5
BAB XIV : MODEL PREDIKSI KEUANGAN 1. Model Prediksi Keuanagan a. Linear Programming untuk merencanakan prediksi kombinasi input biaya paling optimal untuk menghasilkan suatu atau beberapa produk atau output. Dapat merencanakan kebutuhan dan kombinasi output sehingga tercapai optimasi. b. Delphi Forecasting hampir sama dengan metode expert system, disempurnakan dengan menggunakan diskusi metode para ahli, didepat sampai pada kesimpulan terbaik yang merupakan konsensus para ahli. c. Time Series Forecasting (tren)prestasi lalu digambarkan secara berseri kemudian dari gambar ini dicari garis tren yang terbaik kemudian dari kecenderungan garis tersebut dilihat angka masa depan seagai angka ramalan. d. Break Even Analysis disebut juga Cost Volume Profit Analysis. Mencoba mencari dan menganalisisi hubungan antara besarnya biaya, besar volume dalam unit dan rupiah, dan laba. Dari hasil analisis ini dapat diketahui volume yang diperlukan untuk mencapai ingkat laba tertentu, berapa volume untuk mencapai titik pulang pokok, dan informasi lainnya yang dibutuhkan. e. Just In Time (JIT) merupakan model yang memiliki sifat-sifat: i. Penekanan pada prinsip Visibility. Setiap masalah yang memerlukan perbaikan menjadi jelas dan dianggap sebagai peluang. ii. Output disesuaikan dengan permintaan, kegiatan produksi disesuaikan dengan upaya menyeimbangkan keduanya. iii. JIT menghendaki kesederhanaan/kemudahan bukan kerumitan. iv. Pendekatan bersifat holistik atau global. Konsep harus diterima umum dan melibatkan semua pihak serta sumber perusahaan yang dimiliki. v. JIT menganut konsep perbaikan terus menerus. Hakikatnya berupaya menghilagkan pemborosan. Setiap sumberdaya digunakan secara minimal dan hanya benar-benar diperlukan untuk menambah nilai produk. JIT bukan merupakan: 1. Program/kebijaksanaan persediaan 2. Hanya upaya melibatkan supplier dalam kegiatan perusahaan 3. Fenomena kebudayaan 4. Proyeksi penggunaan bahan 5. Proyeksi kebutuhan bahan 6. Obat mujarab bagi manajer yang lemah Konsep JIT (Johanson:1990) i. Sikap Awareness/Education sikap terus mencoba walau mulanya salah sebagai bentuk pembelajaran bagi personel. ii. House-KeepingSetiap orang bertanggung jawab pada setiap peralatan dan harta perusahaan. iii. Quality Improvement Kualitas harus terus ditingkatkan menuju “zero defects”. Ada kesalahan, operasi dihentikan, koreksi dilakukan. iv. Uniform Plant Load (UPL) jika menjual harian, produksi harian pula, tidak perlu ada persediaan. v. Redesign Process Flow kegiata harus didesain sedemikian rupa sehingga seluruh peralatan digunakan untuk memproduksi barang secara grup bukan per departemen.

Modul UAS Analisis Laporan Keuangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Modul UAS Analisis Laporan Keuangan

BAB XIV : MODEL PREDIKSI KEUANGAN 1. Model Prediksi Keuanagan

a. Linear Programming untuk merencanakan prediksi kombinasi input biaya paling

optimal untuk menghasilkan suatu atau beberapa produk atau output. Dapat

merencanakan kebutuhan dan kombinasi output sehingga tercapai optimasi.

b. Delphi Forecasting hampir sama dengan metode expert system, disempurnakan

dengan menggunakan diskusi metode para ahli, didepat sampai pada kesimpulan

terbaik yang merupakan konsensus para ahli.

c. Time Series Forecasting (tren)prestasi lalu digambarkan secara berseri kemudian

dari gambar ini dicari garis tren yang terbaik kemudian dari kecenderungan garis

tersebut dilihat angka masa depan seagai angka ramalan.

d. Break Even Analysis disebut juga Cost Volume Profit Analysis. Mencoba mencari

dan menganalisisi hubungan antara besarnya biaya, besar volume dalam unit dan

rupiah, dan laba. Dari hasil analisis ini dapat diketahui volume yang diperlukan untuk

mencapai ingkat laba tertentu, berapa volume untuk mencapai titik pulang pokok,

dan informasi lainnya yang dibutuhkan.

e. Just In Time (JIT) merupakan model yang memiliki sifat-sifat:

i. Penekanan pada prinsip Visibility. Setiap masalah yang memerlukan

perbaikan menjadi jelas dan dianggap sebagai peluang.

ii. Output disesuaikan dengan permintaan, kegiatan produksi disesuaikan

dengan upaya menyeimbangkan keduanya.

iii. JIT menghendaki kesederhanaan/kemudahan bukan kerumitan.

iv. Pendekatan bersifat holistik atau global. Konsep harus diterima umum dan

melibatkan semua pihak serta sumber perusahaan yang dimiliki.

v. JIT menganut konsep perbaikan terus menerus. Hakikatnya berupaya

menghilagkan pemborosan. Setiap sumberdaya digunakan secara minimal

dan hanya benar-benar diperlukan untuk menambah nilai produk. JIT bukan

merupakan:

1. Program/kebijaksanaan persediaan

2. Hanya upaya melibatkan supplier dalam kegiatan perusahaan

3. Fenomena kebudayaan

4. Proyeksi penggunaan bahan

5. Proyeksi kebutuhan bahan

6. Obat mujarab bagi manajer yang lemah

Konsep JIT (Johanson:1990)

i. Sikap Awareness/Education sikap terus mencoba walau mulanya salah

sebagai bentuk pembelajaran bagi personel.

ii. House-KeepingSetiap orang bertanggung jawab pada setiap peralatan dan

harta perusahaan.

iii. Quality Improvement Kualitas harus terus ditingkatkan menuju “zero

defects”. Ada kesalahan, operasi dihentikan, koreksi dilakukan.

iv. Uniform Plant Load (UPL) jika menjual harian, produksi harian pula, tidak

perlu ada persediaan.

v. Redesign Process Flow kegiata harus didesain sedemikian rupa sehingga

seluruh peralatan digunakan untuk memproduksi barang secara grup bukan

per departemen.

Page 2: Modul UAS Analisis Laporan Keuangan

vi. Set up Reduction melakukan redesain sehingga produk benar-benar sesuai

kebutuhan.

vii. Supplier Network jaringan permasalahan diatur agar barang yang

dibutuhkan datang pada saat yang tepat, barang diterima saat diperlukan.

f. Economic Order Quantity (EOQ)memberikan angka berapa order pembelian

sehingga mendapatkan biaya yang optimal.

Untuk mengetahui pembelian atau pesanan bahan:

𝐸𝑂𝑄 = √2 𝑂𝐴

𝐶

A = Jumlah Bahan yang digunakan per tahun

O = Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk mendapat dan melakukan order

C = Carrying Cost. Biaya yang diperlukan perusahaan dalam 1 tahun untuk per unit.

Biaya asuransi dan biaya penyimpanan.

Contoh:

PT Citra Harmoni menggunakan bahan setahun 5400 unit. Biaya dikeluarkan untuk

melakukan pesanan Rp10.000,00. Carrying Cost sebesar Rp1.200,00. Berapa jumlah

optimum sekali pesan?

Jawab:

𝐸𝑂𝑄 = √2 𝑂𝐴

𝐶 = √

2 𝑥 5.400 𝑥 10.000

1.200= 300 Unit

2. Metode Lain Analisis Laporan Keuangan

a. Bond Rating (Ahmed Belkaoui)

Model/Fungsi Diskriminan didasarkan pada taksiran sample yields tahun 1981 yang

merupakan fungsi diskriminan untuk tiap 5 kelompok rating. Dapat digunakan untuk

menjelaskan atau meramalkan peringkat obligasi di pasar modal.

b. Bankruptcy Model (Altman)

Z = 1,2X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 0,999 X5

X1 = Modal Kerja/Total Aktiva

X2 = Laba Ditahan/Total Aktiva

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aktiva

X4 = Harga Pasar dari equity pemilik/Nilai Buku Total Hutanga.b

X5 = Penjualan/Total Aktiva

a = Jumlah saham biasa yang beredar pada tahun x rata rata harga pasar per saham

untuk semester akhir + Nilai buku saham prioritas b = Jumlah hutang Lancar + Utang Jangka Panjang

Jika Z > 2,675 Perusahaan tidak ada tendensi untuk bangkrut

Jika Z < 2,675 Perusahaan diperkirakan bangkrut dalam jangka waktu tiga tahun

c. Net Cash Flow Prediction Model (Bernstein dan Maksy)

NCFOt+1 = NSt (1+G) (PTR) (1-CTR) + (NSt+1) (DER) – (NSt+1 – NSt) (WCR)

NCFOt+1 = Net Cash Flow dari Operasi tahun yang akan datang

Page 3: Modul UAS Analisis Laporan Keuangan

NSt = Penjualan Bersih Tahun Berjalan

G = Tingkat Pertumbuhan Penjualan

PTR = Rasio Laba sebelum Pajak terhadap Penjualan

CTR = Cash Tax Rate (Pajak dibayar sebenarnya terhadap laba sebelum pajak

NSt+1 = Penjualan tahun Depan = NSt(1+G)

DER = Rasio biaya penyusutan terhadap penjualan

WCR = Rasio odal Kerja (Perubahan dalam Modal Kerja Operasi terhadap

perubahan dalam penjualan)

d. Take Over Prediction Model (Ahmed Belkaoui)

Menggunakan Koeisien diskriminan dan tes signifikansi. Perusahaan dengan skor Z >

daripada Z* bukanlah merupakan kandidat perusahaan yang akan di take over.

Catatan:

i. Cash Flow = Laba Bersih + Penyusutan + Laba dari discontinued operation

dan Pos Luar Biasa

ii. Net Worth = Stockholder’s Equity

iii. Quick Access = Kas + Surat Berharga + Wesel Tagih dan Piutan Dagang

iv. Dapat menerapkan model tersebut untuk dua tahun terakhir saja.

BAB XV : ANAL ISIS BREAK EVEN 1. Break Even Point Suatu Keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba maupun rugi.

Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi dapat ditutupi oleh penghasilan

penjualan.

2. Biaya Tetap biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan.

3. Biaya variabel biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh banyaknya volume kegiatan.

4. Break Even Analysis digunakan untuk menganalisis aspek hubungan antara besarnya

investasi dan besarnya volume rupiah yang diperlukan untuk mencapao laba tertentu.

5. Manfaat BEA, untuk mengetahui:

a. Hubungan antara Penjualan, Biaya dan Laba

b. Struktur FC dan VC

c. Kemampuan perusahaan memberikan margin untuk menutupi biaya tetap

d. Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak

mengalami laba dan rugi

6. Kelemahan BEA

a. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal harga nyatanya berubah sesuai

dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Untuk menutupi kelemahan

tersebut, harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga jual yang berbeda.

b. Asusmsi terhadap Cost. Penggolongan FC dan VC. Dalam keadaan tertentu untuk

memenuhi volume penjualan, FC harus berubah karena pembelian mesin dsb.

Demikian jg VC akan dipengaruhi perubahan ini.

c. Jenis Barang dijual tidak selalu satu jenis.

d. FC tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.

e. VC tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.

7. Rumus BEP

Total Revenue = Total Cost

P x Q = FC + VC

P x Q = FC + (V x Q)

(P xQ) – (V x Q) = FC

Page 4: Modul UAS Analisis Laporan Keuangan

Q (P - V) = FC

V= harga variabel cost per unit

Jadi : 𝑄 =𝐹𝐶

𝑃−𝑉

BONUS STAGE : SOAL DAN JAWABAN YANG DI SHARE BANG DIKA 1. Efisiensi Pasar Modal kondisi dimana semua harga sekuritas yang diperjualbelikan sudah

mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada

harga sekuritas maka semakin efisien pasar modal tersebut.

2. Definisi Efisiensi Pasar Menurut William (1989)hubungan antara harga-harga sekuritas

dengan informasi. Secara lebih detail efisiensi pasar modal dapat didefinisikan dalam

beberapa macam definisi, yaitu:

a. Efisiensi pasar berdasarkan nilai intrinsik sekuritas, pada konsep ini pasar yang efisien

didefinisikan sebagai pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidak menyimpang dari nilai-

nilai intrinsiknya.

b. Efisiensi pasar berdasarkan akurasi dan ekspektasi harga, menurut Eugene, suatu

pasar dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh

informasi yang tersedia. Definisi ini menekankan pada 2 aspek:

i. Fully Reflect menunjukan harga sekuritas mencerminkan informasi yang

ada secara akurat.

ii. Information Available diartikan dengan menggunakan informasi yang

tersedia, investor dapat secara akurat mengekpresikan harga dari sekuritas

yang bersangkutan.

c. Efisiensi berdasarkan distribusi informasi, efsien jika dan hanya jika harga-harga

sekuritas bertindak seakan-akan setiap orang mengambil informasi yang ada

d. Efisiensi pasar berdasar proses dinamik, efisien jika penyebaran informasi dilakukan

secara cepat sehinga informasi menjadi simetris, yaitu setiap informasi yang sama.

3. Bentuk efisiensi pasar modal berdasarkan kecepatan respon informasi

a. Efisiensi pasar bentuk lemah jika harga dari sekuritas tercermin secara penuh

informasi masa lalu (yang sudah terjadi)

b. Efisiensi bentuk setengah kuat jika hatga sekuritas secara penuh menerminkan

semua informasi yang dipublikasikan termasuk informasi yang berada di laporan-

laporan keuangan perusahaan emiten

c. Efiseinsi pasar bentuk kuat jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua

informasi yang terseia termasuk informasi privat.

4. Fundamental Analysis metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu

perusahaan. Teknik ini menitikberatkan pada rasio finansial dan kejadian kejadian yang secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Analisis ini

menggunakan data sekarang dan data historis.

5. Tujuan yang mungkin dicapai dengan Analisis Fundamental

a. Untuk melaksanakan stock valuation dan memperkirakan kemungkinan perubahan

harganya,

b. Untuk membuat gambaran performa bisnis yang dijalankan

c. Untuk mengevaluasi manajemen dan membuat keputusan bisnis internal

d. Untuk menghitung risiko kredit perusahaan

6. Information Conten Analysis Analisis yang bersifat pembahasan mendaam terhadap isi

suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media masa. Pelopor analisis ini adalah Harold D

Lasswell, yang mempelopori teknik simbol, yaitu mencatat lambang atau pesan secara

Page 5: Modul UAS Analisis Laporan Keuangan

sistematis kemudaian diberi interpretasi. Metode ICA memungkinkan analis untuk

mengikutsertakan informasi tekstual dalam jumlah besar dan secara sistematis

mengidentifikasi unsur-unsurnya

7. Contoh Soal Latihan

PT. Andika menghasilkan produk x dengan harga jual Rp1.000,00 per unit. FC =

Rp2.000.000,00. VC per unit = Rp4.000,00. Hitunglah

a. BEP

b. Jika penjualan 1.000 unit, berapa laba?

c. Jika laba diharapkan Rp50.000.000,00, berapa harus dijual?

d. Berapa BEP jika VC naik 10%?

e. Berapa BEP jika harga jual diturunkan 5%?

Jawaban:

a. BEP pada 𝑄 =𝐹𝐶

𝑃−𝑉𝐶=

2.000.000

10.000−4.000=

2.000.000

6.000= 333,33 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 333 𝑢𝑛𝑖𝑡

b. Jika Q = 1.000, maka:

Profit = (P x Q) – (FC + (VC x Q)

= (10.000 x 1.000) – (2.000.000 + (4.000 x 1.000)

= 10.000.000 – 6.000.000

= Rp4.000.000,00 , atau laba/unit = 4.000.000/1.000 = Rp4.000,00

c. Jika Profit = Rp50.000.000,00 , maka:

Profit = (P x Q) – (FC + (VC x Q)

50.000.000 = (10.000 x Q) – (2.000.000 + (4.000 x Q)

52.000.000 = 10.000Q – 4.000Q

Q = 52.000.000/6.000

Q = 8.666,67 dibulatkan 8.667 unit

Jadi jika ingin margin profit sebesar Rp50.000.000,00 produk dijual harus sebanyak

8.667 unit.

d. Jika VC naik 10% maka VC’ = 4.000 + (10% x 4.000)

VC’ = 4.000 + 400 = Rp.4.400/unit

BEP baru terjadi pada 𝑄′ =𝐹𝐶

𝑃−𝑉𝐶′=

2.000.000

10.000−4.400= 357,14 𝑎𝑡𝑎𝑢 357 𝑢𝑛𝑖𝑡

Jika VC dinaikan 10%% maka BEP baru terjadi pada Q=357 unit.

e. Jika P diturunkan 5% maka P’=10.000 – (5% x 10.000)

P’=10.000 – 500 = Rp9.500,00/unit

BEP baru terjadi pada 𝑄′ =𝐹𝐶

𝑃′−𝑉𝐶=

2.000.000

9.500−4.000= 363,63 𝑎𝑡𝑎𝑢 364 𝑢𝑛𝑖𝑡

Jika P diturunkan 5% maka BEP baru terjadi pada Q=364 unit.