Upload
wahyu71
View
362
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM PENGAWASAN IMPORTASI BARANG
LARANGAN PEMBATASAN
TUGAS POKOK & FUNGSI DJBC(Berdasarkan Keppres 109 Tahun 2001 & Keppres 23 Tahun 2004 j.o. KMK 466/KMK.01/2006)
Tugas Pokok :
Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang Kepabeanan dan Cukai berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Menteri Keuangan dan Peraturan Perundangan yang berlaku
Fungsi :• Penyiapan perumusan kebijakan di bidang Kepabeanan dan Cukai• Pelaksanaan kebijakan di bidang Kepabeanan dan Cukai• Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang Kepabeanan dan Cukai • Pemberian bimbingan teknis di bidang Kepabeanan dan Cukai• Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.
Tugas :• Pelayanan dan Pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk dan keluar wilayah Republik
Indonesia • Pemungutan Penerimaan Negara berupa Bea Masuk dan Cukai serta Pungutan Negara lainnya
Landasan Hukum Pelaksanaan Tugas :• Undang-Undang No. 17 tahun 2006 jo. Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan• Undang-Undang No. 39 tahun 2007 jo. Undang-Undang No. 11 Tahun 1995 Tentang Cukai
Trade FacilitatorIndustrial AssistanceRevenue CollectorCommunity Protector
Aspek Penerimaan
Aspek PelayananAspek Pengawasan
TUGAS danFungsi DJBC :
Aspek SDM (Integritasdan Kesejahteraan)
Aspek Kelembagaan
Tugas dan Fungsi DJBC
Pelayanan & Pengawasan atas Lalulintas Barang yang Masuk dan Keluar Daerah Pabean Indonesia
Pemungutan Bea Masuk & Cukai serta Pungutan Negara lainnya
( KEPPRES No. 23 Thn. 2004 dan
Kep.Menkeu 466/KMK.01/2006 )
ProgramDanKebijakanDi BidangKEPABEANAN
ProgramDanKebijakanDi BidangCUKAI
ProgramDanKebijakanDi BidangLAINNYA
Trade Facilitator/Memfasilitasi Perdagangan
Industrial Assistance/ Melindungi Industri Dalam Negeri
RevenueCollector/KontribusiPenerimaan APBN
Community Protector/Melindungi Masyarakat
PelaksanaanTugas danFungsiDi BidangKEPABEANAN
Pemberian Jalur Prioritas Pengembangan Sistim Otomasi
Kepabeanan Sistim Pembayaran Elektronik / Online Selektifitas Pemeriksaan Pabean
Kawasan Berikat, Gudang Berikat Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) Fasilitas impor Mesin, Brg Modal, Bahan
Baku Fasilitas Pembebasan BM Industri Tertentu
Penanggulangan Penyelundupan Penanggulangan Pelanggaran Kepabeanan Pengawasan Barang Larangan & Pembatasan
Optimalisasi Penerimaan Negara Optimalisasi Penagihan Tunggakan Penyempurnaan Administrasi Penerimaan
Peningkatan kecepatan pelayanan Kelancaran arus barang impor/ekspor Kepastian waktu pelayanan Penghilangan ekonomi biaya tinggi Proses pelayanan mudah & sederhana Transparansi & keterbukaan pelayanan
Penanggulangan Penyelundupan Pemberantasan Perdagangan Ilegal Pencegahan Pelanggaran Kepab.& Cukai Penegakan Hukum yang optimal Akuntabilitas & kinerja Unit Pengawasan
Peningkatan Integritas Pegawai Penetapan Kode Etik & Perilaku Pembinaan Moral dan Etika Pemberian Sanksi & Penghargaan Saluran Pengaduan Etika & Perilaku
Pelayanan
Pengawasan
Integritas SDM
Tugas danFungsi DJBC
Trade Facilitator
Industrial Assistance
Revenue Collector
Community Protector
Aspirasi / Tuntutan Masyarakat
Pelayanan >< Pengawasan
Kegiatan OperasionalDJBC
Tugas Pokokdan Fungsi
DJBC
PELAYANAN PENGAWASAN
Kelancaran Arus Barang Impor/Ekspor Kecepatan Pelayanan Dokumen & Brg Pengurangan Ekonomi Biaya Tinggi Kemudahan Proses Pelayanan Pemberian Fasilitas Kepabeanan Transparansi & Keterbukaan Pelayanan
Pengamanan Kepentingan Nasional Perlindungan Kesejahteraan Masyarakat Perlindungan Industri Dalam Negeri Perlindungan Konsumen Dalam Negeri Pengamanan Kebijakan Perdagangan Pemungutan Penerimaan BM + PDRI
Efisiensi Pelayanan
PENCAPAIANTUJUAN, SASARAN,
VISI DAN MISID J B C
Efektifitas Pengawasan
Post AuditKep. Dirjen No 12 Tahun 2000
Prosedur Pemeriksaan Barang Impor
• Penelitian dokumen
• Pemeriksaan fisik barang
UTPK
Kantor Pelayanan BC
Pemeriksaan Fisik
PenelitihanDokumen
SPPB
E D INetwork
Validasi / Cek Data
Jalur MerahJalur Hijau
Penetapan Jalur
Modul PIB
Importir
Bank
Modul Bank
Analyzing Point
Brg LaranganPembatasan
Importir
Instansi Lain (Other Govt Ag.)
Ya
Tidak
Jalur Prioritas
Gate-OutSystem
SPPB
Komputer/Sistem KPBC
Sistem Aplikasi Pelayanan Impor (Pada Komputer Kantor Pelayanan)
Komputer KPBC
Kantor Pelayanan BCPersetujuan
Ekspor
Eksportir
Modul PEBMandatory
CheckPEB
Penelitian BarangLarangan/ Pembatasan
Analyzing Point
ContentCheck
Instansi Lain(Import License)
Sistem Aplikasi Pelayanan Ekspor (EDI-Ekspor)
PemuatanKe Kapal
E D INetwork
Fas.KITE
Pemeriks Fisik
Pemeriksaan Hi Co Scan
SISTEM PENGAWASAN IMPOR
BARANG IMPOR
PEMERIKSAAN FISIK
PENELITIAN DOKUMEN
SELEKTIF
JALUR MERAH
JALUR HIJAU
NHI/ NI
Kapal sandar di Kade Pembongkaran / Pemuatan Kontainer
Pelayanan Impor/Ekspor Pemasukan/Pengeluaran Barang
1. CIQ (Customs, Immigr, Quarant)
2. Kepanduan (Jasa Pandu)
3. Pelindo (Proses +biaya tambat)
1. Operator Terminal2. Agen Kapal (THC)3. Pengelola TPS4. Perusahaan
Bongkar Muat
Instansi Penerbit Ijin/ Rekomendasi (Tata Niaga Impor / Ekspor)
1. Customs2. Pelindo3. Operator Terminal4. TKBM (Tenaga Kerja
Bongkar Muat)
1. Customs2. Polisi3. KPLP4. Security5. Pelindo (pas pelabuhan)6. Satuan Pengawal barang
Departemen Perdagangan Departemen Perindustrian Departemen Pertanian Departemen Perhubungan
Departemen Kelautan & Perikanan Departemen Kehutanan Departemen Kesehatan Departemen ESDM
Kementerian Lingkungan Hidup Mabes TNI/ POLRI, Dephan BPOM, BAPETEN, BOTASUPAL Instansi Teknis Lainnya
LINI I GATE
Instansi Terkait dalam Kegiatan Impor di Pelabuhan Laut
Pasal 53 UU No. 17 Th 2006 Jo. UU No. 10 Th 1995 Ketentuan Barang Larangan dan Pembatasan
(1) Untuk kepentingan pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan larangan dan pembatasan, instansi teknis yang menetapkan peraturan larangan dan/atau pembatasan atas impor atau ekspor wajib memberitahukan kepada Menteri.
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan pengawasan peraturan larangan dan/atau pembatasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri.
(3) Semua barang yang dilarang atau dibatasi yang tidak memenuhi syarat untuk diimpor atau diekspor, jika telah diberitahukan dengan pemberitahuan pabean, atas permintaan importir atau eksportir: dibatalkan ekspornya; diekspor kembali; atau dimusnahkan di bawah pengawasan pejabat bea dan cukai kecuali terhadap barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau diekspor yang tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dinyatakan sebagai barang yang dikuasai negara, kecuali terhadap barang dimaksud ditetapkan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(1) Ketentuan larangan & pembatasan impor yg ditetapkan oleh instansi teknis
MENKEU : ditetapkan dan dilaksanakan oleh DJBC
(2) Barang yg impornya dilarang/dibatasi
diberitahukan & sesuai ttptdk memenuhi syarat ketentlarangan/pembatasan
atas permintaan ybsa. dibatalkan ekspornyab. di re-eksporc. dimusnahkan di bawah. pengawasan pejabat BC
(3) Barang yang impornya dilarang/dibatasi
Tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar
- Barang yg dikuasai negara- Sesuai ketentuan larangan/
pembatasan
Ketentuan Pengawasan Barang larangan dan pembatasan
PASAL 53 UU NO. 17 TAHUN 2006 Jo. NO. 10 TAHUN 1995 TTG KEPABEANAN
Penyelesaian
POLA PENGAWASAN IMPOR
1. Analyzing Point => penelitian pemenuhan persyaratan impor
2. Manajemen Risiko berdasarkan Profil Importir dan Profil Komoditi (Profiling=>Risk Assesment=>Targetting)
3. Pemeriksaan Fisik :
# Hi-Co Scan X-Ray Container Inspection
# Pemeriksaan Fisik (Tkt.Pemeriks. 10%, 30% dan 100%)
PROSEDUR PENANGANAN BARANG LARANGAN DAN PEMBATASAN
DATA KOMODITI TATANIAGA LARANGAN/PEMBATASAN IMPOR
INSTANSI JUMLAH PERATURAN JUMLAH HS
BADAN POM 4 1.106
BANK INDONESIA 1 1
BAPETEN 1 10
BOTASUPAL 1 3
KEMENTERIAN ESDM 3 11
KEMENTERIAN BUDAYA & PARIWISATA 1 8
KEMENTERIAN HANKAM 2 18
KEMENTERIAN KEHUTANAN 1 94
KEMENTERIAN KESEHATAN 6 554
KEMENTERIAN PERDAGANGAN 36 4.760
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 1 37
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2 2.371
KEMENTERIAN PERTANIAN 5 1.164
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 3 210
POLRI 1 44
JUMLAH 68 10.391
DASAR HUKUM PENGAWASAN IMPOR BPO DAN LIMBAH B3 DAN NON B3
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Jo. UU Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan;
• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
• Keputusan Presiden RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Ratifikasi Konvensi Viena tentang Perlindungan Lapisan Ozon dan Protokol Montreal;
• Keputusan Presiden RI Nomor 92 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Protokol Montreal;
• Keputusan Presiden no.61 1993 tentang Ratifikasi Konvensi Basel tentang Limbah B3
• Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun;
• Kep Menperindag Nomor : 111/MPP/Kep/1/1998 Jo. 411/MPP/Kep/9/1998 Jo. 789/MPP/Kep/12/2002
• Peraturan Menteri Perdagangan RI No : Per-03/M-DAG/PER/1/2012 tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Ozon (BPO)
• Pelarangan impor sampah berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
• Dilarang Impor untuk BPO pada Lampiran I yaitu untuk jenis; Halon 1211 (Bromo Khlorodifluoro Metana), Halon 1301 (Bromo Trifluoro Metana), Halon 2402 (Dibromo Tetra Fluoro Etana), CCL4/CTC (Karbon Tetrachlorida), CH3CCl3/ Metil Kloroform,Metilbromida,CFC11,CFC12;
• Diatur tataniaga impornya untuk BPO pada Lampiran II jenis metil bromide, HCFC.
Ketentuan Impor BPO menurut Per-03/M-Dag/Per/1/2012
Persyaratan Impor BPO menurut Per-03/M-Dag/Per/1/2012
• Hanya dapat diimpor dari negara-negara yang terdapat dalam daftar yang diterbitkan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, oleh perusahaan yang telah mendapat pengakuan sebagai IP-BPO atau penunjukan sebagai IT-BPO;
• Hanya melalui Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Merak, Tanjung Mas, Tanjung Perak, Sukarno Hatta (Makassar), BatuAmpar Batam.
• Untuk setiap pelaksanaan impor BPO oleh IT-BPO harus mendapat persetujuan impor terlebih dahulu dari Direktur Jenderal Daglu Dep. Dag
PELABUHAN PEMASUKAN IMPOR BPO :
• Pelabuhan Belawan, Medan • Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta • Pelabuhan Merak, Cilegon • Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang • Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya • Pelabuhan Sukarno Hatta, Makassar• Pelabuhan Batu Ampar,Batam
Tantangan DJBC Dalam Pengawasan BPO
Perkembangan pengetahuan manusia
Peningkatan kemampuan dan teknikkejahatan dlm perdagangan
Modus Operandi1. Penyelundupan (Smuggling) memasukan/mengeluarkan brg ke dan dari Daerah Pabean tanpa mengindahkan sama sekali ketentuan kepabeanan
2. Pelanggaran uraian barang yg tidak benar dilakukan untuk memperoleh keuntungan dari BM yg rendah atau menghindari ketentuan larangan/pembatasan
3. Pelanggaran perijinan impor atau ketentuan larangan/pembatasan - pemberitahuan palsu - salah pemberitahuan Tujuan : menghindari kewajiban membayar hak-hak negara dan memasukkan barang-barang yang dilarang dan dibatasi
KENDALA DALAM PENGAWASAN BPO
1. KESULITAN PETUGAS BEA DAN CUKAI DALAM PEMERIKSAAN TABUNG BPO YANG BERUKURAN RAKSASA;
2. IDENTIFIKASI BARANG YANG HARUS DILAKUKAN SECARA LABORATORIS SEDANGKAN MELALUI KASAT MATA TIDAK DAPAT DILAKUKAN SEHINGGA MEMPERLAMA PROSES ENGELUARAN BARANG (PADA BEBERAPA KANTOR BEA CUKAI TELAH DILENGKAPI DGN “REFRIGERANT GAS IDENTIFIER” BANTUAN KLH);
3. STANDARISASI PENGEMAS JENIS BARANG BPO YANG DAPAT DIJADKAN ACUAN DALAM PENGIDENTIFIKASIAN BARANG.
TEKNIK-TEKNIK IMPOR ILEGAL BPO 1. Pemasukan BPO melalui pelabuhan-pelabuhan tidak resmi
yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia;2. Importasi BPO oleh pihak-pihak yang tidak berhak3. Pemalsuan label dan kemasan BPO;4. Pemberitahuan secara tidak benar / Penggunaan Deskripsi
Barang yang salah dalam PIB (misal : diberitahukan sebagai jenis barang yang tidak terkena ketentuan larangan dan pembatasan);
5. Menggunakan Klasifikasi Kode HS yang tidak benar (Missclassification /Switch HS Code)
6. Mencampur jenis barang yang tidak terkena ketentuan larangan dan pembatasan dengan jenis barang yang terkena ketentuan larangan dan pembatasan;
7. Mengemas BPO yang sudah dilarang dengan tabung/kemasan BPO yang masih diperbolehkan diimpor.
Pentingnya Koordinasi DJBC dengan Instansi Terkait (KLH, Kemendag, Badan POM,dll) seputar
Pengawasan Impor BPO
• Sosialisasi Pelaksanaan Ketentuan Impor BPO yang terbaru yaitu Per-03/M-Dag/Per/1/2012 kepada para stake holder (Petugas BC, Importir, Masyarakat Industri pengguna BPO, dll);
• Pertukaran Informasi antar instansi terkait;• Penyampaian data-data dari perusahaan yang telah
mendapat rekomendasi, pengakuan, atau penunjukkan sebagai IP / IT BPO;
• Penyampaian jumlah kuota impor yang diperbolehkan atas importasi suatu jenis BPO.
MOU antara Dirjen Bea dan Cukai dengan KLH• Pada tanggal 12 Desember 2005 Kementerian Lingkungan Hidup dan Dirjen
Bea dan Cukai Departemen Keuangan, menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang peningkatan pengawasan impor bahan perusak ozon (BPO) dalam rangka pengendalian impor BPO secara terpadu dan terkoordinasi antar instansi pemerintah terkait.
• Adalah bentuk tindak lanjut dari kewajiban pemerintah Indonesia untuk memenuhi ketentuan dalam konvesi Wina tentang perlindungan lapisan ozon dan Protokol Montreal tentang pengaturan BPO.
• Pemberian/Penyerahan bantuan berupa 20 alat refrigerant identifier produksi 2004 dari Jepang oleh KLH kepada Ditjen Bea Cukai untuk mempermudah tugas Ditjen Bea Cukai dalam mengawasi dan mengidentifikasi BPO yang diimpor
• Sebagai langkah tindak lanjutnya, pada 9 – 10 Mei 2006 KLH menyelenggarakan Pelatihan Identifikasi BPO dan Penggunaan Alat Refrigerant Identifier kepada Petugas Bea Cukai dari 18 KPPBC, Pusdiklat, dan Kantor Pusat DJBC dan berikut penyerahan alat identifier ke 18 masing-masing KPPBC dari seluruh Indonesia, 1 buah ke Pusdiklat, dan 1 buah ke Kantor Pusat.
Kantor Pelayanan BC
Customs ServiceSystem (CSS)
Customs IntelligenceDatabase System (CIS)
Kantor Pusat DJBC
Enforcement & IntelligenceSystem ( EIS )
Kantor Pusat DJBC
Profil Importir Profil PPJK Profil Pemasok Profil Komoditi Profil Agen Pely. Profil Sar.Pengkt. Informasi Intelijen Database Tarip HS Database Harga Database Lainnya
Komoditi dan atau Negara Asal
Penetapan Jalur Pelayanan Impor
Low Risk High Risk Komoditi dan atau NAYang Ditetapkan Pemerintah
Low Risk
Very Low Risk/Importir Jalur Prioritas
Pemeriksaan Fisik di Lokasi
Pemeriksaan Fisik 10%
Importir
Medium Risk
High Risk Pemeriksaan Fisik 100%
Pemeriksaan Fisik 30%
DatabaseSistem Aplikasi
Pelayanan Kepabeanan
Decision ofSelectivityProcess
Cusdec(Dok.PIB)
Cusres(No/Tgl BC1.1)(Manifest)
Jaringan EDI
Importir
Agen Pelayaran
(Manifest)
Cusres(No/Tgl BC1.1)
Cusres(No/Tgl BC1.1)
(Manifest)
LaporanPenimbunan
PT. Pelindo
Kantor PelayananBea dan Cukai
Sistem Pelayanan Manifest(EDI-Manifest)
Single Window Portal (PortNet)
PelindoTPK Koja PT.JICT PT.MTICustoms
TradersInhouse System
ShippingInhouse System
ForwarderInhouse System
PDE Manifes Online System Online SystemOnline System SIMOPPEL
OGAInhouse System
Single Submission to multiple agencies, Single and Synchronous Processing by all related
agencies, Submission & Retrieval Data at own premises Available 24 hrs X 7 days through Electronically Process
Principles: Seluruh proses kegiatan yang terkait dengan lalulintas barang impor dan ekspor ke dan dari RI, dapat dilakukan dan diselesaikan hanya melalui satu “Single Portal” yang dapat diakses melalui Jaringan Internet di lokasi masing-masing (at own premises)
Seluruh Sistem Pelayanan di semua Instansi Pemerintah & Institusi lainnya, yang terkait dgn Flow of Goods (Import & Export), akan ter-integrasi menjadi satu sistem terpadu shg semua proses dan kegiatan yang dilakukan akan sinkron (synchronous-processing) Setiap bentuk pelayanan dari satu Instansi akan bisa di-rekonsiliasi dgn pelayanan dan data di Instansi lainnya, shg akan ada control dan “check and balances” thd semua data.
Konsepsi Penerapan “National Single Window Portal” PortNet
DASAR HUKUM PENGAWASAN IMPOR BPO DAN LIMBAH B3 DAN NON B3
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Jo. UU Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan;
• Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
• Keputusan Presiden RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Ratifikasi Konvensi Viena tentang Perlindungan Lapisan Ozon dan Protokol Montreal;
• Keputusan Presiden RI Nomor 92 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Protokol Montreal;
• Keputusan Presiden no.61 1993 tentang Ratifikasi Konvensi Basel tentang Limbah B3
• Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun;
• Kep Menperindag Nomor : 111/MPP/Kep/1/1998 Jo. 411/MPP/Kep/9/1998 Jo. 789/MPP/Kep/12/2002
• Peraturan Menteri Perdagangan RI No : Per-03/M-DAG/PER/1/2012 tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Ozon (BPO)
• Pelarangan impor sampah berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
penyelundupan ekspor komoditi yang dilarang untuk diekspor berupa kayu gelondongan
Modus :Memberitahukan jenis barang secara tidak benar dalam pemberitahuan pabean, dengan memberitahukan jenis barang sbg slag, furniture parts,
Modus operandi yang digunakan tersebut merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Kepabeanan Nomor 17 tahun 2006 pasal 103 huruf (a) yaitu "Setiap orang yang menyerahkan pemberitahuan pabean dan/atau dokumen pelengkap pabean yang palsu atau dipalsukan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)"
Kerugian negara akibat upaya ekspor ini adalah rusaknya ekosistem hutan dan lingkungan hidup
KESIMPULAN1. DJBC MERUPAKAN INSTITUSI YANG BERFUNGSI SELAIN
SEBAGAI FASILITATOR, PEMUNGUT BEA MASUK DAN PAJAK DLM RANGKA IMPOR, JUGA MERUPAKAN “BORDER ENFORCEMENT AGENCY” TERHADAP LALU LINTAS BARANG IMPOR TERMASUK BARANG LARANGAN DAN PEMBATASAN;
2. BAHWA DALAM MENJALANKAN TUGAS PENGAWASAN IMPORTASI BPO DAN EKSPOR KAYU ILEGAL, DJBC MEMBUTUHKAN KOORDINASI DENGAN INSTANSI TERKAIT, DALAM RANGKA MENJAGA LAPISAN OZON DAN MELESTARIKAN EKOSISTEM HUTAN DI WILAYAH INDONESIA GUNA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN BAGI LINGKUNGAN ALAM INDONESIA DAN KESEHATAN MANUSIA.
KESIMPULAN3. DIPERLUKAN KERJASAMA INSTANSI TERKAIT DALAM
PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS BEA CUKAI SEBAGAI LAW ENFORCEMENT AGENCY UNTUK PENEGAKAN ATURAN MEMERANGI PERDAGANGAN BPO ILEGAL, KAYU ILEGAL, LIMBAH BERBAHAYA, MELALUI LATIHAN DAN SARANA
SARAN1. PERLU ADANYA KOORDINASI ANTARA DJBC DENGAN
INSTANSI TERKAIT KHUSUSNYA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP RI SECARA INTENSIF DAN BERKELANJUTAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PENGAWASAN IMPOR BPO, LIMBAH BERBAHAYA dan EKSPOR KAYU ILEGAL, SATWA DILINDUNGI ; INFORMASI PEMUATAN BRG DICURIGAI, PEMBERIAN ALAT DETEKSI,
2. PERLU ADANYA SALING TUKAR MENUKAR INFORMASI BAIK INFORMASI TENTANG PERUBAHAN TERBARU KETENTUAN/KEBIJAKAN INSTANSI TERKAIT TENTANG BPO MAUPUN INFORMASI TENTANG ADANYA UPAYA PEMASUKAN BPO, LIMBAH BERBAHAYA & EKSPOR KAYU ILEGAL, SATWA DILINDUNGI.
Terima Kasih