11

Click here to load reader

Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah

KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)

BAB IPENDAHULUAN

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran penting mempersiapkan murid untuk memiliki sumberdaya yang mampu bersaing secara nasional maupun global. Berbagai upaya sekolah lakukan agar murid memiliki sejumlah keahlian dan keterampilan sebagai bekal dalam memecahkan masalah kehidupan masa sekarang dan masa depan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.Kepala sekolah sebagai salah satu sumber daya dalam pengelola sekolah harus memiliki kemampuan dan kecakapan dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan baik. Kepala sekolah merupakan sumber daya manusia yang menempati posisi utama, kedudukannya dalam pendidikan sebagai penentu suksesnya penyelenggaraan pendidikan secara menyeluruh.Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah merupakan kunci bagi pengembangan dan peningkatan mutu sekolah. Kepala sekolah adalah orang yang paling bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilaksanakan dalam organisasi sekolah. Kepala sekolah bukan hanya sekedar suatu posisi jabatan tetapi menuntut keahlian untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara efekfit dan efisien.Kepala sekolah dalam organisasi sekolah berfungsi dan bertugas sebagai leader, educator, manajer, administrator, dan supervisor (Depdikbud, 1997). Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus dapat mewujudkan hubungan manusia yang harmonis dalam rangka membina dan mengembangkan kerjasama antar personal agar tercipta suasana kerja yang menyenangkan, aman dan penuh semangat sehingga semua personal dapat secara bersama-sama melaksanakan tugas dan tanggungjawab ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien. Selaku administrator kepala sekolah harus mampu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi seluruh kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di sekolahnya agar tujuan institusional dapat dicapai secara optimal. Selaku supervisor, kepala sekolah harus membina personal sekolah sehingga personal sekolah profesional dalam melaksanakan tugasnya. Keempat fungsi ini dalam pengelolaan sekolah pada hakikatnya tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Dengan fungsi dan tanggung jawab demikian, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif atau prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.Manajerial Kepala Sekolah sebagai bentuk operasional desentaralisasi pendidikan dalam memberikan wawasan baru terhadap sistem yang berjalan selama ini. Hal ini di harapkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi, efektifitas dan kinerja sekolah dengan menyediakan layanan pendidikan yang komperhensif dan tanggap tehadap kebutuhan masyarakat. Kepala sekolah selaku manajer mempunyai peranan penting dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Sebagai manajer harus mempertimbangkan peran penting yang tidak hanya membuat pengaruh tetapi ia membina bawahan agar memiliki kemampuan dalam mengatur kinerjanya baik kemampuan manajerial maupun kemampuan tehnis.Kemampuan manajerial kepala sekolah yang baik dalam mengkoordinasikan, menggerakan, dan menyerasikan penerapan fungsi-fungsi manajemen atau proses manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengontrolan, dan pengendalian. Setiap kepala sekolah pada sebuah sekolah mempunyai tujuan individu yang arif serta senantiasa memperhatikan adanya kesesuaian antara tujuan individu yang tidak jauh menyimpang dari aktivitas organisasi. Jika terjadi kesenjangan antara tujuan individu dan dengan tujuan organisasi, maka akan tercipta ketidakharmonisan kerja.Menurut Slamet (2000 : 50) kepala sekolah tangguh adalah kepala sekolah yang mempunyai karakteristik : (1) visi, misi, strategi, (2) kemampuan mengkoordinasikan dan menyerasikan sumber daya dengan tujuan, (3) kemampuan mengambil keputusan secara terampil, (4) toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang, tetapi tidak toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi, standar dan nilai-nilai, (5) memobilisasi sumber daya, (6) menggunakan input manajemen, yaitu meliputi : tugas yang jelas, rencana yang rinci, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana yang rinci, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana,a turan yang jelas sebagai panutan untuk bertindak dan sistem pengendalian mutu yang efektif dan efisien, (8) menjalankan perannya sebagai manajer, memimpin, pendidik, wirausahawan, regulator, penyedia, pencipta iklim kerja, administrator, pembaharu dan pembangkit motivasi, (9) melaksankaan dimensi-dimenti tugas, proses lingkungan dan keterampilan personal, dan (10) menggalang team work yang cerdas dan kompak, (11) mendorong kegiatan-kegiatan yang kreatif, (12) menciptakan sekolah belajar, (13) menerapkan manajemen berbasis sekolah, (14) memusatkan perhatian pada pengelolaan belajar mengajar dan memberdayakan sekolah.Menurut Caldwell and Spink(1988), strategi pengelolaan pendidikan yang mengedepankan kerja sama antara berbagai pihak yang dikenal dengan istilah the collaborative school management yang pada perkembangan selanjutnya menjadi model pengelolaan sekolah yang dinamakan school based management atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).Pengelolaan sekolah akan selalu berkaitan erat dengan kualitas kepemimpinan kepala sekolah, maka dalam makalah ini akan membahas kepemimpinan Kepala Sekolah dalam mengembangkan organisasi sekolah menjadi organisasi yang berkualitas dan memiliki mutu yang tinggi berdasarkan pada manajemen organisasi belajar dan MBS.

Page 2: Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah

BAB IIMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DAN KEPEMIMPINAN

A. Manajemen Berbasis SekolahManajemen Berbasisi Sekolah (MBS) dapat dikatakan merupakan model pengelolaan pendidikan yang relatif baru bagi sekolah-sekolah di Indonesia. Model ini mulai diujicobakan tahun 1999/2000 pada 140 SMUN dan 248 SLTPN dan pada tahun 2000/2001 pada 486 SMUN dan 158 SLTPN yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Dikmenum, 2000: 3).MBS berasal dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Input manajemen terdiri dari tugas, rencana, program, limitasi yang terwujud dalam bentuk ketentuan-ketentuan, pengendalian (tindakan turun tangan), dan kesan dari anak buah ke atasannya).Sedangkan Berbasis berarti “berdasarkan pada” atau “berfokuskan pada”. Sedangkan pengertian dari sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan “bekal kemampuan dasar” kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistik (makro, meso, mikro) dan profesionalistik (kualifikasi, untuk sumber daya manusia; spesifikasi untuk barang/jasa, dan prosedur-prosedur kerja).Dari pengertian diatas dapat dirangkum bahwa “manajemen berbasis sekolah” adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara otonomis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan (partisipatif)”. Lebih ringkas lagi, manajemen berbasis sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut (David, 1989): manajemen berbasis sekolah = otonomi manajemen sekolah + pengambilan keputusan partisipatif.Model manajemen berbasis sekolah pada dasarnya ditampilkan menurut pendekatan sistem (berfikir sistem), yaitu output-proses-input. Urutan ini dipilih dengan alasan bahwa setiap kegiatan sekolah akan dilakukan, termasuk kegiatan melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat), semestinya dimulai dari “output” yang akan dicapai, kemudian ke “proses”, dan baru ke “input” yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Langkah-langkah pemecahan persoalannya ditempuh dengan mengikuti urutan yang berlawanan dengan arah analisis SWOT.Manajemen berbasis sekolah pada umumnya memiliki ciri-ciri universal, sehingga setiap sekolah yang akan mengadopsi model ini perlu mengadaptasikannya / menyesuaikannya dengan karakteristik sekolah masing-masing. Otonomi daerah ini memberi payung hukum dalam pengelolaan pendidikan merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para personil dengan partisipasi langsung pihak-pihak terkait dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

B. Landasan Programatik MBS• Kepala sekolah dan guru-guru adalah tenaga profesional yang memiliki keahlian khusus dan pengalaman profesional dalam penyelenggaraan sekolah dan pembelajaran. Kapasitas profesional dan proses validasi empirik merupakan esensi otonomi profesional.• Tenaga profesional di sekolah adalah orang-orang yang memiliki kewenangan otonomi profesional yang juga mengandung makna kemampuan menterjemahkan kebijakan pemerintah (standar-standar) dan ketentuan lainnya sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak didik dan stakeholder lainnya• Sekolah adalah sistem sosial yang harus ditumbuh- kembangkan melalui proses “self-renewal capacity” untuk merespon tuntutan stakeholders atas mutu pendidikan,dan perubahan lingkungan yang terus-menerus terjadi.• Perumusan kebijakan, pembuatan keputusan, dan pemecahan masalah di sekolah akan efektif jika dilakukan oleh fihak/orang-orang yang memiliki keahlian, berkepentingan dan berkecimpung/terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan itu sehari-hari.

C. Pemimpin dan KepemimpinanSekilas antara pemimpin dan kepemimpinan mengandung pengertian yang sama, padahal berbeda. Pemimpin adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin.Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin dari bukan dengan jalan menyuruh atau mondorong dari belakang. Masalah yang selalu terdapat dalam membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang melembaga antara pemimpin dengan yang dipimpin menurut rules of the game yang telah disepakati bersama.Kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam wujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan lebih dahulu. Seseorang pemimpin selalu melayani bawahannya lebih baik dari bawahannya tersebut melayani dia. Pemimpin memadukan kebutuhan dari bawahannya dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhannya.Dalam organisasi pemimpin dibagi dalam tiga tingkatan yang tergabung dalam kelompok anggota-anggota manajemen (manajement members). Ketiga tingkatan tersebut adalah :a.Manager puncak (Top Manager)

Page 3: Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah

b.Manajer menengah (Middle manager)c. Manajer bawahan (Lower managor/suvervisor)

Seorang pemimpin mempunyai keterampilan manajemen (managerial skill) maupun keterampilan tekhnis (technical skill). Semakin rendah kedudukan seorang tekhnis pemimpin dalam organisasi maka keterampilan lebih menonjol dibandingkan dengan keterampilan manajemen. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang bersifat operasional.Bertambah tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin menonjol keterampilan manajemen dan aktivitas yang dijalankan adalah aktivitas bersifat konsepsional. Dengan perkataan lain semakin tinggi kedudukan seorang pamimpin dalam organisasi maka semakin dituntut dari padanya kemampuan berfikir secara konsepsional strategis dan makro.

D. Teori Kepemimpinan Dalam Implementasi MBS

Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam manajemen berbasis sekolah. Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Prilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap guru baik secara individu maupun sebagai kelompok (Mulyasa, 2003: 107). Kepala sekolah sebagai pimpinan di lingkungan sekolah tidak hanya wajib melaksanakan tugas administratif. Namun juga menyangkut tugas bagaimana mengatur seluruh program sekolah. Dia harus mampu memimpin dan mengarahkan aspek-aspek baik administratif maupun proses kependidikan di sekolahnya. Sehingga kepemimpinan di sekolah harus digerakkan sedemikian rupa sehingga pengaruh prilakunya sebagai orang yang memegang kunci dalam perbaikan administratif dan pengajaran harus mampu menggerakkan kegiatan-kegiatan dalam rangka inovasi di bidang pengajaran.Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah dapat mewujudkan misi dan visi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Maka dari itu kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.Beberapa teori telah dikemukakan para ahli majemen mengenai timbulnya seorang pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang lainnya.Di antara berbagai teori mengenai lahirnya paling pemimpin ada tiga di antaranya yangpaling menonjol yaitu sebagai berikut :1. Teori Genetie Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan “leaders are born and not made”. bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akn menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.2. Teori Sosial Jika teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu :“Leadersare made and not born”. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.3. Teori Ekologis Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.

Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan teori yang paling baik dari teori-teori kepemimpinan.Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.Pada umumnya para pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima type utama yaitu sebagai berikut :1. Tipe pemimpin otokratis2. Tipe pemimpin militoristis3. Tipe pemimpin paternalistis4. Tipe pemimpin karismatis5. Tipe pemimpin demokratis

Page 4: Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah

1. Tipe pemimpin demokratisTipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak. Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :a. Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadib. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.c. Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-matad. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap dialah yang paling benar.e. Selalu bergantung pada kekuasaan formalf. Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.

Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.

2. Tipe kepemimpinan militeristisPerlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:a. Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.b. Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan jabatannya.c. Senang kepada formalitas yang berlebihand. Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahane. Tidak mau menerima kritik dari bawahanf. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.

3. Tipe pemimpin fathernalistisTipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil.Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:a) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.b) Bersikap terlalu melindungi bawahanc) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.d) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya kreasi.e) Sering menganggap dirinya maha tau.Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.

4. Tipe kepemimpinan karismatisSampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab-sebab mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.

5. Tipe Kepemimpinan DemokratisDari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan kepentingan individu.a) Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.b) Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi.c) Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.d) Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari bawahan.

Page 5: Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah

e) Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dan berusaha mengembangkan kapasitas diri.

BAB IIIKESIMPULAN

1. Kepala sekolah merupakan kunci bagi pengembangan dan peningkatan mutu sekolah. Kepala sekolah dalam organisasi sekolah berfungsi dan bertugas sebagai leader, educator, manajer, administrator, dan supervisor.2. Model manajemen berbasis sekolah pada dasarnya ditampilkan menurut pendekatan sistem (berfikir sistem), yaitu output-proses-input.3. Proses manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengontrolan, dan pengendalian.4. Tugas yang diemban kepala sekolah ada dua, yaitu sebagai seorang pemimpin dan manejer.5. Organisasi belajar sebagai suatu disiplin untuk mengembangkan potensi kapabilitas individu dalam organisasi yang dikenal dengan The Fifth Dicipline sebagai berikut: 1) Berpikir Sistem (Systems Thinking), 2) Penguasaan Pribadi (Personal Mastery), 3) Pola Mental (Mental Models), 4) Visi Bersama (Shared Vision), 5) Belajar Beregu (Team Learning).

DAFTAR PUSTAKA

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.Moeljono, Djokosantoso, 2003. 12 Konsep Kepemimpinan, Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta.Senge, Peter M .1996. Fifth Discipline. Binarupa Aksara. Edisi Bahasa IndonesiaSuyanto. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. http://groups.yahoo.com. Diakses tanggal 24 Oktober 2008Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Biggraf. YogyakartaZikwan. 2009. Tugas Proposal Penelitian Kualitatif. Copyreg Tugas Unila. Bandar Lampung.http://schooldevelopment.net/indexi.html diakses tanggal 03 juni 2011

kepemimpinan pendidikan mutu dan kerja bagi tim mutu

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN MUTU DAN KERJA TIM BAGI MUTUKepemimpinan adalah unsur terpenting dalam TQM. Pemimpin harus memiliki visi

dan mampu menerjemahkan visi tersebut kedalam kebijakan yang jelas dan tujuan yang spesifik.*) Pemimpin Pendidikan

Mutu terpadu merupakan sebuah gairah dan pandangan hidup bagi organisasi yang diterapkannya. Pertanyaanya adalah bagaimana membangkitkan keinginan dan hasrat untuk meningkatakn mutu pendidikan. Peters dan Austin pernah meneliti karakteristik tersebut dalam bukunya A Passion for Excellenceyang meyakinkan mereka bahwa yang menentukan suatu mutu dalam sebuah institusi adalah kepemimpinan. Mereka berpendapat bahwa gaya kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan institusi pada revolusi mutu yang mereka singkat menjadi MBWA atau Management by Walking About (majemen dengan melaksanakan). MBWA menekankan pentingnya kehadiran pemimpin dan pemahaman atau pandangan mereka terhadap karyawan dan proses institusi yang mementingkan komunikasi visi dan nilai – nilai institusi kepada pihak – pihak lain, serta berbaur dengan para staf dan pelanggan.

Peter dan Austin memberi pertimbangan spesifik pada kepemimpinan pendidikan dalam sebuah bab yang berjudul “Excellence in school Leadership”. Mereka memandang bahwa pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif – perspektif berikut ini:

a. Visi dan simbol – simbol. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai – nilai institusi kepada para staf, pelajar dan kepada komunitas yang lebih luas.

Page 6: Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah

b. MBWA adalah gaya kepemimpinan yang dibutuhkan bagi sebuah insitusi.c. ‘Untuk Para Pelajar’. Istilah ini sama dengan ‘dekat dengan pelanggan’ dalam

pendidikan. Ini memastikan bawa institusi memiliki fokus yang jelas terhadap pelanggan utamanya.

d. Otonomi,eksperimentasi dan antisipasi terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus melakukan inovasi di antara staf – stafnya dan bersiap – siap mengatisipasi kegagalan yang mengiringi inovasi tersebut.

e. Mencipakan rasa ‘kekeluargaan’. Pemimpin harus menciptakan rasa kekeluargaan di antara para pelajar, orangtua, guru dan staf institusi.

f. ‘Ketulusan’, kesabaran, semangat, intensitas, dan ‘antusiasme’. Sifat – sifat tersebut merupakan mutu personal esensial yang dibutuhkan pemimpin lembaga pendidikan.

Tanpa kepemimpinan, pada semua level institusi, proses peningkatan tidak dapat dilakukan dan diwujudkan. Komitmen terhadap mutu harus menjadi peran utama bagi seorang pemimpin, karena TQM adalah proses atas ke bawah(top – down). Sela ini telah di perkirakan 80 % inisiatif mutu gagal dalam masa dua tahun awal. Alasan utamanya adalah bahwa manajer senior kurang mendukung proses dan kurang memiliki komitmen untuk inisiatif tersebut. Biasanya, masalah peningkatan mutu ini merupakan hal yang amat sangat berat dilakukan oleh manajer senior, karena mereka beranggapan bahwa pelimpahan tanggung jawab pada para bawahan akan ikut mempengaruhi wibawa mereka. Itulah sebab mengapa kepemimpinan yang kuat dan jauh kedepan diperlukan dalam kesuksesan peningkatan mutu.

Biasanya, pemimpin organisasi non TQM menghabiskan 30% waktu untuk menghadapi kegagalan sistem, komplain serta penyelesaian masalah. Sementara itu, manajer yang mengaplikasikan TQM tidak memiliki pemborosan waktu sedemikian sehingga mereka bisa mengalihkan 30% waktu tersebut untuk memimpin, merencanakan masa depan, mengembangkan ide – ide baru dan bekerja secara familiar dengan para pelanggan.*) Mengkomunikasi Visi

Dalam organisasi – organisasi TQM, seluruh manajer harus menjadi pemimoin dan pejuang proses mutu. Mereka harus mengkomunikasikan visi dan menurunkannya keseluruh orang dalam institusi. Beberapa manajer, terutama manajer menengah, mungkin akan beranggapan bahwa mutu terpadu sulit diterima dan diimplementasikan. Peran tersebut berubah dari mentalitas ‘Saya adalah Bos’ menuju mental bahwa manajer adalah pendukung dan pemimpin para staf. Fungsi pemimpin adalah mempertinggi mutu dan mendukung para staf yang menjalankan roda mutu tersebut. Gagasan – gagasan tradisional tidak akan bisa berjalan berbarengan dengan pendekatan mutu terpadu. Karena TQM akan merubah institusi tradisional mulai dari pimpinan hingga para staf serta memutar - balikkan hirarki fungsi institusi tersebut. TQM memberdayakan para guru dan memberikan kepada mereka kesempatan yang luas untuk berinisiatif. Oleh karena itu sering kali dikatakan institusi TQM hanya membutuhkan manajemen yang sederhana dengan kepemimpinan yang unggul.*) Mengembangkan Budaya MutuPeran pemimpin dalam mengembangan sebuah budaya mutu adalah sebagai berikut:

a. Memiliki visi mutu terpadu bagi institusi;b. Memiliki komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu;c. Mengkomunikasikan pesan mutu;d. Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek institusi;e. Mengarahkan perkembangan karyawan;f. Berhati – hati dengan tindakan menyalahkan orang lain saat persoalan muncul tanpa bukti – bukti

yang nyata. Kebanyakan persoalan yang muncul adalah hasil dari kebijakan institusi dan bukan kesalahan staf;

g. Memimpin inovasi dalam instansi;h. Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah mendefinisikan tanggungjawab

dan mampu mempersiapkan delegasi yang tepat;i. Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik yang bersifat organisasional maupun

kultural;j. Membangun tim yang efektif;k. Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan.

*) Memberdayakan Para Guru

Page 7: Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah

Aspek penting dari peran kepemimpinan dalam pendidikan adalah memberdayakan para guru dan memberi mereka wewenang yang luas untuk meningkatkan pembelajaran para pelajar. Stanley Spanbauer, ketua Fox Valley Technical College, yang telah memperkenalkan TQM ke dalam pendidikan kejuruan di Amerika Serikat, berpendapat bahwa, “dalam pendekatan berbasis mutu, kepemimpinan di sekolah bergantung pada pemberdayaan para guru dan staf lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Para guru di beri wewenang untuk mengambil keputusan, sehingga mereka memiliki tanggungjawab yang besar. Mereka diberi keleluasan dan otonomi untuk bertindak.” Spanbauer kembali menekankan pentingnya kepemimpinan dengan pendapat berikut:“komitmen jauh lebih penting dari sekedar menyampaikan pidato tahunan tentang betapa pentingnya mutu dalam sekolah . Komitmen memerlukan antusiasme dan curahan perhatian yang tiada henti terhadap pemberdayaan mutu. Komitmen selalu menghendaki kemajuan dengan metode cara baru. Komitmen memerlukan tinjauan ulang yang konstan terhadap masing – masing dan setiap tindakan.”Spanbauer berpendapat bahwa pemimpin institusi pendidikan harus memadu dan membantu pihak lain dalam mengembangkan karakteristik yang serupa. Dia menggambarkan sebuah gaya kepemimpinan dimana pemimpin “harus menjalankan dan membicarakan mutu serta mampu memahami bahwa perubahan terjadi sedikit demi sedikit, bukan dengan serta merta.” Pada dasarnya, arahan Spanbauer tersebut sangat berkaitan dengan pentingnya kepemimpinan bagi pemberdayaan. Dalam kesimpulan arahan tersebut, pemimpin harus:

1. Melibatkan para guru dan seluruh staf dalam aktivitas penyelesaian masalah, dengan menggunakan metode ilmiah dasar, prinsip – prinsip mutu statistik dan kontrol proses.

2. Memilih untuk meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana cara mereka menjalankan proyek dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana seharusnya mereka bersikap.

3. Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan peningkatan komitmen mereka.

4. Menanyakan pendapat staf tentang sistem dan prosedur mana saja yang menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada para pelanggan ~ pelajar, orangtua, dan partner kerja.

5. Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu para guru tidak sesuai dengan pendekatan manajemen atas ke bawah (top – down).

6. Memindahkan tanggunjawab dan kontrol pengembangan tenaga profesional langsung kepada guru dan pekerja teknis.

7. Mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu diantara setiap orang yang terlibat didalam sekolah.

8. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negosiasi dalam rangka menyelesaikan konflik.

9. Memiliki sifat membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban bagi setiap masalah dan tanpa ada rasa rendah diri.

10. Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu seperti membentuk tim, manajemen proses, layanan pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan.

11. Memberikan teladan yang baik dengan cara memperlihatkan karakteristik yang diinginkan dan menggunakan waktu untuk melihat – lihat situasi dan kondisi institusi dengan mendengarkan keinginan guru dan pelanggan lainnya.

12. Belajar untuk berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai bos.13. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko.14. Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi para pelanggan eksternal

(pelajar, orangtua, dan lainnya) dan pada pelanggan internal (pengajar, anggota dewan guru, dan pekerja lainnya).KERJA TIM BAGI MUTUKerja tim adalah sebuah organisasi merupakan komponen penting dari implementasi TQM, mengingat kerja tim akan meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi, dan mengembangkan kemandirian. (John S Oakland, Total Quality Management, 1989)*) Konsep Tim

Page 8: Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah

Dalam sektor pendidikan, tim telah dikembangakan sebagai unit dasar dari penyampaian kurikulum dan dengan demikian pendidikan memiliki suatu awal yang baik mengingat kerja tim adalah sebuah fakta yang sudah terbukti berhasil. Langkah awal tersebut memungkinkan institusi pendidikan memiliki pondasi kuat untuk membangun TQMNamun aplikasi dari kerja tim seringkali dibatasi hanya sebatas fungsi kurikulum dan manajemen. Untuk membangun kultur TQM yang efektif, kerja tim harus difungsikan dalam institusi dan harus mendapatkan kesempatan yang seluas – luasnya dalam situasi – situasi yang menentukan, seperti ketika harus membuat keputusan dan memecahkan masalah. Kerja tim harus ada juga di semua tingkatan dan harus melibatkan semua staf, akademik maupun pendukung. Pemisahan antara staf pengajar dan staf pendukung, dan antar tingkatan hirarkis seringkali mencegah fungsional kerja tim. Oleh karena itu, kendala ini harus dihilangkan.*) Peran Tim ProyekDisamping menjalankan fungsi tim yang memang sangat penting, tim juga bisa digunakan untuk mencapai proyek yang spesifik. Proyek ad – hoc dan berjangka pendek serta tim peningkatan merupaka elemen kunci dalam peningkatan mutu. Tim harus menjadi motor peningkatan mutu. Perlu diingat bahwa TQM adalah sebuah kumpulan tim yang saling melengkapi.Tugas – tugas kecil dan dapat diatur akan mempermudah pencapaian sukses. Dan meskipun gagal, tugas – tugas kecil tersebut tidak akan membahayakan kredibilitas dari keseluruhan proses. Rangkaian proyek kecil bisa mendatangkan kesuksesan yang lebih besar. Meskipun demikian, proyek – tersebut harus memiliki sebuah tujuan umum, sehingga ada koherensi dan arah yang jelas dengan hasil akhirnya adalah manfaat bagi pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sebagai langkah awal, tim perlu dilatih tentang cara menggunakan pendekatan – pendekatan metodik dan menemukan solusi yang permanen dan berjangka panjang.*) Tim Sebagai Dasar Bangunan MutuSebuah sinergi tim kerja yang harmonis dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu. Peningkatan mutu adalah sebuah kerja keras, dan mendapat dukungan semua pihak adalah pendekatan terbaik dalam menangani hal tersebut. Sebagai contoh, sebagian besar kerja – kerja peningkatan mutu dalam pendidikan terpusat pada pengembangan tim penyusun mata pelajaran, Strategic Quality Management yang dikembangkan Miller, Dower, dan Inniss telah menjadikan tim penyusun mata pelajaran sebagai dasar bangunan yang penting untuk menyampaikan mutu dalam pendidikan. Tim tersbut dibentuk agar memiliki sejumlah fungsi penting yang mencakup:; Bertanggung jawab pada mutu pembelajaran;; Bertanggung jawab pada pemanfaatan waktu para guru, material serta ruang yang digunakan;; Menjadi sarana untuk mengawasi, mengevaluasi dan meningkatkan mutu;; Bertindak sebagai penyalur informasi kepada pihak manajemen tentang perubahan – perubahan yang diperlukan dalam proses peningkatan mutu. Tim adalah ‘sebuah cara solid dalam membuat perubahan’. Tim tidak hanya sebagai instrumen pengumpulan data, tapi juga menggunakan kumpulan data yang dikumpulakan untuk meningkatkan kesempatan – kesempatan bagi pelajarnya.

Kerja tim tidak muncul begitu saja, seperti yang dikatakan oleh Philip Crosby: “menjadi bagian dari sebuah tim bukanlah sebuah fungsi alami manusia; hal itu harus dipelajari.” Tim merupakan kumpulan individu yang memiliki perbedaan kepribadian, ide, kekuatan, kelemahan, tingkat antusiasme, dan kebutuhan terhadap kerjanya. Sudah menjadi sebuah kebiasaan bahwa kita seringkali menyebut sekelompok orang yang bekerja sama dengan istilah ‘tim’. Dan biasanya, hanya peran pemimpin tim tersebut yang bisa diidentifikasi, dan hal tersebut adalah satu – satunya, struktur yang dimiliki ‘tim’ tersebut. Tim, seperti orang, membutuhkan pemeliharaan dan pengawasan agar ia dapat berfungsi

Page 9: Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah

dengan baik dan mampu memberikan hal yang terbaik. Kontribusi mereka harus dihargai dan didukung.*) Tahapan Formasi TimTim membutuhkan waktu untuk tumbuh dan dewasa. B W Tuckman mengatakan ada empat tahap pertumbuhan dan kematangan dalam perkembangan tim. Dimulai dengan tahap pembentukan, lalu diikuti tahap – tahap yang ia gambarkan dengan tahap tangan, penataan norma dan kerja keras.Pada tahap perkembangan, tim belum lagi sebuah tim. Ia hanya sekumpulan individu – individu. Ada beberapa tingkat emosi yang diasosiasikan dengan tahap ini, dari kehebohan, optimisme, idealisme, kebanggaan, dan antisipasi terhadap kekhawatiran, kecurigaan, dan kegelisahan. Diskusi utama dalam tahap ini akan terpusat pada isu - isu filosofis yang menyangkut konsep dan abstraksi, atau pada kendala organisasi yang kelak menghambat kesuksesan kerja. Pada tahap ini tim masih mudah kehilangan perhatian dan mulai menghadapi masalah – masalah yang sebenarnya berada diluar kepentingan mereka. Sesungguhnya itu merupakan proses penting yang harus dilalui tim. Mereka akan berhasil mengatasi tahap tersebut jika seorang manajer senior bisa menyampaikan visi bagi mereka, dan bisa memberikan garis pedoman yang jelas.Ketika tim terbentuk, maka mereka akan masuk kepada tahap yang selanjutnya yang lebih rumit, yang disebut juga dengan tahap tantangan. Tahap ini biasanya merupak periode yang paling tidak mengenakkan. Ini merupakan tahap dimana para anggota mulai menyadari skala tugas ke depan dan mereka bisa bereaksi negatif pada tantangan – tantangan yang datang dengan menempatkan agenda – agenda personal masing – masing. Permusuhan interpersonal kemungkinan benar – benar muncul. Jika konflik pada tahap ini bisa diatasi, maka tim dengan mudah dapat bertahan. Pimpinan tim harus mengetahui sumber konflik dan mengatasinya dengan membantu anggota menyelidiki sebab – sebab umum konflik tersebut. Ada sisi positif pada tahap tantangan ini, yaitu para anggota mulai memahami satu sama lainnya. Humor dan kesabaran merupakan hal penting bagi pemimpin pada tahap ini, demikian pula dengan keteguhan dan kemantapan hati.Tahap selanjutnya adalah tahap norma. Ia merupakan tahap dimana sebuah tim memutuskan dan mengembangkan metode – metode kerjanya. Tim tersebut mulai menetapkan peraturan dan norma, dan membagi – bagi peran yang harus dijalankan para anggota. Pendekatan pelatihan yang terstruktur dalam kerja tim, sangat membantu dalam tahap ini.Kerja keras adalah tahap keempat dalam proses pembentukan tim menurut Tuckman. Anggota tim saat ini sudah mulai keluar dari perbedaan dan menentukan metode kerja serta mereka mampu memulai proses pemecahan masalah dan meningkatkan proses. Tim yang cukup matang dapat bekerja sama dan menghasilkan sinergi. Tim tersebut akan membangun sebuah identitas dan menentukan ‘kepemilikan’ terhadap proses yang digunakan.Tidak ada skala waktu khusus bagi sebuah tim untuk mengikuti proses perkembangan ini. Akan tetapi jika anggota tim selalu ragu terhadap kemantapan tujuan tersebut, maka tahap formasi akan membutuhkan waktu lama, bahkan ketika tahap kerja keras telah dicapai, tim masih sangat mungkin mengalami pasang surut.*) Tim Yang Sangat EfektifUkuran efektifitas sebuah tim sangat menentukan operasinya di lapangan. Seperti dinyatakan Paula Tansley dalam bukunya, Course Teams ~ the Way Forward in FE?, bahwa jumlah staf yang terlibat dalam sebuah proses penyampaian mata pelajaran tidak sama dengan banyaknya jumlah staf yang terlibat dalam sebuah tim industri. Karena itu, hal terpenting yang harus dilakukan adalah memastikan sebuah parameter efektifitas. Walaupun tidak ada ‘resep khusus’ yang menjamin kesuksesan sebuah tim, namun beberapa poin penting berikut perlu terus diingat:

Page 10: Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah

Sebuah tim membutuhkan peran anggota yang telah didefinisikan secara jelas. Ini penting untuk mengetahui siapa yang memimpin tim dan siapa yang memfasilitasi tim. Perbedaan antara pemimpin dan fasilitator ditegaskan dalanm TQM. Peran pemimpin adalah teladan ~pembuktian diri. Pemimpin adalah orang yang memberikan misi dan menyampaikannya pada tim. Fasilitator atau konsultan mutu memiliki peranan yang lebih fiktif. Fasilitator membantu tim untuk menggunakan secara tepat alat pemecahan maslah dan alat pembuat keputusan. Peran penting lainnya dalam tim melibatkan penelitian, pembuatan catatan dan pembangunan hubungan eksternal.Tim membutuhkan tujuan yang jelas. Sebuah tim harus tau kemana arah meraka dan harus memiliki tujuan yang jelas untuk dicapai. Sebuah tim perlu membuat statemen dalam misinya dan memandangnya sebagai sesuatu yang dapat dikerjakan. Tujuan harus dapat dicapai dan dapat diraih serta relevan dengan minat dan kepentingan anggotanya.Sebuah tim membutuhkan sumberdaya – sumberdaya dasar untuk beroperasi. Kebutuhan SDM, waktu, ruang, dan energi. Poin terakhir, yaitu energi merupakan unsur yang penting namun sering kali dilupakan dalam diskusi kerja tim, khususnya dalam konteks tim – tim peningkatan. Sebuah tim perlu untuk tidak memanfatkan energi tim secara berlebih lebihan.Sebuah tim perlu mengetahui tanggung jawab dan batas – batas otoritasnya. Kekecewaan akan hadir jika terdapat pertimbangan yang diabaikan, atau jika timberlebihan menggunakan otoritasnya.Sebuah tim memerlukan rencana kerja. Rencana tersebut mencakup visi, misi, bahkan mungkin flowbart tentang langkah – langkah yang dibutuhkan untuk menyelsaikan proyek, serta sumberdaya – sumberdaya bagi tim.Sebuah tim membutuhkan seperangkat aturan untuk bekerja. Aturan tersebut harus sederhana dan disetujui oleh anggota. Pentingnya mereka bagi tim adalah untuk menyusun standar yang tinggi dan menjaga keberlangsungan tim.Tim perlu menggunakan alat – alat yang tepat untuk mengatasi masalah dan menemukan solusi. Tekhnik seperti brain storming, flowbarting, dan analisis lapangan, mudah untuk diadopsi dan dapat menjadi alat pemecahan masalah dan alat pembuat keputusan yang handal.Tim perlu mengembangkan sikap tim yang baik dan bermanfaat. Peter R Scholtes berpendapat bahwa kunci menuju kerja tim yang baik adalah sikap tim yang baik dan bermanfaat. Ada beberapa hal yang secara ideal harus dilakukan oleh seluruh anggota tim, dan mencakup kemampuan untuk:; Mengini siasikan diskusi;; Mencari informasi dan opini;; Mengusulkan prosedur untuk mencapai tujuan;; Menjelaskan atau mengurai ide; Menyimpulkan;; Tes utnuk mufakat;; Bertindak sebagai moderator: mengatur lalulintas percakapan langsung, menghindari percakapan simultan, menghambat pembicara yang dominan, memberikan kesempatan kepada pembicara cadangan, menjaga percakapan dari hal – hal yang menyimpang;; Kompromis dan kreatif dalam mengatasi perbedaan;; Mencoba untuk mengurangi ketegangan dalam kelompok dan berusaha bekerja menembus masalah – maslah yang sulit;; Mengekspresikan perasaan kelompok dan meminta yang lain untuk mengecek kesan tersebut;; Membuat kelompok setuju terhadap standar;; Merujuk pada dokumentasi dan data;

Page 11: Kepemimpinan dalam manajemen berbasis sekolah

; Memuji dan mengoreksi anggota dengan cara yang fair, dan mampu menerima komplain sama baiknya dengan pujian.

Pentingnya komunikasi yang baik dalam suatu tim adalah untuk memelihara sifat – sifat yang baik dan bermanfaat tersebut. Dasar komunikasi yang baik antar anggota adalah kejujuran dan integritas. Hal itu sama pentingnya dengan keinginan anggota menyampaikan perasaannya secara terbuka dan tidak menyembunyikan agenda. Pemimpin memainkan peranan penting disini. Ini adalah peranan pemimpin tim untuk mencegah tim dari kemandekan serta dari dominasi oleh beberapa orang.