54
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (P T K) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review) UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XII SMAN 2 TUNGKAL ULU PADA MATERI PROGRAM LINIER OLEH EKA SASTRAWATI

Penelitian tindakan kelas model murder eka sastrawati

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(P T K)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MURDER (Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review) UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

SISWA KELAS XII SMAN 2 TUNGKAL ULU PADA MATERI PROGRAM LINIER

OLEH

EKA SASTRAWATI

PEMERINTAH KABUPATEN TANJAB BARATDINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 2 TUNGKAL ULUNOVEMBER, 2016

Page 2: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULIDENTITAS PENELITI..................................................................................iKATA PENGANTAR ...................................................................................iiDAFTAR ISI .................................................................................................iiiDAFTAR LAMPIRAN...................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................11.2 Rumusan Masalah ......................................................................41.3 Tujuan Pengembangan ..............................................................41.4 Manfaat Pengembangan ............................................................4

BAB II. LANDASAN TEORI 2.1 Hakekat Pembelajaran Matematika .............................................52.2 Materi Program Linier ..................................................................52.3 Model Pembelajaran Kooperatif...................................................72.4 Model MURDER.......................................................................... 2.5 Penelitian Yang Relevan .............................................................14

BAB III. METODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian PTK ................................................................153.2 Prosedur Penelitian .....................................................................153.3 Subjek Penelitian..........................................................................3.4 Setting Penelitian ........................................................................173.5 Teknik Pengumpulan Data...........................................................17

3.5.1 Studi Literatur ................................................................18

Page 3: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

3.5.2 Wawancara Mendalam ..................................................183.5.3 Kuesioner ......................................................................183.5.4 Dokumentasi ..................................................................18

3.6 Teknik Analisis Data ....................................................................18

3.6.1 Analisis Data Statistik Sederhana...................................3.6.2 Analisis Data Deskriptif Kualitatif ...................................

3.6.2.1 Reduksi Data ...................................................183.6.2.2 Penyajian Data .................................................193.6.2.3 Penarikan Kesimpulan .....................................19

3.7 Teknik Interpretasi Data ..............................................................19

3.7.1 Perluas Analisis .............................................................193.7.2 Hubungkan Temuan dengan Pengalaman Pribadi ........19 3.7.3 Mencari Masukan dari Teman Kritis ..............................19 3.7.4 Kontekstual Menemukan Literatur .................................19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam pengembangan sumber

daya manusia yang lebih bermutu. Untuk melaksanakan peran pendidikan tersebut

pemerintah khususnya Departemen Pendidikan Nasional berupaya meningkatkan

mutu pendidikan di Indonesia. Usaha tersebut dapat dilihat dengan diadakannya

pembaharuan kurikulum, pengembangan metode mengajar, peningkatan kualitas

dan kuantitas tenaga pengajar, pengadaan peralatan yang dapat menunjang

pengajaran dan sistem administrasi yang lebih teratur. Pendidikan sekolah

Page 4: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

merupakan amanah untuk mengembangkan sumber daya manusia yang dilakukan

secara sistematis, praktis dan berjenjang.

Adapun tujuan pendidikan matematika dirumuskan dalam Permendiknas

Nomor 22 Tahun 2006 tentang tujuan pembelajaran matematika disekolah, yaitu:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan

tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sumarno, (2010:251) yang mengatakan

dalam tujuan pembelajaran matematika di atas, secara tidak langsung siswa

dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik terhadap matematika. Kemampuan

dalam mempelajari matematika tidak hanya sebatas dalam menjawab soal-soal

secara procedural namun mempelajari matematika juga diharapkan mampu

mengembangkan kemampuan berpikir matematis, yaitu kemampuan pemahaman,

pemecahan masalah, penalaran, koneksi, komunikasi dan representasi matematika.

Meskipun pemecahan masalah merupakan aspek yang penting dalam

pembelajaran matematika tetapi siswa masih lemah dalam penyelesaian masalah

matematika. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey PISA (Programme for

International Student Assessment), OECD (2010:131) dan TIMSS (Third

Internasional Mathematics Sains Study) rendahnya prestasi matematika Indonesia

dapat seperti pada tabel berikut ini:

Page 5: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

Tahun Skor Indonesia TIMSS Scale Centerpoint Peringkat1999 403 487 34 dari 38 negara2003 411 467 37 dari 46 negara2007 397 500 35 dari 49 negara2011 386 500 38 dari 45 negara

Sumber: litbang.kemdikbud.go.id/timssandpirls.be.ude/

Tahun Skor Indonesia TIMSS Scale Centerpoint Peringkat2000 367 500 39 dari 41 negara2003 360 500 38 dari 40 negara2006 391 498 50 dari 57 negara2009 371 496 61 dari 65 negara2012 375 494 64 dari 65 negara

Sumber: litbang.kemdikbud.go.id/www.oecd.org/pisa/pisaproducts

Banyak faktor yang menjadi penyebab, mengapa kemampuan siswa dalam

matematika belum maksimal, seperti kurangnya kompetensi guru akan

menyebabkan pelaksanaan mengajar menjadi kurang lancar yang mengakibatkan

siswa tidak senang dalam pelajaran sehingga siswa dapat mengalami berbagai

kesulitan belajar dan prestasi belajar menurun. Selain itu, guru juga harus

memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan pendekatan, model dan

strategi pembelajaran. Saat ini pembelajaran matematika yang sering dilakukan,

guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan

kemampuan berpikir, tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran atau

pembelajaran yang berpusat pada guru, rendahnya pemahaman konsep

matematika, siswa tidak memiliki keberanian untuk bertanya, sering mencontek,

tidak mampu mengerjakan soal yang sedikit berbeda dengan contoh soal yang

diberikan guru, sampai saat ini kebanyakan siswa beranggapan bahwa matematika

itu sulit, siswa juga tidak mengetahui manfaat belajar matematika, penyajian

materi yang kurang menarik.

Diantara permasalahan yang penulis paparkan di atas, yang paling esensial

adalah yaitu dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah, guru lebih

mendominasi pembelajaran dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa

dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya. Hal ini sangat berpengaruh pada

tanggungjawab siswa sebagai pembelajar, dimana hal ini mengurangi

tanggungjawabnya terhadap tugas belajarnya. Seharusnya siswa dituntut untuk

mengembangkan kemampuannya dalam menemukan, menyelidiki serta

Page 6: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

mengungkapkan segala hasil olahan informasi yang diterima dalam pikirannya

selama pembelajaran berlangsung. Guru sebagai penyampai ilmu harus mampu

mengajarkan matematika lebih menarik dan mengembangkan daya nalar siswa

(Pranoto,2007).

Berdasarkan analisis hasil belajar matematika siswa kelas XI SMAN 2

Tungkal Ulu, rata-rata nilai matematikanya banyak yang tidak tuntas. Hal tersebut

dapat dilihat pada tabel nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh kelas XI

IPA SMAN 2 Tungkal Ulu Tahun Pelajaran 2016/2017.

No Kelas Rata-rata Matematika1 XI IPA A 60,02 XI IPA B 62,03 XI IPS A 50,04 XI IPS B 45,75Sumber: Buku Daftar Nilai Guru Matematika Kelas XI SMAN 2 Tungkal Ulu

Apabila hal ini dibiarkan berlanjut sebagai akibatnya, pengembangan

kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa menjadi

terhambat. Melihat kondisi ini penulis mencoba menerapkan model pembelajaran

kooperatif MURDER sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran dan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Berdasarkan hal tersebut

rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah apakah model

pembelajaran kooperatif MURDER dapat meningkatkan kemampuan penalaran

dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas XI IPS A SMA

Negeri 2 Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada materi program

linier ?

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatof MURDER dapat

meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa Kelas XI IPS A

SMAN 2 Tungkal Ulu pada materi program linier ?

b. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif MURDER dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa Kelas

XI IPS A SMAN 2 Tungkal Ulu pada materi program linier ?

Page 7: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk meningkatkan

a. Kemampuan penalaran matematika siswa Kelas XI IPS A SMAN 2

Tungkal Ulu pada materi program linier.

b. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa Kelas XI IPS A

SMAN 2 Tungkal Ulu pada materi program linier.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

a.  Meningkatkan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah siswa dalam

memahami materi program linier.

b.  Menumbuhkan kerjasama dan tanggung jawab, kemandirian dalam belajar.

c.  Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi antar siswa

dengan siswa, dengan guru untuk menyampaikan pendapat atau

mendiskusikan setiap persoalan pada pokok bahasan program linier.

f.  Menumbuhkan sikap berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah

melalui pemberian tugas secara berkelompok.

2.    Bagi Guru

a. Meningkatkan kompetensi profesionalisme guru.

b. Memperbaiki kinerja guru

c. Menumbuhkan wawasan berfikir ilmiah

d. Meningkatkan kualitas pembelajaran.

3.    Bagi Sekolah

a.  Hasil pembelajaran matematika meningkatkan.

b.  Meningkatkan kualitas atau mutu sekolah melalui peningkatan prestasi

siswa dan kinerja guru.

Page 8: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Pembelajaran Matematika

2.2 Materi Esensial dalam Matematika

2.2.1 Pengertian Program Linier

Program linear merupakan bagian dari matematika terapan (operational

research) yang terdiri atas persamaan-persamaan atau pertidaksamaan-

pertidaksamaan linear. Permasalahan program linear adalah permasalahan untuk

menentukan besarnya masing-masing nilai variabel yang mengoptimumkan

(maksimum atau minimum) nilai fungsi objektif dengan memperhatikan

Page 9: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

pembatasan-pembatasannya. Permasalahan program linear secara umum dapat

dirumuskan sebagai berikut.

A. Permasalahan Program Linear Maksimisasi

Fungsi objektif maksimum : z=ax+by

Pembatasan (syarat-syarat) : c i x+di y ≤e i ,i=1 ,2 , ….,3 , n . x ≥ 0 , y ≥ 0.

Dicari : x dan y

Keterangan :

Ada dua macam barang yang akan di produksi, dengan banyaknya

masing-masing adalah x dan y.

a dan b masing-masing menyatakan harga per satuan barang x dan

y.

c i dan d i adalah banyaknya bahan mentah ke-i yang digunakan

untuk memproduksi barang x dan y.

e i adalah jumlah bahan mentah ke-i.

B. Permasalahan Program Linear Minimisasi

Fungsi Objektif Minimum : z=ax+by

Pembatasan (syarat-syarat) : c i x+di y ≥e i ,i=1,2 , ….,n . x≥ 0 , y≥ 0.

Keterangan :

Ada dua macam barang yang akan di produksi, dengan banyaknya

masing-masing adalah x dan y.

a dan b menyatakan besarnya ongkos per satuan barang x dan y.

c i dan d i adalah banyaknya orang ke-i yang dipekerjakan untuk

memproduksi barang x dan y.

e i adalah jumlah biaya ke-i yang dikeluarkan.

Catatan :

Maksimisasi adalah suatu proses memaksimumkan fungsi objektif.

Minimisasi adalah suatu proses meminimumkan fungsi objektif.

Kedua permasalahan program linear (A.1 dan A.2) sering disebut model matematika.

Page 10: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

Y

X

(0,b)

X(5,0)

Y

(0,6)

C. Menentukan Daerah Penyelesaian Sistem Pertidaksamaan Linear Dua

Variabel

Untuk menentukan daerah penyelesaian SPLDV maka perlu diingat lambang-lambang SPLDV seperti berikut :

Lambang “≥” berarti lebih dari sama dengan, daerahnya adalah positif (+¿).

Lambang “≤” berarti kurang dari sama dengan, daerahnya adalah negatif (−¿).

Cara membuat pertidaksamaan Garis yang dibentuk melalui titik (a,0) dan (0,b) adalah :

Contoh Persamaan garis yang melalui titik (5,0) dan titik (0,6), maka persamaan garisnya adalah:x5+ y

6=1

↔ 6 x+5 y30

=1

↔ 6 x+5 y=30

(a,0)

1.xa+ y

b=1

Page 11: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

k

Daerah yang diarsir pada gambar diatas memenuhi x>0 ; y>0 dan 6 x+5 y<30

Garis yang dibentuk melalui ( a,0) dan (0,-b)

D. Menentukan Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel dari lukisan

Daerah Penyelesaian

Cara menentukan sistem pertidaksamaan linear dua variabel dari lukisan

daerah penyelesaian :

1. Tentukan garis-garis batas dari lukisan daerah penyelesaian.

2. Lihat daerah terarsir ada di daerah (+¿) atau (−¿).

3. Bila daerah terarsir ada di daerah (+¿), maka tanda yang digunakan ≥ dan

bila daerah (−¿), maka tanda yang digunakan ≤ .

Contoh

Tentukan sistem pertidaksamaan linear dari daerah yang diarsir pada gambar

berikut ini!

(0, -b)

(a, 0)

Y

X

2.

x−a

+ yb=1

Y

X

(2,9

(6,3(0,4

l

m

n

Page 12: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

(3,0

Jawab :

Garis k terdiri dari titik (3,0) dan (0,4) maka garisnya adalah

x3+ y

4=1

4 x+3 y=12

k=3 y+4 x=12

Pertidaksamaannya 3 x+4 y<12

Garis l terdiri dari titik (6,3) dan (2,9), maka garisnya adalah:

y−39−3

= x−62−6

−4( y−3)=6(x−6)

−4 y+12=6 x−36

6 x+4 y=48 dan pertidaksamaannya 4 y+6 x<48

Garis l=4 y=6 x=48

Garis m terdiri dari titik (3,0) dan (6,3), maka garisnya adalah:

y−03−0

= x−36−3

3 y=3 x−9pertidaksamaannya y−x>−3 garis

m=3 y−3x=−9 atau y=x=−3. Garis n terdiri dari titik (0,4) dan (2,9),

maka garisnya adalah :

y−49−4

= x−02−0

2 y−8=5 x

2 y−5 x=8

Garis n=2 y−5 x=8

Pertidaksamaannya 2 y−5 x<8

Jadi, sistem pertidaksamaannya yang membentuk daerah yang diarsisr adalah

3 x+4 y>12

4 y+6 x<48

Page 13: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

y−x>−3

2 y−5 x<8

E. Merancang Model Matematika

Model matematika adalah suatu hasil interpretasi manusia dalam

menterjemahkan atau merumuskan persoalan sehari-hari ke dalam bentuk

matematika, sehingga persoalan itu dapat diselesaikan secara matematis.

Contoh:

Suatu tempat parkir luasnya 200 m2. Untuk memarkir sebuah mobil rata-

rata diperlukan tempat seluas 10 m2 dan untuk bus rata-rata 20m2. Tempat

parkir itu tidak dapat menampung lebih dari 12 mobil dan bus. Bila di tempat

parkir itu akan diparkir x mobil dan y bus, buatlah model matematikanya!

Jawab:

Data dari soal dapat dituliskan ke bentuk tabel berikut ini:

LahanMobil

( x )

Bus

( y )Tersedia

Luas 10 20 200

Daya tampung 1 1 12

Penulisan model matematika:

10 x+20 y ≤ 200→ x+2 y ≤ 20

x+ y≤ 12→ x+ y≤ 12

x≥ 0 , y ≥0 → x+ y≤ 12

F. Penentuan Nilai Optimum (memaksimumkan/meminimumkan) dari

Masalah Program Linear

Dalam menentukan nilai optimum (memaksimumkan/meminimumkan)

masalah program linear, kita harus menentukan titik pojok dari daerah himpunan

penyelesaian (daerah feasible) sistem pertidaksamaan yang ada (kendala/syarat

fungsi tujuan).

1 Titik Pojok/Titik Ekstrim

Sebuah titik pojok dari daerah himpunan penyelesaian sistem

pertidaksamaan adalah sebuah titik pada atau di dalam daerah penyelesaian yang

Page 14: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

merupakan perpotongan dua garis pembatas. Titik pojok sering disebut titik

ekstrim. Titik-titik ekstrim inilah yang paling menentukan nilai optimum fungsi

tujuan dalam masalah program linear.

Contoh 1: (Masalah daerah tertutup)

Selesaikanlah sistem pertidaksamaan linear berikut ini secara grafik dan

carilah titik-titik ekstrimnya.

2 x+ y ≤ 22

x+ y≤ 13

2 x+5 y ≤50

x ≥ 0

y ≥0

Jawab:

Pertidaksamaan x ≥ 0 , y ≥0 menunjukkan bahwa daerah penyelesaian

berada di kuadran pertama. Lukiskan tiga garis lurus (garis pembatas)

berikut ini

2 x+ y=22

x+ y=13

2 x+5 y=50

Titik potong ketiga garis X dan sumbu Y terlihat pada tabel berikut ini.

2 x+ y=22

x 0 11

y 22 0

Titik (0,22) (11,0)

x+ y=13

x 0 13

y 13 0

Titik (0,13) (13,0)

Page 15: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

A(0,1 B(5,8) C(9,4)

D(11,

Lukiskan ketiga garis pembatas itu dalam koordinat Cartesius dengan

ukuran yang tepat!

Penentuan daerah himpunan penyelesaian:

x≥ 0 → sebelah kanan sumbu Y

y ≥0→ sebelah atas sumbu X

2 x+ y ≤ 22→ sebelah bawah garis 2 x+ y=22

x+ y≤ 13 → sebelah bawah garis x+ y=13

2 x+5 y ≤50→ sebelah bawah garis 2 x+5 y=50

Penentuan titik-titik ekstrim

i. A(0,10), perpotongan garis 2 x+5 y=50 dengan sumbu Y

ii. B(5,8), perpotongan garis 2 x+5 y=50 dengan garis x+ y=13iii. C(9,4), perpotongan garisx+ y=13 dengan garis 2 x+ y=22

iv. D(11,10), perpotongan garis2 x+ y=22 dengan sumbu X

v. E(0,0), perpotongan sumbu X dan sumbu Y

Lukisan daerah penyelesaian dan titik-titik ekstrimnya.

Contoh 2: (Masalah daerah terbuka)

Selesaikan daerah sistem pertidaksamaan linear berikut ini secara grafik

dan carilah titik-titik ekstrimnya!

5 x+ y≥ 20

x+ y≥ 12

x+3 y≥ 18

x≥ 0

Y

X

Page 16: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

y ≥0

Jawab:

5 x+ y=20

X 0 4

Y 20 0

Titik (0,20) (4,0)

x+ y=12

x 0 12

y 12 0

Titik (0,12) (12,0)

x+3 y=18

x 0 18

y 6 0

Titik (0,6) (18,0)

Penentuan titik ekstrim awal

Perhatikan semua garis pembatas saat memotong sumbu Y yaitu

(0,0), (0,20). (0,12), (0,6). Karena semua syarat ketidaksamaan

adalah ≥, pilih nilai y yang paling besar, yaitu (0,20) sebagai titik

ekstrim awal.

Perhatikan semua garis pembatas saat memotong sumbu X, yaitu

(0,0), (4,0), (12,0), (18,0). Karena semua syarat ketidaksamaan

adalah≥, pilih nilai x yang paling besar, yaitu (18,0) sebagai titik

ekstrim awal.

Penentuan daerah himpunan penyelesaian

i. x≥ 0→sebelah kanan sumbu Y

Page 17: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

A(0,20)

B(2,10)

C(9,3)D(18,0

)

X

ii. y ≥0→ sebelah atas sumbu X

iii. 5 x+ y≥ 20→ sebelah atas garis 5 x+ y=20

iv. x+ y≥ 12 →sebelah atas garisx+ y=12

v. x+3 y≥ 18→ sebelah atas garis x+3 y=18

Y

Penentuan titik ekstrim

i. A(0,20), perpotongan garis 5 x+ y=20 dengan sumbu Y

ii. B(2,10), perpotongan garis 5 x+ y=20 dengan x+ y=12

iii. C((9,3), perpotongan garis x+ y=12 dengan x+3 y=18

iv. D(18,0), perpotongan garis x+3 y=18 dengan sumbu X

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif MURDER

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa

belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen. Ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative

learning), yaitu sebagai (1) Prinsip ketergantungan positif (positive

interdependence), (2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability),

(3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), (4) Partisipasi dan

komunikasi (participation communication), (5) Evaluasi proses kelompok.

Page 18: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

Dari penjabaran tersebut peneliti meyimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakaan bersama kelompok

untuk memahami dan memecahkan masalah. Oleh karena itu tujuan, dapat

dikatakan tujuan pembelajaran kooperatif adalah:

a. Meningkatkan berpikir kritis

b. Membantu peserta didik menyimpan informasi lebih lama

c. Membantu peserta didik mencapai tingkat pemikiran yang lebih tinggi

d. Mendorong pengembangan keterampilan belajar mandiri

b. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Adapun manfaat pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok, karena interaksi anggota

kelompok berpengaruh terhadap penguasaan konsep.

b. Peserta didik belajar memecahkan masalah dalam kelompok

c. Memupuk rasa kebersamaan antara peserta didik, mereka perlu mengenali

sifat, pendapat yang berbeda, dan mampu mengelolanya.

d. Meningkatkan keberanian, memunculkan idea tau pendapat untuk

pemecahan bersama, setiap individu diarahkan untuk mengajarkan atau

memberi tahu temannya jika mengetahui dan menguasai permasalahannya

e. Memupuk rasa tanggung jawab indiovidu dalam mencapai suatu tujuan

bersama agar dalam bekerja tidak terjadi tumpang tindih atau perbedaan

pendapat yang prinsip

f. Setiap anggota melihat dirinya sebagai milik kelompok yang merasa

memiliki tanggungjawab yang terwujud pada kebersamaan dalam belajar.

b. Model Pembelajaran MURDER

Salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan

proses pembelajaran dan meningkatkan pemahamahan siswa adalah model

pembelajaran MURDER. MURDER merupakan gabungan dari beberapa kata

yang meliputi: (1) Mood (Suasana Hati), (2) Understand (Pemahaman), (3) Recall

(Pengulangan), (4) Digest (Penelaahan), (5) Expand (Pengembangan), (6) Review

(Pelajari Kembali).

Page 19: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

1. Langkah-langkah Pembelajaran Model MURDER yaitu

1. Mood (Suasana hati)

Langkah pertama dalam MURDER yaitu Mood. Mood berarti mengatur

suasana hati yang baik untuk memulai pembelajaran. Jika dimulai dengan suasana

yang positif maka pembelajaran akan terasa mudah. Banyak cara yang dapat

dilakukan untuk menciptakan suasana yang positif agar proses pembelajaran

menyenangkan seperti optimis dan kebahagian, bersemangat serta bergairah

dalam melakukan setiap kegiatan, menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan, jangan membebani siswa dengan kesan matematika itu

menakutkan, Uno (2008:82).

2. Understand (Pemahaman)

Pada langkah ini, siswa didorong untuk membaca dan memahami materi

yang akan disajikan dan kemudian diminta untuk menandai hal-hal yang tidak

dipahami.

3. Recall (Pengulangan)

Setelah siswa diminta untuk membaca satu kali, siswa diminta untuk

mengulang kembali informasi yang telah dibaca. Jika kita berpikir tentang suatu

objek yang ada atau terjadi seperti halnya tempat, benda, manusia, peristiwa atau

kejadian yang betul-betul terjadi, maka kemampuan berpikir ini dapat dikatakan

sebagai recall, Sumiati (2008:132). Apabila seseorang mengingat kembali

(recall), maka ia akan menggali sesuatu dari ingatannya tanpa berkontak kembali

secara langsung dengan obyek yang pernah dijumpai. Misalnya materi yang telah

dipelajari dimunculkan kembali melalui suatu pikiran. Strategi mengulang

(Recall) dilakukan dengan cara menghubungkan informasi baru dengan

pengetahuan awal. Strategi mengulang yang paling sederhana yaitu sekedar

mengulang dengan keras atau dengan pelan informasi yang kita hafal, bahan lebih

komplek juga seperti menggarisbawahi ide-ide kunci dan membuat catatan.

Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengulangan adalah

kegiatan memanggil kembali informasi yang telah di dapat sebelumnya agar

informasi tersebut lebih dipahami dan lebih melekat pada peserta didik.

4. Digest (Penelaaahan/Menggali)

Page 20: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

Pada langkah ini, siswa dituntut untuk mendeskripsikan apa yang telah

dipahami. Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur sejauh mana siswa dapat

menguasai materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. agar siswa dapat

menguasai suatu materi, maka tidak cukup hanya menggunakan satu sumber saja

namun juga dituntut untuk mencari sumber lain yang tidak disediakan oleh guru.

Setelah siswa mencari informasi, siswa dapat menimbulkan materi yang telah

didapat. Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan- kegiatan

mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kedatuan kelompok, atau bisa

juga dengan dikerjakan sendiri setelah hasil pengolahan informasi, Madjid,

(2014:231).

5. Expand (Pengembangan)

Siswa dituntut untuk mengembangkan materi yang telah dikuasai karena

dengan pengembangan siswa akan mendapatkan informasi yang lebih banyak.

Dari informasi yang telah di dapat, siswa diharapkan dapat mengembangkan

konsep dan juga dapat mengaitkan dengan situasi lain berdasarkan konsep dasar

pada suatu materi tertentu.

6. Review (Pelajari Kembali)

Langkah pembelajaran terakhir adalah pelajari kembali materi yang sudah

dipelajari. Suatu proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila

informasi yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar dari lupa. Oleh

karena itu, proses mempelajari kembali merupakan langkah untuk lebih

memahami materi agar tidak mudah lupa sehingga siswa lebih mantap dan

percaya diri untuk melanjutkan ke materi selanjutnya karena sudah mempunyai

pengetahuan yang cukup baik pada materi sebelumnya. Jika materi sudah

dipahami dengan baik, maka siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang

telah dimiliki dan akan mampu menghubungkan materi pelajaran dengan situasi

berdasarkan konsep-konsep yang telah ia dapat.

2.5 Kemampuan Penalaran Matematika

Penalaran merupakan terjemahan dari reasoning. Penalaran merupakan

salah satu kompetensi dasar matematik disamping pemahaman, komunikasi dan

Page 21: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

pemecahan masalah. Penalaran juga merupakan proses mental dalam

mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.

Penalaran adalah proses berfikir yang dilakukan dengan satu cara untuk

menarik kesimpulan. Kesimpulan yang bersifat umum dapat ditarik dari kasus-

kasus yang bersifat individual. Tetapi dapat pula sebaliknya, dari hal yang bersifat

individual menjadi kasus yang bersifat umum, Sastrosuwirjo (2008). Bernalar

adalah melakukan percobaan di dalam pikiran dengan hasil pada setiap langkah

dalam untaian percobaan itu telah diketahui oleh penalar dari pengalaman

tersebut. Sedangkan Shurter dan Pierce penalaran didefinisikan sebagai proses

pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan.

Ciri-ciri penalaran adalah (1) adanya suatu pola pikir yang disebut logika.

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses

berpikir logis. Berpikir logis ini diartikan sebagai berpikir menurut suatu pola

tertentu atau menurut logika tertentu; (2) proses berpikirnya bersifat analitik.

Penalaran merupakan suatu kegiatan yang mengandalkan diri pada suatu analitik,

dalam kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analitik tersebut adalah logika

penalaran yang bersangkutan.

Kemampuan penalaran meliputi: (1) penalaran umum yang berhubungan

dengan kemampuan untuk menemukan penyelesaian atau pemecahan masalah; (2)

kemampuan yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan, seperti pada

silogisme, dan yang berhubungan dengan kemampuan menilai implikasi dari

suatu argumentasi; dan (3) kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan, tidak

hanya hubungan antara benda-benda tetapi juga hubungan antara ide-ide, dan

kemudian mempergunakan hubungan itu untuk memperoleh benda-benda atau

ide-ide lain.

a. Indikator Kemampuan Penalaran

Menurut Sumarmo (Yulia, 2012: 22) mengungkapkan bahwa indikator

siswa telah menguasai kemampuan penalaran matematis adalah sebagai berikut,

(1) Menarik kesimpulan logis; (2) Memberi penjelasan menggunakan gambar,

fakta, sifat, hubungan yang ada; (3) Memperkirakan jawaban dan proses solusi;

(4) Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis, membuat analogi,

Page 22: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

generalisasi, dan menyusun serta menguji konjektur; (5) Mengajukan lawan

contoh; (6) Mengajukan aturan inferensi, memeriksa validitas argument, dan

menyusun argument yang valid; (7) menyusun pembuktian langsung, pembuktian

tak langsung, dan pembuktian dengan induksi matematika.

Selain itu, indikator kemampuan penalaran yang dijelaskan dalam teknis

Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas nomor 506/C/Kep/PP/2004, diuraikan

bahwa indikator siswa memiliki kemampuan penalaran adalah mampu: (Yulia,

2012: 14)

a. Mengajukan dugaan

b. Melakukan manipulasi matematika.

c. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti

terhadap kebenaran solusi.

d. Menarik kesimpulan dari pernyataan.

e. Memeriksa kesahihan suatu argument.

f. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat

generalisasi.

Indikator penalaran yang akan digunakan penulis dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah

Memberi penjelasan menggunakan gambar, fakta, sifat, hubungan yang

ada

Memperkirakan jawaban dan proses solusi;

Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis, membuat analogi,

generalisasi, dan menyusun serta menguji,

Memeriksa kesahihan suatu argument.

Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat

generalisasi.

2.6 Strategi Pemecahan Masalah Heuristik

Page 23: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

Polya mengembangkan empat tahap proses pemecahan masalah yaitu

memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan rencana

tindakan penyelesaian masalah, dan pemeriksaan kembali.

Memahami Masalah, indikator:

Dapatkah Anda menyatakan masalah dalam kata-kata sendiri ?; Apa yang Anda

coba cari atau kerjakan ?; Apa yang tidak diketahui ?; Informasi apa yang Anda

dapatkan dari masalah yang dihadapi ? ; Jika ada, informasi apa yang tidak

tersedia atau tidak diperlukan ?

Merencanakan Penyelesaian Masalah, indikatornya :

Mencari pola; Menguji masalah yang berhubungan serta menentukan apakah

teknik yang sama bisa diterapkan atau tidak; Menguji kasus khusus atau kasus

yang lebih sederhana dari masalah yang dihadapi untuk memperoleh gambaran

lebih baik tentang penyelesaian masalah yang dihadapi; Membuat sebuah tabel;

Membuat sebuah diagram; Menulis suatu persamaan; Menggunakan strategi tebak

periksa; Bekerja mundur; Mengidentifikasikan bagian dari tujuan keseluruhan

Melaksanakan Rencana Penyelesaian Masalah, indikatornya

Melaksanakan strategi sesuai dengan yang direncanakan pada tahap sebelumnya;

Melakukan pemeriksaan pada setiap langkah yang dikerjakan; Upayakan bekerja

secara akurat.

Pemeriksaan Kembali, indikatornya

Pemeriksaan hasilnya pada masalah asal; interpretasikan solusi dalam konteks

masalah asal; apakah ada cara lain untuk menyelesaikan masalah tersebut; jika

memungkinkan tentukan masalah lain yang berkaitan atau masalah yang lebih

umum lain dimana strategi yang digunakan dapat bekerja.

2.6 Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil telaahan yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif

MURDER yang telah dilakukan yaitu pertama penelitian yang dilakukan oleh

Diska Asani (2012) dengan judul Efektivitas Strategi Pembelajaran MURDER

terhadap Partisipasi dan Kemampuan Berpikir Analitis Siswa SMAN 1 Gambong

pada mata pelajaran Biologi. Hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran

Page 24: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

menggunakan strategi MURDER efektif untuk dilaksanakan dalam proses

pembelajaran.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Bentot Tri Utomo, (2011) dengan

judul Penerapan Kaloboratif dengan Asesmen teman sejawat pada mata pelajaran

matematika SMP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas dan hasil belajar

dapat dicapai secara optimal dengan menggunakan model kaloboratif.

Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Nurma Izzati (2010) pada salah satu

MTS di Jakarta, hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran

kooperatif MURDER dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis pada

tingkat koneksi dan analisis.

Analisis yang dilakukan oleh penulis terhadap ketiga penelitian

sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Diska untuk mata pelajaran Biologi,

variable terikat yang ingin dilihat kemampuan berpikir analitis, sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Bentot pada mata pelajaran matematika jenjang

SMP untuk melihat hasil belajar matematika, yang ketiga penelitian yang

dilakukan oleh Nurma Izzati pada jenjang MTs untuk melihat kemampuan

berpikir matematis. Peneliti ingin mencoba menerapkan model kooperatif

MURDER pada jenjang SMA untuk melihat kemampuan bernalar dan

kemampuan pemecahan masalah matematika.

Page 25: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Fraenkel, Wallen, Hyun (2012:589) mengatakan penelitian

tindakan dilakukan oleh satu atau lebih individu atau kelompok untuk tujuan

pemecahan masalah atau memperoleh informasi dalam rangka untuk

menginformasikan praktek dalam kelas. Sedangkan Mertler (2009:4)

mendefinisikan Actions research is defined as any sistematic inquiry conducted by teachers, administrators, conselors, or others with a vested interest in the teaching and learning process or environment for the purpose of gathering information about how their particular schools operate, and how they teach, and how their students for themselves.

Penelitian tindakan didefinisikan sebagai penyelidikan yang dilakukan

secara sistematis oleh guru, administrator, konselor atau yang lainnya dengan

sesuatu yang menarik di dalam proses pengajaran atau lingkungan yang bertujuan

memperoleh informasi tentang bagaimana mengoperasikan sekolah secara

partikular, dan bagaimana mereka mengajar, dan bagaimana siswa belajar untuk

diri mereka sendiri.

Page 26: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

Perencanaan

Pengamatan

Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Permasalahan

Permasalahan

SIKLUS I

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Tujuan penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk memperbaiki proses

pembelajaran yang selama ini pembelajaran berpusat kepada guru menjadi

pembelajaran yang berpusat kepada siswa dan meningkatkan ketercapaian

kompetensi siswa dalam belajar matematika dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif MURDER. Berikut ini disajikan siklus untuk

menerapkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas, Arikunto (2008:16)

Page 27: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

Gambar 3.1 Desain Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2008 : 16)

3.2 Subjek Penelitian ini

Subjek penelitian ini siswa kelas XI IPS A SMAN 2 Tungkal Ulu

Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan jumlah

32 orang dengan rincian laki-laki 15 orang dan perempuan 17 orang.

Karakteristik subjek penelitian . . . .

Latar belakang ekonomi orang tua subjek dan pendidikan orang tua subjek

penelitian

3.3 Setting Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Tungkal Ulu yang terletak di

Jalan Merpati Desa Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten

Tanjung Jabung Barat pada kelas XI IPA Semester Genap tahun pelajaran

2016/2017 dengan materi pembelajaran Program Linier menggunakan model

kooperatif MURDER.

Adapun visi misi SMA Negeri 2 Tungkal Ulu yaitu

Jumlah siswa sebanyak 456 siswa terdiri dari 13 kelas yang terbagi

menjadi 3 tingkatan yaitu tingkat X, XI dan XII. Untuk kelas X terdiri dari lima

rombel yaitu XA, XB, XC, XD dan XE. Sedangkan untuk siswa kelas XI dan XII

rombelnya sama yaitu empat rombel kelas XI dan 4 rombel kelas XII dengan

rincian dua jurusan yaitu dua kelas untuk jurusan IPA dan dua kelas untuk jurusan

IPS. Adapun jumlah guru sebanyak 41 orang, dipimpin oleh seorang kepala

Sekolah, dan staff TU .

Prestasi yang pernah diraih paling unggul dibidang olah raga seperti

cabang bola kaki dan bola volley. Adapun kejuaraan yang pernah diraih yaitu . . . .

Page 28: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

3.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari empat bulan dari bulan Januari sampai

April 2016. Dengan rincian kegiatan seperti terlihat pada tabel berikut

No Uraian Kegiatan

Januari Februari Maret April

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV1 Perencanaan

Siklus I√ √

2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I

√ √

3 Observasi Siklus I

√ √

4 Refleksi Siklus I

5 Perencanaan SIklus II

√ √

6 Pelaksanaan Siklus II

√ √

7 Observasi Siklus II

√ √

8 Refleksi Siklus II

9 Penyusunan Laporan Penelitian

√ √

10 Seminar Hasil PTK

Revisi Laporan PTK

√ √

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Siklus I

1. Perencanaan Siklus I

Untuk melaksanakan penelitian ini penulis menyiapkan beberapa

perencanaan sebagai berikut: mengembangkan silabus, RPP, memilih media,

membuat lembar observasi, membuat instrument, menyiapkan jadwal penelitian.

2. Pelaksanaan SIklus I

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, satu siklus dilaksanakan

untuk dua atau tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan dengan

langkah-langkah sebagai berikut

Copi paste langkah RPP di sini

Page 29: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

3. Observasi Siklus I

Kolaborator melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa, baik tentang

sikap maupun tingkah laku selama kegiatan pembelajaran.

4. Refleksi Siklus I

Dalam tahap ini merupakan kegiatan menganalisa, mensintesa dari hasil

pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus I berlangsung dan diadakan

ulangan harian yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar baik secara

individu maupun klasikal. Bila ternyata pada tahap ini seluruh siswa telah

mencapai standart ketuntasan minimal, maka langsung dilanjutkan dengan siklus

II.

Jika pengamatan dan penilaian dari hasil pembelajaran yang telah

dilaksanakan hasilnya kurang sesuai dengan yang diharapkan,  dengan pedoman

ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu maka dicari penyebab dan

penyelesaian untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi, kemudian dilakukan

perbaikan dengan mengadakan ulangan kembali sebagai remedial dan pengayaan

bagi siswa yang telah mendapat standart ketuntasan minimal.

b. Siklus II

Pada siklus II  merupakan tindak lanjut dari siklus I dengan

memperhatikan hasil observasi, dan hasil diskusi dengan Kolaborator serta hasil

belajar siswa juga mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun

klasikal, maka Peneliti bersama kolaborator merencanakan proses pembelajaran

selanjutnya. Adapun langkah–langkah pada siklus II adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Siklus II

Dalam tahap Perencanaan Peneliti  bersama Kolaborator mempersiapkan:

Silabus

Soal – soal ulangan harian untuk II

Instrumen penelitian

Materi pelajaran yaitu program linier

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Page 30: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

Siswa melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan perencanaan

pembelajaran yang telah ditentukan. Pada siklus II pelaksanaan pembelajaran

perlu dimodofikasi sedikit, ini diharapkan akan lebih memberi motivasi dan

semangat siswa dalam belajar.

3. Pengamatan Siklus II

Ketika siswa melakukan kegiatan belajar pada siklus II, Kolaborator

mengamati perubahan sikap dengan memberikan instrumen (angket) yang harus

diisi oleh siswa dan juga diamati pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan

memperlihatkan hasil nilai ulangan II.

4. Refleksi Siklus II

Dalam tahap ini merupakan kegiatan menganalisa, mensintesa dari hasil

pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus II berlangsung, dan diadakan

ulangan harian yang digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran dan

pemecahan masalah baik secara individu maupun klasikal. Jika dari hasil

pengamatan dan penilaian dari hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan

hasilnya kurang sesuai dengan yang diharapkan, sesuai dengan pedoman

ketuntasan belajar secara klasikal maupun individu, maka dicari penyebab dan

penyelesaian untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi, kemudian dilakukan

perbaikan dengan mengadakan ulangan kembali sebagai remedial dan pengayaan

bagi siswa yang telah mencapai standart ketuntasan minimal.

3.5 Instrumen dan Alat Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas adalah salah satu jenis penelitian kualitatif,

dimana sebagian besar data yang didapat dalam penelitian ini adalah data ujaran,

hasil percakapan para personil yang terlibat dalam penelitian, dan tidak selalu

dikonversikan dalam bentuk angka. Oleh karena itu metode pengumpulan datanya

juga harus disesuaikan dengan jenis data yang akan dicari.

Menurut Fraenkel, Wallen, Hyun (2012:594); Mertler (2009:107)

mengatakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian tindakan kelas dapat dilakukan melalui percobaan, tes, survey,

observasi, interview, analisis dari dokumen, tes dan ethografi.

3.5.1 Observasi

Page 31: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

Hening, Stone & Kelly (2009:37) observasi merupakan salah satu

instrumen pengumpulan data pada penelitian tindakan. Tujuan observasi

dilakukan untuk memberitahu kepada guru bagaimana hasil pengamatan terhadap

siswa dan guru dalam meningkatkan kemampuan penalaran dan kemampuan

pemecahan masalah. Pengamatan yang dilakukan terhadap siswa dapat

memberikan wawasan untuk menemukan penyebab pola tak terduga dari perilaku

siswa. Lebih khusus, mereka dapat menunjukkan tingkat keterlibatan siswa,

sejauh mana siswa terlibat dalam berpikir tingkat yang lebih tinggi, dan kualitas

interaksi siswa.

Metode observasi dapat dilakukan dari pertanyaan terbuka untuk

memeriksa perilaku siswa yang ditargetkan. Contohnya, mengamati siswa saat

menyelesaikan tugas, saat berbicara dalam kelompok, ketika bekerja pada sebuah

proyek, atau saat melakukan keterampilan. Pekerjaan siswa juga dapat diperiksa

dengan mencatat kekuatan atau kelemahan dalam menulis, tes siswa, dan pola

pemecahan masalah siswa.

3.5.2 Interview

Interview atau wawancara diperoleh data mengenai pendapat-pendapat

siswa, guru atau subjek-subjek penelitian tertentu mengenai apa yang terjadi, apa

yang dirasakan, dan bahkan diduga oleh partisipan.

3.5.3 Dokumentasi

Kegiatan ini biasanya berupa pengumpulan data-data pendukung, seperti

skor nilai, hasil tanggapan siswa selama tes atau wawancara, foto-foto selama

kegiatan tindakan, catatan orang tua dan portofolio.

3.5.4 Tes

Tes yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu berbentuk

essay tentang pemahaman konsep program linier dengan jumlah soal 5-10 butir

soal. Selain soal tes essay ada juga lembar kerja kelompok siswa, lembar

observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Page 32: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas

yaitu observasi, mengamati, melakukan wawancara, dan pemeriksaan analisis

dokumen. Secara rinci teknik pengumpulan data dijelaskan berikut ini :

3.6.1 Observasi

Langkah-langkah melakukan observasi, sebagai berikut :

1. Rencana

a. Menetapkan tujuan penelitian tindakan kelas yaitu memperbaiki proses

pembelajaran dengan menerapkan sebuah tindakan dengan model

kooperatif MURDER untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan

pemecahan masalah materi program lnier siswa kelas XI IPS.

b. Memilih peserta tindakan kelas. Untuk penelitian tindakan kelas ini

dipilihah kelas XI IPS A SMAN 2 Tungkal Ulu Tahun Pelajaran

2016/2017.

c. Menentukan konteks pengamatan Anda. Penelitian ini rencana dilakukan

sebanyak 2 siklus dimana setiap satu siklus terdiri dari 3 kali pertemuan.

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti dan guru ingin membangun

pengetahuan siswa dengan menerapkan model kooperatir MURDER serta

melihat keaktifan siswa dalam diskusi kelompok untuk memecahkan

masalah yang diberikan guru sehingga siswa dapat mengkontruk

pengetahuan sendiri.

2. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data melalui catatan, rekaman, hasil diskusi kelompok,

hasil postes dan lembar aktivitas siswa serta guru.

3. Menganalisis

Setelah data terkumpul lalu dilakukan analisis data.

4. Melakukan Refleksi

a. Menafsirkan pengamatan Anda.

b. Mengembangkan strategi, pendekatan, metode, teknik dan taktik dalam

pengajaran baru.

c. Membenarkan strategi mengajar.

d. Menghasilkan laporan ringkasan.

Page 33: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

3.6.2 Mengamati

Pada saat percobaan guru dan pengamat dapat mengamati siswa

berpartisipasi aktif dalam kemampuan memecahkan masalah dan siswa yang tidak

berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok, guru mengamati bagaimana siswa

berinteraksi dengan satu sama lain pada saat belajar, bagaimana siswa

menggunakan bahan referensi untuk melakukan penalaran dan memecahkan

masalah matematika tentang program linier yang disajikan guru untuk

didiskusikan, mengamati bagaimana siswa membangun hubungan dalam

pengaturan kelompok diskusi, mengamati kegiatan saat belajar atau fokus

membaca, atau mengamati perilaku anak berbakat ketika terlibat dalam

pembelajaran. Guru dan pengamat merekam sebanyak mungkin informasi yang

diperoleh selama pengamatan yang singkat ini, untuk mengambil catatan lapangan

dan menggambarkan apa yang dilihat dan didengar. Meskipun pendekatan ini

memungkinkan berbagai pertanyaan terbuka, sangat penting bahwa pengamatan

dilakukan secara sistematis dan objektif. Dengan kata lain, peneliti tindakan harus

berhati-hati untuk menghindari hanya melihat apa yang mereka ingin melihat atau

apa yang mereka telah kondisikan untuk melihat.

3. Melakukan Wawancara

Selain mengamati, kategori utama kedua dari pengumpulan data

melibatkan wawancara siswa atau individu lain untuk memperoleh informasi yang

diinginkan. Pedoman wawancara yang telah dibuat oleh peneliti dan guru

digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang

telah diterapkan dan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam kegiatan

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil wawancara digunakan untuk

melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.

4. Pemeriksaan dan Analisis Dokumen

Data dikumpulkan dengan pemeriksaan dan analisis dokumen seperti

catatan kehadiran, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal,

catatan pengamat, jurnal siswa, rencana pelaksanaan pelajaran, pengaturan tempat

duduk saat diskusi kelompok, foto-foto kegiatan di kelas, portofolio siswa.

Page 34: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

3.7 Teknik Analisis Data

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik analisis data yaitu

analisis data statistik sederhana dan deskriptif kualitatif.

3.7.1 Analisis Data Statistik Sederhana, yaitu

1. Nilai yang diperoleh = Skor yang diperoleh

Skor Totalx 100 %

2. Selanjutnya dari hasil perhitungan kemudian dikualifikasikan tingkat

penguasaan siswa, yaitu seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika telah

mencapai nilai ≥ 65(sesuai dengan kriteria yang ditetapkan)

3. Besarnya presentasi siswa mencapai KKM dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Presentasi= Jumlah siswa yangmencapai KKMJumlah seluruh siswa

x100

Dari hasil presentasi siswa mencapai KKM tersebut, dapat ditafsirkan

tentang ketuntasan belajar siswa. Dalam penelitian ini untuk ketuntasan belajar

siswa individu maupun klasikal digunakan pedoman ketuntasan siswa, sebagai

berikut.

1. Ketuntasan Perorangan

Seorang siswa dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan) belajar bila telah

mencapai taraf penguasaan minimal 60% atau dengan nilai 60. Bagi siswa yang

taraf penguasaanya kurang dari 60% diberikan remedial pada pokok bahasan yang

belum dikuasai, sedangkan bagi siswa yang telah mencapai penguasaan 60% atau

lebih dapat melanjutkan kepokok bahasan berikutnya.

2. Ketuntasan Klasikal

Suatu kelas dikatakan telah berhasil (mecncapai ketuntasan belajar) jika

paling sedikit 75% data jumlah siswa dalam kelas tersebut telah mencapai

ketuntasan perorangan dengan ketentuan sebagai berikut:

Page 35: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

Penyajian data

Pengumpulan data

a. Apabila sudah terdapat 75% dari jumlah siswa keseluruhan dalam kelas

mencapai tingkat ketuntasan belajar maka kelas tersebut dapat melanjutkan

kegiatan pada satuan pembelajaran berikutnya.

b.  Apabila jumlah siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar masih kurang

dari 75% maka:

Siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 75% harus diberi program

perbaikan mengenai bagian-bagian pelajaran yang belum dikuasai.

Siswa yang telah mencapai taraf penguasaan 75% atau lebih dapat

diberikan program pengayaan.

3.7.2 Teknik Analisis Data Deskriptif Kualitatif

Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang diharapkan

maka dalam analisis data penelitian ini menggunakan analisis model interaktif

Milles dan Huberman. Milles dan Huberman (1992: 20) mengemukakan

“Kegiatan pokok analisa model interaktif meliputi: reduksi data, penyajian data,

kesimpulan-kesimpulan: penarikan/ verifikasi”.

a. Reduksi Data

Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Milles

dan Huberman (1992: 16) mengemukakan “Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehinggga

kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi”.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi langkah selanjutnyan yaitu diadakan penyajian data.

Penyajian data yang berupa informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Kesimpulan-Kesimpulan:Penarikan/Verifikasi

Milles dan Huberman (1992: 19) mengemukakan “Verifikasi data yaitu

pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil laporan penelitian. Kesimpulan

adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau

Page 36: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

sebagai makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya,

kekokohannya yaitu yang merupakan validitasnya”.

Dari bagan tersebut, langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini adalah: (1)

Melakukan analisis awal, apabila data yang didapat di kelas sudah cukup. (2)

Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik yang

berguna untuk penelitian selanjutnya. (3) Melakukan analisis data di kelas dan

mengembangkan matrik antar kasus. (4) Melakukan pengayaan data apabila dalam

persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap. (5) Merumuskan

simpulan akhir sebagai temuan penelitian. (6) Merumuskan kebijakan sebagai bagian

dari pengembangan saran dalam laporan akhir penelitian.

Indikator Keterlibatan Siswa Diskusi Kelompok No Ukuran Keberhasilan Target1 Siswa berani bertanya pada guru Minimal 75% siswa berani bertanya

pada guru2 Siswa berani mengerjakan soal

dipapan tulisMinimal 75% siswa mengerjakan soal dipapan tulis

3 Siswa berani berpendapat Minimal 75% siswa berani berpendapat4 Siswa saling bekerjasama dalam

kelompokMinimal 75% siswa saling bekerjasama dalam kelompok

5 Hasil Belajar siswa meningkat 80% siswa tuntas dalam belajar

Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah, Menuru Polya

Indikator Soal Penyelesaian Masalah, yaitu

1. Mengidentifikasikan unsur-unsur yang diketahui

Page 37: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati

2. Merumuskan masalah matematika atau membuat model matematika

3. Menerapkan strategi untuk menyelesaiakan berbagai masalah (sejenis dan

masalah baru) dalam atau diluar matematika

4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasahan asal

5. Menggunakan matematika secara bermakna

DAFTAR RUJUKAN

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Yulia, Winda. (2012). Implementasi Pembelajaran Matematika dengan

Pendekatan Investigasi dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran

Matematis Siswa SMP. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Sastrosudirjo, S.S. (1988). Hubungan Kemampuan Penalaran dan Prestasi

Belajar untuk Siswa SMP. Jurnal Kependidikan no.1 Tahun ke 18: IKIP

Yogyakarta.

BELUM DILENGKAPI SEMUA DAFTAR RUJUKAN

Page 38: Penelitian tindakan kelas model murder eka  sastrawati