Upload
wahyu-yuns
View
432
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Aspek Yuridis PelaksanaanCSR di Indonesia
Wahyu Yun SantosoFakultas Hukum UGM
Hp. 081328605445Email: [email protected]
Konsep Teoritis
Perkembangan Konsep CSRWujud tanggung jawab sosial organisasi berkembang di awal tahun 60-an, sebagai respon terhadap nilai-nilai sosial yang berubah, dengan munculnya perdebatan tentang isu-isu sosial yang mengharuskan organisasi untuk mematuhi tanggung jawab hukum yang baru.Isu-isu bisa berupa kesempatan kerja, lingkungan hidup atau keamanan produk dan sebagainya. Dengan tanggung jawab sosial berarti organisasi dapat dipandang dari 2 sisi yaitu : Sebagai lembaga bisnis yang mencari keuntungan, disisi lain dipandang juga sebagai lembaga sosial lantaran memikul beban tanggung jawab bagi masyarakat.
Create Profit Inc. menggambarkan 3 tahapan perkembangan konsep tanggung jawab sosial organisasi bisnis dalam konteks community relations:
1. Th 1960-1970-an, pemberian sumbangan sebagai respon atas kebutuhan lokal dan manajemen CEO
2. Th.1980-1990-an, berkembang model kewarga negaraan korporat
3. Th.1999 berkembang konsep aliansi strategis yang terkait dengan tujuan organisasi.
Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) seringkali dikaitkan dengan isu GCG (good corporate governance) dan Triple Bottom Line.
Hubungan CSR dengan GCGGood corporate governance (GCG), dalam arti sempit dipahami sebagai suatu sistem dan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan, terutama antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.
Sedangkan dalam arti luas, GCG digunakan untuk mengatur hubungan seluruh kepentingan stakeholders secara proporsional dan mencegah terjadinya keslahan-kesalahan yang signifikan dalam strategi perusahaan sekaligus memastikan bahwa kesalahan yang terjadi bisa diperbaiki dengan segera.
Dalam tataran praktis, GCG merupakan tatakelola perusahaan yang baik agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk.
Terdapat lima prinsip GCG yang dijadikan pedoman bagi pelaku bisnis, yaitu:1. Transparency (keterbukaan informasi)2. Accountability (Akuntabilitas)3. Responsibility (Tanggung Jawab)4. Independency (kemandirian)5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Berdasarkan prinsip-prinsip GCG tersebut, terutama prinsip responsibility, dapat ditarik benang merah keterkaitan antara CSR dan GCG. Penerapan prinsip responsibility tersebut, perusahaan memperhatikan kepentingan stakeholdernya sebagai bentuk konsekuensi dari operasional perusahaannya.Penerapan CSR adalah salah satu bentuk implementasi dari konsep Good Corporate Governance (GCG).
Konsep CSR juga sering dikaitkan dengan konsep Triple Bottom Line, yaitu bahwa perusahaan tidak hanya mengedepankan aspek ekonomi saja, tetapi juga aspek sosial dan lingkungannya
Konsep Triple Bottom LineJohn Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan social justice.
Menurut Elkington, perusahaan yang ingin berkelanjutan harus memperhatikan ‘3P’ (Profit, People, Planet), yaitu bahwa selain mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkonstribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet)
Kerangka Hukumdan Penerapan
LATAR BELAKANG PEMBENTUKANHUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA
Deklarasi STOCKHOLM
(1972)
Deklarasi RIO DE JANEIRO
(1992)
Program Pembangunan Nas UU No. 4 Tahun 1982 (UULH) UU No. 23 Tahun 1997 (UUPLH)
UU No. 32 Tahun 2009 (UUPPLH)
Pengaturan ECO-SUSTAINABLE DEVELOPMENT1. Pemanfaatan SDA secara rasional2. Pembangunan tanpa merusak (Eco-Development)3. Keterpaduan pengelolaan (Integrated Policy)4. Keadilan ANTAR dan INTER GENERASI
PRINSIP-PRINSIP DEKLARASI STOCKHOLM & RIO DE JANEIRO
(diadopsi dalam perundang-undangan Nasional)
1. Tanggung jawab negara (State Responsibility) 2. Hak dasar atas LH (Right to Environment) 3. Keterpaduan pengelolaan LH 4. Hak berperan serta (Popular Participations) 5. Aksesibilitas pada informasi 6. Precautionary Principles 7. Polluter Pays Principle 8. Tanggung Jawab Mutlak (Strict Liability) 9. Keadilan inter dan antar generasi 10. Kewajiban bekerjasama 11. Aksesibilitas pada teknologi lingkungan 12. Hak bersama atas SDA lintas batas
Harry Supriyono/04/2002
Definisi CSR
• Pasal 1 angka 3 UUPT adalah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya
• Penjelasan Pasal 15, huruf b UU PM adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Lanj..
WBCSD; CSR adalah "Corporate Social Responsibility is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”
World Bank menjelasan CSR adalah The commitment of business to contribute to sutainable economic development working with employees and their representatives the local community at large to improve quality of life in ways that both good for business and good for development.
UU No. 40 Tahun 2007 ttg Perseroan Terbatas• Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen
Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. (Psl 1)
• Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atauberkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. (Psl 74 ay. 1)
• Dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (ay. 2)
• Sanksi jika tdk dilaksanakan (ay. 3) dan akan diatur lbh lanjut dgn PP (ay. 4)
UU No. 25 Tahun 2007 ttg Penanaman Modal
• Penanaman modal melalui bentuk PT wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (Psl 15)
Sanksi dalam UU Penanaman Modal
Jika tidak, dapat dikenakan sanksi administratif untuk kegiatannya berupa: a. peringatan tertulis; b. pembatasan kegiatan usaha; c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau
fasilitas penanaman modal; atau d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau
fasilitas penanaman modal. (Psl. 34)
UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMNPasal 88 ayat (1) yang menyebutkan:• ”BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya
untuk keperluan pembinaan usaha kecil/ koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN”
• Ketentuan tersebut diperjelas melalui Melalui Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan (selanjutnya ditulis Per-05/MBU/2007).
• Dalam Pasal 1 angka 6 Per-05/MBU/2007 tersebut Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (selanjutnya ditulis PKBL). antara BUMN dengan Usaha Kecil dilakukan dengan pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Safety Regulation v. Liability• Steven Shavell theory:
– Information assymetri;– Insolvency risks;– Threat of liability suits;– Administrative cost
Federalism v. decentralism• Problem of:
Grandfathering;Race to the bottom.
KLHSTata ruang
AMDAL
PerizinanUKL-UPL
Kriteria baku kerusakan LH
Baku mutu LH
Instrumen ekonomi LH
Audit LHAnalisis risiko
LH
Anggaran berbasis LH
PUU berbasis LH
Instrumen lain sesuai
kebutuhan
Instrumen Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup
(UU 32/2009)
Sumber: Pasal 14 UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
abc
defg
h
i
jklm
Amdal dan UKL UPL bukan sebagai alat serbaguna yang dapat menyelesaikan segala persoalan lingkungan hidup. Efektivitas amdal dan UKL UPL sangat ditentukan oleh pengembangan berbagai instrument lingkungan hidup lainnya
Lingkungan