23
AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN: PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG USAHA MAKALAH AUDITING II DISUSUN OLEH: KELOMPOK 11 Ilham Akbar ERC1C011062 Irwansyah ERC1C011020 1

Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

Embed Size (px)

DESCRIPTION

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG USAHA

Citation preview

Page 1: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN: PENGUJIAN

SUBSTANTIF TERHADAP SALDO UTANG USAHA

MAKALAH AUDITING II

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 11

Ilham Akbar

ERC1C011062

Irwansyah

ERC1C011020

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JAMBI

2013

1

Page 2: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

B A B IPENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Audit terhadap siklus pengeluaran mencakup dua pendekatan yaitu

pengujian kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan

untuk memahamai struktur pengendalian intern terhadap siklus penjualan, yang

selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian substansi. Pengujian substansi

dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap kelayakan jumlah rupiah serta

kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan di Indonesia.

Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam imlpementasinya, sehingga program

audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda.

Sebelum membahas lebih lanjut siklus pengeluaran ini, terlebih dahulu

perlu dijelaskan pengertian pengeluaran yaitu adalah rangkaian kegiatan bisnis

dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan dengan pembelian

serta pembayaran barang dan jasa

Dalam pembahasan ini, sistem penjualan tidak dibahas mengingat

keterbatasan ruang lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini akan

membahas salah satu aspek mengenai utang usaha yaitu, Audit terhadap siklus

pengeluaran: Pengujian substantif terhadap saldo utang usaha.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan Utang Usaha?

2. Apa perbedaan karakteristik utang lancar dengan aktiva lancar?

3. Apa perbedaan pengujian substantif utang lancar dengan aktiva lancar?

4. Apa saja yang termasuk prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia

dalam penyajian utang lancar?

5. Apa saja tujuan audit terhadap utang usaha?

6. Apa saja dokumen terkait utang?

2

Page 3: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

7. Apa saja catatan akuntansi terkait utang?

8. Prosedur apa saja yang ada pada pengujian subtantif terhadap utang usaha?

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan mengenai utang usaha

2. Menjelaskan perbedaan karakteristik utang lancar dengan aktiva lancar

3. Menjelaskan perbedaan pengujian substantif utang lancar dengan aktiva

lancar

4. Memaparkan PABU dalam penyajian piutang usaha di neraca.

5. Memaparkan tujuan pengujian substantif terhadap utang usaha.

6. Memaparkan dokumen-dokumen terkait utang usaha

7. Memaparkan catatan-catatan terkait utang usaha

8. Menjelaskan prosedur-prosedur dalam tahapan program pengujian

substantif terhadap utang usaha.

1.4 Manfaat Penulisan

Tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan para

pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan akuntansi, agar nantinya dapat lebih

memahami serta mendalami tentang materi yang akan dibahas pada kesempatan

kali ini.

3

Page 4: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Deskripsi

Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi

semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun

atau kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan)

dengan cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancaratau

dengan cara menimbulkan utang lancar yang lain. Utang lancar digolongkan

menjadi 6 kelompok berikut ini:

1. Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan

penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies)

Utang usaha dapat digolongkan menjadi 2 golongan : (1) utang yang tidak

disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan

untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha atau account

payable) dan (2) utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti

tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan

utang wesel atau notes payable).

2. Uang jaminan masuk dari pelanggan.

3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).

4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan yang ditunjuk

sebagai pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak

Pertambahan Nilai (PPN), utang Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal

25), utang dana pensiun, utang asuransi karyawan.

5. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:

a. Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.

b. Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk

perusahaan yang dijual dengan garansi.

c. Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya

utang sewa, pendapatan yang diterima dimuka, utang yang jumlahnya

dihitung dari besarnya deplesi sumber alam.

4

Page 5: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

6. Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek

seperti utang bank (kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang yang

segera jatuh tempo, utang pajak penghasilan utang deviden.

2.2 Perbedaan Karakteristik Utang Lancar dengan Aktiva Lancar

1. Dalam penyajian aktiva lancar, klien berkecenderungan umum untuk

menyatakan aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang real.

Kecenderungan ini sering kali didorong oleh motif untuk memberikan

gambaran modal kerja yang lebih baik sehingga kelihatannya perusahaan

memiliki likuiditas yang baik.

2. Gambaran modal kerja yang baik dapat ditempuh dengan menurunkan nilai

hutang lancar, yaitu umumnya dengan cara tidak mencatat hutang lancar

sehingga terdapat hutang yang tidak tercatat di dalam laporan keuangan

(neraca).

3. Dalam penyajian aktiva lancar klien menghadapi masalah penilaian unsur-

nsur aktiva lancar per tanggal neraca.

4. Dalam penyajian hutang lancar klien tidak menghadapi masalah penilaian

unsur-nsur hutang lancar per tanggal neraca.

2.3 Perbedaan Pengujian Substantif Hutang Lancar dengan Aktiva Lancar

1. Pengujian substantif terhadap hutang lancar ditujukan untuk menemukan

adanya penyajian hutang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang

seharusnya, sedangkan untuk aktiva lancar untuk menemukan penyajian

aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya.

a. Dalam pengujian substantif terhadap kas auditor melakukan pengujian

fisik kas.

5

Page 6: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

b. Dalam pengujian substantif terhadap piutang auditor mengirimkan

konfirmasi terhadap debitur.

c. Dalam pengujian substantif terhadap persediaan auditor melakukan

pengamatan terhadap perhitungan fisik persediaan.

d. Berbaga perosedur audit tersebut dilakukan untuk menemukan adanya

over statement dalam aktiva lancer.

e. Di lain pihak pengujian substantif terhadap hutang lancar ditujukan

untuk menentukan adanya hutang yang belum dicatat (unrecord

liabilities) pada tanggal neraca.

2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi

masalah penentuan kewajiban nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat

direalisasikan) yang dicantumkan ke dalam neraca. Dilain pihak dalam

pengujian substantif terhadap hutang lancar auditor menghadapi data historis

mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa lalu, yang dalam

jangka pendek harus dilunasi.

2.4 Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Utang Lancar Di

Neraca

Sebelum membahas pengyajian subtantif terhadap utang usaha, perlu

diketahui terlebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam

penyajian utang lancar di neraca berikut ini :

1. Setiap jenis utang usaha lancar harus disjikan secara terpisah, jika

jumlahnya material.

2. Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan

perusahaan harus dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang

independen.

3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan

dalam laporan keuangan.

6

Page 7: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah

neto.

5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

2.5 Tujuan Pengujian Subtantif Terhadap Utang Usaha

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang

bersangkutan dengan utang usaha.

2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang

berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.

3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi

dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.

4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.

5. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di

neraca.

2.6 Dokumen terkait utang

1. Pesanan Pembelian adalah dokumen yang mengidentifikasikan deskripsi,

jumlah, dan informasi terkait untuk barang dan jasa yang akan dibeli

prusahaan.

2. Laporan barang adalah dokumen yang dibuat pada saat barang berwujud

dierima yang menunjukkan deskripsi tentang barang, jumlah yang

diterima, tanggal penerimaan, dan data lain yang relevan.

3. Berkas Transaksi Pembelian. Berkas yang dihasilkan melalui computer

yang meliputi semua transaksi perolehan yang diproses oleh sistem

akuntasi untuk suatu periode tertentu.

7

Page 8: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

4. Faktur Pemasok adalah dokumen yang menunjukkan hal-hal seperti

deskripsi serta jumlah barang dan jasa yang diterima, harga (termasuk

ongkos angkut), syarat potongan tunai, dan tanggal penerimaan kas.

5. Memo Debet adalah dokumen yang menunjukan pengurangan jumlah

yang menjadi hak pemasok karena pengembalian barang atau pengurangan

harga.

6. Voucher. Dokumen ini biasanya digunakan oleh organisasi sebagai sarana

formal pencatatan dan pengendalian perolehan.

7. Berkas Induk Hutang Usaha/Dagang. Berkas induk hutang usaha/dagang

adalah berkas untuk mencatat masing-masing perolehan, pengeluaran kas,

serta retur dan pengurangan harga perolehan untuk masing-masing,

pemasok.

8. Cek. Dokumen yang digunakan untuk membayar setiap perolehan saat

pembayaran jatuh tempo.

9. Berkas Transaksi Pengeluaran Kas. Berkas yang dihasilkan computer yang

meliputi semua transaksi pengeluaran kas yang diproses oleh sistem

akuntasi untuk periode tertentu.

2.7 Catatan terkait utang

1. Jurnal atau Daftar Perolehan Laporan yang dihasilkan dari berkas transaksi

perolehan yang biasanya mencakup nama pemasok, tanggal, jumlah, dan

kelompok akun untuk setiap transaksi seperti perbaikan dan pemeliharaan,

persediaan, utilitas. Laporan tersebut juga mengidentifikasi apakah

perolehan tersebut dilakukan secara tunai atau secara kredit.

2. Neraca Saldo Hutang Dagang. Neraca saldo hutang usaha berisi daftar

jumlah hutang ke pemasok atau untuk setiap faktur atau voucher pada satu

titik waktu tertentu.

3. Laporan Pemasok. Laporan pemasok disusun setiap bulan oleh pemasok

yang menunjukan saldo awal, perolehan, retur dan pengurangan harga,

8

Page 9: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

pembayaran ke pemasok, dan saldo akhir. Saldo dan aktifitas tersebut

merupakan pernyataan pemasok atas transaksi untuk periode tersebut dan

bukan pernyataan klien. Kecuali untuk jumlah dan perbedaan waktu yang

diperselisihkan, berkas induk hutang usaha klien seharusnya sama dengan

laporan pemasok.

4. Jurnal atau Daftar Pengeluaaran kas. Laporan yang dihasilkan dari berkas

transaksi pengeluaran kas yang meliputi semua transaksi untuk periode

waktu tertentu. Transaksi sama, yang meliputi semua informasi yang

relevan, tercakup didalam berkas induk hutng usaha/dagang dan buku

bersar.

2.8 Program Pengujian Subtantif Terhadap Utang Usaha

Program pengujian subtantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang

dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraiakan di atas.

Tahap-tahap prosedur audit dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan

umum sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci.

2.8.1 Prosedur audit awal

Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkan oleh

klien di dalam neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada

tanggal neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi utang usaha yang

dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya.

Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa

informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatan

akuntansi yang dapat dipercaya.

a. Urut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha

yang bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh keyakinan

9

Page 10: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

bahwa saldo utang usaha yang tercantum di neraca didukung dengan catatan

akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme pencatatannya, maka

saldo utang usaha yang di cantumkan di neraca diusut ke akun buku besar.

b. Hitung kembali saldo akun utang usaha di buku besar. Untuk memperoleh

keyakinan mengenai ketelitian perhitungan saldo akun utang usaha, auditor

menghitung kembali saldo akun piutang usaha dan utang wesel dengan

menambah saldo awal dengan jumlah pengkreditan dan menguranginya

dengan jumlah pendebitan tiap-tiap akun tersebut.

c. Usut saldo awal akun utang usaha ke kertas kerja tahun lalu. Sebelum

auditor melakukanpengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun

piutang usaha, ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal

akun tersebut.

d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber

posting dalam akun utang usaha. Ketidak beresan dalam transaksi

pembelian, pelunasan utang usaha dapat ditemukan melalui review atas

mutasi luar biasa, baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun

utang usaha.

e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun utang usaha ke jurnal yang

bersangkutan. Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan

pengurangan utang usaha berasal dari jurnal-jurnal yang bersangkutan.

f. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control utang

usaha di buku besar. Saldo akun control utang usaha di buku besar tersebut

kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun pembantu utang usahaa ke

dalam arsip bukti kas keluar yang belum ddibayar untuk memperoleh

keyakinan bahwa catatan akuntansi klien yang bersangkutan dengan utang

usaha dapat dipercaya ketelitiannya.

10

Page 11: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

2.8.2 Prosedur analitik

Pada tahap awal pengujian subtantif terhadap utang usaha, pengujian

analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan

dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif.

Ratio formula

Tingakat perputaran utang usaha Pembelian÷ Reratautangusaha

Rasio utang usaha dengan utang

lancar

Saldoutangusaha÷ Utang lancar

2.8.3 Pengujian terhadap transaksi rinci

1. Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun utang usaha ke

dokumen yang mendukung timbulnta transaksi tersebut. Prosedur audit ini

dimulai oleh auditor dari buku pembantu utang usaha. Pengujian

dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut ini:

a. Sample akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya.

b. Sampel transaksi yang dicatat dalam akun kreditur pilihan.

2. Periksa pengkreditan akun utang usaha ke dokumen pendukung bukti kas

keluar (voucher), laporan penerimaan barang, dan surat order pembelian.

3. Periksa pendebitan akun utang usaha ke dokumen pendukung: bukti kas

keluar, memo debit untuk retur pembelian

4. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pembelian dan retur

pembelian

5. Periksa dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu

terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.

6. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam

minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal

neraca.

11

Page 12: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

7. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas.

8. Periksa adanya utang usaha yang tidak di catat.

Contoh kasus:

Auditor menemukan sebuah faktur sebesar Rp10.000.00,

bertanggal 30 Desember 20X1, dengan syarat pembelian FOB shipping

point. Barang telah dikirim oleh pemasok pada tanggal 30 Desember

20X1, tetapi baru diterima oleh klien pada tanggal 5 Januari 20X2 dan

dicatat oleh klien sebagai pembelian pada tanggal 5 Januari 20X2.

Jika terjadi kasus di atas, auditor tidak akan mengusulkan adanya

jurnal adjustment untuk mencatat utang tersebeut, karena utang tersebut

diusulkan untuk di adjust, maka jurnal adjustment-nya adalah sebagai

berikut:

Pembelian Rp10.000.000,Utang Usaha Rp10.000.000,

2.8.4 Pengujian terhadap saldo akun rinci

Tujuan pengujian saldo akun utang usaha rinci adalah untuk

memverifikasi:

a. Keberadaan dan keterjadian.

b. Kelengkapan.

c. Kewajiban.

d. Penyajian dan pengungkapan.

Keberadaan, kelengkapan, kewajiban serta penyajian dan pengungkapan

utang usaha di neraca di buktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat

konfirmasi kepada debitur dan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke

pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari kreditur.

1. Lakukan konfirmasi utang usaha. Konfirmasi dalam pengujian substantif

terhadap utang usaha merupakan prosedur yang tidak harus ditempuh

12

Page 13: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

(bukan merupakan mandatory procedure) sepertihalnya dengan konfirmasi

piutang usaha.

2. Periksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran utang usaha

setelah tangal neraca. Pembayaran utang usaha yang dilakukan oleh klien

dapat memberikan petunjuk mengenai keberadaan kewajiban klien

tersebut.

3. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke peryataan

piutang bulanan yang diterima oleh klien dari debitur. Utang klien kepada

debitur yang tidak dikonfirmasi dapat diverifikasi keberadaanya melalui

rekonsiliaasi akun utang kepada kreditur dengan surat pernyataa piutang

yang diterima secara bulanan dari debitur.

2.8.5 Verifikasi dan pengungkapan

1. Periksa klasifikasi utang usaha di neraca. Unsure utang lancar harus

disajikan di neraca menurut urutan jatuh temponya. Jika jumlahnya

material, utang usaha harus disajikan di neraca menjadi tiga golongan:

a. Utang usaha kepada kreditur usaha

b. Utang usaha kepada perusahaan afiliasi

c. Utang usaha kepada direksi, pemegang saham utama, manager, dan

karyawan perusahaan

2. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang non usaha. Jika

utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan aktiva tidak

lancar, maka jumlah utang ini tetap disajikan di neraca dalam kelompok

utang jangka panjang, bukan utang lancar untuk menghindari pengaruh

signifikan terhadap perhitungan perubahan posisi keuangan (modal kerja).

3. Periksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang usaha. Utang

usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan secara memadai di

neraca atau dalam penjelasan laporan keuangan.

13

Page 14: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

4. Mintalah informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum

diungkap dan utang bersyarat dan periksa penjelasan yang bersangkutan

dengan utang usaha tersebut.

5. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaiaan

pekerjaan lapangan. Notulen rapat yang diselenggarakan oleh direksi akan

berpotensi menimbulkan utang bersyarat.

6. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.

7. Mintalah informasi dari pengacar klien mengenai perkara pengadilan yang

melibatkan klien

8. Kirimkan konfirmasi ke bank. Auditor meminta informasi dari bank

mengenai kewajiban bersyarat yang menjadi tanggung jawab klien pada

tanggal neraca.

9. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.

           

14

Page 15: Makalah audit terhadap siklus pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Utang lancar memiliki karateristik yang berbeda dengan karakteristik

aktiva lancar, yang berdampak terhadap pengujian subtantif terhadap utang lancar.

Dalam menyajikan aktiva lancar, klien berkecendrungan umum untuk menyajikan

aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatnya. Di lain pihak, dalam

menyajikan utang lancar, klien berkecendrungan umum untuk menyajikan utang

tersebut lebih rendahdari jumlah yang senyatanya. Kecendrungan ini di dorong

oleh keinginan untuk menyajikan gambaran modal kerja perusahaan yang lebih

baik. Oleh karena itu, pegujian subtantif terhadap utang lancardi tujukan untuk

menemukan adanya penyajian utang lancar yang lebih rendahdari jumlah yang

seharusnya (under statment Utang Lancar).

            Pengujian subtantif terhadap utang usaha di tujukan untuk memperoleh

keyakinana tentang keandalan catatan akuntansi bersangkutan dengan utang

usaha, membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang

berkaitan deangan utang usaha yang dicantumkan di neraca, membuktikan

kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatna akuntansi serta membuktikan

kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.

3.2 Saran

Diharapakan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan menambah

pengetahuan kita semua tentang auditing. Khususnya tentang audit terhadap siklus

pengeluaran: pengujian substantif terhadap saldo utang usaha.

15