan titik sudut C, dinamakan diagonal bidang balok
ABCD.EFGH.
e. Diagonal Ruang; Ruas garis CE yang menghubungkan dua titik sudut C dan
E pada balok ABCD.EFGH seperti pada Gambar 8 disebut diagonal ruang
balok tersebut. Jadi, diagonal ruang terbentuk dari ruas garis yang
menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan di dalam suatu
bangun ruang.
f. Bidang Diagonal; Sekarang, perhatikan balok ABCD.EFGH pada Gambar
9. Dari gambar tersebut terlihat dua buah diagonal bidang yang sejajar, yaitu
diagonal bidang HF dan DB. Kedua diagonal bidang tersebut beserta dua
rusuk balok yang sejajar, yaitu DH dan BF membentuk sebuah bidang
diagonal. Bidang BDHF adalah bidang diagonal balok ABCD.EFGH.
5. Jaring-jaring Balok
Balok dapat dibentuk dari 54 macam jaring-jaring. Dalam sebuah tersusun dari
6 bidang persegi panjang. Beberapa model jaring-jaring balok dapat dilihat di
gambar berikut ini.
15
6. Menghitung Volume Balok
Volume balok dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑉 = 𝑃 𝑥 𝑙 𝑥 𝑡
Keterangan:
V = Volume
16
P = Panjang
l = lebar
t = tinggi
E. Alat Peraga
Menurut Ngadino Y. ( 2003 : 10 ) alat peraga adalah “alat / benda yang digunakan
oleh guru dalam mengajar”. Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk
memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata /
konkrit (Depdiknas, 2003 : 10).
Amirhamzah Sulaiman (1991 : 25) berpendapat bahwa “ alat peraga adalah alat-alat
visual, yang dapat memperhatikan rupa atau bentuk yang kita kenal dengan alat peraga”.
Sedangkan Oemar Hamalik (1982 : 43) “alat peraga adalah alat metode atau teknik yang
digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan
siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran sebagai alat bantu sekolah.
Pengertian alat peraga menurut Estiningsih (1994) adalah media pembelajaran
yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Alat peraga
merupakan salah satu faktor untuk mencapai efisiensi hasil belajar (Moh. Surya, 1992:
75).
Fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat
atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau
meningkatkan persepsi seseorang (R.M. Soelarko, 1995: 6).
Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar yang
dikemukakan oleh Nana Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar Proses belajar mengajar
(2002: 99-100):
a. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan
fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif;
b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
situasi mengajar;
c. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi
pelajaran;
d. Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan
sekedar pelengkap;
17
e. Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses
belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang
diberikan guru;
f. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi
mutu belajar mengajar
Di samping enam fungsi di atas, penggunaan alat peraga mempunyai nilai-nilai:
a. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir,
oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme;
b. Dengan peragaan dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk
belajar;
c. Dengan peragaan dapat meletakkan dasar untuk perkembangan Belajar
sehingga hasil belajar bertambah mantap;
d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan
berusaha sendiri pada setiap siswa;
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan;
f. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya
kemampuan berbahasa;
g. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta
membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih
sempurna.
Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip
tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-
prinsip ini adalah sebagai berikut (Nana Sudjana, 2002: 104-105):
a. Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih
terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan
pelajaran yang hendak diajarkan;
b. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu
diperhitungkan tingkat kemampuan/kematangan anak didik;
c. Menyajikan alat peraga dengan tepat;
d. Menempatkan dan memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat, dan
situasi yang tepat.
18
R.M. Soelarko dalam buku Audio Visual media komunikasi ilmiah pendidikan
penerangan (1995: 6) menggolongkan macam-macam alat peraga berdasarkan pada
bahan yang dipakai:
Gambar-gambar (lukisan), misalnya Zoologie (gambar-gambar binatang),
Botani (gambar pohon, bunga, daun, dan buah), dan gambar tentang ilmu
bumi (gambar gunung, laut, danau, hutan);
Benda-benda alam yang diawetkan, misalnya daun kering yang dipres,
bunga, serangga misalnya kupu-kupu, jangkrik, belalang;
Model, Fantom, dan Manikkin. Yang disebut model adalah bentuk tiruan
dalam skala kecil. Fantom atau Manikkin adalah model anatomi dari
bagian-bagian tubuh manusia itu sendiri misal rangka manusia.
Media mengajar alat peraga dan peraga benda sering disebut sebagai alat modern,
karena kesadaran mengenai pentingnya memakai media mengajar dalam pelayanan
anak yang masih baru. Melalui pemakaian alat peraga dan peraga benda, imajinasi anak
dirangsang, perasaan anak disentuh dan kesan yang mendalam diperoleh. Melaluinya
anak belajar dengan semangat dan dapat mengingat dengan baik. Dalam mengajar,
panca indera dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu dirangsang, digunakan dan
dilibatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan melakukan
apa yang dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam mengajar adalah
"mendengar". Melalui mendengar, anak mengikuti peristiwa demi peristiwa dan ikut
merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah telinga mendapatkan mata. Anak
melihat sesuatu dari apa yang diceritakan.
Namun ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari apa yang didengar
dapat diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang
diceritakan "dilihat" melalui sebuah gambar. Dengan demikian melalui "mendengar"
dan "melihat" akan diperoleh kesan yang jauh lebih dalam. Media Mengajar (alat
peraga dan peraga benda) seperti: gambar, gambar berkembang, flashcard, slides
menolong anak untuk mengingat dengan lebih baik, yaitu mampu mengingat 50% dari
apa yang didengar dan dilihatnya.
19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Swasta 009 Immanuel Tebing kelas V pada
tahun pembelajaran 2014/2015 yang berjumlah 33 orang, yang terdiri dari 16 laki-
laki dan 17 perempuan, yang beralamat di wilayah Sei Bati, Kelurahan Pamak,
Kecamatan Tebing, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau.
B. Deskripsi per Siklus
Menurut Sukardi (2003: 210) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang
dilakukan guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Bentuk penelitian ini yang
dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan jenis kolaboratif yang
melibatkan guru lain sebagai observer. Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas
ini menggunakan dua siklus yakni siklus 1 (pertama) dan siklus II (kedua).
Selanjutnya dilakukan ulangan harian 1 dan 2. Dari hasil pengamatan dan refleksi
pada siklus 1 diadakan perbaikan/pemantapan pada proses pembelajaran pada
siklus II.
Menurut Sukardi (2003: 212), model siklus dalam penelitian tindakan kelas
mempunyai tahapan yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari: lembar kerja
siswa, mempersiapkan tes hasil belajar dan lembar observasi
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari perencanaan. Kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti adalah dalam upaya memperbaiki mutu
pembelajaran yang diinginkan. Dalam melakukan tindakan penelitian harus
berjalan sesuai dengan tujuan perencanaan yang telah disusun. Sesuai
dengan metode tutor sebaya untuk meningkatkan peran aktif siswa dalam
membangun pengetahuan, maka peneliti benar-benar berpijak pada
perencanaan yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran 1
20
pada siklus 1 dan rencana pelaksanaan pembelajaran 2 pada siklus II.
Peneliti memberikan lembar kerja siswa dengan menerapkan penggunaan
alat peraga. Selama proses pembelajaran siswa belajar sesuai pembelajaran
yang digunakan yaitu pendekatan model demonstrasi dengan
mengedepankan alat peraga.
3. Observasi
Dalam tahap ini yang bertindak sebagai observer adalah guru lain. Observasi
yang dilakukan terhadap aktivitas, interaksi, dan kemajuan siswa selama
pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan bersamaan dengan
tindakan. Observasi dilakukan oleh guru lain dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disediakan. Observasi bertujuan untuk mengamati hal-
hal yang harus segera diperbaiki agar tindakan yang dilakukan mencapai
tujuan yang diinginkan.
4. Refleksi
Refleksi merupakan aktivitas melihat kembali bagi guru atau peneliti atas
dampak dari proses yang dilakukan untuk menimbulkan pertanyaan yang
bisa dijadikan acuan keberhasilan, misalnya apakah hasil belajar siswa
sudah menunjukkan ketuntasan belajar atau bagaimana aktivitas yang
dilakukan siswa dalam proses pembelajaran berikutnya.
Pada tahap refleksi ini juga bertujuan mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan sehingga sangat
penting untuk menjadi patokan pada pelaksanaan siklus II atau tahap
berikutnya sebagai perbaikan pembelajaran. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan mulai dari pertemuan pertama dan ulangan harian 1. Setelah
ulangan harian pertama peneliti melakukan refleksi yang bertujuan untuk
mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil yang dicapai oleh
siswa. Jika setelah diadakan pertimbangan dari hasil tindakan maka penelit i
memutuskan untuk pmelaksanakan siklus selanjutnya yaitu siklus II. Siklus
kedua dilaksanakan pada pertemuan kedua dan ulangan harian 2. Setelah
pelaksanaan ulangan harian 2 peneliti melakukan refleksi mengkaji hasil
yang dicapai oleh siswa.
21
C. Instrumen Penelitian
1. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan program
kerja guru dalam melaksanakan tugas di dalam proses pembelajaran,
materi ajar, model pembelajaran dan langkah- langkah pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan pembelajaran.
b. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa memuat kompetensi dasar, indicator, tujuan
pembelajaran, dan langkah-langkah yang harus dikerjakan dalam
menyelesaikan masalah yang dikembangkan dalam membangun
pengalamannya, serta tugas yang harus dikerjakan. Lembar kerja
siswa berguna untuk membangun pengalaman siswa dalam proses
pembelajaran.
D. Instrumen Pengumpul Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi
dan tes hasil belajar.
a. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi tentang
aktivitas siswa yang diamati dengan menggunakan lembar observasi
siswa antara lain : perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh
guru, keaktifan dan antusias siswa dalam proses memahami materi
pembelajaran, serta kerjasama dalam kelompok dalam menyelesa ikan
tugas. Sedangkan aktivitas guru yang diamati antara lain : menjelaskan
kompetensi dasar, menginformasikan model pembelajaran yang
digunakan, memotivasi siswa dalam belajar, mendemonstras ikan
penggunaan alat pembelajaran, membimbing siswa bekerja dalam
kelompok.
22
b. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar dibuat berpedoman pada indikator kisi-kisi. Data hasil
belajar matematika, berupa ulangan harian setiap siklus. Data hasil
belajar berguna untuk melihat ketercapaian kompetensi dasar.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian adalah :
1. Observasi
Observasi ini digunakan untuk memperoleh aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Observasi siswa dilakukan oleh teman sejawat.
Observasi siswa berisikan berbagai aktivitas siswa yang terjadi di dalam
kelas.
2. Wawancara
Wawancara ini digunakan untuk memperoleh gambaran awal guru dalam
mengetahui penyebab/faktor- faktor yang mempengaruhi siswa kurang
minat belajar matematika, nilai matematika siswa kurang sehingga guru
dapat menciptakan model pembelajaran yang bisa mengatasi kendala -
kendala tersebut. Wawancara ini dilakukan peneliti kepada guru matematika
kelas sebelumnya dan kepada siswa tersebut.
3. Teknik Tes
Data tentang hasil belajar matematika diperoleh melalui tes yang
dilakukan setelah pembelajaran berlangsung. Tes hasil belajar dilakukan
dua kali dalam bentuk ulangan harian tiap kompetensi dasar. Soal-soal
pada ulangan harian berdasarkan indikator yang ingin dicapai pada
materi kubus dan balok.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh melalui lembar observasi yang kemudian dianalis is.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan data tentang siswa dan guru selama proses pembelajaran serta
ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi kubus dan balok.
1. Analisis Data Aktivitas Siswa
23
Analisis data tentang aktivitas siswa didasarkan dari hasil lembaran
observasi selama proses pembelajaran yang kemudian dianalisis dengan
analisis deskriptif. Analisis tentang aktivitas siswa dan guru dari lembar
observasi selama pelaksanaan tindakan dikatakan sesuai jika aktivitas
pembelajaran tersebut sudah sesuai dengan metode tutor sebaya, yang
terdapat dalam pelaksanan pembelajaran diperbaiki untuk pedoman
pembelajaran selanjutnya.
2. Analisis Data Ketercapaian KKM
a. Ketuntasan Individual
Analisis data ketercapaian hasil belajar dapat dilakukan dengan
membandingkan skor hasil belajar dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditetapkan yaitu 65. Pada penelitian ini siswa dikatakan
mencapai KKM apabila nilai yang diperoleh siswa sama atau lebih dari
65. Siswa dikatakan tidak mencapai KKM jikka nilai yang diperoleh
lebih kecil dari 65. Jadi semakin banyak siswa yang mencapai KKM
setelah dilaksanakan tindakan daripada sebelum dilaksanakan maka
dapat dikatakan hasil belajar meningkat. Skor hasil belajar siswa yang
diperoleh dari nilai ulangan harian kemudian dianalisis setiap indikator.
Analisis ketercapaian indikator dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus berikut ini :
Nilai = 𝑆
𝑆𝑇 x 100
Keterangan :
S = Skor yang diperoleh
ST = Skor total
Ketentuan yang digunakan dalam menilai hasil belajar siswa berpedoman
pada kriteria penilaian skala pengkategorian DEPDIKBUD (1986:6).
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kriteria penilaian aktivitas siswa
berikut ini.
24
Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa
No Skor Kategori
1 96 – 100 Istimewa
2 86 – 95 Baik Sekali
3 76 – 85 Baik
4 66 – 75 Cukup
5 56 – 65 Sedang
6 00 – 55 Rendah
Sumber dari DEPDIKBUD (1986: 6)
Sedangkan penilaian hasil belajar, untuk mempermudah penulis
menetapkan tiga kriteria dalam keberhasilan belajar siswa. Dengan
ketentuan sebagai berikut :
0 – 64 = Rendah
65 – 79 = Sedang
80 – 100 = Tinggi
b. Ketuntasan Klasikal
Hasil belajar matematika dikatakan meningkat apabila siswa yang
mencapai KKM setelah tindakan lebih banyak daripada sebelum
tindakan. Ketuntasan belajar secara klasikal dikatakan tercapai jika 85%
dari seluruh siswa mencapai KKM. Sedangkan untuk mencapai KKM
terhadap hasil siswa secara keseluruhan menggunakan rumus :
Ketuntasan Klasikal = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100
G. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran
2014/2015. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober - November 2014. Peneliti
menentukan waktu tersebut dengan alasan siswa masih menerima waktu belajar
efektif, sesuai dengan KTSP yang ditetapkan oleh SD Swasta 009 Immanuel Tebing
Kabupaten Karimun. Selain itu peneliti menetapkan bulan Oktober dan November
sesuai dengan alokasi penelitian dan disejalankan dengan program pengajaran
25
materi kubus dan balok merupakan materi pelajaran pada semester ganjil. Untuk
lebih jelasnya berkaitan dengan alokasi/waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Alokasi/waktu Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Pembelajaran WaktuPelaksanaan
1 Mempersiapkan perangkat pembelajaran 8 November 2014
2 Pelaksanaan penelitian siklus 1 11 November 2014
3 Pelaksanaan penelitian siklus 2 14 November 2014
4 Pengolahan hasil penelitian 20 November 2014
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi per Siklus
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan di SD Swasta 009
Immanuel Tebing pada siswa kelas V yang berjumlah 33 orang. Tindakan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah melaksanakan model pendekatan alat peraga
yang diawali dengan mendemostrasikan alat peraga kubus dan balok di depan
kelas.Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini mempersiapkan 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal ulangan harian, serta kunci jawaban
LKS dan kunci jawaban ulangan harian.
Pada tahap ini peneliti membagi siswa dalam 8 kelompok yang terdiri dari 3-
4 siswa. Penetapan kelompok berdasarkan pemerataan siswa yang tingkat
kemampuannya lebih pandai, sedang, dan kurang pandai.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan metode tutor sebaya dengan materi
kubus dan balok. Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini sebanyak 2 siklus.
a. Pelaksanaan siklus 1
Siklus 1 dilaksanakan 1 kali pertemuan yang dilaksanakan pada hari Selasa,
11 November 2014. Pada pertemuan pertama beberapa siswa belum
sepenuhnya memperhatikan sungguh-sungguh penjelasan guru yang
memperkenalkan alat peraga kubus dan balok di depan kelas, hal ini terliha t
dari aktivitas siswa yang terkesan main-main bahkan alat peraga kubus dan
balok dijadikan hal yang lucu bagi mereka. Namun guru terus memberikan
bimbingan dan arahan agar lebih serius. Sehingga dalam menyelesaikan LKS
1 siswa masih mengalami kesulitan dengan adanya kurang konsentrasi pada
penjelasan materi oleh guru dengan mengedepankan alat peraga.
Pada pertemuan pertama ini, peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk
melakukan aktivitas siswa.
27
Adapun hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan pertama dapat diliha t
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1
No Fokus Pengamatan Siswa ( Siklus 1)
1 Motivasi siswa mengikuti pembelajaran Baik
2 Memperhatikan dan mengikuti penjelasan
materi dengan pengenalan alat peraga
Cukup
3 Menyelesaikan soal-soal pada LKS Cukup
Berdasarkan hasil tersebut di atas diketahui bahwa memperhatikan dan
mengikuti bimbingan teman sebaya serta menyelesaikan soal-soal LKS
yang diberikan oleh guru masih dalam kategori cukup, sehingga
membutuhkan perbaikan dalam rencana siklus berikutnya.
Di kegiatan akhir pertemuan pertama ini, peneliti langsung
mengadakan ulangan harian 1. Hasil ulangan siswa pada siklus pertama
dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
28
Tabel 4.2
Skor Nilai Siklus 1
Sumber dari hasil ulangan siklus 1
Keterangan : T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata hasil belajar siswa materi operasi hitung
campuran pada siklus 1 adalah 63,64%. Yang tuntas hanya 14 siswa dengan
persentase 42,42%, sedangkan siswa yang belum tuntas ada 19 siswa dengan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Nilai
1 Agustinus Ligaury Ardi Murin 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 5 50 TT
2 Alberto Aldius Marco 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 40 TT
3 Alfonsus Felix Brian 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 5 50 TT
4 Angelica Kristina Natalie 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 5 50 TT
5 Antonius Nanda Saputra 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 5 50 TT
6 Antonius Anus 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 5 50 TT
7 Apriyani 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 80 T
8 Ardika Marco Dongoran 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 5 50 TT
9 Christianus Martin Danielo 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 80 T
10 Dedy Pranata 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 T
11 Devita Sari Simamora 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 4 40 TT
12 Dhe Hotdlen Rhapael S. 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 5 50 TT
13 E'bri Kasih Tampubolon 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 5 50 TT
14 Erfina Damai Yanti 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 T
15 Erison Manalu 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 4 40 TT
16 Eryadi 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 T
17 Femiliana Agnes 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 4 40 TT
18 Ferdinan Roynaldo Oktaviano S 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 5 50 TT
19 Heppi Naomi Lastio S 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 5 50 TT
20 Jesy Rosalia Venelia Sari 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 6 60 TT
21 Joni Chandra 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 T
22 Lily Gabriel Malau 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 6 60 TT
23 Lisa Lavenia 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 T
24 Maria Grasela 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 6 60 TT
25 Michelle Magdalena 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 80 T
26 Raifalina Dhea Agnesia P 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 5 50 TT
27 Ryan Pratama Sianturi 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 80 T
28 Stefanie Fransisca Bridoin Ujan 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 T
29 Steviana Br Sihombing 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 6 60 TT
30 Wihelmus Bimo Primastopo 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 T
31 Xui Ching Anggelika 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 T
32 Yolanda Agnes H. Sitompul 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 T
33 Yosephine Mere 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 5 50 TT
30 24 23 21 22 22 19 18 19 12 210 2100
SKOR NILAI SIKLUS I
Jumlah
Persentasi 63,64 %
KetSoal Jumlah
No Nama Siswa
29
persentase 57,58%. Setelah mengkaji hasil ulangan harian 1 ternyata rata-rata
kelasnya 63,64% yang artinya masih di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu
65.
Jika dilihat dari kriteria keberhasilan belajar siswa maka dapat dikatakan hasil
belajar masih rendah. Jika kita lihat perbandingan antara siswa yang tuntas dan
tidak tuntas, siswa yang tidak tuntas masih besar prosentasenya, sedangkan siswa
yang tuntas di bawah 50%. Sehingga dapat dikatakan untuk ketuntasan secara
klasikal masih sangat rendah. Hasil belajar pada siklus I ini memang masih rendah
namun mengalami peningkatan disbanding dengan hasil belajar siswa pada tes
awal. Perbandingan hasil belajar matematika materi kubus dan balok di SD Swasta
009 Immanuel Tebing pada siklus I dan tes awal tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
30
Tabel 4.3
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI
KUBUS DAN BALOK PADA TES AWAL DAN SIKLUS I
No Nama Siswa Skor Nilai
Ket Tes
Awal
Siklus
1
1 Agustinus Ligaury Ardi Murin 50 50 Tetap
2 Alberto Aldius Marco 40 40 Tetap
3 Alfonsus Felix Brian 50 50 Tetap
4 Angelica Kristina Natalie 40 50 Meningkat
5 Antonius Nanda Saputra 50 50 Tetap
6 Antonius Anus 40 50 Meningkat
7 Apriyani 70 80 Meningkat
8 Ardika Marco Dongoran 50 50 Tetap
9 Christianus Martin Danielo 60 80 Meningkat
10 Dedy Pranata 70 80 Meningkat
11 Devita Sari Simamora 40 40 Tetap
12 Dhe Hotdlen Rhapael S. 40 50 Meningkat
13 E'bri Kasih Tampubolon 50 50 Tetap
14 Erfina Damai Yanti 80 90 Meningkat
15 Erison Manalu 40 40 Tetap
16 Eryadi 80 90 Meningkat
17 Femiliana Agnes 40 40 Tetap
18 Ferdinan Roynaldo Oktaviano S 40 50 Meningkat
19 Heppi Naomi Lastio S 50 50 Tetap
20 Jesy Rosalia Venelia Sari 60 60 Tetap
21 Joni Chandra 70 90 Meningkat
22 Lily Gabriel Malau 50 60 Meningkat
23 Lisa Lavenia 70 80 Meningkat
24 Maria Grasela 50 60 Meningkat
25 Michelle Magdalena 70 80 Meningkat
26 Raifalina Dhea Agnesia P 50 50 Tetap
27 Ryan Pratama Sianturi 80 80 Tetap
28 Stefanie Fransisca Bridoin Ujan 80 90 Meningkat
29 Steviana Br Sihombing 60 60 Tetap
30 Wihelmus Bimo Primastopo 90 90 Tetap
31 Xui Ching Anggelika 90 90 Tetap
32 Yolanda Agnes H. Sitompul 80 80 Meningkat
33 Yosephine Mere 40 50 Meningkat
Jumlah 1920 2100 Meningkat
Persentasi 58,18% 63,64% Meningkat
Sumber dari tes awal dan tes siklus 1
31
Berdasarkan tabel perbandingan tersebut hasil belajar kubus dan balok pada
tes awal mencapai rata-rata 58,18% tergolong rendah, sedangkan pada siklus 1 rata-
rata hasil belajar 63,64% tergolong sedang. Dengan demikian terjadi peningkatan
hasil belajar materi kubus dan balok pada siswa kelas V SD Swasta 009 Immanue l
Tebing. Selama pelaksanaan berlangsung, guru membuat catatan harian tentang
situasi dan kondisi guru, siswa, dan lingkungan. Pada siklus ini, kondisi guru dalam
keadaan sehat. Namun pada saat proses pembelajaran berlangsung cuaca kurang
mendukung karena terjadi turun hujan yang disertai petir. Hal tersebut diperparah
lagi dengan kondisi listrik padam. Guru mengalami kesulitan menjelaskan materi
pelajaran karena suara guru kurang jelas didengar oleh siswa.
Refleksi Siklus 1
Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan 1, ketuntasan belajar materi
operasi hitung campuran belum mencapai hasil yang memuaskan, masih ada 19
siswa yang belum tuntas secara individual, dan secara klasikal pun belum tercapai,
tetapi telah menunjukkan peningkatan persentase secara umum baik individu
maupun klasikal.
Ketuntasan belajar siswa belum dapat tercapai dengan maksimal disebabkan
beberapa faktor, antara lain :
1. Dalam perencanaan kurangnya persiapan, sehingga hasil belajar belum
optimal
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru kurang memberi bimbingan dan
kurang tegas kepada siswa yang kurang serius dalam mengerjakan
tugas.
3. Faktor alam yang kurang mendukung yaitu hujan yang disertai sehingga
menyebabkan mati lampu
4. Berdasarkan hasil belajar pada siklus 1 masih belum tuntas, untuk itu
siswa yang belum tuntas diadakan remedial
b. Pelaksanaan Siklus II
Untuk siklus II ada satu kali pertemuan dengan satu kali ulangan harian.
Pertemuan ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 15 November 2014.
32
Adapun hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan kedua siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4
Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
No Fokus Pengamatan Siswa ( Siklus 1)
1 Motivasi siswa mengikuti pembelajaran Baik
2 Memperhatikan dan mengikuti penjelasan
materi dengan pengenalan alat peraga
Baik
3 Menyelesaikan soal-soal pada LKS Baik
Berdasarkan hasil tersebut di atas aktivitas siswa sudah baik. Di kegiatan
akhir pertemuan siklus II, peneliti langsung mengadakan ulangan harian 2.
Hasil ulangan siswa pada siklus kedua dapat kita lihat pada tabel berikut
ini :
33
Tabel 4.5
Sumber dari hasil ulangan harian 2
Keterangan : T = Tuntas
TT = Tidak tuntas
Hasil belajar metematika pada siklus II ini menunjukkan peningkatan yang sangat
baik, maka peneliti tidak perlu melanjutkan penelitian berikutnya. Namun ada 2
siswa yang belum tuntas tetap menjadi prioritas guru, dibantu oleh siswa yang
menjadi tutor dalam kelompoknya, sehingga siswa yang belum tuntas ini dapat
memahami materi pelajaran kubus dan balok. Dengan harapan pada saat ujian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor Nilai
1 Agustinus Ligaury Ardi Murin 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80 TT
2 Alberto Aldius Marco 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 6 60 TT
3 Alfonsus Felix Brian 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7 70 T
4 Angelica Kristina Natalie 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 80 T
5 Antonius Nanda Saputra 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 6 60 TT
6 Antonius Anus 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 70 T
7 Apriyani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 T
8 Ardika Marco Dongoran 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80 T
9 Christianus Martin Danielo 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 80 T
10 Dedy Pranata 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 T
11 Devita Sari Simamora 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 5 50 T
12 Dhe Hotdlen Rhapael S. 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 60 T
13 E'bri Kasih Tampubolon 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 80 T
14 Erfina Damai Yanti 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 T
15 Erison Manalu 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 7 70 T
16 Eryadi 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 T
17 Femiliana Agnes 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 70 T
18 Ferdinan Roynaldo Oktaviano S 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 6 60 TT
19 Heppi Naomi Lastio S 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 80 T
20 Jesy Rosalia Venelia Sari 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 6 60 TT
21 Joni Chandra 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 T
22 Lily Gabriel Malau 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 80 T
23 Lisa Lavenia 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 T
24 Maria Grasela 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 80 T
25 Michelle Magdalena 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 T
26 Raifalina Dhea Agnesia P 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 6 60 TT
27 Ryan Pratama Sianturi 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 T
28 Stefanie Fransisca Bridoin Ujan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 T
29 Steviana Br Sihombing 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7 70 TT
30 Wihelmus Bimo Primastopo 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 T
31 Xui Ching Anggelika 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 T
32 Yolanda Agnes H. Sitompul 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 T
33 Yosephine Mere 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 6 60 TT
31 26 25 25 27 26 27 27 25 19 258 2580Jumlah
Persentasi 78,18 %
Ket
SKOR NILAI SIKLUS II
No Nama SiswaSoal Jumlah
34
semester ganjil siswa tersebut dapat mengerjakan soal berkaitan dengan kubus dan
balok.
Refleksi siklus II
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II, dapat ditarik
kesimpulan bahwa hasil belajar matematika materi kubus dan balok di kelas V SD
Swasta 009 Immanuel Tebing meningkat menjadi berkategori baik. Dan dengan
hasil itu maka tidak perlu dilaksanakan siklus selanjutnya.
B. Pembahasan dari Setiap Siklus
Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas dengan metode tutor sebaya
maka terlihat adanya peningkatan dalam hasil belajar matematika materi opearsi
hitung campuran. Peningkatan hasil belajarnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6
Perbandingan Hasil Belajar Tes Awal, Siklus I dan Siklus II
Nilai
Kategori
Hasil Pembelajaran
Tes Awal Siklus I Siklus II
80 – 100 Tinggi 7 ( 21,21% ) 13 ( 39,39%) 20 (60,31%)
65 – 79 Sedang 5 (11,54%) - 5 (15,15%)
0 – 64 Rendah 21 (73,08%) 20 (60,61%) 8 (24,24%)
Jumlah Siswa 33 33 33
Rata-rata 58,18% 63,64% 78,18%
Kategori Rendah Sedang Baik
Untuk lebih jelasnya lagi perbandingan hasil belajar matematika materi
operasi hitung campuran dapat dilihat pada tabel berikut :
35
Tabel 4.7
Perbandingan Hasil Belajar Matematika Materi Kubus dan Balok
pada Tes Siklus I dan siklus II
Sumber dari hasil tes awal, ulangan harian siklus I dan 2
Siklus I Siklus II
1 Agustinus Ligaury Ardi Murin 50 80 Meningkat
2 Alberto Aldius Marco 40 60 Meningkat
3 Alfonsus Felix Brian 50 70 Meningkat
4 Angelica Kristina Natalie 50 80 Meningkat
5 Antonius Nanda Saputra 50 60 Meningkat
6 Antonius Anus 50 70 Meningkat
7 Apriyani 80 100 Meningkat
8 Ardika Marco Dongoran 50 80 Meningkat
9 Christianus Martin Danielo 80 80 Meningkat
10 Dedy Pranata 80 90 Meningkat
11 Devita Sari Simamora 40 50 Meningkat
12 Dhe Hotdlen Rhapael S. 50 60 Meningkat
13 E'bri Kasih Tampubolon 50 80 Meningkat
14 Erfina Damai Yanti 90 90 Tetap
15 Erison Manalu 40 70 Meningkat
16 Eryadi 90 90 Tetap
17 Femiliana Agnes 40 70 Meningkat
18 Ferdinan Roynaldo Oktaviano S 50 60 Meningkat
19 Heppi Naomi Lastio S 50 80 Meningkat
20 Jesy Rosalia Venelia Sari 60 60 Tetap
21 Joni Chandra 90 90 Tetap
22 Lily Gabriel Malau 60 80 Meningkat
23 Lisa Lavenia 80 90 Meningkat
24 Maria Grasela 60 80 Meningkat
25 Michelle Magdalena 80 90 Meningkat
26 Raifalina Dhea Agnesia P 50 60 Meningkat
27 Ryan Pratama Sianturi 80 90 Meningkat
28 Stefanie Fransisca Bridoin Ujan 90 100 Meningkat
29 Steviana Br Sihombing 60 70 Meningkat
30 Wihelmus Bimo Primastopo 90 100 Meningkat
31 Xui Ching Anggelika 90 100 Meningkat
32 Yolanda Agnes H. Sitompul 80 90 Meningkat
33 Yosephine Mere 50 60 Meningkat
2100 2580 Meningkat
63,64% 78,18% Meningkat
Jumlah
Persentase
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI
KUBUS DAN BALOK PADA SIKLUS I DAN SIKLUS II
No Nama SiswaSkor Nilai
Ket
36
Perbandingan hasil belajar awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.8
Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kubus dan Balok
pada Tes Awal, Siklus I dan Siklus II
No Nama Siswa Skor Nilai
Ket Tes
Awal
Siklus
1
Siklus
II
1 Agustinus Ligaury Ardi Murin 50 50 80 Meningkat
2 Alberto Aldius Marco 40 40 60 Meningkat
3 Alfonsus Felix Brian 50 50 70 Meningkat
4 Angelica Kristina Natalie 40 50 80 Meningkat
5 Antonius Nanda Saputra 50 50 60 Meningkat
6 Antonius Anus 40 50 70 Meningkat
7 Apriyani 70 80 100 Meningkat
8 Ardika Marco Dongoran 50 50 80 Meningkat
9 Christianus Martin Danielo 60 80 80 Meningkat
10 Dedy Pranata 70 80 90 Meningkat
11 Devita Sari Simamora 40 40 50 Meningkat
12 Dhe Hotdlen Rhapael S. 40 50 60 Meningkat
13 E'bri Kasih Tampubolon 50 50 80 Meningkat
14 Erfina Damai Yanti 80 90 90 Meningkat
15 Erison Manalu 40 40 70 Meningkat
16 Eryadi 80 90 90 Meningkat
17 Femiliana Agnes 40 40 70 Meningkat
18 Ferdinan Roynaldo Oktaviano S 40 50 60 Meningkat
19 Heppi Naomi Lastio S 50 50 80 Meningkat
20 Jesy Rosalia Venelia Sari 60 60 60 Meningkat
21 Joni Chandra 70 90 90 Meningkat
22 Lily Gabriel Malau 50 60 80 Meningkat
23 Lisa Lavenia 70 80 90 Meningkat
24 Maria Grasela 50 60 80 Meningkat
25 Michelle Magdalena 70 80 90 Meningkat
26 Raifalina Dhea Agnesia P 50 50 60 Meningkat
27 Ryan Pratama Sianturi 80 80 90 Meningkat
28 Stefanie Fransisca Bridoin Ujan 80 90 100 Meningkat
29 Steviana Br Sihombing 60 60 70 Meningkat
30 Wihelmus Bimo Primastopo 90 90 100 Meningkat
31 Xui Ching Anggelika 90 90 100 Meningkat
32 Yolanda Agnes H. Sitompul 80 80 90 Meningkat
33 Yosephine Mere 40 50 60 Meningkat
Jumlah 1920 2100 2580 Meningkat
Persentase 58,18% 63,64% 78,18% Meningkat
37
Dan perbandingan hasil belajar matematika tentang materi kubus dan balok pada
tes awal, siklus I dan siklus II dapat digambarkarkan melalui diagram berikut ini.
Gambar 4.1
Diagram Hasil Belajar Matematika Kubus dan Balok
pada Tes Awal, Siklus I, dan Siklus II
C. Pembahasan Hasil penelitian
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan ternyata hasil belajar
siswa setelah tindakan dengan penerapan alat peraga mengarah kepada yang
lebih baik dibanding dengan sebelum tindakan. Hal yang ditemukan penelit i
selama tindakan yaitu siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran, siswa
lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan mengedepankan alat
peraga.
Dengan demikian pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan
penerapan alat peraga telah meningkatkan hasil belajar matematika materi
kubus dan balok pada siswa kelas V SD Swasta 009 Immanuel Tebing. Karena
ketuntasan belajar pada siklus II ini sudah tercapai, maka tidak perlu
dilaksanakan siklus selanjutnya.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tes Awal Siklus I Siklus II
58.1863.64
78.18
36.36 33.39
75.76
63.64 60.61
24.24
Pers
enta
se
Tahap Pelaksanaan
Diagram Hasil Belajar Matematika
Rata-rata Tuntas Tidak Tuntas
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa dengan penggunaan alat peraga dapat meningkatkan
hasil belajar matematika kubus dan balok pada siswa kelas V SD Swasta
009 Immanuel Kabupaten Karimun Tahun Pelajaran 2014/2015. Adapun
kesimpulannya sebagai berikut :
1. Dengan penggunaan alat peraga pada proses pembelajaran maka
hasil belajar siswa dapat lebih meningkat.
2. Kegiatan pembelajaran dengan penggunaan alat peraga dapat
meningkatkan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
3. Peningkatan hasil belajar matematika materi kubus dan balok
diperoleh data siswa tuntas pada siklus I ada 13 siswa dengan
presentase 39,39%, sedangkan siswa yang tidak tuntas ada 20
siswa dengan presentase 60,61%. Pada siklus II terjadi
peningkatan yang cukup signifikan yaitu siswa yang tuntas
menjadi 25 siswa dengan prosentase 75,76%, sedangkan siswa
yang belum tuntas 8 siswa dengan presentase 24,24%. Artinya
secara keseluruhan kelas dapat dikatakan tuntas.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan
beberapa saran yang berkaitan dengan penerapan metode tutor sebaya yaitu :
1. Penerapan alat peraga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran
matematika kelas V pada materi kubus dan balok atau materi
matematika lainnya.
2. Penerapan alat peraga dapat diterapkan pada pembelajaran mata
pelajaran bidang ilmu lainnya.
39
3. Bagi penelitian lanjutan, penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
hasil belajar matematika materi kubus dan balok hendaknya dapat
memperluas cakupan aspek yang terdapat dalam penelitian ini.
4. Dalam pelaksanaan PTK, guru dibantu oleh teman sejawat, dengan
melaksanakan PTK secara sungguh-sungguh, mudah-mudahan
masalah pembelajaran di kelas menjadi lebih baik, yang pada akhirnya
mutu pendidikan menjadi semakin baik juga.