21
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI A. PENGERTIAN Istilah Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan Inquiry (penyelidikan), Sund (1975) berpendapat bahwa Discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Sedangkan Inquiry adalah perluasan proses Discovery yang digunakan lebih mendalam.(Suryo Subroto, 2002:193) Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003). Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari. (Hebrank, 2000; Budnitz, 2003; Chiapetta & Adams, 2004). Ada berbagai rumusan tentang pengajaran berdasarkan inkuiri, antara yang satu dengan yang lainnya berbeda secara gradual. Diantara rumusan itu adalah: “Diskover terjadi bila

Strategi pembelajaran inkuiri

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Strategi pembelajaran inkuiri

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

A.    PENGERTIAN

Istilah Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan Inquiry

(penyelidikan), Sund (1975) berpendapat bahwa Discovery adalah proses mental dimana siswa

mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Sedangkan Inquiry adalah perluasan proses

Discovery yang digunakan lebih mendalam.(Suryo Subroto, 2002:193)

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya

dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah

adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek

pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan

informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau

memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan

kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003). Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur

yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam

upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannnya dalam

kehidupan sehari-hari.

(Hebrank, 2000; Budnitz, 2003; Chiapetta & Adams, 2004).

Ada berbagai rumusan tentang pengajaran berdasarkan inkuiri, antara yang satu dengan

yang lainnya berbeda secara gradual. Diantara rumusan itu adalah: “Diskover terjadi bila

individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses-proses mentalnya untuk menemukan

beberapa konsep dan prinsip”. Rumusan ini menggambarkan, bahwa diskover dilakukan melalui

proses mental, yakni observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, dan penentuan. Proses-proses

tersebut disebut Discovery Cognitive Process. Sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental

process of assimilating concept and priciples in the mind. Pengajaran inkuiri dibentuk atas dasar

diskoveri, sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan

kemampuan lainnya.

Rumusan lainnya menyatakan, “Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi

yang berpusat pada siswa dimana kelompok siswa inquiry kedalam suatu isu atau mencari

Page 2: Strategi pembelajaran inkuiri

jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas

dan struktural kelompok. (Oemar Hamalik, 2005: 219-220).

Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada proses berpikir secara kritis da analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari

suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi

heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.

(Wina Sanjaya, 2007: 194)

Selain itu inkuiri dapat merupakan suatu kegiatan belajar yang melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematik, kritis, dan

analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

(W.Gelly, 1984: 190-191)

B.     TUJUAN PEMBELAJARAN INKUIRI

Metode pembelajaran inkuiri di samping mengantarkan siswa pada tujuan instruksional

tingkat tinggi, tetapi dapat juga memberi tujuan iringan ( nutrunant effect ) sebagai berikut:

1) Memperoleh keterampilan untuk memproses secara Ilmiah ( mengamati, mengumpulkan dan

mengorganisasikan data,mengidentifikasikan variabel, merumuskan, danmenguji hipotesis, serta

mengambil kesimpulan ).

2) Lebih berkembangnya daya kreativitas anak.

3) Belajar secara mandiri.

4) Lebih memahami hal-hal yang mendua.

5) Perolehan sikap ilmiah terhadap ilmu pengetahuan yang menerimanya secara tentatif (Gulo,

2002:101)

C.    CIRI-CIRI PEMBELAJARAN INKUIRI

Inquiry (kegiatan menemukan). Metode inquiry berupaya menanamkan dasar-dasar

berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak

belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar

ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode

inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang

perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah

Page 3: Strategi pembelajaran inkuiri

yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber

belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih

diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus

dikurangi. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan

kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperolah sendiri oleh siswa.

Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil

mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri, antara lain:

1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan

menemukan. Artinya, pendekatan inkuiri dapat menempatkan siswa sebagai subjek

belajar.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahakan untuk mencari dan menemukan

jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapakan dapat

menumbuhkan sikap percaya diri.

3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan

kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan

intelektual sebagai bagian dari proses mental.

(Wina Sanjaya, 2007: 194-195).

D.    SASARAN PEMBELAJARAN INKUIRI

Sasaran dari pembelajaran inkuiri ada 2, yaitu sasaran kognitif dan afektif.

1)      Sasaran Kognitif

         Memahami bidang khusus dari materi pembelajaran

         Mengembangkan kemampuan bertanya dan memecahkan masalah

         Menerapkan pengetahuan dengan situasi baru yang berbeda

         Mengevaluasi dan mensintesis informasi, ide dan masalah baru

         Memperkuat ketrampilan berfikir kritis

2)      Sasaran Afektif

         Mengembangkan minat kepada pelajaran dan bidang ilmu

Page 4: Strategi pembelajaran inkuiri

         Memperoleh apresiasi untuk pertimbangan moral dan etika yang relevan dengan bidang ilmu

tertentu

         Meningkatka intelektual dan integritas

         Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi pengetahuan (Gebi Dwiyanti,

2010)

E.     TINGKATAN-TINGKATAN INKUIRI

Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inkuiri yang meliputi topik masalah, sumber

masalah atau pertanyaan, bahan, prosedur atau rancangan kegiatan, pengumpulan dan analisis

data serta pengambilan kesimpulan Bonnstetter (2000) membedakan inkuiri menjadi tiga tingkat

yaitu praktikum (tradisional hands-on), pengalaman sains terstruktur (structured science

experiences), dan inkuiri siswa mandiri (student directed inquiry ),. Klasifikasi inkuiri menurut

Bonnstetter (2000) didasarkan pada tingkat kesederhanaan kegiatan siswa dan dinyatakan

sebaiknya penerapan inkuiri merupakan suatu kontinum yaitu dimulai dari yang paling sederhana

terlebih dahulu:

1.      Praktikum ( tradisional hands-on ) adalah tipe inkuiri yang paling sederhana. Dalam praktikum

guru menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus ditemukan

siswa dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap. Pada tingkat ini komponen esensial dari inkuiri

yakni pertanyaan atau masalah tidak muncul, oleh karena itu, Martin-Hansen (2002),

menyatakan bahwa praktikum tidak termasuk kegiatan inkuiri.

2.      Pengalaman sains yang terstruktur ( structured science experiences ), yaitu kegiatan inkuiri di

mana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan

kesimpulan dilakukan oleh siswa. Jenis yang ketiga ialah inkuiri terbimbing ( guided inquiry ), di

mana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan

mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan

bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator.

3.      Inkuiri siswa mandiri ( student directed inquiry ), dapat dikatakan sebagai inkuiri penuh (Martin-

Hansen, 2002) karena pada tingkatan ini siswa bertanggungjawab secara penuh terhadap proses

belajarnya, dan guru hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan

pengembangan pertanyaan. Tipe inkuiri yang paling kompleks ialah penelitian siswa ( student

research ). Dalam inkuiri tipe ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing

Page 5: Strategi pembelajaran inkuiri

sedangkan penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh komponen inkuiri

menjadi tangungjawab siswa.

(Muslimin Ibrahim, 2007)

F.     PRINSIP-PRINSIP PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI

Pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget

dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu Maturattion, Physical Experience, Social Experience dan

Equilibration.

1. Maturattion atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu

proses pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, pertumbuhan otak, dan

pertumbuhan system saraf.

2. Physical Experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap

benda-benda yang ada dilingkungan sekitarnya.

3. Social Experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain.

4. Equilibiration adalah proeses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan

pengetahuan yang baru ditemukan.

Atas dasar penjelasan diatas, maka dalam penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terdapat

berberapa prinsip yang harus diperhatikan, antara lain:

1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian,

strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses

belajar.

2. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antar siswa maupun

interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.

Page 6: Strategi pembelajaran inkuiri

3. Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru

sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya

sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

4. Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir

(Learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak.

5. Prinsip Keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja

terjadi. Oleh sebab itu siswa perlu di berikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan

perkembangan kemampuan logika dan nalarnya.

(Wina Sanjaya, 2007: 196-199).

G.    LANGKAH PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

Tabel. 1 Sintak Metode Pembelajaran Inkuiri

FASE KEGIATAN

1. Orientasi masalah   Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar

yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

  Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus

dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.

  Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan

belajar

2. Merumuskan Masalah   Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh

siswa.

  Masalah yang dikaji adalah masalah yang

mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.

  Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-

konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu

Page 7: Strategi pembelajaran inkuiri

oleh siswa.

3. Merumuskan Hipotesis   Mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk dapat merumuskan

jawaban sementara atau dapat merumuskan

berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari

suatu permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan data   Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk dapat berpikir

mencari informasi yang dibutuhkan.

5. Menguji Hipotesis   Mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban

yang diberikan

6. Merumuskan Kesimpulan  Menunjukan data mana yang relevan

(Wina Sanjaya, 2007: 200-203

H.    STRATEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM KELAS

Strategi pelaksanaan pembelajaran inkuri dalam kelas adalah Discovery-Oriented Inquiry dan

Policy-Based Inquiry.

                                                       Inkuiri Berorientasi Diskoveri (Discovery-Oriented Inquiry)

Inkuiri berorientasi menunjuk pada situasi-situasi akademik dimana kelompok-kelompok

kecil siswa (umumnya antara 4 sampai 5 anggota) berupaya menemukan jawaban-jawaban atas

topik-topik inkuiri. Dalam situasi tersebut para siswa dapat menemukan konsep atau rincian

infor,asi. Model ini dapat dilaksanakan kepada seluruh kelas sebagai bagian dari kegiatan-

kegiatan inkuiri, yang disebut Social Inquiry.

Asumsi-asumsi yang mendasari model inkuiri ini ialah:

a. Ketrampilan berpikir kritis dan berpikir deduktif yang diperlukan berkaitan dengan

pengumpulan data yang bertalian dengan kelompok hipotesis.

b. Keuntungan bagi siswa dari pengalaman kelompok dimana mereka berkomunikasi,

berbagi tanggung jawab, dan bersama-sama mencari pengetahuan.

c. Kegiatan-kegiatan belajar disajikan dengan semangat berbagai inkuiri dan diskoveri

menambah motivasi dan memajukan partisipasi.

Page 8: Strategi pembelajaran inkuiri

Penggunaan Strategi Inkuiri Berorientasi Diskoveri dilakukan melalui langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi focus inkuiri secara jelas.

b. Mengajukuan suatu pertanyaan tentang fakta.

c. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada

langkah 2.

d. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipótesis dan menyatakan jawaban

sebagai proporsi tentang fakta.

                                                       Inkuiri Berdasarkan Kebijakan (Policy-Based Inquiry)

Inkuiri berdasarkan kebijakan adalah suatu bentuk inkuiri yang lebih proaktif yang berkenaan

dengan adnya proposisi-proposisi kebijakan, yakni pertanyaan ”Apa yang harus”, yang

berorientasi pada tindakan, hal mana bertentangan dengan proposisi fakta pernyataan tentang

”Apa”.

Pendekatan ini dilandasi oleh asumsi bahwa:

a. Tujuan utama pendidikan harus menjadi ulangan refflektif terhadap nilai-nilai dan isu-isu

penting dewasa ini.

b. Ilmu sosial harus dipelajari dalam pelajaran tentang upaya untuk mengembangkan solusi-

solusi masalah-masalah yang berarti.

c. Situasi-situasi inkuiri memungkinkan siswa mengembangkan kesadaran dan

memfasilitasi tentang peran dan fungsi kelompok serta teknik-teknik pembuatan

keputusan.

Model inkuiri ini dilaksanakan oleh kelompok dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membentuk kelompok-kelompok inkuiri. Masing-masing kelompok dibentuk

berdasarkan rentang intelektual dan ketrampilan-ketrampilan sosial.

b. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada sesama kelompok. Tiap kelompok

diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.

Page 9: Strategi pembelajaran inkuiri

c. Membentuk proposisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pertanyaan

apa yang harus dikerjakan.

d. Merumuskan semua istilah yang berkembang dalam proposisi kebijakan.

e. Menyelidik validitas logis dan konsistensi internal pada proposisi dan unsur-unsur

penunjangnya.

f. Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur/isi proposisi.

g. Menganalisis solusi-solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok.

h. Menilai proses kelompok. (Oemar Hamalik, 2005: 220-224).

I.       PENDEKATAN INKUIRIPendekatan inquiry harus memenuhi empat kriteria ialah kejelasan, kesesuaian ketepatan dan

kerumitannya. Setelah guru mengundang siswa untuk mengajukan masalah yang erat

hubungannya dengan pokok bahasan yang akan diajarkan, siswa akan terlibat dalam kegiatan

inquiry dengan melalui 5 fase ialah:

Fase 1 : Siswa menghadapi masalah yang dianggap oleh siswa memberikan tantangan untuk

diteliti.

Fase 2 : Siswa melakukan pengumpulan data untuk menguji kondisi, sifat khusus dari objek teliti

dan pengujian terhadap situasi masalah yang dihadapi.

Fase 3 : siswa mengumpulkan data untuk memisahkan variabel yang relevan, berhipotesis dan

bereksperimen untuk menguji hipotesis sehingga diperoleh hubungan sebab akibat.

Fase 4 : merumuskan penemuan inquiry hingga diperoleh penjelasan, pernyataan, atau prinsip

yang lebih formal.

Fase 5 : melakukan analisis terhadap proses inquiry, strategi yang dilakukan oleh guru maupun

siswa. Analisis diperlukan untuk membantu siswa terarah pada mencari sebab akibat.

Agar teknik dalam fase-fase diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka memerlukan

kondisi-kondisi sebagai berikut :

a.       Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi

b.      Kondisi lingkungan yang responsive

c.       Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian

d.      Kondisi yang bebas dari tekanan

Dalam teknik inkuiri seorang guru berperan untuk :

Page 10: Strategi pembelajaran inkuiri

a.       Menstimulir dan menantang siswa untuk berfikir

b.      Memberikan fleksibilitas atau kebebasab untuk berinisiatif dan bertindak

c.       Memberikan dukungan untuk “inkuiri”

d.      Menentukan diagnose kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya

e.       Mengidentifikasi dan menggunakan “teach able moment” sebaik-baiknya

Hal-hal yang perlu distimulir dalam proses belajar melalui “inkuiri” :

a.       Otonom siswa

b.      Kebebasan dan dukungan pada siswa

c.       Sikap keterbukaan

d.      Percaya pada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri

e.       Self-concept

f.       Pengalaman inkuiri, terlibat dalam masalah-masalah (Roestiyah N.K, 2008: 79-80)

J.      KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN INKUIRI

1)      Keunggulan yang dapat dikemukakan dari inkuiri adalah sebagai berikut :

a.       Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat

mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

b.      Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi baru.

c.       Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur

dan terbuka.

d.      Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

e.       Memberi kepuasan yang bersifat intrinsic.

f.       Situasi proses belajar jadi lebih merangsang kerja otak.

g.      Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

h.      Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

i.        Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara yang tradisional.

j.        Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan

mengakomodasi informasi. (Roestiyah N.K, 2008: 76-77)

k.       Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya siswa

yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam

belajar. (Akhmad Sudradjat, 2007)

2)      Kelemahan Inkuiri

Page 11: Strategi pembelajaran inkuiri

a.       Jika SPI digunakan sebagai pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan

keberhasilan siswa.

b.      Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa

dalam belajar.

c.       Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga

sering kali guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang ditentukannya.

d.      Selama criteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai pelajaran,

maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. (Wina Sanjaya, 2010: 208-209)

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. ”Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta : Rineka Cipta.

Damayanti, Gebi. 2009. ”Model Pembelajaran Inkuiri”. Jakarta : Rineka Cipta.

Tersedia di http://gebi.blogspot.com/2010/07/model-pembelajaran-inkuiri.html Diakses pada tanggal 25 September 2010.

Hermalik, Oemar. 2005. “Proses Belajar Mengajar”. Jakarta : Bumi Aksara.

Herfis. 2009. “Pembelajaran Inkuiri”. Jakarta : Bumi Aksara.

Page 12: Strategi pembelajaran inkuiri

Tersedia di http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html Diakses pada tanggal 01 Oktober 2010.

Ibrahim, Muslimin. Selasa, 24 Juli 2007. “Pembelajaran Inkuiri”. Jakarta : Rineka Cipta.

Subroto, Suryo. 2002. ”Proses Belajar Mengajar di Sekolah”. Jakarta: Rineka Cipta. 2002.

Roestiyah, N.K. 2008. “Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta : Rineka Cipta.

Wina Sanjaya. 2007 ”Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”. Jakarta: Kencana.

Winatapura, U. S. 1993. Strategi belajar mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud.

Tersedia di http://ahmad_sudrajat.wordpress.com/2011/09/12/pembelajaran_inkuiri/ Diakses pada tanggal 17 September 2011.

Page 13: Strategi pembelajaran inkuiri

Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model PembelajaranPosted on 12 September 2008 by Akhmad Sudrajat — 311 Komentar

oleh: Akhmad Sudrajat

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna,

sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan pengertian istilah – istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Strategi pembelajaran.

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam Strategi Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya,

Page 14: Strategi pembelajaran inkuiri

2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).

Metode pembelajaran

Jadi, metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Teknik Pembelajaran

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Taktik Pembelajaran.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)

Model Pembelajaran

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Page 15: Strategi pembelajaran inkuiri

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran.  Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

==========

Sumber:

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (hxxp://smacepiring.wordpress.com/)

=========