29
OTONOMI DAERAH MUHAMAD YOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA Oleh

Otonomi Daerah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Otonomi Daerah

OTONOMI DAERAH

MUHAMAD YOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

Oleh

Page 2: Otonomi Daerah

OTONOMI DAERAH

Latar Belakang Lahirnya Otonomi Daerah

1

Definisi Otonomi Daerah2

Karakteristik Dasar Desentralisasi

3

Rasionalisasi Kebijakan Desentralisasi

4

Alasan Dianutnya Desentralisasi

5

66 Permasalahan Pokok Otonomi Daerah

dan Desentralisasi Fiskal

Page 3: Otonomi Daerah

Latar Belakang Lahirnya Otonomi Daerah

Diundangkannya UU 22/1999 dan UU

25/1999 yang saat ini berubah menjadi UU no 32 tahun 2004 merupakan momentum yang sangat baik untuk memacu reformasi Pemda menuju Pemda yang transparan, partisipatif, dan akuntabel.

Perubahan yang diharapkan tidaklah akan berjalan secara mulus karena akan banyak sekali menuntut perubahan pola pikir, pola bertindak dan kemauan dari pihak Pusat maupun Daerah.

3

Page 4: Otonomi Daerah

Latar Belakang Lahirnya Otonomi Daerah

Otonomi daerah yang dijalankan selama 10 tahun ini semata-mata hanya dipahami sebagai perpindahan kewajiban pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mayarakat.

Padahal substansi penting dari otonomi daerah adalah pelimpahan kewenangan dari pusat ke daerah secara politik dan ekonomi agar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berlangsung secara adil dan merata

Page 5: Otonomi Daerah

Definisi :

adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan

OTONOMIDAERAH

Pengertian yang lebih luas lagi adalah wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah lingkungannya.

Page 6: Otonomi Daerah

OTONOMI Daerah

MISI OTONOMIDAERAH

“ Misi Otonomi daerah yang diatur di dalam UU No. 22 Tahun 1999

dan UU No. 25 Tahun 1999 bukan hanya keinginan untuk melimpahkan

kewenangan dan pembiayaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah,

tetapi yang lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas pengelolaan sumber daya keuangan kesejahteraan dan

pelayanan kepada masyarakat”

(Penjelasan PP 105 Tahun 2000)

Page 7: Otonomi Daerah

Karakteristik Dasar

Unit-unit pemerintahan setempat bersifat otonom, mandiri,dan jelas-jelas sebagai unit pemerintahan bertingkat yang terpisah dari pusat. Pusat melakukan sedikit, atau tidak adakontrol langsung oleh pusat terhadap unit-unit tersebut

Pemerintah daerah mempunyai status dan kekuasaan mengamankan sumber daya yang dimiliki untuk menjalankan fungsinya

Dese

ntr

alis

asi

Implikasi desentralisasi adalah kebutuhan mengembangkan pemerintahan lokal sebagai institusi, yang dilihat warga setempat sebagai organisasi yang memberikan pelayanan, dan sebagai unit pemerintahan yang mempunyai pengaruh

Pemerintah daerah menpunyai batas-batas geografis yang Jelas dan diakui secara hukum dimana mereka menggunakanKekuasaan & menjalankan fungsi-fungsi publik

Dengan desentralisasi berarti ada hubungan timbal balik,saling menguntungkan, dan hubungan yang terkoordinasikanantar pemerintah pusat dengan pemerintahan daerah

Page 8: Otonomi Daerah

Rasionalisasi Kebijakan Desentralisasi

1

Memungkinkan penyusun an rencana serta program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan wilayah dan kelompok yang heterogen

2Mampu memotong prosedur yang rumit sebagai karakteristik perencanaan dan manajemen terpusat dan over concentration kekuasaan serta sumber daya di pusat.

3Kontak/hubungan yang lebih dekat antara pejabat pemerintahan dan masyarakat setempat memungkinkan terbinanya informasi yang lebih baik guna memformulasi perencanaan atau program yang lebih realistik dan efektif.

Page 9: Otonomi Daerah

Rasionalisasi Kebijakan Desentralisasi

4Dalam pembuatan keputusan dan alokasi sumber daya, desentralisasi memungkinkan terwakil inya bermacam-macam kelompok kepentingan, seperti politik, agama, dan etnis.

5Desentralisasi memberikan kesempatan kepada pejabat setempat untuk mengembangkan kecakapan manajerial dan teknis, serta dapat meningkatkan kemampuan pejabat tersebut untuk menangani berbagai urusan yang biasanya tidak ditangani secara baik oleh instansi pusat (seperti pemeliharaan jalan dan infrasrtuktur yang jauh dari ibukota negara).

6Efisiensi dari pemerintah pusat meningkat karena membebaskan pejabat pusat dari tugas-tugas rutin, di mana tugas-tugas tersebut bisa dilaksanakan secara lebih efektif oleh petugas lapangan atau pejabat lokal. Ini akan memungkinkan pejabat pusat untuk menyusun perencanaan dengan lebih hati-hati, serta mengawasi kebijakan pembangunan secara lebih efektif.

Page 10: Otonomi Daerah

Alasan Dianutnya Desentralisasi

Dari sudut kepentingan

pembangunan ekonomi

Dilihat dari sudut politik

Dari sudut teknis organisatoris pemerintahan

Dari sudut

kultural

Desentralisasi

Dilihat dari berbagai sudut

pandang

Page 11: Otonomi Daerah

Permasalahan Pokok

7 Elemen pokok

pembentuk pemerintah

daerah

Perwakilan Rakyat Daerah

Kewenangan Daerah

Kelembagaan

Kepegawaian

Keuangan

ManajemenPelayanan Publik

Pengawasan

Page 12: Otonomi Daerah

Kewenangan Daerah

Permasalahan

Friksi Antara Kabupaten &

Kota itu sendiri

Friksi Antara

Pusat & Dearah

Friksi Antara

Daerah Provinsi dgn Kabupaten/kota

Page 13: Otonomi Daerah

Kelembagaan Daerah

Permasalahan

Dengan adanya batas maksimum dalam penetapan jumlah dinas, akan terjadi pengurangan beberapa Pejabat Eselon II, III, dan IV yang akan berpotensimengganggu iklim politik daerah.

Page 14: Otonomi Daerah

Kepegawaian Daerah

PERMASALAHAN YG

DAPAT DITIMBULKAN

Status kepegawaian Daerah menjadi sangat statis

Pegawai Daerah cenderungDipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik yang ada di Daerah

Mencuatnya isu Putra Daerah (yang tidak sesuai dengan kompetensinya)

Tidak adanya tour of area akan membahayakan keutuhan NKRI

Adanya kerancuan antara jabatan politis ( political appointee ) dan jabatan karir ( career appointee )

Merangsang Daerah untuk mengangkat pegawai baru

Page 15: Otonomi Daerah

Keuangan Daerah

Konflik penguasaan kewenangan yang menghasilkan penerimaan

Mekanisme pinjaman dan kebijakan investasi yang belum jelas

Keuangan daerah yang kurang mencukupi ( Financial Insufficiency)

Kurangnya kepatuhan pada peraturan dan lemahnya penegakan hukum

Kurangnya kejelasan sistem pembiayaan melalui dekonsentrasi dan tugas pembantuan

Kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan APBD

PERMASALAHAN YG

DAPAT DITIMBULKAN

Pemisahan keuangan eksekutif dengan legislatif

Overhead cost pemda yang

tinggi

Page 16: Otonomi Daerah

Perwakilan Rakyat Daerah

PERMASALAHAN YG

DAPAT DITIMBULKAN

Kuatnya pengaruh parpol dalam proses pemilihan kepala daerah

Ekses dari meningkatnya kewenangan DPRD

Kurang terserapnya aspirasi masyarakat oleh DPRD

Campur tangan DPRD dalam penentuan penunjukan pejabat karir

Kurangnya kompetensi anggota DPRD dan lemahnya networking

Masih kurangnya pemahaman DPRD terhadap peraturan perundangan

Page 17: Otonomi Daerah

Manajemen Pelayanan Publik

Permasalahan

Tidak jelasnya standard

pelayanan

Rendahnya akuntabilitas pelayanan

Kaburnya pemahaman konsep-konsep

perencanaan daerah

Semakin rendahnya

kualitas pelayanan

Masih besarnya peranan pemda dalam penyediaan pelayanan

Page 18: Otonomi Daerah

Pengawasan

Permasalahan

Kurangnya sanksi terhadap

pelanggaran peraturan

Kurangnya pengawasan dari Gubernur kepada

daerah

Kurangnya supervisi dan sosialisasi ke

daerah

Page 19: Otonomi Daerah

Solusi & Saran

• Penyesuaian terhadap pengaturan-pengaturan yang tumpang tindih dan bertentangan tentang suatu kewenangan

• Perlu adanya penataan ulang kewenangan antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten dengan memperhatikan aspek economies of scale , akuntabilitas dan externalitas

• Diperlukan adanya pengaturan secara tegas mengenai kemungkinan optimalisasi kelembagaan Pemda

• Memilihkelembagaan publik dalam pembentukan unit-unit organisasi otonom, atau menyerahkan urusan kepada pihak swasta (privatisasi), atau kemitraan antara pihak Pemda dengan swasta ( public private partnership )

• Pemisahan yang tegas dan jelas antara Pejabat Karir dengan Pejabat Politik

• Diperlukan adanya standar kompetensi yang jelas

• Sumber-sumber perekonomian nasional yang ada di Daerah dikelola oleh Pusat atau kemitraan antara Pusat dan Daerah

• Untuk mengoptimalkan kontrol dan fasilitasi Pusat dalam otonomi Daerah, maka perlu revitalisasi peran Gubernur sebagai wakil Pusat di Daerah

KEWENANGANDAERAH

KELEMBAGAAN KEPEGAWAIANDAERAH

KEUANGANDAERAH

Page 20: Otonomi Daerah

Solusi & Saran

• Peningkatan hubungan DPRD dengan masyarakat

• Peningkatan akuntabilitas DPRD dan kepala daerah

• Identifikasi dan standarisasi pelayanan Pemda

• Penentuan standar pelayanan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif

• Penegakan hukum yang tegas

• Perlunya sosialisasi peraturan perundangan

PERWAKILAN RAKYATDAERAH

MANAJEMENPELAYANANPUBLIK

PENGAWASAN

Page 21: Otonomi Daerah

Desentralisasi FISKAL

Kewenangan penuh bagi daerah dalam penggunaan bantuan pusat (Block Grant) dan pengelolaan keuangan daerah. Penjelasan PP 105 Th 2000 : Semangat Demokrasi, Desentralisasi, Tranparansi dan akuntabilitas menjadi sangat dominan dalam mewarnai penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah pada khususnya

DESENTRALISASIFISKAL

Keleluasaan menentukan

Pajak dan Restribusi Daerah

semakin besar

1. Pertumbuhan ekonomi daerah.2. Tingkat penggaguran & upah.3. Penyelenggaraan pendidikan.4. Kemiskinan dan masalah sosial lainnya.5. Pendapatan asli daerah

Page 22: Otonomi Daerah

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

AZAS UMUM PENGELOLAAN

KEUANGAN DAERAH

MEMPERHATIKAN AZAS KEADILAN DAN KEPATUTAN

BERTANGGUNG JAWAB

TERTIB

EFEKTIF

TRANSPARAN

EFFISIEN

TAAT PADA PERATURAN PERUNDANGAN YANG

BERLAKU

Page 23: Otonomi Daerah

DESENTRALISASI FISKAL : REFORMASI KEUANGAN DAERAH

Discretion Reform

Budget Reform Deficit Spending Reform

Strategic Cost Reform

Di dalam otonomi daerah telah terjadi pembaharuan (reformasi)

di bidang keuangan mencakup berbagai bidang yakni :

Page 24: Otonomi Daerah

Lanjutan

• Reformasi ini menyangkut pemberian keleluasaan dalam mengelola keuangan daerah

• DPRD diberikan kewenangan menentukan anggaran untuk lembaga legislatif

• Perubahan Proses

Penyusunan Anggaran

• Perubahan Struktur Anggaran

• Sampai dengan Orde Baru Pemerintah Tidak Pernah menyatakan terjadi Deficit”Alasannya menganut

anggaran berimbang yang dinamis

• Pinjaman yang diterima dicatat sebagai “ Pendapatan

Dipisahkan Belanja (Expenses) dan Biaya (Cost)

Contohnya :Beban Biaya Publik Atau Biaya Aparatur

Tahun Anggaran Mana, Tahun Berjalan (Current Year) atau Tahun Yang Akan datang

DISCRECTION REFORM

BUDGET REFORM DEFISIT SPENDING REFORM

STRATEGICREFORM

Page 25: Otonomi Daerah

Perubahan Struktur Anggaran

2

Perubahan struktur anggaran terjadi dari anggaran tradisional yang bersifat Line

item menjadi anggaran yang incrementalism

1

Perubahan dimaksud untuk menciptakan transparansi

dan meningkatkan akuntabilitas

Segi Positif Perubahan Struktur Anggaran

• BILAMANA TERJADI SURFLUS / DEFISIT AKAN TERLIHAT JELAS.

• MEMUDAHKAN PENYUSUNAN ANGGARAN DAERAH.

• MEMUDAHKAN DALAM MELAKUKAN ANALISIS, EVALUASI DAN PENGAWASAN ANGGARAN

(BUDGETARY CONTROL).

• MEMUNGKINKAN PEMBENTUKAN CADANGAN MELALUI TRANFER.

Page 26: Otonomi Daerah

DAMPAK DESENTRALISASI

Sumber : World Bank, 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI DIBANDINGKAN DENGAN NEGARA LAIN

2003 2004 2005 2006 2007* 2008* -

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

4.0

5.3 4.8

5.4 5.2

3.4

1.9

3.2 2.5

2.9 2.7

1.0 1

10.0 10.1 10.4 11.1

13.0

9.0

4.8 5.0 5.7 5.5

6.3 6.1 5.5

7.2

5.2 5.9

6.3 5.8

4.9

6.4

4.9 5.4

7.2

4.4

7.3 7.8

8.4 8.2 8.5

6.3

World Industrial Countries ChinaIndonesia Malaysia PhilipinesVietnam

Page 27: Otonomi Daerah

DAMPAK DESENTRALISASI

Sumber : BPS

1999.0 2002.0 2003.0 2004.0 2005.0 2006.0 2007.0 2008.00%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

20.9 20.6 20.8 18.8 19.8 19.1 19.6

36.9 37.7 37.136.4 38.1 36.1 35.7

42.2 42.3 42.1 44.8 42.2 44.8 44.8

40% penduduk dengan pendapatan terendah40% penduduk dengan pendapatan menengah20% penduduk dengan pendapatan tertinggi

DISTRIBUSI PENDAPATAN

Page 28: Otonomi Daerah

DAMPAK DESENTRALISASI

Provinsi2000 2006

Pertumbuhan Per Tahun

KOTA DESA KOTA DESA KOTA DESA

Kepulauan Sumatera 12.554.165 24.948.786 15.661.075 27.156.499 5,61% 1,78%

Java and DKI Jakarta 59.118.676 62.175.069 72.720.338 58.175.152 3,97% -1,13%

Kepulauan Bali and NTT

3.564.115 7.417.697 4.994.456 7.195.883 7,19% -0,92%

Kepulauan Kalimantan

4.078.932 7.228.815 4.779.934 8.094.987 3,12% 2,03%

Kepulauan Sulawesi 3.984.493 10.005.417 4.879.319 11.862.220 4,09% 2,06%

INDONESIA 86.442.818 118.689.640103.035.12

0112.484.73

63,20% -0,87%

PERTUMBUHAN PENDUDUK KOTA DAN DESA

Sumber : BPS dan estimasi penduduk desa dan kota

Page 29: Otonomi Daerah