7

Click here to load reader

Artikel keuangan negara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mencatat, postur APBN 2013 jauh dari kategori proporsional. Dari tahun ke tahun sekitar 70% dana APBN habis untuk membiayai birokrasi, yaitu gaji PNS

Citation preview

Page 1: Artikel keuangan negara

Nama : Zaka Firma Aditya

NIM : 8111410061

Makul : Hukum Keuangan Negara

Pengampu : Ristina Yudhanti,SH.,M.Hum

BBM, dan Bayar Bunga Utang Maikel Jefriando - detikfinance

Kamis, 21/02/2013 14:28 WIB

Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)

mencatat, postur APBN 2013 jauh dari kategori proporsional. Dari tahun ke tahun

sekitar 70% dana APBN habis untuk membiayai birokrasi, yaitu gaji PNS.

"Saya menyebutnya ekonomi lebih besar pasak dari pada tiang," kata Pengamat

INDEF Ahmad Heri Firdaus dalam jumpa pers di Energy Tower, SCBD, Jakarta,

Kamis (21/2/2013).

Selain itu, APBN 2013 dianggap tersandera oleh besarnya subsidi BBM dan

kewajiban pembayaran bunga utang. "APBN 2013 kita tersandera oleh besarnya

subsidi BBM dan kewajiban pembayaran bunga utang," ungkapnya.

Ia menjelaskan, dari tahun ke tahun angka subsidi terus membengkak. Sementara

strategi diversifikasi energi masih tergolong minim.

Page 2: Artikel keuangan negara

Subsidi BBM tahun ini dianggarkan Rp 193,8 triliun. Jika mengacu ke realisasi

tahun sebelumnya, subsidi BBM mencapai 150%. Maka sangat dimungkinkan

anggaran tersebut terus membengkak,

Sementara terkait utang, menurut Heri, sangat disesalkan melihat utang

pemerintah Indonesia saat ini nilainya Rp 1.979,75 triliun. Sebab utang semakin

bertambah dan bunga tetap dibayar namun realisasi anggaran dari utang tersebut

tidak 100%.

"Jadi juga menimbulkan pertanyaan mendasar untuk apa negara harus berutang

untuk anggaran yang pada akhirnya berlebih," tegas Heri.

Wakil ketua DPR RI, Anis Matta menjelaskan, dana APBN 2013 sebesar Rp

1.683 triliun tersebut akan dibagi dalam beberapa bagian. Berikut pembagian dana

APBN 2013 yang sudah disepakati oleh anggota DPR, seperti dikutip dari

Tribunnews.com:

1. Defisit anggaran secara maksimal terhadap PDB sebesar Rp 172,8 triliun

2. Belanja pegawai sebesar Rp 241,1 triliun

3. Belanja barang sebesar Rp 168 triliun

4. Belanja modal sebesar Rp 216,1 triliun

5. Pembayaran bunga utang sebesar Rp 113,2 triliun

6. Anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.154,4 triliun

7. Transfer ke daerah sebesar Rp 528,6 triliun Untuk subsidi sebesar Rp

317,2 triliun.

Dana tersebut dibagi menjadi dua yakni:

1. Subsidi Energi sebesar Rp 274,7 triliun (BBM, LPG Tabung 3 Kg, LGV,

dan subsidi listrik)

2. Subsidi Non Energi sebesar Rp 42,5 triliun Untuk penerimaan negara,

DPR menyepakati penerimaan dalam negeri sebesar Rp 1.525,2 triliun dan

penerimaan hibah sebesar Rp 4,5 triliun. Penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.193

triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNPB) sebesar Rp 332,2 triliun.

http://finance.detik.com

Page 3: Artikel keuangan negara

ANALISIS APBN INDONESIA TAHUN 2013

Pada dasarnya kemauan Negara untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan harus didukung oleh keuangan Negara yang besumber dari pendapatan

Negara yang pemungutannya berdasarkan Undang-Undang. Dalam arti

pendapatan Negara merupakan sumber keuangan yang digunakan oleh untuk

membiayai tugas dari pemerintah dalam rangka pencapaian tujuan Negara

sebagaimana tertuang didalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-IV.

Analisis Sumber Pendapatan APBN

Di Indonesia sendiri, keuangan Negara telah di kodifikasikan kedalam

Angaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), yaitu merupakan suatu dokumen

yang memuat perkiraan penerimaan dan pengeluaran serta rincian kegiatan-

kegiatan di bidang pemerintahan Negara yang berasal dari pemerintah untuk

jangka waktu satu tahun. APBN dirancang oleh Presiden dan disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN berisi daftar sistematis dan terperinci

yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun

anggaran (1Januari-31 Desember). Penerimaan APBN sendiri diperoleh dari

berbagai sumber yaitu :

Penerimaan pajak yang meliputi :

1. Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3. Pajak Bumi dan Bangunan(PBB).

4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) & Cukai.

5. Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan

ekspor).

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meliputi :

1. Penerimaan dari sumber daya alam.

2. Setoran laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

3. Penerimaan bukan pajak lainnya.

Page 4: Artikel keuangan negara

Pada tahun 2012 lalu, pemerintah Indonesia (presiden) telah mengajukan

rancangan APBN untuk tahun 2013 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

untuk dibahas dan disetujui dalam rapat paripurna. Dibandingkan dengan tahun

2012, APBN 2013 mengalami sedikit peningkatan. Jika pada tahun 2012, APBN

Indonesia sekitar 1500 Trilyun maka di tahun 2013 direncanakan APBN

Indonesia senilai Rp.1683 Trilyun atau hampir mengalami peningkatan sebesar

Rp.183 Trilyun. Dana tersebut rencananya akan dialokasikan untuk:

1. Defisit anggaran secara maksimal terhadap PDB sebesar Rp 172,8 triliun

2. Belanja pegawai sebesar Rp 241,1 triliun

3. Belanja barang sebesar Rp 168 triliun

4. Belanja modal sebesar Rp 216,1 triliun

5. Pembayaran bunga utang sebesar Rp 113,2 triliun

6. Anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.154,4 triliun

7. Transfer ke daerah sebesar Rp 528,6 triliun Untuk subsidi sebesar Rp

317,2 triliun.

Analisis dari Segi Defisit Ekonomi

Dengan latar belakang ini Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) 2013 yang telah disahkan dalam sidang paripurna DPR, 23 Oktober 2012

lalu, perlu kita apresiasi meskipun tidak proporsional. Direncanakan APBN 2013

akan menyebabkan defisit sebesar Rp153 triliun atau sekirar 1,65 persen PDB.

Banyak kalangan yang memandang angka ini aman karena masih dalam

koridor yang ditetapkan dalam Undang-Undang Keuangan Negara Tahun 2004

yang membatasi defisit APBN maksimal 3 (tiga) persen. Undang-undang yang

isinya banyak mengadopsi pada Maastricht Treaty tersebut memberikan suatu

garis besar yang pruden terhadap pengelolaan keuangan negara kita (APBN).

Bahkan bisa diprediksi sejak awal bahwa dengan rencana defisit sebesar 1,65

persen PDB tersebut realisasinya nanti mungkin hanya akan sekira satu persen

PDB.

Hal ini dimungkinkan karena kemampuan penyerapan anggaran

pengeluaran kita umumnya berada di sekira 92-95 persen saja. Dalam APBN

2013, pertumbuhan ekonomi diasumsikan sebesar 6,8 persen. Banyak pihak

Page 5: Artikel keuangan negara

sedikit ragu dengan angka pertumbuhan sebesar itu. Padahal angka pertumbuhan

sebesar itu sangat bisa direalisasi dan bahkan dilampaui.

Untuk 2013 mendatang, transfer ke Pemerintah Daerah mencapai Rp.528

trilyun. Jumlah ini memungkinkan pemerintahan daerah untuk memperoleh

dorongan besar dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi di daerah masing-

masing. Kita bisa membayangkan daerah terpencil, misalnya Kabupaten Sintang,

yang berada di ujung Provinsi Kalimantan Barat yang untuk mencapainya saja

memerlukan perjalanan darat sekira tujuh jam dari Pontianak, memiliki APBD

yang melampaui Rp1 trilyun.

Apalagi pemerintah daerah lain, terutama di pulau Jawa yang memiliki

jumlah penduduk lebih besar. Oleh karena itu tidak mengherankan jika koran

bergengsi dari Inggris Financial Times memuat bangkitnya kota-kota lapis ketiga

Indonesia seperti Batam, Pekanbaru, Makassar, dan Pontianak (okezone.com

22/03/2013). Kebangkitan pembangunan di daerah ini akan menciptakan pasar

yang semakin besar bagi industri yang kebanyakan berada di Pulau Jawa.

Akan tetapi kita juga harus melihat potensi daerah tersebut, tentu berbeda

potensi antara daerah yang satu dengan yang lain terutama dalam hal potensi

Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM), karena kedua hal

tersebut merupakan potensi yang sangat penting dalam menciptakan indsutri

pasar.

Selain itu perlu juga diperhatikan sumber pemasukan kas Negara untuk

APBN, dalam hal ini perlu adanya komitmen dari daerah untuk bisa lebih

berlomba-lomba dalam memberikan pemasukan ke Negara, sehingga daerah tidak

hanya bisa menikmati kucuran dana dari pemerintah pusat, akan tetapi juga

mampu mengelola uang tersebut (APBD) sehingga mendatangkan surplus bagi

pemerintah pusat.

Analisis dari segi Politik

Menghadapi bursa pemilihan umum tahun 2014, bisa saja APBN yang

telah dirancang disusupi dengan agenda-agenda politik. Dikarenakan aliran APBN

bisa saja digunakan untuk pembiayaan partai politik atau kampanye-kampanye

politik, sebab tidak dapat dipungkiri bahwa untuk ikut didalam hiruk pikuk pemilu

membutuhkan dana yang sangat besar.

Page 6: Artikel keuangan negara

Hal ini dapat kita lihat dari belanja pemerintah untuk bantuan sosial

mengalami kenaikan 54,1 persen dari IDR 47,8 trilyun pada APBN 2012 menjadi

73,6 triliun APBN 2013. Kenaikan bantuan sosial pada tahun politik 2013 ini

harus kita waspadai karena sangat rawan terjadinya penyalahgunakan untuk

kepentingan politik. Apalagi didalam Undang-Undang Partai Politik disebutkan

bahwa sumber pendapatan (biaya) Partai Politik salah satunya didapat dari

pemerintah.

Lebih dari itu, transfer ke Pemerintah daerah sebesar Rp.528 Trilyun juga

harus mendapat pengawasan yang ketat. Dikarenakan bukan tidak mungkin

jumlah APBD yang dialokasikan ke daerah Rp.1 Trilyun per daerah justru disalah

gunakan untuk kepentingan-kepentingan politik dalam menghadapi pemilu 2014

mendatang.

Pengawasan yang dilakukan bisa dari lembaga pemerintah semisal Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) baik pusat maupun daerah dan juga inspektorat

daerah. Selain itu, pengawasan dari lembaga non pemerintah juga penting untuk

dilakukan guna meminimalisir penyalahgunaan dana, bisa dilakukan oleh

Lembaga-lembaga swadaya masyarakat ataupun organisasi non pemerintah

lainnya seperti Indonesian Coruption Watch (ICW).

Subsidi BBM dan Pelunasan Hutang

Hal menarik dari APBN Indonesia dalam 3 tahun terakhir adalah adanya

anggaran khusus yang digunakan untuk subsidi masyarakat. Subsidi yang

dimaksud adalah subsidi BBM, LPG 3kg dan subsidi listrik. Jumlah yang di

alokasikan pun tidak sedikit, dimana untuk tahun 2013 ini pemerintah

mengalokasikan sekitar Rp.317,7 Trilyun untuk subsidi yang dibagi menjadi 2

(dua) bagian, yaitu Rp.274,7 Trilyun untuk subsidi energy yang meliputi BBM,

LPG dan Listrik serta Rp.45,4 Trilyun untuk subsidi non energy. Angka ini

dipandang sangat besar, dikarenakan melebihi anggaran pemerintah untuk

Pendidikan yang hanya berkisar Rp.250 Trilyun.

Jika hal ini terus berlanjut, maka untuk tahun mendatang APBN Indonesia

akan terus membengkak angkanya hanya untuk subsidi masyarakat. Akan tetapi

hal ini sekiranya wajar untuk menjaga keseimbangan harga pasar dan industry di

Page 7: Artikel keuangan negara

masyarakat. Karena, apabila BBM ataupun listrik tidak disubsidi, maka harga-

harga pasar terutama harga bahan pokok menjadi melambung tinggi.

Pemerintah sekiranya harus mencari alternative guna mengatasi masalah

ini, jika menilik data dari pertamina maka BBM yang dihasilkan pertamina dan di

kucurkan setiap harinya sekitar 1 juta barel, sedangkan konsumsi masyarakat

mencapai 1,2 juta barel. Artinya ada deficit dalam konsumsi enegri, hal ini lama

kelamaan akan menyebabkan kelangkaan Bahan Bakar Minyak dan berimbas

pada harga kebutuhan pokok.

Selain itu, apabila kita menilik utang luar negeri Indonesia sekitar

Rp.1979,75 Trilyun. Dengan APBN Indonesia yang hanya sekitar Rp.1683

Trilyun maka akan sangat sulit untuk melunasi hutang tersebut dalam dua dekade

mendatang, ditambah dengan bunga pinjaman yang semakin membengkak setiap

tahunnya. Untuk APBN 2013, pemerintah mengalokasikan sekitar Rp.113,2

Trilyun, tetapi itu hanya untuk membayar bunga pinjaman saja, belum termasuk

untuk membayar hutang.

Oleh sebab itu, pemasukan dari berbagai sector yang vital perlu

ditingkatkan, terutama dari sektor pajak yang menyumbang devisa sangat besar

untuk APBN. Selain itu perlu juga pengoptimalan pemasukan dari sector-sektor

Industri dan sumber daya alam agar APBN Indonesia setiap tahunnya dapat

semakin menjngkat.