17
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali orang yang tidak mengetahui apa itu filsafat, baik orang yang hidupnya dilingkungan pendidikan, maupun yang jauh dari pendidikan. Padahal dapat disadari bahwasanya kita dekat dengan filsafat dan pernah berfilsafat. Tetapi terkadag kita tidak menyaari bahwa yang kita lakukan merupakan sebuah filsafat. Kita sering merenung, berfikir apa yang hendak kita capai dan raih nanti. Dari gambaran sederhana tersebut dapat kita ketahui bahwa Istilah filsafat berasal dari dua suku kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu phile atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang berarti kebijaksanaan. Kedua suku kata tersebut membentuk kata majemuk philosophia. Dengan demikian, berdasarkan asal usul philosophia (filsafat) berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Karena istilah philosophia dalam bahasa Indonesia identik dengan istilah filsafat, maka untuk orangnya, yaitu orang yang mencintai kebijaksanaan disebut filsuf. Bahkan tidak hanya filsafat saja dalam kajian tersebut melainkan berbagai filsafat lainnnya, yang merupakan filsafat, filsafat sistematis dan sistem filsafat, filsafat historis, dan hubungan filsafat pendidikan dan teori pendidikan. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Filsafat? 2. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Sistematis? 3. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Historis? 4. Bagaimana hubungan Filsafat Pendidikan dengan Teori Pendidikan? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian Filsafat. 2. Untuk mengetahui Filsafat Sistematis. 3. Untuk mengetahui Filsafat Historis. 4. Untuk mengetahui hubungan Filsafat Pendidikann dengan Teori Pendidikan.

Filsafat Pendidikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Filsafat Pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak sekali orang yang tidak mengetahui apa itu filsafat, baik

orang yang hidupnya dilingkungan pendidikan, maupun yang jauh dari

pendidikan. Padahal dapat disadari bahwasanya kita dekat dengan filsafat

dan pernah berfilsafat. Tetapi terkadag kita tidak menyaari bahwa yang

kita lakukan merupakan sebuah filsafat. Kita sering merenung, berfikir apa

yang hendak kita capai dan raih nanti. Dari gambaran sederhana tersebut

dapat kita ketahui bahwa Istilah filsafat berasal dari dua suku kata dalam

bahasa Yunani kuno, yaitu phile atau philos yang berarti cinta atau

sahabat, dan sophia atau sophos yang berarti kebijaksanaan. Kedua suku

kata tersebut membentuk kata majemuk philosophia. Dengan demikian,

berdasarkan asal usul philosophia (filsafat) berarti cinta kepada

kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan. Karena istilah philosophia

dalam bahasa Indonesia identik dengan istilah filsafat, maka untuk

orangnya, yaitu orang yang mencintai kebijaksanaan disebut filsuf. Bahkan

tidak hanya filsafat saja dalam kajian tersebut melainkan berbagai filsafat

lainnnya, yang merupakan filsafat, filsafat sistematis dan sistem filsafat,

filsafat historis, dan hubungan filsafat pendidikan dan teori pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Filsafat?

2. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Sistematis?

3. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Historis?

4. Bagaimana hubungan Filsafat Pendidikan dengan Teori Pendidikan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Filsafat.

2. Untuk mengetahui Filsafat Sistematis.

3. Untuk mengetahui Filsafat Historis.

4. Untuk mengetahui hubungan Filsafat Pendidikann dengan Teori

Pendidikan.

Page 2: Filsafat Pendidikan

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat

Istilah filsafat berasal dari dua suku kata dalam bahasa Yunani

kuno, yaitu phile atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia

atau sophos yang berarti kebijaksanaan. Kedua suku kata tersebut

membentuk kata majemuk philosophia. Dengan demikian, berdasarkan

asal usul philosophia (filsafat) berarti cinta kepada kebijaksanaan atau

sahabat kebijaksanaan. Karena istilah philosophia dalam bahasa Indonesia

identik dengan istilah filsafat, maka untuk orangnya, yaitu orang yang

mencintai kebijaksanaan disebut filsuf.

Harun Hadiwijono berpendapat bahwa filsafat diambil dari bahasa

Yunani, filosofia. Struktur katanya berasal dari kata filosofien yang berarti

mencintai kebijaksanaan. Dalam arti itu, menurut Hadiwijono filsafat

mengandung arti sejumlah gagasan yang penuh kebijaksanaan. Artinya,

seseorang dapat disebut berfilsafat ketika ia aktif memperoleh

kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih memperoleh

kebijaksanaan. Kata filsafat dalam pengertian ini lebih berarti sebagai

“Himbauan kepada kebijaksanaan”.

Di zaman Yunani, filsafat bukan merupakan suatu disiplin teoritis

dan spesial, akan tetapi suatu cara hidup yang kongkret, suatu pandangan

hidup yang total tentang manusia dan tentang alam yang menyinari seluruh

kehidupan seseorang. Selanjutnya, dengan kehidupan atau perkembangan

peradaban manusia dan problema yang di hadapinya, pengertian yang

bersifat teoritis seperti yang di lahirkan filsafat Yunani itu kehilangan

kemampuan untuk memberi jawaban yang layak tentang kebenaran

peradaban itu telah menyebabkan manusian melakukan loncatan besar

dalam bidang sains, teknologi, kedokteran dan pendidikan.

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi

manusiawi peserta didik, baik potensi fisik, potensi cipta, rasa maupun

karsanya agar dasar kependidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.

Page 3: Filsafat Pendidikan

3

Karenanya pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam

keseimbangan, kesatuan, organis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup

kemanusiaan, melalui filsafat kependidikan. Filsafat pendidikan adalah

filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah

pendidikan.

B. Sistematika Filsafat

Secara bahasa kata sistematika filsafat berasal dari dua kata yaitu

sistematika dan filsafat. Sistematika atau struktur dalam bahasa inggris

Systematic adalah susunan dalam kamus bahasa indonesia sistematika

adalah susunan aturan; pengetahuan mengenai sesuatu sistem. Sistematika

filsafat adalah susunan aturan tentang filsafat yang telah disusun atau

ditulis. Hasil berpikir tentang segala sesuatu yang ada dan mungkin ada itu

taditelah banyak sekali terkumpul, di dalam buku-buku tebal dan

tipis.setelah disusun secara sistematis, ia dinamakan sistematika filsafat. 1

1. Ontologi

a) Pengertian

Richard west mengatakan dalam bukunya bahwa Ontologi

adalah Ilmu yang mempelajari tentang sesuatu yang ada atau yang

nyata dengan kata lain Ontologi membicarakan sesuatu yang nyata

atau realitas. Ontologi pertanyaan atau permasalahan yang harus

dibahas atau dikaji tersebut haruslah sesuatu yang nyata, realita,

atau benar-benar ada.

Pembahasan mengenai Ontologi pun berarti membahas

kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu. Ontologi

memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui

kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola

berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu

pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.

(Richard, 2008: 55).

b) Objek kajian

1 Tafsir, Ahmad.. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung. PT.

Remaja Rosdakarya. (2005) hlm 22.

Page 4: Filsafat Pendidikan

4

Objek kajian ontologi dibagi menjadi dua bagian, yaitu

objek kajian material dan objek kajian formal. Objek formal

ontologi adalah hakikat seluruh realitas atau kenyataan.

Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati

Ontologi dengan dua macam sudut pandang, kuantitatif dan

kualitatif.

Secara sederhana Ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang

mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Bagi

pendekatan kuantitatif, realitas tampil atau berupa dalam kuantitas

atau jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan

tampil menjadi aliran-aliran materialisme atau, naturalisme, dan

spiritualisme atau idealisme.

c) Aliran Dalam Ontologi

1) Materialisme atau Naturalisme

Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah

materi, bukan ruhani. Aliran ini sering juga disebut

dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan

kenyataan dan satu-satunya fakta.2

Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak filsafat yaitu

Thales (624-546 SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah

air, karena pentingnya bagi kehidupan. Anaximander (585-528

SM) berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara, dengan

alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan.

Demokritos (460-370 SM) berpendapat bahwa hakikat alam ini

merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat

dihitung dan amat halus. Atom-atom itulah yang merupakan

asal kejadian alam.3

2 Sunarto. Pemikiran tentang Kefilsafatan Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset. 1983. hlm

70.

3 Jujun S.Suriasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.1996. hlm 64.

Page 5: Filsafat Pendidikan

5

2) Spiritualisme atau Idealisme

Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir

dalam jiwa. Menurut bakhtiar (2007:138), Aliran ini

menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang

tidak tampak. Bagi aliran ini, sejatinya sesuatu justru terletak

dibalik yang fisik. Ia berada dalam ide-ide, yang fisik bagi

aliran ini dianggap hanya merupakan bayang-bayang, sifatnya

sementara, dan selalu menipu. Eksistensi benda fisik akan

rusak dan tidak akan pernah membawa orang pada kebenaran

sejati.4

Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato

(428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang

ada di dalam mesti ada idenya yaitu konsep universal dari tiap

sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah

berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang

menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu. 5

d) Manfaat Mempelajari Ontologi

1) Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai

bangunan sistem pemikiran yang ada.

2) Membantu dalam memecahkan masalah pola relasi antar

berbagai eksisten dan eksistensi.

3) Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai

ranah keilmuan maupun masalah, baik itu sains hingga etika.

2. Epistemologi

a) Pengertian

Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan)

dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang

berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Topik

ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan

4 Cecep Sumarna. Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka Bani

Quraisy. 2006. Hlm 48. 5 Harun Nasution. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang. 1982. Hlm 53.

Page 6: Filsafat Pendidikan

6

dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu

pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta

hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.

b) Sumber ilmu pengetahuan

Dalam hal ini, terdapat empat jenis sumber kebenaran ilmu

pengetahuan yang secara umum dikenal. Pertama bahwa sumber

asli seluruh pengetahuan adalah wahyu atau Al-Quran yang

mengandung kebenaran absolut. Wahyu sebagai sumber asli

seluruh pengetahuan memberi kekuatan yang sangat besar terhadap

bangunan pengetahuan bila mampu mentransformasikan kebentuk

ajaran normatif-doktriner sehingga menjadi teori-teori yang bisa

diandalkan. Selain itu wahyu bisa dijadikan sebagai sumber

pengetahuan baik pada saat seseorang menemui jalan buntu ketika

melakukan perenungan sacara radikal maupun dalam kondisi biasa,

artinya wahyu bisa dijadikan rujukan pencarian pengetahuan kapan

saja dibutuhkan, baik yang bersifat inspiratif maupun terkadang

ada juga yang bersifat eksplisit.

Dengan akal dan logika, Al-ghazali bisa menemukan Tuhan

dengan teori kosmologi, tetapi rasionalismenya akhirnya

menghadapi fakta adanya sebagian masalah metafisi yang padanya

prinsip-prinsip dan persyaratan logika tak mungkin dapat

diaplikasikan sepenuhnya. Misalnya esensi zat, sifat, dan perbuatan

Tuhan, yang untuk mengetahuinya hanya dengan mengakui

adanya hal-hal yang transendental, yang harus dibedakan dengan

hal-hal yang irasional. Dalam konteks ini, akal tetap memerlukan

bantuan wahyu, dan akal semata tak dapat mengetahui manfaat

dan khasiat dari apa yang ada seluruhnya.

Yang ketiga, pengetahuan lewat indera disebut juga

pengalaman, sifatnya empiris dan terukur. Kecenderungan yang

berlebih kepada alat indera sebagai sumber pengetahuan yang

utama, atau bahkan satu-satunya sumber pengetahuan,

menghasilkan aliran yang disebut empirisisme, dengan pelopornya

Page 7: Filsafat Pendidikan

7

John Locke (1632-1714) dan David Hume dari Inggris. Seorang

empirisis sejati akan mengatakan indera adalah satu-satunya

sumber pengetahuan yang dapat dipercaya, dan pengetahuan

inderawi adalah satu-satunya pengetahuan yang benar.

Dan yang terakhir sumber ilmu intuisi adalah suatu

pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan

yang nisbi. Intuisi ini bersifat personal atau pribadi. Intuisi tidak

dapat diandalkan untuk penyusunan pengetahuan secara teratur.

Intuisi hanya dapat diperguanakan untuk menyusun hipotesis untuk

melakukan analisis berikutnya dalam menentukan benar atau

tidaknya pernyataan yang dikemukakan.

c) Sumber ilmu pengetahuan saling melengkapi cara memperoleh

pengetahuan

Dalam mengenai ilmu pengetahuan karakter ilmu dalam

islam yang kedua adalah didasarkan hubungan yang melengkapi

antara wahyu dan akal. Keduanya tidak dapat dipertentangkan

karena terdapat titik temu. Akal berusaha bekerja maksimal untuk

menemukan dan mengembangkan ilmu, sedang wahyu datang

memberikan bimbingan serta petunjuk yang harus dilalui akal.Hal

ini dijelaskan oleh Al-biruni, wahyu sebenarnya tidak bercanggah

dengan akal.

Intuisi adalah pengetahuan yang diperoleh manusia diluar

kemampuan akalnya. Akal memiliki keterbatasan-keterbatasan

penalaran yang kemudian disempurnakan oleh intuisi yang sifatnya

pemberian atau bantuan, sedangkan pemberian dari intuisi masih

belum tersusun rapi, sehingga dibutuhkan bantuan nalar untuk

mensistematiskan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat

pemberitahuan. Serta ketika seseorang sudah memaksimalkan daya

pikirnya dan mengalami kemacetan, lalu ia mengistirahatkan

pikirannya dengan tidur atau bersantai, pada saat itulah intuisi

berkemungkinan muncul. Oleh karena itu intuisi sering disebut

Page 8: Filsafat Pendidikan

8

supra-rasional atau suatu kemampuan yang berada di atas rasio,

dan hanya berfungsi jika rasio sudah digunakan secara maksimal

namun menemui jalan buntu.

d) Manfaat mempelajari epistemologi

Manfaat epistemologi oleh Murtadha Muthahhari,

terjadinya perbedaan ideology dan pandangan dunia disebabkan

oleh perbedaan dalam tataran epistemologi. Sepanjang sejarah

pemikiran manusia telah terjadi perdebatan panjang para filosof

mengenai point-point pembahasan epistemologi. Perdebatan

tersebut telah menghasilkan berbagai aliran filsafat dan

ideologyyang memiliki pandangan yang berbeda terhadap

permasalahan mengenai pengetahuan dan kehidupan manusia.

Epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara

kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan dalam

membentuk dirinya. Tetapi, ilmu pengetahuan harus ditangkap

dalam pertumbuhannya, sebab ilmu pengetahuan yang berhenti,

akan kehilangan kekhasannya. Ilmu pengetahuan harus

berkembang terus, sehingga tidak jarang temuan ilmu pengetahuan

yang lebih dulu ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu

pengetahuan yang kemudian. Perkembangan ilmu pengetahuan

dengan demikian membuktikan, bahwa kebenaran ilmu

pengetahuan itu bersifat tentatif. Epistemologi bisa menentukan

cara kerja ilmiah yang paling efektif dalam memperoleh ilmu

pengetahuan yang kebenarannya terandalkan.

Secara global epistemologi berpengaruh terhadap

peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh

teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi

manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial.

Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi.

Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena

didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan

epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena

Page 9: Filsafat Pendidikan

9

alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh

kemajuan epistemologi.

Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis

dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi

sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun teknologi

sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata

teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan

epistemologi. Berdasarkan pada manfaat epistemologi dalam

mempengaruhi kemajuan ilmiah maupun peradaban tersebut, maka

epistemologi bukan hanya mungkin mutlak perlu dikuasai.

Sehingga epistemologi membekali seseorang yang menguasainya

untuk menjasi produsen, baik dalam bidang ilmu pengetahuan,

teknologi, ekonomi, bisnis, maupun secara umum, peradaban.

3. Aksiologi

a. Pengertian

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang

mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.

Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios

yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu.

Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri

mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan

kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.6

Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki

hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan

kefilsafatan. Di Dunia ini terdapat banyak cabang pengetahuan

yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang khusus

seperti epistimologis, etika dan estetika. Epistimologi bersangkutan

6 Jujun S.Suriasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. 1996. hlm 234.

Page 10: Filsafat Pendidikan

10

dengan masalah kebenaran, etika bersangkutan dengan masalah

kebaikan, dan estetika bersangkutan dengan masalah keindahan.7

Secara etimologi, estetika diambil dari bahasa Yunani,

aisthetike yang berarti segala sesuatu yang dapat dicerna oleh

indra. Estetika membahas refleksi kritis yang dirasakan oleh indera

dan memberi penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah,

beauty or ugly. Estetika disebut juga dengan istilah filsafat

keindahan. Estetika merupakan bidang studi manusia yang

mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung

arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang

tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan

yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah

bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan

harus juga mempunyai kepribadian.

Lepas dari semua pandangan cara penilaian tentang

keutuhan nilai seni diatas terdapat hal pasti yakni seni dan

keindahan termasuk pada hal yang akan dikaji dalam fisafat.

Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan

tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa

didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara

tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh

menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan

semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus

juga mempunyai kepribadian.

Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas

objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan

perasaan. Misalnya kita bangun pagi, matahari memancarkan

sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasaakan

kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah

tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini

orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek

7 Kattsoff , Louis O. Pengantar Filsafat. Terjemahan. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

1992.

Page 11: Filsafat Pendidikan

11

itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita

serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan.

b. Kegunaan aksiologi bagi pengembangan ilmu pengetahuan

1) Aksiologi Sains

Teori mempunyai tiga fungsi dilihat dari kegunaan teori

tersebut dalam menyelesaikan masalah, antara lain:

a) Teori sebagai alat Eksplanasi. Dalam fungsi ini teori

berusaha menjelaskan melalui gejala-gejala yang timbul

dalam satu permasalahan.

b) Teori sebagai alat Peramal. Dalam fungsi ini teori

memberikan benuk prediksi-prediksi yang dilakukan oleh

para ilmuwan dalam menyelesaikan suatu masalah.

dilakukan oleh para ilmuwan yang menggambakan tentang

keseimbangan alam yang rusak oleh perilaku manusia itu

sendiri.

c) Teori sebagai Alat pengontrol. Dalam fungsi ini ilmuwan

selain mampu membuat ramalan berdasarkan eksplanasi

gejala, juga dapat membuat kontrol terhadap masalah yang

terjadi.8

2) Aksiologi pengetahuan filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu phillos yang

berarti cinta dan shopia yang berarti kebijaksanaan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat merupakan objek

kerja kefilsafatan. Apabila dilihat dari segi bahasa maka yang

dimaksud dengan filsafat adalah proses kerja, tingkah laku dan

sikap pandang yang menjunjung tinggi kebijaksanaan.

Pengertian filsafat yang seperti ini dapat diketahui manfaatnya

dengan mengetahui kegunaan aksiologi dalam pengetahuan

filsafat.

Untuk mengetahui kegunaan filsafat itu sendiri kita dapat

memulainya dengan melihat filsafat dari sudut pandang pertama

8 Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung. PT.

Remaja Rosdakarya. (2005). hlm 80.

Page 12: Filsafat Pendidikan

12

filasafat sebagai kumpulan teori filsafat, misalnya tentang teori

komunisme maka terlebih dahulu harus mengetahui tentang teori

marxisme, karena teori filsafat tentang komunisme itu ada

didalam teori marxisme. Intinya teori-teori dalam filsafat itu

saling berkaitan satu dengan yang lainnya. kedua filsafat sebagai

metode pemecahan masalah, digunakan sebagai salah satu cara

atau model pemecahan masalah secara mendalam dan dengan

sudut pandang yang luas dan yang ketiga adalah filsafat sebagai

pandangan hidup semua teori ajarannya diterima kebenaranya

dan dilaksanakan dalam kehidupan.9

3) Aksiologi pengetahuan mistik

Berkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum

maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu

itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu

sesorang dapat mengubah wajah dunia.

C. Filsafat Historis

Filsafat historis adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan

urutan waktu, perkembangan pemikiran filsafat yang telah terjadi, sejak

kelahirannya sampai saat ini, sepanjang dapat dicatat dan memenuhi

syarat-syarat pencatatan serta penulisan sejarah. Pendekatan ini dapat

dilakukan dengan membicarakan tokoh demi tokoh menurut

kedudukannya dalam sejarah, misalnya dimulai dari membicarakan filsafat

Thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam

teoripengetahuan teori hakekat, maupun dalam teori nilai. Lantas

dilanjutkann dengan membicarakan Anaximandros. Misalnya, lalu

Socrates, lalu Rousseau, lantas Kant dan seterusnya sampai tokoh-tokoh

kontenporer. Tokoh dikenalkan , kemudian ajarannya. Mengenaklan

tokoh memang perlu karena ajarannya biasanya berkaitan erat dengann

lingkungan, pendidikan kepentingannya.

9 Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung. PT.

Remaja Rosdakarya (2005).. hlm 89.

Page 13: Filsafat Pendidikan

13

Dalam menggunakan metode historis dapat pula ditempuh cara lain

yaitu dengan cara embagi babagan sejarah filsafat misalnya mula-mula

dipelajari filsafat kuno atau (Ancient philosophy. Ini biasanya sejak Thales

sampai menjelang plotinos, dibicarakan tokoh-tokohnya, ajaran masing-

masing ciri umum filsafat periode itu. Kemudian para pelajar menghadapi

filsafat abad pertengahan (Middle Philosophy), lalau filsafat abad modern

(modern philosophy). Variasi cara mempelajari filsafat dengan metode

historis cukup banyak. Yang pokok, mempelajari filsafat dengan

menggunalkan metode historis berarti mempelajari filsafat secara

kronologis.

D. Hubungan antara filsafat pendidikan dan teori pendidikan

1. Hubungan filsafat pendidikan dan teori pendidikan

Antara filsafat dan teori pendidikan memiliki hubungan yang erat.

Hubungan keduanya hanya dapat dibedakan tidak dapat dipisahkan.

Hubungan antara keduanya demikian erat sehingga kadang-kandang

filsafat pendidikan disebut teori pendidikan,demikian pula sebaliknya.

Misalnya di negara Amerika teori atau ilmu pendidikan disebut dengan

Filsafat Pendidikan atau “Philosophy of Educatian” (Daniel, 1985:36).

Secara singkat hubungan antara keduanya dapat dirumuskan sebagai

berikut:

a) Filsafat pendidikan memberikan pandangan-pandangan filsafiahnya

kepada teori pendidikan, khususnya pandangannya tentang

manusia, peserta didik, tujuan pendidikan, dan bagaimana

seharusnya belajar;

b) Teori pendidikan sebagai sebuah disiplin ilmu yang otonom, sering

menemui masalah-masalah yang membutuhkan bantuan filsafat

pendidikan. Kadang-kadang pandangan filsafat pendidikan dapat

mengubah teori pendidikan;

c) Jika suatu teori pendidikan tidak dapat dipertanggungjawabkan

secara filsafiah, khususnya yang berhubungan dengan hidup dan

Page 14: Filsafat Pendidikan

14

manusia maka akan mengakibatkan perlakuan yang tidak

bertanggungjawab;

d) Pelaksanaan teori pendidikan sering memberikan bahan-bahan baru

kepada filsafat pendidikan untuk direnungkan;

Teori pendidikan dapat meng-cover pandangan filsafat pendidikan

yang cocok baginya, meskipun pandangan-pandangan tersebut harus

diolah kembali (Daniel, 1995:100)

Menurut Ali Saepullah sebagaimana dikutip Jalaludin (1997:23),

filsafat pendidikan, dan teori pendidikan memiliki hubungan

suplementer sebagai berikut:

a) Kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan,

konsep tentang hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi

pendidkan;

b) Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidkan yang meliputi

politik pendidikan, kepemimpinan pendidkan, metodologi

pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi

pendidikan dengan masyarakat.

2. Perbedaan antara Filsafat Pendidikan dengan Teori Pendidikan

Di samping memiliki hubungan, filsafat pendidikan dan teori

pendidikan juga memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut disebabkan

oleh karena filsafat pendidikan maupun teori pendidikan memiliki

objek, metode, dan sistematika yang berbeda. Perbedaan antara

keduanya antara lain sebagai berikut :

a) Filsafat pendidikan dan ilmu atau teori pendidikan merupakan dua

disiplin ilmu yang berbeda. Masing-masing memiliki objek,

metode, dan sistematika tersendiri yang berbeda;

b) Jika objek filsafat pendidikan adalah perenungan filosofis tentang

masalah-masalah pendidikan, maka objek teori pendidikan adalah

situasi pendidikan itu sendiri yang muncul secara jelas relasi antara

pendidik dengan peserta didik;

c) Jika filsafat pendiidkan menggunakan pendekatan filosofis

(sinopsis, normatif, induktif) dalam menelaah objeknya, maka teori

Page 15: Filsafat Pendidikan

15

pendidikan menggunakan pendekatan fenomenologis dalam

menelaah objeknya;

d) Filsafat pendidikan dapat menjadi tamu terhormat bagi teori

pendidikan, tetapi teori pendidikan dapat menjadi tuan rumah.

Sebagai tuan rumah, teori pendidikan dapat menolak filsafat

pendidikan yang tidak sesuai (Daniel, 1985:101-102).

Perbedaan-perbedaan di atas menunjukkan bahwa meskipun keduanya

memiliki hubungan juga memiliki perbedaan. Filsafat pendidikan

memiliki objek yang berbeda dengan objek teori pendidikan. Objek

filsafat pendidikan berupa perenungan folosofis atau hasil pemikiran.

Pemikiran yang berasal dari para filosof atau pemikir pendidikan

termasuk pendidikan Islam merupakan objek material dari filsafat

pendidikan. Teori atau ilmu pendidikan memiliki objek situasi

pendidikan ketika pendidikan itu berlangsung.

Page 16: Filsafat Pendidikan

16

BAB III

PENUTUP/KESIMPULAN

Istilah filsafat berasal dari dua suku kata dalam bahasa Yunani kuno, yaitu

phile atau philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia atau sophos yang

berarti kebijaksanaan. Kemudian Sistematika filsafat adalah susunan aturan

tentang filsafat yang telah disusun atau ditulis dan Filsafat historis adalah cara

mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu, perkembangan pemikiran filsafat

yang telah terjadi, sejak kelahirannya sampai saat ini, sepanjang dapat dicatat dan

memenuhi syarat-syarat pencatatan serta penulisan sejarah. Sedangkan hubungan

filsafat pendidikan dengan teori pendidikan a) Filsafat pendidikan memberikan

pandangan-pandangan filsafiahnya kepada teori pendidikan, b) Teori pendidikan

sebagai sebuah disiplin ilmu yang otonom, c) Jika suatu teori pendidikan tidak

dapat dipertanggungjawabkan secara filsafiah, khususnya yang berhubungan

dengan hidup dan manusia maka akan mengakibatkan perlakuan yang tidak

bertanggungjawab; d) Pelaksanaan teori pendidikan sering memberikan bahan-

bahan baru kepada filsafat pendidikan untuk direnungkan.

Page 17: Filsafat Pendidikan

17

DAFTAR PUSTAKA

Cecep Sumarna. Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka Bani

Quraisy. 2006.

Harun Nasution. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang. 1982.

Jujun S.Suriasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan.1996.

Kattsoff , Louis O. Pengantar Filsafat. Terjemahan. Yogyakarta: Tiara Wacana

Yogya. 1992.

Sunarto. Pemikiran tentang Kefilsafatan Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.

1983.

Tafsir, Ahmad.. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra.

Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. (2005)