13
NOTULEN RAPAT DPM TRIWULAN II TAHUN 2015 Kamis, 09 Juli 2015 Nama Pst : Tn. T Usia : 36 Tahun Anamnesa : Benjolan dibawah jempol kaki kiri, Td: 140/90, S/n: 36/80, Diagnosa Pre Op : Fibroma Jempol Diagnosa Post Op : Hemangioma Tindakan dilaporan Operasi : Eksisi ( Kode ICD 9 yang dimasukkan Other Exicion of Vessel, UnSpecified ) Pertanyaan : Menurut Pendapat verifikator bahwa kode ICD 9 yang digunakan tidak tepat karena dari arti ini merupakan operasi eksisi terhadap pembuluh darah. Ditambah lagi dengan memasukkan kode ICD 9 ini Deskripsi Ina CBGs menjadi “ Prosedur Sistem Peredaran darah lain-lain ringan “. Namun pihak RS bersikeras bahwa memang hemangiomanya terletak dekat dengan pembuluh darah.” ( Terlampir laporan operasi ) Rekomendasi DPM : Diagnosa pre op bisa saja beubah menjadi hemangioma setelah dilakukan operasi. Hemangioma adalah tumor pada pembuluh darah. Hemangioma itu harus dilIhat ukuran dan letaknya, aktif atau tidak aktifnya karena kalau di eksisi biasa terjadi pendarahan. Untuk melihat hemangioma tersebut aktif atau tidak aktifnya dapat dilihat secara klinis pada laporan operasi. Hemangioma yang kosong dan tidak terkena pembuluh darah (tidak aktif) bisa dilakukan seperti STT, namun jika hemangioma nya aktif maka kode ICD 9 CM di atas sudah tepat. Berdasarkan laporan operasi memang didapatkan pembuluh darah yang lebar, makanya diganti menjadi hemangioma sehingga kode ICD 9 yang dimasukkan Other Exicion of Vessel, UnSpecified memang benar untuk hemangioma. 1

Notulen dpm

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Notulen dpm

NOTULEN RAPAT DPM TRIWULAN II TAHUN 2015

Kamis, 09 Juli 2015

Nama Pst : Tn. TUsia : 36 TahunAnamnesa : Benjolan dibawah jempol kaki kiri, Td: 140/90, S/n: 36/80,Diagnosa Pre Op : Fibroma JempolDiagnosa Post Op : HemangiomaTindakan dilaporan Operasi : Eksisi ( Kode ICD 9 yang dimasukkan Other Exicion of Vessel, UnSpecified )

Pertanyaan :Menurut Pendapat verifikator bahwa kode ICD 9 yang digunakan tidak tepat karena dari arti ini merupakan operasi eksisi terhadap pembuluh darah. Ditambah lagi dengan memasukkan kode ICD 9 ini Deskripsi Ina CBGs menjadi “ Prosedur Sistem Peredaran darah lain-lain ringan “. Namun pihak RS bersikeras bahwa memang hemangiomanya terletak dekat dengan pembuluh darah.” ( Terlampir laporan operasi )

Rekomendasi DPM :

Diagnosa pre op bisa saja beubah menjadi hemangioma setelah dilakukan operasi. Hemangioma adalah tumor pada pembuluh darah. Hemangioma itu harus dilIhat ukuran dan letaknya, aktif atau tidak aktifnya karena kalau di eksisi biasa terjadi pendarahan. Untuk melihat hemangioma tersebut aktif atau tidak aktifnya dapat dilihat secara klinis pada laporan operasi. Hemangioma yang kosong dan tidak terkena pembuluh darah (tidak aktif) bisa dilakukan seperti STT, namun jika hemangioma nya aktif maka kode ICD 9 CM di atas sudah tepat. Berdasarkan laporan operasi memang didapatkan pembuluh darah yang lebar, makanya diganti menjadi hemangioma sehingga kode ICD 9 yang dimasukkan Other Exicion of Vessel, UnSpecified memang benar untuk hemangioma.

1

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DR.dr.Herlambang,Sp.OG-KFM

Dr.Makruf Umar,Sp.P

Dr.Mustarim,Sp.A

Dr.Kuswaya Waslan,Sp.M

Dr.Nadrizal,Sp.PD

Dr.Denison,Sp.B

Dr. Harly, Sp.S Dr. Charles,Sp.BO

Page 2: Notulen dpm

Nama Pst : Ny. MUsia : 64 ThPemeriksaan : BNO Diagnosa Pre Op : Hidronefrosis Bilateral ec Uretrolithiasis SinistraTindakan yg dilakukan : Aff DJ Stent ( Pasien dirawat inapkan )

Pertanyaan : Apakah Aff DJ Stent harus dengan perawatan rawat inap , dapatkah di lakukan sebagai ODC (dibayarkan sebagai rawat inap kls III sesuai rekomendasi P2JK ). Kecenderungan untuk pelayanan bedah urologi yang memerlukan beberapa rangkaian tindakan, setiap tindakan dipecah dan

ditagihkan sebagai pelayanan rawat inap.Mungkinkah ada tindakan yang dapat dilakukan sekaligus secara SOP ? Bagaimana dengan kemungkinan tindakan-tindakan dapat dilakukan sebagai pelayanan ODC?

Rekomendasi DPM :

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DR.dr.Herlambang,Sp.OG-KFM

Dr.Makruf Umar,Sp.P

Dr.Mustarim,Sp.A

Dr.Kuswaya Waslan,Sp.M

Dr.Nadrizal,Sp.PD

Dr.Denison,Sp.B

Dr. Harly, Sp.S Dr. Charles,Sp.BO

ODC adalah pasien masuk pagi dan sorenya pasien tersebut pulang. Pelayanan ODC itu dibayarkan bukan sebagai rawat jalan tetapi rawat inap kelas III. ODC ini adalah regulasi dari pihak RS setempat yang tidak mempunyai ODC sehingga pasien tersebut di rawat inapkan karena pasien tersebut di observasi 6-24 jam. SOP RS menyatakan 1 hari sebelum pasien dilakukan tindakan operasi pasien tersebut harus dirawat inapkan, namun tindakan operasi apabila dilakukan pagi hari maka sore nya pasien pulang. Sehingga Aff DJ Stent itu bisa di terapkan ODC, Aff DJ Stent itu adalah mengalirkan urine yang diproduksi ( yang terhalang ) menjadi lancar untuk menyelamatkan ginjalnya terlebih dahulu setelah itu baru tahap pembuangan batu ginjal.

2

Page 3: Notulen dpm

Nama Pst : MUsia : 8 Th.Pemeriksaan fisik : Td: 100/70, s/n: 36,2/88 , rr: 20, labor (normal)Diagnosa : Tonsilitis kronisDiagnosa Pre Op : Tonsilofaringitis kronis

Jenis tindakan yang dilakukan : Tonsilektomi + Cauterisasi dressing faring

Pertanyaan : 1. Apakah tindakan cauterisasi merupakan bagian dari prosedur tonsilektomi? Menurut rekomendasi P2JK dan Tim Tarif bahwa Prosedur yang merupakan bagian dari prosedur yang lainnya tidak perlu dikoding sehingga berdampak pada severitas level dan biaya.

2. Spesifikasi informasi yang dapat dijadikan acuan bahwa tindakan couterisasi tersebut dilakukan pada peserta? Mengingat bahwa semua kasul tonsilektomi pada rumah sakit X selalu dengan tambahan tindakan tersebut?

Rekomendasi DPM :Tindakan cauterisasi tidak tergabung dengan bagian tonsilektomi. Tindakan cauterisasi merupakan tindakan tambahan dan terpisah dari tonsilektomi. Tonsilektomi dan cauterisasi itu sangat tergantung dengan kondisi pasien. Diagnosa tonsillitis seharusnya ditambah dengan pendarahan sehingga bisa dilakukan cauterisasi dan disebutkan adanya granul-granul di dalam faring dan dapat ditemukan secara klinis (dapat dikonfirmasi ) apakah pasien tersebut bisa dilakukan cauterisasi atau tidak.

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DR.dr.Herlambang,Sp.OG-KFM

Dr.Makruf Umar,Sp.P

Dr.Mustarim,Sp.A

Dr.Kuswaya Waslan,Sp.M

Dr.Nadrizal,Sp.PD

Dr.Denison,Sp.B

Dr. Harly, Sp.S Dr. Charles,Sp.BO

3

Page 4: Notulen dpm

Nama Pst : An. AUsia : 18 ThAnamnesa : Telinga pengapDiagnosa : Tinitus

Jenis tindakan yang dilakukan : Fisioterapi Diathermy dengan rencan tindakan selama 2 minggu ( 3 x perminggu )

Pertanyaan :Apakah Fisioterapi merupakan tata laksana utama untuk pasien Tinitus ?

Nama Pst : Nn. AUsia : 23 ThDiagnosa : Kista EndometriosisJenis Tindakan : Fisiterapi Diathermy sebayak 20 kali

Jenis tindakan yang dilakukan : Fisioterapi Diathermy dengan rencan tindakan selama 2 minggu ( 3 x perminggu )

Pertanyaan : Apakah Fisioterapi merupakan tata laksana utama untuk pasien Kista endometriosis ? Untuk kasus ini apakah ada kemungkinan upaya mengatasi infertilitas ( karena segala upaya mengatasi infertilitas tidak dapat dijamin )

Rekomendasi DPM :1.Tinnitus itu merupakan sindrom, tata laksana utama untuk pasien Tinitus TIDAK dengan fisioterapi, namun Telinga pengap dengan ada gangguan di telinga luar kemungkinan oklusi tuba maka bisa dilakukan tindakan fisioterapi ini. Tindakan pada kasus ini sebenarnya ada pilihan tetapi kalau DPJP sudah bisa memilih tindakan diathermy ini berarti pasien tersebut memang menbutuhkan tetapi untuk kunjungan sampai seumur hidup dan tergantung kebutuhan.

2.Kita harus tahu diagnosis yang benar melalui hasil USG, Kista Endometriosis ini tidak memerlukan tindakan fisioterapi sampai 20 kali, hanya membutuhkan 6-7 kali kunjungan dan harus ada evalusi terlebih dahulu dari DPJP. Fisioterapi itu harus ada lembar assasment dari DPJP sehingga bisa mengetahui berapa kali tindakan yang diperlukan

4

Page 5: Notulen dpm

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DR.dr.Herlambang,Sp.OG-KFM

Dr.Makruf Umar,Sp.P

Dr.Mustarim,Sp.A

Dr.Kuswaya Waslan,Sp.M

Dr.Nadrizal,Sp.PD

Dr.Denison,Sp.B

Dr. Harly, Sp.S Dr. Charles,Sp.BO

5

Page 6: Notulen dpm

Nama Pst :By.Ny R Pemeriksaan Fisik :BBL 3100 Gram, PB 47 Cm , Kepala: Caput , WBC 14400/mm , Hb 15,9 g/dl , Hmt 43,2 Plt 199000/mm ,Diagnosa : Caput Succadenum

Terapi : Asi dan Imunisasi

Keterangan : BBL lahir spontan di RS ditolong oleh bidan, aterm, dan langsung menangis. Terdapat Caput Succadenum. Ditagihkan tersendiri

Ketentuan ( PMK 27 Tahun 2014 Hal 38 ) :1. Untuk bayi lahir dipengaruhi oleh faktor ibunya yaitu komplikasi saat hamil dan melahirkan dapat digunakan kode P00-P04 tetapi yang dapat

diklaimkan hanya yang menggunakan kode P03.0 – P03.62. Kondisi-kondisi tertentu yang timbul saat periode perinatal dengan kode P05-P96 dapat diklaimkan tersendiri, kecuali bayi lahir mati dengan

kode P95 diklaimkan satu paket dengan ibunya.

Pertanyaan : Menurut Tim DPM, dari kategori yang mana dari kedua kategori tersebut diatas, sehingga caput Succadenum dapat diklaimkan ?

Rekomendasi DPM :Bayi sehat dengan terapi hanya ASI dan imunisasi tidak bisa ditagihkan. Bayi premature sangat mudah terinfeksi karena system imun nya yang rendah seperti penderita HIV/AIDS. Bayi yang lahir karena SC dan vaccum maka dapat ditagihkan.

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DR.dr.Herlambang,Sp.OG-KFM

Dr.Makruf Umar,Sp.P

Dr.Mustarim,Sp.A

Dr.Kuswaya Waslan,Sp.M

Dr.Nadrizal,Sp.PD

Dr.Denison,Sp.B

Dr. Harly, Sp.S Dr. Charles,Sp.BO

6

Page 7: Notulen dpm

Nama Pst :By.Ny.YDiagnosa Primer : RDSDiagnosa Sekunder : Fetus and Newborn Affected By Choriamnionitis

Terapi : O2, Dex 10 %, Neo K ,Lacedime, salep mataLama hari rawat : 4 hari

Pertanyaan : Bagaimana diagnosa RDS dapat ditegakkan ? Apakah diagnosa Choriamnionitis dapat ditegakkan jika air ketuban jernih ?

Rekomendasi DPM :RDS ditegakkan dengan down score. Choriamnionitis itu biasanya air ketubannya keruh.

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DR.dr.Herlambang,Sp.OG-KFM

Dr.Makruf Umar,Sp.P

Dr.Mustarim,Sp.A

Dr.Kuswaya Waslan,Sp.M

Dr.Nadrizal,Sp.PD

Dr.Denison,Sp.B

Dr. Harly, Sp.S Dr. Charles,Sp.BO

7

Page 8: Notulen dpm

Nama Pst : Tn. MDiagnosa : Vitreus oklusi ODSTerapi : Injeksi IntravitrealDiskripsi kasus :Pasien dengan diagnosa vitreus oklusi ODS, dilakukan tindakan injeksi intravitreal ,18/05/215 sd 19/05/2015.Pertanyaan : Apakah untuk tindakan inj. Intravitreal pasien harus di rawat inap? Rekomendasi DPM

Pasien : Tn MDiagnosa Primer : Senile Incipient CataractDiagnosa Sekunder : -Tindakan : Discission of Secondary Membrane

Other Extracapsular Extraction Of LensLama Rawatan : 1 hariTerapi yang di berikan : Allietrol ed

Mydrietis edeptalyon ed

Pertanyaan : Apakah menurut Tim cataract harus dirawat inapkan?

Pasien : Ny. YDiagnosa Primer : PterygiumDiagnosa Sekunder : -Tindakan : Other Excision Of Pterygium

Other Microscopic Examination Of BloodLama Rawatan : 3 HariTerapi yang di berikan : Ciproflosacim

Asam MefenamatAntasida

Pertanyaan : Apakah Menurut Tim Pterigium harus dirawat inapkan?

8

Page 9: Notulen dpm

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DR.dr.Herlambang,Sp.OG-KFM

Dr.Makruf Umar,Sp.P

Dr.Mustarim,Sp.A

Dr.Kuswaya Waslan,Sp.M

Dr.Nadrizal,Sp.PD

Dr.Denison,Sp.B

Dr. Harly, Sp.S Dr. Charles,Sp.BO

Rekomendasi DPM :

1. inj. Intravitreal itu bisa one day care saja, jika pasien tsb tidak ada komplikasi. Tetapi kalau ada komplikasi lain maka pasien ini dapat dirawat inapkan.

2. Cataract bisa ODC apabila kataraknya clear atau tidak terjadi masalah (bukan cataract hipermatur). 3. Pterygium bisa dirawatinapkan dengan system graft tetapi kalau hanya dilakukan barscellera/ dikikis maka pasien tersebut cukup dengan ODC dan

bisa di rawat jalan saja.

KASUS INama Pst : Ny . YAnamnesa : Pasien masuk IGD dengan keluhan Mual (+), Muntah (-), Nyeri Ulu Hati, Demam (-)Diagnosa : Dyspepsia ( dikoding oleh koder K30 ) Pemeriksaan : USG Abdomen ( Normal ) , LaborTerapi : Ranitidin, Mucogard Syr

Ketentuan Buku ICD 10:K30 merupakan koding untuk Functional Dyspepsia, untuk syndroma dyspepsia di koding dengan chapter R

9

Page 10: Notulen dpm

Pertanyaan :1. Apakah pada kasus diatas yang dimaksud dokter adalah syndroma dyspepsia atau telah merupakan functional Dyspepsia?

2. Apakah penunjang diagnosatik USG abdomen cukup untuk menegakkan functional Dyspepsia

Rekomendasi DPM :

Dyspepsia bisa ditegakkan apabila ada keluhan di perut selama lbh kurang 4 minggu. Untuk membedakan syndrome dyspepsia dan functional harus dengan pemeriksaan endoscopy, pemeriksaan USG abdomen saja tidak bisa cukup untuk menegakkan diagnosa.

KASUS IINama Pst : Tn. SDiskripsi Kasus : Pasien dengan diagnosa Esofagitis ulceratif. Akan dilakukan pemeriksaan gastroscopy (Endoscopy) , pasien masuk Rumah Sakit

tgl 16/03/2015 sd 17/03/2015. dilakukan tindakan pada tanggal 16/03/2015 Diagnosa : Esofagitis Ulceratif Terapi : Gastroscopy Pertanyaan : 1. Apakah untuyk dilakukan pemeriksaan endoscopy/gastroscopy memang harus dirawat inap?

2. Persiapan apa saja yang diberikan pada pasien sebelum dilakukan pemeriksaan gastroscopy/endoscopy ini? 3. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan ini?

Rekomendasi DPM :

1. pemeriksaan endoscopy/gastroscopy memang harus dirawat inap tidak perlu. 2. persiapan nya cek darah, ekg, CTBT3. waktunya bisa dilakukan ½ jam saja

Ketua Sekretaris Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

DR.dr.Herlambang,Sp.OG-KFM

Dr.Makruf Umar,Sp.P

Dr.Mustarim,Sp.A

Dr.Kuswaya Waslan,Sp.M

Dr.Nadrizal,Sp.PD

Dr.Denison,Sp.B

Dr. Harly, Sp.S Dr. Charles,Sp.BO

10