Upload
merisajanuarti
View
2.492
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
YURISDIKSI HUKUM INTERNASIONAL
DISUSUN OLEH:
NAMA: BELLA OKTARINA
NIM: 502014344
DOSEN: Hj. HELMI IBRAHIM,SH.,M.Hum
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2015/2016
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
yurisdiksi hukum internasional.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang yurisdiksi hukum internasional
Palembang, Oktober 2015
A. Pengertian Yurisdiksi
Yurisdiksi merupakan refleksi dari prinsip dasar kedaulatan negara, kedaulatan
negara tidak akan diakui apabila negara tersebut tidak memiliki jurisdiksi,
Yurisdiksi atau jurisdiksi adalah wilayah/daerah tempat berlakunya sebuah
undang-undang yang berdasarkan hukum. Kata ini berasal dari bahasa
Latin ius, iuris artinya "hukum" dan dicere artinya "berbicara”
persamaan derajat negara dimana kedua negara yang sama-sama merdeka dan
berdaulat tidak bisa memiliki jurisdiksi (wewenang) terhadap pihak lainnya
(equal states don’t have jurisdiction over each other)27, dan prinsip tidak turut
campur negara terhadap urusan domestik negara lain.
Kata “yurisdiksi” sendiri dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Inggris “Jurisdiction”. “Jurisdiction” sendiri berasal dari bahasa Latin
“Yurisdictio”, yang terdiri atas dua suku kata, yuris yang berarti kepunyaan
menurut hukum, dan diction yang berarti ucapan, sabda, sebutan, firman. Jadi,
dapat disimpulkan yurisdiksi berarti :
a. Kepunyaan seperti yang ditentukan oleh hukum.
b. Hak menurut hukum.
c. Kekuasaan menurut hukum.
d. Kewenanagan menurut hukum.
B. Prinsip-Prinsip Yurisdiksi dalam Hukum Internasional
a. Prinsip Yurisdiksi Teritorial
Menurut prinsip ini setiap Negara memiliki yurisdiksi terhadap kejahatan-kejahatan yang dilakukan di dalam wilayah atau teritorialnya. Dibandingkan prinsi-prinsip lain, prinsip territorial merupakan prinsip yang tertua, terpopuler dan terpenting dalam pembahasan yurisdiksi dalam HI. Menurut Hakim Loed Macmillan, suatu Negara harus memiliki yurisdiksi terhadap semua orang, benda dan perkara-perkara perdata dan pidana dalam batas-batas territorialnya sebagai pertanda Negara tersebut berdaulat. Pengadilan Negara di mana suatu kejahatan dilakukan memiliki yurisdiksi terkuat dengan pertimbangan:
a. Negara dimana kejahatan dilakukan adalah Negara yang ketertiban sosialnya paling terganggu;b. Biasanya pelaku ditemukan Negara dimana kejahatan dilakukan;c. Akan lebih mudah menemukan saksi dan bukti-bukti sehingga proses persidangan dapat lebih efisien dan efektif;d. Sesroang WNA yang dating ke wilayah suatu Negara dianggap menyerahkan diri pada system HN Negara tersebut, sehingga ketika ia melakukan pelanggaran HN di Negara yang ia datangi maka ia harus tunduk pada hokum stempat meskipun mungkin apa yang ia lakukan sah (lawful) menurut system HN negaranya sendiri.
Dengan demikian, ketika seorang WN Australia tertangkap basah menyimpan dan memperjualbelikan ganja di sebuah hotel Denpasar, Bali Indonesia dapat menerapkan yurisdiksi teritorialnya terhadap orang tersebut.
Meskipun penting, kuat dan popular, penerapan yurisdiksi territorial tidaklah absolute. Ada beberapa perkecualian yang diatur dalam HI dimana Negara tidak dapat menerapkan yurisdiksi territorialnya, meskipun suatu peristiwa terjadi di wilayahnya, beberapa perkecualian yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Terhadap pejabat diplomatic negara asingb. Terhadap negara dan kepala negara asingc. Terhadap kapal public negara asingd. Terhadap organisasi internasionale. Terhadap pangkalan militer negara asing
b. Prinsip Teritorial SubjektifBerdasarkan prinsip ini Negara memiliki yurisdiksi terhadap seseorang yang melakukan kejahatan yang dimulai dari wilayahnya, tetapi diakhiri atau menimbulkan kerugian di Negara lain. Didekat perbatasan wilayah Indonesia-Malaysia, A yang berada di wilayah Indonesia menembak B yang berada di seberang perbatasan (wilayah Malaysia). Dalam kasus ini, Indonesia memiliki dasar untuk mengadili A berdasarkan prinsip territorial subjektif karena A melakukan kejahatan yang dimulai dari wilayah Indonesia meskipun kerugiannya timbul di wilayah Malaysia.
c. Prinsip Teritorial ObjektifBerdasarkan prinsip ini sutau Negara memiliki yurisdiksi terhadap seseorang yang melakukan kejahatan yang menibulkan kerugian di wilayahnya meskipun perbuatan itu dimulai dari Negara lain. Prinsip territorial objektif muncul pertama dalam kasus Lotus, dimana kapal Prancis menabrak kapal Turki yang mengakibatkan kapal Turki tenggelam. Turki mengklaim memiliki yurisdiksi terhadap kapal Prancis karena menderita kerugian yang ditimbulkan oleh kapal (wilayah eksttrateriotrial) Prancis. Dalam kasus A di atas, Malaysia juga dapat mengklaim memiliki yurisdiksi untuk mengadili A karena telah menimbulkan kerugian yaitu tertembaknya B di wilayah Malaysia, meskipun penembakan dilakukan A dari wilayah Indonesia.
d. Prinsip Nasionalitas AktifBerdasarkan prinsip ini Negara memiliki yurisdiksi terhadap warga yang melakukan kejahatan di luar negeri. Indonesia memiliki yurisdiksi untuk mengadilil TKI yang membunuh majikannya di Arab Saudi atas dasar prinsip ini. Dalam praktik sering terjadi klaim yang tumpang tindih dari beberapa Negara karena pelaku kejahatan memiliki kewarganegaraan ganda. Karenanya sangat penting bagi suatu Negara untuk membuat aturan tegas siapa yang berhak mendapatkan kewarganegaraan di negaranya.
e. Prinsip Nasionalitas PasifBerdasarkan prinsip ini Negara memiliki yurisdiksi terhadap warganya yang menjadi korban kejahatan yang dilakukan orang asing di luar negeri. Dengan prinsip ini maka Indonesia akan memiliki yurisdiksi berdasarkan prinsip nasionalitas pasif terhadap Philip (Warga Filipina)
yang membunuh Soni (Warga Indonesia) di Thailand. Dalam kasus US v Yunis 1989, Amerika mengadili Yunis, warga Libanon yang dituduh terlibat pembajakan pesawat Yordania di Timur Tengah atas dasar prinsip nasionalitas pasif. Beberapa warga AS yang ada dalam pesawat Yordania itu menjadi korban perbuatan Yunis.
f. Prinsip UniversalBerdasarkan prinsip ini setiap Negara memiliki yurisdiksi untuk mengadili pelaku kejahatan internasional yang dilakukan dimanapun tanpa memperhatikan kebangsaan pelaku maupun korban. Alas an munculnya prinsip ini adalah bahwa pelaku dianggap orang yang sangat kejam, musuh seluruh umat manusia, jangan sampai ada tempat untuk pelaku meloloskan diri dari hukuman, sehingga tuntutan yang dilakukan oleh suatu Negara terhadap pelaku adalah atas nama seluruh masyarakat internasional.
C. Jenis-jenis Yurisdiksi
Yurisdiksi dapat dibedakan atas :
1. Yurisdiksi Perdata. Yurisdiksi perdata adalah kewenangan hukum pengadilan
terhadap perkaraperkara yang menyangkut keperdataan baik yang bersifat
nasional, maupun internasional (yaitu bila para pihak atau obyek perkaranya
terhadap unsur hukum asing).
2. Yurisdiksi Pidana. Yurisdiksi pidana adalah kewenangan (hukum) pengadilan
terhadap perkara-perkara yang bersifat kepidanaan, baik yang tersangkut di
dalamnya unsur asing maupun tidak.
Berdasarkan hak, kekuasaan dan kewenangan mengaturnya, yurisdiksi
suatu negara di dalam wilayah negaranya dapat terbagi atau tergambarkan oleh
kekuasaan atau kewenangan sebagai berikut:
1. Yurisdiksi Legislatif. Yaitu kekuasaan membuat peraturan atau
perundang-undangan yang mengatur hubungan atau status hukum orang atau
peristiwa-peristiwa hukum di dalam wilayahnya. Kewenangan seperti ini
biasanya dilaksanakan oleh badan legislatif sehingga acapkali disebut pula
sebagai yurisdiksi legislatif atau preskriptif (legislative jurisdiction atau
prescriptive jurisdivtion).
2. Yurisdiksi Eksekutif. Yaitu kekuasaan negara untuk memaksakan atau
menegakkan (enforce) agar subyek hukum menaati hukum. Tindakan pemaksaan
ini dilakukan oleh badan eksekutif negara yang umumnya tampak pada bidang-
bidang ekonomi, misalnya kekuasaan untuk menolak atau memberi izin, kontrak-
kontrak, dan lain-lain. Yurisdiksi ini disebut sebagai yurisdiksi eksekutif
(executive jurisdiction). Ada pula sarjana yang menyebutnya dengan enforcement
jurisdiction (yurisdiksi pengadilan). 34 Huala Adolf, Op. Cit., hal.186. 35Ibid,
hal.184. Universitas Sumatera Utara
3. Yurisdiksi Yudikatif. Yaitu kekuasaan pengadilan untuk mengadili
orang (subyek hukum) yang melanggar peraturan atau perundang-undangan
disebut pula sebagai Judicial jurisdiction.
D. Yurisdiksi Negara dalam Hukum Internasional.
Setiap negara berdaulat yang telah diakui pasti memiliki yurisdiksi untuk
menunjukkan kewibawaannya pada rakyatnya atau pada masyarakat
internasional. Diakui secara universal baik setiap negara memiliki kewenangan
untuk mengatur tindakan-tindakan dalam teritorinya sendiri dan tindakan lainnya
yang dapat merugikan kepentingan yang harus dilindunginya.
E. Dalam hukum internasional Negara
dapat menjalankan yurisdiksi berdasarkan empat asas berikut :
1. Asas Teritorial
2. Asas Nasionalitas/Personalitas –> aktif dan pasif
3. Asas Kepentingan Negara
4. Asas Universal
Asas Teritorial, menentukan bahwa negara dapat menjalankan
yurisdiksi atas hukumnya terhadap setiap individu dan badan hukum yang
berada di Wilayah teritorialnya tanpa melihat status kewarganegaraan
individu ataupun badan hukum (teritorialnya meliputi darat laut dan udara).
contoh kasus : WNA bila melakukan kejahatan di Wilayah teritorial
Indonesia dapat ditangkap, ditahan dan diadili di Indonesia.
Asas Nasionalitas/Personalitas, menentukan bahwa Negara dapat
menjalankan yurisdiksinya berdasarkan kewarganegaraan dari Indovidu
atau badan hukum. Asas nasionalitas dapat didasarkan pada
kewarganegaraan pelaku (nasionalitas aktif) dan Kewarganegaraan
Korban (nasionalitas pasif).
� Asas Kepentingan Negara, menentukan bahwa Negara dapat
menjalankan yurisdiksinya berdasarkan kepentingan dan keamanan Negara yang
merasa terancam, meskipun tindakan di luar negara tersebut dan oleh pelaku yang
tidak berkewarganegaraan dari Negara yang terancam
Asas Universal, menentukan bahwa Negara mana saja dan kapan
saja dapat menjalankan yurisdiksinya apabila ada individu yang
melakukan kejahatan internasional. Asas ini terkait erat dengan individu
sebagai subjek hukum internasional.
Daftar pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17442/3/Chapter%20II.pdf
https://am8ara.wordpress.com/2012/05/01/yurisdiksi-negara/
http://ishma-alhamid.blogspot.co.id/2013/05/yurisdiksi-negara-dalam-hukum.html