Upload
dery-laskar-kahadari
View
150
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami dan dilepaskan ke
dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-
sel, begitu dikeluarkan hormone akan dialirkan oleh darah menuju berbagai jaringan sel.
Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan
panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan
derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh
yang sangat luas.
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta
kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin
disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan
regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang baik diatur bersama
dengan hormone glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas.
B. Rumusan masalah
1. Apa dampak yang akan terjadi jika hormon dalam tubuh meningkat?
2. Pengaruh Hormon terhadap Gula darah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hormon
Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami dan dilepaskan ke
dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-
sel,begitu dikeluarkan hormone akan dialirkan oleh darah menuju berbagai jaringan sel.
Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino
dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang
merupakan derivat dari kolesterol.Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu
respon tubuh yang sangat luas.
Adapun kelainan pada sistem hormon sebagia berikut:
1. Penyakit Addison
Terjadi karena sekresi yang berkurang dari glukokortikoid. Hal ini dapat terjadi misalnya
karena kelenjar adrenal terkena infeksi atau oleh sebab autoimun.
Gejala – gejalanya berupa :
a) Berkurangnya volume dan tekanan darah karena turunnya kadar Na+ dan volume air
dari cairan tubuh.
b) Hipoglikemia dan turunnya daya tahan tubuh terhadap stress, sehingga penderita mudah
menjadi shock dan terjadi kematian hanya karena stress kecil saja misalnya flu atau
kelaparan.
c) Lesu mental dan fisik.
2. Sindrom Cushing
Kumpulan gejala – gejala penyakit yang disebabkan oleh sekresi berlebihan dari
glukokortikoid seperti tumor adrenal dan hipofisis. Juga dapat disebabkan oleh pemerian obat
– obatan kortikosteroid yang berlebihan.
Gejala – gejalanya berupa :
a) Otot – otot mengecil dan menjadi lemah karena katabolisme protein.
b) Osteoporosis
c) Luka yang sulit sembuh
d) Gangguan mental misalnya euphoria (terasa segan)
3. Sindrom Adrenogenital
2
Kelainan dimana terjadi kekurangan produksi glukokortikoid yang biasanya akibat
kekurangan enzim pembentuk glukokotikoid pada kelenjar adrenal. Akibatnya kadar
ACTH meningkat dan zona retikularis dirangsang untuk mensekresi androgen yang
menyebabkan timbulnya tanda – tanda kelainan sekunder pria pada seorang wanita yang
disebut virilisme yang timbulnya janggut dan distribusi rambut seperti pria, otot – otot
tubuh seperti pria, perubahan suara, payudara mengecil, klitoris membesar seperti penis
dan kadang – kadang kebotakan.
Pada pria di bawah umur timbul pubertas perkoks, yaitu timbulnya tanda – tanda kelamin
sekunder di bawah umur. Pada pria dewasa gejala – gejala diatas tertutup oleh tanda –
tanda kelamin sekunder normal yang disebabkan oleh testosterone. Tetapi bila timbul
sekresi berlebihan dari estrogen dan progesterone timbul tanda – tanda kelamin sekunder
wanita antara lain yaitu ginaekomastia (payudara membesar seperti pada wanita).
4. Peokromositoma
Tumor adrenal medulla yang menyebabkan hipersekresi adrenalin dan noradrenalin
dengan akibat sebagai berikut :
a) Basa metabolisme meningkat
b) Glukosa darah meningkat
c) Jantung berdebar
d) Tekanan darah meninggi
e) Berkurangnya fungsi saluran pencernaan
f) Keringat pada telapak tangan, kesemuanya menyebabkan berat badan menurun dan
tubuh lemah. Pengobatanya melalu operasi.
Pembengkakan dari kelenjar tiroid yang menimbulkan pembenjolan pada leher bagian
depan. Penyebab struma antara lain peradangan, tumor ataupun defisiensi yodium. Pada
defisiensi yodium, struma terjadi karena kadar T4 dan T3 menurun, kadar TASH
meningkat, hal ini menrangsang sel – sela folikel untuk hipertropi dan hyperplasia.
5. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang disebabkan oleh kalainan hormon yang
mengakibatkan sel – sel dalam tubuh tidak dapat menyerap glukosa dari darah. Penyakit
ini timbul ketikda dala darah tidak terdapat cukup insulin dalam darah. Pada sel – sel
tubuh tidak mendapat cukup glukosa dari darah sehingga kekurangan energi dan akhirnya
terjadi pembakaran cadangan lemak dan protein tubuh. Sementara itu, system pencernaan
3
tetap dapat meyerap glukosa dari makanan sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi
sangat tinggi dan akhirnya diekskresi bersama urin.
6. Hipotiroidea
Keadaan dimana terjadi kekurangan hormon tiroid. Bila terjadi pada masa bayi dan anak,
hipotiroidea menimbulkan kretinisme yaitu tubuh menjadi pendek karena pertumbuhan
tulang dan otot tersumbat, disertai kemunduran mental karena sel – sel otak kurang
berkembang.
7. Hipertiroidea
Keadaan dimana hormone tiroid disekresikan melebihi kadar normal. Gejalanya berupa
berat badan menurun, gemetaran, berkeringat, nafsu makan besar, jantung berdebar dan
BMR maneingkatmelebihi 20 sampai 100.
B. Kepentingan
Hormon membantu dan memastikan tumbesaran manusia yang lebih sempurna
dengan mengawal dan memastikan fundsi dan koordinasi setiap organ. Hormon
mengawal proses metabolisma dan membolehkan pencapaian kesihatan yang lebih baik.
Malangnya setelah manusia mencecah umur 25 tahun, penghasilan hormon mulai
merosot.
Hormon-hormon utama dalam sistem endoktrin :
1) Human Growth Hormone (HGH)
2) Melatonin
3) Thyroid gland hormone
4) Insulin
5) DHEA
6) Oestrogen
7) Corpus luteum hormone
8) Testis hormone
4
C. GANGGUAN SISTEM HORMON
Obesitas ternyata juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada anak gadis,
obesitas menyebabkan haid pertama (menstruasi) dating lebih awal. Pada wanita dewasa,
obesitas dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal (hiperandrogenisme,
hirsutisme) dan gangguan siklus menstruasi.Dan meningkatkan resiko timbulnya batu
empedu,ini terjadi karena cairan empedu menjadi lebih kental.
Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen (lelaki) meningkat. Akibatnya terjadi
hirsutisme (tanda maskulinasi). Misalnya jerawatan, ditumbuhi bulu-bulu di wajah dan
badan, bahkan mungkin perubahan suara menjadi berat seperti suara lelaki.
Faktor-faktor lainnya juga merangsang pembentukan hormon.
Prolaktin (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa) menyebabkan kelenjar
susu di payudara menghasilkan susu. Isapan bayi pada puting susu merangsang
hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak prolaktin. Isapan bayi juga meningkatkan
pelepasan oksitosin yang menyebabkan mengkerutnya saluran susu sehingga susu
bisa dialirkan ke mulut bayi.
HORMON UTAMA
HormonYg menghasilkan
Fungsi
AldosteronKelenjar adrenal
Membantu mengatur keseimbangan garam & air dengan cara menahan garam & air serta membuang kalium
Hormon antidiuretik(vasopresin)
Kelenjar hipofisa
Menyebabkan ginjal menahan air
Bersama dengan aldosteron, membantu mengendalikan tekanan darah
KortikosteroidKelenjar adrenal
Memiliki efek yg luas di seluruh tubuh, terutama sebagai:
Anti peradangan Mempertahankan kadar gula
darah, tekanan darah & kekuatan otot
Membantu mengendalikan keseimbangan garam & air
KortikotropinKelenjar hipofisa
Mengendalikan pembentukan & pelepasan hormon oleh korteks adrenal
Eritropoietin GinjalMerangsang pembentukan sel darah merah
Estrogen Indung telur Mengendalikan perkembangan ciri
5
seksual & sistem reproduksi wanitaGlukagon Pankreas Meningkatkan kadar gula darah
Hormon pertumbuhan
Kelenjar hipofisa
Mengendalikan pertumbuhan & perkembangan
Meningkatkan pembentukan protein
Insulin Pankreas
Menurunkan kadar gula darah Mempengaruhi metabolisme
glukosa, protein & lemak di seluruh tubuh
LH (luteinizing hormone)FSH (follicle-stimulating hormone)
Kelenjar hipofisa
Mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan sperma & sementum, pematangan sel telur, siklus menstruasi
Mengendalikan ciri seksual pria & wanita (penyebaran rambut, pembentukan otot, tekstur & ketebalan kulit, suara dan bahkan mungkin sifat kepribadian)
OksitosinKelenjar hipofisa
Menyebabkan kontraksi otot rahim & saluran susu di payudara
Hormon paratiroidKelenjar paratiroid
Mengendalikan pembentukan tulang
· Mengendalikan pelepasan kalsium & fosfat
Progesteron Indung telur
Mempersiapkan lapisan rahim untuk penanaman sel telur yg telah dibuahi
Mempersiapkan kelenjar susu untuk menghasilkan susu
PolaktinKelenjar hipofisa
Memulai & mempertahankan pembentukan susu di kelenjar susu
Renin & angiotensin Ginjal Mengendalikan tekanan darah
Hormon tiroidKelenjar tiroid
Mengatur pertumbuhan, pematangan & kecepatan metabolisme
TSH(tyroid-stimulating hormone)
Kelenjar hipofisa
Merangsang pembentukan & pelepasan hormon oleh kelenjar tiroid
Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar buntu) dan dibawa oleh darah ke
organ sasaran sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hewan termasuk
manusia.
1. Kelenjar Hipofisis Menghasilkan
6
Somatotrof – Mempengaruhi pertumbuhan
Tirotropin – Mempengaruhi kerja kelenjar tiroid
Prolaktin – Mempengaruhi pengeluaran air susu
Gonadotropin – Mempengaruhi kerja kelenjar kelamin
ACTH – Mempengaruhi kerja kelenjar Adrenalin
ADH – Mempengaruhi pengeluaran urine
Oksitosin – Mempengaruhi kontraksi otot rahim saat melahirkan
2. Tiroid menghasilkan Tiroksin : Mengatur metabolisme zat dan pertumbuhan
3. Paratiroid menghasilkan Parathormon : Mengatur kadar kalsium dalam darah
4. Adrenalin menghasilkan Adrenalin : Mengatur kadar gula darah dengan mengubah
glikogen menjadi glukosa
5. Pankreas menghasilkan Insulin : Mengatur kadar gula darah dengan mengubah glukosa
menjadi glikogen
6. Testis menghasilkan Testosteron : Mempengaruhi ciri-ciri kelamin sekunder pria.
7. Ovarium menghasilkan Estrogen dan Progresteron : Mempengaruhi ciri-ciri kelamin
sekunder wanita
Hormon pada wanita
Hormon wanita terutama dibentuk di ovarium (hormon pria dibentuk di testis). Baik
pria maupun wanita, pada dasarnya memiliki jenis hormon yang relatif sama. Hanya
kadarnya yang berbeda. Hormon seksual wanita antara lain progesteron dan estrogen.
Hormon seksual pria antara lain androstenidion dan testosteron (androgen). Pada wanita,
hormon seksual kewanitaannya lebih banyak ketimbang pria,begitu pula sebaliknya.
Hormon-hormon pada tubuh wanita berperan penting dalam perjalanan hidupnya
termasuk pada keindahan kulit. Berikut ini adalah peran ketiga hormon utama wanita:
1. Hormon Estrogen
Estrogen juga mempengaruhi sirkulasi darah pada kulit, mempertahankan
struktur normal kulit agar tetap lentur,menjaga kolagen kulit agar terpelihara dan
kencang serta mampu menahan air.
Hormon ini berfungsi untuk:
Mempertahankan fungsi otak.
Mencegah gejala menopause (seperti hot flushes) dan gangguan mood.
Meningkatkan pertumbuhan dan elastisitas serta sebagai pelumas sel jaringan
(kulit, saluran kemih, vagina, dan pembuluh darah).
7
Pola distribusi lemah di bawah kulit sehingga membentuk tubuh wanita yang
feminin.
Produksi sel pigmen kulit.
2. Hormon Progesteron:
Sebenarnya hormon ini tidak terlalu berhubungan langsung dengan keadan kulit tetapi
sedikit banyak ada pengaruhnya karena merupakan pengembangan estrogen dan kompetitor
androgen.
Fungsi utama hormon progesteron lebih pada sistem reproduksi wanita, yaitu:
Mengatur siklus haid.
Mengembangkan jaringan payudara.
Menyiapkan rahim pada waktu kehamilan.
Melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker endometrium.
3. Hormon Androgen
Hormon ini berfungsi untuk:
Merangsang dorongan seksual.
Merangsang pembentukan otot, tulang, kulit, organ seksual dan sel darah merah.
Beberapa organ ini menghasilkan zat-zat yang hanya beraksi di tempat pelepasannya,
sedangkan yang lainnya tidak melepaskan produknya ke dalam aliran darah. Contohnya, otak
menghasilkan berbagai hormon yang efeknya terutama terbatas pada sistem saraf.
Hormon pada laki – laki
Sekitar 10 tahun setelah lahir, saat masa remaja dimulai, hormon-hormon laki-laki
memainkan perannya secara penuh. Ini terjadi ketika satu rantai perintah dibentuk di dalam
tubuh. Di puncak rantai perintah ini adalah hipotalamus.
Setelah lahir, hipotalamus melepaskan sebuah hormon bernama LHRH setiap 3-4 jam,
namun jumlah yang dilepaskan sangat kecil. Sekitar 10 tahun kemudian, hipotalamus benar-
benar "memahami" bahwa waktu yang tepat telah tiba untuk membentuk tubuh laki-laki dan
mulai melepaskan LHRH dalam selang yang lebih pendek. 43 Hormon LHRH bergerak ke
mata kedua pada rantai perintah, kelenjar pituitari. Tak lama setelah menerima perintah,
kelenjar pituitari melepaskan hormon lain yang disebut LH. Hormon ini memberikan perintah
untuk mengaktifkan kelenjar seksual laki-laki, yaitu zakar.
Saat hormon LH mencapai zakar melalui aliran darah, sel-sel yang ada di sana mulai
menghasilkan suatu hormon bernama testosteron. Sel-sel yang menghasilkan testosteron
mengetahui bahwa waktunya telah tiba bagi tubuh yang ditempatinya untuk meninggalkan
8
masa kanak-kanak menjadi laki-laki dewasa. Rumus kimia testosteron yang dihasilkannya
akan mengubah seorang anak di dalam masa perkembangan menjadi laki-laki. Molekul
testosteron menyebar ke seluruh bagian tubuh dan mengetahui apa yang harus dilakukannya
pada sel-sel tertentu di daerah-daerah ini.
Berikut ini adalah sejumlah fungsi testosteron di dalam membentuk tubuh laki-laki yaitu:
a) Molekul - molekul testosteron menyebabkan perkembangbiakan sel-sel otot. Karena itu,
tuuh laki-laki lebih berotot dan kuat daripada tubuh perempuan. Peningkatan jumlah otot
menghasilkan penampakan tubuh khas laki-laki.
b) Pada saat yang sama, molekul-molekul testosteron mempengaruhi sel-sel pada akar rambut,
menyebabkan munculnya Janggut dan kumis.
c) Testosteron mempengaruhi pita suara, menyebabkan suara laki-laki lebih rendah daripada
perempuan. Selain itu, molekul testosteron memberikan pada tubuh laki-laki kemampuan
membuahi telur perempuan.
d) Tentunya mengejutkan bahwa suatu molekul tak sadar dapat melakukan semua ini. Molekul
ini mengetahui kekhususan tubuh laki-laki dan mengarahkan trilyunan sel dalam
pembentukan tubuh ini.
e) Molekul testosteron tidak dibatasi untuk tugas-tugas ini saja. Bukti kentara perencanaan
dapat dilihat dalam mekanisme yang dipengaruhi hormon ini. Untuk mewujudkan
pengaruhnya, testosteron mencapai jaringan yang dituju (organ seksual laki-laki) dan
memasuki sel-selnya. Di dalam sel, testosteron menyatu dengan sebuah enzim yang
diciptakan secara khusus untuknya sehingga pengaruhnya meningkat pesat.
Hormon yang baru terbentuk ini lalu menyatu dengan sebuah reseptor yang dirancang
khusus untuknya. Campuran molekuler yang dihasilkan menyatu dengan DNA yang ada di
sel itu dan menggunakan informasi yang diterima dari DNA untuk mensintesis protein.
Proses ini memastikan bahwa perbedaan tubuh serta fungsi seksual antara laki-laki dan
perempuan terus berlanjut.
Testosteron dihasilkan oleh hormon LH yang dilepaskan kelenjar pituitari. Tetapi,
hormon LH dikendalikan oleh testosteron sebagaimana testosteron dikendalikan oleh LH.
Saat jumlahnya di dalam darah meningkat, molekul testosteron melakukan tekanan pada
kelenjar pituitari yang menyebabkan kelenjar itu menghentikan produksi LH. Hanya ketika
jumlah testosteron menurun produksi LH dimulai lagi. LH yang dihasilkan mengaktifkan
zakar dan memerintahkan produksi tambahan agar menaikkan jumlah testosteron.
Dari sini, kita dapat menyimpulkan dengan yakin bahwa ada pertukaran informasi
antara kelenjar pituitari dan zakar. Dua kelenjar tak sadar saling mengendalikan produksi dan
9
bekerjasama memastikan pelepasan testosteron dalam jumlah yang pas bagi manusia, dan
mencegah bahaya yang mungkin timbul dari pelepasan testosteron yang terlalu sedikit (atau
terlalu banyak). Lebih tepatnya, di dalam kedua kelenjar, subsistem-subsistem molekuler
ditempatkan demi memastikan kerjasama yang serasi. Rancangan tanpa cela ini menunjukkan
bahwa sistem-sistem ini diciptakan untuk memenuhi suatu tujuan bersama.
Pada saat yang sama, hormon FSH yang dilepaskan kelenjar pituitari mulai
menghasilkan sperma di dalam zakar. Sel-sel sperma dirancang khusus untuk pembuahan sel-
sel telur. Contoh lain rancangan adalah dengan dimulainya masa remaja, FSH dilepaskan dan
sperma mulai dihasilkan di waktu yang tepat.
Insulin adalah hormon yang bertugas untuk menjaga kadar gula atau glukosa dalam
darah. Setiap sel dalam tubuh membutuhkan suplai glukosa yang berkesinambungan untuk
diproses menjadi energi. Sel tidak bisa secara langsung menyerap glukosa dari makanan.
Ketika makan karbohidrat, tubuh akan merubah karbohidrat menjadi glukosa. Kemudian
glukosa ini akan dibawa melalui aliran darah menuju sel-sel dalam tubuh. Namun, karena
molekul glukosa tidak bisa menembus dinding sel maka diperlukan bantuan insulin untuk
membuka sel-sel tubuh agar gula darah bisa memasuki sel-sel untuk kemudian diubah
menjadi energi dan menjaga glukosa tetap berada dalam sel. Glukosa juga disimpan dalam
hati dalam bentuk glikogen kemudian diubah dalam jaringan adiposa menjadi lemak dan
trigliserida. Insulin memfasilitasi proses tersebut. Insulin akan meningkatkan pengikatan
glukosa oleh membran sel, meningkatkan level glikogen (glikogenesis) di hati, mengurangi
pemecahan glikogen (glikogenolisis) di hati, meningkatkan sintesis asam lemak, menurunkan
pemecahan asam lemak menjadi badan keton, dan membantu penggabungan asam amino
menjadi protein.
Insulin disekresi sebagai respon atas meningkatnya konsentrasi glukosa dalam plasma
darah. Konsentrasi ambang untuk sekresi tersebut adalah kadar glukosa pada saat puasa yaitu
antara 80-100 mg/dL. Respon maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang berkisar dar 300-
500 mg/dL. Insulin yang disekresikan dialirkan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Gula
darah yang tinggi merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin dalam jumlah yang
tinggi. Peningkatan rasio gula darah disebabkan karena terjadi percepatan laju metabolisme
glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi pada hati. Jika hal ini berlangsung lama akan
terjadi resistensi insulin, yaitu menurunnya kerja pankreas dalam menghasilkan insulin.
Penderita dengan kadar gula yang sangat tinggi maka gula tersebut akan dikeluarkan
melalui urine. Gula disaring oleh glomerolus ginjal secara terus menerus, tetapi kemudian
akan dikembalikan ke dalam sistem aliran darah melalui sistem reabsorpsi tubulus ginjal.
10
Kapasitas ginjal mereabsorpsi glukosa terbatas pada laju 350 mg/menit. Ketika kadar glukosa
sangat tinggi, filtrat glomerolus mengandung glukosa di atas batas ambang untuk
direabsorpsi. Akibatnya kelebihan glukosa tersebut dikeluarkan melalui urine. Gejala ini
disebut glikosuria, yang merupakan indikasi lain dari penyakit diabetes mellitus. Glikosuria
ini megakibatkan kehilangan kalori yang sangat besar. (Mayes, 2003)
Gambaran klinis penyakit diabetes mellitus menurut Corwin (2001) antara lain sebagai
berikut :
1. Poliuria ( peningkatan pengeluaran urin )
Perubahan yang utama akibat hiperglikemia adalah hiperosmolalitas. Peningkatan konsentrasi
glukosa darah dan osmolalitas darah menimbulkan dehidrasi. Apabila konsentrasi glukosa
darah melebihi ambang batas ginjal maka terjadi diuresis osmotik. Diuresis osmotik inilah
yang menimbulkan peningkatan pengeluaran urin (poliuria).
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus )
Polidipsia terjadi akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan
dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan
berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik
(sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran Anti Diuretik Hormon (ADH)
dan menimbulkan rasa haus.
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar )
Ketidaksediaan glukosa dalam sel juga mengakibatkan terjadinya glukoneogenesis secara
berlebihan. Sel-sel hati akan meniungkatkan produksi glukosa dari substrat lain, salah
satunya adalah dengan merombak protein. Asam amino hasil perombakan ditransaminasi
sehingga dapat menghasilkan substrat atau senyawa antara dalam pembentukan glukosa.
Peristiwa berlangsung terus-menerus karena insulin yang membatasi glukoneogenesis sangat
sedikit atau tidak ada sama sekali. Glukosa yang dihasilkan kemudian akan terbuang melalui
urine. Akibatnya, terjadi pengurangan jumlah jaringan otot dan jaringan adiposa secara
signifikan. Penderita akan kehilangan berat tubuh yang hebat meskipun terdapat peningkatan
selera makan (polifagia) dan asupan kalori normal atau meningkat.
Seorang penderita diabetes dianjurkan untuk berolahraga. Olahraga secara teratur
sangat penting bagi penderita diabetes karena dapat mengontrol kadar gula darah serta
menurunkan berat badan dan tekanan darah. Olahraga dapat membantu mengontrol kadar
gula darah adalah karena pada saat olahraga, sel-sel di otot bekerja lebih keras sehingga lebih
membutuhkan gula dan oksigen untuk dibakar menjadi tenaga dibandingkan saat beristirahat.
Olahraga juga membantu kerja dari insulin karena gula dalam darah dialirkan ke dalam sel
11
otot untuk dirubah menjadi energi sehingga otomatis kadar gula didalam darah akan menurun
sehinga akan meringankan kerja dari insulin. Olahraga yang dianjurkan untuk penderita
diabetes adalah olahraga aerobic low impact dan rithmis seperti senam, jogging, berenang
dan naik sepeda. Porsi latihan juga harus diperhatikan. Penentuan porsi latihan tersebut harus
memperhatikan intensitas latihan, lama latihan dan frekuensi latihan.
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada
retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami
pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-
gelembung
(secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi dengan bantuan enzim peptidase,
proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk
disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.
Mekanism diatas diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme secara normal,
karena fungsi insulin memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi glukosa yang ada
dalam darah. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama yang
memberi rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi insulin. Disamping glukosa,
beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, dapat pula memiliki efek yang sama dalam
rangsangan terhadap sel beta. Mengenai bagaimana mekanisme sesungguhnya dari sintesis
dan sekresi insulin setelah adanya rangsangan tersebut, merupakan hal yang cukup rumit dan
belum sepenuhnya dapat dipahami secara jelas.
Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi insulin, setelah adanya rangsangan
oleh molekul glukosa. Tahap pertama adalah proses glukosa melewati membrane sel. Untuk
dapat melewati membran sel beta dibutuhkan bantuan senyawa lain. Glucose transporter
(GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel yang berperan
dalam proses metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa
masuk dari luar kedalam sel jaringan tubuh. Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat
dalam sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah,
melewati membran, ke dalam sel. Proses ini penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul
glukosa akan mengalami proses glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan kemudian
membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbentuk, dibutuhkan untuk tahap
selanjutnya yakni proses mengaktifkan penutupan K channel pada membran sel. Penutupan
ini berakibat terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel yang menyebabkan terjadinya
tahap depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh tahap pembukaan Ca channel.
Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca sehingga menyebabkan peningkatan
12
Glucose signaling
Glucose GLUT-2
Glucose
Glucose-6-phosphate
ATP
Depolarizationof membrane
K+ channel shut
Ca2+ Channel Opens
Insulin + C peptide
Cleavage enzymes
Proinsulin
preproinsulin Preproinsulin
Insulin SynthesisB. cell
K+ ↑↑
Gb.1 Mekanisme sekresi insulin pada sel beta akibat stimulasiGlukosa ( Kramer,95 )
Dinamika sekresi insulin
Insulin Release
kadar ion Ca intrasel. Suasana ini dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui mekanisme
yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan
Seperti disinggung di atas, terjadinya aktivasi penutupan K channel tidak hanya
disebabkan oleh rangsangan ATP hasil proses fosforilasi glukosa intrasel, tapi juga dapat oleh
pengaruh beberapa faktor lain termasuk obat-obatan. Namun senyawa obat-obatan tersebut,
misalnya obat anti diabetes sulfonil urea, bekerja pada reseptor tersendiri, tidak pada reseptor
yang sama dengan glukosa, yang disebut sulphonylurea receptor (SUR) pada membran sel
beta.
Dinamika Sekresi Insulin
Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan tubuh normal
oleh sel beta dalam dua fase, sehingga sekresinya berbentuk biphasic. Seperti dikemukakan,
sekresi insulin normal yang biphasic ini akan terjadi setelah adanya rangsangan seperti
glukosa yang berasal dari makanan atau minuman. Insulin yang dihasilkan ini, berfungsi
mengatur regulasi glukosa darah agar selalu dalam batas-batas fisiologis, baik saat puasa
maupun setelah mendapat beban. Dengan demikian, kedua fase sekresi insulin yang
berlangsung secara sinkron tersebut, menjaga kadar glukosa darah selalu dalam batas-batas
normal, sebagai cerminan metabolisme glukosa yang fisiologis.
13
Exocytosis
secretory
Sekresi fase 1 (acute insulin secretion responce = AIR) adalah sekresi insulin yang
terjadi segera setelah ada rangsangan terhadap sel beta, muncul cepat dan berakhir juga cepat.
Sekresi fase 1 (AIR) biasanya mempunyai puncak yang relatif tinggi, karena hal itu memang
diperlukan untuk mengantisipasi kadar glukosa darah yang biasanya meningkat tajam, segera
setelah makan. Kinerja AIR yang cepat dan adekuat ini sangat penting bagi regulasi glukosa
yang normal karena pasa gilirannya berkontribusi besar dalam pengendalian kadar glukosa
darah postprandial. Dengan demikian, kehadiran AIR yang normal diperlukan untuk
mempertahankan berlangsungnya proses metabolisme glukosa secara fisiologis. AIR yang
berlangsung normal, bermanfaat dalam mencegah terjadinya hiperglikemia akut setelah
makan atau lonjakan glukosa darah postprandial (postprandial spike) dengan segala akibat
yang ditimbulkannya termasuk hiperinsulinemia kompensatif.
Selanjutnya, setelah sekresi fase 1 berakhir, muncul sekresi fase 2 (sustained phase,
latent phase), dimana sekresi insulin kembali meningkat secara perlahan dan bertahan dalam
waktu relatif lebih lama. Setelah berakhirnya fase 1, tugas pengaturan glukosa darah
selanjutnya diambil alih oleh sekresi fase 2. Sekresi insulin fase 2 yang berlangsung relatif
lebih lama, seberapa tinggi puncaknya (secara kuantitatif) akan ditentukan oleh seberapa
besar kadar glukosa darah di akhir fase 1, disamping faktor resistensi insulin. Jadi, terjadi
semacam mekanisme penyesuaian dari sekresi fase 2 terhadap kinerja fase 1 sebelumnya.
Apabila sekresi fase 1 tidak adekuat, terjadi mekanisme kompensasi dalam bentuk
peningkatan sekresi insulin pada fase 2. Peningkatan produksi insulin tersebut pada
hakikatnya dimaksudkan memenuhi kebutuhan tubuh agar kadar glukosa darah (postprandial)
tetap dalam batas batas normal. Dalam prospektif perjalanan penyakit, fase 2 sekresi insulin
akan banyak dipengaruhi oleh fase 1. Pada gambar dibawah ini ( Gb. 2 ) diperlihatkan
dinamika sekresi insulin pada keadaan normal, Toleransi Glukosa Terganggu ( Impaired
Glucose Tolerance = IGT ), dan Diabetes Mellitus Tipe 2.
Biasanya, dengan kinerja fase 1 yang normal, disertai pula oleh aksi insulin yang juga
normal di jaringan ( tanpa resistensi insulin ), sekresi fase 2 juga akan berlangsung normal.
Dengan demikian tidak dibutuhkan tambahan ( ekstra ) sintesis maupun sekresi insulin pada
fase 2 diatas normal untuk dapat mempertahankan keadaan normoglikemia. Ini adalah
keadaan fisiologis yang memang ideal karena tanpa peninggian kadar glukosa darah yang
dapat memberikan dampak glucotoxicity, juga tanpa hiperinsulinemia dengan berbagai
dampak negatifnya.
14
Insu
lin
Sec
reti
on
Intravenous glucose stimulation
First-Phase
SecondPhase
IGT
Normal
Type 2DM
Basal
Aksi Insulin
Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses metabolisme dalam tubuh
terutama metabolisme karbohidrat. Hormon ini sangat krusial perannya dalam proses
utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot, lemak, dan hepar.
Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan sejenis
reseptor (insulin receptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran sel tersebut. Ikatan
antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang berguna bagi proses
regulasi atau metabolisme glukosa didalam sel otot dan lemak, meskipun mekanisme kerja
yang sesungguhnya belum begitu jelas. Setelah berikatan, transduksi sinyal berperan dalam
meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4) dan selanjutnya juga pada
mendorong penempatannya pada membran sel. Proses sintesis dan translokasi GLUT-4 inilah
yang bekerja memasukkan glukosa dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya mengalami
metabolism (Gb. 3). Untuk mendapatkan proses metabolisme glukosa normal, selain
diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula aksi insulin yang
berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap
insulin merupakan salah satu faktor etiologi terjadinya diabetes, khususnya diabetes tipe 2.
15
0 5 10 15 20 25 30 ( minute )
Dinamika sekresi Insulin setelah beban glukosa intravena pada keadaan
Baik atau buruknya regulasi glukosa darah tidak hanya berkaitan dengan metabolisme
glukosa di jaringan perifer, tapi juga di jaringan hepar dimana GLUT-2 berfungsi sebagai
kendaraan pengangkut glukosa melewati membrana sel kedalam sel. Dalam hal inilah
jaringan hepar ikut berperan dalam mengatur homeostasis glukosa tubuh. Peninggian kadar
glukosa darah puasa, lebih ditentukan oleh peningkatan produksi glukosa secara endogen
yang berasal dari proses glukoneogenesis dan glikogenolisis di jaringan hepar. Kedua proses
ini berlangsung secara normal pada orang sehat karena dikontrol oleh hormon insulin.
Manakala jaringan ( hepar ) resisten terhadap insulin, maka efek inhibisi hormon tersebut
terhadap mekanisme produksi glukosa endogen secara berlebihan menjadi tidak lagi optimal.
Semakin tinggi tingkat resistensi insulin, semakin rendah kemampuan inhibisinya terhadap
proses glikogenolisis dan glukoneogenesis, dan semakin tinggi tingkat produksi glukosa dari
hepar.
1. binding ke reseptor, 2. translokasi GLUT 4 ke membran sel, 3. transportasi glukosa
meningkat, 4.disosiasi insulin dari reseptor, 5. GLUT 4 kembali menjauhi membran, 6.
kembali kesuasana semula.
Efek Metabolisme dari Insulin
Gangguan, baik dari produksi maupun aksi insulin, menyebabkan gangguan pada
metabolisme glukosa, dengan berbagai dampak yang ditimbulkannya. Pada dasarnya ini
bermula dari hambatan dalam utilisasi glukosa yang kemudian diikuti oleh peningkatan kadar
glukosa darah. Secara klinis, gangguan tersebut dikenal sebagai gejala diabetes melitus. Pada
16
diabetes melitus tipe 2 (DMT2), yakni jenis diabetes yang paling sering ditemukan, gangguan
metabolisme glukosa disebabkan oleh dua faktor utama yakni tidak adekuatnya sekresi
insulin (defisiensi insulin) dan kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi
insulin), disertai oleh faktor lingkungan ( environment ). Sedangkan pada diabetes tipe 1
(DMT1), gangguan tersebut murni disebabkan defisiensi insulin secara absolut.
Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali oleh kelainan pada dinamika sekresi
insulin berupa gangguan pada fase 1 sekresi insulin yang tidak sesuai kebutuhan (inadekuat).
Defisiensi insulin ini secara langsung menimbulkan dampak buruk terhadap homeostasis
glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah hiperglikemia akut pascaprandial (HAP) yakni
peningkatan kadar glukosa darah segera (10-30 menit) setelah beban glukosa (makan atau
minum).
Kelainan berupa disfungsi sel beta dan resistensi insulin merupakan faktor etiologi yang
bersifat bawaan (genetik). Secara klinis, perjalanan penyakit ini bersifat progressif dan
cenderung melibatkan pula gangguan metabolisme lemak ataupun protein. Peningkatan kadar
glukosa darah oleh karena utilisasi yang tidak berlangsung sempurna pada gilirannya secara
klinis sering memunculkan abnormalitas dari kadar lipid darah. Untuk mendapatkan kadar
glukosa yang normal dalam darah diperlukan obat-obatan yang dapat merangsang sel beta
untuk peningkatan sekresi insulin ( insulin secretagogue ) atau bila diperlukan secara
substitusi insulin, disamping obat-obatan yang berkhasiat menurunkan resistensi insulin (
insulin sensitizer ).
Tidak adekuatnya fase 1, yang kemudian diikuti peningkatan kinerja fase 2 sekresi
insulin, pada tahap awal belum akan menimbulkan gangguan terhadap kadar glukosa darah.
Secara klinis, barulah pada tahap dekompensasi, dapat terdeteksi keadaan yang dinamakan
Toleransi Glukosa Terganggu yang disebut juga sebagai prediabetic state. Pada tahap ini
mekanisme kompensasi sudah mulai tidak adekuat lagi, tubuh mengalami defisiensi yang
mungkin secara relatif, terjadi peningkatan kadar glukosa darah postprandial. Pada toleransi
glukosa terganggu (TGT) didapatkan kadar glukosa darah postprandial, atau setelah diberi
beban larutan 75 g glukosa dengan Test Toleransi Glukosa Oral ( TTGO ), berkisar diantara
140-200 mg/dl. Juga dinamakan sebagai prediabetes, bila kadar glukosa darah puasa antara
100 – 126 mg/dl, yang disebut juga sebagai Glukosa Darah Puasa Terganggu ( GDPT ).
17
Keadaan hiperglikemia yang terjadi, baik secara kronis pada tahap diabetes, atau
hiperglikemia akut postprandial yang terjadi ber-ulangkali setiap hari sejak tahap TGT,
memberi dampak buruk terhadap jaringan yang secara jangka panjang menimbulkan
komplikasi kronis dari diabetes.Tingginya kadar glukosa darah (glucotoxicity) yang diikuti
pula oleh dislipidemia (lipotoxicity) bertanggung jawab terhadap kerusakan jaringan baik
secara langsung melalui stres oksidatif, dan proses glikosilasi yang meluas.
Resistensi insulin mulai menonjol peranannya semenjak perubahan atau konversi fase
TGT menjadi DMT2. Dikatakan bahwa pada saat tersebut faktor resistensi insulin mulai
dominan sebagai penyebab hiperglikemia maupun berbagai kerusakan jaringan. Ini terlihat
dari kenyataan bahwa pada tahap awal DMT2, meskipun dengan kadar insulin serum yang
cukup tinggi, namun hiperglikemia masih dapat terjadi. Kerusakan jaringan yang terjadi,
terutama mikrovaskular, meningkat secara tajam pada tahap diabetes, sedangkan gangguan
makrovaskular telah muncul semenjak prediabetes. Semakin tingginya tingkat resistensi
insulin dapat terlihat pula dari peningkatan kadar glukosa darah puasa maupun postprandial.
Sejalan dengan itu, pada hepar semakin tinggi tingkat resistensi insulin, semakin rendah
kemampuan inhibisinya terhadap proses glikogenolisis dan glukoneogenesis, menyebabkan
semakin tinggi pula tingkat produksi glukosa dari hepar.
Jadi, dapat disimpulkan perjalanan penyakit DMT2, pada awalnya ditentukan oleh kinerja
fase 1 yang kemudian memberi dampak negatif terhadap kinerja fase 2, dan berakibat
langsung terhadap peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Hiperglikemia terjadi
tidak hanya disebabkan oleh gangguan sekresi insulin (defisiensi insulin), tapi pada saat
bersamaan juga oleh rendahnya respons jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin).
Gangguan atau pengaruh lingkungan seperti gaya hidup atau obesitas akan mempercepat
progresivitas perjalanan penyakit. Gangguan metabolisme glukosa akan berlanjut pada
gangguan metabolisme lemak dan protein serta proses kerusakan berbagai jaringan tubuh.
Rangkaian kelainan yang dilatarbelakangi oleh resistensi insulin, selain daripada intoleransi
terhadap glukosa beserta berbagai akibatnya, sering menimbulkan kumpulan gejala yang
dinamakan sindroma metabolik.
18
BAB IV
PENUTUP
Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami dan dilepaskan ke
dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-
sel,begitu dikeluarkan hormone akan dialirkan oleh darah menuju berbagai jaringan sel.
Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan
panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan
derivat dari kolesterol.Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh
yang sangat luas.
Hormon membantu dan memastikan tumbesaran manusia yang lebih sempurna
dengan mengawal dan memastikan fundsi dan koordinasi setiap organ.Hormon mengawal
proses metabolisma dan membolehkan pencapaian kesihatan yang lebih baik. Malangnya
setelah manusia mencecah umur 25 tahun, penghasilan hormon mulai merosot.
19
DAFTAR PUSTAKA
Yatim,Wildan,Dr.1994.Reproduksi dan embriologi.Bandung.Tarsito
Wibowo,Daniel S.2005.Anatomi tubuh manusia.Jakarta.PT Grsindo
http://id.wikipedia.org/wiki/Hormon
http://members.tripod.com/layananebook/hormon.htm
Ashcroft FM, Gribble FM, 1999. ATP-sensitive K+ channels and insulin secretion:
Their role in health and disease. Diabetologia 42: 903-19.
Ashcroft FM, Gribble FM, 1999. Differential sensitivity of beta-cell and extrapancreatic
K ATP channels to gliclazide. Diabetologia 42: 845-8.
Cerasi E, 2001.The islet in type 2 diabetes: Back to center stage. Diabetes 50: S1-S3.
Ceriello A, 2002. The possible role of postprandial hyperglycemia in the pathogenesis
of diabetic complications. Diabetologia 42:117-22.
Kramer W, 1995. The molecular interaction of sulphonylureas. DRCP 28: 67 – 80
20
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Hormon 2
Gejala – gejalanya berupa 2
B. Kepentingan 4
C. GANGGUAN SISTEM HORMON 5
Dinamika Sekresi Insulin 13
Aksi Insulin 15
Efek Metabolisme dari Insulin 16
BAB IV PENUTUP 19
DAFTAR PUSTAKA 20
21
ii