Upload
tri-widodo-w-utomo
View
4.807
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Bahan Ajar Diklat Kepemimpinan Tingkat III
Citation preview
Membangun Kepemerintahan yg Baik (Good Governance)
Bahan Ajar Diklat Kepemimpinan Tingkat III
Pusat Kajian Manajemen Kebijakan (PKMK)LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI Tri Widodo W. Utomo
Siapa Dia?
Nama : Tri Widodo W. Utomo, SH.,MATTL : Yogyakarta, 15-07-1968NIP : 19680715 199401 1 001Jabatan : Kepala Pusat Kajian Manajemen Kebijakan/
Peneliti Utama Bidang Administrasi NegaraGol/Pangkat : IV-c / Pembina Utama MudaAlamat Ktr : Jl. Veteran No. 10 Jakarta
Telp. 021-3868202 ext. 179; Fax. 021-3800187
Alamt Rmh : Villa Melati Mas Blok M6/12A, Serpong Tangerang Selatan, HP. 0819-503-4500
Sistematika Penyajian
• Mengapa Good Governance? Apa GG Penting?
• Konsep Dasar Good Governance.• Good Governance Dalam Kerangka
Reformasi Birokrasi.• Etika Dalam Penyelenggara Negara.
WHY GOOD GOVERNANCE? DOES IT MATTER?
1
Kerangka Pikir Perlunya GG
Masyarakat
Discretionary Power
(Salus Populi Suprema Lex)
(Kewenangan Bertindak Secara Bebas)
Kemungkinan Penyimpangan(perbuatan melanggar hkm /onrechmatige overheidsdaad ; perbuatan
menyalahgunakan wewenang / detournement de pouvoir ; perbuatan sewenang-wenang / abus de droit)
Upaya Perlindungan
Birokrasi(Fungsi Yan & Kesejahteraan)
Hukum Positif Etika / Asas atau Prinsip Pemerintahan Yang Baik (GG)
Indonesia memperoleh skor -0,43 pada tahun 2004 dan meningkat menjadi -0,29 pada tahun 2008.
Perkembangan skor memperlihatkan adanya kemajuan kapasitas kelembagaan birokrasi pemerintah meskipun belum signifikan.
Paramater pengukurannya meliputi kualitas pelayanan publik, kualitas birokrasi, kompetensi aparat pemerintah, dan independensi PNS terhadap
tekanan politik.
Meskipun penilaian government effectiveness mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, namun, masih terlalu rendah, dan masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga.
Artinya efektivitas pemerintahan di Indonesia masih di bawah Malaysia dan Thailand. Kondisi ini mencerminkan masih adanya permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan seperti
kualitas birokrasi, pelayanan publik, dan kompetensi aparat pemerintah
Meskipun IPK Indonesia telah membaik dari tahun ke tahun, tetapi nilainya masih rendah (2,8 dari 10), masih relatif rendah jika dibandingkan dengan
negara-negara Asia Tenggara lainnya
Meskipun peringkat Indonesia cenderung membaik, jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, Indonesia masih tertinggal. Salah satu parameter kemudahan
berusaha adalah jumlah hari yang dibutuhkan untuk memulai usaha. yang di Indonesia membutuhkan waktu lima kali lebih lama jika dibandingkan dengan Malaysia.
EASE OF… DB2009
DB2010
Doing Business 129 122
Starting a Business 161 173
Dealing with construction permits
61 57
Employing workers 149 150
Registering property 95 110
Getting credit 113 109
Protecting investors 41 53
Paying taxes 126 119
Trading across borders 45 40
Enforcing contracts 146 142
Closing a business 142 141
Tahun 2010, Indonesia berada di peringkat ke 122 dari 183 negara, membaik dari peringkat 129 di tahun sebelumnya. Indonesia juga dinilai cukup berhasil dalam mereformasi berbagai kebijakan terkait dengan perbaikan iklim penanaman modal.
Indonesia dikategorikan sebagai “the most active business regulating reformer in East Asia and the Pacific”
43 43 45 46 46 46 47 47 50 5056 58 60
67
2933 31 31
3428 26
30 3238
3429
2529
TimeCost (% GNI per kapita)
(hari)
Waktu dan Biaya Memulai Bisnis di Indonesia
Yogyakarta merupakan kota dengan waktu memulai bisnis terendah di Indonesia
Jakarta merupakan kota dengan biaya memulai bisnis terendah di Indonesia
Sumber: IFC, Bank Dunia (2009)
Doing Business in Indonesia
Indikator Penting Lainnya 2008
No. Negara Capacity of innovation
Regulatory quality
Rule of law
Control of corruption
1. Singapura 18 1.92 1.73 2.342. Korsel 15 0.73 0.79 0.453. Malaysia 25 0.27 0.49 0.144. China 22 -0.22 -0.33 -0.445. Thailand 59 0.26 -0.03 -0.387. Vietnam 33 -0.53 -0.43 -0.78
8. Indonesia 44 -0.27 -0.66 -0.64
9. Philippines 70 -0.05 -0.49 -0.75
Source: The World Bank, 2009
Peringkat Korupsi di Dunia & ASEAN
NEGARA PALING BERSIH DI ASIA1. Peringkat I : Hongkong2. Peringkat II : Jepang3. Peringkat III : Taiwan4. Peringkat IV : Korea Selatan5. Peringkat V : China6. Peringkat VI : Srilanka7. Peringkat VII : India8. Peringkat VIII : Afghanistan9. Peringkat IX : Nepal10. Peringkat X : INDONESIA
(Sumber: TII, 2004)
NEGARA TERKORUP DI ASEAN
1. Peringkat I :INDONESIA
2. Peringkat II : Kamboja3. Peringkat III : Filipina4. Peringkat IV : Laos5. Peringkat V : Vietnam6. Peringkat VI : Thailand7. Peringkat VII: Malaysia8. Peringkat VIII: Singapura
(Sumber: TII, 2004)
Peringkat Korupsi Dunia & Kasus di Indonesia
KASUS KORUPSI 20041. Anggota DPRD : 125 orang2. KDH : 84 orang3. Aparat Pemda : 57 orang4. BUMN/BUMD : 36 orang5. Pimpro : 36 orang6. Kepala Dinas : 25 orang7. Aparat K/L : 15 orang8. Aparat Kejaksaan: 13 orang9. Pengusaha: 12 orang10. KDH : 7 orang11. Aparat Kepolisian: 5 orang 12. Pengelola Pendidikan: 5 orang
(Sumber: ICW, 2005)
NEGARA TERKORUP DI DUNIA
1. Peringkat I : Bangladesh, Chad.2. Peringkat II : Turkmenistan, Myanmar,
Haiti3. Peringkat III : Nigeria, Guinea
Equatorial, Cote d’Ivore4. Peringkat IV : Angola5. Peringkat V : Tajikistan, Sudan,
Somalia, Paraguay, Pakistan, Kenya, Kongo
6. Peringkat VI : Uzbekistan, Liberia, Iraq, Ethiopia, Kamerun, Azerbaijan, INDONESIA.
(Sumber: TII, 2005)
Peringkat Provinsi Paling Korup & Paling Bersih
PROVINSI PALING BERSIH
1. Peringkat I :Gorontalo
2. Peringkat II : Babel3. Peringkat III : Bali4. Peringkat IV :
Maluku5. Peringkat V :
Papua6. Peringkat VI :
Kaltim
(Sumber: ICW, 2004)
PROVINSI TERKORUP
1. Peringkat I : DKI Jakarta
2. Peringkat II : Jatim3. Peringkat III :
Jateng4. Peringkat IV : Jabar5. Peringkat V :
Sumsel6. Peringkat VI : Aceh7. Peringkat VII:
Sumut
(Sumber: ICW, 2004)
Permasalahan & Progress Perijinan
1. Biaya mengurus izin 3 – 10 % dari biaya investasi (Andadari, 1997).
2. Pungutan liar, berkisar 30 % dari biaya operasi (Rustiani, 2000).
3. Lama pengurusan izin dibutuhkan waktu 151 hari (Bank Dunia, 2006).
NO JENIS IZIN RATA - RATA
SEBELUM SESUDAH
1 HO
a. Waktu 50 Hari 16 Hari
b. Biaya 282 Ribu 191 Ribu
2 Industri
a. Waktu 45 Hari 14 Hari
b. Biaya 363 Ribu 239 Ribu
3 SIUP
a. Waktu 25 Hari 13 Hari
b. Biaya 300 Ribu 249 Ribu
4 TDP
a. Waktu 32 Hari 13 Hari
b. Biaya 349 Ribu 203 Ribu
Indikasi Kegagalan & Pergeseran Peran Pemerintah• Kecenderungan pergeseran
dominasi negara & pemerintah.
• Kendala dan keterbatasan sektor publik dalam pemenuhan kepentingan publik.
• Kegagalan pemerintah (state failure).
• Perubahan pola Interaksi Sosial Politik antara Pemerintah dng Swasta & Masyarakat Madani.
• Munculnya paradigma-paradigma baru penyelenggaraan pemerintahan negara.
• Komitmen Reformasi Nasional dan pembaharuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara RI dalam rangka
demokratisasi dan pemberantasan KKN.
Pendapat Ahli ttg Kegagalan Pemerintah
Peter F. Drucker (1968) dalam The Age of Discontinuity kemungkinan bangkrutnya birokrasi.
Barzelay (1982) dalam Breaking Through Bureaucracy masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.
Osborne & Gaebler (1992) dalam Reinventing Government kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yg dikerjakan pemerintah, melainkan bgmn cara mengerjakannya.
Osborne & Plastrik (1996) dalam Banishing Bureucracy agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, the least government is the best government.
E. S. Savas (1987) perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi, pemilahan dan pemilihan fungsi publik.
Pendapat Ahli ttg Kegagalan Pemerintah
Mc Leod (1998) krisis multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya salah urus
(mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama pemerintah.
Diantara komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi, birokrasi merupakan sektor yg paling lamban berubahnya.
Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua tahapan, mulai dari tahapan perencanaan,
implementasi sampai evaluasi. Paradigma GG pada dasarnya adalah upaya membangun
filosofi, strategi & teknik mengelola urusan2 publik secara lebih transparan dengan melibatkan pihak yg terlibat
(stakeholder & shareholder).
Perkembangan Lingstra Global
“A limited or framework of government with significant positive responsibilities” (Gray, 1989: 15).
“Reinventing Government” (Osborne & Gaebler, 1992).
“Perubahan dari negara pejabat menjadi negara pelayan” (Effendi, 1996 : 16 – 17).
“Dari Government menjadi Governance” (Kooiman, ed, 1993).
Perubahan Pola Interaksi Govt
PemerintahKatalis
PemerintahKompetitif
PemerintahMilik
Masyarakat
PemerintahBerorientasi
Pasar
PemerintahBerorientasiPelanggan
PemerintahBerorientasi
Hasil
PemerintahDigerakkan
Misi
PemerintahWirausaha
PemerintahAntisipatif
PemerintahDesentralisasi
Public Administration Applying 10 Principles of:
PemerintahKatalis
PemerintahKompetitif
PemerintahMilik
Masyarakat
PemerintahBerorientasi
Pasar
PemerintahBerorientasiPelanggan
PemerintahBerorientasi
Hasil
PemerintahDigerakkan
Misi
PemerintahWirausaha
PemerintahAntisipatif
PemerintahDesentralisasi
Public Administration Applying 10 Principles of:
Perubahan Peran
Pemerintah
Pelaku Utama Pembangunan
Fasilitator, Dinamisator, Katalisator
KONSEP DASAR GOOD GOVERNANCE
2
Konsepsi Governance …
Kooiman (1993) Serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan tersebut.
World Bank the way state power is used in managing economic and social resources for development society. Artinya, governance adalah cara, yaitu cara bagaimana kekuasaan negara digunakan untuk mengelola sumber daya ekonomi & sosial guna pembangunan masyarakat.
UNDP the exercise of political, economic & administrative authority to manage a nation’s affair at all levels. Kata governance, diartikan sbg penggunaan / pelaksanaan, yakni penggunaan kewenangan politik, ekonomi dan administratif untuk mengelola masalah nasional pada semua tingkatan.
3 Domain Governance …
1. Negara/pemerintahan sbg pembuat kebijakan, pengendali & pengawas
2.Swasta/Dunia usaha sbg penggerak aktivitas bidang ekonomi
3. Masyarakat sbg subyek dan obyek dari sektor pemerintah dan swasta.
Pemerintah
MasyarakatMasyarakat
Swasta
“Posisi 3 Domain dalam konsep good governance yg bersifat heterarkhis, BUKAN hierarkhis”
Interaksi Antar Aktor dlm GG
PEMERINTAH
SWASTA / BISNIS MASYARAKAT
Mencakup seluruh lembaga politik dan sektor publik (birokrasi)
Mencakup baik perorangan maupun kelompok masyarakat (Civil Society) termasuk LSM/Ornop
Mencakup seluruh usaha swasta sektor industri, perdagangan, perbankan, koperasi, bahkan UKM dan sektor informal
3 Elemen GG (UNDP)
• Economic Governance Proses pembuatan keputusan utk memfasilitasi aktivitas ekonomi di dalam negeri & interaksi diantara penyelenggara ekonomi.
• Political Governance Proses pembuatan keputusan utk formulasi kebijakan publik, yang dilakukan oleh birokrasi bersama politisi.
• Administrative Governance Implementasi proses kebijakan yg telah diputuskan oleh institusi politik.
Economic Govt
Political Govt
Administrative Govt
From Government to Governance
No Unsur Perbandingan Government Governance
1. PengertianDapat berarti lembaga/ fungsi yg dijalankan oleh organ tertinggi dlm negara
Dapat berarti cara penggunaan atau pelaksanaan
2. Sifat HubunganHirarkhis (yg memerintah berada di atas, warga negara berada di bawah)
Heterarkhis (ada kesetaraan kedudukan dan hanya berbeda dlm fungsi)
3. Komponen yg Terlibat
Sebagai subjek hanya ada satu yaitu instansi pemerintah
Ada 3 komponen yg terlibat: 1. Sektor publik; 2. Swasta; 3. Masyarakat
4. Pemegang Peran Dominan Sektor pemerintah
Semua memegang peran sesuai dgn fungsinya masing-masing
5 Efek yg Diharapkan Kepatuhan warga negara Partisipasi warga negara
6. Hasil Akhir yg Diharapkan
Pencapaian tujuan negara melalui kepatuhan warga negara
Pencapaian tujuan melalui partisipasi sbg warga negara
From Bad Governance to Good Governance
Bad Government Good Government
1. Lamban & reaktif2. Arogan3. Korup4. Birokratisme5. Boros6. Bekerja secara naluriah7. Enggan berubah8. Kurang berorientasi pada
kepentingan publik
1. Proaktif2. Ramah & Persuasif3. Transparan4. Mengutamakan proses & produk5. Proporsional & profesional6. Bekerja secara sistemik7. Pembelajaran sepanjang hayat8. Menempatkan stakeholder &
shareholder ditempat utama.
From Good Governance to Sound Governance
DIMENSIONS OF SOUND GOVERNANCE
PROCESS
STRUCTURE
COGNITION & VALUES
CONSTITUTION
ORGANIZATION & INSTITUTIONN
MANAGEMENT & PERFORMANCE
POLICY
SECTOR
INTERNATIONAL OR GLOBALIZATION
FORCES
ETHIC, ACCOUNTABILITY & TRANSPARENCY
Prinsip2 GG (UU No. 28/1999)
1. Kepastian Hukum mengutamakan landasan peraturan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara negara/pemerintahan.
2. Tertib Penyelenggaraan Negara menekankan landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara/pemerintahan.
3. Kepentingan Umum mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, selektif dan partisipatif.
4. Keterbukaan memenuhi hak masyarakat thd informasi yg benar, jujur, dan tidak diskriminatif ttg penyelenggaraan negara/pemerintahan.
5. Proporsionalitas mengutamakan keseimbangan hak dan kewajiban penyelenggara negara/pemerintahan.
6. Profesionalitas mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundangan.
7. Akuntabilitas mengutamakan pertanggungjawaban kpd masyarakat sbg pemegang kedaulatan.
Prinsip2 GG (UNDP)
Prinsip2 GG (UNDP)
1. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation): Pemerintah bertindak sbg mediator/fasilitator atas berbagai kepentingan yg berbeda untuk mencapai konsensus atau kesepakatan yg terbaik bagi semua pihak. Kebijakan & prosedur kerja Pemerintah harus didasarkan kesepakatan dan konsensus yg dapat diterima seluruh stakeholders.
2. Akuntabilitas (Accountability): Decision makers di sektor publik, swasta, dan masyarakat madani memiliki akuntabilitas kepada pihak tertentu, baik ke dalam maupun keluar institusinya, sesuai jenis keputusan yg dijalankan.
3. Transparansi (Transparency): Akses informasi terbuka luas bagi masyarakat atas berbagai proses pemerintahan. Informasi harus dapat disediakan secara memadai, sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring & evaluasi (kontrol).
Prinsip2 GG (UNDP)
4. Daya Tanggap (Responsiveness): Setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak yg berkepentingan.
5. Berkeadilan (Equity): Pemerintah kesempatan yg sama baik terhadap laki-laki maupun perempuan dalam upaya meningkatkan & memelihara kualitas hidup masing-masing.
6. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness & Efficiency): Setiap kegiatan pemerintahan diarahkan untuk menghasilkan barang & jasa publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat, melalui pemanfaatan sumber daya secara rasional.
7. Supremasi Hukum (Rule of Law): Hukum dan perundang-undangan harus berkeadilan, ditegakkan, dan dipatuhi tanpa pandang bulu (impartially), terutama mengenai HAM.
Prinsip2 GG (UNDP)
8. Partisipasi (Participation): Setiap warga masyarakat memiliki hak suara yg sama dalam proses pemerintahan & pembangunan sesuai dengan kepentingan & aspirasinya masing-masing. Partisipasi harus dibangun dalam suatu tatanan kebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk berpartisipasi secara konstruktif.
9. Bervisi Strategis (Strategic Vision): pemerintah, swasta & masyarakat harus memiliki perspektif yg luas & jangka panjang dalam penyelenggaraan good governance dan pembangunan manusia (human development), sesuai nilai-nilai historis, kultural, dan kompleksitas sosial masyarakat.
Prinsip2 GG (Mustopadidjaja, 1999)
Demokrasi dan Pemberdayaan; Pelayanan (A Spirit of Public Service); Transparansi dan Akuntabilitas; Partisipasi Masyarakat; Kemitraan; Desentralisasi; Konsistensi Kebijakan & Kepastian Hukum.
Prinsip2 GG
1. Prinsip partisipasi;2. Prinsip penegakan hukum;3. Prinsip transparansi;4. Prinsip kesetaraan;5. Prinsip daya tanggap;6. Prinsip wawasan kedepan;7. Prinsip akuntabilitas;8. Prinsip pengawasan;9. Prinsip efesiensi dan efektivitas;10. Prinsip profesionalisme.
(Konferensi Nasional Kepemerintahan Yang Baik, 2001)
Prinsip2 GG
1. Wawasan ke Depan (Visionary)2. Keterbukaan & Transparansi
(Openness & Transparency)3. Partisipasi Masyarakat
(Participation)4. Tanggung Gugat
(Accountability)5. Supremasi Hukum (Rule of
Law)6. Demokrasi (Democracy)7. Profesionalisme & Kompetensi
(Professionalism & Competency)
8. Daya Tanggap (Responsiveness)
9. Keefisienan & Keefektifan (Efficiency & Effectiveness)
10. Desentralisasi (Decentralization)11. Kemitraan dengan Dunia Usaha
Swasta dan Masyarakat (Private Sector & Civil Society Partnership)
12. Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan (Commitment to Reduce Inequality)
13. Komitmen pada Perlindungan Lingkungan Hidup (Commitment to Environmental Protection)
14. Komitmen pada Pasar yang Fair (Commitment to Fair Market)
1. Wawasan ke Depan (Visionary)
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Adanya kejelasan setiap tujuan kebijakan dan program;
Adanya dukungan dari pelaku untuk mewujudkan visi.
Perangkat/kebijakan yg memberikan kekuatan hukum pada perencanaan yg berisi visi dan strategi (dalam bentuk Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga atau Perda;
Adanya peraturan yang memuat dokumen perencanaan yg terukur;
Proses penentuan visi & strategi secara partisipatif.
2. Keterbukaan & Transparansi
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Tersedianya informasi yg memadai pada setia proses penyusunan dan implementasi kebijakan publik;
Adanya akses pada informasi yg siap, mudah dijangkau, bebas diperoleh, dan tepat waktu.
Peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi;
Pusat/balai informasi; Website (e-government, e-
procurement, dsb); Iklan layanan masyarakat; Media cetak dan elektronik; Papan pengumuman; Pameran pembangunan.
3. Partisipasi Masyarakat
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Adanya pemahaman penyelenggara negara tentang proses/ metode partisipatif;
Adanya pengambilan keputusan yg didasarkan konsensus bersama.
Pedoman pelaksanaan proses partisipatif;
Mekanisme/peraturan untuk mengakomodasi kepentingan yang beragam;
Forum konsultasi dan temu publik, termasuk forum stakeholders;
Media massa nasional maupun media lokal sebagai sarana penyaluran aspirasi masyarakat.
4. Tanggung Gugat
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosedur pelaksanaan;
Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam pelaksanaan kegiatan;
Adanya output dan outcome yg terukur.
Adanya Standard Operating Procedure (SOP) dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan atau dalam penyelenggaraan kewenangan/ pelaksanaan kebijakan;
Mekanisme pertanggungjawaban Laporan tahunan; Laporan pertanggungjawaban; Sistem pemantauan kinerja penyelenggara
negara; Sistem pengawasan; Mekanisme reward and punishment.
5. Supremasi Hukum
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Adanya peraturan perundang-undangan yg tegas dan konsisten;
Adanya penegakan hukum yang adil dan tidak diskriminatif;
Adanya penindakan terhadap setiap pelanggar hukum;
Adanya kesadaran dan kepatuhan kepada hukum.
Peraturan perundang-undangan; Sistem peradilan pidana yang
terpadu/terintegrasi (kepolisian, kejaksaan, pengadilan);
Reward and punishment yang jelas bagi aparat penegak hukum (kepolisian, kehakiman, kejaksaan);
Sistem pemantauan dan pengawasan terhadap lembaga penegak hukum yang dilakukan secara obyektif, independen, dan mudah diakses publik;
Sosialisasi peraturan perundang-undangan.
6. Demokrasi
Indikator Minimal Perangkat Pendukung
Adanya hak-hak dasar rakyat seperti hak berkumpul, berserikat, dan mengeluarkan pendapat;
Adanya kesamaan di depan hukum; Adanya kesempatan yg sama untuk turut
serta dalam pengambilan keputusan kebijakan publik;
Adanya kesempatan yg sama untuk memperoleh berbagai informasi publik;
Adanya kesempatan yg sama untuk berusaha dan berprestasi
Adanya kesempatan yg sama untuk berinovasi, berkreasi & berproduktifitas.
Peraturan yang menjamin adanya hak dan kewajiban yg sama bagi anggota masyarakat untuk turut serta dalam pengambilan keputusan kebijakan publik.
7. Profesionalisme & Kompetensi
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Berkinerja tinggi; Taat asas; Kreatif dan
inovatif; Memiliki
kualifikasi di bidangnya.
Standar kompetensi yg sesuai dengan fungsinya;
Kode etik profesi; Sistem reward and punishment yang
jelas; Sistem pengembangan sumberdaya
manusia (SDM); Standar dan indikator kinerja.
8. Daya Tanggap
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Tersedianya layanan pengaduan, baik berupa crisis center, Unit Pelayanan Masyarakat (UPM), kotak saran, dan surat pembaca yg mudah diakses masyarakat;
Adanya standar dan prosedur dalam menindaklanjuti laporan dan pengaduan.
Standar pelayanan minimal;
Prosedur dan layanan pengaduan hotline;
Fasilitas akses informasi yg bebas biaya.
9. Efektif & Efisien
Indikator Minimal Perangkat Pendukung
Terlaksananya administrasi penyelenggaraan negara yg berkualitas dan tepat sasaran dengan penggunaan sumberdaya yg optimal;
Melakukan monitoring dan evaluasi untuk perbaikan;
Berkurangnya tumpang tindih penyelenggaraan fungsi organisasi/unit kerja.
Standar dan indikator kinerja untuk menilai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan;
Survei kepuasan stakeholders; Peraturan organisasi dan tata
laksana penyelenggaraan negara yang efektif dan efisien;
Program kerja yg tidak tumpang tindih.
10. Desentralisasi
Indikator Minimal Perangkat Pendukung
Adanya kejelasan pembagian tugas dan wewenang antar tingkat pemerintahan dan antar tingkatan jabatan di daerah sesuai dengan PP No. 38/2001;
Adanya kejelasan standar dalam pemberian dukungan terhadap pelayanan masyarakat (SPM).
UU No. 32/2004 dan UU No. 33/2004; PP No. 38/2007 sebagai revisi dari PP
No. 24/2000; PP No. 41/2007 sebagai revisi PP No.
8/2003; Perda mengenai Urusan Wajib Pemda; Perda mengenai OPD; Peraturan pendanaan dan standar
operasi yg mendukung aparat (pemerintah dan pemda) dapat melakukan pelayanan sesuai dengan standar yg ada.
11. Kemitraan dg Dunia Usaha & Masy
Indikator Minimal Perangkat Pendukung
Adanya pemahaman aparat pemerintah tentang pola-pola kemitraan;
Adanya lingkungan yang kondusif bagi masyarakat kurang mampu (powerless) untuk berkarya;
Terbukanya kesempatan bagi masyarakat/dunia usaha swasta untuk turut berperan dalam penyediaan pelayanan umum;
Adanya pemberdayaan institusi ekonomi lokal/usaha mikro, kecil, dan menengah.
Peraturan-peraturan dan pedoman yang mendorong kemitraan pemerintah - dunia usaha swasta - masyarakat;
Peraturan-peraturan yang berpihak pada masyarakat kurang mampu;
Program-program pemberdayaan.
12. Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator Adanya kebijakan yg
berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat secara seimbang (subsidi silang, affirmative action);
Tersedianya l layanan/ fasilitas khusus bagi masyarakat tidak mampu;
Adanya kesetaraan dan keadilan gender;
Adanya pemberdayaan kawasan tertinggal.
Peraturan yg berpihak pada pengurangan kesenjangan secara regional, ekonomi, hukum, dan kebijakan mengenai penanggulangan kemiskinan, pemberdayaan gender, masyarakat kurang mampu, dan kawasan tertinggal;
Program kebijakan moneter dan fiskal, sistem hukum yg transparan, pembangunan regional, pemberdayaan gender, masyarakat kurang mampu, dan kawasan tertinggal;
Pelaksanaan sistem pemantauan dan evaluasi yg mendukung pelaksanaan strategi dan kebijakan yg terkait dengan pengurangan kesenjangan dan berbagai bidang pembangunan.
13. Komitmen pada LH
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Menurunnya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan;
Adanya keikutsertaan masyarakat dalam melestarikan lingkungan hidup.
Peraturan dan kebijakan yg menjamin perlindungan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup;
Forum kegiatan peduli lingkungan;
Ketentuan insentif dan disinsentif dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan perlindungan LH.
14. Komitmen pada Pasar yg Fair
Indikator Minimal Perangkat Pendukung Indikator
Berkembangnya ekonomi masyarakat;
Terjaminnya iklim kompetisi yg sehat.
Berbagai peraturan dan kebijakan mengenai persaingan usaha yg: Menjamin iklim kompetisi yg sehat; Mengendalikan dan mengarahkan
investasi pemerintah, investasi swasta yg mendorong peningkatan kesempatan berusaha;
Adanya affirmative action pemerintah untuk mendorong kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil dan menengah.
Best Practice Penerapan GG
Kota Bandung pelayanan kebutuhan air bersih dikelola secara swakelola. Caranya, RW membangun sumur artesis (sekitar 60m) dan menjualnya kepada warga sekitar dengan harga yang lebih murah dibanding harga PDAM. Dalam hal ini, implementasi good local governance terlihat dari posisi masyarakat bertindak selaku penyedia jasa layanan (service provider), pengguna (service user), sekaligus kelompok kepentingan (concern groups).
Penyedia / Produsen Jasa Layanan
Pengguna Jasa Layanan
Kelompok Kepentingan
Best Practice Penerapan GG
KEGIATAN RELEVANSI PRINSIP GG LOKASI AKTOR KUNCI
Perencanaan partisipatif dalam proses perumusan agenda kota
Partisipasi, Kesetaraan, Daya Tanggap, Wawasan kedepan, Akuntabilitas, Pengawasan, Efisiensi & Efektivitas, Profesionalisme
Kota Gorontalo
Masyarakat, LPM, Fasilitator, Lurah, Camat, DPRD, Bappeda/PMD, Walikota
Pengembangan kelembagaan bagi pemberdayaan masyarakat
Partisipasi, Kesetaraan, DayaTanggap, Akuntabilitas, Pengawasan, Efisiensi & Efektivitas
Seluruh Kelurahan di Kota Sukabumi
Walikota, DPRD, Fasilitator Pemb. Kota, Camat/Lurah, Org. Kemasy., LSM, Tomas
Ev. Pelaksanaan pembangunan scr partisipatif dan akuntabel
Akuntabilitas, Partisipasi, Profesionalime, Transparansi, Dayatanggap.
Kota Kendari
Mahasiswa (BEM IPB), Organisasi Kemasyarakatan (KNPI), Parpol (PAN)
GOOD GOVERNANCE DALAM KERANGKA
REFORMASI BIROKRASI
3
Latar Belakang Perlunya GG
Sasaran Indikator Base line(2009) 2010 2011 Target
(2014)
Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
IPK*) 2.8 2.8 3.0 5.0
OPINI BPK (WTP)
Pusat 42,17% 63% 100%
Daerah 2.73% 22% 60%
Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat
Integritas Pelayanan Publik
Pusat 6,64 6,16 8,0
Daerah 6,46 5,07 8,0
Peringkat Kemudahan Berusaha 122 121 121 75
Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi
Indeks Efektivitas Pemerintahan**) - 0,29 -0.19 0,5
Instansi pemerintah yg akuntabel (SAKIP)
K/L 47,37% 63,29% 82,93%
80%Prov 3,70% 31,03% 63,33%
Kab/Kota 1.16% 4,26% 12,78%
Catatan: *) Skala 0 – 10 **) Skala – 2.5 s/d 2.5
Tujuan Reformasi
• Mengatasi krisis ekonomi untuk menghasilkan stabilitas moneter yg tanggap terhadap pengaruh global dan pemulihan aktivitas usaha nasional;
• Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam seluruh sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
• Menegakkan hukum berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan, HAM menuju terciptanya ketertiban umum dan perbaikan sikap mental;
• Meletakkan dasar-dasar kerangka dan agenda reformasi pembangunan, agama dan sosial budaya dalam usaha mewujudkan masyarakat madani.
Tap MPR No. X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi
Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara
Visi INDONESIA
VISI IDEAL (Cita-cita luhur Bangsa Indonesia):
“... Negara Indonesia yg merdeka, bersatu, berdaulat, adil & makmur”“... melindungi segenap bangsa Indonesia & seluruh tumpah darah Indonesia & untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa & ikut melaksanakan ketertiban dunia yg berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi & keadilan sosial …”
Visi Indonesia 2020 (Visi Antara):“Terwujudnya masyarakat Indonesia yg religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik & bersih dalam penyelenggaraan negara.” (Tap MPR No. VII/2001 ttg Visi Indonesia Masa Depan)
Visi Jangka Panjang :“Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur .” (UU No. 17/2007 tentang RPJP Nasional)
GG dalam RPJMN 2010-2014
Visi Indonesia 2014: “Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan” (RPJMN).
Lima Agenda Utama Pembangunan Nasional 2010-2014:
1. Agenda I: Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat;
2. Agenda II: Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan;3. Agenda III: Penegakan Pilar Demokrasi;4. Agenda IV: Penegakkan Hukum dan Pemberantasan
Korupsi;5. Agenda V: Pembangunan yang Inklusif dan Berkeadilan.
GG & Reformasi Birokrasi
RB dan GG (Tata Kelola) adalah prioritas tertinggi dari 11 prioritas dalam RPJM Nasional (2010-2014).
3 sasaran utama RB pada hakikatnya adalah mewujudkan GG: Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan
bebas KKN; Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan
publik kepada masyarakat; Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja
birokrasi.
GG dalam RPJMN 2010-2014
Prioritas Nasional
Substansi Inti
Kegiatan PrioritasSASARA
NIndikator
Target Tahunan
“Reformasi Birokrasi & Tata Kelola (GG)”
1. Struktur / Kelembagaan 2. Otonomi Daerah3. SDM4. Regulasi5. Sinergi Pusat – Daerah6. Penegakan Hukum7. Data Kependudukan
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG1. Struktur / Kelembagaan
Koordinasi perencanaan dan evaluasi program kelembagaan. Sasaran: Terlaksananya penataan kelembagaan instansi pemerintah paguyuban PAN.
Pengembangan Kebijakan, Koordinasi & Evaluasi Kelembagaan Polhukam. Sasaran: Terlaksananya penataan kelembagaan instansi pemerintah bidang Polhukam.
Pengembangan Kebijakan, Koordinasi & Evaluasi Kelembagaan Perekonomian. Sasaran: Terlaksananya penataan kelembagaan instansi pemerintah bidang Perekonomian.
Pengembangan Kebijakan, Koordinasi & Evaluasi Kelembagaan Kesra. Sasaran: Terlaksananya penataan kelembagaan instansi pemerintah bidang Kesra.
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG1. Struktur / Kelembagaan (continued …)
Penyusunan & pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi. Sasaran: meningkatnya koordinasi penyusunan kebijakan & pelaksanaan RB.
Pembinaan dan koordinasi penyiapan produk hukum dan penataan organisasi KKP. Sasaran: Terselenggaranya pemenuhan peraturan perundang-undangan serta organisasi dan tata laksana
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG2. Otonomi Daerah
Pembatasan Pemekaran Wilayah. Sasaran: Terlaksananya seluruh mekanisme pengusulan pemekaran dan penggabungan daerah sesuai dengan PP No 78/2007, dalam rangka penghentian/ pembatasan pemekaran wilayah/pembentukan daerah otonom baru.
Pembinaan Fasilitasi Dana Perimbangan. Sasaran: Peningkatan efektifitas pemanfaatan DAK dan terwujudnya tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan.
Pembinaan Administrasi Keuangan Daerah. Sasaran: Peningkatan kualitas belanja daerah dalam APBD serta Penetapan APBD tepat waktu.
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG2. Otonomi Daerah (continued …)
Pembinaan & Fasilitasi Pertanggungjawaban & Pengawasan Keuangan Daerah. Sasaran: Daerah memiliki Laporan Kepenyampaian Raperda pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara tepat waktu.
Perumusan Kebijakan, Bimbingan Teknis, dan Pengelolaan Transfer ke Daerah. Sasaran: Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Pengelolaan Dana Transfer, serta Terciptanya Tata Kelola yang Tertib Sesuai Peraturan Perundang-undangan, Transparan, Adil, proporsional, Kredibel, Akuntabel, dan Profesional dalam Pelaksanaan Transfer ke Daerah.
uangan Pemerintah Daerah (LKPD) berstatus WTP, serta Penyempurnaan Pelaksanaan Pemilihan KDH. Sasaran: Tersusunnya UU tentang PEMILU KDH dan Wakil KDH dan terselenggaranya Pilkada yang efisien.
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG3. Sumber Daya Manusia
Penyusunan Kebijakan Perencanaan SDM Aparatur. Sasaran: Tersusunnya kebijakan (PP) tentang Sistem Pengadaan /Rekruitmen dan Seleksi PNS, dan PP tentang Kebutuhan Pegawai (Formasi).
Pengembangan Kebijakan Pemantapan Pengembangan SDM aparatur. Sasaran: Tersusunnya kebijakan tentang Manajemen Kepegawaian (UU SDM Aparatur Negara), Pola Dasar Karir, Penilaian Kinerja Pegawai (SKP), Diklat Jabatan, dan Pengangkatan dalam Jabatan.
Pengembangan Kebijakan Kesejahteraan SDM Aparatur. Sasaran: Tersusunnya kebijakan tentang remunerasi dan tunjangan kinerja, sistem pensiun PNS, serta pengelolaan dana pensiun.
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG4. Regulasi
Penataan Produk Hukum dan Pelayanan Bantuan Hukum Departemen. Sasaran: Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang- undangan di tingkat pusat dan daerah hingga tercapai keselarasan arah dalam implementasi pembangunan.
Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah. Sasaran: Meningkatnya pemerin-tahan provinsi, kab/kota yang di petakan dan yang mempublikasikan perdanya dalam sistem informasi peraturan daerah.
Perumusan kebijakan bimbingan teknis, monitoring, dan evaluasi di bidang PDRD. Sasaran: Optimalisasi pajak dan retribusi daerah, serta terwujudnya kebijakan PDRD yg mendukung Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG5. Sinergi Antara Pusat dan Daerah
Penetapan IKU Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sasaran: Tersusunnya SPM Bidang lainnya yang belum diterbitkan sampai dengan akhir tahun 2009.
Penerapan Indikator Utama Pelayanan Publik di Daerah. Sasaran: Meningkatnya Implementasi Urusan Pemerintahan Daerah dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Daerah.
Koordinasi perencanaan dan evaluasi program pelayanan publik. Sasaran: Tersusunnya peraturan pelaksanaan UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik.
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG5. Sinergi Antara Pusat dan Daerah (continued …)
Peningkatan koordinasi dan evaluasi pelayanan di bidang kesejahteraan sosial. Sasaran: Terlaksananya penilaian, monitoring dan evaluasi pelayanan publik, serta tersusunnya Inpres percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Peningkatan koordinasi dan evaluasi pelayanan publik di bidang pemerintahan umum, hukum dan keamanan. Sasaran: Terlaksananya kompetisi antar unit pelayanan publik/antar instansi dan Pemerintah Daerah.
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG6. Penegakan Hukum
Penyelidikan dan penyidikan Tindak Pidana Kewilayahan. Sasaran: Meningkatnya clearance rate tindak pidana di tingkat masyarakat.
Pengawasan dan pemeriksaan kinerja serta perilaku aparat MA dan badan peradilan di bawahnya. Sasaran: Meningkatnya kualitas kinerja hakim dan aparat peradilan dan kepercayaan publik kepada lembaga peradilan.
Penyelenggaran Kegiatan di bidang Pengelolaan Benda Sitaan Negara dan barang Rampasan Negara. Sasaran: Pengelolaan benda sitaan dan barang rampasan Negara.
Pembinaan Kegiatan di bidang keamanan dan ketertiban. Sasaran: Lapas rutan memenuhi standar hunian & keamanan, penanganan kasus NAPZA, penangan aduan masyarakat / tahanan.
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG6. Penegakan Hukum (continued …)
Penyelenggaraan kegiatan di bidang pelayanan tahanan dan pembinaan narapidana. Sasaran: Tahanan dan narapidana yang teregristasi dan terklasifikasi serta terserap di kegiatan kerja secara tepat dan akuntabel.
Pembinaan Kegiatan di bidang pembinaan kemasyarakatan dan anak. Sasaran: Penyeleggaraan kegiatan bimbingan kemasyarakatan dan anak yg berkualitas.
Penyelenggaraan Diklat kepemimpinan dan manajemen, Diklat teknis dan fungsional, serta Pendidikan Kedinasan. Sasaran: Peningkatan kualitas SDM Hukum &HAM.
Kegiatan Pengelolaan dan Pembinaan Kepegawaian Kemenkumham. Sasaran: Peningkatan kualitas SDM Kemkumham.
Pengawasan Inspektorat Khusus. Sasaran: Tersedianya mekanisme pengaduan masyarakat yg responsif terhadap kinerja lembaga peradilan.
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG6. Penegakan Hukum (continued …)
Diklat aparatur Kejaksaan. Sasaran: Meningkatnya kemampuan profesional, integritas kepribadian dan disiplin.
Penyelidikan, Penyidikan, serta Penuntutan dan Eksekusi Tindak Pidana Korupsi. Sasaran: penyelidikan, penyidikan, serta penuntutan dan eksekusi TPK.
Koordinasi dan Supervisi Penindakan (Korsup) TPK. Sasaran: korsup penindakan.
Pengelolaan LHKPN dan Gratifikasi. Sasaran: penanganan LHKPN dan Gratifikasi.
Penyelenggaraan Pendidikan, Sosialisasi, dan Kampanye Anti Korupsi. Sasaran: Pendidikan, Sosialisasi, & Kampanye.
Pengembangan dan Pemanfaatan Jaringan Kerjasama Antara Lembaga/Instansi. Sasaran: kerjasama antar lembaga/instansi.
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG6. Penegakan Hukum (continued …)
Penyediaan Data dan Informasi untuk Pemberantasan Korupsi. Sasaran: teknologi informasi.
Penanganan Pengaduan Masyarakat. Sasaran: penanganan dumas.
Seleksi Hakim Agung dan pemberian penghargaan Hakim. Sasaran: Memperoleh calon hakim agung kompeten untuk diajukan ke DPR, serta pemberian apresiasi terhadap kinerja para hakim, serta hakim yang kompeten untuk bertugas dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama dan PTUN.
Pelayanan Pengawasan perilaku Hakim dan Peningkatan Kompetensi Hakim. Sasaran: Penyelesaian laporan pengaduan hakim yg diduga melanggar kode etik dan pedoman perilaku hakim serta meningkatnya kemampuan profesionalisme hakim.
Substansi Inti, Kegiatan Prioritas & Sasaran RB dan GG7. Data Kependudukan
Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) Terpadu. Sasaran: Terlaksananya tertib administrasi kependudukan dengan tersedianya data dan informasi penduduk yang akurat dan terpadu.
Indikator Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yg Baik - GG
NO. ISU / KEBIJAKAN NASIONAL KEBIJAKAN INSTANSI INDIKATOR DI SETIAP
INSTANSISASARAN
2014
1. Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN
1
Penegakan disiplinPNS di seluruhinstansi pemerintah
Penegakan peraturanmengenai disiplin PNS
- Tersedianya sistem penegakan disiplin yg efektif
- % Pelanggaran disiplin mendapatkan sanksi
100%
2
Penerapan paktaintegritas bagipejabat pemerintah
Penerapan pakta integritas bagi pejabat Eselon I, II, dan III
% pejabat telahmenandatangani danmelaksanakan pakta integritas
100%
3
Kepatuhan Pe-nyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)
Mewajibkan pejabat untukmelaporkan LHKPN
% pejabat yang telahmelaporkan LHKPN 100%
4Kebijakanantikorupsi
Mewajibkan pelaporangratifikasi
Tersedianya sistem pelaporangratifikasi 100%
Indikator Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yg Baik - GG
NO. ISU / KEBIJAKAN NASIONAL KEBIJAKAN INSTANSI INDIKATOR DI SETIAP
INSTANSISASARAN
2014
1. Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN
5PenyelenggaraanSistem PengendalianInternal Pemerintah
Penerapan sistempengendalian internal yang efektif
Tersedia dan terlaksananyasistem pengendalian internalyang efektif
100%
6PengembanganSistem e-ProcurementNasional
Penerapan e-procurementdalam pengadaan barangdan jasa
% pengadaan menggunakan e-procurement 75%
7 Tindak lanjut hasilpemeriksaan BPK
Peningkatan tindak lanjutatas temuan hasil pemeriksaan
% temuan yang ditindaklanjuti 100%
8Akuntabilitaspengelolaankeuangan Negara
Peningkatan akuntabilitaspengelolaan anggaran dan pelaporannya
Opini BPK atas LK K/L WTP
9 Pengaduanmasyarakat
Tindaklanjut pengaduanmasyarakat
- Tersedianya sistem pengadu-an masyarakat yg efektif
- % Penyelesaian tindak lanjut atas pengaduan yang disampaikan masyarakat
100%
Indikator Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yg Baik - GG
NO. ISU / KEBIJAKAN NASIONAL KEBIJAKAN INSTANSI INDIKATOR DI SETIAP
INSTANSISASARAN
2014
2. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
1
Penerapan StandarPelayanan pada UnitPenyelenggaraPelayanan Publik
Penerapan StandarPelayanan Publik untukseluruh unit penyelenggarapelayanan publik
% unit penyelenggarapelayanan publik yang sudahmenerapkan Standar Pelayanan
100%
2Penerapan MaklumatPelayanan pada unitpelayanan publik
Menerapkan maklumatpelayanan untuk unitpelayanan publik
% unit pelayanan publik yangsudah menerapkan maklumatpelayanan
100%
3
Penerapan PelayananTerpadu Satu Pintuuntuk pelayananutama dan investasi
Penerapan PelayananTerpadu Satu Pintu
Pemerintah Daerahmenerapkan PelayananTerpadu Satu Pintu (OSS)
100%
4PenerapanManajemenPengaduan
Penerapan manajemenpengaduan yang efektifpada unit penyelenggarapelayanan publik
% unit pelayanan publik yangmenerapkan manajemenpengaduan yang efektif
100%
Indikator Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yg Baik - GG
NO. ISU / KEBIJAKAN NASIONAL KEBIJAKAN INSTANSI INDIKATOR DI SETIAP
INSTANSISASARAN
2014
2. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
5Percepatanpeningkatan kualitaspelayanan publik
Menyusun rencanapercepatan peningkatankualitas pelayanan publikdan melaksanakannya sesuai batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pelayanan publik
- Tersusunnya rencana peningkatan kualitas pelayanan publik pada unit penyelenggara pelayanan publik
- Terlaksananya rencana peningkatan kualitas pelayanan publik sesuai batas waktu yang ditetapkan
100%
6
Pelaksanaan evaluasidan penilaian terhadap kinerja pelayanan publik
Melaksanakan monitoring,evaluasi, dan penilaian kinerja kepada unitpenyelenggara pelayananpublik yang ada
- Tersedianya sistem evaluasi kinerja pelayanan publik
- % Unit Penyelenggara Pelayanan Publik yang mendapat penilaian baik
90%
Indikator Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yg Baik - GG
NO. ISU / KEBIJAKAN NASIONAL KEBIJAKAN INSTANSI INDIKATOR DI SETIAP INSTANSI SASARAN
2014
3. Peningkatan Kapasitas Birokrasi
1.
Penataankelembagaan instansipemerintah
Melakukan restrukturisasiorganisasi dan tata kerjainstansi untuk rightsizing didasarkan visi, misi, strategi dan analisis obyektif, serta tupoksi.
% Tersusunnya strukturkelembagaan (organisasi dantata kerja) yang proporsional,efektif, efisien
100%
2.Penataanketatalaksanaaninstansi pemerintah
Penyederhanaan prosesbisnis dan penyusunan SOP utama
% SOP utama telah tersusunsesuai dengan proses bisnisyg lebih sederhana
100%
3.Pemantapan kualitasmanajemen SDM
Penerapan manajemen SDMyang berkualitas (transparandan berbasismerit/kompetensi)
- Sistem rekrutmen yg transparan- Tersedianya sistem penilaian kinerja yg terukur
- Tersedianya sistem promosi & mutasi yg terbuka dan transparan
- Tersedianya sistem diklat berbasis merit dan kompetensi
- Sistem penegakan kode etik yg efektif, disertai penerapan reward & punishment
100%
Indikator Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yg Baik - GG
NO. ISU / KEBIJAKAN NASIONAL KEBIJAKAN INSTANSI INDIKATOR DI SETIAP
INSTANSISASARAN
2014
3. Peningkatan Kapasitas Birokrasi
4.Pengembangan danpenerapan e-Government
Pengembangan danpenerapan e-Government
Tersusunnya rencanapenerapan e-Government ygkonkrit dan terukur
100%
5.Sistem kearsipan dandokumentasi berbasisTIK
Penerapan manajemenkearsipan dan okumentasi berbasis TIK
Manajemen kearsipan dandokumentasi sudahdilaksanakan dengan sistemberbasis TIK
100%
6.PenyelenggaraanSistem AkuntabilitasKinerja Aparatur
Penerapan sistemakuntabilitas kinerja instansi pemerintah
% penerapan SAKIP (renstra,penilaian kinerja, kontrakkinerja, pengendalian, dan lain-lain)
100%
ETIKA DALAM PENYELENGGARAAN
NEGARA
4
Ethics: Translating Values into Rules
Fisik
Sosial
Idiil
Nilai (Values)
Norma (Norms)
Hukum (Rechts)
Aturan Khusus (Wet/Rules)
Tingkatan Budaya
In Abstracto
In Concreto
Reinventing Ethics in Government (1)
1. Tap MPR No. X/MPR/1998 Tentang Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional Sebagai Haluan Negara: Pelaksananan reformasi di bidang sosial budaya adalah untuk mendukung penanggulangan krisis di bidang sosial budaya. Agenda yg harus dijalankan adalah: menyiapkan sarana dan prasarana, program aksi dan perundangundangan bagi tumbuh dan tegaknya etika usaha, etika proses, dan etika pemerintahan .
2. Tap MPR No. V/MPR/2000 Tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional: Nilai2 agama dan budaya bangsa tidak dijadikan sumber etika dalam berbangsa & bernegara oleh sebagian masyarakat, sehingga melahirkan krisis akhlak dan moral berupa ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran HAM Menugaskan Badan Pekerja MPR-RI untuk merumuskan etika kehidupan berbangsa.
3. Tap MPR No. VI/MPR/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa: etika kehidupan berbangsa dewasa ini mengalami kemunduran yang turut menyebabkan terjadinya krisis multidimensi.
Reinventing Ethics in Government (2)
4. Tap MPR No. VIII/MPR/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan KKN Membentuk Undang-undang beserta peraturan pelaksanaannya untuk membantu percepatan dan efektivitas pelaksanaan pemberantasan dan pencegahan korupsi yang muatannya meliputi (antara lain) ”Etika Pemerintahan”!
Judul RUU yang benar apakah RUU Penyelenggara Negara, ataukah RUU Etika Pemerintahan?
Di AS, The US Office of Government Ethics (OGE) juga hanya dalam lingkup eksekutif saja dan memiliki 4 fungsi: Establishes standards of ethical
conduct for the executive branch; Ensures transparency in government through financial disclosure; Educates executive branch employees;
Promotes good governance. http://www.oge.gov/
Tap MPR No. X/1998 & Tap No. VIII/2001 secara tegas mengamanatkan disusunnya UU Etika Pemerintahan, bukan UU Etika Penyelenggara Negara.
Etika Kehidupan Berbangsa
1. Etika Kehidupan Berbangsa merupakan rumusan yg bersumber dari ajaran agama, khususnya yg bersifat universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yg tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa.
2. Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa.
3. Dimensi Etika: Etika Sosial dan Budaya Etika Politik dan Pemerintahan Etika Ekonomi dan Bisnis Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan Etika Keilmuan Etika Lingkungan
(Tap MPR No. VI/2001)
Arah Kebijakan
• Mengaktualisasikan nilai-nilai agama dan budaya luhur bangsa dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pendidikan formal, informal dan nonformal dan pemberian contoh keteladanan oleh para pemimpin negara, pemimpin bangsa, dan pemimpin masyarakat.
• Mengarahkan orientasi pendidikan yang mengutamakan aspek pengenalan menjadi pendidikan yang bersifat terpadu dengan menekankan ajaran etika yang bersumber dari ajaran agama dan budaya luhur bangsa serta pendidikan watak dan budi pekerti yang menekankan keseimbangan antara kecerdasan intelektual, kematangan emosional dan spritual, serta amal kebijakan.
• Mengupayakan agar setiap program pembangunan dan keseluruhan aktivitas kehidupan berbangsa dijiwai oleh nilai-nilai etika dan akhlak mulia, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.
Kaidah Pelaksanaan
• Internalisasi dan sosialisasi etika kehidupan berbangsa tersebut menggunakan pendekatan agama dan budaya.
• Internalisasi dan sosialisasi etika kehidupan berbangsa dilakukan melalui pendekatan komunikatif, dialogis dan persuasif, tidak melalui cara indoktrinasi.
• Mendorong swadaya masyarakat secara sinergis dan berkesinambungan untuk melakukan internalisasi dan sosialisasi etika kehidupan berbangsa.
• Mengembangkan dan mematuhi etika-etika profesi: etika profesi hukum, politik, ekonomi, kedokteran, guru, jurnalistik, dan profesi lainnya sesuai dengan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa.
• Internalisasi dan sosialisasi serta pengamalan etika kehidupan berbangsa merupakan bagian dari pengabdian kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Perbandingan Dimensi Etika
Tap MPR No. VI/2001 PP No. 42/2004
Etika Sosial dan Budaya Etika Dalam BernegaraEtika Politik dan Pemerintahan Etika Dalam BerorganisasiEtika Ekonomi dan Bisnis Etika Dalam BermasyarakatEtika Penegakan Hukum yg Berkeadilan Etika Terhadap Diri SendiriEtika Keilmuan Etika Sesama PNSEtika Lingkungan
Pasal 7 PP No. 42/2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS:
Dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan kehidupan sehari-hari setiap PNS wajib bersikap dan berpedoman pada etika dalam bernegara, dalam penyelenggaraan Pemerintahan, dalam berorganisasi, dalam bermasyarakat, serta terhadap diri sendiri dan sesama PNS yang diatur dalam PP ini.
Bgmn hubungan Tap VI/2001, PP 42/2004 dan RUU EPN?
Penuangan Etika
Masih perlukah RUU EPN secara substantif (selain alasan atribusi TAP MPR)?
1. KUHP (Criminal Law);2. Peraturan per-UU-an (Formal Ethics Legislation);
Tap MPR No. VI/2001 PP No. 42/2004
3. Pedoman dan Konvensi (Informal Ethics Legislation);
4. Gabungan diantara ketiganya.
Etika vs. Kode Etik (1)
Etika adalah sebuah studi tentang formasi nilai-nilai moral & prinsip-prinsip benar & salah (Altschull, 1990). Kode Etik adalah peraturan moral, atau pedoman dari tingkah laku yg membantu aksi personal dalam situasi khusus (http://bincangmedia.wordpress.com/2010/06/01/tentang-etika-kode-etik-kebijakan-dan-hukum-media).
Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yg berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma. Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yg secara tegas menyatakan apa yg benar dan baik, dan apa yg tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yg benar atau salah, perbuatan apa yg harus dilakukan dan apa yg harus dihindari (http://felix3utama.wordpress.com/2008/12/01/pengertian-dalam-etika-profesi).
Etika vs. Kode Etik (2)
Ethics is the basis of conduct, which is perceived through individual morality and society's norm of what is "good or bad", "right or wrong". A code of ethics establishes whether an activity is right or wrong. A code of conduct is a statement of the standards to which an individual or enterprise adheres, and the responsibilities and restrictions that are to be observed. A code of practice is a set of guidelines issued by a professional or service organization, to which the members agree to comply. (http://wiki.answers.com/Q/What_is_the_difference_between_Code_of_Ethics_Code_of_Conduct_and_Code_of_Practice).
A code of ethics expresses fundamental principles that provide guidance in cases where no specific rule is in place or where matters are genuinely unclear. A well drafted code of conduct will be consistent with the primary code of ethics, however, it will provide much more specific guidance (http://www.ethics.org.au/faq/whats-difference-between-code-ethics-and-code-conduct).
Semoga bermanfaat …
PKMK LAN-RI