11
FILSAFAT BAHASA HAKEKAT BAHASA SEBAGAI DASAR FILSAFAT TEORI BAHASA Dosen Pembimbing: Nuril Huda M. P,d I

Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2

FILSAFAT BAHASAHAKEKAT BAHASA SEBAGAI DASAR FILSAFAT

TEORI BAHASA

Dosen Pembimbing:Nuril Huda M. P,d I

Page 2: Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2

Debora Ayu Cleopatra (2014210033)Nailun Najah (2014210023)Nur Rohmawati (2014210029)Zini Rodatul Ashhab (2014210028)

Disusun oleh:

Page 3: Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2

Bahasa sebagai objek materia filsafat sejak awal abad XX telah mengalami suatu perkembangan baru, yaitu pengembangan kearah ilmu bahasa modern. Perkembangan ini diawali dengan munculnya pemikiran strukturalisme dibidang bahasa yang dikmebangkan oleh Ferdinand Desaussure, sebagai peletak dasar-dasar filsafat linguistik modern. Sebagai halnya ilmu-ilmu pengetahuan lainnya bahwa mereka tumbuh dan berkembang dari pemikiran-pemikiran filsafat.

Latar Belakang

Page 4: Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian bahasa sebagai subtansi?

2. Bagaimana pengertian bahasa sebagai bentuk?

Page 5: Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2

Tujuan1. Mendeskripsikan hubungan bahasa sebagai substansi dan bentuk

2. Mendeskripsikan bahasa sebagai sesuatu yang alamiah

Page 6: Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2

ManfaatManfaat Praktis: penelitian ini diharapkan berguna untuk memperluas pengetahuan mengenai permasalah filsafat bahasa, khususnya hubungan filsafat bahasa yang sering dijumpai sehari-hari.

Manfaat Teoritis: penelitian ini dilakukan agar dapat dijadikan sebagai sumber referensi dalam mengkaji filsafat bahasa yang lebih rinci dalam hubungan filsafat bahasa pada ilmu filsafat bahasa.

Page 7: Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2

LANDASAN TEORIPengertian Bahasa sebagai Subtansi

subtansi bahasa dapat dianggapn tersusun dari unsur yang bersifst empiris, yaitu yang berupa bunyi ujaran sehingga dapat diiendera manusia, dapat didengar dan dipikirkan

teori bahasa modern

hakikat bahasa secara antrologis adalah merupakan suatu sistem tanda yang mengacu pada sesuatu benda konsep atau nilai maka pengertian subtansi bahasa ini juga harus dibedakan antara, (1) subtansi bahasa sebagai sistem tanda, yang kuantitasnya berupa sistem bunyi, tanda atupun lambang-lambang. Maka sistem fonem yang mengacu pada sesuatu adalah merupakan subtansi bahasa dalam yang pertama ini. Subtansi bahasa dalam pengertian yang pertama ini sebagai dasar pengembangan dibidang fonologi. (2) subtansi bahasa yang merupakan acuan dari bahasa, atau subtansi bahasa yang merupakan petanda yaitu subtansi benda-benda, konsep-konsep atau nilai-nilai yang merupakan petanda bahasa.

Page 8: Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2

Pengertian Bahasa sebagai Bentuk

bahwa bahasa pada hakikatnya adalah merupakan suatu struktur yang dapat diamati secara empiris. Ungkapan lain tentang pengertian itu adalah bahwa hakikat bahasa bkanlah merupakan suatu subtansi sendiri melainkan merupakan suatu bentuk. Bahasa tidak dapat disamakan dengan pikiran atau benda-benda atau segala realitas dunia. Demikian juga bahasa bukanlah merupakan suatu bunyi atau gerak ekspresi manusia melalui bunyi ujar bahasa. Pemikiran ini dikembangkan oleh paham strukturalisme yang ekstrim antara lain struktualisme bahasa yang berkembang di Amerika dibawah Bloomfield dan aliran glossematik yang sebenarnya keduanya berakal pada konsep pemikiran Ferdinand de Saussure.

Page 9: Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2

Bahasa Sebagai Subtansi dan Bentuk

Berbeda dengan pandangan filosofis cassirer para tokoh paham strukturalisme radikal justru memiliki pendapat yang berlawanan, sebagaimana yang di kembangkan oleh Bloomfield dan para penganutnya yang setia. Bloomfield berpendapat bahwa hakikat bahasa secara ontologis adalah merupakan realitas empiris. Bahasa adalah merupakan suatu sistem simbol yang bersifat empiris yang berdiri sendiri yang terpisah dari aspek-aspek nonempiris.

Bahasa adalah memiliki sesuatu keteraturan yang secara empiris dapat ditentukan kebenarannya berdasarkan analisisnya yang bersifat empiris. Kaum struktualisme ini tidak mengakui realitas metafisis bahasa.Makna adalah ditentukan oleh struktur empiris bahasa. Makna yang berkaitan dengan realitas diluar bahasa seperti benda-benda, alam semesta, konsep-konsep maupun nilai adalah berbeda diluar struktur empiris bahasa.Secara epistomologis hakikat makna yang menyangkut realitas dunia yang berada diluar realitas struktur bahasa, adalah merupakan bidang kajian ilmu-ilmu pengetahuan yang lainnya dan tidak memiliki sangkutpaut dengan ilmu bahasa.

Page 10: Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2

Bahasa sebagai sesuatu yang alamiah

Menurut Charles Osgood bahwa selain manusia binatang juga memliki sarana komunikasi, dalam proses interaksi dalam kelompok binatang tertentu yang disebut dengan “distalsing” , antara lain berupa graman, raungan, lengkingan atau gerakan bagaian tubuh binatang lainnya namun dalam pengertian ini tidak disebut sebagai bahasa layaknya bahasa manusia. Bahasa manusia melibatkan proses berfikir, kesadaran serta bahasa manusia merupakan suatu sistem tanda yang di ekspresi melalui bunyi serta unit-unit ekspresi (osgot, 1980:15).

Page 11: Filsafat Bahasa Pnd.Bhs dan Sastra Indonesia Smst.2

TERIMAKASIH