16
Perlindungan Terhadap Paparan Asap Rokok Orang Lain (Kawasan Tanpa Rokok)

Kawasan bebas asap rokok

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kawasan bebas asap rokok

Perlindungan Terhadap Paparan Asap Rokok Orang Lain (Kawasan Tanpa

Rokok)

Page 2: Kawasan bebas asap rokok

Masalah Paparan Asap Rokok Orang Lain (AROL)

Asap rokok orang lain [AROL] adalah asap yang keluar dari ujung rokok yang menyala atau produk tembakau lainnya, yang biasanya merupakan gabungan dengan asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.

Asap rokok terdiri dari asap utama (main stream) yang mengandung 25% kadar bahan berbahaya dan asap sampingan (side stream) yang mengandung 75% kadar bahan berbahaya. Perokok pasif mengisap 75% bahan berbahaya ditambah separuh dari asap yang dihembuskan keluar oleh perokok.

Asap Rokok mengandung 4000 bahan kimia beracun dan tidak kurang dari 69 diantaranya bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker. Perempuan bukan perokok yang menikah dengan suami perokok memiliki resiko terkena kanker paru 30% lebih tinggi dibandingkan bila menikah dengan suami bukan perokok[i].

[i] International Agency for Research on Cancer 2004, ‘Tobacco Smoke and Involuntary Smoking: Summary data reported and Evaluation’, IARC Monographs, Vol. 831

Page 3: Kawasan bebas asap rokok

Dampak Kesehatan Akibat Paparan Asap Rokok Orang Lain

Paparan terhadap AROL menyebabkan penyakit jantung dan meningkatkan resiko kematian akibat penyakit ini sebesar kira-kira 30%. Sementara dampak pada kehamilan dapat menyebabkan (1) berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan bayi lahir prematur; (2) Sindroma Kematian Bayi Mendadak (Sudden Infant Death Syndrome [SIDS], dan (3) efek pada bayi berupa pertumbuhan janin dalam rahim terhambat dan keguguran spontan[i],[ii].Dengan kumulasi bukti-bukti ilmiah yang ada, maka sejak tahun 1986, Amerika Serikat telah menyimpulkan:•AROL memperlambat pertumbuhan dan menurunkan fungsi paru pada masa anak-anak. •Ada hubungan antara ibu yang merokok pada masa hamil dengan akibatnya setelah melahirkan.

[i] California Environmental Protection Agency 2005, Proposed Identification of Environmental Tobacco Smoke as a Toxic Air Contaminant, SRP Approved Version. Part B: Health Effects , viewed 4 January 2007 <http://www.arb.ca.gov/toxics/ets/finalreport /finalreport.htm>[ii] Smoking and Women’s Health: A Report of the Surgeon General 2001, United States Department of Health and Human Services, Public Health Service, Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Office on Smoking and Health, Atlanta

Page 4: Kawasan bebas asap rokok

Dampak Ekonomi Akibat Paparan Asap Rokok Orang Lain

Paparan terhadap Asap Rokok Orang Lain menyebabkan beban ekonomi pada tingkat individu, pelaku bisnis maupun masyarakat. Biaya ekonomi tersebut meliputi biaya medis langsung dan tidak langsung serta hilangnya produktivitas

Perlunya Kawasan Tanpa Asap Rokok

Tidak ada batas aman terhadap Asap Rokok Orang Lain sehingga sangat penting untuk menerapkan 100% Kawasan Tanpa Asap Rokok untuk dapat menyelamatkan kehidupan. Menurut estimasi International Labor Organization (ILO) tahun 2005 tidak kurang dari 200.000 pekerja yang mati setiap tahun karena paparan asap rokok orang lain di tempat kerja. Kematian karena paparan asap rokok orang lain merupakan 1 dari 7 penyebab kematian akibat kerja.

Page 5: Kawasan bebas asap rokok

100% kawasan yang bebas dari asap rokok merupakan satu-satunya cara efektif dan murah untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok orang lain. Menurut WHO cost effectiveness akan naik apabila kawasan tanpa asap rokok dilaksanakan secara komprehesif dengan strategi pengendalian tembakau lainnya.Larangan merokok di tempat kerja memberikan dampak kesehatan bagi perokok maupun bukan perokok. Larangan ini akan (1) mengurangi paparan bukan perokok pada asap tembakau lingkungan, dan (2) mengurangi konsumsi rokok di antara para perokok. Penelitian dengan jelas menyimpulkan bahwa larangan atau pembatasan yang ketat terhadap merokok di tempat kerja memberikan keuntungan ekonomis. Hal ini mencegah tuntutan hukum bukan perokok/perokok pasif serta mengurangi biaya-biaya lainnya, termasuk diantaranya biaya untuk kebersihan, pemeliharaan peralatan dan fasilitas, disamping risiko kebakaran, absensi pekerja, dan kerusakan harta benda.

Page 6: Kawasan bebas asap rokok

Mitos dan Fakta

•Asap rokok orang lain tidak membahayakan kesehatan Industri rokok sering melawan bukti ilmiah, yang menganggap asap rokok orang lain sekedar gangguan, bukan masalah kesehatan. Faktanya, penelitian ilmiah sudah sangat jelas bahwa asap rokok orang lain mematikan. Asap yang mengandung 4000 bahan kimia, 69 diantaranya menyebabkan kanker menjadi pemicu kanker paru, penyakit jantung dan penyakit pernapasan pada orang dewasa, sindroma kematian mendadak pada bayi (SIDS) dan penyakit paru pada bayi dan anak. Bukti ilmiah sudah terakumulasi selama lebih dari 40 tahun.•Tidak diperlukan Undang Undang (PERDA). Kebijakan yang bersifat sukarela sudah cukup

Industri tembakau menyukai konsep kebijakan yang bersifat kesukarelaan tanpa sanksi hukum daripada Undang Undang (PERDA) karena hal tersebut bisa menjadi alasan tidak perlu tindakan hukum bagi pelanggaran. Skema pilihan bebas yang mengakomodir keinginan perokok dan bukan perokok dengan mempertahankan ”smoking area” dan ”non smoking area” dalam ruang yang sama adalah konsep yang diinginkan industri rokok.

Page 7: Kawasan bebas asap rokok

•Sistem ventilasi akan mengatasi masalah asap rokok orang lain Baik ruang merokok maupun sistem ventilasi tidak memberikan perlindungan dari pajanan asap rokok orang lain.Studi di Amerika menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat asap tembakau di udara dan jumlah nikotin yang diserap pekerja di ruang merokok dan tanpa asap rokok karena ruang merokok tetap akan mengkontaminasi ruang tanpa asap rokok[i]. Sangat mustahil bahwa ruangan merokok tidak akan dimasuki petugas kebersihan ataupun petugas keamanan, dan ini akan menempatkan mereka pada resiko. Berbagai studi lain menunjukkan zat penyebab kanker pada asap rokok yang disaring sama dengan yang tidak mengalami penyaringan udara[ii], dan ventilasi tidak menghilangkan gas dan partikel beracun dari udara[iii]. Asap tembakau mengandung partikel padat dan gas. Sistem ventilasi tidak dapat menghilangkan partikel dan gas beracun di udara. Berbagai partikel terhirup dan tertinggal di baju, furnitur, dinding, langit-langit dan sebagainya.

[i] Truot D, Decker J et al 1998, ‘Exposure of Casino Employees to Environmental Tobacco Smoke’, Journal of Occupational and Environmental Medicine, 40:270-6 in Global Voices for a Smoke-free World, 2007 Status Report[ii] Kotzias D, et al 2003, Report on Preliminary Results on the Impacts of Various Air Exchange Rates on the Level of Environmental Tobacco Smoke (ETS) Components, Ispra: IHPS Physical and Chemical Exposure Unit in Global Voices for a Smoke-free World, 2007 Status Report[iii] Repace J 2004, ‘Respirable Particles and Carcinogens in the Air of Delaware Hospitality Venues Before and After a Smoking Ban’, Journal of Occupational and Environmental Medicine, 46(9):887-905 in Global Voices for a Smoke-free World, 2007 Status Report

Page 8: Kawasan bebas asap rokok

•Undang Undang (PERDA) Kawasan Tanpa Rokok melanggar hak azasi. Perokok harus diizinkan mengisap produk legal dan perusahaan harus bisa menentukan akan menerapkan kawasan tanpa rokok atau tidak Undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat 1 menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak azasi untuk hidup sehat dan lingkungan sehat. Paparan asap rokok orang lain melanggar hak azasi manusia. Hak bukan perokok untuk mengisap udara bersih melebihi hak perokok untuk mencemari udara yang akan diisap orang lain. Kebijakan kawasan tanpa rokok bukan tentang apakah orang merokok tetapi dimana orang merokok. Mereka meninggalkan resiko kesehatan bagi orang lain yang mengisap asap rokoknya.

•Undang Undang (PERDA) lingkungan bebas asap rokok tidak populer. Masyarakat pada umumnya tidak menginginkannyaYang terjadi adalah sebaliknya. Kebijakan ini sangat populer di banyak negara dan semakin banyak orang yang menyadari mereka berhak dilindungi dari paparan asap rokok orang lain. Kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan ini adalah tertinggi di tempat dimana kesadaran akan bahaya kesehatan adalah tinggi.

Page 9: Kawasan bebas asap rokok

•Undang Undang (PERDA) yang melarang orang merokok pada waktu santai tidak bisa diterapkanBukti di negara-negara di dunia ini menunjukkan bahwa perokok maupun pelaku bisnis patuh pada Undang Undang (PERDA) Tanpa Rokok. Tingkat kepatuhan rata-rata 90%.•Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok tidak tepat untuk negeri iniPengalaman di dunia menunjukkan bahwa Undang Undang (PERDA) Kawasan Tanpa Rokok cukup berhasil diterapkan baik di negara besar atau kecil, perkotaan atau pedesaan, negara kaya ataupun miskin. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok semakin populer di banyak negara, karena semakin banyak orang menyadari haknya untuk menghirup udara bersih dan sehat. Polling pendapat masyarakat yang dilakukan di 8 kota besar di Indonesia tahun 2008, menyatakan 84% responden menyatakan adalah hak pengunjung dan pekerja untuk menghirup udara bersih dan sehat. Hanya 16% responden yang menyatakan bahwa perokok punya hak untuk mengisap rokok di dalam gedung.

Page 10: Kawasan bebas asap rokok

•Kalau orang tidak dibolehkan merokok di tempat umum, mereka akan lebih banyak merokok di rumah masing-masing dan resiko paparan pada anak-anak akan lebih besarUndang Undang Kawasan Tanpa Rokok mendorong orang dewasa untuk berhenti merokok. Dengan demikian anak-anak yang terpapar asap rokok di rumahpun berkurang. Undang Undang ini membuat perokok meneruskan kebiasaannya di rumah dan membuat rumahnya bebas asap rokok secara sukarela[i]. Di New Zealand dilaporkan bahwa paparan asap rokok orang lain di rumah tangga berkurang 50%,[ii] 3 tahun setelah Undang Undang Tanpa Rokok diberlakukan.

[i] Borland R, Yong HH, Cummings KM et al 2006, ’Determinants and Consequences of Smoke-free Homes: Findings from the International Tobacco Control (UTC) Four Country Survey’, Tobacco Control 15 Suppl 3:iii42-50 in Global Voices for a Smoke-free World, 2007 Status Report[ii] Waa A and McGough S 2006, Reducing Exposure to Send Hand Smoke: Changes Associated with the Implementation of the Amended New Zealand Smoke-Free Environments Act 1990: 2003-2006, Health Sponsorship Council Research and Evaluation Unit: Wellington in Global Voices for a Smoke-free World, 2007 Status Report

Page 11: Kawasan bebas asap rokok

•Kalau Undang Undang (PERDA) Kawasan Tanpa Rokok diterapkan, industri jasa dan industri pariwisata akan merugi Penelitian independen berulang kali membuktikan tidak adanya efek ekonomi yang negatif dari Undang Undang Kawasan Tanpa Rokok pada industri jasa dan turisme. Studi yang dilakukan di Kanada, Italia, Norwegia dan beberapa kota seperti El Paso dan New York memperlihatkan bila dilihat secara rata-rata, bisnis tetap seperti biasa bahkan ada yang meningkat setelah diberlakukan pelarangan merokok. Di Australia Selatan pada tahun 1991 – 2001, ratio omzet restoran terhadap omzet penjualan tetap. Undang-Undang Kawasan Tanpa rokok di Australia Selatan diterapkan pada tahun 1999. Di Kota New York, penerimaan pajak bar dan restoran naik 8,7% sementara tenaga kerja sektor jasa naik lebih dari 10.000 orang. Angka Kunjungan hotel (Hotel occupancy rate) di Kota Davao naik 12,59% dalam kurun waktu lima tahun setelah diterapkannya undang-undang Kawasan Tanpa Rokok.

Page 12: Kawasan bebas asap rokok

•Peraturan Kawasan Tanpa Rokok tidak penting karena akan meningkat kan masalah sosial termasuk kekerasan dan keributan di jalanan Tidak ada bukti yang menunjukkan hal tersebut. Seandainyapun ada, maka hal ini relatif kecil dibandingkan dengan dampak resiko kesehatan yang diakibatkan asap rokok orang lain. Hal ini diatasi secara terpisah dengan peraturan yang sesuai.

Page 13: Kawasan bebas asap rokok

Kebijakan untuk Perlindungan terhadap Asap Rokok Orang LainPenerapan Kawasan Tanpa Rokok di tempat – tempat umum mencegah bukan perokok dari paparan asap tembakau lingkungan. PP 19/2003 pasal 22 menyatakan bahwa tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok.

Sementara itu Dalam Undang Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 Pasal 115 dinyatakan bahwa Kawasan Tanpa Rokok antara lain:•fasilitas pelayanan kesehatan;•tempat proses belajar mengajar;•tempat anak bermain;•tempat ibadah;•angkutan umum;•tempat kerja; dan•tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.

Page 14: Kawasan bebas asap rokok

Prinsip Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok[i]

•Kebijakan perlindungan yang efektif mensyaratkan eliminasi total dari asap tembakau di ruangan sehingga mencapai 100% lingkungan tanpa asap rokok. Tidak ada batas aman dari paparan asap rokok ataupun ambang tingkat keracunan yang bisa ditoleransi, karena ini bertentangan dengan bukti ilmiah. Pendekatan lain untuk peraturan 100% lingkungan tanpa asap rokok termasuk penggunaan ventilasi, saringan udara dan pembuatan ruang merokok (dengan ventilasi terpisah ataupun tidak) yang terbukti tidak efektif. Bukti ilmiah menyimpulkan bahwa pendekatan teknik konstruksi tidak mampu melindungi paparan asap tembakau. •Semua orang harus terlindung dari paparan asap rokok. Semua tempat kerja tertutup dan tempat umum harus bebas sepenuhnya dari asap rokok.•Peraturan harus dalam bentuk legislasi yang mengikat secara hukum. Kebijakan sukarela yang tidak memiliki sanksi hukum terbukti tidak efektif untuk memberikan perlindungan yang memadai. Agar efektif, UU/PERDA harus sederhana, jelas dan dapat dilaksanakan secara hukum.

[i] TCSC – IAKMI 2008, Paket Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, Pedoman untuk advocator, Seri 5: Pedoman Penyusunan Undang-Undang / Perda Kawasan Tanpa Rokok

Page 15: Kawasan bebas asap rokok

•Perencanaan yang baik dan sumber daya yang cukup adalah esensial untuk keberhasilan pelaksanaan dan penegakan hukum. •Lembaga-lembaga kemasyarakatan termasuk lembaga swadaya masyarakat dan organisasi profesi memiliki peran sentral untuk membangun dukungan masyarakat umum dan menjamin kepatuhan terhadap peraturan; karenanya harus dilibatkan sebagai mitra aktif dalam proses pengembangan, pelaksanaan dan penegakan hukum. •Pelaksanaan dari peraturan, penegakan hukum dan hasilnya harus dipantau dan dievaluasi terus menerus. Termasuk di dalamnya merespon upaya industri rokok untuk mengecilkan arti ataupun melemahkan pelaksanaan peraturan secara langsung maupun tidak langsung dengan menyebarkan mitos keliru yang menggunakan tangan ketiga (pengusaha restoran, masyarakat perokok, dsb). •Perlindungan terhadap paparan asap rokok perlu senantiasa diperkuat dan dikembangkan, bilamana perlu dengan amandemen, perbaikan penegakan hukum atau kebijakan lain menampung perkembangan bukti ilmiah dan pengalaman berdasarkan studi kasus.

Page 16: Kawasan bebas asap rokok

Rekomendasi Kebijakan yang Efektif

PRINSIP DASAR KAWASAN TANPA ROKOK

•Asap rokok orang lain mematikan.

•Tidak ada batas aman bagi paparan asap rokok orang lain.

•Setiap warga negara wajib dilindungi secara hukum dari paparan

asap rokok orang lain.

•Setiap pekerja berhak atas lingkungan tempat kerja yang bebas

dari asap rokok orang lain.

•Hanya lingkungan tanpa asap rokok 100% yang dapat memberi

perlindungan penuh bagi masyarakat.

•Pembuatan ruang merokok dengan ventilasi/filtrasi udara tidak

efektif.