Upload
aida-mbahdjameer
View
1.528
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas kuliah
Citation preview
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Dibuat
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan
Universitas Indraprasta PGRI
Disusun Oleh :
ELAWATI
DWI KUSUMA NINGRUM
NURAIDA
YULIANA
SUBHAN
PROGRAM PASCA SARJANA
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA, DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2014
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah yang dengan ridho-Nya, alhamdulillah kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Kami mengharapkan bimbingan, bantuan, saran dan
dukungan dari Bapak dosen serta pihak lain agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai penunjang tugas mata
kuliah Metode Penelitian Pendidikan. Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam penulisan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin,
namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat menambah
ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kami serta seluruh pembaca. Amin.
Jakarta, 19 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas 3
B. Kajian Teori 6
C. Model-model PTK 13
D. Jenis-jenis PTK 15
BAB III SISTEMATIKA PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A. Tahap-Tahap PTK 18
B. Langkah-langkah PTK 19
C. Kelebihan dan Keterbatasan PTK 21
D. Contoh Penelitian Tindakan kelas 22
E. Judul – judul PTK Lain 59
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan 63
DAFTAR PUSTAKA 64
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembaharuan pendidikan selalu mengalami perbaikan sehingga
pembelajaran tidak hanya berbasis akademis saja. Berbagai penemuan teori-teori
pembelajaran selalu digencarkan agar pendidikan mengalami inovasi yang terus
menerus. Memasuki zaman yang berbasis teknologi, maka pendidikan pun tak
mau kalah jauh selalu memajukan teknologi dan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar.
Salah satu pembaruan pendidikan yaitu dengan adanya suatu penelitian yang
mencari titik kelemahan dalam suatu pembelajaran yang dilakukan dalam lingkup
kelas. Dalam hal ini guru memang menjadi objek sebagai pembaruan dalam
pendidikan, sehingga seorang guru secara tidak langsung juga dituntut untuk
dapat melakukan sebuah penelitian dengan berbekal pengetahuan, kesabaran, dan
ketekunan.
Adanya masalah yang memicu guru untuk melakukan sebuah penelitian
tidak lain karena kesadaran guru itu sendiri yang ingin menjadikan masalah
sebagai acuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar menjadi yang lebih
baik. Sehingga guru ingin mencari kelemahannya sendiri kemudian mencoba
menyempurnakan dengan diadakannya sebuah penelitian tindakan kelas. Dengan
adanya penelitian ini, guru dituntun untuk berfikir kritis dan memperbaiki pola
berfikirnya, yaitu bahwa mengajar tentunya tidak hanya datang secara rutin lalu
memberi penjelasan kepada peserta didik kemudian selesai. Tetapi sebagai
pekerja professional guru harus memiliki sejumlah kompetensi khususnya dalam
pengelolaan pembelajaran. Seperti yang tercantum dalam Undang – Undang
Nomor 14 tahun 2006 tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini
jalur pendidikan formal, tingkat dasar dan menegah.
Seorang guru dikatakan profesional dalam bidang tertentu manakala
memiliki sejumlah kompetensi sesuai dengan keahlian hasil dari proses
pendidikan. Dan sebagai pekerja profesional guru haruslah mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran dengan cara melakukan Penelitian Tindakan Kelas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar penelitian tindakan kelas?
2. Apa pengertian Penelitian Tindakan Kelas?
3. Apa saja tujuan dan manfaat penelitian tindakan kelas ?
4. Bagaimana karakteristik dan perbedaan antara penelitian tindakan kelas
dengan penelitian formal?
5. Bagaimana tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas secara garis
besar?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui memahami konsep dasar penelitian tindakan
kelas.
2. Mahasiswa mengetahui tujuan penelitian tindakan kelas.
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami manfaat penelitian tindakan
kelas.
4. Mahasiswa dapat memahami karakteristik dan perbedaan penelitian
tindakan kelas dengan penelitian tindakan.
5. Mahasiwa dapat memahami tahap-tahap penelitian tindakan kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Pada awalnya, penelitian tindakan (action research) dikembangkan
dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problema sosial (termasuk
pendidikan). Penelitian tindakan diawali oleh suatu kajian terhadap suatu masalah
secara sistematis (Kemmis dan Taggart, 1988). Hasil kajian ini dijadikan dasar
untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk mengatasi
masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan dilanjutkan
dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan evaluasi digunakan sebagai
masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat pelaksanaan
tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk menentukan
perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.
Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk
penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi
sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri.
Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai
praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok
dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan
mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk
memperbaiki praktik; (2) untuk pengembangan profesional dalam arti
meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya;
serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut
dilaksanakan.
Dalam bidang pendidikan, khususnya dalam praktik pembelajaran, pene-
litian tindakan berkembang menjadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Reserach (CAR). PTK adalah penelitian tindakan yang
dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan
dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK
berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga
kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna setiap kata tersebut adalah
sebagai berikut :
Penelitian; kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
dalam memecahkan suatu masalah.
Tindakan; sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus
kegiatan.
Kelas; sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam
sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan
karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar tempat lain di bawah arahan
guru.
Berdasarkan pengertian di atas, komponen yang terdapat dalam sebuah
kelas yang dapat dijadikan sasasaran PTK adalah sebagai berikut.
1. Siswa, dapat dicermati obyeknya ketika siswa sedang mengikuti proses
pembelajaran. Contoh permasalahan tentang siswa yang dapat menjadi
sasaran PTK antara lain perilaku disiplin siswa, motivasi atau semangat
belajar siswa, keterampilan berpikir kritis, kemampuan memecahkan
masalah dan lain-lain.
2. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar atau
membimbing siswa. Contoh permasalahan tentang guru yang dapat
menjadi sasaran PTK antara lain penggunaan metode atau strategi
pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran dan sebagainya.
3. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau
menyajikan materi pelajaran yang ditugaskan pada siswa. Contoh
permasalahan tentang materi yang dapat menjadi sasaran PTK misalnya
urutan dalam penyajian materi, pengorganisasian materi, integrasi materi,
dan lain sebagainya.
4. Peralatan atau sarana pendidikan, dapat dicermati ketika guru sedang
mengajar dangan menggunakan peralatan atau sarana pendidikan tertentu.
Contoh permasalahan tentang peralatan atau sarana pendidikan yang dapat
menjadi sasaran PTK antara lain pemanfaatan laboratorium, penggunaan
media pembelajaran, dan penggunaan sumber belajar.
5. Hasil pembelajaran yang ditinjau dari tiga ranah (kognitif, afektif,
psikomotorik), merupakan produk yang harus ditingkatkan melalui PTK.
Hasil pembelajaran akan terkait dengan tindakan yang dilakukan serta
unsur lain dalam proses pembelajaran seperti metode, media, guru atau
perilaku belajar siswa itu sendiri.
6. Lingkungan, baik lingkungan siswa di kelas, sekolah, maupun yang
lingkungan siswa di rumah. Dalam PTK, bentuk perlakuan atau tindakan
yang dilakukan adalah mengubah kondisi lingkungan menjadi lebih
kondusif misalnya melalui penataan ruang kelas, penataan lingkungan
sekolah, dan tindakan lainnya.
7. Pengelolaan, merupakan kegiatan dapat diatur/direkayasa dengan bentuk
tindakan. Contoh permasalahan tentang pengelolaan yang dapat menjadi
sasaran PTK antara lain pengelompokan siswa, pengaturan jadwal
pelajaran, pengaturan tempat duduk siswa, penataan ruang kelas dan lain
sebagainya.
Karena makna “kelas” dalam PTK adalah sekelompok peserta didik yang
sedang belajar serta guru yang sedang memfasilitasi kegiatan belajar, maka
permasalahan PTK cukup luas. Permasalahan tersebut di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Masalah belajar siswa di sekolah, seperti misalnya permasalahan
pembelajaran di kelas, kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran, miskonsepsi,
misstrategi, dan lain sebagainya.
2. Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka peningkatan mutu
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi program dan hasil pembelajaran.
3. Pengelolaan dan pengendalian, misalnya pengenalan teknik modifikasi
perilaku, teknik memotivasi dan teknik pengembangan potensi diri.
4. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya masalah pengelolaan dan
prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi penggunaan metode
pembelajaran (misalnya penggantian metode mengajar tradisional dengan
metode mengajar baru), interaksi di dalam kelas (misalnya penggunaan
stretegi pengajaran yang didasarkan pada pendekatan tertentu).
5. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai, misalnya
pengembangan pola berpikir ilmiah dalam diri siswa.
6. Alat bantu, media dan sumber belajar, misalnya penggunaan media
perpustakaan dan sumber belajar di dalam/luar kelas.
7. Sistem assesment atau evaluasi proses dan hasil pembelajaran, seperti
misalnya masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan
instrumen penilaian berbasis kompetensi atau penggunaan alat, metode
evaluasi tertentu.
8. Masalah kurikulum, misalnya implementasi KBK, urutan penyajian meteri
pokok, interaksi antara guru dengan siswa, interaksi antara siswa dengan
materi pelajaran atau interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar.
Berdasarkan cakupan permasalannya, seorang guru akan dapat menemukan
penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat
dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran
yang relevan. Selain itu, PTK dilaksanakan secara bersamaan dangan
pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar di dalam kelas, tidak perlu harus
meninggalkan siswa.
Dengan demikian, PTK merupakan suatu bentuk penelitian yang melekat
pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh guru di
lapangan. Dengan melaksanakan PTK, diharapkan guru memiliki peran ganda
yaitu sebagai praktisi dan sekaligus peneliti.
B. Kajian Teori
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arikunto (2008) Penelitian Tindakan Kelas dalam bahasa Inggris
adalah classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukan isi
yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan
dikelas.
Ada tiga kata dalam penelitian tindakan kelas, yang masing-masing dapat
diterangkan:
a. Penelitian, menunjukan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek
dengan mengunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan, menunjukkan pada suau gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dalam tujuan terteentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk siswa.
c. Kelas, dalam hal ini kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu
yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Jadi
kelas bukan seperti pengetian kita selam ini yaitu, berwujud bangunan
yang di dalamnya ada guru dan siswa. Jelas pengertian kelas tersebut
adalah salah namun kita terbiasa mengartikan seperti itu.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu penelitian,
tindakan dan kelas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa.
Sedangkan dalam Wijaya Kusumah (2010:8) terdapat beberapa pengertian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), antara lain:
a. Menurut Carr dan Kemmis (1986) PTK adalah suatu bentuk refleksi diri
yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah)
dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki
rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang
dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini,
dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik
tersebut dilaksanakan.
b. Menurut Mc Niff (1992) PTK adalah sebagai bentuk penelitian reflektif
yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan
sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar. PTK merupakan
penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat atau kelompok sasaran
dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi dan kolaboratif antara peneliti
dan kelompok sasaran.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif
terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai
peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan
nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki
kondisi pembelajaran yang dilakukan.
2. Tujuan Penelitian Tindakan Kalas
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang
terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut
dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan
untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya.
Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna
memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara
lebih rinci tujuan PTK antara lain:
a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses dan hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah.
b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi
masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
c. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
d. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga
tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
Dengan demikian output atau hasil yang diharapkan melalui PTK adalah
peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Sedangkan menurut Departemen Pendidik Nasional (2004), Penelitian
Tindakan Kelas bertujuan untuk :
a. Peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah
b. Peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas
c. Peningkatan atau perbaikan terhadapa kualitas penggunaan media, alat
bantu belajar dan sumber belajar lainnya.
d. Peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi
yang digunakan untuk mengukur dan proses dan hasil belajar siswa.
e. Peningkatan atau perbaikan terhadap masalah-masalah pendidikan anak di
sekolah.
f. Peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan kurikulum dan
pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
3. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang dapat dicapai melalui PTK,
terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain sebagai berikut:
a. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan
bagi para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran.
Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan
artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan antara lain
disajikan dalam forum ilmiah.
b. Menumbuh kembangkan kebiasaan, budaya dan, atau tradisi meneliti
dan menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung
professionalisme dan karir pendidik.
c. Mewujudkan kerja sama, kaloborasi dan, atau sinergi antar pendidik
dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama
memecahkan masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu
pembelajaran.
d. Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan
kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan
konteks lokal, sekolah dan kelas.
e. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,
kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat
meningkat.
f. Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang,
nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode,
teknik dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian
bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
PTK merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam
aktivitas pembelajaran di kelas. Ciri khusus PTK adalah adanya tindakan nyata
yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka
memecahkan masalah pembelajaran di kelas.
Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK
dibandingkan dengan penelitian pada umumnya, antara lain sebagai berikut.
A. PTK merupakan kegiatan yang berupaya memecahkan masalah
pembelajaran, dengan dukungan ilmiah.
B. PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru
melalui aktivitas berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru
untuk menulis dan membuat catatan.
C. Persoalaan yang dipermasalahkan dalam PTK berasal dari adanya
permasalahan nyata dan aktual (yang terjadi saat ini) dalam
pembelajaran di kelas.
D. PTK dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam
mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
E. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru dan kepala
sekolah) dengan peneliti dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang
permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan
kesamaan tentang tindakan (action).
Sedangkan menurut Basrowi dan Suwandi (2008) PTK mempunyai enam
karakteristik, yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian tindakan kelas sifatnya situasional, yaitu berkaitan dengan
upaya mendiagnosis masalah dalam konteks tertentu, yaitu di kelas
dalam sekolah dan berupaya menyelesaikannya dalam konteks tersebut.
b. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya kolaboratif antara guru dan
peserta didiknya, yaitu satu satuan kerja sama dengan perspektif yang
berbeda, bisa juga antara guru dan kepala sekolah. Kerja sama
kolaboratif ini dengan sendirinya juga partisipatori.
c. Penelitian tindakan kelas bersifat self evaluative, yaitu kegiatan
modifikasi praksis yang dilakukan secara kontinu, dievaluasi dalam
situasi yang terus berjalan, yang tujuan akhirnya ialah untuk
peningkatan perbaikan dalam praktik nyatanya.
d. Penelitian tindakan kelas bersifat luwes dan menyesuaikan.
e. Penelitian tindakan kelas terutama memanfaatkan data pengamatan dan
perilaku empirik.
f. Ketataan ilmiah penelitian tindakan kelas memang agak longgar.
5. Perbedaan antara Penelitian Tindakan Kelas dengan Penelitian Formal
Penelitian tindakan berbeda dengan penelitian formal. Penelitian formal
bertujuan menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general).
Penelitian tindakan lebih bertujuan memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan
hasilnya tidak untuk digeneralisasi.
Perbedaan antara penelitian formal dengan penelitian tindakan kelas
disajikan dalam tabel berikut (Wijaya Kusumah, 2010):
NO KETENTUAN PENELITIAN FORMAL PTK
1 Pelaku Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru yang
bersangkutan
2 Sample Harus Representatif Tidak harus representatif
3 Instrumen Harus valid dan Reliabel Tidak harus valid dan reliabel
4 Statistik Analisis statistik yang
baik
Tidak harus menggunakan
statistik
5 Hipotesis Hipotesis harus jelas Tidak mensyaratkan hipotesis
6 Teori Harus berdasarkan teori
yang sudah ada
Teori tidak terlalu
berpengaruh
7 Fungsi Menguji Teori Memperbaiki praktik
pembelajaran secara langsung
6. Asas-Asas Penelitian Tindakan Kelas
Karena tujuan utama PTK bukan menemukan atau menggeneralisasikan
akan tetapi memperbaikan proses pembelajaran. Oleh karena itu baik dalam
proses pengumpulan data, menganalisis data sampai pada proses pengambilan
kesimpulan sangat situasional sesuai dengan keadaan tertentu dan bersifat
subjektif. Ada beberapa asas proses pelaksanaan PTK. Yaitu asas reflektif, asas
kolaboratif dan asas resiko.
A. Asas reflektif, yaitu untuk mencari dan menemukan berbagai
kelemahan yang dilakukan oleh guru itu sendiri.
B. Asas kolaboratif, dalam melkukan PTK minimal ada 3 kelompok yakni,
guru, observer dan siswa. Yang harus memberikan penilaian dari sudut
yang berbeda sehingga akan memberi perluasan pandangan.
C. Asas resiko, guru haruslah berani menanggung resiko berbagai
kemungkinan yang terjadi seperti: Resiko kegagalan tindakan yang
dilakukan, adanya tuntutan tertentu dari berbagai pihak, dan adanya
kejadian-kejadian diluar dugaan dan perhitungan peneliti.
7. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
PTK mempunyai beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru
disekolah, prinsip tersebut diantaranya:
a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar.
b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
lama, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat dan taat azas
PTK.
d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran dikelas yang cukup
merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.
e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan
tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh
pimpinan sekolah dan guru sejawat sehingga hasilnya cepat
tersosialisasi.
f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam
perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
C. Model-model PTK
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam
dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc
Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt, (5)Model Hopkins,
(6)Model McKernan dan masih banyak yang lainnya. Dibawah ini kita akan bahas
satu persatu dari beberapa model tersebut:
1. Model Kurt Lewin; PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin
pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin
ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1)
Perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi
(observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu,
empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin
tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi: (1) Perencanaan
(planning), (2) Pelaksanaan (implementing) dan (3) Penilaian (evaluating)
(Ernest, 1996).
2. Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep
dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan
di atas. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan observing
(pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua
komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara
implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak
terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu
kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula
observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih tepatnya, berikut ini
dikemukakan bentuk designnya (Kemmis & McTaggart, 1990:14).
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart
pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan
satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian
tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus
pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari
perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada gambar diatas,
tampak bahwa didalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang
dapat dikatakan sebagai dua siklus. Untuk pelaksanaan sesungguhnya,
jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan yang perlu
diselesaikan.
3. Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah
diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK
Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian,
oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi
yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan
terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan
belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model
John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-
taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya,
dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan
sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari
beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan
praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat
diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa
rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang
berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti
dikemukakan berikut ini.
SIKLUS PELAKSANAAN PTK
Gambar 4: Riset Aksi Model John Elliot
D. Jenis-jenis PTK
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3)
PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut
dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian
yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam
hal ini peneliti mendiagnosa dan memasuki situasi yang terdapat di dalam
latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya
menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa
yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah
apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung
dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa
laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa
terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat dan mengumpulkan
data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil
panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti
halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut
keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai
berakhir penelitian.
3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti
berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa
yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada
prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan
pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental
ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai
teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiata
belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar,
dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan
untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini
diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam
rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
BAB III
SISTEMATIKA PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
A. Tahap-Tahap PTK
Penelitian tindakan kelas memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh
Lewin (Kemmis dan MC Taggar,1992) yaitu Planning (rencana), Action
(tindakan), Observation (pengamatan) dan Reflection (refleksi). Untuk lebih
memperjelas mari kita perhatikan tahapan-tahapan berikut:
1. PLANNING (RENCANA)
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru
sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan
ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan
dengan rencana tersebut secara dini kita dapat menguasai hambatan.
Dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih mudah untuk
mengatasi kesulitan dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak
dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, partisipan harus
bekerja sama dalam diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa
dalam menganalisis dan memperbaiki pengertian maupun tindakan mereka
dalam situasi tertentu.
2. ACTION (TINDAKAN)
Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah
dibuat yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertentu
yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang
sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang
terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang
hasilnya juga akan dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
3. OBSERVATION (PENGAMATAN)
Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan
pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil
pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga
pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang
sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh
peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan
hambatan-hambatan yang muncul.
4. REFLECTION (REFLEKSI)
Releksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran
(penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi
adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan,
yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan
selanjutnya. Dengan demikian, penelitian tindakan dapat dilaksanakan
dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk
melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.
B. Langkah-langkah PTK
Langkah-langkah umum dalam PTK bervariasi, namun ada beberapa
langkah pokok yang hendaknya diikuti dalam melakukan PTK. Langkah-langkah
tersebut yaitu :
1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
Dalam dunia pendidikan, contoh-contoh garapan PTK antara lain
adalah ; 1) Metode mengajar dan strategi mengajar, 2) Prosedur evaluasi,
3) Penanaman maupun perubahan sikap dan nilai, 4) Pengembangan
profesionalisme guru, misalnya meningkatkan keterampilan mengajar,
mengembangkan metode mengajar baru, menambahkan kemampuan
analisis, 5) Pengelolaan dan kontrol, 6) Administrasi
Masalah yang dapat dilakukan PTK adalah masalah harus:
a) Riil, artinya harus benar-benar dibawah kewenangan guru dalam
memecahkan masalah itu datang dari pengamatan/pengalaman guru
sendiri melalui kegiatan sehari-hari.
b) Masalah harus problematik
c) Masalah harus memberi manfaat yang jelas
d) Masalah PTK harus feasible (dapat dipecahkan atau ditangani)
Setelah diidentifikasi, masalah dirumuskan. Masalah penelitian
tindakan adalah kesenjangan antara keadaan nyata dengan keadaan yang
diinginkan. Kesenjangan ini hendaknya dideskripsikan untuk dapat
merumuskan masalahnya. ldentifikasi masalah hendaknya dilakukan oleh
para peserta penelitian secara bersama-sama untuk menjamin
pemahamannya dari awal. Beberapa kriteria dalam menemukan masalah
adalah ;
a) harus penting dan signifikan bagi pengembangan lembaga atau
program
b) Masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan, baik dari segi
biaya, tenaga maupun waktu
c) Pernyataan masalah harus mengungkap beberapa dimensi fundamental
mengenai penyebab akibat, sehingga pemecahannya dapat dilakukan
berdasarkan hal-hal yang fundamental pula, bukan atas dasar
fenomena yang dangkal
2. Manganalisis masalah
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-
dimensi problem yang mungkin ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek
pentingnya, dan untuk memberikan penekanan yang memadai. Analisis
masalah melibatkan berbagai jenis kegiatan, tergantung pada kesulitan
yang ditunjukkan dalam pertanyaan masalahny:a, analisis tentang sebab
akibat tentang data penelitian yang tersedia atau mengamankan data
pendahuluan untuk melihat dalam penelitian tentang masalahnya.
3. Merumuskan hipotesis tindakan.
Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan
atau hubungan melainkan hipotesis tindakan. Rumusan hipotesis tindakan
memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang
diinginkan. Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang tepat, peneliti
hendaknya mencari masukan dari orang lain yang terkait sehingga
wawasannya terbuka.
4. Membuat rencana tindakan dan pemantauannya
Rencana tindakan hendaknya memuat insformasi tentang hal-hal
berikut:
a) apa yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan
terpecahkannya masalah yang telah dirumuskan
b) alat dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti/data
c) perekaman/pencatatan data dan pengolahannya
d) rencana untuk melaksanakan tindakan dan evaluasi hasilnya
5. Melaksanakan tindakan dan mengamatinya
Dalam PTK bersifat fleksibel, artinya jika sesuatu memerlukan
perubahan itu mengandung tercapainya perbaikan. Pada saat tindakan
dilaksanakan itulah pengumpulan data dilakukan. Data mencakup semua
yang dilakukan oleh siapa pun yang ada dalam situasi terkait, perubahan-
perubahan yang perlu dilakukan, pengaruh suatu kegiatan (sikap, motivasi,
prestasi), pola interaksi yang terjadi dan proses yang berlangsung. Data
dapat dikumpulkan melalui teknik-teknik berikut: catatan anekdot, catatan
interaksi, deskripsi perilaku ekologis, analisis sosiometrrik, jadwal dan
ceking interaksi, rekaman audio, foto dan slide dan kinerja subjek
penelitian pada kegiatan tersebut.
6. Mengelola dan menafsirkan data
Semua data hendaknya diperiksa untuk dijadikan landasan untuk
melakukan refleksi. Perbandingan data antarpencatat/peneliti atau
antarteknik dilakukan untuk meningkatkan obyektivitas. Untuk
menentukan apakah perbaikan yang diinginkan telah terjadi, data tentang
perubahan perilaku, sikap, motivasi dan pengetahuan dianalisis. Bila
perubahan dicatat secara kualitatif hendaknya ditentukan indikator-
indikator deskreptifnya sehingga perubahan yang terjadi akan dapat
diperiksa oleh semua pihak. Hasil analisis disajikan secara kualitatif
deskriptif dan mungkin dalam aspek tertentu secara kuantitatif.
7. Melaporkan Hasil
Hasil analisis data dilaporkan, dan laporan hendaknya mencakup
ulasan lengkap tentang pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan
bersama pelaksanaan pemantauannya serta perubahan yang terjadi.
C. Kelebihan dan Keterbatasan PTK
Kelebihan :
1. Adanya kerjasama antara guru, siswa dan ahli peneliti dari LPTK.
2. Menghasilkan kreatifitas serta inovasi
3. Hasil penelitian lebih valid dan reliabel.
4. Hasil yang diperoleh dapat secara langsung diterapkan oleh guru.
Keterbatasan :
1. Guru cenderung konvesional
2. Hasilnya tidak bersifat universal atau secara umum.
3. Penelitiannya bersifat kondisional dan situasional, yang kadang tidak
menerapkan metode ilmiah yang ajek atau konsisten.
D. Contoh Penelitian Tindakan kelas
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA PADA KONSEP
PERUBAHAN PADA BENDA DENGAN MENGGUNAKAN METODA
DEMONTRASI
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Sukamukti I
Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka)
Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk Kenaikan Tingkat dari IV /A
ke IV/ B
Oleh :
MUHAMAD YUSUF, S.Pd.
NIP. 131 506 701
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Upaya
Meningkatkan Prestasi Siswa Pada Konsep Perubahan Pada Benda dengan
Menggunakan Metoda Demontrasi "
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kelemahan baik dalam penyusunan, dan itu semua semata-mata merupakan
keterbatasan dalam pengalamam menyusun makalah, mudah-mudahan makalah
ini banyak manfaatnya terutama bagi para guru umumnya bagi dunia pendidikan..
Akhirnya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi
perbaikan makalah ini
Kasturi , Nopember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESA
A. Landasan Teoritis ................................................................. 4
1. Media Pembelajaran ..................................................... 4
2. Hakikat IPA .................................................................. 9
3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ............................. 15
B. Hipotesis ............................................................................... 18
BAB III METODOLOGI
A. Seting Penelitian .................................................................. 19
1. Waktu Penelitian ........................................................... 19
2. Tempat Penelitian .......................................................... 19
3. Alasan Penelitian Dilakukan di Tempat Itu .................. 19
B. Subjek Penelitian ................................................................. 19
C. Sumber Data ........................................................................ 19
D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ................................... 20
1. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 20
2. Alat Pengumpulan Data ................................................ 20
E. Teknik Analisis Data ............................................................ 20
F. Indikator Kinerja .................................................................. 21
G. Prosedur Penelitian ............................................................... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal ....................................................... 24
1. Keadaan Siswa .............................................................. 24
2. Kemampuan Siswa ........................................................ 24
B. Deskripsi dan Pembelajaran Siklus I .................................... 25
C. Deskripsi dan Pembelajaran Siklus II .................................. 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 36
B. Saran ..................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
.............................................................................................................................
Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan Penelitian ................................................... 24
Tabel4.2Proses Pembelajaran Siklus I ................................................................ 26
Tabel4.3Perolehan Nilai Tes dan Post Tes Pada Siklus I ................................... 27
Tabel4.4Lembar Observasi Merancang Pembelajaran Siklu I ............................ 28
Tabel4.5Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklu I ............................... 29
Tabel4.6Refleksi Pembelajaran Siklu I ............................................................... 30
Tabel4.7Proses Pembelajaran Siklus 2 ............................................................... 30
Tabel4.8Perolehan Nilai pre tes dan Pos tes Siklus 2 ........................................ 32
Tabel4.9Lembar Observasi Merancang Pembelajaran Siklu 2 ........................... 33
Tabel4.10Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklu 2............................. 34
Tabel4.11Refleksi Pembelajaran Siklu 2 ............................................................ 35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan meliputi diberbagai sektor dan jenjang pendidikan, termasuk
jenjang pendidikan dasar. Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional akan selalu berupaya untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini sejalan
dengan tujuan pendidikan nasional yang dirinci sebagai berikut :
1. Mendidik adalah usaha sadar untuk meningkatkan dan menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya
dimasa yang akan datang.
2. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
din melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. Peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan din melalui
proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. (Ngalim Purwanto,
1997: 42)
Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya menciptakan
strategi yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar yang bermakna,
keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini sesuai dengan pendapat Muhamad
Ali, (1983 : 12) yang menyebutkan bahwa kadar pembelajaran akan bermakna
apabila :
1. Adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan
menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap.
3. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang
cocok untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, metoda demontrasil dalam pembelajaran
akan lebih bermakna, sebab dengan menggunakan metoda demontrasi siswa akan
terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah dasar, dan merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,
gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.
Kehadiran metoda demontrasi dalam pembelajaran IPA akan lebih mempermudah
bagi guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa.
Berdasarkan hasil renungan yang penulis lakukan setelah melaksanakan
pembelajaran IPA tentang perubahan benda, yang dilanjutkan dengan evaluasi,
tetapi hasilnya tidak memuaskan, maka penulis sebagai guru kelas menyadari
bahwa kesalahan berada pada guru bukan pada siswa, antara lain pembelajaran
berpusat pada guru, keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang ada
kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang
mengakibatkan siswa pasif dan hasil evaluasi dengan rata-rata nilai 5,38, berlatar
belakang dari permasalahan tersebut, dipandang perlu melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas, sebab Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian
yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang
bersifat individual dan luwes. (Kasihani Kasbolah, 1998:22).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dijadikan fokus penelitian adalah
meningkatkan pemahaman siswa tentang perubahan benda yang selama ini
dianggap sulit oleh siswa.
Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan masalah diperinci
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menggunakan metoda
demontrasi untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang perubahan benda
b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan metoda
demontrasi dalam meningkatkan kemampuan siswa tentang perubahan benda
c. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam perubahan benda
C. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui dan memahami rencana pembelajaran IPA tentang
perubahan benda berdasarkan makanannya dengan menggunakan Metoda
demontrasi di Kelas VI SD Negeri Kasturi II.
b. Ingin mengetahui dan memahami proses berlangsungnya pembelajaran
IPA dalam perubahan benda berdasarkan makanannya di Kelas VI SD Negeri
Kasturi II dengan menggunakan alat peraga Metoda demontrasi.
c. Ingin mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa di Kelas VI SD
Negeri Kasturi II dalam konsep perubahan benda berdasarkan makanannya setelah
pembelajaran menggunakan alat peraga Metoda demontrasi.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Siswa
1) Dapat menguasai konsep yang dipelajarai dan tidak perbalisme.
2) Dapat menumbuhkan motivasi untuk mempelajari IPA.
3) Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran IPA.
b. Bagi Guru
1) Dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.
2) Dapat memberikan gambaran kemampuan siswa dalam memahami bahan
ajar/materi tentang konsep perubahan benda berdasarkan makanannya dengan
mempergunakan alat peraga Metoda demontrasi.
BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teoritis
1. Media Pembelajaran
Proses belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan
melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi
para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan
pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan
tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri
sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa
berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses
pengajaran.
Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode
mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian
adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai-tidaknya tujuan
pengajaran.
a. Nilai dan Manfaat Media Pengajaran
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran
yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang
dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat mempertinggi
proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran
dalam proses belajar siswa antara lain:
a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran
lebih baik;
c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan
guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam
pelajaran;
d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
Penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran,
berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap
perkembangan dimulai dari berpikir kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai
dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran
erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran
hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat
disederhanakan.
b. Jenis dan Kriteria Memilih Media Pengajaran
Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses
pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau
diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut
media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.
Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid
model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-
lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan
lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.
Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan
medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam
membantu mempertinggi proses pengajaran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media
pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran. Pertama, guru perlu memiliki
pemahaman media pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pengajaran,
kriteria memilih dan menggunakan media pengajaran, menggunakan media
sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media dalam proses
belajar siswa. Kedua, guru terampil membuat media pengajaran sederhana untuk
keperluan pengajaran, terutama media dua dimensi atau media grafis, dan
beberapa media tiga dimensi, dan media proyeksi. Ketiga, pengetahuan dan
keterampilan dalam menilai keefektifan penggunaan media dalam proses
pengajaran. Menilai keefektifan media pengajaran sehubungan dengan prestasi
belajar yang dicapai siswa. Apabila penggunaan media pengajaran tidak
mempengaruhi proses dan kualitas pengajaran, sebaiknya guru tidak memaksakan
penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di luar media pengajaran.
c. Cara memilih media pembelajaran
a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih
atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan
instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis lebih
memungkinkan digunakannya media pengajaran.
b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang
sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media
agar lebih mudah dipahami siswa.
c) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah
diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media
grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana
dan praktis penggunaannya.
d) Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenisnya media yang
diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses
pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi
dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa
dengan lingkungannya. Ada OHP, proyektor film, komputer, dan alat-alat canggih
lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa, bila guru tidak dapat menggunakannya
dalam pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran.
e) Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat
bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan
pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang
terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Menyajikan grafik yang
berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi siswa SD kelas-
kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar
atau poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu
konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar
berpikir yang tinggi.
Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan
media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya
sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan
sehingga mempersulit tugas guru, tetapi harus sebaliknya yakni mempermudah
guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media bukan keharusan
tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertingggi kualitas
belajar mengajar.
Dalam hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya
pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut:
a) Perhatian siswa terhadap pengajaran sudah berkurang akibat ke bosanan
mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal oleh guru
mengenai bahan pengajaran biasanya sering membosankan apalagi bila cara guru
menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya media akan
mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar
para siswa.
b) Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam
situasi ini sangat bijaksana apabila guru menampilkan media untuk memperjelas
pemahaman siswa mengenai bahan pengajaran. Misalnya menyajikan bahan
dalam bentuk visual melalui gambar, grafik, bagan atau model-model yang
berkenaan dengan isi bahan pengajaran.
c) Terbatasnya sumber pengajaran. Tidak semua sekolah mempunyai buku
sumber, atau tidak semua bahan pengajaran ada dalam buku sumber. Sitausi ini
menuntut guru untuk menyediakan sumber tersebut dalam bentuk media.
Misalnya peta atau globe dapat dijadikan sumber bahan belajar bagi siswa,
demikian juga model, diorama, media grafis dan lain-lain.
d) Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui
penuturan kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah mengajar cukup
lama. Dalam situasi ini guru dapat menampilkan media sebagai sumber belajar
bagi siswa. Misalnya guru menampilkan bagan atau grafik dan siswa diminta
memberi analisis atau menjelaskan apa yang tersirat dari gambar atau grafik
tersebut, baik secara individual maupun secara kelompok.
Pengajaran sebagai upaya terencana dalam membina pengetahuan sikap dan
keterampilan para siswa melalui interaksi siswa dengan lingkungan belajar yang
diatur guru pada hakekatnya mempelajari lambang-lambang verbal dan visual,
agar diperoleh makna yang terkandung di dalamnya. Lambang-lambang tersebut
dicerna, disimak oleh para siswa sebagai penerima pesan yang disampaikan guru.
Oleh karena itu pengajaran dikatakan efektif apabila penerima pesan (siswa) dapat
memahami makna yang dipesankan oleh guru sebagai lingkungan belajarnya.
Tampilnya lambang-lambang visual untuk memperjelas lambang verbal
memungkinkan para siswa lebih mudah memahami makna pesan yang
dibicarakan dalam proses pengajaran. Hal ini disebabkan bahwa visualisasi
mencoba menggambarkan hakikat suatu pesan dalam bentuk yang menyerupai
keadaan yang sebenarnya atau realisme.
Isi pesan yang akan disampaikannya, suatu objek atau kegiatan nyata yang
dipelajari selalu mempunyai aspek-aspek yang tidak bisa dinyatakan seluruhnya
secara ilustratif sekalipun melalui bentuk tiga dimensi atau gambar hidup. Dengan
demikian visualisasi suatu objek atau kejadian tersusun secara kontinum mulai
dari yang realistik sampai kepada yang paling abstrak.
Pengajaran akan lebih efektif apabila objek dan kejadian yang menjadi bahan
pengajaran dapat divisualisasikan secara realistik menyerupai keadaan yang
sebenarnya, namun tidaklah berarti bahwa media harus selalu menyerupai
keadaan yang sebenarnya. Sebagai contoh adalah model. Model sekalipun
merupakan gambaran nyata dari objek dalam bentuk tiga dimensi tidak dapat
dikatakan realistik sepenuhnya. Sungguhpun demikian model sebagai media
pengajaran dapat memberi makna terhadap isi pesan dari keadaan yang
sebenarnya.
Studi mengenai penggunaan pesan visual dalam hubungannya dengan hasil
belajar menunjukkan bahwa pesan-pesan visual yang moderat (berada dalam
rentangan abstrak dan realistik) memberikan pengaruh tinggi terhadap prestasi
belajar siswa, yang bila dilukiskan membentuk kurva normal.
2. Hakikat IPA
Sejak ada peradaban manusia, orang lebih dapat mengadakan upaya untuk
mendapatkan sesuatu dari alam sekitarnya. Mereka telah dapat membedakan
hewan atau tumbuhan mana yang dapat dimakan. Mereka telah dapat
menggunakan alat untuk mencapai kebutuhannya. Dengan menggunakan alat,
mereka telah merasakan manfaat kemudahan-kemudahan untuk mencapai suatu
tujuan. Kesemua itu menandakan bahwa mereka memperoleh pengetahuan dari
pengalaman dan atas dorongan untuk dapat memenuhi kebutuhan. Berkat
pengalaman pula, mereka mengenal beberapa macam tumbuhan yang dapat
dijadikan obat dan bagaimana cara pengobatannya.
Mereka telah mampu pula untuk mengadakan pengamatan dan melakukan
abstraksi. Dari pengamatan bahwa dengan cara menggosokkan tangan timbul
kehangatan, maka timbul gagasan untuk menggosokan bambu sehingga
ditemukan api. Mulai pengematan terhadap objek disekitarnya, kemudian mereka
mengarahkan pandangan ke objek yang lebih jauh seperti bulan, bintang,
matahari. Akibatnya, pengetahuan mereka lebih meluas. Tetapi pengetahuan
mereka tetap dalam bentuk yang sederhana, diperoleh dengan cara berfikir
sederhana pula.
Dorongan ingin tahu yang telah terbentuk secara kodrati, telah mendorong mereka
untuk mengagumi dan mempercayai adanya keteraturan di alam. Hal ini telah
mendorong munculnya sekelornpok orang ahli berfikir kemudian disebut ahli
filsafat. Berkat mereka, pola berpikir manusia lebih sempurna dan penciptaan alat
sudah menjadi kebutuhan. Pemikiran dilakukan secara terpola sehingga dapat
dipahami oleh orang lain. Dorongan tidak hanya karena ingin tahu tetapi telah
meningkat untuk mencari kepuasan dan penggunaannya.
Penemuan mereka dapat diuji kebenarannya oleh orang lain sehingga dapat
diterima secara universal. Dengan demikian, dari pengetahuan berkembang
menjadi ilmu pengetahuan. Perolehan di dapat melalui percobaan, didukung oleh
fakta, menggunakan metode berfikir yang sistematik sehingga dapat diterima
secara universal. Ilmu pengetahuan yang diperoleh itu selanjutnya dinamakan
produk. Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan merupakan suatu proses.
Dimulai dengan adanya masalah, kemudian berupaya untuk mengumpulkan
informasi yang relevan, mencari beberapa alternatif jawaban, memilih jawaban
yang paling mungkin benar, melakukan percobaan dan memperoleh kesimpulan.
Berdasarkan gambaran mengenai perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
Ilmu Pengetahuan Alam, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan
dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala alam.
Perkembangan IPA telah melaju dengan cepat. Hal ini erat hubungannya dengan
perkembangan teknologi. Perkembangan IPA memungkinkan teknologi
berkembang. Perkembangan teknologi memberikan wahana yang memungkinkan
IPA berkembang dengan pesat pula. Inilah salah satu ciri dari abad modern, dan
pada abad modern kita sedang berada.
Tujuan Pendidikan IPA, ialah hanya untuk memahami pengetahuan tentang fakta-
fakta, konsep IPA, tetapi untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu. Dengan lain perkataan,
hasil belajar IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga pengembangan proses.
Keterampilan yang diharapkan ialah dinamakan keterampilan intelektual, atau
disebut juga keterampilan proses.
Sesuai dengan tujuan pendidikan itu, maka belajar mempunyai makna sebagai
proses yang menimbulkan suatu perubahan tingkah laku atau kecakapan mental
yang bukan disebabkan oleh pertumbuhan fisikologis atau pengaruh lain yang
bersifat sementara. Dari sinilah sebenarnya sumber pengembangan berbagai
metode mengajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan IPA. Bagaimapun
pendekatan yang digunakan dan ataupun metode mengajar yang digunakan, kita
harus tetap memperhatikan pola berfikir sesuai dengan metode ilmah, agar
berkembang juga sikap ilmiah. Untuk lebih jelasnya perhatikan kembali langkah-
langkah metode ilmiah seperti yang digambarkan pada diagram, beserta
keterampilan intelektual apa yang dikembangkan, selama proses belajar mengajar
berlangsung.
Perkembangan sosial yang cepat akibat perkembangan teknologi dan industrial
sebenarnya mempersulit pemilihan konsep yang penting dan berguna, yang akan
dijadikan materi GBPP suatu kurikulum. Tetapi tentunya kita harus menyajikan
materi itu sesuai dengan stuktur psikologis yang sesuai dengan perkembangan
mental anak, sehingga memudahkan terbentuknya struktrur pengetahuan yang
diperoleh anak. Sudah barang tentu struktur materi yang diperoleh anak tidak
terlepas dari struktur materi sesuai dengan GBPP.
Sesuai dengan prinsip cara belajar siswa aktif, maka pemilihan metode itu harus
berdasarkan pilihan metode mengajar yang akan meningkatkan derajat keaktifan
siswa. Persoalan keterbatasan sumber belajar antara lain adalah lingkungan,
perpustakaan, alat bantu mengajar, TV, radio, film, dan lain-lain. Sumber belajar-
sumber belajar tersebut dapat digunakan siswa untuk belajar aktif, didorong oleh
motivasi keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar, dan oleh minat.
Penggunaan alat-alat pendidikan untuk membantu proses belajar-mengajar sesuai
dengan perkembangan teknik komunikasi, dinamakan teknologi pengajaran.
Penggunaan teknologi pengajaran tetap memerlukan keterlibatan guru dalam
proses belajar mengajar, mulai dari perencanaan memberi motivasi, penggunaan
sumber belajar, memberi bantuan dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan
siswa. Guru harus berusaha agar terdapat keseimbangan antara waktu belajar
mandiri, belajar kelompok, berdiskusi, dan memberikan informasi dengan
menggunakan metode ceramah, ataupun melakukan demonstrasi. Kegiatan
kelompok dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan demonstrasi.
Perlu diingat pula bahwa suatu metode mengajar yang baik tidak selalu
memberikan hasil belajar yang baik untuk tiap anak. Hasil belajar seorang siswa
masih tergantung pada bakat dan minatnya. Sikap dan minat terhadap pelajaran
menentukan ketekunan siswa untuk belajar. Ketekunan inilah yang sebenarnya
dapat menentukan keberhasilan belajar dalam waktu yang relatif singkat. Jadi
faktor waktu dapat diperhitungkan dan digunakan secara efisien setelah kita dapat
membiasakan belajar secara tekun. Sedangkan faktor minat dan sikap ini dapat
dikembangkan kalau siswa diberi kesempatan untuk belajar secara aktif, disertai
rasa gembira, dan tidak membosankan. Kebosanan ini dapat dihindari dengan cara
menggunakan berbagai sumber belajar yang bervariasi, dan digunakan rnetode
yang cocok, atau bervariasi pula.
Hasil belajar yang kurang baik, tentu saja akan mengakibatkan nilai yang
diperoleh siswa tidak memuaskan. Perolehan nilai kurang ini akan menimbulkan
perasaan bahwa pelajaran itu sulit. Ketidakpuasan yang berlebihan menimbulkan
rada frustrasi yang pada akhirnya menimbukan kebencian terhadap mata pelajaran
tersebut. Tetapi di lain pihak timbul anggapan bahwa pelajaran yang sulit itu
adalah lebih berharga. Siswa yang berhasil dalam pelajaran tersebut dianggap
mempunyai kelebihan dari lainnya. Sebaliknya bagi siswa yang tidak berhasil
akan menimbulkan rendah diri dari perasaan bodoh.
Sesuai dengan prisip pengajaran yang telah kita tentukan kita tetap harus
berpegang pada metode ilmiah. Tiap langkah metode ilmiah harus dikuasai siswa.
Melalui latihan secara bertahap siswa akan memperoleh dan mengembangkan
setiap keterampilan intelektual. Melalui pendekatan konsep, para siswa
berkesempatan untuk berlatih dart mengembangkan keterampilan intelektualnya.
Tiap pendekatan selalu berpangkal pada adanya masalah, untuk dan dengan
memecahkan masalah. Karena itu ada yang menemukan metode pemecahan
masalah (problem solving). Dilihat dari tujuannya maka hasil belajar harus
merupakan suatu penemuan-penemuan konsep atau prisip, yang dilakukan siswa.
Demikianlah usaha para pendidik untuk menyempurnakan proses belajar
mengajar IPA, menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan ilmu dan
teknologi, serta mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. Kebermaknaan hasil
belajar akhirnya tidak hanya ditentukan oleh sejumlah pengetahuan yang banyak,
tetapi hasil belajar yang lebih bermakna, dilihat dari perkembangan struktur,
kognitif, struktur efektif, dan nilai-nilai ilmiah. Nilai-nilai ilmiah menjadi sangat
berperan dalam perkembangan kebudayaan bangsa, dalam zaman moderenisasi
sebagai akibat dari perkembangan ilmu dan teknologi yang maju dengan sangat
cepat.
Langkah lain yang tak kalah penting adalah, mengusahakan agar penemuan siswa
lebih bermakna. Biasanya siswa cukup puas kalau semua tugasnya telah selesai
dikerjakan. Kepada siswa harus diberikan pengertian, untuk apa jawaban yang
diperoleh, dan apa sebenarnya yang diperoleh itu. Alangkah baiknya kalau kepada
siswa diberi informasi untuk memberikan penekanan terhadap penemuan siswa.
Penemuan ini akan lebih bermakna lagi kalau siswa dapat mengkomunikasikan
pada orang lain, temasuk temannya dan gurunya, dapat dalam bentuk diskusi.
Mendiskusikan hasil merupakan langkah untuk membuat penemuan siswa lebih
bermakna. Kebermaknaan penemuan siswa dapat juga dinyatakan dalam bentuk
aplikasi. Siswa dapat menggunakan hasil penemuannya untuk memecahkan
masalah lain yang relevan. Kegiatan ini secara sederhana dapat dilakukan dalam
bentuk latihan soal. Kemampuan siswa untuk menghubungkan penemuannya
dengan pengetahuan lain yang diperolehnya, merupakan suatu pertanda adanya
kebermaknaan atas penemuannya. Sebagai hasil kegiatan ini dapat berbentuk
struktur konsep, bagan konsep, atau peta konsep. Jadi kebermaknaan pengetahuan
yang diperoleh siswa dapat membentuk suatu struktur kognitif yang dapat
dipergunakan untuk belajar lebih lanjut, dan dapat menimbulkan motivasi
intrinsik untuk perkembangannya lebih lanjut.
Pengetahuan baru harus dapat disimpan dalam struktur kognitif individu.
Informasi kadang-kadang diperlukan untuk melengkapi struktur kognitifnya.
Informasi ini diperoleh dalam bentuk hafalan. Pengetahuan hafalan ini
didistribusikan dalam struktur kognitif, sebagai pengganti konsep yang relevan.
Informasi ini tidak membentuk ikatan dengan struktur kognitif.
3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pada dasarnya sama saja hanya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
mentalnya. Artinya, cara penyajian dan apa yang disajikan harus sesuai dengan
tingkat kemampuan berpikir anak. Pada tingkat SD, perkembangan mental anak
baru sampai tingkat berfikir konkret. Pikiran anak terbatas pada objek di sekitar
lingkungannya. Pada tingkat ini anak harus dapat mengenal bagian-bagian dari
benda seperti, berat, warna dan bentuknya.
Kemampuan ini harus kita kembangkan sampai anak dapat :
a. Menggolong-golongkan dengan berbagai cara, misalkan penggolongan
benda atas tingkatan atau perbedaan tertentu.
b. Melakukan penyusunan atau rangkaian yang berurutan
c. Melakukan proses berfikir kebalikan
d. Melakukan berbagai operasi metematik seperti menambah, mengurangi,
membagi, mengalikan dan sebagainya.
Dengan demikian anak SD harus sudah dapat mengklasfikasikan sesuai dengan
bagian, struktur, dan fungsinya. Dia harus mampu berpikir kebalikan. Misal, Nuri
termasuk kelas burung dan burung itu bertelur. Maka anak harus dapat
menyimpulkan bahwa nuri dapat bertelur. Meskipun pada tingkatan ini anak
belum dapat berfikir abstrak, seperti berhipotesa secara deduktif, tetapi dia sudah
dapat membuat hipotesis sederhana, hanya meliputi satu variabel. Dia akan dapat
memecahkan masalah dengan baik kalau konkret melakukannya.
Berdasarkan pemikiran di atas maka materi yang disajikan haruslah konsep-
konsep dalam bentuk klasifikasi, konsep berkorelasi dan semuanya dalam
tingkatan konsep konkret. Tindakan atau menyimpulkan secara menggeneralisasi
sudah mengarah ke berpikir abstrak. Demikian juga halnya dengan konsep
teoretis. Maka disinlah peran disajikannya model dan percobaan.
Konsep ini harus dicarinya sendiri, kita tidak sekedar memberikan. Guru hanyalah
menciptakan lingkungan belajar yang baik agar siswa dapat menemukan sendiri
konsep. Konsep yang ditemukan menjadi bermakna kalau dia dapat menemukan
hubungannya dengan konsep lain yang lebih diketahui.
Kegiatan belajar berlangsung atas dasar kemampuan, minat, keperluan dan
kebutuhan siswa. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan belajar,
kemampuan belajar bebas, mandiri, dan kemampuan memecahkan masalah. Guru
bersama siswa menelaah tiap aspek yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
Tugas guru bukan memberitahukan cara memecahkan masalah. Guru harus pula
menciptakan suasana sarana pendidikan yang ada, berhipotesis, dan menarik
kesimpulan.
Sesuai dengan uraian terdahulu, proses belajar-mengajar berkembang sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan pengajaran sebagai
ilmu ditandai dengan penerapan hasilhasil penelitian, hasil penalaran para ahli
psikologi, khususnya psikologi pendidikan. Dengan demikian maka pengajaran
termasuk pengembangan teknologi karena didalamnya tejadi proses penerapan
teori-teori ilmu pengetahuan, beserta penjabarannya. Di samping itu proses
belajarmengajar tetap merupakan seni dan kiat karena dalam pelaksanaannya tetap
mempertimbangkan hakikat dari guru dan hakikat dari murid. Penerapan pilihan
serta implementasi tindakan guru maupun murid tetap berdasarkan pertimbangan
pribadi maupun instusi, serta sesuai dengan wawasan kependidikan. Untuk lebih
jelasnya perhatikan diagram berikut:
proses belajar-mengajar tetap merupakan seni dan kiat karena dalam
pelaksanaannya tetap mempertimbangkan hakikat dari guru dan hakikat dari
murid. Penerapan pilihan serta implementasi tindakan guru maupun murid tetap
berdasarkan pertimbangan pribadi maupun instusi, serta sesuai dengan wawasan
kependidika
B. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan
dilakukan, atau jawaban terhadap suatu masalah yang diteliti dan secara teoritis
dianggap mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya (Sudarsono, 1996:65).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
"Pemahaman siswa tentang perubahan benda akan meningkat, jika pembelajaran
menggunakan metoda demontrasi".
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Seting Penelitian
l. Waktu Penelitian
Penelian direncanakan pada hari Senin tanggal 9 Oktober 2007 untuk siklus 1 dan
siklus 2 pada hari kamis tanggal 12 Nopember 2007
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas VI Sekolah Dasar Negeri Kasturi II Kecamatan
Cikijing Kabupaten Majalengka, yang merupakan objek Penelitian.
3. Alasan Penelitian Dilakukan di Tempat itu
Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain
bahwa penelitian dilakukan dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran
yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang
dirasakan oleh guru dan siswa . Berdasar dari uraian yang dipaparkan pada latar
belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas VI, karena siswa kelas VI
itulah yang mempunyai masalah dalam penguasaan konsep perubahan benda
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Kasturi
II Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka sebanyak 29 orang yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 18 orang dan perempuan sebanyak 11 orang.
C. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh peneliti adalah berdasarkan keluhan guru dalam
proses Pembelajaran tentang konsep perubahan benda, dari hasil ulangan yang
diperoleh hanya mencapai rata-rata 5,38 ketika ditanyakan pada siswa ternyata
hampir 79% siswa menjawab kesulitan.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2
teknik, yaitu teknik observasi dan teknik tes.
a. Teknik Observasi
Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan lembar observasi yang dibuat untuk digunakan sebagai perangkat
pengumpul data. Adapun hal-hal yang diobservasi antara lain:
1) Observasi terhadap rencana pembelajaran.
2) Observasi terhadap proses pembelajaran.
3) Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan.
b. Teknik Tes
Teknik tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
lembar soal.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
l. Butir Soal tes sebanyak 10 nomor
2. Lembar Observasi, yaitu:
1) Observasi terhadap rencana pembelajaran.
2) Observasi terhadap proses pembelajaran.
3) Observasi terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Data yang diperoleh dikatagorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis
kaitan logisnya, kemudian disajikan secara aktual dan sistematis dalam
keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.
Selanjutnya untuk menganalisis data, hasil tindakan yang dilakukan penulis
disajikan secara bertahap sesuai urutan siklus yang telah dilaksanakan, adapun
prosedur pengolahan data adalah sebagai berikut
a. Seleksi Data
Data yang telah terkumpul dari hasil observasi selama kegiatan penelitian maka
diadakan penyeleksian data yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian.
b. Klasifikasi Data
Data yang terkumpul berdasarkan penyeleksian, diklasifikasikan berdasarkan
urutan logis untuk disajikan secara sistematis berdasarkan urutan siklus.
c. Prosentase Data
Tahap akhir dari teknik analisis data, dilakukan prosentase data bagi data yang
telah terkumpul beradasarkan klasifikasi.
d. Indikator Kinerja
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil tes formatif yang hanya memperoleh
nilai rata-rata 5,2 Adapun hasil penelitian yang diharapkan adalah siswa
memperoleh nilai rata-rata 7,00
F. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ditempuh melalui prosedur yang ditentukan, yaitu melalui
empat tahap, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
observasi dan pencatatan pembelajaran, dan analisis serta refleksi pembelajaran.
a. Perencanaan Tindakan Penelitian
Perencanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan hasil orientasi dan
identifikasi masalah pengajaran penggunaan alat bantu audio visual.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyusun : (1)
Rencana Pembelajaran IPA (2) lembar observasi proses pelaksanaan
pembelajaran;
b. Pelaksanaan Tindakan Penetitian
Empat tahap kegiatan yang dilakukan pada setiap siklus tindakan
pembelajaran adalah seperti di bawah ini.
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan meliputi tahapan sebagai berikut : (a)
membuat Rencana Pembelajaran (Renpel) berdasarkan prioritas
masalah yaitu penggunaan metoda demontrasi pada pembelajaran IPA
tentang konsep perubahan benda, (b) mempersiapkan alat atau media
pembelajaran yang akan digunakan yaitu metoda demontrasi untuk
setiap kelompok, (c) membicarakan prosedur pelaksanaan pengajaran
IPA tentang konsep perubahan benda menggunakan metoda
demontrasi dan (d) menyusun instrumen-instrumen yang akan
digunakan.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti melaksanakan pembelajaran
tentang penggunaan metoda demontrasi dan mencatat berbagai temuan
selama kegiatan pembelajaran sebagai bahan refleksi pada pelaksanaan
pada siklus l khususnya yang berhubungan dengan fokus penelitian.
c. Observasi Pelaksanaan Penelitian
Peneliti dengan berkolaborasi dengan teman sesekolah melakukan
analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran, untuk
keperluan analisis dilakukan pemeriksaan lembar pengamatan dan
catatan-catatan tentang data yang terkumpul. Hasil observasi sebagai
temuan dijadikan sebagai rekomendasi hasil penelitian dan rencana
tindakan selanjutnya.
d. Analisis dan Refleksi Pembelajaran
Peneliti bersama-sama dengan rekan se SD melakukan analisis dan
refleksi data yang terkutnpul selama kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dijadikan bahan untuk
melakukan tindakan penelitian.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
1. Keadaan Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas VI SD
Negeri Kasturi II pada semester I diperoleh data yaitu dari 29 siswa
dikatagorikan pandai sebanyak 5 orang, katagori sedang sebanyak 11
orang, dan katagori kurang sebanyak 13 orang.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, siswa
kurang antusias dalam menghadapi pelajaran, hal ini salah satu
penyebabnya adalah guru tidak menggunakan media pembelajaran yang
tepat.
2. Kemampuan Siswa
Dalam kegiatan orientasi dan identivikasi masalah terlebih dahulu
dilakukan tes untuk mengetahui kemampuan siswa (tes awal) tentang
aturan konsep perubahan benda . Adapun hasil yang diperoleh dari tes
awal adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan Penelitian
No Nama Siswa Nilai Prosentase Ket
1.
6 60
2.
4 40
3.
3 30
4.
6 60
5.
6 60
6.
4 40
7.
4 40
8.
6 60
9.
7 70
10.
5 50
11.
5 50
12.
6 60
13.
8 80
14.
5 50
15.
3 30
16.
6 60
17.
6 60
18.
7 70
19.
7 70
20.
4 40
21.
8 80
22.
6 60
23.
6 60
24.
4 40
25.
4 40
26.
4 40
27.
5 50
28.
6 60
29.
5 50
Jumlah 156 1450
Rata-rata 5,37 53,70
B. Deskripsi dan Pembahasan Siklus 1
Tindakan Pembelajaran
Tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah dengan menggunakan
metoda demonstrasi, siswa dalam kegiatan belajar akan dikelompokkan
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 dan 6 orang, dengan tujuan agar siswa
dalam kelompok memperoleh kesempatan yang lebih banyak dalam
melaksanakan kegiatan
1. Perencanaan
Untuk menjaring data dalam penelitian, maka langkah selanjutnya membuat
lembar observasi, antara lain :
1) Lembar observasi Rancangan Pembelajaran
2) Lembar observasi Pelaksanaan Pembelajaran
3) Lembar observasi Kemampuan Siswa pada Konsep perubahan benda
Tindakan penelitian siklus I berdasarkan perencanaan tindakan penelitian yang
telah ditetapkan dan hasilnya disusun berdasarkan katagori data dibawah ini :
2. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada Siklus I meliputi kegiatan guru dalam mengajar,
dan siswa dalam belajar dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.2. Proses Pembelajaran Siklus I
No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Kegiatan Awal
• Guru mengawali kegiatan
mengajar dengan mengkondisikan
siswa pada situasi mengajar yang
kondusif dengan melontarkan kata-
kata "anak-anak, sekarang kita
akan belajar Ilmu Pengetahuan
Alam, tentang perubahan benda".
• Guru menyampaikan informasi
tentang materi yang akan
diajarkan, termasuk
menginformasikan belajar
kelompok
• Guru memberikan apersepsi
dengan memberikan beberapa
pertanyaan yang ada hubungannya
dengan materi yang akan diajarkan
• Siswa memperhatikan pembicaraan
guru, semula banyak yang ngobrol
• Anak-anak kelihatan semakin
penasaran ingin segera pelajaran
dimulai.
• Siswa menjawab pertanyaan guru
dengan baik, meski ada beberapa
orang yang kurang memperhatikan
guru, sehingga ketika diberi
Pertanyaan kebingungan
2 Kegiatan Inti
• Guru menjelaskan tentang konsep
perubahan benda
• Guru membagi siswa dalam 5
kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 5 dan 6 orang siswa.
• Guru memberikan lembar kerja
untuk dikerjakan dan dilaksanakan
oleh setiap kelompok
• Guru membimbing siswa dalam
melakukan kegiatan
• Guru menyuruh masuk keruangan
kelas untuk melaksanakan diskusi
kelompok
• Guru menjadi moderator dalam
kegiatan diskusi
• Siswa memperhatikan penjelasan guru
meski ada beberapa orang siswa yang
kurang memperhatikan, akan tetapi
ketika disuruh menjelaskan hampir
semua siswa memperhatikannya.
• Siswa berkelompok berdasarkan
kelompoknya masing-masing
• Siswa berkumpul masing-masing
kelompok
• Setiap siswa sangat antusias
melaksanakan perannya masing-
masing?
• Siswa mengerjakan lembar kerja
meskipun setiap kelompok hanya
didominasi oleh siswa pandai
• Semua siswa sisuruh memasuki kelas
kembali untuk melaksanakan kerja
kelompok dan melaporkan hasil kerja
kelompok
• Setiap kelompok melaporkan hasil
kegiatan kelompoknya dan kelompok
lain mendengarkan untuk
memberikan sanggahan
• Siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan pelajaran
3 Kegiatan Akhir
• Guru memberikan evaluasi • Siswa mengerjakan soal yang
sebanyak 5 nomor
• Guru memberikan tindak lanjut
dengan memberikan Pekerjaan
Rumah
diberikan oleh guru
3. Hasil Belajar Siswa Siklus I
Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi yang dilaksanakan
pada Siklus I, masih banyak siswa yang salah, secara rinci hasil yang
diperoleh siswa adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3. Perolehan Nilai Pre-Tes dan Pos-Tes Pada Siklus I
No Nama Siswa
Nilai Prosentase
Ket Pre
tes
Pos
Tes
Pre
tes
Pos
Tes
1.
6 7 60 70
2.
4 6 40 60
3.
3 5 30 50
4.
6 8 60 80
5.
6 7 60 70
6.
4 5 40 50
7.
4 6 40 60
8.
6 7 60 70
9.
7 6 70 60
10.
5 7 50 70
11.
5 6 50 60
12.
6 7 60 70
13.
8 10 80 100
14.
5 7 50 70
15.
3 8 30 80
16.
6 6 60 60
17.
6 6 60 60
18.
7 8 70 80
19.
7 7 70 70
20.
4 5 40 50
21.
8 9 80 90
22.
6 7 60 70
23.
6 7 60 70
24.
4 8 40 80
25.
4 6 40 60
26.
4 5 40 50
27.
5 7 50 70
28.
6 8 60 80
29.
5 7 50 70
Jumlah 156 183 1560 1830
Rata-rata 5,37 6,78 53,70 67,78
Tabel 4.4. Lembar Observasi Rencana Pembelajaran Siklus 1
No. Aspek yang Diamati Hasil Observasi
Ket Ya Tidak
1 2 3 4 5
l. A. Tujuan Pembelajaran Umum 1) Tujuan Pembelajaran Umum sesuai dengan
yang tercantum Kurikulum 2004
2) Mencantumkan Kompetensi Dasar
B. Tujuan Pembetajaran Khusus 1. Indikator telah mengacu pada Kompetensi
Dasar
2. Indikator terarah pada konsep Perubahan
pada Benda
3. Indikator telah mencakup ranah kognitif,
afektif dan psikomotor
√
√
√
√
√
C. Metoda 1. Menggunakan metoda ceramah, berpariasi
dalam memberikan penjelasan materi
2. Menggunakan metoda diskusi untuk kerja
kelompok
3. Menggunakan metoda tanya jawab untuk
memahatni materi
4.Menggunakan metoda tugas untuk kerja
Kelompok
√
√
√
√
D. Sumber 1. Menggunakan buku sumber berupa buku
paket IImu Pengetahuan Alam Kelas VI
2. Menggunakan diktat pengalaman guru
3. Menggunakan sumber lain yang relevan
√
√
√
E. Media 1. Media menunjang tujuan pembelajaran
2. Media sesuai jumlah kebutuhan
3. Media mudah digunakan
4. Media menarik minat siswa
√
√
√
√
2. Evaluasi l. Prosedur evaluasi :
a. Diawal
b. Diakhir
2. Bentuk evaluasi
a. Objektif
b. Esei
3. Jenis evaluasi
a. Tulisan
4. Soal
a. Sesuai dengan tujuan
b. Sesuai kemampuan siswa
c. Jumlah sesuai kebutuhan
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel 4.5. Lembar Observasi Aktifitas Guru dalam Mengajar Siklus 1
No. Aspek yang Diamati Hasil Observasi
Ket Ya Tidak
1 Tahap Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
l. Mengkondisikan kelas pada situasi pembelajaran
yang menyenangkan
2. Memotivasi belajar siswa dengan
menginformasikan tentang materi pelajaran yang
akan diajarkan
3. Melakukan apersepsi mengarah pada materi
yang akan diajarkan
2) Kegiatan inti dengan tahapan proses : (1) Guru memberi penjelasan tentang perubahan
benda dengan menggunakan metoda demontrasi
(2) Pembentukan kelompok belajar siswa secara
merata baik jumlah, kemampuan, maupun jenis
kelamin.
(3) Setiap kelompok diberi tuga yang sama antara
lain perubahan benda
(4) Setiap kelompok melaporkan hasil kerjanya
Guru dan siswa membahas hasil kerja kelompok
(5) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi
yang dipelajari
3 Kegiatan Akhir 1. Melaksanakan evaluasi
2. Memberikan tindak lanjut dengan memberikan
PR
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel 4.6. Refleksi Pembelajaran Siklus I
Masalah Pembelajaran Hipotesis Tindakan Selanjutnya
A. Kegiatan Guru
Guru telah dapat melaksanakan prosedur
pengajaran sesuai dengan skenario yang ada
pada rencana pembelajaran, meskipun masih
ada keraguan dan siswa yang tidak aktif
kurang mendapat perhatian dari guru.
B. Kegiatan Siswa
Siswa secara umum tampak memiliki minat
belajar yang tinggi dalam belajar, akan tetapi
masih perlu penjelasan guru dalam Kelompok
kerja
a. Tiap siswa dalam kelompok diberi
tugas yang sama antara antara lain
melaksanakan praktek
b. Siswa dibimbing secara intensif
secara individu, baik dalam
kegiatan menjelaskan maupun
dalam kerja kelompok
Hasil refleksi dari siklus I merupakan rekomendasi untuk siklus II agar
pembelajaran lebih baik dan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kegiatan
perencanaan untuk kegiatan pembelajaran siklus 2 antara lain merefisi Rencana
pembelajaran terutarna dalam Proses Belajar Mengajar.
C. Deskripsi Dan Pembahasan Siklus 2
Tindakan penelitian siklus 2 berdasarkan repleksi siklus l, dan hasilnya
disusun berdasarkan katagori data dibawah ini :
1. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus 2 meliputi kegiatan guru dalam
mengajar, dan siswa dalam belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.7 Proses Pembelajaran Siklus 2
No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Kegiatan Awal
• Guru mengawali kegiatan mengajar
dengan mengkondisikan siswa pada
situasi mengajar yang kondusif
• Guru menyampaikan informasi
tentang materi yang akan diajarkan,
termasuk menginformasikan belajar
kelompok
• Siswa memperhatikan pembicaraan guru
dengan antusias
• Anak-anak kelihatan semakin penasaran
ingin segera pelajaran dimulai kegiatan
belajar
• Guru memberikan apersepsi dengan
memberikan beberapa pertanyaan
yang ada hubungannya dengan materi
yang akan diajarkan
• Siswa menjawab pertanyaan guru
dengan baik, meski ada beberapa siswa
yang kurang memperhatikan guru,
sehingga ketika diberikan pertanyaan
kebingunan.
2 Kegiatan Inti
• Guru menjelaskan tentang konsep
perubahan pada benda
• Guru membagi siswa dalam 5
kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 5 sapai 6 orang siswa.
• Guru membagikan LKS untuk setiap
kelompok
• Guru menyuruh setiap kelompok
untuk mengamati percobaan dan
memberikan lembar kerja untuk
dikerjakan oleh setiap kelompok
• Guru membimbinf siswa dalam kerja
kelompok
• Guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi pelajaran
• Siswa memperhatikan penjelasan guru
meski ada beberapa orang siswa yang
kurang memperhatikan, akan tetapi
ketika disuruh menjelaskan hampir
semua siswa memperhatikannya.
• Siswa berkelompok berdasarkan
kelompoknya masing-masing
• Siswa menerima Lembar Kerja Siswa.
• Siswa berkumpul masing-masing
kelompok
• Setiap kelompok melaksanakan kegiatan
kelompok sesuai dengan petunjuk yang
ada pada LKS
• Setiap siswa sangat diberi kesempatan
untuk melaporkan hasil kerja
kelompoknya dan kelompok lain sebagai
penanya .
• Siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan pelajaran
3 Kegiatan Akhir
• Guru memberikan Lembar evaluasi
• Guru memberikan tindak lanjut
dengan memberikan Pekerjaan
Rumah
• Siswa mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru
2. Hasil Belajar Siswa Siklus 2
Berdasarkan data yang terkumpul dari hasil evaluasi yang dilaksanakan
pada Siklus 2, masih banyak siswa yang salah, secara rinci hasil yang
diperoleh siswa adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8. Perolehan Nilai Pos Tes Siklus 2
No Nama Siswa Nilai Prosentase Ket
1.
8 80
2.
7 70
3.
7 70
4.
9 90
5.
8 80
6.
7 70
7.
8 80
8.
9 90
9.
7 70
10.
9 90
11.
7 70
12.
7 70
13.
10 100
14.
7 70
15.
10 100
16.
7 70
17.
8 80
18.
10 100
19.
9 90
20.
6 60
21.
10 100
22.
8 80
23.
9 90
24.
10 100
25.
8 80
26.
7 70
27.
8 80
28.
8 80
29.
8 80
Jumlah 220 2360
Rata-rata 8,15 81,48
Tabe1 4.9. Lembar Observasi Merancang Pembelajaran siklus 2
No. Aspek yang Diamati Hasil Observasi
Ket Ya Tidak
1 2 3 4 5
l. A. Tujuan Pembelajaran Umum 1) Tujuan Pembelajaran Umum sesuai dengan yang
tercantum Kurikulum 2004
2) Mencantumkan Kompetensi Dasar
B. Tujuan Pembetajaran Khusus 1. Indikator telah mengacu pada Kompetensi Dasar
2. Indikator terarah pada konsep Perubahan pada
Benda
3. Indikator telah mencakup ranah kognitif, afektif
dan psikomotor
√
√
√
√
√
C. Metoda 1. Menggunakan metoda ceramah, berpariasi dalam
memberikan penjelasan materi
2. Menggunakan metoda diskusi untuk kerja
kelompok
3. Menggunakan metoda tanya jawab untuk
memahatni materi
4.Menggunakan metoda tugas untuk kerja Kelompok
√
√
√
√
D. Sumber 1. Menggunakan buku sumber berupa buku paket
IImu Pengetahuan Alam Kelas VI
2. Menggunakan diktat pengalaman guru
3. Menggunakan sumber lain yang relevan
√
√
√
E. Media 1. Media menunjang tujuan pembelajaran
2. Media sesuai jumlah kebutuhan
3. Media mudah digunakan
4. Media menarik minat siswa
√
√
√
√
2. Evaluasi l. Prosedur evaluasi :
a. Diawal
b. Diakhir
2. Bentuk evaluasi
a. Objektif
b. Esei
3. Jenis evaluasi
a. Tulisan
4. Soal
a. Sesuai dengan tujuan
b. Sesuai kemampuan siswa
c. Jumlah sesuai kebutuhan
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel 4.10 . Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus 2
No. Aspek yang Diamati Hasil Observasi
Ket Ya Tidak
1 Tahap Pelaksanaan
1) Kegiatan Awal
l. Mengkondisikan kelas pada situasi pembelajaran
yang menyenangkan
2. Memotivasi belajar siswa dengan
menginformasikan tentang materi pelajaran yang
akan diajarkan
3. Melakukan apersepsi mengarah pada materi yang
akan diajarkan
2) Kegiatan inti dengan tahapan proses : (1) Guru memberi penjelasan tentang perubahan
benda dengan menggunakan metoda demontrasi
(2) Pembentukan kelompok belajar siswa secara
merata baik jumlah, kemampuan, maupun jenis
kelamin.
(3) Setiap kelompok diberi tuga yang sama antara lain
perubahan benda
(4) Setiap kelompok melaporkan hasil kerjanya Guru
dan siswa membahas hasil kerja kelompok
(5) Guru membimbing siswa menyimpulkan materi
yang dipelajari
3 Kegiatan Akhir 1. Melaksanakan evaluasi
2. Memberikan tindak lanjut dengan memberikan PR
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel 4.11 . Refleksi Pembelajaran Siklus 2
Masalah Pembelajaran Hipotesis Tindakan Selanjutnya
A. Kegiatan Guru
Guru telah dapat melaksanakan prosedur
pengajaran sesuai dengan skenario yang ada
pada rencana pembelajaran, meskipun masih
ada keraguan dan siswa yang tidak aktif
kurang mendapat perhatian dari guru.
B. Kegiatan Siswa
Siswa secara umum tampak memiliki minat
belajar yang tinggi dalam belajar, akan tetapi
masih perlu penjelasan guru dalam
Kelompok kerja
a. Tiap siswa dalam kelompok diberi
tugas yang sama antara antara lain
melaksanakan praktek
b. Siswa dibimbing secara intensif
secara individu, baik dalam
kegiatan menjelaskan maupun
dalam kerja kelompok
Berdasarkan hasil penelitian pada Siklus 2 maka hasil refleksi selama
kegiatan pada penelitian yang dimulai dari persiapan sampai pada
pelaksanaan dianggap sudah berhasil, hal ini berdasarkan tingkat kemampuan
siswa yang cukup baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan pemahaman siswa
tentang konsep perubahan benda dengan menggunakan metoda demontrasi
dalam pembelajaran IPA di kelas VI SD Negeri Kasturi II Kecamatan
Cikijing Kabupaten Majalengka, berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Langkah-langkah persiapan yang telah direncanakan untuk pelaksanaan
penelitian berjalan sesuai dengan rencana, dari mulai pembuatan Rencana
Penelitian (Renpel) sampai pembuatan instrumen yaitu lembar observasi
untuk rencana pelajaran, lembar observasi untuk aktivitas guru dalam
mengajar dan lembar observasi untuk kegiatan siswa dalam belajar, telah
berhasil menjaring data sebagai hasil penelitian.
2. Pelaksanaan pembelajaran tentang konsep perubahan benda dengan
menggunakan metoda demontrasi, berjalan sesuai dengan skenario yang
ada pada rencana pelajaran (renpel), dan telah berhasil menciptakan
situasi belajar yang kondusif yakni siswa terlibat secara langsung pada
proses pembelajaran, juga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar IPA yang semula dianggap sulit.
3. Tingkat pemahaman siswa tentang perubahan benda setelah pembelajaran
menggunakan metoda demontrasi dapat meningkat dengan baik, ini dapat
dilihat dari hasil evaluasi yaitu pada siklus 1 memperoleh nilai rata-rata
6,78 dan pada siklus ke 2 memperoleh nilai rata-rata 8,15.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam upaya perbaikan Proses Belajar
Mengajar (PBM), serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang perubahan benda, ada beberapa
hal yang perlu disampaikan antara lain:
1. Guru hendaknya membina dan mengembangkan kemampuan
menyerap informasi tentang media pembelajaran seperti audio
visual, misalnya memalui kegiatan KKG, seminar, dan dari media
cetak
2. Penggunaan metoda demontrasi dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam tentang perubahan benda yang telah dilaksanakan selama
kegiatan penelitian sangat baik, hal ini terbukti dari hasil evaluasi
dari siklus ke 1 dan siklus ke 2 terjadi peningkatan yang cukup
tinggi, disamping situasi belajar sangat kondusif, karena
pembelajaran dengan menggunakan metoda demontrasi dapat
melibatkan siswa secara utuh, artinya terlibat dari awal sampai
akhir pembelajaran.
3. Disamping media pembelajaran yang harus dikuasai, juga alat
peraga yang diperlukan perlu dipersiapkan, karena alat peraga
mampu menjembatani pemahaman siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, (1989). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Sistem
Pendidikan. Semarang Aneka Ilmu.
Depdiknas, (2004). Kurikulum Pendidikan Dasar, Dirjen Dikdasmen.
Depdikbud, (1998). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar Kelas VI
Sekolah Dasar. Jakarta Dirjen Dikdasmen.
Depdikbud, (1995). Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar Kelas 6. Jakarta
Dirjen Dikdasmen.
Depdikbud, (1997. Ilmu Pengetahuan Alam Petunjuk Guru Sekolah Dasar Kelas
6. Jakarta Dirjen Dikdasmen.
H. Udin, (1987). Strategi Pembelajaran Dirjen Pendidikan. Tinggi Proyek
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Kasihani Kasbolah, (1998). Penelitian Tindakan Kelas Dirjen Pendidikan. Tinggi
Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Nana Sujana, (1991). Media Pengajaran. Pusat Penelitian dan Pembidangan Ilmu
Lembaga Penelitian IKIP Bandung. Sinar Baru.
Ngalimun Purwanto, (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung Remaja Rosda
Karya.
E. JUDUL – JUDUL PTK LAIN
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERCERITERA MELALUI PEMBELAJARAN
PICTURE AND PICTURE CONTEKSTUAL PADA SISWA TUNAGRAHITA
RINGAN KELAS VIII SLB NEGERI SURAKARTA
Oleh : Abdullah
PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DAN MEDIA NYATA UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR
AKAR PADA SISWA KELAS IVSD NEGERI TAWANG 02 SEMESTER I TAHUN
PELAJARAN 2012/ 2013
Oleh : Heni Kartikawati
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMAHAMAN
KONSEP KOPERASI DENGAN METODE KWL (KNOW, WANT, LEARNED)
SEMESTER I KELAS IV SDN JURON 01 KECAMATAN NGUTER KABUPATEN
SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh : Katiyo
PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG BAGIAN-BAGIAN
TUMBUHAN MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KEMASAN 02 SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN2012/2013
Oleh : Siswanto
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
PERMAINAN KARTU MODEL WEBBING MATA PELAJARAN IPA KELAS II SD
NEGERI PALUR 03 KEC. MOJOLABAN KAB.SUKOHARJO TAHUN 2012/2013
Oleh : Sri Handayani
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEMBANDINGKAN
BILANGAN 1 SAMPAI 500 MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA
SISWA KELAS II
SDNEGERIKARANGMOJO03SEMESTERITAHUNPELAJARAN2012/2013
Oleh : Sri Lestari
PENINGKATKAN KETERAMPILAN DAN HASIL BELAJAR MENYUSUN
PARAGRAF MELALUI KARTU KALIMAT PADA SISWA KELAS IIII SEMESTER I
SD NEGERI TAWANG 02 TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013
Oleh: Sri Pitulasi
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI KONSEP
STRUKTUR ORGAN TUBUH MANUSIA DAN FUNGSINYA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE BAGI SISWA KELAS IV SD NEGERI
JOHO 02 SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh : Sudarno
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATERI SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT MELALUI METODE KOOPERATIF
TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS III SD NEGERI KARANGMOJO 01
SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : Suhardi
UPAYA PENINGKATAN PROSES BELAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN TENTANG TOKOH SUMPAH PEMUDA MELALUI
MEDIA GAMBAR KELAS III SD NEGERI MRANGGEN 01 KEC. POLOKARTO
KAB. SUKOHARJO. SEMESTER 1 TAHUN 2012/2013. Sumardi
PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA AKAN HASIL FOTOSINTESIS
MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH PADA SISWA
KELAS V SD N CELEP 1 NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO.
TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Suparno 89
COOPERATIF LEARNING DENGAN MODEL JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA JAWA SISWA KELAS IV
SD NEGERI TEGALSARI 04 SEMESTER I. TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013.
Supriyati. 95
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ALAT PENCERNAAN
MAKANAN PADA MANUSIA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A
MATCH BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI TANJUNGREJO 01. SEMESTER I.
TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Surati. 105
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT BAGI SISWA KELAS IV
SEMESTER I SD NEGERI KRAJAN 02 TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Suroto. 115
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP KEYAKINAN HARI
AKHIR MELALUI MEDIA LCD BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI MERTAN 01
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Suwarto. 125
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMANFAATAN CD
INTERAKTIF PADA PELAJARAN IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN
PENDEKATAN QUESTION STUDENT HAVE PADA SISWA KELAS VI SD
WIRUN 01 KEC. MOJOLABAN. KAB. SUKOHARJO SEMESTER 1 TAHUN
2012/2013. Titik wahyuni. 135
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN
MEDIA GELAS FAKEL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANG WUNI KEC.
POLOKARTO KAB. SUKOHARJO SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Warasito. 141.
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN MELALUI
MEDIA KARTU ANGKA PADA KELOMPOK B2 TK KENCANASARI 01 TELUKAN
SUKOHARJO. TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Am. Mardiastutik. 148.
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI VOLUME
BANGUN RUANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA
SISWA KELAS VI SDN NGUTER 04 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013.Wahyu Budi Setiawan. 157
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk penelitian yang
melekat pada guru, yaitu mengangkat masalah-masalah aktual yang dialami oleh
guru di lapangan. PTK mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki
atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. PTK berbeda dengan
penelitian formal dan mempunyai prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh
guru. PTK model John Eliot lebih detil dan terperinci dibandingkan PTK model
Kurt Lewin dan Model Kemmis & Mc Taggart.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT. Indeks.
Arikunto Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2008. Peneilitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Harun. 2012. Makalah Penelitian Tindakan Kelas
http://bacindul.blogspot.com/2012/07/makalah-penelitian-tindakan-
kelas.html diakses tanggal 30 september 2014 Pukul 10.08
Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor : Ghalia
Indonesia
Sudrajat Ahmad. 2008. Penelitian Tindakan Kelas
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/21/penelitian-tindakan-
kelas-part-ii/ diakses tanggal 30 september 2014 Pukul 10.10
http://educatinalwithptk.wordpress.com/2012/11/14/konsep-dasar-penelitian-
tindakan-kelas/