35

Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sarana Berpikir Ilmiah dalam Filsafat Ilmu

Citation preview

Page 1: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"
Page 2: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

SARANABERPIKIRILMIAH

Erni

Kusumawardani

(1262201.225)

Windi Widiasari(1262201.165)

Maulydya Sartika (1262201.200)

Sinta Puspita Sari (1262201.259)

Akuntansi / Y

Page 3: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Sarana Berpikir Ilmiah

SARANA BERPIKIR ILMIAH

Sarana Berpikir Ilmiah

Bahasa

Matematika

Statistika

Page 4: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Sarana Berpikir Ilmiah

Homo Faber

Makhluk yang membuat alat; dan kemampuan membuat alat itu dimungkinkan oleh

adanya pengetuahuan

Kemampuan dalam mengambil jalan melingkar dalam

mencapai tujuannya

Seluruh pikiran dipenuhi oleh kebutuhan yang menyebabkan

mereka secara langsung mencari objek yang diinginkan atau membuang benda yang

menghalanginya

Page 5: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya

sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara

teratur dan cermat.Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana ilmiah memiliki fungsi –fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.

Sarana berfikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk

mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah.Penguasaan Sarana Berpikir Ilmiah merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang

ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat di lakukan.

Sarana Berpikir Ilmiah ini, dalam proses pendidikan kita merupakan bidang studi

tersendiri.

Page 6: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Artinya Mempelajari Sarana Berpikir Ilmiah

sama seperti kita Mempelajari Berbagai

Cabang Ilmu

Page 7: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Pertama, Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian, bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan

berdasarkan metode ilmiah

Kedua, Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik sedangkan tujuan mempelajari ilmu

dimaksudkan untuk memdapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa mempecahkan masalah kita sehari-hari

2 hal yang harus diperhatikan

Page 8: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Untuk melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana berupa :

BAHASA

MATEMATIKA

STATISTIKA

LOGIKA

Page 9: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Animal Symbolicum

Makhluk yang mempergunakan simbol, yang secara generik mempunyai cakupan yang lebih luas daripada Homo Sapien yakni makhluk yang berpikir, sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia mempergunakan simbol

Merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berfikir ilmiah di mana bahasa merupakan

alat berfikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran kepada orang lain.

BAHASA

Page 10: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana objek - objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol - simbol bahasa yang bersifat abstrak.

Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. Demikian juga dengan bahasa memberikan kemampuan untuk berpikir secara teratur dan sistematis.

Page 11: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Fungsi BAHASA

SIMBOLIK(menonjol

dalam komunikasi

ilmiah)EMOTIF

(menonjol dalam

komunikasi estetik)

AFEKTIF

Bahasa mengkomunikasikan 3 hal

yaitu :

Buah Pikiran

Perasaan

Sikap

Page 12: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Apa itu bahasa ??

Pertama, Bahasa dicirikan sebagai

Serangkaian Bunyi

Manusia mempergunakan bunyi sebagai alat

komunikasi yang paling utama (Komunikasi Verbal)

Kedua, bahasa merupakan lambang

dimana rangkaian bunyi ini membentuk

suatu arti tertentu

Manusia mengumpulkan lambang2 ini dan

menyusun apa yang kita kenal sebagai

pembendaharaan kata kata

Pembedaharaan kata ini

merupakan akumulasi

pengalaman dan pemikiran

manusia. Inilah penyebab bahasa

terus berkembang

Adanya lambang memungkinkan manusia belajar

dan berpikir lebih baik

masyarakat yang

berkomunikasi dengan

menggunakan komunikasi

verbal disebut juga dengan masyarakat

verbal.

Page 13: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu dalam benak kepala kita, meskipun

objek yang dipikirkan tidak berada didekat kita

Manusia dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain

Manusia hidup dalam dunia, yakni dunia pengalaman nyata dan dunia simbolik yang di

nyatakan dengan bahasa

Dengan BAHASA

Page 14: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Komunikasi Ilmiah

Bertujuan untuk menyampaikan informasi yang

berupa pengetahuan

Bersifat Reproduktif

Bersifat Jelas & Objektif

Bila si pengirim komunikasi menyampaikan suatu informasi misalnya X ,maka si penerima

informasi harus menerima informasi harus berupa X pula

Dimaksudkan untuk mencegah apa yang dinamakan sebagai salah informasi, yaitu

suatu proses komunikasi yang tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan

Bebas dari Unsur Unsur Emotif

Berbahasa dengan jelas artinya, makna yang terkandung dalam kata kata yang

dipergunakan diungkapkan secara tersurat untuk mencegah pemberian

makna yang lain

Berbahasa dengan jelas artinya juga mengemukakan pendapat / pemikiran

secara jelas

Page 15: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

KEKURANGAN BAHASA . . .

Ada 3, yaitu …

Terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif, simbolikTerletak pada arti yang

tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata kata yang membangun bahasa Konotasi yang

bersifat emosional

Page 16: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

19

92

1984

19221864

19

92

19841066

2001 19

741864

1912

20

121951

1909

1922

1792

18231274

18041999

1877

19

47 MATE

MATIKA

Page 17: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Matematika Sebagai Bahasa

Matematika Adalah……

Bahasa yang melambangkan

serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan

Bahasa yang berusaha untuk menghilangkan

sifat kubur , majemuk dan emosional dari bahasa verbal

Page 18: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Sifat Kuantitatif Dari Matematika

Sifat Kuantitatif dari matematika ini meningkatan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan tahap kualitatif ke kuantiatif

MATEMATIKA VS BAHASA VERBAL

Matematika mengembangkan bahasa

numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran

secara kuantitatif

Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat

kualitatif

Page 19: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

MATEMATIKA SEBAGAI SARANA BERPIKIR DEDUKTIF

Berpikir DeduktifAdalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan

kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.secara deduktif,

matematika menemukan

pengetahuan yang baru bedasarkan

premis-premis tertentu. Pengetahuan

yang ditemukan ini sebenarnya hanyalah

merupakan konsekuensi dari

pernyataan-pernyataan ilmiah

yang telah kita temukan sebelumnya.

Page 20: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Tahap

Perkembangan

ILMU

Pada tahap sistematika maka ilmu mulai menggolong-golongkan

obyek empiris ke dalam kategori –kategori tertentu.

Dalam tahap ini kita mulai melakukan perbandingan antara obyek yang satu dengan obyek

yang lain, dan seterusnya

Tahap selanjutnya adalah tahap kuantitatif di mana kita mencari

hubungan sebab akibat tidak lagi berdasarkan perbandingan

melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak dari

obyek yang kita selidiki

Tahap Sistematika

Tahap Komparatif

Tahap Kuantitatif

PERKEMBANGAN MATEMATIKA

Page 21: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Di samping sebagai bahasa maka matematika juga berfungsi sebagai alat berfikir. Ilmu merupakan pengetahuan yang mendasar kepada analisis dalam menarik kesimpulan menurut suatu pola berfikir tertentu.

PERKEMBANGAN MATEMATIKA (LANJUTAN)

Menurut Wittgenstein, matematika tak lain adalah metode berpikir logis. Berdasarkan perkembangannya maka masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit dan membutuhkan analisis yang lebih sempurna. Dalam perspektif inilah maka logika berkembang menjadi matematika.

Matematika pada garis besarnya merupakan pengetahuan yang di susun secara konsisten

berdasarkan logika deduktif.

Matematika merupakan sintetik a priori di mana eksistensi matematika kepada dunia pengalaman kita.

Di samping sarana deduktif yang merupakan aspek estetik, matematika juga merupakan kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Page 22: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Taha

p Se

jara

h Pe

rkem

bang

an M

atem

atika

Tahap Pertama, dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban Mesir Kuno dan daerah sekitarnya seperti Babylonia dan

Mesopotamia.Waktu itu matematika telah dipergunakan dalam perdagangan,

pertanian, bangunan, dan usaha mengontrol alam seperti banjir.

Tahap Kedua, pada peradaban Yunani yang meletakkan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional dengan menetapkan berbagai

langkah dan definisi tertentu.

Tahap Ketiga, terjadi di Timur sekitar tahun 1000 bangsa Arab, India dan Cina mengembangkan ilmu hitung pada aljabar.

waktu perdagangan antara timur dan barat berkembang pada abad pertengahan maka ilmu hitung dan aljabar ini telah dipergunakan dalam

transaksi pertukaran

Tahap Keempat, penemuan ilmu hitung dan aljabar itu dikaji kembali dalam zaman Renaissance yang meletakkan dasar bagi kemajuan

matematika modern selanjutnya. Ditemukanlah diantaranya Kalkulus Diferensial yang memungkinkan kemajuan ilmu yang cepat di abad ke-

17 dan revolusi industry di abad ke 18

Page 23: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

ALIRAN DALAM FILSAFAT MATEMATIKAKaum Logistik, berpendapat bahwa matematika merupakan cara berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. Tesis utama kaum logistic

adalah matematika murni merupakan cabang dr logika. Kaum logistic mempergunakan system symbol yang

diperkembangkan olah kaum formalis dalam kegiatan analisisnya

Kaum Intuisionis, menyatakan lewat Brouwer bahwa intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan. Hakikat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui

kegiatan intuitif dalam berhitung (counting) dan menghitung (calculating). Kaum intuisionis memberikan titik tolak dalam

mempelajari matematika dalam perspektif kebudayaan suatu masyarakat tertentu yang memungkinkan diperkembangkannya

filsafat pendidikan matematika yang sesuai

Kaum Formalis, menekankan kepada aspek formal dari matematika sebagai bahasa perlambang dan

mengusahakan konsistensui dalam penggunaan matematika sebagai bahasa lambang.

Page 24: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Matematika dapat dikatakan hampir sama tuanya dengan peradaban itu sendiri. Sekitar 3500 tahun SM, bangsa mesir kuno telah mempunyai symbol

yang melambangkan angka angka.

Matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa

verbal yang bersifat alamiah. Untuk itu maka diperlukan usaha tertentu untuk menguasai matematika dalam bentuk kegiatan belajar.

Matematika & Peradaban

Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia.

Bagi bidang keilmuan modern, matematika adalah sesuatu yang imperative : sebuah sarana untuk meningkatkan kemampuan penalaran deduktif.

Page 25: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

w

w

Your Page Name – Internet Web Browser

http://www.maricari.com

Tab 1

Giggle Search

Next

Statistika

MARI CARI.com

Page 26: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang.

Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Pada tahun 1757 Thomas Simpson menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang berlanjut (continuous distribution)dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang cukup banyak.

Statistika yang relatif sangat muda jika dibandingkan dengan matematika, berkembang dengan cepat terutama dasawarsa 50tahun belakangan ini. Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun eksperimen dilakukan dengan lebih cermat dan teliti mempergunakan teknik teknik statistika yang diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan.

STA

TIS

TI

KA

Page 27: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

STATISTIKA DAN CARA BERPIKIR

INDUKTIF

Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah bersifat faktual, di mana konsekuensinya dapat diuji baik dengan jalan mempegunakan pancaindera, maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut.

Cara Berpiki

r indukt

if

Pengujian Empiris

Pengujian Hipotesis

Pengujian secara empiris, merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya

merupakan penarikan kesimpulan yang bersifat khas dari pernyataan

yang bersifat umum dengan mempergunakan deduksi.

Page 28: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Statistika dan Cara Berpikir Induktif (Lanjutan)

Deduktif Induktif

Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sarana penalaran penarikan

kesimpulan

Dalam penalaran deduktif maka kesimpulan yang ditarik

adalah benar sekiranya premis-premis yang

dipergunakannya adalah benar dan prosedur penarikan

kesimpulannya adalah sah.

Logika induktif berpaling kepada statistika. Statistika

merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan

kesimpulan induktif secara lebih seksama.

Dalam penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya

adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar.

Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.

Penarikan kesimpulan secara deduktif merupakan suatu hal yang

pasti, di mana jika kita mempercayai premis-premis yang dipakai sebagai

landasan penalarannya, maka kesimpulan penalaran tersebut juga dapat kita percayai kebenarannya sebagaimana kita mempercayai

premis-premis terdahulu.

Page 29: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang

bersangkutan.

Statistika dan Cara Berpikir Induktif (Lanjutan)

Statistika secara kuantitatif pada pokoknya didasarkan pada asas yang sangat sederhana yakni makin besar contoh yang diambil, maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut dan makin sedikit contoh yang diambil maka makin rendah pula

tingkat ketelitiannya.

Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara 2 factor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar

benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Jadi dalam hal ini statistika berfungsi meningkatkan

ketelitian pengamatan kita dalam menarik kesimpulan dengan jalan menghindarkan hubungan semu yang

bersifat kebetulan.

Page 30: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Statistika memberikan sifat yang pragmatis kepada penelaahan keilmuan, di mana dalam kesadaran bahwa suatu kebenaran absolut

tidak mungkin dapat dicapai, kita berpendirian bahwa suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan dapat diperoleh.

Penarikan kesimpulan secara statistika memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis, di mana tanpa statistika hal ini tak mungkin dapat dilakukan.

Karakteristik yang dipunyai statistika ini sering kurang dikenali dengan baik yang menyebabkan orang sering melupakan pentingnya pentingnya statistika dalam penelaahan keilmuan.

Secara hakiki statistika mempunyai kedudukan yang sama dalam penarikan kesimpulan induktif seperti matematika dalam penarikan kesimpulan secara deduktif.

Statistika dan Cara Berpikir Induktif (Lanjutan)

Page 31: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Karakteristik Berpikir Induktif Logika induktif tidak memberikan kepastian

namun sekedar tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik.

Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang induktif

berdasarkan peluang tersebut.

Teori peluang merupakan cabang dari matematika sedangkan statistika sendiri merupakan disiplin

tersendiri.

Page 32: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Sta

tistik

a m

enur

ut b

idan

g pe

ngka

jiann

ya

Statistika TEORITIS

Statistika TERAPAN

Merupakan pengetahuan yang mengkaji dasar-dasar teori statistika, dimulai dari

teori penarikan contoh, distribusi, penaksiran, dan

peluang

Merupakan penggunaan statistika teoritis yang

disesuaikan dengan bidang tempat penerapannya.

Karakteristik Berpikir Induktif (Lanjutan)

Page 33: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Kegiatan ilmiah memerlukan penelitian untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Penelitian pada dasarnya merupakan pengamatan dalam alam empiris apakah hipotesis tsb memang didukung oleh fakta-fakta

Demikian Statistika memberikan jalan bagaimana kita menarik kesimpulan yang bersifat umum melalui tingkat peluang dan

kekeliruannya.

Penguasaan Statistika mutlak diperlukan untuk dapat berpikir ilmiah dengan sah sering dilupakan orang.

Prosedur penarikan kesimpulan yang bersifat objektif ini, merupakan salah satu penghalang kemajuan ilmu. Sebab kesimpulan yang ditarik tidak sah. Kesimpulan seperti ini

sukar untuk diterima sebagai premis untuk berpikir selanjutnya

Karakteristik Berpikir Induktif (Lanjutan)

Page 34: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik.

Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti bukan terjadi secara kebetulan

Page 35: Filsafat ilmu "Sarana Berpikir Ilmiah"

TERIMAKASIH