Upload
lusimarettiritamanullang
View
3.081
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
Tugas Individu
Administrasi Perpajakan (Pratikum) dan Praktikum Komputer
SURAT KETETAPAN PAJAK DAN SURAT KEPUTUSAN
Oleh:
Lusi Maretti Rita
(1201120078)
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Jurusan Administrasi Bisnis
Universitas Riau
2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas rahmat dan karunia tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul”Surat Ketetapan Pajak Dan
Surat Keputusan”. ini tepat pada waktunya. Pada dasarnya makalah ini diselesaikan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Administrasi Perpajakan yang dibimbing langsung oleh dosen
Sri Zuliarni, S.Sos., MBA
Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara
harus berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh
rakyat dalam negara tersebut. dengan demikian setiap orang sebagai anggota masyarakat
suatu negara harus mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak. Oleh
sebab itu pada kesempatan ini penulis akan merangkum materi-materi yang akan menunjang
pemahaman pembaca terhadap isi dalam makalah ini.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada sumber-sumber informasi
yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini. Penulis juga berharap kepada
pembaca agar memberikan kritik ataupun saran terhadap makalah ini untuk perbaikan
makalah ini selanjutnya.
Pekanbaru, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis......................................................................................................................2
Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Pajak...................................................................................................................3
2.2 Ketetapan Pajak....................................................................................................................4
2.3 Macam-macam Pajak...........................................................................................................4
2.4 Keberatan.............................................................................................................................8
2.5 Jangka Waktu Pengajuan Keberatan....................................................................................9
2.6 Permintaan Penjelasan Atau Pemberian Keterangan Tambahan.......................................10
2.7 Banding.............................................................................................................................10
2.8 Pembetulan, Pengurangan dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak..............12
Bab III Penutup
A. Kesimpulan..........................................................................................................................13
B. Saran...................................................................................................................................13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara harus
berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh rakyat
dalam negara tersebut. dengan demikian setiap orang sebagai anggota masyarakat suatu
negara harus mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak.
Pada umumnya tidak terlepas dari subyek pajak yaitu mereka (orang atau badan) yang
memenuhi syarat subyektif, yaitu syarat yang melekat pada orang atau badan sesuai dengan
apa yang ditentukan oleh undang-undang. Sedangkan obyek pajak artinya mereka
mempunyai potensi untuk dikenai pajak, tetapi belum tentu dikenai pajak. Sementara itu
wajib pajak adalah mereka (orang atau badan) yang selain memenuhi subyektif pajak, juga
harus memenuhi syarat objektif. Jadi wajib pajak itu tidak hanya potensial untuk dikenakan
pajak melainkan memang sudah dikenakan kewajiban untuk membayar utang pajak.
Berdasarkan penetapan dan ketetapan pajak, maka wajib pajak mempunyai hak
mengajukan keberatan atas suatu ketetapan pajak dengan mengajukan keberatan secara
tertulis kepada Direktur Jendral Pajak paling lambat tiga bulan sejak tanggal surat ketetapan,
dan atas keberatan tersebut Direktur Jendral Pajak akan memberikan keputusan paling lama
dalam jangka waktu dua belas bulan sejak surat keberatan diterima dari wajib pajak yang
mengajukannya.
Perlu diketahui bahwa wajib pajak yang mengajukan banding harus membayar
minimal 50% dari utang pajak yang diajukan banding. Pengadilan pajak harus menetapkan
putusan paling lambat dua belas bulan sejak surat banding diterima.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian pada bagian latar belakang diatas, maka dalam makalah ini akan membahas
tentang sebagai berikut:
1. Apa saja teori yang berhubungan atau landasan teori yang terkait dengan surat
ketetapan pajak dan surat keputusan.
2. Bagaiman ketetapan dan penetapan pajak.
3. Bagaiman bentuk pembetulan ketetapan pajak, pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak.
1.3 Tujuan Penulis
Dalam hal ini, penulis ingin memperoleh informasi dan data yang cukup sehingga
permasalahan yang telah dikemukakan pada rumusan masalah diatas dapat digambarkan
dengan jelas melalui informasi yang diperoleh untuk mengetahui landasan teori yang terkait
dengan penetapan dan ketetapan pajak, mengumpulkan materi atau bahan tulisan
pengetahuan tentang perpajakan khususnya yang berhubungan dengan penetapan dan
ketetapan pajak dan surat keputusan, mengetahui fungsi dan kegunaan pajak, untuk
mengetahui pengertian pajak dan unsur yang ada didalam pajak tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting, disamping minyak
dan gas bumi. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) bahwa
setiap tahun pajak merupakan sumber penghasilan yang besar bagi pemerintah. Pemerintah
dalam pemungutan pajak adalah berdasarkan keadilan dan kepastian hukum bagi para
pembayar pajak. Definisi pajak menurut Prof. Dr P.J.A andriani yaitu: iuran pajak kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh wajib pajak membayarnya menurut
peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk dan yang dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang
berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak, maka
akan diterbitkan suatu surat ketetapan pajak, yang dapat mengakibatkan pajak terutang
menjadi kurang bayar, lebih bayar, atau nihil. Pajak diatur dengan undang-undang, oleh
karena itu pajak itu harus mempunyai dasar hukum yang kuat dan mantap serta pembuatan
undang-undang pajak harus dilakukan dengan cermat dan hati – hati. Pajak letaknya dibidang
hukum publik tetapi erat kaitannya dengan hukum perdata dan hukum adat. Sejauh mana
ketentuan hukum perdata dan hukum adat berlaku terhadap pajak-pajak, maka hal ini perlu
dipelajari dari segi hukum.
Ditinjau dari segi hukum, unsur pajak adalah suatu yang mutlak harus ada agar
sesuatu itu akan ada, antara lain harus ada undang-undang, ada pemerintah, ada subjek, ada
masyarakat sehingga pajak adalah perikatan yang timbul karena undang-undang yang
mewajibkan seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam undang-undang, untuk
membayar suatu jumlah tertentu kepada negara yang dapat dipaksakan, dengan tiada
mendapat imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk, yang dapat digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
Ditinjau dari segi sosiologi pajak merupakan gejala sosial dan hanya terdapat dalam
suatu masyarakat. Pajak-pajak tidak hanya membiayai pengeluaran rutin pemerintah tetapi
yang sangat diharapkan juga untuk membiayai pengeluaran rutin tetapi yang sangat
diharapkan juga untuk membiayai pembangunan.
A. Ciri-ciri Yang Melekat Pada Pengertian Pajak
Yang berhak memungut pajak adalah negara, dalam hal ini adalah pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah.
Pemungutan pajak dilakukan oleh berdasarkan undang-undang serta aturan-
aturan-aturan pelaksanaannya (yang dapat dipaksakan): dalam arti bahwa jika
utang pajak tersebut tidak dibayar, maka utang pajak tersebut dapat ditagih
dengan menggunakan tindakan keras .
Dalam pembayaran pajak-pajak tidak dapat ditunjukkan adanya timbal balik
secara langsung oleh pemerintah.
Pajak tersebut akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam
rangka mencapai kesejahteraan umum.
2.2 Ketetapan Pajak
Prinsip self-assessment dalam pemenuhan kewajiban perpajakan adalah bahwa wajib
pajak (WP) diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar sendiri, dan
melapor pajak yang terutang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
sehingga penentuan besarnya pajak yang terutangdipercayakan pada WP sendiri melalui
Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan.
2.3 Macam-macam Ketetapan Pajak
Dalam sistem perpajakan di indonesia bahwa setiap wajib pajak wajib membayar
pajak yang terutang sebagaimana yang tercantum dalam surat pemberitahuan yang
disampaikan oleh wajub pajak. Kewajiban membayar utang pajak tersebut dengan tidak
menggantungkan pada adanya Surat Ketetapan Pajak (SKP). Atau Direktorat Jenderal pajak
tidak berkewajiban untuk menerbitkan surat ketetapan pajak atas semua surat pemberitahuan
yang disampaikan wajib pajak.
Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Tambahan, Surat Ketetapan pajak Nihil, atau
Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar. Penertiban suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas
pada hasil pemeriksaan atau berdasarkan keterangan lain, bahwa pajak yang dihitung dan
dilaporkan dalam surat pemberitahuan yang bersangkutan tidak benar, misalnya pembebanan
biaya ternyata melebihi yang sebenarnya, maka Direktur Jendral Pajak dapat menetapkan
besarnya pajak yang terutang sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
B. Fungsi Ketetapan Pajak
Surat ketetapan pajak berfungsi sebagai:
a) Sarana untuk melakukan koreksi terhadap WP tertentu yang nyata-nyata atau
berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban
materil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
b) Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
c) Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
d) Sarana untuk mengembalikan kerlebihan pajak dalam hal lebih bayar.
e) Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.
Di dalam Undang-undang KUP pada bahagian bab penetapan dan ketetapan terdapat
empat macam Surat Ketetapan Pajak dan satu macam surat tagihan pajak yang meliputi:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus
dibayar.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan
sebelumnya.
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak yang
menetukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih
besar dari pada pajak yang terutang.
4. Surat KetetapanPajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang atau tidak ada kredit pajak.
5. Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau
sanksi administrasi bunga dan atau denda yang diatur dalam pasal 14 UU KUPyang
mempunyai kekuatan hukum yang sama.
C. Ketentuan Penerbitan SKPKB
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar hanya
terhadap: wajib pajak tertentu berdasarkan hasil pemeriksaan atau dari data lain diluar data
yang disampaikan oleh wajib pajak sendiri.
Surat ketetapan pajak pajak tersebut dapat diterbitkan dengan hala-hal sebagai berikut:
a) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lainternyata jumlah pajak yg
terutang tidak atau kurang dibayar.
b) Apabila surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sesuai peraturan
perundang-undangan pasal 3 ayat 3 UU KUP dan telah ditegur secara tertulis juga
tidak disampaikan pada waktu sebagai mana ditentukan dalam surat teguran, maka
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKB secara jabatan.
c) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai PPN dan PpnBM ternyatya tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif
0 % (nol persen)
d) Apabila wajib pajak tidak menyelenggarakan kewajiban pembukuan atau pencatatan
sesuai dengan pasal 28 dan pasal 29 UU KUP sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang, maka direktur jenderal pajak dapat mengeluarkan
SKPKB secara jabatan.
D. Sanksi Perpajakan Terhadap SKPKB
Sanksi perpajakan SKPKB diatur dalam pasal 13 ayat 2 dan 3 UU KUP masing-masing
sanksi tersebut adalah:
a. Sanksi Administrasi Bunga
Sanksi administrasi bunga dapat dikenakan dari hasil pemeriksaan terhadap pajak
penghasilan atau ada keterangan lain. Sanksi bunga tersebut dihitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau pajak sampai
dengan diterbitkannya SKPKB.
b. Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan
Sanksi administrasi berupa kenaikan dapat dikenakan jika SKPKB diterbitkan
berdasarkan SPT tidak disampaikan dalam waktunya dan telah ditegur juga tidak
disampaikan.
E. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
Penertiban SKPKBT dapat terjadi apabila ditemukan adanya data baru yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang. Disamping itu untuk menerbitkan
SKPKBT tersebut baru dapat diterbitkan apabila telah dilakukan tindakan pemeriksaan. Jika
surat ketetapan pajak sebelimnya diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan, maka untuk
menerbitkan SKPKBT perlu dilakukan pemeriksaan ulang.
Sanksi SKPKBT
Sanksi perpajakan dapat dikenakan terhadap SKPKBT berupa:
a) Sanksi administrasi berupa kenaikan 100%
b) Kenaikan sebagaimana dimaksud apabila surat SKPKBT diterbitkan berdasarkan
keterangan dari pihak wajib pajak
c) SKPKBT tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi berupa 48%
F. Surat Tagihan Pajak
Surat tagihan pajak diatur dalam pasal 14 UU KUP yang mempunyai kekuatan hukum yang
sama dengan surat ketetapan pajak dalam arti penagihannya dapat juga dilakukan dengan
mengeluarkan surat paksa.
Fungsi Surat Tagihan Pajak
1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang dalam SPT wajib pajak.
2. Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.
3. Sarana untuk melakukan penagihan pajak.
Mulai 1 januari 2008, surat tagihan pajak juga dapat diterbitkan dalam hal:
1. Pengusaha kena pajak melaporkan fatkur pajak tidak sesuai dengan masa penertiban
fatkur pajak dikenai sanksi
2. Pengusaha kena pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian
pajak masukan diwajibkan membyar kembali.
2.4 Keberatan
Tata Cara Pengajuan Keberatan
a) Yang Dimaksud Dengan Keberatan
Dalam melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan kemungkinan
terjadi bahwa wajib pajak merasa kurang puas terhadap suatu ketetapan pajak yang dikenakan
kepadanya atau atas pemotongan oleh pihak ketiga dalam hal ini WP dapat mengajuka
keberatan.
b) Hal- Hal Yang Dapat Diajukan Keberatan
Wajib pajak dapat mengajukan keberatan atas:
1) Surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB)
2) Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT)
3) Surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB)
4) Surat ketetapan pajak nihil (SKPN)
5) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga.
c) Ketentuan Pengajuan Keberatan
Keberatan diajukan kepada kepada kantor pelayanan pajak (KPP) ditempat WP
terdaftar, dengan syarat :
1. Diajukan secara tertulis dengan bahasa indonesia
2. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang
dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dan
disertai alasan-alasan yang jelas.
3. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis pajak dan satu tahun atau masa pajak.
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan
penagihan pajak dan keberatan yang tidak memenuhi syarat, dianggap bukan Surat
Keberatan, sehingga tidak diproses. Mulai 1 Januari 2008 dalam hal Wajib Pajak mengajukan
keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang harus dibayar
paling sedikit sejumlah yang disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan.
2.5 Jangka Waktu Pengajuan Keberatan
Keberatan harus diajukan dalam Jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPKB,
SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak tanggal dilakukan pemotongan/ pemungutan oleh pihak
ketiga.
A. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke KPP, maka jangka waktu 3
(tiga) bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak
dilakukan pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan
diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.
B. Untuk surat keberatan yang disampaikan melalui pos (harus dengan pos tercatat),
jangka waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau
sejak dilakukan pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan
tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.
Penyelesaian Keberatan
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua betas) bulan sejak
tanggal surat keberatan diterima, harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.
Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas ) telah lewat dan Direktorat Jenderal Pajak tidak
memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima.
Keputusan keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau
menambah besarnya jumlah pajak terhutang.
2.6 Permintaan Penjelasan Atau Pemberian Keterangan Tambahan
A. Untuk keperluan pengajuan keberatan WP dapat meminta penjelasan/ keterangan
tambahan dan Kepala KPP wajib memberikan penjelasan secara tertulis hal-hal yang
menjadi dasar pengenaan, pemotongan, atau pemungutan.
B. WP dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sebelum surat
keputusan keberatannya diterbitkan.
2.7 Banding
Surat Keputusan Keberatan tidak dapat menjadi Wajib Pajak puas. Masih ada satu
kesempatan lagi bagi Wajib Pajak untuk menguji pendapatnya, yaitu melalui proses banding
ke Pengadilan Pajak.
Tata Cara Pengajuan Permohonan Banding
Apabila WP tidak atau belum puas dengan keputusan yang diberikan atas keberatan, WP
dapat mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak, dengan syarat:
Tertulis dalam bahasa Indonesia.
Dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan atas keberatan diterima.
Alasan yang jelas.
Dilampiri salinan Surat Keputusan atas keberatan.
Terhadap satu keputusan diajukan satu surat banding.
Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
pelaksanaan penagihan pajak. Putusan Pengadilan Pajak bukan merupakan keputusan
Tata Usaha Negara.
Yang Dapat Mengajukan Banding Kepengadilan
1. Bagi Wajib Pajak Badan oleh Pengurus;
2. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi adalah yang bersangkutan atau ahli warisnya
3. Kuasa Hukum dari butir diatas.
Surat Uraian Banding
Surat uraian banding adalah adalah surat terbanding kepada Pengadilan Pajak yang
berisi jawaban atas alasan banding yang diajukan oleh pemohon banding. Putusan Banding
merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap, serta bukan Keputusan Tata
Usaha Negara.
Dalam sejarah banding, jika dibuatkan prosentase Putusan Banding, maka sebagian
besar Putusan Banding berpihak ke Wajib Pajak. Berdasarkan penelitian DJP sendiri,
keputusan banding yang membatalkan surat ketetapan pajak dikarenakan lemahnya proses
pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa pajak. Artinya, banyak pemeriksaan pajak yang
melakukan pemeriksaan tanpa dasar yuridis dan argumentasi yang kuat. Inilah kesempatan
Wajib Pajak, walaupun untuk mencapai banding ini harus melalui jalan yang berliku.
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding diterima sebagian atau
seluruhnya, maka kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga
sebesar 2% sebulan, untuk selama-lamanya 24 bulan.
2.8 Pembetulan Ketetapan Pajak, Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak
1. Pembetulan Ketetapan Pajak
Apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan pajak yang tidak
mengandung persengketaan antara skus dan Wajib Pajak, dapat dibetulkan oleh
Direktur Jenderal Pajak secara jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak.
2. Kesalahan atau kekeliruan dalam Ketetapan Pajak yang dapat dibetulkan.
Ruang lingkup pembetulan ketetapan pajak, terbatas pada kesalahan atau kekeliruan dari:
1. Kesalahan tulis antara lain : kesalahan yang dapat berupa penulisan nama, alamat,
NPWP, nomor surat ketetapan pajak, Jenis Pajak, Masa atau Tahun Pajak dan tanggal
jatuh tempo.
2. Kesalahan hitung, yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan atau
perkalian dan atau pembagian suatu bilangan.
3. Kekeliruan dalam penerapan tarif, penerapan persentase Norma Penghitungan
Penghasilan Neto, penerapan sanksi administrasi, Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP), penghitungan PPh dalam tahun berjalan, dan pengkreditan pajak.
H. Ketetapan Pajak yang Dapat Dibetulkan.
Ketetapan pajak yang dapat dibetulkan karena kesalahan atau kekeliruan, antara lain:
a) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
b) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
c) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB);
d) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN);
e) Surat Tagihan Pajak (STP);
f) Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak;
g) Surat Keputusan Keberatan;
h) Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi;
i) Surat Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar.
Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan Wajib Pajak
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
permohonan diterima, harus memberikan keputusan. Apabila jangka waktu tersebut telah
lewat, Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan keputusan, maka permohonan pembetulan
yang diajukan tersebut dianggap diterima.
Mulai 1 Januari 2008, jangka waktu penyelesaian permohonan pembetulan Wajib
Pajak harus diselesaikan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah
lewat Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan suatu keputusan, maka permohonan
pembetulan yang diajukan dianggap dikabulkan.
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang
ternyata dikenakan karena adanya kekhilafan atau bukan karena kesalahan Wajib Pajak.
b) Permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi harus memenuhi ketentuan :
Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan memberikan alasan yang jelas
dan meyakinkan;
Disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak yang
mengenakan sanksi administrasi tersebut;
Tidak melebihi jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya STP, SKPKB atau
SKPKBT, kecuali apabila WP dapat menunjukan bahwa jangka waktu tersebut tidak
dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya;
Tidak mengajukan keberatan atas ketetapan pajaknya dan diajukan atas suatu STP; suatu
SKPKB atau suatu SKPKBT.
c) Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau
penghapusan sanksi administrasi paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal permohonan
diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak
memberi keputusan maka permohonan dianggap diterima.
Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang Tidak Benar
a) Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan WP dapat mengurangkan
atau membatalkan ketetapan pajak yang tidak benar;
b) Permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar harus memenuhi
ketentuan:
Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia untuk suatu surat ketetapan pajak;
Menyebutkan jumlah pajak yang menurut penghitungan WP seharusnya terhutang.
Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pengurangan atau
pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar paling lama 12 bulan sejak tanggal
permohonan diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Direktur Jenderal
Pajak tidak memberi keputusan maka permohonan dianggap diterima.
Permintaan Penjelasan atau Pemberian Keterangan Tambahan :
a) Untuk keperluan pengajuan permohonan, Wajib Pajak dapat meminta penjelasan/keterangan
tambahan, dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KKPP) wajib menjawabnya secara tertulis
hal-hal yang menjadi dasar pengenaan, pemotongan atau pemungutan. Wajib Pajak harus
tetap memperhatikan jangka waktu pengajuan permohonan di atas.
b) Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sebelum surat
keputusan atas permohonan diterbitkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sistem pemungutan pajak kita sekarang ini menganut sistem self assessment yaitu
Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar sendiri, dan
melaporkan pajak yang terutang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang dipercayakan pada WP sendiri melalui
surat Yang disampaikannya.
Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada WP tertentu yang
disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data fisik
yang tidak dilaporkan oleh WP. Dengan demikian, Ketetapan Pajak berfungsi sebagai:
1. Koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT WP.
2. Sarana untuk mengenakan sanksi.
3. Sarana untuk menagih pajak.
4. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hat lebih bayar.
5. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.
B. SARAN
Adapun saran-saran yang dapat penyusun sampaikan melalui makalah perpajakan ini, yaitu ;
Di dalam perpajakan dikenal tarif dan perhitungan pajak untuk menambah
pengetahuan bagi para mahasiswa seharusnya cara-cara tersebut diajarkan melalui
perkuliahan yang telah dilakukan.
Untuk memperlancar proses perkuliahan perpajakan perlu di berikan bahan materi
panduan kuliah berupa buku paket photo copy agar para mahasiswa memiliki bahan
bacaan perpajakan yang bisa dijadikan acuan untuk mengetahui lebih dalam tentang
perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,Tjahyono dan Fakhri Huesin.2000.Perpajakan,Edisi Ketiga.Jogjakarta
Waluyo.2004. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat
Achmad Tjahyono Dan Triono Wahyudi.2005.Perpajakan Indonesia Edisi Kedua.
Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Drs. Azhari. S MA. Ak.Pengantar Perpajakan dan Hukum Pajak. Pekanbaru. Pusat
Pengembangangan pendidikan Universitas Riau