4
Menggali Potensi Perkembangan Dunia Farmasi melalui ISMAFARSI Pada awal tahun 2015, akan kita temui babak baru yaitu diterapkannya AEC. Asean Economic Community (AEC) sendiri merupakan kesepakatan yang dibangun oleh sepuluh negara anggota ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Myanmar, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Laos, Kamboja, dan Vietnam. AEC merupakan realisasi dari Visi ASEAN 2020 yang dimajukan hingga 2015 dengan ditanda tanganinya “Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community 2015 pada tahun 2007 di Cebu, Filipina. Yang mendasari terbentuknya AEC 2015 adalah keinginan dari para pemimpin ASEAN untuk mewujudkan pusat perdagangan kawasan terintegrasi dengan membentuk pasar tunggal dan basis produksi bersama. Kesiapan Indonesia dalam menghadapi AEC 2015, antara peluang dan ancaman. Siap atau tidak siap sudah tidak perlu diperdebatkan lagu karena AEC sudah menjadi keputusan dan ketetapan politik yang harus dihadapi semua negara ASEAN. Jika dilihat dari beberapa data tentang kondisi Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, dalam banyak hal Indonesia kalah oleh Thailand dan Filipina, apalagi Brunei, Malaysia, dan Singapura masih tertinggal jauh. Indonesia hanya menang dari luas negara yang begitu besar, jumlah penduduk yang banyak, dan sumberdaya yang melimpah. Setelah diberlakukannya AEC, Indonesia akan “diserbu” barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja terampil dari negara ASEAN lainnya sehinggahal ini akan menjadi ancaman yang serius. Atau sebaliknya, Indonesia dapat “menyerbu” negara ASEAN lainnya

Menggali potensi perkembangan dunia farmasi melalui ismafarsi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Menggali potensi perkembangan dunia farmasi melalui ismafarsi

Menggali Potensi Perkembangan Dunia Farmasi melalui

ISMAFARSI

Pada awal tahun 2015, akan kita temui babak baru yaitu diterapkannya AEC. Asean

Economic Community (AEC) sendiri merupakan kesepakatan yang dibangun oleh sepuluh

negara anggota ASEAN yang terdiri dari Indonesia, Myanmar, Thailand, Malaysia,

Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Laos, Kamboja, dan Vietnam. AEC merupakan

realisasi dari Visi ASEAN 2020 yang dimajukan hingga 2015 dengan ditanda tanganinya

“Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community 2015”

pada tahun 2007 di Cebu, Filipina. Yang mendasari terbentuknya AEC 2015 adalah keinginan

dari para pemimpin ASEAN untuk mewujudkan pusat perdagangan kawasan terintegrasi

dengan membentuk pasar tunggal dan basis produksi bersama.

Kesiapan Indonesia dalam menghadapi AEC 2015, antara peluang dan ancaman. Siap

atau tidak siap sudah tidak perlu diperdebatkan lagu karena AEC sudah menjadi keputusan

dan ketetapan politik yang harus dihadapi semua negara ASEAN. Jika dilihat dari beberapa

data tentang kondisi Indonesia dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, dalam banyak

hal Indonesia kalah oleh Thailand dan Filipina, apalagi Brunei, Malaysia, dan Singapura

masih tertinggal jauh. Indonesia hanya menang dari luas negara yang begitu besar, jumlah

penduduk yang banyak, dan sumberdaya yang melimpah. Setelah diberlakukannya AEC,

Indonesia akan “diserbu” barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja terampil dari negara

ASEAN lainnya sehinggahal ini akan menjadi ancaman yang serius. Atau sebaliknya,

Indonesia dapat “menyerbu” negara ASEAN lainnya dengan barang, jasa, investasi, modal

dan tenaga kerja terampil sehingga hal ini menjadi peluang yang besar bagi kita.

Terdapat beberapa konsep dalam AEC yaitu ASEAN Economic Community, ASEAN

Political Security, ASEAN Socio Culture Community. Untuk menjamin suksesnya jalan AEC

tersebut, maka dibentuklah cetak biru (blueprint) sebagai pedoman pelaksanaannya. Konsep

pelaksanaan AEC dalam cetak biru tersebut sebenarnya dilandasi oleh lima pilar yakni:

(1) free flow of goods. (2) free flow of services. (3) free flow of investment.

(4) free flow of capital. (5) free flow of skilled labour.

Berdasarkan kesepakatan dalam cetak biru tersebut ada beberapa hal yang sebenarnya

patut kita perhatikan dalam perkembangan Farmasi Indonesia. Beberapa hal ini bisa jadi akan

berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap kepentingan Farmasi Indonesia.

Sudah menjadi hal yang wajar ketika kita semakin mengkaji lebih dalam bagaimana posisi

kita menghadapi ASEAN Economic Community yang sudah tidak lama lagi akan tiba. Dengan

Page 2: Menggali potensi perkembangan dunia farmasi melalui ismafarsi

pahamnya apa yang hendak akan kita hadapi tentu saja persiapan yang akan kita lakukan akan

semakin terarah demi kemajuan Farmasi Indonesia.

Indonesia harus melaksanakan akselerasi diri dalam hal perkembangan ilmu kesehatan

terutama dalam bidang Farmasi. Mengapa demikian? Karena ada beberapa alasan yang

melatarbelakangi hal tersebut. Pertama, biaya yang semestinya dikeluarkan untuk sebuah riset

penemuan obat baru dinilai terlampau kecil yang menyebabkan kurangnya daya dukung dari

pemerintah dan masyarakat. Kedua, industri Farmasi Indonesia lebih banyak berkutat pada

processing dan fokus penemuan sistem penghantaran obat baru (net drug delivery system).

Disisi lain, ketergantungan bahan impor obat mencapai 95% merupakan problem tersendiri.

Komunitas industri farmasi Indonesia rasanya perlu kerja sama yang sedemikian erat dalam

rangka menemukan strategi terbaik menghadapi inflasi pasar. Lantas, apakah AEC 2015

merupakan suatu ancaman? Saya rasa tidak. Jika beberapa waktu lalu pada bulan Mei 2012

Indonesia resmi berhasil masuk menjadi anggota ke-40 Pharmaceutical Inspection

Cooperation/Scheme menyusul Singapura dan Malaysia yang dalam satu kawasan Asia

Tenggara, tentulah ini sinyalemen resmi bahwasanya secara sistem mutu industri farmasi

Indonesia telah setara dengan negara-negara lain di dunia. Tentulah ini menjadi pencapaian

tersendiri , mengingat negara-negara lain seperti Thailand dan Filipina sendiri baru mengarah

ke proses yang sama.

Ismafarsi merupakan organisasi mahasiswa yang terdiri dari lembaga-lembaga

kemahasiswaaan dari institusi farmasi di Indonesia dan merupakan organisasi intra universitas

yang berbasis keprofesian dan bertujuan untuk menyatukan opini dan ajang silaturahmi

mahasiswa farmasi. Ismafarsi juga turut mengambil peran dalam AEC 2015 ini, salah satunya

dengan cara meningkatkan kualitas SDM di bidang kefarmasian agar kelak dapat bersaing di

kancah internasional. Banyak peran yang dilakukan, salah satunya mengadakan kegiatan dan

kompetisi yang dapat meningkatkan kreativitas dan daya saing mahasiswa farmasi di

Indonesia. Ismafarsi juga mengupayakan ketertarikan atau minat mahasiswa farmasi maupun

apoteker untuk turut serta dalam International Student Exchange Program. Program ini

diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keahlian mahasiswa farmasi

agar kelak dapat mengikuti arus global antar negara dan memiliki daya saing yang kuat

sehingga dapat melaju hingga kancah internasional.

Tanpa adanya daya dukung dari pemerintah dan masyarakat, perkembangan dunia

farmasi akan semakin lamban, oleh karena itu Ismafarsi juga mengadakan kegiatan-kegiatan

yang melibatkan masyarakat dan petinggi terkait dengan tujuan untuk mengaplikasikan ilmu

yang telah dipelajari dan untuk meningkatkan eksistensi farmasi dan apoteker di Indonesia di

mata masyarakat dan pemerintah, agar mendapatkan daya dukung yang lebih dari pemerintah.

Page 3: Menggali potensi perkembangan dunia farmasi melalui ismafarsi

Selain mewujudkan eksistensi farmasis, Ismafarsi juga dapat menjadi pemersatu mahasiswa

farmasi antar universitas. Hal ini sangat penting sekali karena setiap universitas haruslah

saling melengkapi, bukan bersaing sendiri-sendiri. Kalau kita egois, maka untuk

perkembangan farmasi di Indonesia tidak berjalan begitu cepat dibanding kita bersatu dan

saling melengkapi antar universitas. Sebuah keharmonisan perlu dibentuk dalam Ismafarsi

agar tidak ada rasa iba. Diharapkan mahasiswa farmasi dapat menyatu karena pada dasarnya

segala sesuatu akan menjadi lebih kuat dan mudah apabila sesuatu tersebut bersatu dan

menyatu atau dipersatukan. Dan mungkin ketiak berdayaan dalam menyatukan mahasiswa

farmasi Indonesia inilah yang juga membuat profesi farmasi sungguh tenggelam dalam

peraturan pembangunan bangsa Indonesia, oleh karena itu disinilah peran Ismafarsi dalam

meningkatkan kualitas SDM Kefarmasian.

Reyhan Amiruddin, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang