6
PERAN KEPUSTAKAWANAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA I. Pendahuluan Dewasa ini pentingnya peran perpustakaan dan pustakawan di lingkungan sekolah sudah tidak dapat dibantah lagi. Keberadaan perpustakaan dan pustakawan tidak lagi hanya sekedar pemanis bibir “lip service” oleh para pemegang keputusan di lingkungan sekolah. Bahkan keberadaan perpustakaan sekolah dan pustakawan dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman apakah sekolah sudah benar-benar memainkan peranannya dalam memberi kesempatan kepada peserta didik yang tidak mampu. Tetapi sudah menjadi kewajiban untuk mengadakannya. Hal ini tidak lepas dari keberadaan : 1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), 2. UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, 3. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) 4. Peraturan Mendiknas RI No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana, dan 5. Peraturan Mendiknas No. 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah. Dengan berdasarkan dan berpegangan kepada payung-payung hukum yang telah disediakan maka semakin jelas betapa pentingnya keberadaan perpustakaan dan pustakawan di lingkungan sekolah. Setelah kita mengetahui apa landasan kita dalam mengatakan bahwa penting diselenggarakannya perpustakaan dan pustakawan di sekolah, maka selanjutnya kita juga harus memahami apa sebenarnya perpustakaan dan pustakawan itu. Dalam tulisan ini akan coba dipaparkan pemahaman tentang apa itu pustakawan, dan peranannya dalam meningkatkan minat baca siswa. Salah satu cara untuk memahami apa itu pustakawan adalah dengan memahami tentang kepustakawanan. M. Harfano A, S. Sos 1 Pemilihan Pustakawan Teladan Sekolah Tingkat Sumatera Utara Tahun 2012

Kepustakawanan Dalam Usaha Meningkatkan Minat Baca

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kepustakawanan Dalam Usaha Meningkatkan Minat Baca

PERAN KEPUSTAKAWANAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH

DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA

I. Pendahuluan

Dewasa ini pentingnya peran perpustakaan dan pustakawan di lingkungan

sekolah sudah tidak dapat dibantah lagi. Keberadaan perpustakaan dan

pustakawan tidak lagi hanya sekedar pemanis bibir “lip service” oleh para

pemegang keputusan di lingkungan sekolah. Bahkan keberadaan perpustakaan

sekolah dan pustakawan dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman apakah

sekolah sudah benar-benar memainkan peranannya dalam memberi

kesempatan kepada peserta didik yang tidak mampu. Tetapi sudah menjadi

kewajiban untuk mengadakannya. Hal ini tidak lepas dari keberadaan :

1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),

2. UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan,

3. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP)

4. Peraturan Mendiknas RI No. 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan

Prasarana, dan

5. Peraturan Mendiknas No. 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga

Perpustakaan Sekolah.

Dengan berdasarkan dan berpegangan kepada payung-payung hukum

yang telah disediakan maka semakin jelas betapa pentingnya keberadaan

perpustakaan dan pustakawan di lingkungan sekolah. Setelah kita mengetahui

apa landasan kita dalam mengatakan bahwa penting diselenggarakannya

perpustakaan dan pustakawan di sekolah, maka selanjutnya kita juga harus

memahami apa sebenarnya perpustakaan dan pustakawan itu. Dalam tulisan ini

akan coba dipaparkan pemahaman tentang apa itu pustakawan, dan

peranannya dalam meningkatkan minat baca siswa. Salah satu cara untuk

memahami apa itu pustakawan adalah dengan memahami tentang

kepustakawanan.

M. Harfano A, S. Sos 1Pemilihan Pustakawan Teladan SekolahTingkat Sumatera Utara Tahun 2012

Page 2: Kepustakawanan Dalam Usaha Meningkatkan Minat Baca

Pemahaman apa yang dimaksud dengan kepustakawanan dapat kita lihat

mulai dari segi kata “kepustakawanan”, yang berawal dari kata “pustakawan”

dan ditambah dengan awalan “ke” dan akhiran “an”. Kepustakawanan dalam

Bahasa Indonesia merupakan adaptasi dari Bahasa Inggeris “Librarianship”.

Dalam Bahasa Inggeris “Librarianship” berawal dari kata “Librarian” dan

ditambah dengan akhiran “ship”. Berdasarkan UU No. 43 tahun 2007 tentang

Perpustakaan dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan pustakawan

adalah “seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan

dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung

jawab untuk melaksakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan”. Sedangkan

menurut SNI 7329:2009, kepustakawanan adalah “teori, praktik, dan teknologi

ilmu perpustakaan dan informasi guna melaksanakan fungsi perpustakaan”.

Berdasarkan pengertian apa yang dimaksud dengan pustakawan maka dapat

dibuat satu pemahaman bahwa yang dimaksud dengan kepustakawanan adalah

segala sesuatu yang menggambarkan tingkat kemampuan dari seorang

pustakawan dalam melakukan kegiatannya di lingkungan perpustakaan.

II.Peranan Kepustakawanan untuk Meningkatkan Minat Baca

Kepustakawanan di lingkungan sekolah dapat kita lihat dan kita contohkan

dari berbagai hal seperti tingkat pendidikan pustakawan, pemahaman

pustakawan tentang pekerjaannya, kemampuan pustakawan dalam menghadapi

pengguna, kemampuan pustakawan untuk membuat satu pembagian tugas,

keikutsertaan pustakawan dalam satu organisasi profesi, kemampuan

pustakawan dalam membuat satu program kerja, kemampuan pustakawan

dalam memahami dan menerapkan teknologi perpustakaan, dan lain

sebagainya. Dalam tulisan ini kepustakawanan akan dicontohkan dan dibahas

berdasarkan dari segi pembuatan program kerja, dari segi layanan kepada

pengguna perpustakaan sekolah, dan dari segi penerapan teknologi

perpustakaan.

Salah satu program kerja yang dapat dicontohkan adalah program kerja

wajib baca di lingkungan sekolah tingkat menengah atas (SMA). Sedangkan

layanan di satu perpustakaan merupakan ujung tombak terdepan untuk

M. Harfano A, S. Sos 2Pemilihan Pustakawan Teladan SekolahTingkat Sumatera Utara Tahun 2012

Page 3: Kepustakawanan Dalam Usaha Meningkatkan Minat Baca

menghadapi pengguna. Sikap pustakawan yang berada dibagian layanan akan

menjadi pemicu apakah seorang pengguna akan bersedia untuk kembali

menggunakan perpustakaan atau si pengguna tidak akan kembali untuk

menggunakan jasa perpustakaan. Sehingga kita dapat membuat contoh

bagaimana layanan yang dapat diberikan seorang pustakawan dalam

menjalankan program kerjanya yaitu wajib baca.

Layanan yang diberikan dalam melaksanakan program wajib baca dari

satu sekolah dimulai dengan membuat alokasi waktu dalam setiap bulannya,

yaitu melakukan kerja sama dengan guru dari bidang studi tertentu seperti dari

bidang studi Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggeris. Jika alokasi waktu telah

dapat disepakati, kemudian kita tentukan jenis koleksi yang akan digunakan

siswa, subjek koleksinya, bagaimana cara mengetahui apakah siswa telah

menjalani wajib baca, dan menyepakati sistem penghargaan kepada siswa yang

telah menjalani wajib baca dengan bagus.

Kegiatan wajib baca dapat kita laksanakan sebanyak 2 kali dalam 1 bulan,

dan ini dapat lagi kita sesuaikan dengan jumlah rombongan belajar yang ada di

sekolah, jumlah tenaga perpustakaan/pustakawan, dan jumlah ketersediaan

koleksi yang dimiliki perpustakaan. Kita tidak dapat memaksakan program wajib

baca sebanyak 2 kali seminggu untuk tiap kelas jika ternyata kita tidak memiliki

pustakawan yang memadai, ataupun tidak memiliki jumlah koleksi yang cukup.

Dalam penerapannya dilapangan, program wajib baca dapat dilaksanakan oleh 1

orang pustakawan dan guru yang jam pelajarannya digunakan untuk

melaksanakan kegiatan waib baca. Dan perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

wajib baca seorang pustakawan yang sedang bertugas juga tidak boleh

mengabaikan pengguna lainnya. Untuk mengatasi keterbatasan jumlah koleksi

dapat kita atasi yaitu dengan cara menghubungi perpustakaan

daerah/pemko/pemkab setempat, sehingga dapat diarahkan perpustakaan

keliling untuk mengunjungi sekolah atau siswa diajak berkunjung ke

perpustakaan daerah.

Dalam pelaksanaannya siswa tidak hanya sekedar diwajibkan membaca

tetapi juga diajarkan satu kemampuan literasi informasi, yaitu kemampuan

untuk menemukan informasi dengan benar dan dapat memanfaatkannya

M. Harfano A, S. Sos 3Pemilihan Pustakawan Teladan SekolahTingkat Sumatera Utara Tahun 2012

Page 4: Kepustakawanan Dalam Usaha Meningkatkan Minat Baca

dengan tepat. Diajarkan juga bagaimana cara membaca dengan cepat,

membuat resume, dan melakukan review. Setelah siswa melakukan kegiatan

wajib baca maka selanjutnya kita wajibkan siswa untuk membuat resume atau

abstrak dari bahan bacaannya.

Dari hasil membuat resume/abstrak dapat kita ketahui apakah siswa

memang benar telah melakukan kegiatan baca atau tidak. Selaku pustakawan

kita berkewajiban untuk menilai resume/abstrak yang telah dibuat oleh siswa.

Kita dapat memberikan penilaian dengan melihat kesalahan redaksi yang

dilakukan, kemudahan membaca tulisan, dan kecocokan antara resume/abstrak

dengan bahan bacaan. Hasil dari penilaian akan menentukan peringkat, mana

resume/abstrak yang bagus dan mana yang tidak bagus.

Sebagai tidak lanjut dari kegiatan wajib baca dan pembuatan

resume/abstrak yaitu kita dapat memberi apresiasi kepada siswa yang telah

tampil sebagai pembuat resume/abstrak paling bagus. Pemberian apresiasi ini

dapat berupa pemberian hadiah berupa buku ataupun perangkat alat tulis. Hasil

karya siswa berupa resume/abstrak yang paling baik tiap bulannya dipajang di

majalah dinding sekolah ataupun di halaman situs sekolah ataupun situs

perpustakaan sekolah. Dengan dipublikasikannya resume/abstrak terbaik karya

siswa di majalah dinding sekolah atau di situs sekolah/perpustakaan akan

membuat siswa semakin terpacu memberikan hasil yang lebih baik

dikesempatan berikutnya, karena siswa akan merasa bahwa apa yang telah

mereka kerjakan mendapat perlakuan spesial dari sekolah khususnya

perpustakaan, dan akan menimbulkan efek keinginan dari siswa untuk

membaca. Publikasi karya siswa berupa resume/abstrak di situs sekolah

khususnya situs perpustakaan sekolah menuntut kemampuan pustakawan di

bidang teknologi perpustakaan.

Publikasi di situs perpustakaan sekolah juga merupakan bagian dari

layanan. Dengan adanya publikasi ini maka karya siswa dapat dibaca oleh

pengguna secara global, dimana saja dan kapan saja. Untuk dapat memberikan

layanan ini, seorang pustakawan harus mampu membuat satu situs

perpustakaan yang juga menyediakan satu program perpustakaan secara on-

M. Harfano A, S. Sos 4Pemilihan Pustakawan Teladan SekolahTingkat Sumatera Utara Tahun 2012

Page 5: Kepustakawanan Dalam Usaha Meningkatkan Minat Baca

line. Untuk program perpustakaan yang berbasis web seorang pustakawan

dapat menggunakan program perpustakaan yang gratis tapi teruji.

Setelah memiliki, memahami, dan menggunakan program perpustakaan

berbasis web maka selanjutnya adalah

Bahkan apabila dalam pelaksanaannya telah melakukan peminjaman

koleksi perpustakaan keliling ataupun melakukan kunjungan ke perpustakaan

umum milik pemerintah berarti pustakawan sekolah tidak hanya sekedar

berhasil meningkatkan minat baca siswa juga tetapi telah mengenalkan sumber

belajar seumur hidup lainnya diluar lingkungan sekolah yaitu perpustakaan

daerah/pemko/pemkab setempat.

Setelah kegiatan wajib baca yang menghasilkan resume/abstrak selesai

dilaksanakan dalam satu tahun ajaran maka resume/abstrak yang telah dibuat

siswa dalam satu tahun ajaran alangkah baiknya dijilid menjadi satu

berdasarkan kelas. Dengan dijilidnya buah karya siswa ini dapat menjadi

penambah koleksi perpustakaan sekolah, yang merupakan koleksi spesial yang

tidak akan dimiliki oleh sekolah lain khususnya perpustakaan sekolah yang

lainnya.

III. Kesimpulan

Dari uraian dan contoh di atas, ada beberapa hal yang dapat kita ambil

sebagai kesimpulan, yaitu :

1. Penting untuk mengetahui apa landasan kita dalam memerankan peran

sebagai pustakawan sekolah, yaitu berdasarkan landasan hukum yang

berlaku di Indonesia.

2. Perlunya kemampuan pustakawan dalam membuat program kerja dan

memberikan layanan kepada penggunanya sehingga pengguna

menjadi betah dan bersedia kembali ke perpustakaan yang berdampak

pada akan naiknya tingkat minat baca.

3. Dapat dilihatnya apa yang dimaksud dengan kepustakawanan yaitu

pada saat seorang pustakawan mampu merancang program kerja,

melakukan kerja sama dengan guru-guru bidang studi, dan

memberikan layanan kepada pengguna perpustakaan.

M. Harfano A, S. Sos 5Pemilihan Pustakawan Teladan SekolahTingkat Sumatera Utara Tahun 2012

Page 6: Kepustakawanan Dalam Usaha Meningkatkan Minat Baca

Demikianlah tulisan singkat Saya yang berisikan tentang peranan

kepustakawanan di lingkungan sekolah dalam meningkatkan minat baca yang

Saya contohkan dalam aplikasi berupa program kerja layanan wajib baca.

DAFTAR PUSTAKA

- Indonesia, Badan Standardisasi Nasional 7329:2009. Jakarta.2009.

- Indonesia, Peraturan Mendiknas No. 25 tahun 2008 tentang Standar

Tenaga Perpustakaan Sekolah.

- Indonesia, Peraturan Mendiknas RI No. 24 tahun 2007 tentang Standar

Sarana dan Prasarana.

- Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP).

- Indonesia, UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas).

- Indonesia, UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan.

- Sumber lainnya.

M. Harfano A, S. Sos 6Pemilihan Pustakawan Teladan SekolahTingkat Sumatera Utara Tahun 2012