178
KAIDAH BAHASA INDONESIA

Kaidah bahasa indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kaidah Bahasa Indonesia

Citation preview

Page 1: Kaidah bahasa indonesia

KAIDAH BAHASA INDONESIA

Page 2: Kaidah bahasa indonesia

1) 10 jenis kata:

1. Kata benda atau Noun

2. Kata kerja atau Verb

3. Kata sifat atau Adjective

4. Kata ganti atau Pronoun

5. Kata keterangan atau Adverb

6. Kata sambung atau Conjunction

7. Kata bilangan atau Numeralia

8. Kata depan atau Preposition

9. Kata sandang atau Determiner

10. Kata seru atau Interjeksi

2) Contoh dari 10 jenis kata:

1. Kata benda atau Noun

Kata benda nyata:

Contohnya: kereta,kuda.penggaris,dll.

Kata benda abstrak:

Contohnya:keadilan,kemanusiaan,kecantikan,dll.

2. Kata kerja atau Verb

Kata kerja transitif

ialah kata kerja yang mesti disertai oleh objek, yaitu kata nama.

Contohnya: Atan mendengar radio.

       -mendengar ialah kata kerja transitif

-radio ialah objek (kata nama)

Kata kerja transitif menggunakan imbuhan men, men ...i, men ...kan,

memper, memper...i, dan memper...kan.

Contohnya:

1. Kucing itu menangkap seekor burung.

2. perempuan itu menjual sayur.

3. Bapa sedang menulis surat.

Kata kerja intransitif

ialah kata kerja yang dapat berdiri sendiri dalam ayat, yakni tidak

memerlukan objek lagi.

Page 3: Kaidah bahasa indonesia

Kata kerja intransitif ada yang berbentuk asal dan ada yang

berimbuhan ber,men,ter,ber...an,dan ber...kan.

Contohnya: (a) Ravi belum datang lagi.

(b) Murid-murid sedang belajar.

(c) Sungai itu mengalir deras.

Peringatan

Tiap-tiap kata kerja tak transitif boleh dijadikan kata kerja transitif

dengan menambah ‘kan’ atau ‘ I’ di hujungnya.

Contohnya:

1. Mereka menjalankan jentera itu.

2. Emak sedang menidurkan adik.

3. Pekerja itu menurunkan barang-barang dari atas lori.

4. Halim mengikuti perbualan mereka.

5. Saya sudahi syarahan saya ini dengan ucapan salam.

Kata Kerja Pasif

1. Kata kerja pasif

ialah kata kerja yang berasal daripada kata kerja transitif tetapi

yang tidak berawalan men.

Contohnya:angkat, atasi, berikan, percepat, pelajari, persilakan,

dan sebagainya.

2. Ada tiga jenis kata kerja pasif.

(a) kata kerja pasif diri pertama

Kata kerja pasif diri pertama ialah kata kerja pasif yang

berimbuhan ku-.

Contohnya: kuangkat, kuatasi, kuberikan, kupercepat, kupelajari,

dan kupersilakan.

(b) kata kerja pasif diri kedua

Kata kerja pasif diri kedua ialah yang berimbuhan ka-.

Contohnya: kauangkat, kauatasi, kauberikan, kaupercepat,

kaupelajari, dan kaupersilakan.

(c) kata kerja pasif diri ketiga

Kata kerja pasif diri ketiga ialah yang berimbuhan di-.

Contohnya: diangkat, diatasi, diberikan, dipercepat, dipelajari,

dan dipersilakan

Page 4: Kaidah bahasa indonesia

3. Kata sifat atau Adjective

Contohnya:pintar,cantik,rajin,dll

4. Kata ganti atau Pronoun

Kata ganti orang

Kata ganti orang pertama(tunggal:aku/saya;jamak:kami/kita)

Kata ganti orang kedua(tunggal:kamu;jamak:kalian)

Kata ganti orang ketiga(tunggal:dia/ia;jamak:mereka)

Kata ganti kepunyaan:misalnya “mu” dalam milikmu,dll

Kata ganti penunjuk:misalnya di sana,di situ,dll

5. Kata keterangan atau Adverb

Contohnya:lusa,besok,hari ini,terkadang,kemarin,dll.

6. Kata sambung atau Conjunction

Contohnya:sedangkan,dan,atau,namun.

7. Kata bilangan atau Numeralia

Contohnya:satu,dua,tiga,pertama,kedua,ketiga.

8. Kata depan atau Preposition

Contohnya:dari,pada,di atas,di bawah,di antara.

9. Kata sandang atau Determiner

Contohnya:si,sang,seorang,dll.

10. Kata seru atau Interjeksi

Contohnya:wah,wow,ah.

3) Jenis-jenis frase:

Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi

menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.

1. Frasa Endosentris

Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga:

Frasa Endosentris Koordinatif

Frasa Endosentris Atributif

Frasa Endosentris Apositif

2. Frasa Eksosentris

Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya., frasa dibagi menjadi enam:

1. Frasa Nomina

Page 5: Kaidah bahasa indonesia

2. Frasa Verba

3. Frasa Ajektifa

4. Frasa Numeralia

5. Frasa Preposisi

6. Frasa Konjungsi

4) Penjelasan jenis-jenis frase dan contohnya:

Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi

menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.

1. Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan

oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi

tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris

adalah frasa yang memiliki unsur pusat.

Contoh:

Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).

Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata

mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah

frasa endosentris.

Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.

Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua

unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda

diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.

Contoh:

1. rumah pekarangan

2. suami istri dua tiga (hari)

3. ayah ibu

4. pembinaan dan pembangunan

Page 6: Kaidah bahasa indonesia

5. pembangunan dan pembaharuan

6. belajar atau bekerja.

Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping

mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut.

Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan

unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.

Contoh:

1. pembangunan lima tahun

2. sekolah Inpres

3. buku baru

4. orang itu

5. malam ini

6. sedang belajar

7. sangat bahagia.

Keterangan:

Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah

unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah

atributnya.

Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua

unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur

pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.

Contoh:

Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.

Ahmad, …….sedang belajar.

……….anak Pak Sastro sedang belajar.

Page 7: Kaidah bahasa indonesia

Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak

Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:

1. Yogya, kota pelajar

2. Indonesia, tanah airku

3. Bapak SBY, Presiden RI

4. Mamad, temanku.

Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke

dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena

dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur

yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa

endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris

atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi

frasa endosentris koordinatif

2. Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi

dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa

eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.

Contoh:

Sejumlah mahasiswa di teras.

Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya., frasa dibagi menjadi enam.

1. Frasa Nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina.

UP frasa nomina itu berupa:

nomina sebenarnya

contoh:

pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan

Page 8: Kaidah bahasa indonesia

pronomina

contoh:

dia itu musuh saya

nama

contoh:

Dian itu manis

kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina

contoh:

dia rajin → rajin itu menguntungkan

anaknya dua ekor → dua itu sedikit

dia berlari → berlari itu menyehatkan

kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva,

begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari

yang awalnya adalah frasa verba.

2. Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba.

Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba.

Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba

aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi

kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.

Contoh:

Dia berlari.

Page 9: Kaidah bahasa indonesia

Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat

diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.

3. Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori

ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-

nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.

Contoh:

Rumahnya besar.

Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu

yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang

terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.

Contoh:

menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau

‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).

4. Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori

numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau

jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu

bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.

Contoh:

dua buah

tiga ekor

lima biji

duapuluh lima orang.

5. Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai

penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.

Page 10: Kaidah bahasa indonesia

Contoh:

Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras

ke rumah teman

dari sekolah

untuk saya

6. Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung

sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa

adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai

predikat.

Contoh:

Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)

Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.

Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut

sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk

dalam kategori konjungsi.

5) 5 jenis klausa:

1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.

1. Klausa Lengkap

1. Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.

2. Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.

2. Klausa Tidak Lengkap

2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik

menegatifkan P.

1. Klausa Positif

2. Klausa Negatif

3. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.

Page 11: Kaidah bahasa indonesia

1. Klausa Nomina

2. Klausa Verba

3. Klausa Adjektiva

4. Klausa Numeralia

5. Klausa Preposisiona

6. Klausa Pronomia

4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat

1. Klausa Bebas

2. Klausa terikat

5. Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.

1. Klausa Atasan

2. Klausa Bawahan

6) Contoh dari 5 jenis klausa:

2. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.

Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada

hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini

klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa

selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur

internnya, berikut klasifikasinya :

2. Klausa Lengkap

Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir.Klausa ini

diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :

2. Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.

Contoh :

-Kondisinya sudah baik.

-Rumah itu sangat besar.

-Mobil itu masih baru.

Page 12: Kaidah bahasa indonesia

3. Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.

Contoh :

-Sudah baik kondisinya.

-Sangat besar rumah itu.

-Masih baru mobil itu.

3. Klausa Tidak Lengkap

Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya

hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja.

Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.

3. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik

menegatifkan P.

Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan.

Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik

menegatifkan P menghasilkan :

2. Klausa Positif

Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi

yang menegatifkan P.

Contoh :

-Ariel seorang penyanyi terkenal.

-Mahasiswa itu mengerjakan tugas.

-Mereka pergi ke kampus.

3. Klausa Negatif

Page 13: Kaidah bahasa indonesia

Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang

menegaskan P.

Contoh :

-Ariel bukan seorang penyanyi terkenal.

-Mahasiswa itu belum mengerjakan tugas.

-Mereka tidak pergi ke kampus.

Keterangan:

Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P,

tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia

tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik dan secara semantik

menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata

negasi itu secara sematik bisa menegatifkan P dan bisa menegatifkan

O. Kalau yang dimaksudkan 'Dia tidak mengambil sesuatu apapun',

maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak

mengambil pisau, melainkan sendok.

4. Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.

Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat

diklasifikasikan menjadi :

2. Klausa Nomina

Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori

frasa nomina. Contoh :

-Dia seorang sukarelawan.

-Mereka bukan sopir angkot.

-Nenek saya penari.

Page 14: Kaidah bahasa indonesia

3. Klausa Verba

Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori

frasa verba. Contoh :

-Dia membantu para korban banjir.

-Pemuda itu menolong nenek tua.

4. Klausa Adjektiva

Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori

frasa adjektiva.

Contoh :

-Adiknya sangat gemuk.

-Hotel itu sudah tua.

-Gedung itu sangat tinggi.

5. Klausa Numeralia

Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori

numeralia.

Contoh :

-Anaknya lima ekor.

-Mahasiswanya sembilan orang.

-Temannya dua puluh orang.

6. Klausa Preposisiona

Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk

kategori frasa preposisiona.

Page 15: Kaidah bahasa indonesia

Contoh :

-Sepatu itu di bawah meja.

-Baju saya di dalam lemari.

-Orang tuanya di Jakarta.

7. Klausa Pronomia

Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi

ponomial.

Contoh :

-Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.

-Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.

5. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat

Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan

atas :

2. Klausa Bebas

Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat

mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan

yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah

sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan

perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar

itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.

Contoh :

-Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.

-Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.

Page 16: Kaidah bahasa indonesia

-Semua orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.

3. Klausa terikat

Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat

mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor. Kalimat minor adalah

konsep yang merangkum : pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat

telegram.

Contoh :

-Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.

-Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.

-Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.

6. Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.

Oscar Rusmaji (116) berpendapat mengenai beberapa jenis klausa. Menurutnya

klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.

Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas :

2. Klausa Atasan

Klausa atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa

yang lain. Contoh :

Ketika paman datang, kami sedang belajar.

Meskipun sedikit, kami tahu tentang hal itu.

3. Klausa Bawahan

Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi

unsur dari klausa yang lain. Contoh :

Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.

Jika tidak ada rotan, akarpun jadi.

Page 17: Kaidah bahasa indonesia

7) Lima jenis kalimat:

1. Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat

dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.

1. Kalimat minor. Kalimat minor dibedakan atas:

Kalimat minor berstruktur, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:

Kalimat elips

Kalimat jawaban

Kalimat sampingan

Kalimat urutan

Kalimat minor tak berstruktur,dibedakan atas:

Panggilan.

Seruan

Judul

Semboyan

Salam

Inskripsi

2. Kalimat mayor, kalimat mayor dapat dibedakan atas:

Kalimat majemuk subordinatif

Kalimat majemuk koordinat

Kalimat majemuk rapatan

2. Berdasarkan response yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :

1. Kalimat pernyataan

2. Kalimat pertanyaan

3. Kalimat perintah

3. Berdasarkan hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :

1. Kalimat aktif

2. Kalimat pasif

3. Kalimat medial

4. Kalimat respirokal

4. Bedasarkan ada tidaknya unsure negative pada klausa utama, kalimat dibedakan

atas :

1. Kalimat firmatif

Page 18: Kaidah bahasa indonesia

2. Kalimat negative

8) Penjelasan dari kelima jenis kalimat beserta contohnya:

Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat

dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.

1. Kalimat minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat atau sama

sekali tidak mengandung struktur klausa. Kalimat minor dibedakan atas:

Kalimat minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai

lanjutan, pelengkap, atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain

yang terdahulu dalam wacana (Samsuri, 1985:278). Berdasarkan

sumber penurunnya, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:

Kalimat elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena

pelepasan beberapa bagian dari klausa kalimat tunggal.

Contoh:

Terserah saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja)

Kalimat jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai

jawaban atas pentanyaan-pertanyaan.

Contoh :

(Ada yang kau bawa itu?) Lukisan.

Kalimat sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan

klausa terikat dari kalimat majemuk subordinat.

Contoh :

Cepat)

Meskipun hujan. (Dia tetap datang)

Kalimat urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh

konjungsi, sehingga menyatakan bahwa kalimat tersebut

merupakan bagian kalimat lain. (Samsuru, 1985:263)

Contoh :

Karena itu, harga minyak naik.

Page 19: Kaidah bahasa indonesia

Kalimat minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul

sebagai akibat pengisian wacana yang ditentukan oleh situasi,

dibedakan atas:

Panggilan.

Contoh :

Bakso!

Seruan, biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan

perasaan.

Contoh :

Halo!

Judul, merupakan suatu ungkapan topic atau gagasan.

Contoh :

Dampak negative penayangan TV.

Semboyan, yaitu uangkapan ide secara tegas, tepat dan tanpa

hiasan bahasa atau kelengkapan sebuah klausa.

Contoh :

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Salam

Contoh :

Selamat pagi!

Inskripsi, yaitu kalimat minor tak berstruktur yang berisi

penghormatan atau persembahan pada awal sebuah karya

(buku, lukisan dsb.).

Contoh :

Untuk para pengikrar Sumpah Pemuda 1928.

2. Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu klausa

bebas. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, pembentuk yang inti saja.

Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, terdapat unsure pembentuk yang

inti saja, berdasarkan jumlah klausa yang terdapat didalamnya, kalimat mayor

dapat dibedakan atas:

Kalimat majemuk subordinatif, yaitu kalimat majemuk yang salah satu

klausanya menduduki : (a) salah satu fungsi sintaksis dari klausa yang

lain atau (b) atribut dari salah satu fungsi sintaksis klausa yang lain.

Page 20: Kaidah bahasa indonesia

Contoh :

Yang berkaca mata hitam itu teman saya.

Orang itu badannya sangat gemuk.

Polisi telah mengatakan bahwa kabar itu bohong.

Kalimat majemuk koordinat, yaitu kalimat majemuk yang klausa-

klausanya tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa lain (Samsuri,

1985:316).

Contoh :

Semalam suntuk saya tidur di kursi, dan orang-orang itu bermain kartu.

Mula-mula dinyalakannya api, lalu ditaruhnya cerek diatasnya.

Dalam perang, kita harus berani membunuh lawan, kalau tidak kita

sendiri yang dibunuh.

Kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat majemuk koordinatif yang

klausa-klausanya mempunyai kesamaan-kesamaan, baik kesamaan

subjek, predikat objek, maupun keterangan.

Contoh :

Rumah itu baru saja diperbaiki, tetapi sekarang sudah rusak.

Saya mengerjakana bagian depan, adik bagian belakang.

Dengan susah payah orang tuaku membangun rumah ini, tetapi saya

tinggal menempati saja.

Berdasarkan response yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :

1. Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi

tanpa mengharapkan response tertentu. Cirri untuk mengenal kalimat

pernyataan ini yaitu melalui pola intonasinya yang bernada akhir turun (dalam

bahasa lisan) dan tanda titik (.) seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan, seperti

silahkan, dipersilahkan; dan kata larangan (jangan) (Ramlan, 1981:10).

Contoh :

Cita-cita anak itu sangat mulia.

Saya tidak membawa uang sama sekali.

Menurut teori Darwin, manusia merupakan keteturunan kera.

Page 21: Kaidah bahasa indonesia

2. Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing response

yang berupa jawaban. Kalimat pertanyaan dapat dikenal dari pola intonasinya

yang bernada akhir naik serta nada terakhir dan pola intonasi kalimat

pertanyaan. Nada akhir kalimat pertanyaan ditandai dengan tanda Tanya (?)

dalam bahasa tulisan.

Contoh :

Kakak sudah menikah?

Mengapa anak itu tidak tidur?

Siapa pemilik rumah itu?

3. Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang

berupa tindakan (Samsuri, 1985:276-278). Kalimat perintah ditandai dengan

tanda seru (!). tetapi penggunaan seru ini biasanya tidak dipakai kalau sifat

perintah itu menjadi lemah, demikian juga predikatnya diikuti oleh partikel-lah.

Kalimat perintah dapat bersifat negative. Untuk menegatifkan kalimat perintah,

digunakan kata jangan yang biasanya ditempatkan pada bagian awal kalimat.

Kaliamat perintah yang besifat negative beubah menjadi larangan.

Contoh :

Masuklah!

Marilah kita belajar bersama-sama!

Jangan membuang sampah di sembarang tempat!

Berdasarkan hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :

1. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku actor.

Subjek kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat.

Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive. Afiks

yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai perdikat

kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat dikombinasikan dengan –I atau –

kan.

Contoh :

Anak itu memetik bunga di taman.

Ayah membelikan kakak baju baru.

Page 22: Kaidah bahasa indonesia

Pembantu itu sedang menyapu halaman.

2. Kalimat pasif adalah kalimat yanmhg subjeknya berperan sebagai penderita.

Subjek dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang

dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut.

Predikat kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat

bekombinasi dengan sufiks –i dan –kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan

verba yang didahului oleh pronominal persona (Samsuri, 1985:434)

Contoh :

Badannya dilumuri minyak.

Kita apakan barang-barang ini?

Tidak terlihat olehku benda yang kau tujukan itu.

3. Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku

maupun sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut.

Contoh :

Jangan menyiksa diri sendiri.

Wanita itu berhias di depan cermin.

4. Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu

pebuatan yang berbalas-balasan. Verba yang berfungsi sebagai predikat pada

kalimat respirokal adalah verba yang beprefiks me- yang didahului oleh kata

dasarnya, verba berulang yang berkombinasi dengan konfiks ber-kan, verba

dasar yang diikuti oleh kata baku, dan saling yang diikuti oleh veba yang

berprefiks me- atau me-i/kan (Samsuri, 1985:198).

Contoh :

Kedua Negara itu tuduh-menuduh tentang pelanggaran perbatasan.

Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayangi.

Pemuda-pemuda tanggung itu berbaku hantam d tanah lapang.

Bedasarkan ada tidaknya unsure negative pada klausa utama, kalimat dibedakan

atas :

1. Kalimat firmatif, yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak tedapat unsure

negative, peniadaan, atau penyangkalan.

Page 23: Kaidah bahasa indonesia

Contoh :

Petani itu membajak sawah.

Di Surabaya diresmikan patung Jendral Sudirman.

Kami mendengar kabar bahwa pemberontakan di Iran sudah berakhir.

2. Kalimat negative, yaitu kalimat yang predikat utamanya terdapat unsure

negative, peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak, tiada (tak), bukan, jangan.

Unsure negative tidak dipakai di depan verba, adjektiva, adverbial, dan frase

preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Unsure negatif bukan pada

umumnya dipakai di depan nomina/frase nomina dan pronominal/frase

pronominal. Unsure negative jangan digunakan untuk menegatifkan kalimat

printah (samsuri, 1985:250)

Contoh :

Sedikitpun aku tidak ingin berbuat jahat.

Bukan buku itu yang saya cari.

Jangan kau biarkan adikmu bergaul dengan dia.

9) Jenis-jenis penalaran:

Perluasan (generalisasi)

Penyempitan (spesialisasi)

Penurunan (peyorasi)

Peninggian (ameliorasi)

Sinestesia

Asosiasi

Perubahan Makna Total

Penghalusan (eufimisme

Pengasaran (disfemia)

10) Penjelasan penalaran beserta contohnya:

Perluasan (generalisasi)

Perluasan makna kata terjadi apabila makna kata sekarang lebih luas dari makna

asalnya.

Contoh: kata berlayar yang dahulu berarti “mengarungi lautan dengan kapal

layar” sekarang berganti menjadi “pergi kelaut dengan berbagai macam kapal”

(Darmawati, 2008).

Page 24: Kaidah bahasa indonesia

Penyempitan (spesialisasi)

Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada

mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas

hanya pada sebuah makna saja (Chaer, 1990: 147).

Misalnya kata sarjana yang tadinya bermakna “orang cerdik pandai”, tetapi kini

bermakna “lulusan perguruan tinggi” seperti pada kalimat Ardi adalah seorang

sarjana sastra dari Univeristas Indonesia.

Peninggian (ameliorasi)

Ameliorasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya

lebih tinggi dari asalnya.

Contoh: kata wanita yang dahulu berarti “perempuan biasa” sekarang menjadi

“perempuan yang dihormati”.

Penurunan (peyorasi)

Menurut Parera (2004: 128) berdasarkan latar belakang pemakaian makna kata

dan pengalaman pemakaian makna kata dalam situasi dan konteks yang kurang

menyenangkan, maka makna kata tersebut cenderung mengalami peyorasi.

Misalnya kata amplop dalam konteks tertentu telah mengalami peyorasi menjadi

“uang sogokan”. Hal ini terlihat pada kalimat warung itu menjual amplop dengan

kalimat pejabat itu mendapat amplop.

Sinestesia

Menurut Darmawati (2008) sinestesia adalah perubahan makna kata akibat

pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda.

Contoh: kata pedas yang dahulu hanya digunakan untuk menggambarkan rasa

cabe (indera pengecap) sekarang berarti “kasar”, “melukai perasaan” (indera

pendengaran).

Asosiasi

Asosiasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang terjadi karena

persamaan sifat.

Contoh: kata amplop yang dahulu berarti “tempat menyimpan surat” sekarang

berarti “uang suap (biasanya ditempatkan pada amplop)”.

Perubahan Makna Total

Menurut Chaer (1990: 147) perubahan makna total adalah berubahnya sama

sekali makna sebuah kata dari makna asalnya. Chaer (2003: 314) juga

Page 25: Kaidah bahasa indonesia

menambahkan makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan makna

aslinya.

Misalnya kata ceramah dahulu bermakna “cerewet, banyak cakap”, sekarang

bermakna “uraian mengenai suatu hal di muka orang banyak”.

Penghalusan (eufimisme)

Penghalusan adalah upaya mengganti kata-kata sehingga maknanya lebih halus

atau lebih sopan (Chaer, 2003: 314-315).

Misalnya kata korupsi diganti dengan ungkapan menyalahgunakan jabatan. Kata

menyalahgunakan dianggap lebih halus atau lebih sopan dari kata korupsi. Kata

pemecatan diganti dengan ungkapan pemutusan hubungan kerja.

Pengasaran (disfemia)

Menurut Chaer (1990: 149) pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata yang

maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar.

Misalnya kata mengambil diganti dengan kata mencaplok; atau ungkapan

memasukkan ke penjara diganti dengan menjebloskan ke penjara.

11) Lima jenis karangan:

a. Narasi

b. Deskripsi

c. Eksposisi

d. Argumentasi

e. Persuasi

12) Penjelasan dan contoh dari kelima jenis karangan:

a. Narasi

Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau

kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang

menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik

merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu

disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot

atau alur.Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi

ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi

ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh

narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.

Page 26: Kaidah bahasa indonesia

Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.

Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana

dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat

pembaca.

Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik.

Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul

dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.

Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-

macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat,

ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan

mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan

melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh

karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat

disingkat menjadi adik simba.

1. (What) Apa yang akan diceritakan,

2. (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,

3. (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,

4. (Who) Siapa pelaku ceritanya

5. (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan

6. (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.

Contohnya:

Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang

dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.

Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.Ia

ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno

dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada

tahun 1949.

Page 27: Kaidah bahasa indonesia

Contoh narasi berisi fakta: saya hari ini akan tidur dan akan mati untuk selamanya

b. Deskripsi

Karangan yang menggambarkan sesuatu atau melukiskan sesuatu,sehingga pembaca

seolah-olah dapat melihat, merasakan, atau mengalami sendiri seperti hal atau

sesuatu yang dideskripsikan.

Contohnya:

Tepat pukul 06.00 aku terbangun, diiringi dengan suara-suara ayam yang berkokok

seolah menyanyi sambil membangunkan orang-orang yang masih tidur. serta dapat

ku lihat burung-burung yang berterbangan meninggalkan sarangnya untuk mencari

makan. Dari timur sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan

cahayanya. Aku berjalan ke halaman depan rumah tepat dihadapan ku ada sebuah

jalan besar untuk berlalu lintas dari kejauhan tampak sawah-sawah milik petani yang

ditanami padi masih berwarna hijau terlihat sangat sejuk, indah, dan damai. Dari

kejauhan pula terlihat seorang petani yang sedang membajak sawahnya yang belum

ditanami tumbuhan, dan ada juga petani yang sedang mencari rumput untuk makan

binatang peliharaannya seperti kambing, sapi, dan kerbau. Didesaku rata-rata

penduduknya sebagai petani. Pagi ini terlihat sangat sibuk, di jalan" terlihat ibu-ibu

yang sedang berjalan menuju pasar untuk berjualan sayur. Tetanggaku seorang

peternak bebek yang juga tidak kalah sibuknya dengan orang". Pagi-pagi sekali dia

berjalan menggiring bebeknya kerawah dekat sawah untuk mencari makan, bebek

yang pintar berbaris dengan rapi pengembalanya. Sungguh pemandangan yang

sangat menarik dilihat ketika kita bangun tidur. Dihalaman rumah kakekku yang

menghadap ketimur terdapat pohon-pohon yang rindang, ada pohon mangga yang

berbuah sangat lebat, disamping kiri potehon mangga dapat pula pohon jambu air

yang belum berbuah karena belum musimnya. Dan disebelah kanan rumah ada

pohon rambutan yang buahnya sangat manis rasanya. sungguh pemandangan yang

sangat indah yang sangat asri dan damai ini adalah tempat tinggal kakek ku dan

tempat kelahiran ku. Desa yang bernama NAMBAHDADI ini adalah tempat yang

paling aku kunjungi saat liburan. Selain bisa bertemu kakek dan nenek aku juga bias

melihat pemandangan yang indah nan damai.

c. Eksposisi

Page 28: Kaidah bahasa indonesia

Karangan yang bersifat memaparkan, menjelaskan,  menerangkan, atau

menguraiakan proses terjadinya sesuatu.

Langkah menyusun eksposisi:

* Menentukan topik/tema

* Menetapkan tujuan

* Mengumpulkan data dari berbagai sumber

* Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih

*Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

Contohnya:

Baru-baru ini, para ahli purbakala menemukan sebuah jaring laba-laba kuno di

Timur Tengah. Menurut penelitian, jaring laba-laba yang tersimpan dalam batu

ambar tersebut berusia sekitar 120 juta tahun. Batu ambar dulunya berasal dari getah

pepohonan. Setelah berusia jutaan tahun, getah tersebut mengeras seperti batu.

Karena getah tersebut berwarna bening, maka bagian tengah batu ambar pun terlihat

dengan jelas. Biasanya batu ini berisi berbagai hewan kecil pada jaman purba,

seperti serabngga dan laba-laba. Karena sangat keras, maka isi di dalamnya pun

tersimpan dengan aman selama jutaan tahun.

d. Argumentasi

Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan

data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan

pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta

atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.

Langkah menyusun argumentasi:

*Menentukan topik/tema

*Menetapkan tujuan

*Mengumpulkan data dari berbagai sumber

*Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih

*Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi

Contohnya:

Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa

kepahlawanan, pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa

Page 29: Kaidah bahasa indonesia

kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang

luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta

terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan

di berbagai bidang.

e. Persuasi

Karangan ini bertujuan memengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu atau karangan

yang besifat mengajak. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap

motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang

dianjurkan penulis dalam karangannya.

Langkah menyusun persuasi:

*Menentukan topik/tema

*Merumuskan tujuan

*Mengumpulkan data dari berbagai sumber

*Menyusun kerangka karangan

*Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi

Contohnya:

Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi

saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi

makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu

istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga, karena semua itu perlu

proses dan cara yang berlanjut.

13) Jenis-jenis imbuhan:

Awalan (Prefiks)

Sisipan (Infiks)

Akhiran (Sufiks)

Awalan Dan Akhiran (Konfiks)

14) Penjelasan dan contoh dari jenis-jenis imbuhan:

Awalan (Prefiks)

Awalan adalah imbuhan yang diberikan di awal kata.

Contoh : me-, ber- di-, ke-, pe-, ter-

Awalan me –

Pemakaian awalan me- bervariasi yaitu mem-, men-, meny-, meng-,

dan menge-

Contoh : 

Page 30: Kaidah bahasa indonesia

melapor, membaca, menarik, menyanyi, menghitung, dan mengecat

Makna awalan me- :

1.      Melakukan perbuatan/tindakan.

Contoh :     mengambil, menjual.

2.      Melakukan perbuatan dengan alat.

Contoh  :    memotong, menyapu.

3.      Menjadi atau dalam keadaan.

Contoh :     menurun, meluap.

4.      Membuat kesan.

Contoh :     mengalah, membisu.

5.      Menuju ke.

Contoh :     mendarat, menepi.

6.      Mencari.

Contoh :     mendamar, merotan.

Awalan di-

Awalan di mempunyai makna suatu perbuatan aktif.  Awalan di-

merupakan kebalikan dari awalan me- yang bermakna aktif.

Contoh :  

di +  siram       à  disiram

di + tanam       à  ditanam

di + beli           à  dibeli

Awalan ber-

Pemakaian awalan ber- mempunyai kaidah sebagai berikut.

1.      Apabila diikuti kata dasar yang berhuruf (r) dan beberapa kata

dasar yang suku pertamanya berakhir huruf (er), bentuk awalan ber

berubah menjadi be-.

Contoh :    ber +  rantai    à  berantai

ber + kerja      à  bekerja

2.      Apabila awalan ber- bertemu dengan kata dasar ajar, ber-

berubah menjadi bel-

Contoh :     ber + ajar        à  belajar

3.      Apabila awalan ber- diikuti kata dasar selain yang disebutkan di

atas, ber- tetap tanpa perubahan.

Page 31: Kaidah bahasa indonesia

Contoh :    ber + lari         à  berlari

ber + nyanyi    à  bernyanyi

Makna awaln ber-

1.      Mempunyai.

Contoh :     beranak, berhasil

2.      Memakai/menggunakan/mengendarai.

Contoh :     bersepeda, bersepatu

3.      Mengeluarkan.

Contoh :     berkata, bertelur

4.      Menyatakan sikap mental.

Contoh :     berbahagia, berbaik hati.

5.      Menyatakan jumlah.

Contoh :     berdua, berempat.

Awalan Pe-(N)

Pemakaian awalan pe-(n) memiliki variasi sebagaimana yang berkalu

pada awalan me-(n).

Makna awalan pe-(n) :

1.      Menyatakan yang melakukan perbuatan.

Contoh :     penulis, pembaca.

2.      Menyatakan pekerjaan.

Contoh :     perpanjang, perlebar.

3.      Menyatakan alat.

Contoh :     penghapus, penggaris.

4.      Menyatakan memiliki sifat.

Contoh :     pemaaf, pemalu.

5.      Menyatakan penyebab.

Contoh :     pemanis, pemutih

Awalan Ke-

Makna awalan ke-

1.      Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah.

Contoh  :    kesebelasan.

2.      Menyatakan urutan.

Contoh  :    kesatu, kedua, ketiga

Awalan ter-

Page 32: Kaidah bahasa indonesia

1.      Awalan ter- hampir sama dengan awalan di-.  Awalan ter-

berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif.

Contoh :     ter +  tendang à  tertendang

ter  +  bakar          à  terbakar

2.      Awalan ter- ada pula yang termasuk golongan kata sifat.

Contoh :     ter  +  pandai  à  terpandai

ter  +  kecil            à  terkecil

Makna awalan ter-

1.      Sudah di atau dapat di.

Contoh :     tertutup, terbuka.

2.      Ketidaksengajaan.

Contoh :     terbawa, terlihat.

3.      Tiba-tiba.

Contoh :     teringat, terjatuh.

4.      Dapat atau kemungkinan.

Contoh  :    ternilai, terbagus.

5.      Pelaing atau super.

Contoh :     terpandai, tertua.

Awalan Pe-

Umumnya tidak bias digunakan secara mandiri.  Pemakaian awlan

per- membutuhkan imbuhan lain misalnya –kan dan –an.

Contoh :          

per-kan + kembang     à  perkembangan

per-an   +  usaha         à  perusahaan

Awalan Se-

Makna awalan se-

1.      Menyatakan satu.

Contoh  :    selembar, seribu.

2.      Menyatakan seluruh.

Contoh  :  sekota, sedesa.

3.      Menyatakan sama.

Contoh  :    sepandai, seindah.

4.      Menyatakan setelah.

Contoh :     sekembali

Page 33: Kaidah bahasa indonesia

Sisipan (Infiks)

Sisipan adalah imbuhan yang diberikan di tengah kata.

Contoh :  -el, -em, dan –er.

Makna sisipan :

1.      Menyatakan internsitas atau frekuensi.

Contoh :     geletar, gemetar

2.      Menyatakan banyak dan bermacam-macam.

Contoh :     temali, gemerincing

3.      Memiliki sifat yang disebut dalam kata dasarnya.

Contoh :     temurun, gemilang, telunjuk, pelatuk, gelembung, telapak

Akhiran (Sufiks)

Imbuhan yang diberikan di akhir kata.

Contoh :  -kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun.

Akhiran -i

Makna akhiran –I :

1.      Mengandung arti membentuk kalimat perintah.

Contoh :Turuti perintahnya !

2.      Menyebabkan sesuatu jadi.

Contoh :menyakiti hati,  menghargai dia

3.      Menyarakan intensitas (pekerjaan yang berulang-ulang)

Contoh :menembaki, memukuli

Akhiran –kan

Makna akhiran –kan :

1.      Secara umum mengandung arti perintah.

Contoh :Dengarkan baik-baik !

2.      Menyatakan sebagai alat atau membuat dengan.

Contoh :menusukkan pisau, melemparkan batu

3.      Menyebabkan atau menjadikan sesuatu.

Contoh :membesarkan, menjatuhkan

4.      Menyatakan arti bahwa suatu pekerjaan dilakukan untuk orang

lain.

Contoh :meminjamkan, mengembalikan

5.      Mentransitifkan kata kerja ke dinding

Contoh :memantulkan

Page 34: Kaidah bahasa indonesia

Akhiran –an

Makna akhiran –an

1.      Menyatakan tempat.

Contoh :     pangkalan, kubangan

2.      Menyatakan alat.

Contoh :     ayunan, timbangan

3.      Menyatakan hal atau cara.

Contoh :     didikan, pimpinan

4.      Menyatakan akibat, hasil perbuatan.

Contoh :     hukuman, balasan

5.      Menyatakan sesuatu yang di.

Contoh :     catatan, suruhan

6.      Menyatakan seluruh, kumpulan.

Contoh :     lautan, sayuran

7.      Menyatakan menyerupai.

Contoh :     anak-anakan, kuda-kudaan

8.      Menyatakan tiap-tiap.

Contoh :     tahunan, mingguan

9.      Menyatakan mempunyai sifat.

Contoh :     asinan, manisan

Akhiran –isme dan –isasi

Merupakan jenis imbuhan serapan.

-Makna akhiran –isme adalah  paham atau ajaran :

Contoh : komunisme, animisme, liberalisme

-Makna akhiran –isasi adalah proses atau menjadikan sesuatu.

Contoh : swastanisasi, lebelisasi

Akhiran – i , – iah,   – is, – wi

Merupakan jenis imbuhan serapan.

- i berasal dari bahasa Inggris.

- iah, – is, – wi berasal dari bahasa Arab

Makna akhiran – i, – iah, – is, – wi adalah membentuk kata sifat.

Contohnya:

Insan : memiliki sifat keinsanian

Alamiah : memiliki sifat alamiah, natural

Page 35: Kaidah bahasa indonesia

Agamais : menujukkan sifat orang yang taat beragama

Manusiawi : bersifat kemanusiaa

Awalan Dan Akhiran (Konfiks)

Awalan dan akhiran adalah imbuhan yang berupa gabungan dari awalan dan akhiran.

Contoh :  me-kan, pe-an, ber-an, se-nya, meper-kan

-Awalan dan Akhiran me-kan, dan memper-kan

Makna me-kan :

1.      Melakukan pekerjaan orang lain.

Contoh :     Adik memesankan ibu makanan.

2.      Menyebabkan atau membuat jadi.

Contoh  :    Lemparan bola itu memecahkan kaca jendela

kamar.

3.      Melakukan perbuatan.

Contoh   :    Gajah menyemburkan air dari belalainya.

4.      Mengarahkan.

Contoh :     Ayah meminggirkan kendaraannya.

5.      Memasukkan.

Contoh  :     Polisi memenjarakan penjahat itu di tahanan

POLDA.

Makna memper-kan :

1.      Menyebabkan atau membuat jadi :

Contoh  :    Rini mempertotonkan kebolehannya bermain biola.

-Awalan dan Akhiran ber – an

Makna :

1.      Menyatakan jumlah pelaku yang banyak.

Contoh  :    berdatangan, berterbangan

2.      Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang

Contoh   :    bergulingan, berlompatan

3.      Menyatakan hubungan antara dua pihak.

Contoh  :    bersamaan, bersebelahan, berduaan.

4.      Menyatakan hubungan timbal balik.

Contoh  :     bersahutan, bersalaman

-Awalan dan Akhiran pe – an

Makna :

Page 36: Kaidah bahasa indonesia

1.      Menyatakan hal

Contoh  :    pendidikan, penanaman

2.      Menyatakan proses atau perbuatan.

Contoh  :    pendaftaran, penelitian.

3.      Menyatakan hasil.

Contoh   :   pengakuan, peghasilan

4.      Menyatakan tempat.

Contoh  :  penampungan, pemandian

5.      Menyatakan alat.

Contoh  :  penglihatan, pendengaran

-Awalan dan Akhiran per- an

Makna :

1.      Menyatakan tempat.

Contoh  :    perhentian, perusahaan

2.      Menyatakan daerah.

Contoh  :    perempatan, pertigaan

3.      Menyatakan hasil perbuatan.

Contoh  :    pertahanan, perbuatan

4.      Menyatakan perihal.

Contoh  :    perbukuan, perkelahian

5.      Menyatakan banyak.

Contoh  :    persyaratan, persaudaraan

-Awalan dan Akhiran se –nya

Makna :

1. Menyatakan makna tingkatan yang paling tinggi yang dapat dicapai.

Contoh  :          sebagus-bagusnya, setinggi-tingginya

1. Sering disertai dengan kata ulang.

Contoh  :          sebaik-baiknya, semerah-merahnya

15) Jenis-jenis kata ulang:

Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau dwilingga

Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian

Kata ulang berubah bunyi atau bervariasi fonem

Kata ulang suku awal atau dwipurwa

kataulang semu atau kata dasar berulang

Page 37: Kaidah bahasa indonesia

16) Penjelasan dan contoh jenis-jenis kata ulang:

Kata ulang adalah kata jadian yang terbentuk dengan pengulangan kata.

Bentuk kata ulang :

Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau dwilingga, yaitu

pengulangan seluruh kata dasar.

Contoh : -ibu-ibu hitam-hitam

-kuda-kuda danau-danau

Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian, yaitu bentuk

pengulangan kata dengan mendapat awalan, sisipan,akhiran atau

gabungan imbuhasebelum atau sesudah kata dasarnyadiulang.

Contoh :- berlari-lari – bermain-main

- menari-nari – hormat-menghormati

- bunga-bungaan – kekanak-kanakan

Kata ulang berubah bunyi atau bervariasifonem, baik vokal maupun

konsonan.

Contoh :- lauk-pauk

- serta-merta

- warna-warni

- gerak-gerik- mondar-mandir

Kata ulang suku awal atau dwipurwa, yaitubentuk pengulangan suku

pertama kata dasarnya, biasanya disertai variasi e pepet.

Contoh :- lelaki

laki-laki ~ lalaki ~ lelaki

- sesama

sama-sama ~ sasama ~ sesama

- tetangga

tangga-tangga ~ tatangga ~ tetangga

Selain bentuk kata ulang di atas, terdapat kataulang semu atau kata dasar berulang.

Contoh :

- cumi-cumi

- paru-paru

- laba-laba

- pura-pura

- biri-biri

Page 38: Kaidah bahasa indonesia

-kura-kura

- kupu-kupu

- kunang-kunang

17) Jenis-jenis perubahan makna:

A. Perluasan(generalisasi)

B. Penyempitan(spesialisasi)

C. Peninggian(ameliorasi)

D. Penurunan(peyorasi)

E. Sinestesia

F. Asosiasi

G. Perubahan Makna Total

H. Penghalusan(eufimisme)

I. Pengasaran(disfemia)

18) Penjelasan dan contoh enis-jenis perubahan makna:

A. Perluasan(generalisasi)

Perluasan makna kata terjadi apabila makna kata sekarang lebih luas dari

makna asalnya. Contoh: kata berlayar yang dahulu berarti “mengarungi lautan

dengan kapal layar” sekarang berganti menjadi “pergi kelaut dengan berbagai

macam kapal” (Darmawati, 2008).

B. Penyempitan(spesialisasi)

Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada

mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi

terbatas hanya pada sebuah makna saja (Chaer, 1990: 147). Misalnya kata

sarjana yang tadinya bermakna “orang cerdik pandai”, tetapi kini bermakna

“lulusan perguruan tinggi” seperti pada kalimat Ardi adalah seorang sarjana

sastra dari Univeristas Indonesia.

C.Peninggian(ameliorasi)

Ameliorasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang nilai

rasanya lebih tinggi dari asalnya. Contoh: kata wanita yang dahulu berarti

“perempuan biasa” sekarang menjadi “perempuan yang dihormati”.

D.Penurunan(peyorasi)

Page 39: Kaidah bahasa indonesia

Menurut Parera (2004: 128) berdasarkan latar belakang pemakaian makna kata

dan pengalaman pemakaian makna kata dalam situasi dan konteks yang

kurang menyenangkan, maka makna kata tersebut cenderung mengalami

peyorasi. Misalnya kata amplop dalam konteks tertentu telah mengalami

peyorasi menjadi “uang sogokan”. Hal ini terlihat pada kalimat warung itu

menjual amplop dengan kalimat pejabat itu mendapat amplop.

E.Sinestesia

Menurut Darmawati (2008) sinestesia adalah perubahan makna kata akibat

pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda. Contoh: kata pedas

yang dahulu hanya digunakan untuk menggambarkan rasa cabe (indera

pengecap) sekarang berarti “kasar”, “melukai perasaan” (indera pendengaran).

F.Asosiasi

Asosiasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang terjadi karena

persamaan sifat. Contoh: kata amplop yang dahulu berarti “tempat menyimpan

surat” sekarang berarti “uang suap (biasanya ditempatkan pada amplop)”.

G.Perubahan Makna Total

Menurut Chaer (1990: 147) perubahan makna total adalah berubahnya sama

sekali makna sebuah kata dari makna asalnya. Chaer (2003: 314) juga

menambahkan makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan

makna aslinya. Misalnya kata ceramah dahulu bermakna “cerewet, banyak

cakap”, sekarang bermakna “uraian mengenai suatu hal di muka orang

banyak”.

H.Penghalusan(eufimisme)

Penghalusan adalah upaya mengganti kata-kata sehingga maknanya lebih

halus atau lebih sopan (Chaer, 2003: 314-315). Misalnya kata korupsi diganti

dengan ungkapan menyalahgunakan jabatan. Kata menyalahgunakan

dianggap lebih halus atau lebih sopan dari kata korupsi. Kata pemecatan

diganti dengan ungkapan pemutusan hubungan kerja.

I.Pengasaran(disfemia)

Page 40: Kaidah bahasa indonesia

Menurut Chaer (1990: 149) pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata

yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya

kasar. Misalnya kata mengambil diganti dengan kata mencaplok; atau

ungkapan memasukkan ke penjara diganti dengan menjebloskan ke penjara.

19) Macam-macamnya teknik pidato:

(a)Metode Naskah

(b)Metode Menghafal

(c) Metode Spontanitas

(d) Metode Penjabaran Kerangka

20) Penjelasan tentang macam-macamnya teknik pidato:

(a)Metode Naskah,

yaitu pidato yang digunakan untuk pidato resmi dan dibacakan secara langsung.

Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang

diucapkan dalam situasi resmi, akan disebarluaskan dan dijadikan figur oleh

masyarakat dan dikutuip oleh media massa.

(b)Metode Menghafal,

yaitu naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya bukan untuk dibaca, melainkan

untuk dihafal.

(c) Metode Spontanitas,

yaitu metode pidato yang tidak dilakukan persiapan/pembuatan naskah tertulis

terlebih dahulu. Biasanya dilakukan hanya oleh orang-orang yang akan tampil secara

mendadak.

(d) Metode Penjabaran Kerangka.

yaitu metode berpidato dengan menjabarkan materi pidato yang terpola secara

lengkap adalah teknik yang sangat dianjurkan dalam berpidato. Maksud dari terpola

yaitu materi yang akan disampaikan harus disiapkan garis-grais besar isinya dengan

menuliskan hal-hal yang dianggap paling penting untuk disampaikan.

21) Penjelasan tentang singkatan dan akronim:

Singkatan

ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

Akronim

ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun

gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

*Keterangan:

Page 41: Kaidah bahasa indonesia

Khusus untuk pembentukan akronim, hendaknya memperhatikan syarat-syarat

sebagai berikut.

(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada

kata Indonesia.

(2) Akronim dibentuk dengn mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan

konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

Pedoman pembentukan singkatan dan akronim diatur dalam Keputusan Mendikbud

RI Nomor 0543a/U/198, tanggal 9 September 1987 tentang Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

1. Singkatan

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan

tanda titik.

Misalnya :

Muh. Yamin

Suman Hs.

M.B.A. (master of business administration)

M.Sc. (master of science)

S.Pd. (Sarjana Pendidikan)

Bpk. (bapak)

Sdr. (saudara)

Kol. (Kolonel)

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau

organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis

dengan huruf capital dan tidak diikuti tanda titik.

Misalnya :

MPR (Majelis Perwakilan Rakyat)

PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)

KTP (Kartu Tanda Penduduk)

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik.

Mislnya :

dsb. (dan sebagainya)

hlm. (halaman)

sda. (sama dengan atas)

Page 42: Kaidah bahasa indonesia

d. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf, setiap huruf diikuti titik.

Mislnya :

a.n. (atas nama)

d.a. (dengan alamat)

u.b. (untuk beliau)

u.p. (untuk perhatian)

e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang

tidak diikuti tanda titik.

Misalnya :

Cu (kuprum)

cm (sentimeter)

l (liter)

kg (kilogram)

Rp (rupiah)

2. Akronim

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis

seluruhnya dengan huruf kapital.

Misalnya :

ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)

LAN (Lembaga Administrasi Negara)

SIM (surat izin mengemudi)

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan

suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

Misalnya:

Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)

Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)

Sespa (Sekolah Staf Pimpinan Administrasi)

Pramuka (Praja Muda Karana)

c. Akronim yang buka nama diri yang berupa gabungan, suku kata, ataupun

gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.

Misalnya:

pemilu( pemilihan umum)

rapim (rapat pimpinan)

rudal (peluru kendali)

Page 43: Kaidah bahasa indonesia

tilang (bukti pelanggaran)

22) Contoh penulisan daftar pustaka dengan 4 nama:

Nama penulis lebih dari satu kata

Jika nama penulis terdiri atas 2 nama atau lebih, cara penulisannya

menggunakan nama keluarga atau nama utama diikuti dengan koma dan

singkatan nama-nama lainnya masing-masing diikuti titik.

Contoh :Soeparna Darmawijaya ditulis : Darmawijaya, S.

Shepley L. Ross ditulis : Ross, S. L.

Nama yang diikuti dengan singkatan

Nama utama atau nama keluarga yang diikuti dengan singkatan, ditulis sebagai

nama yang menyatu.

Contoh : Mawardi A.I. ditulis : Mawardi, A.I.

William D. Ross Jr., ditulis Ross Jr., W.D.

Nama dengan garis penghubung

Nama yang lebih dari dua kata tetapi merupakan kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan dirangkai dengan garis penghubung.

Contoh : Ronnie McDouglas ditulis: McDouglas, R.

Hassan El-Bayanu ditulis: El-Bayanu, H.

Edwin van de Sart ditulis: van de Sart, E.

23) Bagian-bagian surat dinas:

1. Kepala Surat.

Berisi nama organisasi, lambang organisasi, alamat dan garis penutup.

2. Tanggal Surat.

Diketik di sebelah kanan sebaris dengan nomor surat jika ada kepala surat,

tanggal tidak diberi tempat/ daerah pembuatan surat.

3. Nomor Surat.

Berisikan nomor urut surat, kode jabatan, kode unit kerja, kode hal, dan tahun

pembuatan surat.

4. Lampiran Surat.

Diketik di bawah nomor dan tidak diketik apabila tidak ada yang dilampirkan.

5. Hal Surat.

Diketik dibawah kata lampiran .

6. Alamat yang dituju.

Page 44: Kaidah bahasa indonesia

Diketik dibawah kata hal dan diawali dengan singkatan Yth. Kemudian diikuti

nama orang yang dituju.Nama tempat alamat tujuan surat tidak didahului kata

di.

7. Paragraf pembuka surat.

Awal kalimat pembuka diketik di bawah dan sejajar dengan alamat tujuan

surat.

8. Paragraf isi surat

Berisikan uraian dari inti surat.

9. Paragraf penutup surat.

Berisikan kalimat penutup yang mengakhiri Surat Dinas.

10. Penutup surat Dinas :

Nama jabatan penanda tangan,

Tanda tangan,

Nama pejabat,

Nomor Induk Pegawai (NIP),

Tembusan, (jika ada).

24) Unsur intrinsik karya satra:

Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra adalah:

1. Tokoh /karakter

2. Alur / plot

3. latar/ setting

4. sudut pandang (point of view)

5. tema

6. amanat

25) Penjelasan unsur Intrinsik Karya Sastra:

Unsur intrinsik karya satra:

adalah unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam

Contoh unsur intrinsik:

• Contoh-contoh Unsur Intrinsik Menurut M. Saleh Saad

tokoh, peristiwa, latar, alur, dan pusat pengisahan.

• Unsur intrinsik prosa menurut Stanton adalah:

(1) tokoh

(2) alur

(3) latar,

Page 45: Kaidah bahasa indonesia

(4) judul

(5) sudut pandang

(6) gaya dan nada

CATATAN:

Ada sementara orang yang masih memisahkan istilah struktur (bentuk) dengan tema/

amanat/ isi. Akan tetapi pada perkembangan terakhir cenderung memandang struktur

sebagai keseluruhan bangunan karya sastra. Jadi isi, tidak terpisah dari bentuk.

Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra prosa adalah:

1. Tokoh /karakter

2. Alur / plot

3. latar/ setting

4. sudut pandang (point of view)

5. tema

6. amanat

Keterangan:

Karakter/tokoh adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-

peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.

Keterangan:

Pembedaan Tokoh:

A. Dilihat dari segi peranan/ tingkat pentingnya/ keterlibatan dalam cerita

1. tokoh utama (main/ central character)

yaitu tokoh yang diutamakan

penceritaannya

2. tokoh tambahan (peripheral character)

penceritaan relatif pendek (tidak

mendominasi)

B. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh

1. Protagonis

memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh

tersebut. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonis.

• Tokoh protagonis adalah tokoh yang:

1. kita kagumi

2. Pengejawantahan norma-norma

Page 46: Kaidah bahasa indonesia

3. pengejawantahan nilai-nilai ideal

4. menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan kita

5. pengejawantahan harapan-harapan kita

2. Antagonis

- tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik

- beroposisi dengan tokoh protagonis

- Peran antagonis dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. tokoh antagonis

2. kekuatan antagonis (tak disebabkan oleh seorang tokoh)

Contoh: bencana alam, kecelakaan, nilai-nilai sosial, lingkungan alam, nilai moral,

kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.

Bagaimana memilah antara tokoh antagonis dan protagonis?

• menentukannya memang tidak mudah

• tokoh yang tak mencerminkan harapan dan norma kita kadang justru yang diberi

simpati

• kemungkinan tokoh yang lebih banyak diberi kesempatan untuk mengemukakan

visinya lebih banyak mendapat simpati.

• misalnya seorang penjahat jika cerita ditulis dari kacamata seorang penjahat, maka

simpati akan tertuju padanya.

• pencuri, pembunuh, pemerkosa, penipu, bisa mendapatkan simpati pembaca jika

diberi kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara faktual ia dibenci

oleh masyarakat.

C. Berdasarkan Perwatakannya

1. Tokoh Sederhana/ Simple/ Flat

Tokoh yang hanya mempunyai satu kualitas pribadi (datar, monoton, hanya

mencerminkan satu watak tertentu). Biasanya dapat dirumuskan dengan satu kalimat

2. Tokoh Bulat/ Complex/ Round

Diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya.

Bertentangan, sulit diduga, dan mempunyai unsur surprise.

Keduanya tidak bersifat bertentangan, hanya merupakan gradasi saja.

D. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh

• Tokoh Statis

adalah tokoh tak berkembang yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau

Page 47: Kaidah bahasa indonesia

perkembangan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi.

• Tokoh Berkembang

• mengalami perkembangan perwatakan dalam penokohan yang bersifat statis

biasanya dikenal tokoh hitam dan tokoh putih

E. Berdasarkan Kemungkinan Pencerminan Tokoh terhadap Manusia dari

Kehidupan Nyata

• Tokoh Tipikal

pada hakekatnya dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran

pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Contoh guru, pejuang, dan lain-

lain.

• Tokoh Netral

tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan

tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.

Plot /alur adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungan dengan

hukum sebab-akibat.

Latar adalah latar peristiwa yang menyangkut tempat, ruang, dan waktu.

θ Konflik

Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan

. Konflik ini merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya

membentuk plot. Ada empat macam konflik, yang dibagi dalam dua

garis besar:

-Konflik internal

Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini

ditandai dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai

beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan terlihat dalam

usahanya menghadapi gejolak tersebut

-Konflik eksternal

Individu – Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang lain

Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini

menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk

mempertahankan diri dalam kebesaran alam.

Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu

dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.

Page 48: Kaidah bahasa indonesia

θ Tema adalah gagasan pokok yang terkandung dalam drama yang berhubungan

dengan arti (mearning atau dulce) drama itu; bersifat lugas, objektif, dan khusus.

Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca

yang berhubungan dengan makna (significance atau utile) drama itu; bersifat kias,

subjektif, dan umum.

θ Sudut pandang

Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.

Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai

dengan penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca

tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator.

Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.

Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’

Teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan

serta dalam cerita.

Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti:

mereka dan dia.

26) Unsur ekstrinsik karya sastra:

1) Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan

pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.

2) Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca, maupun

penerapan prinsip psikologis dalam karya.

3) Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.

4) Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.

dll.

27) Penjelasan unsur ekstrinsik karya sastra:

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara

tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara

lebih spesifik dapat dikatakan bahwa unsur ekstrinsik berperan sebagai unsur yang

mempengaruhi bagun sebuah cerita. Oleh karena itu, unsur esktrinsik karya sastra

harus tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.

Unsur-unsur Ekstrinsik

Page 49: Kaidah bahasa indonesia

Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur.

Menurut Wellek & Warren (1956), bagian yang termasuk unsur ekstrinsik tersebut

adalah sebagai berikut.

1. Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan,

dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang

dibuatnya.

2. Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca, maupun

penerapan prinsip psikologis dalam karya.

3. Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.

4. Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.

Latar belakang kehidupan pengarang sebagai bagian dari unsur ekstrinsik

sangat mempengaruhi karya sastra. Misalnya, pengarang yang berlatar belakang

budaya daerah tertentu, secara disadari atau tidak, akan memasukkan unsur budaya

tersebut ke dalam karya sastra.

Menurut Malinowski, yang termasuk unsur budaya adalah bahasa, sistem

teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi,

dan kesenian. Unsur-usnru tersebut menjadi pendukung karya sastra. Sebagai

contoh, novel Siti Nurbaya sangat kental dengan budaya Minangkabau. Hal ini

sesuai dengan latar belakang pengarangnya, Marah Rusli, yang berasal dari daerah

Minangkabau. Begitu pula novel Upacara karya Korrie Layun Rampan yang

dilatarbelakangi budaya Dayak Kalimantan karena pengarangnya berasal dari daerah

Kalimantan.

Begitu pula dalam Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, kita akan

menemukan unsur intrinsik berupa nilai-nilai budaya. Terutama, yang berkaitan

dengan sistem mata pencaharian, sistem teknologi, religi, dan kesenian. Mata

pencaharian yang ditekuni para tokoh dalam novel tersebut sebagai pencari damar

dan rotan di hutan. Alat yang digunakan masih tradisional. 

Selain budaya, latar belakang keagamaan atau religiusitas pengarang juga

dapat memengaruhi karya sastra. Misalnya, Achdiat Kartamihardja dalam novel

Atheis dan Manifesto Khalifatullah, Danarto dalam novel Kubah, atau

Habiburahman El-Shirazi dalam Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih.

Latar belakang kehidupan pengarang juga menjadi penting dalam memengaruhi

karya sastra. Sastrawan yang hidup di perdesaan akan selalu menggambarkan

Page 50: Kaidah bahasa indonesia

kehidupan masyarakat desa dengan segala permasalahannya. Misalnya, dalam novel

Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.

Dengan demikian, unsur ekstrinsik tersebut menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari bangunan karya sastra. Unsur ekatrinsik memberikan warna dan

rasa terhadap karya sastra yang pada akhirnya dapat diinterpretasikan sebagai

makna. Unsur-unsur ektrinsik yang mempengaruhi karya dapat juga dijadikan potret

realitas objektif pada saat karya tersebut lahir. Sehingga, kita sebagai pembaca dapat

memahami keadaan masyarakat dan suasana psikologis pengarang pada saat itu.

28) Jenis-jenis majas:

Majas perbandingan

1. Personifikasi

2. Metafora

3. Simile/Perumpamaan

4. Alegori

Majas pertentangan

1. Hiperbola

2. Litotes

3. Ironi

4. Oksimoron

Majas pertautan

1. Metonimia

2. Sinekdoke

3. Alusio

4. Inversi

Majas perulangan

1. Aliterasi

2. Antanaklaris

3. Repetisi

4. Paralelisme

29) Penjelasan dan contoh dari jenis-jenis majas:

Majas atau gaya bahasa adalah bahasa kias yang digunakan untuk mempertajam

maksud.

1292

Page 51: Kaidah bahasa indonesia

Majas perbandingan

5. Personifikasi, yaitu majas yang membandingkan benda yang tidak bernyawa

seolah-olah dapat bertindak seperti manusia.

Contoh :

a. Bulan menangis menyaksikan manusia saling bunuh.

b. Daun-daun memuji angin yang telah menyapanya.

6. Metafora, yaitu membandingkan dua hal/benda tanpa menggunakan kata

penghubung.

Contoh :

a. Bumi itu perempuan jalang.

b. Tuhan adal;ah warga negara yang paling modern.

7. Simile/Perumpamaan, yaitu membandingkan dua hal/benda dengan

menggunakan kata penghubung.

Contoh :

a. Wajahnya bagai bola api.

b. Tatapannya laksana matahari.

c. Seperti angin aku melayang kian kemari.

8. Alegori, membandingkan hal/benda secara berkelanjutan membentuk sebuah

cerita.

Contoh :

Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-

tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima

segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

Majas pertentangan

5. Hiperbola, mempertentangkan secara berlebih-lebihan.

Contoh :

a. Saya telah berusaha setengah mati menyelesaikan soal itu.

b. Kekayaannya selangit.

6. Litotes, mempertentangkaan dengan merendahkan diri.

Contoh :

a. Kalau sempat mampirlah ke gubukku.

b. Ah, saya ini khan cuma kacung.

Page 52: Kaidah bahasa indonesia

7. Ironi, mempertentangkan yang bertujuan menyindir dengan menyampaikan

sesuatu yang bertentangan dengan fakta yang sebenarnya.

Contoh :

a. Hebat betul, pertanyaan semudah itu tidak bisa kaujawab.

b. Rajin betul, jam sepuluh baru datang!

8. Oksimoron, mempertentangkan secara berlawanan bagian demi bagian.

Contoh :

a. Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda.

b. Kesedihan adalah awal kebahagiaan.

Majas pertautan

5. Metonimia, menghubungkan ciri benda satu dengan benda lain yang

disebutkan.

Contoh :

a. Kakakku sedang membaca Pramudya Ananta Toer.

b. Belikan aku gudang garam filter.

6. Sinekdoke, mernyebut sebagian untuk keseluruhan (pars pro toto) atau

keseluruhan untuk sebagian (totum pro part).

Contoh :

a. SMA Stella Duce 2 Yogyakarta berhasil masuk final pertandingan

basket.

b. Roda duanya mogok.

7. Alusio, mempertautkan hal dengan peribahasa.

Contoh :

a. Kalau kita menggunakan sebaiknya hemat jangan sampai lebih besar

pasak daripada tiang.

b. Sebaiknya kita menggunakan ilmu padi dalam kehidupan kita, semakin

berisi semakin tunduk.

8. Inversi, mengubah susunan kalimat.

Contoh :

a. Hancurlah hatinya menyaksikan kekasihnya berpaling ke lelaki lain.

b. Merahlah mukanya mendengar caci maki sahabat karibnya.

Majas perulangan

5. Aliterasi, mengulang bunyi konsonan yang sama.

Page 53: Kaidah bahasa indonesia

Contoh :

a. Malam kelam suram hatiku semakin muram.

b. Gadis manis menangis hatinya teriris iris.

6. Antanaklaris, memgulang kata yang sama dengan arti yang berbeda.

Contoh :

a. Buah hatinya menjadi buah bibir tetangganya.

b. Hatinya memintanya berhati-hati.

7. Repetisi, mengulang-ulang kata, frase, atau klausa yang dipentingkan.

Contoh :

a. Di Stella Duce 2 Yogyakarta ia mulai meraih prestasi, di Stella Duce 2

Yogyakarta ia menemukan tambatan hati, di Stella Duce 2 Yogyakarta

pula ia menunggu hari tuanya.

b. Tidak ada kata lain selain berjuang, berjuang, dan terus berjuang.

8. Paralelisme, mengulang ungkapan yang sama dengan tujuan memperkuat

nuansa makna.

Contoh :

a. Sunyi itu duka, sunyi itu kudus, sunyi itu lupa, sunyi itu mati.

b. Hidup adalah perjuangan, hidup adalah persaingan, hidup adalah kesia-

siaan.

30) Perbedaan karangan argumentasi dan eksposisi:

Karangan Eksposisi

Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang memaparkan, memberi

keterangan, menjelaskan,memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai suatu hal.

       Ciri-ciri/karakteristik karangan Eksposisi

a) Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya

b) Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual)

c) Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak

d) Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang

ada.

e) Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja

sesuatu

Karangan Argumentasi

Page 54: Kaidah bahasa indonesia

Karangan Argumentasi adalah karangan yang isinya, bertujuan meyakinkan atau

mempengaruhi pembaca terhadap suatu masalah dengan mengemukakan alasan,

bukti, dan contoh nyata.

  Ciri-ciri/karakteristik karangan Argumentasi

a) Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang

sehingga kebenaran itu diakui oleh pembaca

b) Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta,grafik, tabel, gambar

c) Dalam argumentasi pengarang berusaha  mengubah sikap, pendapat atau

pandangan pembaca

d) Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan

emosi dan  menjauhkan subjektivitas

e) Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat

menggunakan bermacam-macam pola pembuktian

31) Penjelasan tentang biografi:

Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab

graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang

kehidupan seseorang. Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah

kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja,

namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.

Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta

dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang

meliputi, tentunya, informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih

mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.

Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup

seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan

tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai

tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan

seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang

biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu.

Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga

tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis.

Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama

tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian").

Page 55: Kaidah bahasa indonesia

Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian

tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama

dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran.

Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku

referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu.

Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang

bersumber pada subjek rekaan (non-fiction / kisah nyata). Sebuah biografi lebih

kompleks daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data-data pekerjaan

seseorang,tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami

kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan perwatakan termasuk

pengalaman pribadi.

Macam-macam Biografi :

1. Berdasarkan sisi penulis

2. Berdasarkan Isinya

3. Berdasarkan persoalan yang dibahas

4. Berdasarkan penerbitannya

Berdasarkan sisi penulis

1. Autobiografi.

Ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan hidupnya

2. Biografi.

Ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi atas :

*Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau

sepengetahuam tokoh didalamnya

*Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin

dari tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat)

Berdasarkan Isinya

*Biografi Perjalanan Hidup, Isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau

sebagian paling berkesan.

*Biografi Perjalanan Karir, Isinya berupa perjalanan karir dari awal karir hingga

karir terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam mencapai sukses tertentu.

Page 56: Kaidah bahasa indonesia

Berdasarkan persoalan yang dibahas

Biografi politik.

yaitu penulisan tokoh-tokoh di negeri ini dari sudut politik. Dalam biografi

semacam ini bahan-bahan dikumpulkan biasanya melalui riset. Namun, biografi

semacam ini kadang kala tidak lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok

yang ditulisnya.

Intelektual biografi

yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan dituangkanpenulisnya

dalam gaya penulisan ilmiah.

Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra

yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh

yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan.

Ini lebih ringan karena Cuma keterampilan dan wawancara.

Berdasarkan penerbitannya

Buku Sendiri.

Penerbitan buku kategori ini dilakukan atas inisiatif penerbit dengan seluruh

biaya penulisan, percetakan, danpemasaran ditanggung oleh produsen. Biografi

jenis ini biasanya memuat kisah hidup tokoh-tokoh yang diperkirakan akan

menarik perhatian publik.

Buku Subdisi.

Ongkos pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai oleh sponsor. Biasanya pola

ini dilakukan pada buku-buku yang diperkirakan dari segi komersial tidak akan

laku atau kalaupun bisa dijual harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau.

32) Penjelasan tentang autobiografi:

Pengertian autobiografi adalah :

biografi yang ditulis oleh seorang tokoh tentang perjalanan kehidupanan pribadi

yang dialaminya. Umumnya ditulis dimulai dari masa kecil sampai waktu yang

ditentukan oleh penulis itu sendiri.

Penulis aubiografi umumnya mengandalkan pada berbagai dokumen dan didasarkan

pada memori sang penulis. Di negara maju, riwayat hidup yang dibukukan dianggap

sebagai suatu karya sastra yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Menurut Sallie

Mcfaqua, autobiografi dan tulisan semacamnya perlu diperhatikan dan dinikmati

karena di dalamnya terdapat sebuah kisah kehidupan yang nyata.

Page 57: Kaidah bahasa indonesia

33) Penjelasan tentang bibliografi:

Kata bibliografi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata Biblion: yang

berarti buku dan Graphein: yang berarti menulis, maka kata Bibliografi secara

harfiah berarti penulisan buku.Dalam hal ini maka bibliografi berarti kegiatan teknis

membuat deskripsi untuk suatu cantuman tertulis atau pustaka yang telah

diterbitkan, yang tersusun secara sistematik berupa daftar menurut aturan yang

dikehendaki. Dengan demikian tujuan bibliofrafi adalah untuk mengetahui adanya

suatu buku/pustaka atau sejumlah buku/pustaka yang pernah diterbitkan.

Unsur-Unsur Bibliografi dan Contoh Penulisannya

a. Nama Pengarang, yang dikutip secara lengkap.

b. Judul Buku, termasuk judul tambahannya.

c. Data Publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa,

nomor jilid

buku dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.

d. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan,

nama majalah,

atau surat kabar, tanggal dan tahun.

Penyusunan Bibliografi

a. Nama pengarang diurutkan berdasarkan urutan abjad.

b. Jika tidak ada nama pengarang, judul buku atau artikel yang dimasukkan

dalam urutan

abjad.

c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan refrensi, untuk

refrensi

kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak diikutsertakan, tetapi diganti

dengan

garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.

d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu refrensi adalah satu spasi.

Namun, jarak

antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.

e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari

tiap pokok

harus dimasukkan ke dalam sebanyak tiga atau empat ketikan.

Page 58: Kaidah bahasa indonesia

Jenis-Jenis Bibliografi

Jenis bibliografi yang dihasilkan dalam pembuatan publikasi sekunder akan

tergantung pada jenis pustaka yang akan didaftar. Misalnya akan dibuat

daftar yang berasal dari deskripsi katalog buku yang dimiliki perpustakaan,

maka daftar tersebut dapat dinamakan daftar katalog. Sementara jika daftar

yang disusun berdasarkan judul artikel suatu majalah, maka daftar tersebut

dapat disebut daftar isi.

Dari segi cara penyajian dan uraian deskripsinya, bibliografi dibagi menjadi:

• Bibliogrfi deskriptif:

Yaitu bibliografi yang dilengakapi deskripsi singkat yang didapat dari

gambaran fisik

yang tertera atau tertulis dalam bahan pustaka. Seperti judul buku atau

majalah, judul

artikel, nama pengarang, data terbitan (impresium), kolasi serta kata kunci

dan abstrak

yang tertulis.

• Bibliografi evaluatif:

Yaitu bibliografi yang dilengkapi dengan evaluasi tentang suatu bahan

pustaka.

Evaluasi ini biasanya mencakup penilaian terhadap isi suatu bahan pustaka

atau

artikel.

Cakupan Bibliografi

Dari segi cakupanya, bibliografi dapat dibagi menjadi:

• Bibliografi retrospektif :

Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka yang telah diterbitkan

pada jaman

yang lampau. Misalnya “Bibliografi sejarah perang Dipenogoro”

• Bibliografi terkini/current :

Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan yang sedang atau masih terbit

saat ini.

Contohnya Ulrich’s International Periodicals Directory.

• Bibliografiselektif :

Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan tertentu dengan tujuan tertentu.

Page 59: Kaidah bahasa indonesia

Misalnya “Buku bacaan terpilih untuk anak usia pra sekolah”.

• Bibliografi subjek :

Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka atau artikel pada bidang

ilmu dan

subjek tertentu. Misalnya “Bibliografi khusus ternak kelinci”.

• Biliografi nasional :

Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan suatu negara atau daerah

regional

tertentu. Contohnya “Bibliografi Nasional Indonesia”.

Penentuan cakupan/topik suatu bibliografi ditentukan berdasarkan berbagai

pertimbangan antara lain :

• Permintaan pengguna

• Topik yang sedang berkembang atau yang banyak diperlukan saat itu

• Dokumentasi koleksi yang dimiliki

• Mandat instansi

Bagian-bagian Bibliografi

Suatu deskripsi bibliografi biasanya terdiri dari :∼ Judul : berisi judul artikel atau judul buku yang akan dideskripsikan∼ Kepengarangan : berisi nama pengarang perorangan atau pengarang badan

korporasi∼ Sumber : berisi judul jurnal, judul prosiding, atau judul buku dimana

informasi

tersebut berada.∼ Data terbitan (impresium): berisi data tentang kota terbit, nama terbit, dan

tahun

terbit∼ Keterangan fisik buku (kolasi), yang berisi halaman lokasi artikel

ditemukan.∼ Keterangan informasi, seperti kata kunci dan abstrak∼ Keterangan tambahan , seperti lokasi rak penyimpanan, kode call number,

perpustakaan pemilik bahan pustaka, dan sebagainya

Manfaat Bibliografi

Pencatatan informasi mengenai koleksi perpustakaan dalam bentuk

Page 60: Kaidah bahasa indonesia

bibliografi dilakukan dengan berbagai alasan antara lain:∼ Jumlah koleksi perpustakaan yang semakin meningkat bentuk dan bidang

kajiannya∼ Kebutuhan informasi para pengguna yang semakin beragam dan

meningkat

jumlahnya∼ Upaya untuk meningkatkan kualitas layanan penelusuran informasi yang

cepat dan

tepat

Oleh karena itu penyusunan suatu daftar bibliografi mempunyai fungsi utama

untuk membantu pemakai mencari dan menelusuri informasi tertentu. Fungsi lain

dari bibliografi adalah sebagai bagian dari jasa pelayanan perpustakaan kepada

pemakai. Dengan menerbitkan suatu bibliografi, pustakawan dapat menawarkan

koleksinya kepada pemakai tanpa harus mengeluarkan seluruh koleksi yang

dimilikinya, serta dapat menjangkau pengguna yang tinggal jauh dari perpustakaan.

Dengan demikian maka, bibliografi dapat digunakan sebagai:∼ Bahan rujukan terhadap koleksi perpustakaan∼ Daftar koleksi yang dimiliki perpustakaan∼ Daftar informasi bahan pustaka mengenai suatu bidang kajian tertentu, dan

sebagainya.

34) Penjelasan tentang penulisan catatan kaki:

FOOTNOTE (CATATAN KAKI)

Istilah Catatan Kaki (footnote)

Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah footnote adalah keterangan tambahan yang

terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh sebuah

garissepanjang dua puluh ketukan (dua puluh karakter)

1.Kegunaan Catatan Kaki (footnote)

1) Menjelaskan referensi yang dipergunakan bagi pernyataan dalam teks

(catatan kakisumber atau reference footnote).

2) Menjelaskan komentar penulis terhadap pernyataan dalam teks yang

dipandang penting, tetapi tak dapat dinyatakan bersama teks karena

dapat mengganggu alur tulisan.

Page 61: Kaidah bahasa indonesia

3) Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (catatan

kaki isi atau content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya

menggunakan kata‐kata: Lihat …,Bandingkan …, dan Uraian lebih

lanjut dapat dilihat dalam …, dan sebagainya. Dianjurkan

penggunaannya tidak berlebihan agar tidak menimbulkan kesan pamer.

Penggunaan ungkapan tersebut perlu secara konsisten dan benar.

Note:

Catatan kaki sebaiknya tidak melebihi sepertiga halaman. Sekiranya halaman tidak

memungkinkan, sebagian dari catatan kaki dapat diletakkan di halaman berikutnya.

TEKNIK PENULISAN FOOTNOTE

UNTUK BUKU

Unsur yang diperlukan dicantumkan adalah:

1. Nama Pengarang,

2. Judul Buku yang ditulis dengan huruf italic,

3. Jilid,

4. Cetakan,

5. Tempat Penerbit,

6. Nama Penerbit,

7. Tahun diterbitkan, dan

8. Halaman (disingkat h. saja, baik untuk satu halaman maupun beberapa

halaman)

dari mana referensi itu berasal.

Note: Data penerbitan, mulai dari cetakan, tempat penerbit, nama penerbit, dan

tahun diterbitkan, diletakkan di dalam kurung.

Contohnya:

1Muhammad Ibn ‘Abdillah al‐Zarkasyiy, al‐Burhân fî ‘Ulum al‐Qur’an,

Juz IV (Cet. I; Cairo: Dar Ihya’ al‐Kutub al‐Arabiyah, 1958 M/1377 H), h. 34‐

35.

UNTUK ARTIKEL DALAM SURAT KABAR DAN MAJALAH

Unsur yang perlu dicantumkan adalah:

1. Nama Pengarang/Penulis Artikel (kalau ada),

2. Judul Artikel (di antara tanda kutip),

Page 62: Kaidah bahasa indonesia

3. Nama Surat Kabar (huruf italic),

4. Nomor Edisi, Tanggal, dan Halaman.

Note: Jika yang dikutip bukan artikel tetapi berita atau tajuk atau lainnya,

maka yang dicantumkan adalah judul tajuk atau beritanya (di antara

tanda kutip), diikuti dengan penjelasan apakah itu tajuk atau berita yang

dituliskan di antara kurung siku [ ], diikuti nama surat kabar (huruf

italic), nomor terbitan, tanggal, dan halaman.

Contohnya:2Sayidiman Suryohadiprojo, “Tantangan Mengatasi Berbagai

Kesenjangan”,Republika, No. 342/II, 21 Desember 1994, h. 6.3”PWI Berlakukan Aturan Baru” [Berita], Republika, No. 346/II, 28

Desember 1994, h. 16.4Bachrawi Sanusi, “Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi,” Panji

Masyarakat,No. 808, 1‐10 Nopember 1994, h. 30.

UNTUK BUKU YANG MEMUAT ARTIKEL‐ATIKEL DARI BERBAGAI

PENGARANG

Bila mengutip buku yang seperti ini, maka perlu diperhatikan artikel yang

dikutip, dan siapa

pengarangnya. Unsur yang perlu disebutkan adalah:

1. Nama Penulis Artikel,

2. Judul Artikelnya di antara tanda kutip,

3. Nama Editor Buku (kalau ada) atau Nama Pengarang Artikel Pertama,

diikuti istilah etal. atau dkk. (karena tentu banyak orang yang

menyumbangkan artikel),

4. Data Penerbitan, dan

5. Halaman.

Contohnya:5M. Dawam Rahadjo, “Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena

Keagamaan,”dalam Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (eds.), Metodologi

Penelitian Agama(Cet. II; Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), h. 24.6Sahiron Syamsuddin, “Hamka’s Political Thougt as Expressed in His

Tafsir Al‐ Azhar,” dalam Sry Mulyati dkk., Islam & Development: A Politico

Religious Response (Montreal, Canada: Permika, 1997), h. 244.

Page 63: Kaidah bahasa indonesia

UNTUK ARTIKEL ATAU ENTRI DAN ENSIKLOPEDIA

Unsur yang perlu dicantumkan adalah:

1. Nama Penulis Entri (jika ada),

2. Judul Entri di antara dua tanda kutip,

3. Nama Editor Ensiklopedia (kalau ada),

4. Nama Ensiklopedia (huruf italic),

5. Jilid,

6. Data Penerbitan, dan

7. halaman.

Contohnya:7Beatrice Edgel, “Conception”, dalam James Hastings (ed.),

Encyclopedia of Religion and Ethics, jilid 3 (New York: Charles Schribner’s

Son, 1979), h. 769.

KUTIPAN DARI UNDANG‐UNDANG DAN PENERBITAN RESMI

PEMERINTAH

Unsur yang perlu dicantumkan adalah:

1. Nama Instansi yang berwenang,

2. Judul Naskah (huruf italic).

Note:

Jika data dikutip dari sumber sekunder, maka unsur sumber tersebut

dicantumkan dengan menambahkan unsur‐unsur nama buku (huruf italic), dan

data penerbitan. Jika sumber sekunder tersebut mempunyai penyusun, maka

nama penyusun ditempatkan sebelum nama buku dan nama penerbit

dimasukkan sebagai data penerbit.

Contoh:

8Republik Indonesia, Undang‐undang Dasar 1945, Bab I, pasal 1.

9Republik Indonesia, “Undang‐Undang RI Nomor 2 Tahun 1985

Tentang Perubahan atas Undang‐Undang No. 15 Tahun 1969,” dalam

Undang‐UndangKeormasan (Parpol & Golkar) 1985 (Jakarta: Dharma

Bhakti, t.th.), h. 4.10Republik Indonesia, “Undang‐Undang RI Nomor 5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara,” dalam S.F.. Marbun, Peradilan Tata

Usaha Negara(Yogyakarta: Liberty, 1988), h. 198.

Page 64: Kaidah bahasa indonesia

PENOMORAN

Catatan kaki diberi nomor sesuai dengan nomor pernyataan terkait. Penomoran

dimulai pada setiap awal bab. Nomor diketik setengah spasi di awal catatan

kaki dengan jarak tujuh ketukan dari margin kiri.

Contohnya:

11’Ali Rida, al‐Marja’ fi al‐Lugat al‐‘Arabiyyah (Beirut: Dar al‐Fikr,

t.th.), h.254.12Ibid., h. 300.

PENTING UNTUK DIPERHATIKAN

a. Bila catatan kaki lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya

diketik di awal margin kiri.

b. Antara baris terakhir teks dengan nomor catatan kaki diberi garis sepanjang

dua puluh ketukan sebagai pembatas. Antara baris terakhir teks dengan

garis pembatas itu berjarak dua spasi, sedang jarak antara garis pembatas itu

dengan teks catatan kaki berjarak dua spasi juga.

c. Jarak baris terakhir sebuah catatan kaki dengan baris pertama catatan kaki

berikutnya adalah dua spasi.

d. Nama pengarang dalam catatan kaki tetap seperti tercantum dalam

karyanya.Tak ada “pembalikan” nama seperti dalam Daftar Pustaka.

e. Pada catatan kaki harus disebutkan halaman buku yang dikutip dengan

menggunakan singkatan h. baik untuk satu halaman atau pun lebih.

Contohnya:h. 55‐67; bukan hh. 55‐67.

f. Pemakaian hasil wawancara yang disebutkan dalam teks hendaknya dibatasi

karena sifatnya hanya sebagai pelengkap. Jika penelitian memerlukan

wawancara sebagai sumber data utama maka catatan kakinya ditulis dengan

menyebutkan nama orang yang diwawancarai dan jabatannya, yang

didahului dengan kalimat: Hasil wawancara dengan, kemudian tanggal dan

tempat wawancara. Untuk wawancara tidak menggunakan op. cit., loc. cit.,

dan ibid,sehingga keterangannya harus diulang terus.

ISTILAH Ibid, op. cit. DAN loc. cit.

Istilah Ibid. (singkatan dari ibidem) digunakan untuk menunjuk sumber

yang sama, yang baru saja disebut tanpa ada yang mengantarai keduanya

(sama halaman atau tidak). Jika halaman yang dikutip sama, maka nomor

Page 65: Kaidah bahasa indonesia

halaman tidak dicantumkan lagi. Kalau kata ibid. terletak di awal catatan kaki,

huruf awalnya ditulis dengan huruf capital (Ibid), sedang bila terletak di

tengah kalimat, misalnya sesudah kata‐kata “Disadur dari” maka huruf

pertamanya ditulis dengan huruf kecil (ibid).

Istilah op. cit. (singkatan dari opera citato, dan singkatan harus diberi

spasi diantaranya, op. cit., bukan op.cit.) menunjuk kepada sumber yang sama

telah disebut terdahulu tetapi di antarai oleh sumber lain yang tidak sama

halamannya. Istilah ini (op. cit.) digunakan sesudah menyebutkan nama

pengarang. Jika halaman yang dikutip sama, maka digunakan istilah loc.cit.

(singkatan dari loco citato).

Contohnya:

14Muhammad Ali al‐Sabuniy, al‐Tibyan fi ‘Ulum al‐Qur’an (Cet. I;

Beirut:‘Alam al‐Kutub, 1985), h. 22.

15Ronny Hanitijo Sumitro, Metodologi Penelitian Hukum (Cet. I;

Jakarta:Ghalia Indonesia, 1983), h. 35.16Ibid., h. 40.17 Muhammad Ali al‐Sabuny, op. cit., h. 30.

18Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit.

UNTUK DUA KARYA ATAU LEBIH DARI SEORANG PENULIS

Sering terjadi dua karya atau lebih dari seorang penulis dipergunakan dalam

sebuah bab,dicantumkan sandi untuk masing‐masing karya tersebut, tanpa

perlu menggunakan singkatan op. cit. atau loc. cit. Sandi diambil dari kata

yang terdapat dalam judul karya.

Contohnya:

19Muhammad Ali al‐Sabuniy, Rawa’i al‐Bayan fi Tafsir al‐Ahkam min

al‐Qur’an, Jilid I (t.t.: Dar al‐Fikr, t.th.), h. 57.

20Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit.21Muhammad Ali al‐Sabuniy, Rawa’i, h. 54.

Dalam catatan kaki no. 21 di atas, kata Rawa’i adalah sandi untuk

membedakan referensi dari buku al‐Sabuniy lainnya yang juga digunakan

dalam penulisan skripsi/tesis/disertasi, yaitu al‐Tibyan, yang sebutkan dalam

catatan kaki no. 14.

MENGUTIP DARI BUKU YANG DITERJEMAHKAN

Page 66: Kaidah bahasa indonesia

Unsur yang perlu dicantumkan adalah:

1. Nama Pengarang Asli,

2. Judul (huruf italic, kalau diketahui), diikuti dengan kalimat: diterjemahkan

oleh,diikuti nama penerjemah,

3. judul buku terjemahan (huruf italic),

4. data penerbitan, dan

5. halaman.

Note: Bila judul asli tidak disebutkan, maka judul terjemahan saja yang

dicantumkan.

Contohnya:

22Wahbah al‐Zuhayliy, al‐Qur’an al‐Karim, Bunyatuh al‐Tasyri’iyyah wa

Khasa’isuh al‐Hadariyyah, diterjemahkan oleh Mohammad Luqman Hakiem

dan Mohammad Fuad Hariri dengan judul al‐Qur’an: Paradigma Hukum dan

Peradaban (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 141. dalam contoh di atas,

judul aslinya tidak diketahui, maka kalimat teks footnote ini adalah sebagai

berikut:

22Wahbah al‐Zuhayliy, Al‐Qur’an: Paradigma Hukum dan Peradaban,

diterjemahkan oleh Mohammad Luqman Hakiem dan Mohammad Fuad Hariri

(Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 141.

PENULISAN REFERENSI DENGAN ENDNOTE

Endnote adalah catatan akhir, yakni referensi yang diletakkan di akhir suatu karya

ilmiah,sebelum Daftar Pustaka.Dalam program komputer, cara pembuatan endnote

persis sama dengan footnote, hanya letaknya saja yang harus diset di akhir karya

ilmiah. Ketentuan‐ketentuan yang berlaku untuk footnote, juga berlaku untuk

endnote, termasuk ketentuan untuk Daftar Pustaka. Parenthetical Reference

parenthetic(al) ks. 1 yang disisipkan. 2 dalam tanda kurung. ‐parentthetically kk.

dengan sisipan, sambil lalu.Referensi seperti ini hanya berfungsi untuk menunjukkan

referensi suatu pernyataan, baik itu saduran atau kutipan langsung. Parenthetical

reference diletakkan di dalam teks, diapit oleh kurung. Informasi yang perlu

disebutkan adalah nama akhir pengarang yang langsung diikuti tahun terbitnya buku

referensi, diikuti oleh koma, kemudian diikuti oleh nomor halaman.

Page 67: Kaidah bahasa indonesia

Contohnya:

… Ini berarti bahwa kita harus mencari kenyataan pemikiran Islam yang dapat

dikatakan mewakili Indonesia, namun pada waktu yang sama juga mempunyai

kaitan yang nyata dengan pemikiran Islam secara umum (Madjid 1995, 23).

35) Penjelasan tentang kalimat berobjek:

Ciri-ciri kalimat berobjek:

Predikatnya berupa kata kerja transitif.

Objeknya berupa kata benda.

Objeknya terletak di belakang predikat kata kerja transitif.

Kalimat aktif dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

Objek pada kalimat aktif menduduki jabatan subjek dalam kalimat pasif.

Objeknya dapat diganti –nya.

Dalam bahasa Indonesia dikenal lima (5) sebutan fungsi kalimat, yakni Subjek

(S), Predikat (P), Objek (O) Pelengkap (Pel), dan Keterangan (K). kelima fungsi

tersebut kedudukannya antara lain dapat dilihat dalam contoh kalimat berikut.

1. Ayah Kresna menulis buku pelajaran.

S               P               O

2. Kaosnya bergambarkan burung merpati.

S                 P                     Pel

3. Kakak membelikan Anto buku pelajaran.

S             P           O          Pel

Jika diperhatikan dalam kalimat di atas, fungsi objek (O) dan pelengkap (Pel) selalu

di belakang predikat (P). Atas dasar itu, antara keduanya sering dipersamakan.

Padahal di antara keduanya terdapat karakteristik yang berbeda. Perbedaan-

perbedaan tersebut dapat dilihat pada table berikut.

No.

Objek Pelengkap

1. Katagori katanya berupa nomina atau benda.

Kresna membaca buku.

Selain nomina, pelengkap bisa diisi olehajektif

Adik bermain bola.

Bajunya berwarna hijau.

Page 68: Kaidah bahasa indonesia

2. Berada langsung di belakang verba transitif aktif tanpa preposisi

Ronaldo menendang bola.

Berada di belakang verba semitransitif atau dwitransitif dan dapat didahului oleh preposisi

-Mereka bermain tenis(semitransitif)

-Ayah memerintahkan kakak bersenam pagi(dwitransitif)

-Ibu berkata bahwa adik sedang sakit (bahwa=peposisi)

3. Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif

-Wasit meniup peluit.

O

-Peluit ditiup wasit.

S

Tidak dapat dijadikan bentuk pasif

-Adik bermain bola basket.

Pel

-Bola basket bermain adik (?).

4. Dapat diganti dengan bentuk nya-

-Adik menyantap makanan.

-Adik mmenyantapnya.

Tidak dapat diganti dengan bentuk –nya

Kecuali didahului oleh preposisi

-Negara ini berdasar hukum.

Negara ini berdasarnya (?)

-Negara ini berdasar pada hukum.

Negara ini berdasar padanya.

Selain itu,O bisa dikenali lewat dua cara, yaitu (1) dengan melihat jenis P-nya,

dan (2) dengan memperhatikan ciri khas O itu sendiri. Dengan melihat jenis P-nya,

dapat dikatakan bahwa P berstatus aktif dan transitif. P yang berstatus aktif-transitif

Page 69: Kaidah bahasa indonesia

tersebut sering ditandai dengan  afiks -kan, -i, dan per-. Dengan melihat ciri khas

objek itu sendiri dapat dirinci sebagai berikut: (a) kategori katanya berupa nomina

(kt. benda), (b) berada langsung di belakang kata kerja aktif transitif tanpa preposisi

(kata depan), (c) dapat menjadi S dalam kalimat pasif, dan (d) dapat diganti dengan -

nya, -ku, dan -mu. Untuk lebih jelasnya perhatikan beberapa contoh kalimat berikut

ini.

1. (a) Ibu menanak nasi.

        S        P         O

(b) Nasi ditanak ibu. (pasif)

    S          P      O

(c) Ibu menanaknya.

            Jika diperhatikan kalimat 1(a) di atas nasi berkedudukan sebagai O, karena

termasuk kata benda, bisa dipasifkan dan berkedudukan sebagai S, dan dapat diganti

dengan -nya.

Menentukan kalimat berobjek atau berpelengkap,caranya adalah sebagai

berikut:

• Jenis predikat yang digunakan (transitif, intansitif, atau semitransitif).

Contoh : Ibu menangisi kematian anaknya.

Ibu menangis tersedu-sedu

• Perubahan kalimat aktif menjadi pasif (dapat atau tidak)

• Jenis kata yang berada setelah predikat (kata benda atau bukan)

• Dapat menduduki subjek atau tidak bila bentuk kalimat diubah menjadi pasif.

36) Penjelasan tentang kalimat berpelengkap:

Cri-ciri kalimat berpelengkap:

1. Pelengkapnya dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata sifat.

2. Predikatnya berupa kata kerja semitransitif.

3. Pelengkap terletak di belakang predikat kata kerja semitransitif dan dapat

didahului dengan preposisi.

4. Tidak dapat diubah ke dalam bentuk pasif.

5. Pelengkap tidak dapat menduduki subjek.

6. Tidak dapat diganti dengan –nya

Pel. sering dicampuradukkan dengan O. Hal ini sering terjadi mengingat Pel

ada kemiripan dengan O. Baik O maupun Pel sering berwujud nomina (kt. benda),

Page 70: Kaidah bahasa indonesia

dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang kata

kerja. Tetapi ada ciri khas Pel. yang membedakannya dengan O. Ciri khas tersebut

adalah (a) Pel. bisa berupa kata benda, kata kerja, maupun kata sifat., (b) Pel. selalu

berada di belakang kata kerja semitransitif atau dwitransitif dan dapat didahului oleh

preposisi (kata depan), (c) kalimat yang ber-Pel. tidak dapat dipasifkan; seandainya

dapat Pel. tidak akan menduduki jabatan S, (d) Pel. tidak dapat diganti dengan -nya;

kecuali jika didahului oleh proposisi selain di, ke, dari, dan akan. Untuk lebih

jelasnya perhatikan kalimat berikut.

2 (a) Hal ini merupakan masalah penting.

                        S              P                 Pel.

(b) *) Masalah penting hal ini merupakan. (tidak gramatikal)

(c) *) Hal  ini merupakan masalahnya. (tidak gramatikal)

            Dari contoh kalimat 2 (a) di atas tampak jelas bahwa masalah penting

merupakan Pel. karena kalimat tersebut tidak dapat dipasifkan dan tidak dapat

diganti dengan -nya.

            Untuk lebih jelasnya perhatikan matrik perbedaan antara O dan Pel berikut

ini

No. Objek Pelengkap

1 kategori

katanya

berupa kata

benda

Kategori katanya bisa kata

benda, kata kerja, atau kata sifat.

2 berada

langsung di

belakang kata

kerja aktif

transitif tanpa

preposisi

berada di belakang kata kerja

semitransitif atau dwitransitif,

dan dapat didahului oleh

preposisi.

3 dapat

menjadi

kalimatnya tidak dapat

dipasifkan, jika dapat pelengkap

Page 71: Kaidah bahasa indonesia

subjek dalam

kalimat pasif

tidak dapat menduduki jabatan

subjek

4 dapat diganti

dengan -nya

tidak dapat diganti dengan -nya,

kecuali jika didahului oleh

preposisi selain di, ke, dari, dan

akan.

37) Ciri-ciri cerpan:

Cerita pendek apabila diuraikan menurut kata yang membentuknya

berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut : cerita

artinya tuturan yang membentang bagaimana terjadinya suatu hal, sedangkan

pendek berarti kisah pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan

kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam

situasi atau suatu ketika ( 1988 : 165 ).

Menurut Susanto dalam Tarigan (1984 : 176), cerita pendek adalah cerita

yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi

rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.

Sementara itu, Sumardjo dan Saini (1997 : 37) mengatakan bahwa cerita

pendek adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif

(tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja,

serta relatif pendek).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan cerita pendek adalah karangan nasihat yang bersifat fiktif yang

menceritakan suatu peristiwa dalam kehidupan pelakunya relatif singkat

tetapi padat.

Ciri-ciri Cerita Pendek :

Di atas telah dikemukakan bahwa masih banyak orang belum mengetahui ciri-ciri

sebuah cerita pendek. Mengenai hal tersebut, di bawah ini penulis kemukakan ciri-

ciri cerita pendek menurut pendapat Sumarjo dan Saini (1997 : 36) sebagai berikut.

Ceritanya pendek ;

Bersifat rekaan (fiction) ;

Bersifat naratif ; dan

Page 72: Kaidah bahasa indonesia

Memiliki kesan tunggal.

Pendapat lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis

dalam Tarigan (1985 : 177) sebagai berikut:

Cerita Pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya

mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan

cerita.

Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh

utama.

Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik.

Menurut Morris dalam Tarigan (1985 : 177), ciri-ciri cerita pendek adalah

sebagai berikut:

Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity, unity,

and intensity).

Unsur-unsur cerita pendek adalah adegan, toko, dan gerak (scena, character,

and action).

Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incicive,

suggestive, and alert).

38) Ciri-ciri novel:

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam

bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia

novella yang berarti "sebuah kisah, sepotong berita"

Ciri-ciri novel inilah yang membedakan dengan karya sastra lainnya ..

Novel adalah karya sastra berjenis narasi

Novel adalah karya sastra berbentuk prosa

Novel adalah karya sastra yang bersifat realis, artinya menceritakan kehidupan

tokoh secara nyata, tanpa disertai peristiwa-peristiwa yang gaib dan ajaib.

Umumnya novel merupakan tanggapan pengarang terhadap lingkungan sosial

budaya sekelilingnya

Novel adalah karya sastra yang berfungsi sebagai tempat menuangkan

pemikiran pengarangnya sebagai reaksinya atas keadaan sekitarnya. Dalam

aliran imprisionisme, pengarang menempatkan dirinya dalam kehidupan yang

diceritakan. Perenungan-perenungan pembaca setelah membaca sebuah novel

akan tiba pada sebuah pemikiran baru tentang makna hidup

Page 73: Kaidah bahasa indonesia

39) Ciri-ciri roman:

Roman adalah sebuah cerita yang menceritakan tentang sebagian besar kisah hidup

seseorang dan bentuk yang terbaik adalah yang menceritakan kisah hidup seseorang

dari ia kecil sampai meninggal.

Ciri-ciri roman:

Alurnya kompleks

Konfliknya bisa mengubah nasib tokoh secara tragis

Menceritakan kehidupan tokoh secara mendetail sejak lahir sampai dewasa

atau meninggal dunia

Karakter tokoh disampaikan secara lebih mendetail

40) Penjelasan tentang fakta:

Fakta adalah keadaan, kejadian, atau peristiwa yang benar dan bisa

dibuktikan.

Misalnya:

Ny. Imin adalah bagian dari warga miskin yang berjumlah 1.031.600 jiwa dari 4 juta

penduduk NTB.

41) Penjelsan tentang opini:

Opini juga disebut pendapat. Dikenal public opinion atau pendapat umum

dan general opinion atau anggapan umum. Opini merupakan persatuan (sintesis)

pendapat-pendapat yang banyak; sedikit banyak harus didukung orang banyak

baik setuju atau tidak setuju; ikatannya dalam bentuk perasaan/emosi; dapat

berubah; dan timbul melalui diskusi sosial.

Misalnya:

1.Menurut para ahli, penduduk Indonesia pada tahun 2010 akan mencapai 300 juta.

(Opini perorangan)

2. Menghisap rokok secara berlebihan akan merugikan diri sendiri dan orang lain

yang berada di dekatnya. (Opini umum)

42) Syarat-syarat iklan:

Iklan memiliki berbagai macam jenis, berdasarkan sifatnya iklan dibedakan atas

iklan niaga dan nonniaga. Iklan niaga dibuat untuk mempengaruhi

khalayak/masyarakat supaya tertarik untuk memiliki, membeli, dan mengunakan

produk yang diiklankan. Iklan nonniaga/layanan masyarakat dibuat untuk menarik

perhatian masyarakat sehingga masyarakat mempunyai rasa simpati atau

memberikan dukungan terhadap hal yang diiklankan.

Page 74: Kaidah bahasa indonesia

Berdasarkan tujuan, iklan dibedakan atas iklan penawaran/permintaan dan iklan

pengumuman. Sedangkan berdasarkan ruang/space, iklan dibedakan iklan baris dan

displai. Iklan baris adalah iklan yang menggunakan bahasa singkat dan padat. Iklan

baris biasanya disusun berdasarkan golongan yang sama. Misalnya: iklan penjualan

rumah masuk dalam kolom properti atau rumah dijual.

Iklan lowongan pekerjaan dan mencari pekerjaan masuk golongan karier, misalnya:

pada setiap surat kabar penggolongan iklan diberi nama yang berbeda-beda. Iklan

baris memiliki beberapa komponen, yaitu: komponen aktivitas, produk yang

diiklankan, spesifikasi produk, dan identitas pengiklan.

Syarat-syarat Iklan adalah sebagai berikut:

1. Dibuat dalam format kolom dan baris, hal ini untuk menghemat biaya

pemasangan karena penghitungan biaya berdasarkan jumlah baris .

2. Menggunakan singkatan atau akronim yang lazim digunakan, seperti: dijual= djl,

cepat=cpt, murah=mrh, rumah=rmh.

3. Ditulis dengan ukuran yang sama, jumlah baris masimal 6 baris dan minimal 3

baris.

4. Bahasa singkat, padat, hemat, bahasa yang digunakan sesingkat mungkin.

Namun, mengandung informasi yang padat sesuai dengan keinginan pemasang

iklan .

5. Disusun berdasarkan jenis yang sama, penggolongan ditentukan oleh staf redaksi

surat kabar/majalah .

43) Kata bentukan asing:

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa,

baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis,

Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam

bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing

yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle,

shuttle cock, dan de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks

bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara

asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan

kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan

Page 75: Kaidah bahasa indonesia

Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih

dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.

a (ain Arab dengan a) menjadi 'a

'asr asar

sa'ah saat

manfa'ah manfaat

' (ain Arab) di akhir suku kata menjadi k

ra'yah rakyat

ma'na makna

ruku' rukuk

aa (Belanda) menjadi a

paal pal

baal bal

octaaf oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e

aerobe aerob

aerodinamics aerodinamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e

haemoglobin hemoglobin

haematite hematit

ai tetap ai

trailer trailer

caisson kaison

au tetap au

audiogram audiogram

autotroph autotrof

tautomer tautomer

hydraulic hidraulik

caustic kaustik

c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k

calomel kalomel

construction konstruksi

Page 76: Kaidah bahasa indonesia

cubic kubik

coup kup

classification klasifikasi

crystal kristal

c di muka e, i, oe, dan y menjadi s

central sentral

cent sen

cybernetics sibernetika

circulation sirkulasi

cylinder silinder

coelom selom

cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k

accomodation akomodasi

acculturation akulturasi

acclimatization aklimatisasi

accumulation akumulasi

acclamation aklamasi

cc di muka e dan i menjadi ks

accent aksen

accessory aksesori

vaccine vaksin

cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k

saccharin sakarin

charisma karisma

cholera kolera

chromosome kromosom

technique teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s

echelon eselon

machine mesin

ch yang lafalnya c menjadi c

Page 77: Kaidah bahasa indonesia

chip cip

voucher vocer

China Cina

ck menjadi k

check cek

ticket tiket

ç (Sanskerta) menjadi s

çabda sabda

çastra sastra

d (Arab) menjadi d

darurat darurat

fardu fardu

hadir hadir

e tetap e

effect efek

description deskripsi

synthesis sintesis

ea tetap ea

idealist idealis

habeas habeas

ee (Belanda) menjadi e

stratosfeer stratosfer

systeem sistem

ei tetap ei

eicosane eikosan

eidetic eidetik

einsteinium einsteinium

eo tetap eo

stereo stereo

geometry geometri

zeolite zeolit

eu tetap eu

Page 78: Kaidah bahasa indonesia

neutron neutron

eugenol eugenol

europium europium

f (Arab) menjadi f

faqīr fakir

mafhum mafhum

saf saf

f tetap f

fanatic fanatik

factor faktor

fossil fosil

gh menjadi g

sorghum sorgum

gue menjadi ge

igue ige

gigue gige

h (Arab) menjadi h

hakim hakim

tahmid tahmid

ruh roh

i pada awal suku kata di muka vokal tetap i

iambus iambus

ion ion

iota iota

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i

politiek politik

riem rim

ie tetap ie jika lafalnya bukan i

variety varietas

patient pasien

efficient efisien

kh (Arab) tetap kh

Page 79: Kaidah bahasa indonesia

khusus khusus

akhir akhir

ng tetap ng

contingent kontingen

congres kongres

linguistics linguistik

oe (oi Yunani) menjadi e

oestrogen estrogen

oenology enologi

foetus fetus

oo (Belanda) menjadi o

komfoor kompor

provoost provos

oo (Inggris) menjadi u

cartoon kartun

proof pruf

pool pul

oo (vokal ganda) tetap oo

zoology zoologi

coordination koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya u

gouverneur gubernur

coupon kupon

contour kontur

ph menjadi f

phase fase

physiology fisiologi

spectograph spektograf

ps tetap ps

pseudo pseudo

psychiatry psikiatri

psychic psikis

Page 80: Kaidah bahasa indonesia

psychosomatic psikosomatik

pt tetap pt

pterosaur pterosaur

pteridology pteridologi

ptyalin ptialin

q menjadi k

aquarium akuarium

frequency frekuensi

equator ekuator

q (Arab) menjadi k

qalbu kalbu

haqiqah hakikah

haqq hak

rh menjadi r

rhapsody rapsodi

rhombus rombus

rhythm ritme

rhetoric retorika

s (Arab) menjadi s

salj salju

asiri asiri

hadis hadis

s (Arab) menjadi s

subh subuh

musibah musibah

khusus khusus

sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk

scandium skandium

scotopia skotopia

scutella skutela

sclerosis sklerosis

scriptie skripsi

Page 81: Kaidah bahasa indonesia

sc di muka e, i, dan y menjadi s

scenography senografi

scintillation sintilasi

scyphistoma sifistoma

sch di muka vokal menjadi sk

schema skema

schizophrenia skizofrenia

scholasticism skolastisisme

t di muka i menjadi s jika lafalnya s

ratio rasio

actie aksi

patient pasien

t (Arab) menjadi t

ta'ah taat

mutlaq mutlak

Lut Lut

th menjadi t

theocracy teokrasi

orthography ortografi

thiopental tiopental

thrombosis trombosis

methode

(Belanda)metode

u tetap u

unit unit

nucleolus nukleolus

structure struktur

institute institut

ua tetap ua

dualisme dualisme

aquarium akuarium

ue tetap ue

Page 82: Kaidah bahasa indonesia

suede sued

duet duet

ui tetap ui

equinox ekuinoks

conduite konduite

uo tetap uo

fluorescein fluoresein

quorum kuorum

quota kuota

uu menjadi u

prematuur prematur

vacuum vakum

v tetap v

vitamin vitamin

television televisi

cavalry kavaleri

w (Arab) tetap w

jadwal jadwal

marwa marwa

taqwa takwa

x pada awal kata tetap x

xanthate xantat

xenon xenon

xylophone xilofon

x pada posisi lain menjadi ks

executive eksekutif

taxi taksi

exudation eksudasi

latex lateks

xc di muka e dan i menjadi ks

exception eksepsi

excess ekses

Page 83: Kaidah bahasa indonesia

excision eksisi

excitation eksitasi

xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk

excavation ekskavasi

excommunication ekskomunikasi

excursive ekskursif

exclusive eksklusif

y tetap y jika lafalnya y

yakitori yakitori

yangonin yangonin

yen yen

yuan yuan

y menjadi i jika lafalnya i

yttrium itrium

dynamo dinamo

propyl propil

psychology psikologi

z tetap z

zenith zenit

zirconium zirkonium

zodiac zodiak

zygote zigot

z (Arab) menjadi z

zalim zalim

hafiz hafiz

Konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.

Misalnya:

gabbro gabro

accu aki

effect efek

commission komisi

ferrum ferum

Page 84: Kaidah bahasa indonesia

salfeggio salfegio

ummat umat

tammat tamat

Tetapi:

mass massa

Catatan:

1. Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa

Indonesia tidak perlu lagi diubah.

Misalnya:

bengkel, kabar, nalar, paham, perlu, sirsak

2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x

diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang

mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang

dipaparkan di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam

penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan

istilah khusus.

Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini

didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa

Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti

standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar,

efek, dan implemen.

-aat (Belanda) menjadi -at

advocaat advokat

-age menjadi -ase

percentage persentase

etalage etalase

-al (Inggris), -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al

structural, structureel struktural

formal, formeel formal

normal, normaal normal

-ant menjadi -an

accountant akuntan

informant informan

Page 85: Kaidah bahasa indonesia

-archy, -archie (Belanda) menjadi -arki

anarchy, anarchie anarki

oligarchy, oligarchie oligarki

-ary, -air (Belanda) menjadi -er

complementary, complementair komplementer

primary, primair primer

secondary, secundair sekunder

-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si

action, actie aksi

publication, publicatie publikasi

-eel (Belanda) menjadi -el

ideëel ideel

materieel materiel

moreel morel

-ein tetap -ein

casein kasein

protein protein

-i (Arab) tetap -i

haqiqi hakiki

insani insani

jasmani jasmani

-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika

logic, logica logika

phonetics, phonetiek fonetik

physics, physica fisika

dialectics, dialektica dialektika

technique, techniek teknik

-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik

electronic, elektronisch elektronik

mechanic, mechanisch mekanik

ballistic, ballistisch balistik

Page 86: Kaidah bahasa indonesia

-ical, -isch (Belanda) menjadi -is

economical, economisch ekonomis

practical, practisch praktis

logical, logisch logis

-ile, -iel menjadi -il

percentile, percentiel persentil

mobile, mobiel mobil

-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme

modernism, modernisme modernisme

communism, communisme komunisme

-ist menjadi -is

publicist publisis

egoist egois

-ive, -ief (Belanda) menjadi -if

descriptive, descriptief deskriptif

demonstrative, demonstratief demonstratif

-iyyah, -iyyat (Arab) menjadi -iah

alamiyyah alamiah

aliyyah aliah

ilmiyyah ilmiah

-logue menjadi -log

catalogue catalog

dialogue dialog

-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi

technology, technologie teknologi

physiology, physiologie fisiologi

analogy, analogie analogi

-loog (Belanda) menjadi -log

analoog analog

epiloog epilog

-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid

hominoid, hominoide hominoid

Page 87: Kaidah bahasa indonesia

anthropoid, anthropoide antropoid

-oir(e) menjadi -oar

trotoir trotoar

repertoire repertoar

-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir

director, directeur direktur

inspector, inspecteur inspektur

amateur amatir

formateur formatur

-or tetap -or

dictator diktator

corrector korektor

-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas

university, universiteit universitas

quality, kwaliteit kualitas

-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur

structure, struktuur struktur

premature, prematuur prematur

Kata serapan asing :

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa

lain, baik dari bahasa daerah (lokal) maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta,

Arab, Portugis, dan Belanda.

Macam-macam  Kata Serapan Bahasa Asing

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi

atas 3 golongan besar, yaitu:

Unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Unsur

pinjaman ini dapat dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya

masih mengikuti cara asing.

Contoh: reshuffle, shuttle cock, real estate, dan sebagainya.

Page 88: Kaidah bahasa indonesia

Unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah

bahasa Indonesia. Diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga

dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. 

Unsur yang sudah lama terserap dalam bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubah

ejaannya.

Contoh: otonomi, dongkrak, paham, aki, dan sebagainya 

Berikut ini kaidah penyesuaian ejaan unsur serapan dari bahasa asing ke dalam

bahasa Indonesia:

-al, eel, -aal (Belanda) menjadi -al, contoh:

• national menjadi nasional

• rationeel, rational menjadi rasional

• normaal, normal menjadi normal

(Sansekerta) menjadi s- contoh:

• çabda menjadi sabda

• çastra menjadi sastra

oe- (Yunani) menjadi e- contoh:

• oestrogen menjadi estrogen

• oenology menjadi enologi

kh- (Arab) tetap kh- contoh:

• khusus tetap menjadi khusus

• akhir tetap menjadi akhir

oo (Inggris) menjadi u contoh:

• cartoon menjadi kartun

• proof menjadi pruf

44) Imbuhan asing

Yang perlu kita pelajari ialah adanya imbuhan yang berasal dari bahasa asing yang

kadang juga dikenakan pada kata dasar bahasa Indonesia. Kata-kata asing yang

Page 89: Kaidah bahasa indonesia

diserap dalam bahasa Indonesia itu pada dasarnya kita pandang sebagai kata dasar.

Namun demikian bentuk-bentuk kata asing itu bermacam-macam, sehingga

memungkinkan kita untuk menganalisis bentuk-bentuk tersebut dan menemukan

awalan atau akhirannya. Kita mengenal kata-kata objek, objektif, objektivitas,

objektivisme, objektivisasi. Dari bentuk tersebut kita menemukan kata dasar objek,

akhiran –if, itas, -isme, -isasi. Di samping kata moral atau sosial kita kenal adanya

amoral, atau asosial. Di samping kata evaluasi kita mengenal devaluasi, di samping

regulasi kita mengenal deregulasi, di samping harmoni kita mengenal disharmoni,

di samping integrasi kita mengenal disintegrasi. Demikianlah kita mengenal adanya

awalan a-, de-, dis-.

Awalan

Awalan-awalan pada kata-kata serapan yang disadari adanya, juga oleh

penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut:

a- seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung

arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’;

anti- seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet,

antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan dengan’;

bi- misalnya pada bilateral, biseksual, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya

‘dua’;

de- seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini

artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’;

eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai

terlarang. Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata

‘mantan’.

ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra-terestrial, ekstra linguistic,

kadang juga dipakai pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-

ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’;

hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya

‘lebih’ atau ‘sangat’;

in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya

‘tidak’;

infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya

‘di tengah’;

Page 90: Kaidah bahasa indonesia

intra- misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di

dalam’;

inter- misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di

Indonesiakan dengan antar-;

ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini

artinya ‘bersama-sama’ atau ‘beserta’;

kontra- misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini

artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’;

makro- misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan

ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’;

mikro- seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini

artinya ‘kecil’ atau ‘renik’;

multi- seperti pada multipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral,

multilingual. Awalan ini artinya ‘banyak’;

neo- seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini

artinya ‘baru’;

non- seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec.

Awalan ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.

Akhiran

Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai

akhiran-akhiran seperti berikut:

–al misalnya pada actual, structural, emosional, intelektual. Kata-kata yang

berakhiran –al ini tergolong kata sifat;

–asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi,

komputerisasi. Akhiran tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau

‘penambahan’;

–asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran

ini menyatakan kata benda;

–er seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan

sifat;

–et seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakan

pengertian ‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’;

–i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, asali, duniawi, gerejani,

insani, harfiah, unsuriyah, wujudiyah. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat;

Page 91: Kaidah bahasa indonesia

–if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini

menyatakan sifat;

–ik 1 seperti pada linguistic, statistic, semantic, dedaktik. Akhiran ini

menyatakan ‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’;

-ik 2 seperti pada spesifik, unik, karakteristik, fanatic, otentik. Akhiran ini

menyatakan sifat;

-il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran ini menyatakan sifat. Pada kata-

kata lain kata-kata ini diganti dengan –al;

–is 1 pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis.

Akhiran ini menyatakan sifat;

-is 2 pada kata ateis, novelis, sukarnois, Marxis, prosaic, esei. Akhiran ini

menyatakan orang yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar,

atau orang yang ahli menulis dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata

dasar;

-isme seperti pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Isme

artinya ‘faham’;

–logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logi artinya

‘ilmu’;

–ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang

yang bekerja pada bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber-;

–or seperti pada editor, operator, deklamator, noderator. Akhiran ini artinya

orang yang bertindak sebagai orang yang mempunyai kepandaian seperti yang

tersebut pada kata dasar;

–ur seperti pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur. Akhiran ini

seperti yang di atas menyatakan agentif atau pelaku;

–itas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran

ini menyatakan benda.

45) Ikhtisar:

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rangkuman dan ikhtisar tidak

dibedakan. Akan tertapi, sebenarnya antara rangkuman dengan ikhtisar terdapat

sedikit perbedaan. Untuk mengetahui perbedaan di antara keduanya, berikut ini akan

diuraikan satu per satu.

Ikhtisar adalah tulisan ringkas yang berisi pokok persoalan dalam sebuah

bacaan. Dalam pembuatan ikhtisar, penulis dapat langsung mengungkapkan

Page 92: Kaidah bahasa indonesia

persoalan dari suatu bahan bacaan atau pembicaraan yang akan diikhtisarkan.

Penulis dapat membuat catatan atau memberi tanda tertentu pada bagian-bagian

penting dalam bacaan yang akan diikhtisarkan ketika membaca.

Dalam membuat ikhtisar, urutan isi tidak perlu dipersoalkan dan bahasa

disusun dengan gaya bahasa yang mudah sehingga dapat dipahami oleh

pembacanya. Dalam membuat ikhtisar dapat pula dilakukan dengan cara

menyesuaikan bahasa ikhtisar dengan pembaca atau yang akan memahami ikhtisar

tersebut. Penulis dapat pula memberikan penafsiran isi bacaan sesuai dengan kajian

ilmu yang didalaminya, namun tetap mempertahankan pokok persoalan yang

diungkapkan.

Langkah-langkah menyusun ikhtisar tak ubahnya dengan langkah-langkah

menyusun rangkuman. Hanya saja, setelah membaca bacaan yang akan

diikhtisarkan, penulis dapat langsung menambah dengan pengetahuan yang dimiliki

yang sesuai dengan bahan kajian dalam bacaan yang akan diikhtisarkan. Hasil

penggabungan tersebut selanjutnya ditulis kembali dalam sebuah ikhtisar yang

koheren.

Sedangkan rangkuman merupakan hasil kegiatan merangkum. Rangkuman

dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas suatu tulisan atau

pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan perbandingan secara

proporsional antara bagian yang dirangkum dengan rangkumannya (Djuharni, 2001).

Rangkuman dapat pula diartikan sebagai hasil merangkai atau menyatukan pokok-

pokok pembicaraan atau tulisan yang terpencar dalam bentuk pokok-pokoknya saja.

            Rangkuman sering disebut juga ringkasan, yaitu bentuk ringkas dari suatu

uraian atau pembicaraan, sedangkan ikhtisar disebut juga intisari dari suatu uraian

atau pembicaraan. Pada tulisan jenis rangkuman, urutan isi bagian demi bagian, dan

sudut pandang (pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan dipertahankan. Hal itu

berbeda dengan ikhtisar. Ikhtisar juga merupakan bentuk ringkas dari suatu uraian

atau pembicaraan, namun dalam pembuatannya tidak perlu mempertahankan urutan

isi dari suatu karangan secara proporsional. Penulisan ikhtisar bisa saja langsung

tertuju pada pokok permasalahan. 

Untuk dapat menghasilkan sebuah rangkuman yang baik, seorang penulis

pemula perlu memperhatikan empat hal pokok, yaitu: (1) mampu membaca dengan

baik bacaan yang akan dirangkum, (2) mampu memahami isi secara utuh terhadap

bacaan yang akan dirangkum, (3) mampu menemukan ide-ide pokok ataupun

Page 93: Kaidah bahasa indonesia

kalimat topik dalam bacaan yang akan dirangkum, serta (4) mampu menyusun

kembali ide-ide maupun kalimat topik yang telah ditemukan menjadi sebuah tulisan

utuh dan koheren.

            Untuk mencapai hal di atas, langkah-langkah yang harus ditempuh bagi

seorang penulis rangkuman adalah sebagai berikut. 

a. Perangkum harus membaca uraian asli pengarang sampai tuntas agar

memperoleh     gambaran atau kesan umum dan sudut pandang pengarang.

Pembacaan hendaklah     dilakukan secara saksama dan diulang sampai dua

atau tiga kali untuk dapat memahami     isi bacaan secara utuh.

b. Perangkum membaca kembali bacaan yang akan dirangkum dengan membuat

catatan     pikiran utama atau menandai pikiran utama setiap uraian untuk

setiap bagian atau setiap     paragraf. 

c. Dengan  berpedoman  hasil  catatan,  perangkum mulai membuat rangkuman

dan     menyusun kalimat-kalimat yang bertolak dari hasil catatan dengan

menggunakan bahasa     perangkum sendiri. Hanya saja, apabila perangkum

merasa ada yang kurang enak,     perangkum dapat membuka kembali bacaan

yang akan dirangkum.

d. Perangkum perlu membaca kembali hasil rangkuman dan mengadakan

perbaikan apabila     dirasa ada kalimat yang kurang koheren.

e. Perangkum perlu menulis kembali hasil rangkumannya berdasarkan hasil

perbaikan dan     memastikan bahwa rangkuman yang dihasilkan lebih pendek

dibanding dengan bacaan     yang dirangkum.

            Hal yang juga harus mendapat perhatian dari penulis rangkuman adalah tidak

memberikan penafsiran baru terhadap suatu pengertian yang diuraikan oleh

pengarang asli. Selain itu, perangkum tidak boleh memasukkan hasil pemikirannya

sendiri ke dalam rangkuman sebab akan mengaburkan pengertian gagasan yang

diungkapkan oleh pengarang asli.

            Pelatihan menulis rangkuman dapat dilakukan dengan memberikan berbagai

pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan yang akan dirangkum. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut disusun berdasarkan urut-urutan paragraf atau urutan topik

dalam bacaan agar tidak mengubah urutan topik bacaan asli. Jawaban pertanyaan

tersebut dapat diungkapkan dalam kalimat tunggal, kalimat majemuk, ataupun

sebuah uraian singkat berdasarkan keinginan perangkum.

46) Pungtuasi:

Page 94: Kaidah bahasa indonesia

Adalah tanda grafis yg digunakan secara konvensional untuk memisahkan pelbagai

bagian dr satuan bahasa tertulis; tanda baca (nomina).

Pungtuasi yang lazim digunakan dewasa ini didasarkan atas nada dan lagu

(suprasegmental), dan sebagian didasarkan atas relasi gramatikal, frase, dan inter

relasi antar bagian kalimat (hubungan sintaksis). Tanda-tanda tersebut adalah:

TITIK

Titik atau perhentian akhir biasanya dilambangkan dengan (.). Tanda ini

lazimnya dipakai untuk :

1.Menyatakan akhir dari sebuah tutur atau kalimat.

Contoh:

Bapak sudah pergi ke kantor.

Tidak ada yang perlu ditakuti.

Ada kalangan yang menganggap cara dramatik itu sebagai cara yang terbaik.

Karena kalimat tanya dan kalimat perintah atau seru mengandung pula

pengertian perhentian akhir, yaitu berakhirnya tutur, maka tanda tannya dan

tanda seru yang digunakan dalam kalimat-kalimat tersebut selalu

mengandung sebuah tanda titik.

Contoh:

Kamu sudah mendengar berita itu?

Apa yang diinginkan?

Pergilah dari sini!

Aduh, sialnya nasibku!

2.Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan

singkatan kata atau ungkapan yang sudah lazim. Pada singkatan kata yang

sudah terdiri dari tiga huruf atau lebih yang dipakai satu titik.

Contoh:

a.n. (atas nama)

Dr. (Dokter)

d.a. (dengan alamat)

Ir. (Insinyur)

Page 95: Kaidah bahasa indonesia

u.b (untuk beliau)

Kol. (Kolonel)

dkk. (dan kawan-kawan)

M.Sc. (Master of Science)

dll. (dan lain-lain)

S.H. (Sarjana Hukum)

dst. (dan seterusnya)

Drs.(Doktorandus)

tsb. (tersebut)

M.A.(Master of arts)

Yth. (yang terhormat)

Semua singkata kata yang menggunakan inisial atau akronim tidak

menggunakan titik : DPR, MPR, ABRI, Hankam, Kopkamtib, ampera,

Lemhanas, dsb.

3.Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan

seterusnya yang menunjukkan jumlah; juga dipakai untuk memisahkan angka

jam, menit dan titik .

Contoh:

1.000

123.000

154.375.000

pukul 5.45.42 (pukul lima 45 menit 42 detik)

KOMA

Koma atau perhentian antara yang menunjukkan suara menarik ditengah-

tengah tutur, biasanya dilambangkan dengan tanda (,). Disamping untuk

menyatakan perhentian antara (dalam kalimat), koma juga dipakai untuk

beberapa tujuan tertentu.

Dalam hal-hal berikut dapat digunakan tanda koma :

1. Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat, antara kalimat setara yang

Page 96: Kaidah bahasa indonesia

menyatakan pertentangan, antara anak kalimat dan induk kalimat, dan antara

anak kalimat dan anak kalimat.

Contoh:

Ia sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi maksudnya tidak tercapai.

Mereka bukan mengerjakan apa yang diperintahkan, melainkan bermalas

malasan.

Nenek mengatakan dengan bangga, bahwa mereka adalah keturunan petani

yang kuat-kuat, yang pantang mengalah dengan raksasa alam, dan tidak lupa

beliau bercerita tentang tanggul sungai yang arsiteknya beliau rencanakan

sendiri.

Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa dalam usaha penyempurnaan

ejaan bahasa Indonesia, lebih dahulu harus ditentukan secara deskriptif tata

fonem bahasa Indonesia sebelum dilakukan pemilihan huruf bagi fonem-

fonemnya.

2.Koma digunakan untuk menandai suatu bentuk parentetis (keterangan-

keterangan tambahan yang biasanya ditempatkan juga dalam kurung) dan

unsur-unsur yang tak restriktif :

Contoh:

Pertama, tulislah nama saudara diatas kertas itu.

Kedatangannya, seperti yang diinginkan dari dulu, tidak disambut dengan

upacara besar-besaran.

3.Tanda koma digunaka untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat

apabila anak kalimat mendahului induk kalimatnya, atau untuk memisahkan

induk kalimat dengan sebuah bagian pengantar yang terletak sebelum induk

kalimat.

Contoh:

Bila hujan behenti, ia akan mulai menanami sawahnya.

Karena marah, ia meninggalkan kami.

Page 97: Kaidah bahasa indonesia

Sebagai pembuka acara ini, kami persilahkan hadirin berdiri untuk

menyanyikan lagu kebangsaan.

4.Koma digunakan untuk menceraikan kata yang disebut berturut-turut :

Contoh:

Ia membeli seekor ayam, dua ekor kambing, dan lima puluh kilo gula sebagai

oleh-oleh untuk orang tuanya.

Realita kehidupan penuh kaidah, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan hukum-

hukum yang memberikan arti pada keselarasan hidup itu sendiri.

5.Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan transisi yang terdapat

pada awal kalimat, misalnya : jadi, oleh karena itu, lagi pula, meskipun

begitu, akan tetapi, disamping itu, dlsb.

Contoh:

Biarpun demikian, pelajar-pelajar yang berkualitas baik tidak sepenuhnya

tertampung dalam universitas-universitas.

Oleh karena itu, sudah tibalah waktunya bagi kita untuk menata kembali

kehidupan di kampus ini.

6.Koma selalu digunakan untuk menghindari salah baca atau keragu-raguan.

Contoh:

Meragukan : Diluar rumah kelihatan suram.

J e l a s : diluar, rumah kelihatan suram.

J e l a s : diluar rumah, kelihatan suram.

7.Koma dipakai untuk menandakan seseorang yang diajak bicara.

Contoh:

Saya mendoakan, Yanto, agar engkau selalu berhasil dalam usahamu.

Saya setuju, saudara.

8.Koma dipakai juga untuk memisahkan aposisi dari kata yang diterangkan.

Contoh:

Jendral Sudirman, Pemimpin Tertinggi Tentara Indonesia, dengan sekuat

Page 98: Kaidah bahasa indonesia

tenaga berusaha untuk menyelamatkan rakyat Indonesia.Orang tuanya, Pak

Amin, telah meninggal dunia tadi malam.

9.Koma dipakai untuk memisahkan kata-kata afektif seperti o, ya, wah, aduh,

kasihan, dari bagian kalimat lainnya.

Contoh:

Aduh, betapa sedihnya nasibnya.

Wah, sungguh hebat hasil yang mereka capai.

O begitu, kami baru mengerti sekarang.

10.Tanda koma dipakai untuk memisahkan sebuah ucapan langsung dari

bagian kalimat lainnya.

Contoh:

Kata ayah, “Saya akan mengurus sendiri persoalan ini”.

11.Koma digunakan juga untuk beberapa maksud berikut:

a. Memisahkan nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tinggal.

b. Menceraikan bagian nama yang dibalikkan (untuk referensi, misalnya).

c. Memisahkan nama keluarga dari gelar akademik.

d. Untuk menyatakan angka desimal.

Contoh :

Bila anda ingin menyurati saya, harap dialamatkan ke : Fakultas Sastra

Universitas Indonesia, Jln. Dasksinapati , Rawamangun, Jakarta.

Mulyana, Slamet ( namanya sebetulnya Slamet Mulyono )

A.k.Pardede,as.as.,M..A.

Tanah ini panjangnya 25,50m

47) Konjungsi:

Konjungsi adalah kata atau ungkapan penghubung antarkata,antarfrasa,antar

klausa,antarkalimat.

Konjungsi ini digunakan dalam kalimat korelatif,kalimat korelatif adalah kalimat

yang menghubungkan suatu hal dalm keadaan yang sama atau status sintaksis yang

sama.

KONJUNGSI

Page 99: Kaidah bahasa indonesia

(KATA PENGHUBUNG)

Koordinatif Subordinatif Korelatif

1.     Menggabungkan:

Dan, serta, lalu,

kemudian

2.      Memilih:

Atau

3.     

Mempertentangkan:

Sedangkan, tetapi,

melainkan

1.      Hubungan waktu:

Setelah, sebelum, ketika

2.      Hubungan sebab:

Sebab, karena

3.      Hubungan akibat:

Sehingga, maka, karena itu

4.      Hubungan tujuan:

Agar, tujuan

5.      Hubungan konsesif:

Walaupun, meskipun

1. Baik…maupun…

2. Tidak hanya…tetapi

juga…

3. Bukan hanya…

melainkan juga…

4. Demikian…sehingga

5. Sedemikian rupa…

sehingga

6. Apakah…atau..

7. Entah…entah…

8. Jangankan…pun…

Contoh:

1.      Penggunaan konjungsi baik.. maupun..

a.       Ibu membeli sembako ditoko Serba Murah

b.      Ayah setuju membeli sembako ditoko serba murah

c.       Baik ayah maupun ibu setuju membeli sembako ditoko serba murah

2.      Menggunakan konjungsi entah.. entah..

a.       Ratna akan pergi ke pesta santo

b.      Ratna akan datang,tidak jadi datang

c.       Ratna akan pergi kepesta santo entah dating,entah tidak jadi dating

3.      Menggunakan konjungsi atau..atau..

a.       Harga kebutuhan pokok banyak yang menyesuaikan

b.      Harga kebutuhan pokok selalu naik,tambah mahal

Page 100: Kaidah bahasa indonesia

c.       Harga kebutuhan pokok banyak yang menyesuaikan atau selalu naik

atau tambah mahal.

48) Penulisan judul yang tepat:

1. Judul harus mencantumkan atau menggambarkan topik yang diteliti atau dibahas

dengan jelas,

contohnya:.

Topik : Mengoptimalkan auditor internal pada yayasan sosial PT Sampoerna untuk

mengurangi penyimpangan keuangan yang dilakukan pengurus

Judul :

Optimalisasi Peran Auditor

Internal sebagai Upaya

Meminimalkan Tindak

Penyimpangan pada Yayasan

Sosial PT Sampoerna

2. Judul harus jelas sehingga mudah dipahami dengan mendahulukan topik, disusul

objek dan tempat penelitian, serta lainnya, contohnya..

Judul yang tidak jelas:

Studi Perbandingan antara Kinerja

Perusahaan Domestik yang Baik dan

Tidak Baik dengan Perusahaan Asing

yang Baik dan Tidak Baik dengan

Menggunakan Analisis Rasio Modal

Saham di Jawa Tengah

Judul yang Jelas:

Perbandingan Kinerja Perusahaan

Domestik dan Asing di Jawa Tengah

berdasarkan Analisis Rasio Modal

Saham

3. Judul tidak boleh dinyatakan dalam bentuk puitis, yakni mengandung makna kiasan

atau bukan makna sebenarnya/lugas, contohnya:.

Page 101: Kaidah bahasa indonesia

Judul yang puitis:

Menyingkap Tabir Penyimpangan

Pengelolaan Pajak Balik Nama

Kendaraan Bermotor di DKI Jakarta

Judul yang ilmiah:

Penyimpangan Pengelolaan Pajak Balik

Nama Kendaraan Bermotor di DKI

Jakarta: Faktor-faktor Penyebab dan

Upaya Mengatasinya

4. Judul harus singkat tetapi tidak terlalu umum dan luas sehingga menampakkan topik

spesifik yang dibahas.

Contoh judul yang terlalu singkat tetapi terlalu umum

Auditor Internal pada Perusahaan

Asing

Contoh judul yang singkat tetapi spesifik

Fungsi dan Kedudukan Auditor Internal pada PT Coca Cola

5. Pernyataan/rumusan judul dalam bentuk frasa berita, tidak boleh dalam bentuk tanya,

misalnya “Bagaimanakah Fungsi dan Kedudukan Auditor Internal pada PT Coca

Cola?”

6. Judul ditulis dengan penalaran bahasa yang logis, dalam pengertian memiliki

penalaran yang dapat diterima oleh logika bidang ilmu tertentu

Contoh yang tidak logis:

Kemampuan Menulis Karya Ilmiah pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret: Studi

Perbandingan Mahasiswa di Kecamatan Banjarsari dan Laweyan Surakarta

Contoh yang logis:

Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Mahasiswa Universitas Sebelas Maret: Studi

Perbandingan antara Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik.

7. Judul harus memenuhi syarat kebahasaan, antara lain ditulis dalan bentuk frase,

dihindarkan dari singkatan umum, dan dituliskan dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan

Contoh judul yang tidak memenuhi syarat kebahasaan:

Audit Eksternal secara Berkala merupakan Upaya Mengatasi daripada Penyimpangan

Pembiayaan Jamkesmas pada RSR Pemerintah di Kota Surakarta

Page 102: Kaidah bahasa indonesia

Kesalahan pertama pada judul di atas adalah pada strukturnya karena berupa kalimat

yang ditandai adanya subjek (audit eksternal secara berkala) dan predikat (merupakan

upaya mengatasi …), sedangkan yang benar adalah berupa frase (tidak berstruktur S-

P). Kedua, pemakaian kata depan daripada yang sebenarnya tidak perlu. Yang ketiga

adalah adanya penyingkatan kata yang tidak lazim, yaitu Jamkesmas dan RSR yang

merupakan kepanjangan dari jaminan kesehatan masyarakat dan rumah sakit rujukan.

Karena itu, susunan judul yang tepat adalah sebagai berikut ini:

Upaya Mengatasi Penyimpangan Pembiayaan Jaminan Kesehatan Masyarakat pada

Rumah Sakit Rujukan Pemerintah di Kota Surakarta melalui Audit Eksternal secara

Berkala

49) Penulisan tentang idiom:

1. Idiom (Ungkapan)

Idiom adalah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frase) yang maknanya sudah

menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang

membentuknya.

Contoh:

(1) selaras dengan, insaf akan, berbicara tentang, terima kasih atas, berdasarkan

pada/kepada.

(2) membanting tulang, bertekuk lutut, mengadu domba, menarik hati, berkeras

kepala

Pada contoh (1) terlihat bahwa kata tugas dengan, akan, tentang, atas, dan

pada/kepada dengan kata-kata yang digabunginya merupakan ungkapan tetap

sehingga tidak dapat diubah atau digantikan dengan kata tugas yang

lain.Demikian pula pada contoh (2). Idiom-idiom tersebut tidak dapat diubah

dengan kata-kata yang lain.

1.1 Idiom dengan Bagian Tubuh

a. hati kecil = maksud yang sebenarnya

kecil hati = agak marah; penakut

besar hati = a) sombong; b) bangga

hati terbuka = senang hati

berat hati = kurang suka melakukan

lapang hati = sabar

tinggi hati = sombong

Page 103: Kaidah bahasa indonesia

setengah hati = segan-segan

berkeras hati = a) menurut kemauannya sendiri; b) tidak mau mundur

jatuh hati = menjadi cinta

mendua hati = bimbang

sampai hati = tega

berhati jantung = berperasaan halis

berhati batu = tidak menaruh belas kasihan

berhati tungau = penakut

mengandung hati = a) menaruh dendam; b) merasa cinta

b. darah daging = anak kandung; keluarga

mendarah daging = sudah menjadi kebiasaan

darah panas = pemarah

darah putih = keturunan bangsawan

mengisap darah = terlalu banyak mengambil dari orang lain

mandi darah = berperang hebat sekali sehingga banyak yang luka atau mati

naik darah = marah

tumpah darah = tanah air

c. kepala angin = bodoh

kepala batu = tidak mau menurut perintah orang lain

berat kepala = tidak mudah mengerti

kepala dingin = tenang dan sabar

ringan kepala = mudah belajar

kepala udang = bodoh sekali

tergadai kepala = malu sekali

orang berkepala dua = memihak ke sana ke sini

d. muka masam = rupa muka yang menyatakan perasaan kecewa

tebal muka = tak mempunyai rasa malu

kehilangan muka = mendapat malu

mencari muka = berbuat sesuatu agar dipuji orang

tarik muka dua belas = sangat kecewa

tatap muka (bersemuka) = berhadapan muka

e. melihat dengan mata kepala = secara langsung

memasang mata = melihat baik-baik

membuang mata = melihat-lihat

Page 104: Kaidah bahasa indonesia

terbuka matanya = mulai tahu/mengerti

mata telinga = kaki tangan

mata hati = perasaan dalam hati

f. mulut manis = lemah lembut dan sangat menarik hati tutur katanya

berat mulut = tak suka berbicara

besar mulut = suka membual/menyombong

buah mulut = sebut-sebutan; yang selalu dipercakapkan orang

gatal mulut = selalu hendak berkata-kata apa saja

panjang mulut = suka menyampaikan perkataan orang kepada orang lain dan

ditambah-tambah

ringan mulut = suka berbicara/bertanya

tutup mulut = diam

cepat mulut = lancang

perang mulut = berbantah

keras mulut = tidak mudah menurut (tentang kuda)

g. berat bibir = tidak peramah; pendiam

tipis bibir = pandai benar berkata-kata; cerewet

menghapus bibir = kecewa; tak berhasil

buah bibir = yang selalu menjadi pembicaraan orang

panjang bibir = suka menyampaikan perkataan orang (mengadu)

h. lidah api = ujung nyala api

keras lidah = tak pandai melafalkan kata-kata asing

lidah bercabang = perkataannya selalu berubah-ubah

pahit lidah = apa yang dikatakan selalu terbukti manjur

panjang lidah = suka mengadu

patah lidah = a) tidak betul mengucapkan kata-kata; pelat

b) tidak pandai berkata-kata

c) terdiam (tak dapat menjawab/berkata-kata lagi)

ringan lidah = lancar dan fasih tutur katanya

cepat lidah = lancang mulut; suka mengeluarkan kata-kata yang kurang baik

mengerat lidah = memenggal/menyela kata orang

tergelincir lidah = salah mengatakan

tergigit lidah = a) tidak mempunyai rasa malu

b) tak berani berkata terus terang karena sudah berhutang budi

Page 105: Kaidah bahasa indonesia

terkalang lidah = tak berani membantah/menjawab

berlidah dua = tidak teguh pendirian; mudah berpihak pada orang lain

i. tebal telinga = tak mau mendengarkan kata orang

tipis telinga = lekas marah kalau mendengar kata yang kurang baik

memberi telinga = suka mendengarkannya

terangin-angin ke telinga = kedengaran tentang desas-desus

memasang telinga = mendengar-dengarkan kabar

j. alas perut = sarapan

duduk perut = mengandung

membawa perut= datang ke rumah orang untuk makan

buruk perut = mudah kena penyakit

buta perut = asal makan saja; tak peduli rasa makanan

k. tangan besi = tindakan/kekuasaan keras

tangan kanan = pembantu yang utama

tangan dingin = segala yang ditanam, diobati, dan sebagainya selalu berhasil

tangan baik = selalu menang dalam berjudi

tangan turun = selalu kalah dalam berjudi

berat tangan = malas bekerja

buah tangan = barang yang dibawa dari bepergian

hampa tangan = tidak membawa/mendapat apa-apa

makan tangan = kena tinju; beruntung

ringan tangan = suka bekerja

turun tangan = turut campur tangan

berpangku tangan = tidak bekerja apa-apa

l. kaki lima = lantai di muka pintu/di tepi jalan

kaki seribu = berlari ketakutan

kaki telanjang = tidak bersepatu

kaki tangan = pembantu; orang kepercayaan

cepat kaki, ringan tangan = suka membantu

m. bertukar bulu = bertukar pendapat

tidak memandang bulu = tidak memilih-milih kedudukan seseorang

memperlihatkan bulunya = memperlihatkan keadaan yang sebenarnya

berbulu mata melihat = merasa benci sekali

berbulu hatinya = suka mendengki

Page 106: Kaidah bahasa indonesia

1.2 Idiom dengan Kata Indera

dingin hati = tidak bergembira/tidak bersemangat

perang dingin = perang tanpa senjata, hanya saling menggertak

tidak lekang oleh panas = tidak berubah sedikitpun

uang panas = uang pinjaman dengan bunga yang banyak; uang yang tidak halal

panas rezeki = sukar mencari rezeki

tertangkap basah = tertangkap ketika sedang melakukan kejahatan

sepala-pala mandi biarlah basah = melakukan sesuatu janganlah setengah-setengah

kering kerontang = kering sekali

kurus kering = kurus sekali

kabar yang hangat = kabar yang baru terjadi dan sedang menarik perhatian umum

(aktual)

sambutan yang hangat = meriah

pengalaman pahit = pengalaman yang tidak menyenangkan

sepahit semanis = bersama-sama dalam suka dan duka

mendapat kopi pahit = mendapat teguran keras/marah

muka manis = menarik hati

kritik yang pedas = keras dan kejam

merasakan asin garam = senang dan susah dalam hidup

tahu asam garamnya = tahu seluk beluknya

panjang akal = tidak picik; pandai mencari akal

menarik napas panjang = mengeluh

pendek permintaan = singkat umurnya

besar kepala = sombong

besar perut = rakus; lahap

besar cakap = suka membual

pakaian kebesaran = kehormatan

orang kecil = rakyat kebanyakan

tinggi rezeki = sukar mencari rezeki

rendah hati = tidak angkuh

rendah budi = hina

luas pengalaman = banyak pengalaman

sempit hati = lekas marah

Page 107: Kaidah bahasa indonesia

1.3 Idiom dengan Warna

merah muka = kemalu-maluan

merah telinga = marah sekali

lampu merah = tanda sesuatu yang membahayakan

jago merah = api kebakaran

buku putih = buku yang berisi keterangan pemerintah mengenai suatu peristiwa

politik

berputih tulang = mati

berdarah putih = keturunan bangsawan

hitam di atas putih = dengan tertulis; tidak secara lisan

belum tentu hitam putihnya = ketentuannya

masih hijau = belum berpengalaman

naik kuda hijau = mabuk

lapangan hijau = gelanggang olah raga

lampu hijau = sesuatu yang akan membuat menjadi lancar/lebih baik karena sudah

disetujui/diizinkan

kartu kuning = suatu peringatan dalam sepak bola

mengelabui mata = menipu

1.4 Idiom dengan Nama Benda-benda Alam

jadi bumi langit = orang yang selau diharapkan pertolongannya

dibumihanguskan = dimunaskan/dihancurkan sama sekali

tanah tumpah darah = tanah tempat lahir

gerakan di bawah tanah = gerakan rahasia

makan tanah = miskin sekali

kejatuhan bulan = beruntung besar

menjadi bulan-bulanan = sasaran/tujuan

menentang matahari = melawan orang yang berkuasa

terang bintangnya = beruntung

berbintang naik = mulai mujur

bintang lapangan = pemain yang terbaik

salah air = salah didikan

telah jadi air = habis modalnya/uangnya

Page 108: Kaidah bahasa indonesia

pandai berminyak air = pandai bermuka-muka

bersuluh minta api = bertanya tentang sesuatu yang sudah diketahui

semangat berapi-api = berkobar-kobar, bersemangat skali

kabar angin = desas-desus

perasa angin = mudah tersinggung

menangkap angin = sia-sia belaka

hujan jatuh ke pasir = kebaikan yang tidak berbalas

seri gunung = tampak elok jika dilihat dari jauh

rendah gunung tinggi harapan = harapan yang sangat besar

tak lari gunung dikejar = tidak usah tergesa-gesa dalam mengerjakan sesuatu yang

sudah tentu

1.5 Idiom dengan Nama Binatang

kambing hitam = orang yang dipersalahkan

kelas kambing = kelas paling murah

kuda hitam = pemenang yang tak diduga-duga

mengadu domba = mempertentangkan kita dengan kita sendiri

berkulit badak = tidak tahu malu, tidak berperasaan

tenaga badak = kuat sekali

banteng ketaton = mengamuk dengan hebatnya

akal kancil = tipu muslihat yang sanat licik, sangat cerdik

buaya darat = penjahat; orang laki-laki yang gemar kepada perempuan

ular kepala dua = orang yang munafik, ikut ke sana kemari saja

membebek(membeo) = hanya meniru-niru perkataan/perbuatan orang lain

menantikan kucing bertanduk = menantikan sesuatu yang mustahil

membabi buta = melakukan sesuatu dengan menekat saja

buta ayam = mata kabur pada waktu malam

mati ayam = mati konyol

tidur-tidur ayam = sudah tidur tetapi belum lelap benar

kabar burung = kabar yang tidak boleh dipercaya karena belum pasti kebenarannya

otak udang = bodoh sekali

1.6 Idiom dengan Bagian Tumbuh-tumbuhan

pohon kejahatan = asal mula

Page 109: Kaidah bahasa indonesia

batang air = sungai

sebatang kara = hidup seorang diri

bercabang hatinya = tidak hanya satu yang dipirkan

lidah bercabang = kata-katanya tidak dapat dipercaya

lari beranting = lari bersambung(estafet)

berurat berakar = sudah mendalam benar

naik daun = 1) selalu menang/beruntung dalam bermain kartu, judi, dan

sebagainya

2) mendapat nasib baik

bunga api = petasan

bunga rampai = kumpulan karangan yang terpilih

bunga kampung = gadis yang tercantik di kampung itu

buah pena = karangan

buah pembicaraan = hasil pembicaraan

biji mata = kekasih

1.7 Idiom dengan Kata Bilangan

bersatu padu = bersatu benar-benar

bersatu hati = seiya sekata

berbadan dua = hamil

tiada duanya = tidak ada bandingannya

telah dua kepalanya = mabuk

mendua hati = ragu-ragu

setengah hati = tidak dengan bersungguh-sungguh

bekerja setengah-setengah = tanggung

jalan tengah = keputusan yang diambil dari dua pendapat secara adil, tidak memihak

salah satu pendapat itu

setengah tiang = pengibaran bendera tanda berduka cita

masuk tiga, keluar empat = membenjakan uang lebih besar dari penghasilannya

pertemuan empat mata = pertemuan hanya dua orang

kaki lima = lantai di muka pinti atau di tepi jalan

tujuh keliling = nama penyakit kepala yang sangat keras

diam seribu bahasa = diam sama sekali, tidak berkata sepatah pun

Page 110: Kaidah bahasa indonesia

2. Peribahasa

Peribahasa adalah bahasa berkias berupa kalimat atau kelompok kata yang tetap

susunannya.

2.1 Pepatah

Pepatah ialah sejenis peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran dari orang tua.

Contoh :

1. Air tenang menghayutkan.(Orang pendiam tetapi berilmu banyak.)

2. Bermain air basah, bermain api hangus, bermain pisau luka.(Barang siapa yang

melakukan pekerjaan yang berbahaya/jahat, tentu akan kena akibatnya.)

3. Hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua.(Budi baik tidak akan

dilupakan orang.)

4. Besar kayu besar bahannya, kecil kayu kecil bahannya.(Jika besar penghasilan,

besar juga pengeluarannya; tetapi jika kecil penghasilannya, kecil juga

pengeluarannya.)

5. Bayang-bayang sepanjang badan.(Apa yang dikerjakan hendaklah disesuaikan

dengan kekuatan diri sendiri.)

6. Setinggi-tinggi terbang bangau, hinggapnya ke kubangan juga.(Walupun ke

mana juga seseorang pergi, kelak tentu kembali ke negeri sendiri.)

7. Ringan sama dijunjung, berat sama dipikul.(Orang yang berkaum

keluarga/bersahabat harus seiya sekata.)

8. Tak ada gading yang tak retak.(semua orang/sesuatu itu tentu ada

kurang/celanya meskipun hanya sedikit.)

9. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi.(Pelajaran yang tak

sempurna dituntut, tidak ada gunanya.)

10. Ikut hati mati, ikut rasa binasa.(Barang siapa menurutkan hawa nafsu, tentu

akan hancur.)

11. Berjalan pelihara kaki, berkata pelihara lidah.(Dalam sebarang kerja hendaklah

selalu ingat benar.)

12. Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan.(Kasih ibu kepada

anak tidak ada putus-putusnya, tetapi kasih anak kepada ibu kadang-kadang

sedikit.)

13. Biar lambat asal selamat, tak lari gunung dikejar.(Dalam mengerjakan

pekerjaan tidak perlu tergesa-gesa, harus ingat agar selamat.)

Page 111: Kaidah bahasa indonesia

14. Barang siapa menggali lubang, ia juga terperosok ke dalamnya.(Siapa yang

mencari tipu daya yang jahat untuk mencelakakan orang lain, biasanya dia

jugalah yang mendapatkan kesusahan karena tipu dayanya itu.)

15. Mati-mati mandi air basah.(Melakukan sesuatu jangan kepalang tanggung.)

16. Murah dimulut, mahal di timbangan.(Banyak janji tetapi tak ditepati.)

17. Nasi sudah menjadi bubut.(Perbuatan salah yang terlanjur.)

18. Sebab nila setitik rusak susu sebelanga.(Karena kesalahan/cela yang sedikit,

rusak kebaikan yang banyak.)

19. Ukur banyak di badan sendiri.(Mengukur kemampuan orang dengan

kemampuan sendiri.)

20. Panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari.(Kebaikan yang banyak hilang

oleh kesalahan yang sedikit.0

21. /Besar pasak daripada tiang.(Belanja lebih besar daripada penghasilan.)

22. Pasar jalan karena diturut, lancar kaji karena diulang.(Pekerjaan yang biasa

dikerjakan tentu mahir.)

23. Rambut sama hitam, hati masing-masing.(Kesukaan setiap orang tidak sama.)

24. Tiada rotan akar pun jadi.(Jika tidak ada yang baik, yang kurang baik pun

dapat digunakan.)

25. Mati semut karena gula.(Manusia dapat dikuasai dengan kata-kata manis.)

2.2 Perumpamaan

Perumpamaan ialah sejenis peribahasa yang berisi perbandingan. Biasanya

menggunakan kata seperti kata : seperti, sebagai, laksana, bagai(kan), bak,dan

sebagainya.

Contoh :

1. Bagai air di daun talas.(Orang yang tak tetap pendirian.)

2. Seperti anak ayam kehilangan induk.(Suatu kaum/keluarga yang terpecah-

pecah karena ditinggalkan oleh orang yang menjadi tempat bergantung.)

3. Seperti anjing berebut tulang.(Hal orang yang tamak memperebutkan harta.)

4. Bagai air dengan tebing.(Hal orang yang sangat kokoh bersahabat dan

bertolong-tolongan.)

5. Seperti bulan dengan matahari.(Hal orang yang sudah sepadan/sejodoh.)

6. Bagai bumi dengan langit.(Hal orang/barang yang jauh sekali bedanya.)

Page 112: Kaidah bahasa indonesia

7. Laksana kera dapat bunga.(Hal orang yang tak tahu menghargai barang yang

bagus.)

8. Hati bagai baling-baling.(Pikiran yang tidak tetap.)

9. Bagai hujan jatuh ke pasir.(Berbudi baik kepada orang yang tidak tahu

membalas guna, tentu saja tak kehilangan baginya.)

10. Laksana burung dalam sangkar.( Seseorang yang terikat oleh keadaan.)

11. Bagai diiris dengan sembilu.(Hati yang sangat pedih.)

12. Bagai kerakap di atas batu, hidup enggan mati tak mau.(Hal orang yang sudah

menderita sekali.)

13. Bagai api dengan asap. Bagai kuku dengan daging.(Kasih sayang yang sangatn

akrab.)

14. Bagai kucing dibawakan lidi.(Hal orang yang dalam ketakutan.)

15. Bagai makan buah simalakama, dimakan ibu mati, tak dimakan bapak mati.

(Serba sulit dalam menentukan sikap/tindakan.)

16. Bagai menentang matahari.(Melawan pendapat orang yang lebih berkuasa

tentu akhirnya kalah.)

17. Seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk.(Orang yang berilmu tinggi tidak

akan menyombongkan dirinya.)

18. Seperti pinang dibelah dua.(Hal dua orang yang serupa benar.)

19. Seperti pungguk merindukan bulan.(Mengharap-harapkan sesuatu yang tak

mungkin tercapai.)

20. Bagai rambut dibelah tujuh. Bagai rambut dibelah seribu.(Sesuatu yang sangat

sedikit/kecil.)

21. Bagai berumah di tepi tebing.(Selalu dalam kekhawatiran.)

22. Seperti rusa masuk kampung.(Keheran-heranan karena belum pernah melihat.)

23. Seperti api dalam sekam.(Kejahatan yang berlaku deangan diam-diam.)

24. Ditatang bagai minyak penuh.(Sangat dikasihi, dipelihara dengan hati-hati.)

25. Seperti telur di ujung tanduk.(Dalam keadaan yang

mengkhawatirkan/berbahaya.)

2.3 Pemeo

Pemeo ialah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan.

Contoh :

1. Patah tumbuh, hilang berganti.

Page 113: Kaidah bahasa indonesia

2. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

3. Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah.(Daripada

hidup menanggung malu, lebih baik mati.)

4. Tak emas bungkal diasah, tak air talang dipancung.(Segala daya upaya

dilakukan, asal yang dicita-citakan tercapai.)

5. Esa hilang, dua terbilang.(Tetap hati mengerjakan suatu pekerjaan yang

berbahaya.)

6. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.

Laba sama dibagi, rugi sama dirjuni.

(Seiya sekata, senasib sepenanggungan.)

7. Patah sayap, bertongkat paruh.(Tidak berputus asa.)

8. Daripada berputih mata, lebih baik berputih tulang.(Daripada hidup

menanggung malu, lebih baik mati.)

50) Penjelasan tentang peribahasa:

Peribahasa adalah ayat atau kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan

mengandung pengertian tertentu, bidal, pepatah. Beberapa peribahasa merupakan

perumpamaan yaitu perbandingan makna yang sangat jelas karena ia didahului oleh

perkataan seolah-olah, ibarat, bak, seperti, laksana, macam, bagai dan umpama.

Jenis-jenis peribahasa:

1. Pepatah

Jenis peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran dari orang tua-tua.

Contoh:

a. Air tenang menghayutkan.(orang pendiam, tetapi berilmu banyak)

b. Berjalan pelihara kaki, berkata pelihara lidah. ( dalam melakukan suatu

pekerjaan hendaknya selalu berhati-hati)

2. Perumpamaan

Jenis peribahasa yang berisi perbandingan yang menggunakan kata seperti, bagai,

bak, laksana, dll.

Contoh:

a. Seperti pungguk merindukan bulan.(mengharapkan sesuatu yang tidak

mungkin tercapai)

b. Laksana burung dalam sangkar. (seseorang yang terikat oleh keadaan)

3. Pemeo

Page 114: Kaidah bahasa indonesia

Jenis peribahasa yang biasanya digunakan untuk semboyan.

Contoh:

a. Esa hilang, dua terbilang.(terus berusaha hingga tercapai cita-cita)

b. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. (seia sekata atau bersatu padu)

4. Ungkapan

Gabungan kata yang maknanya sudah menyatu dan tidak ditafsirkan dengan makna

unsur yang membentuknya.

Contoh:

a. Mereka sudah banyak makan garam dalam hal itu. (banyak pengalaman)

b. Hati-hati terhadapnya, ia terkenal si panjang tangan. (suka mencuri)

51) Penulisan alamat dalam surat dengan benar:

Alamat surat ditulis di bawah hal berjarak satu baris. Alamat surat tidak perlu

diawali dengan kata kepada dan tidak perlu diakhiri dengan tanda titik. Kata sapaan

bapak tidak diperlukan kecuali diikuti dengan nama diri. Kata jalan hendaknya tidak

disingkat, dan singkatan no. untuk nomor jalan tidak perlu dicantumkan.

Berikut ini contoh penulisan alamat yang benar.

Yth. Direktur PT Niaga Utama

Jalan Teuku Umar 34

Jember

52) --Homonim

Homonim ialah dua kata atau lebih yang ejaannya sama, lafalnya sama, tetapi

maknanya berbeda.

Contoh:

bisa I : racun

bisa II : dapat

kopi I : minuman

kopi II : salinan

--Homograf

Homograf adalah dua kata atau lebih yang tulisannya sama, ucapannya berbeda, dan

Page 115: Kaidah bahasa indonesia

maknanya berbeda.

Contoh:

tahu : makanan

tahu : paham

teras : inti kayu

teras : bagian rumah

--Homofon

Homofon ialah dua kata atau lebih yang tulisannya berbeda, ucapannya sama, dan

maknanya berbeda.

Contoh:

bang dengan bank

masa dengan massa

--Polisemi

Polisemi ialah suatu kata yang memilki makna banyak.

Contoh:

a. Didik jatuh dari sepeda.

b. Harga tembakau jatuh.

c. Peringatan HUT RI ke-55 jatuh hari Minggu.

d. Setiba di rumah dia jatuh sakit.

e. Dia jatuh dalam ujiannya.

53) Penjelasan tentang kalimat elips,mayor,minor,benefit,transisi,dan masdar,adalah

sebagai berikut:

Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan dengan: (1) jumlah dan kenis klausa

yang terdapat di dalamnya, (2) jenis response yang diharapkan, (3) sifat hubungan

actor_aksi, dan (4) ada tidaknya unsure negative pada kalimat utama.

Page 116: Kaidah bahasa indonesia

1) Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat

dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.

Kalimat minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat atau sama

sekali tidak mengandung struktur klausa. Kalimat minor dibedakan atas:

Kalimat minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai

lanjutan, pelengkap, atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain yang

terdahulu dalam wacana (Samsuri, 1985:278). Berdasarkan sumber

penurunnya, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:

Kalimat elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena pelepasan

beberapa bagian dari klausa kalimat tunggal.

Contoh:

Terserah saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja)

Kalimat jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai jawaban

atas pentanyaan-pertanyaan.

Contoh :

(Ada yang kau bawa itu?) Lukisan.

Kalimat sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan klausa

terikat dari kalimat majemuk subordinat.

Contoh :

cepat)

Meskipun hujan. (Dia tetap datang)

Kalimat urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh konjungsi,

sehingga menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bagian

kalimat lain. (Samsuru, 1985:263)

Contoh :

Karena itu, harga minyak naik.

Kalimat minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai

akibat pengisian wacana yang ditentukan oleh situasi, dibedakan atas:

Panggilan.

Contoh :

Bakso!

Seruan, biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan perasaan.

Page 117: Kaidah bahasa indonesia

Contoh :

Halo!

Judul, merupakan suatu ungkapan topic atau gagasan.

Contoh :

Dampak negative penayangan TV.

Semboyan, yaitu uangkapan ide secara tegas, tepat dan tanpa hiasan

bahasa atau kelengkapan sebuah klausa.

Contoh :

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

Salam

Contoh :

Selamat pagi!

Inskripsi, yaitu kalimat minor tak berstruktur yang berisi penghormatan

atau persembahan pada awal sebuah karya (buku, lukisan dsb.).

Contoh :

Untuk para pengikrar Sumpah Pemuda 1928.

Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu

klausa bebas. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, pembentuk yang

inti saja. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, terdapat unsure

pembentuk yang inti saja, berdasarkan jumlah klausa yang terdapat

didalamnya, kalimat mayor dapat dibedakan atas:

Kalimat majemuk subordinatif, yaitu kalimat majemuk yang salah satu

klausanya menduduki : (a) salah satu fungsi sintaksis dari klausa yang lain

atau (b) atribut dari salah satu fungsi sintaksis klausa yang lain.

Contoh :

Yang berkaca mata hitam itu teman saya.

Orang itu badannya sangat gemuk.

Polisi telah mengatakan bahwa kabar itu bohong.

Kalimat majemuk koordinat, yaitu kalimat majemuk yang klausa-

klausanya tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa lain (Samsuri,

1985:316).

Contoh :

Page 118: Kaidah bahasa indonesia

Semalam suntuk saya tidur di kursi, dan orang-orang itu bermain kartu.

Mula-mula dinyalakannya api, lalu ditaruhnya cerek diatasnya.

Dalam perang, kita harus berani membunuh lawan, kalau tidak kita sendiri

yang dibunuh.

Kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat majemuk koordinatif yang

klausa-klausanya mempunyai kesamaan-kesamaan, baik kesamaan subjek,

predikat objek, maupun keterangan.

Contoh :

Rumah itu baru saja diperbaiki, tetapi sekarang sudah rusak.

Saya mengerjakana bagian depan, adik bagian belakang.

Dengan susah payah orang tuaku membangun rumah ini, tetapi saya

tinggal menempati saja.

2. Berdasarkan response yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :

Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi

tanpa mengharapkan response tertentu. Ciri untuk mengenal kalimat

pernyataan ini yaitu melalui pola intonasinya yang bernada akhir turun (dalam

bahasa lisan) dan tanda titik (.) seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan, seperti

silahkan, dipersilahkan; dan kata larangan (jangan) (Ramlan, 1981:10).

Contoh :

Cita-cita anak itu sangat mulia.

Saya tidak membawa uang sama sekali.

Menurut teori Darwin, manusia merupakan keteturunan kera.

Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing response

yang berupa jawaban. Kalimat pertanyaan dapat dikenal dari pola intonasinya

yang bernada akhir naik serta nada terakhir dan pola intonasi kalimat

pertanyaan. Nada akhir kalimat pertanyaan ditandai dengan tanda Tanya (?)

dalam bahasa tulisan.

Contoh :

Kakak sudah menikah?

Mengapa anak itu tidak tidur?

Siapa pemilik rumah itu?

Page 119: Kaidah bahasa indonesia

Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi

yang berupa tindakan (Samsuri, 1985:276-278). Kalimat perintah ditandai

dengan tanda seru (!). tetapi penggunaan seru ini biasanya tidak dipakai kalau

sifat perintah itu menjadi lemah, demikian juga predikatnya diikuti oleh

partikel-lah. Kalimat perintah dapat bersifat negative. Untuk menegatifkan

kalimat perintah, digunakan kata jangan yang biasanya ditempatkan pada

bagian awal kalimat. Kaliamat perintah yang besifat negative beubah menjadi

larangan.

Contoh :

Masuklah!

Marilah kita belajar bersama-sama!

Jangan membuang sampah di sembarang tempat!

3. Berdasarkan hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku actor.

Subjek kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh

predikat. Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive.

Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai

perdikat kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat dikombinasikan dengan

–I atau –kan.

Contoh :

Anak itu memetik bunga di taman.

Ayah membelikan kakak baju baru.

Pembantu itu sedang menyapu halaman.

Kalimat pasif adalah kalimat yanmhg subjeknya berperan sebagai penderita.

Subjek dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang

dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut.

Predikat kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat

bekombinasi dengan sufiks –i dan –kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan

verba yang didahului oleh pronominal persona (Samsuri, 1985:434)

Contoh :

Badannya dilumuri minyak.

Page 120: Kaidah bahasa indonesia

Kita apakan barang-barang ini?

Tidak terlihat olehku benda yang kau tujukan itu.

Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku

maupun sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut.

Contoh :

Jangan menyiksa diri sendiri.

Wanita itu berhias di depan cermin.

Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan

sesuatu pebuatan yang berbalas-balasan. Verba yang berfungsi sebagai

predikat pada kalimat respirokal adalah verba yang beprefiks me- yang

didahului oleh kata dasarnya, verba berulang yang berkombinasi dengan

konfiks ber-kan, verba dasar yang diikuti oleh kata baku, dan saling yang

diikuti oleh veba yang berprefiks me- atau me-i/kan (Samsuri, 1985:198).

Contoh :

Kedua Negara itu tuduh-menuduh tentang pelanggaran perbatasan.

Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayangi.

Pemuda-pemuda tanggung itu berbaku hantam d tanah lapang.

4. Bedasarkan ada tidaknya unsure negative pada klausa utama, kalimat dibedakan

atas :

Kalimat firmatif, yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak tedapat

unsure negative, peniadaan, atau penyangkalan.

Contoh :

Petani itu membajak sawah.

Di Surabaya diresmikan patung Jendral Sudirman.

Kami mendengar kabar bahwa pemberontakan di Iran sudah berakhir.

Kalimat negative, yaitu kalimat yang predikat utamanya terdapat unsure

negative, peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak, tiada (tak), bukan,

jangan. Unsure negative tidak dipakai di depan verba, adjektiva, adverbial, dan

frase preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Unsure negatif bukan pada

umumnya dipakai di depan nomina/frase nomina dan pronominal/frase

Page 121: Kaidah bahasa indonesia

pronominal. Unsure negative jangan digunakan untuk menegatifkan kalimat

printah (samsuri, 1985:250)

Contoh :

Sedikitpun aku tidak ingin berbuat jahat.

Bukan buku itu yang saya cari.

Jangan kau biarkan adikmu bergaul dengan dia.

Kalimat Masdar

Pola kalimat sederhana bahasa Indonesia asli S-nya berupa kata benda, sementara P-

nya bolehberupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan, maupun kata

depan.Namun demikian, dalam perkembangannya bahasa Indonesia tidak dapat

menghindari pengaruhbahasa asing, khususnya bahasa Inggris termasuk pula dalam

ragam kalimatnya.Dalam bahasa Inggris dikenal gerund, yaitu kalimat yang

subjeknya kata kerja.

Contoh :

(1) Fishing is my hobby.S P

(2) Writing is very difficult for me.S P

Berdasarkan hal tersebut, dalam bahasa Indonesia dikenal kalimat masdar, yaitu

kalimat yang S-nya berupa kata kerja yang dianggap benda.

(1) Memancing adalah hobi saya.S P

(2) Menulis memang sulit.S P

(3) Menonton bola mengasyikkan.S P

(4) Berlari melelahkan.S P

Kata-kata : memancing, menulis, menonton bola, dan berlari adalah kata-kata kerja

yangdianggap sebagai kata benda yaitu aktivitasnya

Kalimat Benefaktif

Adalah kalimat yang bersangkutan dengan perbuatan (verba) yg dilakukan untuk

orang lain, misalnya verba dl kalimat Ibu membukakan Ayah pintu.

Kalimat transisi

Page 122: Kaidah bahasa indonesia

Transisi merupakan mata rantai penghubung antarparagraf yang berfungdsi sebagai

penghubung jalan pikiran dua paragraf yang berdekatan. Kata-kata transisional

merupakan petunjuk bagi pembaca ke arah mana pikiran pengarang bergerak atau

mengingatkan pembaca apakah suatu paragraf baru searah dengan paragraf

sebelumnya. Di sisi lain transisi juga berfungsi sebagai penunjang koherensi dan

kepaduan antarbab, antaranak bab, dan antarpragraf dalam satu karangan.

Kalimat transisi tak selalu harus ada dalam setiap karangan. Kehadirannya bila

dirasa perlu demi kejelasan informasi. Selain itu, kalimat transisi tidak hanya

terdapat dalam paragraf, melainkan bisa juga muncul dalam kalimat, antarparagraf,

antar anak bab, dan antar bab.

Ada dua cara untuk menghubungkan dua paragraf, yaitu 1) cara implisit, dan 2) cara

eksplisit. Hubungan implisit tidak ditandai oleh alat penanda transisi tertentu, namun

hubungan antraparagraf masih dapat dirasakan. Sedangkan hubungan eksplisit

dinyatakan oleh penanda transisi tertentu, seperti kata, kelompok kata, dan kalimat.

Secara garis besar alat penanda transisi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

- penanda hubungan kelanjutan, misalnya dan, lagi, serta, lagi pula, tambahan lagi;

- penanda hubungan urutan waktu, seperti dahulu, kini, sekarang, sebelum, setelah,

sesudah, kemudian, sementara itu;

- penanda klimaks, seperti paling …, se-nya, ter-;

- penanda perbandingan, misalnya sama, seperti, ibarat, bagaikan, bak, laksana;

- penanda kontras, misalnya tetapi, biarpun, walaupun, sebaliknya, kendatipun;

- penanda urutan jarak, misalnya di sini, di sana, di situ, dekat, jauh, sebelah …;

- penanda ilustrasi, seperti umpama, contoh, misalnya;

- penada sebab-akibat/kausalitas, misalnya karena, sebab, oleh karena, akibatnya,

karena itu, oleh karena itu;

- penanda kondisi, misalnya jika, jikalau, kalau, andaikata, seandainya;

- penanda kesimpulan, misalnya kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya,

rangkuman.

Page 123: Kaidah bahasa indonesia

Contohnya:

1. Oleh karena itu, selama Perang Dunia II kata tersebut menunjuk

kepada para pekerja wanita Amerika Serikat dan Inggris yang

pekerjaannya menghitung jalan artileri perang dengan mesin hitung

- Kata “oleh karena itu” merupakan penanda transisi yang tergolong

dalam penanda sebab-akibat/kausalitas, contoh yang lainnya seperti;

karena, sebab, oleh karena, akibatnya, karena itu.

2. Dengan demikian, Komputer adalah alat yang dipakai untuk

mengolah data menurut prosedur yang telah dirumuskan.

- Kata “Dengan demikian” merupakan penanda transisi yang

tergolong dalam penanda kesimpulan, contoh yang lainnya seperti;

kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya, rangkuman.

54) Beda makna gramatikal dan leksikal:

Makna leksikal ialah makna kata secara lepas, tanpa kaitan dengan kata yang

lainnya dalam sebuah struktur (frase klausa atau kalimat). Makna leksikal

kata-kata tersebut dimuat dalam kamus.

Contoh:

rumah : bangunan untuk tempat tinggal manusia

makan : mengunyah dan menelan sesuatu

makanan : segala sesuatu yang boleh dimakan

Makna gramatikal (struktur) ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya

proses gramatikal (pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan).

Contoh:

berumah : mempunyai rumah

rumah-rumah : banyak rumah

Page 124: Kaidah bahasa indonesia

rumah makan : rumah tempat makan

rumah ayah : rumah milik ayah