Upload
kiki-kiki
View
168
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
TUBERKULOSIS PARU DESA SUNGAI LIMAU, BATU
AMPAR KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2015
DAN
RABIES/ANJING GILA DESA BATU BERGIGI
KECAMATAN TANAH PINOH KABUPATEN MELAWI
Disusun Oleh :
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang
mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir - butir air
ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam
parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. Menurut WHO
(1999), di Indonesia setiap tahun terjadi 583 kasus baru dengan kematian 130
penderita dengan tuberkulosis paru positif pada dahaknya. Sedangkan menurut
hasil penelitian kusnindar 1990, Jumlah kematian yang disebabkan karena
1
tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun. Kejadian kasus tuberkulosis
paru yang tinggi ini paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan
sosio ekonomi lemah. Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan
hunian lingkungan tempat tinggal.
Pada tahun 1995 pemerintah telah memberikan anggaran obat bagi penderita
tuberkulosis paru secara gratis ditingkat Puskesmas, dengan sasaran utama adalah
penderita tuberkulosis paru dengan ekonomi lemah. Obat tuberkulosis paru harus
diminum oleh penderita secara rutin selama enam bulan berturut-turut tanpa
henti. Untuk kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu
diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiapa saat
dapat mengingatkan penderita untuk minum obat. Apabila pengobatan terputus
tidak sampai enam bulan, penderita sewaktu-waktu akan kambuh kembali
penyakitnya dan kuman tuberkulosis paru menjadi resisten sehingga
membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya.
Penyakit rabies biasanya dikenal dengan istilah awam penyakit anjing gila.
Penyakit ini dapat menyerang beberapa mamalia seperti anjing, kucing, termasuk
manusia. Virus rabies berbentuk peluru dengan komposisi RNA, lipid, karbohidrat
dan protein. Virus rabies tergolong unik karena dapat berkembang pada berbagai
macam spesies mamalia dan bersifat neurofilik (saraf).Rabies dapat menular dari
hewan ke hewan, dari manusia ke manusia dan dari hewan ke manusia. Penularan
dapat melalui gigitan dan non-gigitan (transplantasi, kontak dengan
bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa). Binatang dan
2
manusia yang terinfeksi rabies akan memberikan gejala yang cukup khas
walaupun tetap harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang dan dengan
teliti menggali riwayat gigitan atau kontak binatang.
Di Indonesia rabies pada hewan sudah ditemukan sejak tahun 1884, dan
kasus rabies pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1894 di Jawa Barat.
Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena tidak adanya obat untuk rabies,
terlambatnya intervensi medis menyebabkan angka kematian yang tinggi, dan
jarang dilaksanakannya penanganan pertama luka gigitan anjing dengan mencuci
luka dengan sabun dan air mengalir. Selain itu rabies pada dua sampai dua belas
minggu pertama, bahkan bisa sampai bertahun-tahun, hanya menunjukkan gejala
tidak khas seperti influenza biasa sehingga pasien yang dibawa ke rumah sakit
sudah jatuh ke tahap penyakit yang lebih parah.. Pasien bia sanya meninggal dua
sampai sepuluh hari setelah menunjukkan gejala pertama.Sampai saat ini tidak ada
obat yang dapat menyembuhkan penyakit rabies. WHOmerekomendasikan
prosedur profilaksis pasca-terpapar (P.E.P., post-exposure prophylaxis)(setelah
kontak melalui gigitan maupun non-gigitan). Prosedur ini terdiri dari pembersihan
dan perawatan luka dan imunisasi aktif dengan vaksin (VAR). Rabies adalah
penyakit yang dapat sepenuhnya dicegah. Gejala pada hewan reservoir cukup khas
sehingga hewan yang terinfeksi dapat dimusnahkan dan hewan yang beresiko pun
dapat dicegah menjadi sakit melalui vaksinasi secara rutin.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari penyakit tuberkulosis paru?
3
2. Apa faktor penyebab penyakit tuberkulosis paru ?
3. Bagaimana cara mencegahan penyakit tuberkulosis paru ?
4. Apa rencana kedepan terhadap penyakit tuberkulosis paru ?
5. Apa yang dimaksud dengan rabies?
6. Bagaimana cara penularan dari penyakit rabies?
7. Bagaimana cara penangulangan dari penyakit rabies?
C. Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui penyakit tuberkulosis paru dan penyakit rabies
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini:
a. Untuk mengetahui pengertian penyakit tuberkolusis paru
b. Untuk megetahui faktor penyebab penyakit tuberkulosis paru
c. Untuk mengetahui pencegahan penyakit tuberkulosis paru
d. Untuk mengetahui rencana kedepan terhadap penyakit tuberkulosis paru
e. Untuk mengetahui data tuberkulosis paru
f. Untuk mengetahui apa itu rabies
g. Untuk mengetahui cara penularan penyakit rabies
h. Untuk mengetahui gejala-gejala awal dari penyakit rabies
i. Untuk mengetahui cara penanggulangan rabies
D. Manfaat Makalah
4
1. Bagi Penderita Tuberkulosis Paru
Memberikan pengetahuan tentang penyakit tuberculosis paru dalam
meningkatkan kepatuhan berobat pasien tuberkulosis paru dan memberikan
pengetahuan tentang penyakit rabies.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada penderita
tuberkulosis Paru atau penderita rabies
3. Bagi Instansi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan atau masalah yang dapat diangkat dalam
penyuluhan kesehatan bagi pasien, keluarga, masyarakat yang menderita
tuberkulosis Paru atau yang menderita rabies
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Penyakit Tuberkulosis Paru
Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang menyerang paru-
paru, penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Mikobakteria
adalah bakteri aerob, berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun
tidak mudah diwarnai, jika telah diwarnai bakteri ini tahan terhadap peluntur
warna (dekolarisasi) asam atau alkohol, oleh karena itu dinamakan bakteri tahan
asam atau basil tahan asam. Apabila seseorang sudah terpapar dengan bakteri
penyebab tuberkulosis akan berakibat buruk seperti menurunkan daya kerja atau
5
produktivitas kerja, menularkan kepada orang lain terutama pada keluarga yang
bertempat tinggal serumah, dan dapat menyebabkan kematian.
Pada penyakit tuberkulosis jaringan pang paling sering diserang adalah paru-
paru (95,9 %). Cara penularan melalui ludah atau dahak penderita yang
mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu batuk butir-butir air ludah
beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam
parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru (TB Paru).
Mycobacterium Tuberkulosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalam
keadaan dingin, atu dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Ini dapat terjadi
apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Pada sifat dormant ini kuman
tuberkulosis suatu saat dimana keadaan memungkinkan untuk dia berkembang,
kuman ini dapat bangkit kembali.
B. Faktor Penyebab Penyakit Tuberkulosis Paru
Untuk terpapar penyakit tuberkulosis paru pada seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti : status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin,
dan faktor toksis untuk lebih jelasnya dapat kita jelaskan seperti uraian dibawah
ini :
1. Faktor Sosial Ekonomi.
Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan
perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat
memudahkan penularan tuberkulosis paru. Pendapatan keluarga sangat erat
juga dengan penularan tuberkulosis paru, karena pendapatan yang kecil
6
membuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi syarat - syarat
kesehatan.
2. Status Gizi.
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan
lain - lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga rentan
terhadap penyakit termasuk tuberkulosis paru. Keadaan ini merupakan faktor
penting yang berpengaruh dinegara miskin, baik pada orang dewasa maupun
anak - anak.
3. Umur.
Penyakit tuberkulosis paru paling sering ditemukan pada usia muda atau
usaia produktif (15 – 50) tahun. Dewasa ini dengan terjaidnya transisi
demografi menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada
usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga
sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit tuberkulosis paru.
4. Jenis Kelamin.
Penyakit tuberkulosis paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki -
laki dibandingkan perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam periode
setahun ada sekitar 1 juta perempuan yan g meninggal akibat tuberkulosis
paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi
kematian yang disebabkan oleh tuberkulosis paru dibandingkan dengan akibat
proses kehamilan dan persalinan. Pada jenis kelamin laki - laki penyakit ini
lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat
7
menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan
agent penyebab tuberkulosis paru.
C. Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru
1. Penyuluhan
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan penyuluhan. Penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan yang merupakan
bagian dari promosi kesehatan adalah rangkaian dari rangkaian kegiatan yang
berlandaskan prinsif-prinsif belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana
individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan dapat hidup sehat
dengan cara memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan .
Penyuluhan TB Paru perlu dilakukan karena masalah TB Paru banyak
berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan
penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta
masyarakat dalam penanggulangan TB Paru.
Penyuluhan TB Paru dapat dilaksanakan dengan menyampaikan pesan
penting secara langsung ataupun menggunakan media. Penyuluhan langsung
dapat dilakukan dengan perorangan atau kelompok. Penyuluhan tidak
langsung dengan menggunakan media seperti: bahan cetak seperti leaflet,
poster atau spanduk, sedangkan bentuk media massa dapat berupa koran,
majalah, radio dan televisi.
8
Dalam program penanggulangan TB Paru, penyuluhan langsung
perorangan sangat penting artinya untuk menentukan keberhasilan
pengobatan penderita. Penyuluhan langsung perorangan dapat dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan, para kader dan PMO. Pada kunjungan pertama ada
beberapa informasi penting tentang TB Paru yang dapat disampaikan pada
penderita, antara lain: pengertian atau arti TB Paru, penyebab TB Paru, cara
penularan TB Paru dan resiko penularan TB Paru, riwayat pengobatan
sebelumnya, cara pengobatan TB Paru, pentingnya pengawasan menelan
obat. Sedangkan pada kunjungan berikutnya informasi yang dapat
disampaikan adalah cara menelan obat, jumlah obat dan frekuensi menelan
obat, efek samping dari OAT, pentingnya jadwal pemeriksaan ulang dahak,
apa yang dapat terjadi bila pengobatan tidak teratur atau tidak lengkap.
Penyuluhan ini selain ditujukan kepada penderita, tetapi juga disampaikan
kepada keluarganya. Tujuannya supaya penderita menjalani pengobatan
secara teratur sampai sembuh dan bagi anggota keluarga yang sehat dapat
menjaga, melindungi dan meningkatkan kesehatannya, sehingga terhindar
dari penularan TB Paru. Penyuluhan dengan menggunakan bahan cetak dan
media massa dilakukan untuk dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas,
untuk mengubah persepsi masyarakat tentang TB Paru sebagai suatu penyakit
yang tidak dapat disembuhkan dan memalukan, menjadi suatu penyakit yang
berbahaya tapi dapat disembuhkan. Bila penyuluhan ini berhasil, akan
meningkatkan penemuan penderita secara pasif.
2. Meningkatkan Pengawasan Minum Obat (PMO) ke pasien
9
Persyaratan untuk menjadi PMO yaitu seseorang yang dikenal,
dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun penderita, selain
itu harus disegani dan dihormati oleh penderita, seseorang yang tinggal dekat
dengan penderita, bersedia membantu penderita dengan sukarela dan bersedia
dilatih atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita.
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa,
Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada
petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader
kesehatan, guru, anggota PPTI (Perkumpulan Pemberantasan TB Indonesia),
PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga. Seorang PMO
mempunyai tugas untuk mengawasi penderita TB agar menelan obat secara
teratur sampai selesai pengobatan, memberi dorongan kepada penderita agar
mau berobat teratur, mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada
waktu yang telah ditentukan, memberi penyuluhan pada anggota keluarga
penderita TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera
memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan, dan tugas seorang PMO
bukanlah untuk mengganti kewajiban penderita mengambil obat dari unit
pelayanan kesehatan.
Petugas kesehatan harus memberikan informasi penting yang perlu
dipahami PMO untuk disampaikan kepada penderita dan keluarganya bahwa
TB disebabkan kuman bukan penyakit keturunan atau kutukan, TB dapat
disembuhkan dengan berobat teratur, cara penularan TB, gejala-gejala yang
mencurigakan dan cara pencegahannya, cara pemberian pengobatan penderita
10
(tahap intensif dan lanjutan), pentingnya pengawasan supaya penderita
berobat secara teratur, kemungkinan terjadinya efek samping obat dan
perlunya segera meminta pertolongan ke Puskesmas.
D. Rencana Kedepan Terhadap Penyakit Tuberkulosis Paru
Di Indonesia telah dilakukan berbagai upaya untuk menanggulangi penyakit
Tuberkulosis Paru, antara lain dengan melaksanakan strategi DOTS, yang telah
dilaksanakan semenjak tahun 1995. Upaya ini merupakan cara yang paling efektif
memberantas penyakit Tuberkulosis paru yaitu dengan menghentikan
Tuberkulosis paru pada sumbernya. Upaya penanggulangan Tuberkulosis paru
dengan strategis DOTS ini, prioritasnya ditujukan pada peningkatan mutu
pelayanan dan penggunaan obat yang rasional guna memutuskan mata rantai
penularan serta mencegah meluasnya resistensi kuman Tuberkulosis paru di
masyarakat. Puskesmas dalam hal ini merupakan ujung tombak program sebagai
unit pelaksana operasional pemberantasan penyakit Tuberkulosis Paru."
Kebijakan pembangunan kesehatan telah diarahkan dan diprioritaskan pada upaya
kesehatan dasar, yang lebih menitikberatkan pada upaya pencegahan dan
penyuluhan kesehatan. Namun, persepsi masyarakat cenderung masih tetap
berorientasi pada upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat menciptakan pola hidup sehat
(Paradigma Sehat) sulit dicapai karena tidak ditunjang oleh faktor sosial,
ekonomi, tingkat pendidikan dan budaya masyarakat.
E. Data Penyakit Tuberkulosis Paru
11
Penyakit tuberkulosis ini dijumpai disemua bagian penjuru dunia. Dibeberapa
Negara telah terjadi penurunan angka kesakitan dan kematiannya. Angka
kematian berkisar dari kurang 5-100 kematian per 100.000 penduduk pertahun.
Angka kesakitan dan kematian meningkat menurut umur. Di Amerika serikat pada
tahun 1974 dilaporkan angka insidensi sebesar 14,2 per 100.000 penduduk. Di
Sumatera Utara saat ini diperkiraka ada sekitar 1279 penderita denga BTA positif.
Dari hasil evaluasi kegiatan Program Pemberantasan Tuberkulosa paru, kota
Medan tahun 1999/2000 ditemukan 359 orang penderita dengan insiden penderita
tuberkulosis paru 0,18 per 1000 jumlah penduduk. Dengan catatan dari balai
pengobatan penyakit paru-paru (BP4), di Medan dijumpai 545 kasus tuberkulosis
paru setiap tahun.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
tuberkulosis paru merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada
tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global
Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita tuberkulosis paru baru
pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000
penduduk. Kematian akibat tuberkulosis paru diperkirakan menimpa 140.000
penduduk tiap tahun.
Jumlah penderita tuberkulosis paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus
meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru tuberkulosis paru,
dan setiap dua menit muncul satu penderita baru tuberkulosis paru yang menular.
Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat tuberkulosis paru di
Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit tuberkulosis paru di Indonesia begitu
12
mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan
informasi lengkap tentang penyakit tuberkulosis paru.
Penyakit tuberkulosis paru dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan,miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru tuberkulosis paru dan sekitar
140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh tuberkulosis
paru. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah tuberkulosis
paru di dunia. Survei prevalensi tuberkulosis paru yang dilakukan di enam propinsi
pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi tuberkulosis paru
di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan
Penanggulangan tuberkulosis paru Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun
2004, angka insidensi tuberkulosis paru pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus
(256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan
kasus baru.
F. Defenisi Rabies
Penyakit Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus Rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat
ditularkan dari hewan ke manusia. Virus Rabies ditularkan ke manusia melalui
gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Penyakit
rabies disebut juga penyakit anjing gila.
Penyakit ini bersifat akut, merupakan penyakit yang disebabkan oleh family
virus rhabdoviridae. Virus ini berbentuk batang seperti peluru dengan ukuran
13
panjang sekitar 180 nm dan lebar 65 nm. Pada lapisan permukaan virus penyebab
penyakit rabies terdapat envelope yang tersusun atas 50% lemak dan 50% protein.
Rabies bersifat zoonosis artinya penyakit tersebut dapat menular dari hewan ke
manusia danmenyebabkan kematian pada manusia dengan CFR (Case Fatality
Rate) 100%. Virus rabiesdikeluarkan bersama air liur hewan yang terinfeksi dan
disebarkan melalui luka gigitan atau jilatan.
G. Jenis-jenis Rabies
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami Rabies ganas ataupun Rabies jinak.
Pada Rabies ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan
menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah
kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada Rabies jinak, hewan yang terinfeksi
mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat
gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan.
H. Penyebab Rabies
Rabies disebabkan oleh virus Rabies yang masuk ke keluarga
Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan
yang berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi
pada berbagai letak geografis. Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi
perantara Rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis
memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing
14
di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki
tingkat Rabies yang masih tinggi.
Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau
manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara
pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf
menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya
virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar
liur dan masuk ke dalam air liur.Meskipun sangat jarang terjadi, Rabies bisa
ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar virus Rabies. Dua pekerja
laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka terekspos udara yang
mengandung virus Rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus Rabies terjadi
pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada
jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara
karena tidak ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
I. Tahap Rabies Pada Manusia
Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi Rabies meliputi 4
stadium:
1. Stadium Prodromal: Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada
penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus pada umumnya yang
meliputi demam, sulit makan yang menuju taraf anoreksia, pusing dan
pening, dan lain sebagainya.
15
2. Stadium Sensoris: Dalam stadium sensori penderita umumnya akan
mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup,
kebingungan, keluar banyak air liur, pupil membesar, hiperhidrosis,
hiperlakrimasi.
3. Stadium Eksitasi: Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah
kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi
ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan
ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya gangguan
daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia
yang terjadi pada penderita Rabies terutama karena adanya rasa sakit yang
luar biasa di kala berusaha menelan air.
4. Stadium Paralitik: Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium
sebelumnya, penderita memasuki stadium paralitik ini menunjukkan tanda
kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang progresif.
Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka umumnya
keempat stadium di atas tidak dapat dibedakan dengan jelas. Gejala-gejala yang
tampak jelas pada penderita di antaranya adanya nyeri pada luka bekas gigitan dan
ketakutan pada air, udara, dan cahaya, serta suara yang keras.
J. Penanganan Rabies
Bila terinfeksi Rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies dapat diobati,
namun harus dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan
menimbulkan gejala. Bila gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk
16
menyembuhkan penyakit ini. Kematian biasanya terjadi beberapa hari setelah
terjadinya gejala pertama.Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga
terinfeksi Rabies atau berpotensi Rabies (anjing,rubah, kelelawar) segera cuci luka
dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit
lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang yang belum
diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus.
Orang-orang yang belum pernah mendapat vaksin Rabies akan diberikan
suntikan globulin imun Rabies yang dikombinasikan dengan vaksin. Separuh dari
dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan separuhnya disuntikan ke otot,
biasanya di daerah pinggang. Dalam periode 28 hari diberikan 5 kali suntikan.
Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya virus Rabies akibat bekas
gigitan. Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Kadang-kadang
terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat penyuntikan
vaksin.
K. Pencegahan Rabies
1. Jadilah pemelihara hewan yang baik.
2. Selalu ingat untuk memvaksinasi hewan peliharaan seperti anjing, kucing
dan kera. Tindakan ini tidak hanya melindungi hewan anda dari penyakit
Rabies tetapi juga melindungi diri anda sendiri dan keluarga anda.
3. Selalu awasi binatang peliharaan anda. Kurangi kontak mereka dengan
hewan atau binatang liar. Jika binatang peliharaan anda digigit oleh hewan
liar, segera ke dokter hewan untuk diperiksa keadaannya.
4. Hubungi dinas peternakan setempat bila anda menjumpai ada binatang liar
yang mencurigakan di lingkungan tempat tinggal anda.
5. Hindari kontak dengan hewan liar yang tidak jelas asal usulnya.
17
6. Nikmati hewan liar seperti rakun, serigala dari tempat yang jauh. Jangan
coba coba memberi mereka makan ataupun membelai mereka.
7. Jangan sok menjadi penyayang hewan lalu mencoba memelihara hewan
liar di rumah walaupun mereka kelihatan sangat jinak.
8. Cegah kelelawar memasukan rumah atau tempat anda beraktifitas.
9. Jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit Rabies, segeralah ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi Rabies
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Agent penyebab Tuberculosis adalah
Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia
dan penyebab terjadinya infeksi tersering. Mycobacterium tuberculosis hidup baik
pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari.
18
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Tuberculosis Untuk
terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan faktor toksis.
Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini sebaiknya harus
menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis paru juga penyakit yang
harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
Penyakit Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang
menular yang disebakan oleh virus dan dapat menyerang hewan berdarah panas
dan manusia. Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke
keluargaRhabdoviridae dan genus Lysavirus .Gejala rabies biasanya mulai timbul
dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Masa inkubasi virus hingga munculnya
penyakit adalah 10-14 hari pada anjing tetapi bisa mencapai 9 bulan pada
manusia.
Bila terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis.Rabies dapat diobati,
namun harus dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan
menimbulkan gejala.Bila gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk
menyembuhkan penyakit ini.Kematian biasanya terjadi beberapa hari setelah
terjadinya gejala pertama.
Pencegahan rabies dapat dilakukan dengan memvaksinasi hewan peliharaan rutin,
hindari memelihara hewan liar di rumah, jika anda bepergian ke daerah yang
terjangkit rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk
mendapatkan vaksinasi rabies. Pencegahan rabies pada manusia harus dilakukan
19
sesegera mungkin setelah terjadi gigitan oleh hewan yang berpotensi rabies,
karena bila tidak dapat mematikan.
B. Saran
Dalam rangka peningkatan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran
masyarakat mengenai penyakit TB Paru perlu ditingkatkan penyuluhan secara
lebih intensif, dan untuk itu tentunya dibutuhkan tenaga kesehatan yang memiliki
kemampuan komunikasi yang sesuai dengan kondisi sosial budaya dari
masyarakat setempat. Adanya perbedaan konsep sehat sakit dan penyakit yang
terdapat di masyarakat, maka diperlukan upaya pemahaman yang holistik dan
integratif dikalangan berbagai pihak, khususnya dalam upaya penanggulangan
penyakit TB Paru, agar berbagai intervensi yang diwujudkan adalah merupakan
kebutuhan masyarakat.
Ada beberapa langkah untuk terhindar dari penyakit rabies diantaranya
sebagai berikut: Segera cuci luka dengan sabun atau deterjen dan bersihkan
dengan air bersih yang mengalir. Pencucian dilakukan berulang-ulang selama 5-
10 menit kemudian keringkan luka yang sudah bersih dan diberi betadine,obta
merah atau alkohol 70% .Tutuplah luka dengan kasa steril.Segera bawa ke
puskesmas untuk mendapatkan pengobatan lanjutand.Tangkap dan bawalah
hewan yang menggigit itu ke dinas peternakan untuk diperiksa apakah hewan itu
terkena penyakit rabies atau tidak.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27940/4/Chapter%20II.pdf
http://eprints.ung.ac.id/5783/5/2012-1-13201-811408075-bab2-
15082012024817.pdf
http://www.kompasiana.com/drdeddyferryrachmat/upaya-penanggulangan-
penderita-tb-paru-positif-pada-unit-pelaksana-teknis-dinas-uptd-puskesmas-
batujaya-karawang_55006552813311971ffa76c8
21
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/mpk/article/download/108/89
http://eprints.ums.ac.id/20426/4/BAB__I.pdf
http://ainun25.blogspot.co.uk/2014/12/makalah-lengkap-tbc.html
http://egaayuprastika.blogspot.co.uk/2015/02/makalah-tuberculosis-tbc.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16929/4/Chapter%20II.pdf
http://endinelsonluturmas.blogspot.co.id/2014/01/makalah-penyakit-rabies-
endi-nelson.html
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol1.no2.Juli2010/RABIES.pd f
http://syamsudin-kangoufu.blogspot.co.id/2013/12/makalah-rabies_2057.html