33
Sejarah Hidup Pahlawan NAMA KELOMPOK: KHALISHA INSYELA PUTRI SYADIFA MUHAMMAD IKHLASUL AMAL MUHAMMAD AGIL FIRSHADI ANISA RAHMADANI KARTIKA

Sejarah hidup pahlawan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sejarah hidup pahlawan

Sejarah Hidup Pahlawan

NAMA KELOMPOK: KHALISHA INSYELA PUTRI SYADIFA MUHAMMAD IKHLASUL AMAL MUHAMMAD AGIL FIRSHADI ANISA RAHMADANI KARTIKA

Page 2: Sejarah hidup pahlawan

SULTAN HASANUDDINCUT NYAK DIENPATTIMURAI GUSTI NGURAHRAIDEWI SARTIKAMARTHA CRISTINA TIAHAHUPANGERAN DIPONEGOROJENDRAL SUDIRMANINSINYUR MUHAMMAD HATTAI.R SOEKARNO

Page 3: Sejarah hidup pahlawan

Sultan Hasanuddin Terkenal dengan sebutan 'Ayam Jantan Dari Timur', Sultan Hasanuddin

adalah pahlawan nasional dari Sulawesi, tepatnya dari Kerajaan Gowa. Sultan Hasanuddin adalah Raja Gowa ke-16, putra dari I Manuntungi Daeng Mattola yang bergelar Sultan Malikussaid (ayah) dan ibunya bernama I Sabbe To'mo Lakuntu.

Ilmu berpolitik, diplomasi, ilmu pemerintahan dan ilmu perang dipelajari Hasanuddin ketika ikut mendampingi ayahnya melakukan perundingan-perundingan penting, ditambah dengan bimbingan Karaeng Pattingaloang, mangkubumi kerajaan Gowa, yang sangat berpengaruh dan cerdas.

Pergaulan Hasanuddin yang luas dengan rakyat jelata, orang asing dan Melayu membuatnya sering dipercaya menjadi utusan ayahnya untuk mengunjungi daerah dan kerajaan lain.

Page 4: Sejarah hidup pahlawan

Pada usia 21 tahun, Sultan Hasanuddin ditugaskan untuk

menjabat bagian pertahanan Kerajaan Gowa. Di sinilah Sultan Hasanuddin mulai bermain strategi mengatur pertahanan untuk melawan serangan Belanda yang ingin memonopoli perdagangan di Maluku.

Setahun kemudian ayahnya wafat, dan atas titah beliau, Sultan Hasanuddin yang seharusnya tidak ada dalam garis tahta dinobatkan menjadi raja karena kepintaran dan keahliannya.

Peperangan dengan Belanda berlangsung alot karena dua kubu memiliki kekuatan armada yang sebanding. Hingga Belanda menemukan bahwa daerah-daerah di bawah kekuasaan Gowa mudah dihasut dan dipecah belah.

Page 5: Sejarah hidup pahlawan

Arung Palakka yang merupakan sahabat sepermainan Sultan

Hasanuddin saat kecil memimpin pemberontakan Raja Bone terhadap Kerajaan Gowa.

Tahun 1662, Belanda kembali mengobarkan perang saudara dan di tahun 1664, Sultan Ternate, Sultan Buton dan Arung Palakka berhasil disatukan di bawah kendali Belanda.

Setelah 16 tahun berperang tidak hanya dengan Belanda namun juga dengan rakyatnya sendiri (yang memberontak), Sultan Hasanuddin akhirnya kalah dalam peperangan tahun 1669.

Di tahun yang sama Sultan Hasanuddin mundur dari jabatannya sebagai Raja Gowa dan memilih menjadi pengajar agama Islam sambil tetap menanamkan rasa kebangsaan dan persatuan. Sultan Hasanuddin wafat tanggal 12 Juni 1670, dan tidak mau bekerja sama dengan Belanda hingga akhir hayatnya.

Page 6: Sejarah hidup pahlawan

Cut Nyak Dien Tjoet Njak Dhien merupakan pahlawan nasional wanita Indonesia asal Aceh. Ia berasal

dari keluarga bangsawan yang agamis di Aceh Besar. Ketika usianya menginjak 12 tahun, Tjoet Njak Dhien dinikahkan dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga yang juga berasal dari keluarga bangsawan.

Semenjak Belanda menyerang Aceh untuk pertama kalinya pada tanggal 26 Maret 1873, semangat Tjoet Njak Dhien untuk memerangi pasukan kolonial Belanda mulai timbul. Peristiwa gugurnya Teuku Cek Ibrahim Lamnga dalam peperangan melawan Belanda pada tanggal 29 Juni 1878 semakin menyulut kemarahan dan kebencian wanita pemberani ini terhadap kaum penjajah tersebut. Ia kemudian menikah lagi dengan Teuku Umar yang juga merupakan pahlawan nasional Indonesia di tahun 1880.

Awalnya Tjoet Njak Dhien menolak pinangan Teuku Umar, tetapi ia akhirnya setuju untuk menikah dengan pria yang masih memiliki garis kekerabatan dengan dirinya ini setelah Teuku Umar menyanggupi keinginannya untuk ikut turun ke medan perang. Ia sangat ingin mengenyahkan Belanda dari bumi Aceh dan menuntut balas atas kematian suaminya terdahulu.

Page 7: Sejarah hidup pahlawan

Bersama dengan Teuku Umar dan para pejuang Aceh lainnya, Tjoet Njak Dhien pun

gencar melakukan serangan terhadap Belanda. Dalam masa perjuangan tersebut, Tjoet Njak Dhien sempat mendapat makian dari Tjoet Njak Meutia yang juga pejuang wanita dari Aceh lantaran keputusan suaminya, Teuku Umar, menyerahkan diri pada Belanda dan bekerja sama dengan mereka. Padahal Teuku Umar tidak benar-benar menyerahkan diri pada Belanda. Hal ini ia lakukan sebagai taktik untuk mendapatkan peralatan perang Belanda. Setelah niatnya terlaksana dan ia kembali pada Tjoet Njak Dhien dan para pengikutnya, Belanda yang merasa telah dikhianati oleh Teuku Umar melancarkan operasi besar-besaran untuk memburu pasangan suami-istri tersebut. Teuku Umar pun akhirnya gugur dalam pertempuran di Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899.

Sepeninggal suaminya, Tjoet Njak Dhien masih meneruskan perlawanan kepada Belanda. Namun, sakit encok yang dideritanya dan kondisi matanya yang mulai rabun membuat para pengawalnya merasa kasihan dan akhirnya membuat kesepakatan dengan Belanda bahwa Tjoet Njak Dhien boleh ditangkap asalkan diperlakukan secara terhormat, bukan sebagai penjahat perang.

Setelah Belanda menyetujui kesepakatan ini, Tjoet Njak Dhien pun akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Ia kemudian dibuang ke Sumedang tanggal 11 Desember 1905 dan menghembuskan napas terakhirnya di sana tanggal 6 November 1908. Jenazah Tjoet Njak Dhien kemudian dikebumikan di Gunung Puyuh, Sumedang.

Page 8: Sejarah hidup pahlawan

Pattimura Pattimura lahir pada tanggal 8 Juni 1783 dari ayah Frans Matulesi dengan Ibu Fransina Silahoi.

Munurut M. Sapidja ( penulis buku sejarah pemerintahan pertama) mengatakan bahwa “pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan"

Ia adalah pahlawan yang berjuang untuk Maluku melawan VOC Belanda. Sebelumnya Pattimura adalah mantan sersan di militer Inggris. pada tahun 1816 Inggris bertekuk lutut kepda belanda. Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura.

Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengoordinir raja-raja dan patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda.

Page 9: Sejarah hidup pahlawan

Di Saparua, dia dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan. Untuk itu, ia pun

dinobatkan bergelar Kapitan Pattimura. Pada tanggal 16 Mei 1817, suatu pertempuran yang luar biasa terjadi. Rakyat Saparua di bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura tersebut berhasil merebut benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya tewas, termasuk Residen Van den Berg.

Pasukan Belanda yang dikirim kemudian untuk merebut kembali benteng itu juga dihancurkan pasukan Kapitan Pattimura. Alhasil, selama tiga bulan benteng tersebut berhasil dikuasai pasukan Kapitan Patimura. Namun, Belanda tidak mau menyerahkan begitu saja benteng itu. Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan pasukan yang lebih banyak dilengkapi dengan persenjataan yang lebih modern. Pasukan Pattimura akhirnya kewalahan dan terpukul mundur.

Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda. Bersama beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Di sana beberapa kali dia dibujuk agar bersedia bekerjasama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.

Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Atas kegigihannya memperjuangkan kemerdekaan, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai “Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan” oleh pemerintah Republik Indonesia.

Page 10: Sejarah hidup pahlawan

I Gusti Ngurahrai Lahir di Badung, 30 Januari 1917, I Gusti Ngurah Rai merupakan anak dari seorang

camat Petang, I Gusti Ngurah Palung. Tertarik dengan dunia militer sejak kecil, Ngurah Rai bergabung dengan HIS Denpasar lalu melanjutkan dengan MULO yang ada di Malang. Tak cukup sampai di sana, ia kemudian bergabung dengan sekolah kader militer, Prayodha Bali, Gianyar. Pada tahun 1940, Ngurah Rai dilantik sebagai Letnan II yang kemudian melanjutkan pendidikan di Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO), Magelang dan Pendidikan Artileri, Malang.

Pada masa kependudukan Jepang, Ngurah Rai sempat menjadi intel sekutu di daerah Bali dan Lombok. Setelah kabar Indonesia merdeka pada tahun 1945 akhirnya sampai di Bali, BKR berganti nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sunda Kecil di mana ia sebagai komandannya. Sebagai komandan TKR Sunda Kecil, Ngurah Rai merasa perlu untuk melakukan konsolidasi dengan pimpinan TKR pusat di mana saat itu bermarkas di Jogjakarta. Sampai di Jogjakarta, Ngurah Rai dilantik menjadi komandan resimen Sunda Kecil berpangkat Letnan Kolonel.

Page 11: Sejarah hidup pahlawan

Kembali dari Jogjakarta dengan bantuan persenjataan, Ngurah Rai mendapati bahwa Belanda telah menduduki Bali dengan mempengaruhi raja-raja Bali. Sebanyak kurang lebih 2000 pasukan dengan persenjataan lengkap dan sejumlah pesawat terbang yang berhasil dihimpun Belanda telah siap berperang menyerang Ngurah Rai dan pasukan kecilnya. Pertempuran tersebut dilatar belakangi dengan kekecewaan Ngurah Rai atas hasil dari perjanjian Linggarjati antara Belanda dan pemerintah Indonesia. Dalam perjanjian tersebut menyebutkan bahwa pemerintah Belanda mengakui kekuasaan Indonesia yang meliputi pulau Jawa, Madura dan Sumatera. Sedangkan Bali diakui menjadi bagian dari negara Indonesia timur bikinan Belanda.

Bersama Ciung Wanara, pasukan kecil Ngurah Rai, pada tanggal 18 November 1946 menyerang Tabanan yang menghasilkan satu datasemen Belanda dengan persenjataan lengkap menyerah. Hal ini memicu Belanda untuk membalas pertempuran lebih sengit dan mengerahkan kekuatannya yang ada di seluruh pulau Bali dan Lombok untuk membalas perbuatan Ngurah Rai. Dalam pertempuran tersebut, pertahanan demi pertahanan yang dibentuk Ngurah Rai hancur hingga sampai pada pertahanan terakhir Ciung Wanara, desa Margarana, Ngurah Rai dan pasukannya berhasil dipukul mundur lantaran seluruhnya jatuh ke dalam jurang yang dalam. Perang tersebut akhirnya dikenal dengan perang Puputan Margarana karena sebelum gugur Ngurah Rai sempat meneriakkan kata puputan yang berarti perang habis-habisan. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 20 November 1946.

Page 12: Sejarah hidup pahlawan

• Berkat usahanya tersebut, Ngurah Rai mendapatkan gelar Bintang Mahaputra dan kenaikan pangkat menjadi Brigjen TNI (anumerta). Tak hanya itu, ia juga mendapatkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI no 63/TK/1975 tanggal 9 Agustus 1975.

Page 13: Sejarah hidup pahlawan

Dewi Sartika Dewi Sartika lahir dari pasangan ningrat Nyi Raden Rajapermas dan Raden

Somanagara dengan didikan beraneka ragam budaya, dari didikan budaya sunda hingga didikan barat.

Kegemarannya dalam belajar mengajar dalam hal membaca dan menulis sudah terlihat sejak kecil dengan mempraktikkan bersama anak anak pembantu di kepatihan,Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting dijadikannya alat bantu belajar.

Semakin banyak ilmu yang di gali di masa dewasanya, Dewi Sartika semakin gencar dalam mewujudkan cita citanya dengan bantuan Pamannya Bupati Martanagara untuk mewujudkan cita citanya,salah satu langkah awal dengan mendirikan sekolah di tahun 1902 yang mana di awali dengan pendidikan keterampilan Merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis dan sebagainya, menjadi materi pelajaran saat itu.

Page 14: Sejarah hidup pahlawan

Berkembanglah pula ide untuk membuka sekolah perempuan atau

Sakola Istri pertama se-Hindia-Belanda pada tahun 16 Januari 1904 setelah Konsultasi dengan Bupati R.A. Martenagara.Keberhasilan sekolah perempuan Dwi Sartka bisa mencetak lulusan lulusan perempuan bermartabat yang haknya sama dengan kedudukan laki laki.

Sekolah perempuan semakin berkembang dengan pergantian nama menjadi Sekolah Keutamaan Perempuan ( sakolah kautamaan istri ) di tahun ke 10 ( 1914 ),dan di saat perjalanan itu pula menikahlah Dewi sartika dengan Raden Kanduruan Agah Suriawinata di tahun 1906,yang mana pasangan Dewi Sartika adalah suami yang memiliki visi misi yang sama dalam memperjuangkan pendidikan, semakin berkembangnya sekolah perempuan yang didirikan Dewi Sartika, di tahun ke 25 pada bulan september 1929, diadakanlah peringatan pendirian sekolah yang mana sekaligus berganti nama menjadi Sakola Raden Dewi.

Page 15: Sejarah hidup pahlawan

Dengan keberhasilan perjuangan Dwi

Sartika,tercetuslah seorang anak bangsa tokoh pejuang wanita dari bandung yang membela hak kaum wanita dalam urusan pendidikan.

Dewi wafat pada 11 September 1947. Sebelumnya Dewi Sartika ikut mengungsi bersama-sama para pejuang yang terus melakukan perlawanan untuk mempertahankan kemerdekaan dan disaat itu Setelah terjadi Agresi militer Belanda tahun 1947.

Page 16: Sejarah hidup pahlawan

Martha Christina Tiahahu Martha Christina Tiahahu adalah Pahlawan Nasional perempuan pertama

yang gugur di medan perang saat bertempur melawan Belanda demi mempertahankan tanah Maluku yang kaya akan hasil bumi. Ia lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800 dan dibesarkan seorang diri oleh ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu yang merupakan kawan baik dari Thomas Mattulessi atau Kapitan Pattimura.

Sejak kecil, perempuan yang akrab disapa Martha Christina ini sering mengikuti ayahnya dalam rapat pembentukan kubu-kubu pertahanan hingga pada akhirnya di usia yang ketujuh belas tahun ia turut andil dalam pertempuran melawan Belanda di desa Ouw, Ullath, pulau Saparua. Dalam pertempuran itu, ia memimpin pasukan perang wanita dan mengobarkan semangat juang pada pasukan agar terus ikut mendampingi pasukan laki-laki dalam perebutan wilayah Maluku dari penjajah hanya berbekal bambu runcing dengan ikat kepala melingkar di kepala.

Page 17: Sejarah hidup pahlawan

Bersama dengan para pejuang tanah Maluku yang lain, Martha Christina cukup

membuat kerepotan Belanda. Saat itu, pimpinan Belanda, Richemont, tewas tertembak dalam pertempuran membuat Belanda semakin sengit dalam melancarkan aksinya. Dengan persenjataan lengkap, pasukan Indonesia berhasil dipukul mundur dan beberapa pentolan pasukan ditangkap untuk dijatuhi hukuman mati termasuk ayah Martha Christina, Kapitan Paulus Tiahahu.

Mendengar kabar eksekusi yang akan dilakukan Belanda terhadap ayahnya, Martha Christina berusaha untuk membebaskan ayahnya dari hukuman yang dijatuhkan. Namun usahanya sia-sia, ayah Martha Christina meninggal dalam eksekusi yang dilakukan Belanda terhadap beberapa pejuang Indonesia di tanah Maluku yang berhasil ditangkap. Sepeninggal ayahnya, Martha Christina digiring bersama pejuang lainnya yang tertangkap untuk dipekerjakan secara paksa di perkebunan kopi yang ada di pulau Jawa.

Namun, dalam perjalanan menuju pulau Jawa, tepatnya di kapal Eversten, Martha Christina melanjutkan aksi pemberontakannya terhadap Belanda dengan aksi mogok makan dan mogok pengobatan. Dalam aksinya tersebut, akhirnya Martha Christina meninggal di perjalanan menuju pulau Jawa pada tanggal 2 Januari 1818. Jasadnya kemudian dibuang di laut Banda dan namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1969. Berkat pengorbanannya tersebut, pemerintah Maluku membuat monumen untuk mengenang jasa Martha Christina.

Page 18: Sejarah hidup pahlawan

Pangeran Diponegoro Perang Diponegoro (Inggris:The Java War, Belanda: De Java Oorlog), adalah perang besar

dan menyeluruh berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang terjadi di Jawa, Hindia Belanda (sekarang Indonesia), antara pasukan penjajah Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock[1] melawan penduduk pribumi yang dipimpin seorang pangeran Yogyakarta bernama Pangeran Diponegoro. Dalam perang ini telah berjatuhan korban yang tidak sedikit. Baik korban harta maupun jiwa. Dokumen-dokumen Belanda yang dikutip para ahli sejarah, disebutkan bahwa sekitar 200.000 jiwa rakyat yang terenggut. Sementara itu di pihak serdadu Belanda, korban tewas berjumlah 8.000.

Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama menjajah Nusantara. Peperangan ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang ini sebagai Perang Jawa. Setelah kekalahannya dalam Perang Napoleon di Eropa, pemerintah Belanda yang berada dalam kesulitan ekonomi berusaha menutup kekosongan kas mereka dengan memberlakukan berbagai pajak di wilayah jajahannya, termasuk di Hindia Belanda. Selain itu, mereka juga melakukan monopoli usaha dan perdagangan untuk memaksimalkan keuntungan. Pajak-pajak dan praktek monopoli tersebut amat mencekik rakyat Indonesia yang ketika itu sudah sangat menderita.

Page 19: Sejarah hidup pahlawan

Untuk semakin memperkuat kekuasaan dan perekonomiannya, Belanda

mulai berusaha menguasai kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, salah satu di antaranya adalah Kerajaan Yogyakarta. Ketika Sultan Hamengku Buwono IV wafat, kemenakannya, Sultan Hamengku Buwono V yang baru berusia 3 tahun, diangkat menjadi penguasa. Akan tetapi pada prakteknya, pemerintahan kerajaan dilaksanakan oleh Patih Danuredjo, seseorang yang mudah dipengaruhi dan tunduk kepada Belanda. Belanda dianggap mengangkat seseorang yang tidak sesuai dengan pilihan/adat keraton.

Pada pertengahan bulan Mei 1825, pemerintah Belanda yang awalnya memerintahkan pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat Muntilan, mengubah rencananya dan membelokan jalan itu melewati Tegalrejo. Rupanya di salah satu sektor, Belanda tepat melintasi makam dari leluhur Pangeran Diponegoro. Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan memutuskan untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Beliau kemudian memerintahkan bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati makam tersebut.

Page 20: Sejarah hidup pahlawan

Belanda yang mempunyai alasan untuk menangkap Pangeran Diponegoro karena

dinilai telah memberontak, pada 20 Juli 1825 mengepung kediaman beliau. Terdesak, Pangeran beserta keluarga dan pasukannya menyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul. Sementara itu, Belanda —yang tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro— membakar habis kediaman Pangeran.

Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai basisnya. Pangeran menempati goa sebelah Barat yang disebut Goa Kakung, yang juga menjadi tempat pertapaan beliau. Sedangkan Raden Ayu Retnaningsih (selir yang paling setia menemani Pangeran setelah dua istrinya wafat) dan pengiringnya menempati Goa Putri di sebelah Timur.

Setelah penyerangan itu, dimulailah sebuah perang besar yang akan berlangsung 5 tahun lamanya. Di bawah kepemimpinan Diponegoro, rakyat pribumi bersatu dalam semangat “Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati“; sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati. Selama perang, sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro. Perjuangan Diponegoro dibantu Kyai Maja yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan.

Page 21: Sejarah hidup pahlawan

Jendral Sudirman Jenderal Soedirman ialah salah seorang Pahlawan Revolusi Nasional Indonesia. Dalam

sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia merupakan Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Pada usia yang masih cukup muda, yaitu 31 tahun, Soedirman telah menjadi seorang jenderal. Selain itu, ia juga dikenal sebagai pejuang yang gigih. Meskipun ia sedang menderita penyakit paru-paru parah, ia tetap berjuang dan bergerilya bersama para prajuritnya untuk melawan tentara Belanda pada Agresi Militer II.

Soedirman lahir di Purbalingga, Jawa Tengah pada tanggal 24 Januari 1916. Ia berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang pekerja di pabrik gula Kalibagor Banyumas dan ibunya keturunan Wedana Rembang. Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tetapi tidak sampai tamat. Selama menempuh pendidikan di sana, ia pun turut serta dalam kegiatan organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu ia menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Ia kemudian mengabdikan dirinya menjadi guru HIS Muhammadiyah, Cilacap dan pemandu di organisasi Pramuka Hizbul Wathan tersebut.

Page 22: Sejarah hidup pahlawan

Pada zaman penjajahan Jepang , Soedirman bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Pasca Indonesia merdeka dari penjajahan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Kemudian beliau diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya setelah menyelesaikan pendidikannya. Ia lalu menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda dari bulan November sampai Desember 1945 adalah perang besar pertama yang ia pimpin. Karena ia berhasil memperoleh kemenangan pada pertempuran ini, Presiden Soekarno pun melantiknya sebagai Jenderal.

Soedirman meninggal pada tanggal 29 Januari 1950 karena penyakit tuberkulosis parah yang ia derita. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Pada tahun 1997 ia dianugerahi gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga jenderal di RI sampai sekarang.

Page 23: Sejarah hidup pahlawan

Insinyur M.Hatta Dr. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Pria yang akrab disapa dengan sebutan Bung

Hatta ini merupakan pejuang kemerdekaan RI yang kerap disandingkan dengan Soekarno. Tak hanya sebagai pejuang kemerdekaan, Bung Hatta juga dikenal sebagai seorang organisatoris, aktivis partai politik, negarawan, proklamator, pelopor koperasi, dan seorang wakil presiden pertama di Indonesia.

Kiprahnya di bidang politik dimulai saat ia terpilih menjadi bendahara Jong Sumatranen Bond wilayah Padang pada tahun 1916. Pengetahuan politiknya berkembang dengan cepat saat Hatta sering menghadiri berbagai ceramah dan pertemuan-pertemuan politik. Secara berkelanjutan, Hatta melanjutkan kiprahnya terjun di dunia politik.

Sampai pada tahun 1921 Hatta menetap di Rotterdam, Belanda dan bergabung dengan sebuah perkumpulan pelajar tanah air yang ada di Belanda, Indische Vereeniging. Mulanya, organisasi tersebut hanyalah merupakan organisasi perkumpulan bagi pelajar, namun segera berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan saat tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumu) bergabung dengan Indische Vereeniging yang kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Di Perhimpunan Indonesia, Hatta mulai meniti karir di jenjang politiknya sebagai bendahara pada tahun 1922 dan menjadi ketua pada tahun 1925. Saat terpilih menjadi ketua PI, Hatta mengumandangkan pidato inagurasi yang berjudul "Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan Kekuasaan".

Page 24: Sejarah hidup pahlawan

Dalam pidatonya, ia mencoba menganalisa struktur ekonomi dunia yang ada pada

saat itu berdasarkan landasan kebijakan non-kooperatif. Hatta berturut-turut terpilih menjadi ketua PI sampai tahun 1930 dengan perkembangan yang sangat signifikan dibuktikan dengan berkembangnya jalan pikiran politik rakyat Indonesia.

Sebagai ketua PI saat itu, Hatta memimpin delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk perdamaian di Berville, Perancis, pada tahun 1926. Ia mulai memperkenalkan nama Indonesia dan sejak saat itu nama Indonesia dikenal di kalangan organisasi-organisasi internasional. Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda dan berkenalan dengan aktivis nasionalis India, Jawaharhal Nehru.

Aktivitas politik Hatta pada organisasi ini menyebabkan dirinya ditangkap tentara Belanda bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul madjid Djojodiningrat sebelum akhirnya dibebaskan setelah ia berpidato dengan pidato pembelaan berjudul: Indonesia Free.

Selanjutnya pada tahun 1932, Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia dengan adanya pelatihan-pelatihan.

Page 25: Sejarah hidup pahlawan

Pada tahun 1933, Soekarno diasingkan ke Ende, Flores. Aksi ini

menuai reaksi keras oleh Hatta. Ia mulai menulis mengenai pengasingan Soekarno pada berbagai media. Akibat aksi Hatta inilah pemerintah kolonial Belanda mulai memusatkan perhatian pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia dan menangkap pimpinan para pimpinan partai yang selanjutnya diasingkan ke Digul, Papua.

Pada masa pengasingan di Digul, Hatta aktif menulis di berbagai surat kabar. Ia juga rajin membaca buku yang ia bawa dari Jakarta untuk kemudian diajarkan kepada teman-temannya. Selanjutnya, pada tahun 1935 saat pemerintahan kolonial Belanda berganti, Hatta dan Sjahrir dipindahlokasikan ke Bandaneira. Di sanalah, Hatta dan Sjahrir mulai memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, politik, dan lainnya.

Setelah delapan tahun diasingkan, Hatta dan Sjahrir dibawa kembali ke Sukabumi pada tahun 1942. Selang satu bulan, pemerintah kolonial Belanda menyerah pada Jepang. Pada saat itulah Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta

Page 26: Sejarah hidup pahlawan

Pada awal Agustus 1945, nama Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan berganti nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan Soekarno sebagai Ketua dan Hatta sebagai Wakil Ketua.

Sehari sebelum hari kemerdekaan dikumandangkan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengadakan rapat di rumah Admiral Maeda. Panitia yang hanya terdiri dari Soekarno, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti tersebut merumuskan teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya dengan tanda tangan Soekarno dan Hatta atas usul Soekarni.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Pagesangan Timur 56 tepatnya pukul 10.00 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Hatta sebagai Wakil Presiden.

Berita kemerdekaan Republik Indonesia telah tersohor sampai Belanda. Sehingga, Belanda berkeinginan kembali untuk menjajah Indonesia. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pemerintahan Republik Indonesia dipindah ke Jogjakarta. Ada dua kali perundingan dengan Belanda yang menghasilkan perjanjian linggarjati dan perjanjian Reville. Namun, kedua perjanjian tersebut berakhir kegagalan karena kecurangan Belanda.

Page 27: Sejarah hidup pahlawan

Pada Juli 1947, Hatta mencari bantuan ke India dengan menemui

Jawaharhal Nehru dan Mahatma Gandhi. Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan melakukan protes terhadap tindakan Belanda dan agar dihukum pada PBB. Banyaknya kesulitan yang dialami oleh rakkyat Indonesia memunculkan aksi pemberontakan oleh PKI sedangkan Soekarno dan Hatta ditawan ke Bangka. Selanjutnya kepemimpinan perjuangan dipimpin oleh Jenderal Soedirman.

Perjuangan rakyat Indonesia tidak sia-sia. Pada tanggal 27 desembar 1949, Ratu Juliana memberikan pengakuan atas kedaulatan Indonesia kepada Hatta.

Setelah kemerdekaan mutlak Republik Indonesia, Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan. Dia juga masih aktif menulis berbagai macam karangan dan membimbing gerakan koperasi sesuai apa yang dicita-citakannya. Tanggal 12 Juli 1951, Hatta mengucapkan pidato di radio mengenai hari jadi Koperasi dan selang hari lima hari kemudian dia diangkat menjadi Bapak Koperasi Indonesia.

Page 28: Sejarah hidup pahlawan

Hatta menikah dengan Rachim Rahmi pada

tanggal 18 November 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Pasangan tersebut dikaruniai tiga orang putri yakni Meutia, Gemala, dan Halida.

Pada tanggal 14 Maret 1980 Hatta wafat di RSUD dr. Cipto Mangunkusumo. Karena perjuangannya bagi Republik Indonesia sangat besar, Hatta mendapatkan anugerah tanda kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I" yang diberikan oleh Presiden Soeharto.

Page 29: Sejarah hidup pahlawan

I.R Soekarno Perjalanan hidup Ir. Soekarno dimulai dari masa ketika ia lahir dari

pasangan aristokrat Raden Soekemi Sosrodihardjo yang merupakan guru TK di Jawa dan istri Bali-nya yang berasal dari kasta Brahma, bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Soekarno kecil dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 dan memiliki nama Kusno Sosrodihardjo. Setelah lulus dari SD lokal pada tahun 1912, Soekarno dikirim menuju Europeesche Lagere School, sebuah sekolah SD Belanda yang terletak di Mojokerto. Pada tahun 1916, ayahnya mengirim Soekarno ke Surabaya untuk masuk ke Hogere Burger School (sebuah sekolah persiapan kuliah milik Belanda) dimana Soekarno bertemu Tjokroaminoto, seorang nasionalis dan pendiri Sarekat Islam, sekaligus pemilik tempat kos yang ia tinggali saat itu. Empat tahun setelahnya, Soekarno kemudian menikahi Siti Oetari yang merupakan anak dari Tjokroaminoto. Pada tahun 1921, Soekarno akhirnya berhasil masuk ke Technische Hogeschool (sekarang ITB) di Bandung.

Page 30: Sejarah hidup pahlawan

Ketika melanjutkan kuliah di Bandung, Soekarno memfokuskan dirinya untuk

mengambil jurusan civil engineering dan mengambil jurusan arsitektur. Pada saat dia berada di Bandung inilah ia bertemu Inggit Garnasih, yang pada saat itu adalah istri dari pemilik rumah kos tempat ia tinggal, Sanoesi. Perbedaan usia Inggit yang lebih tua 13 tahun dari Soekarno tidak membuatnya gentar, dan mereka berdua kemudian menjalin kisah asmara. Pada tahun 1923, kisah rumah tangga Soekarno dan Siti Oetari berakhir karena Soekarno ingin menikahi Inggit, dimana Inggit juga akhirnya menceraikan suaminya agar mereka berdua bisa menikah.

Kisah hidup Ir. Soekarno mulai memasuki babak baru ketika ia mempelajari banyak hal. Dalam masa pembelajarannya ini, Soekarno dinilai amat modern baik dalam pandangan arsitektural maupun politik. Ia sangat membenci feodalisme Jawa yang ia nilai hanya membawa negara mundur dan menyalahkan sistem tersebut sebagai alasan mengapa Belanda bisa sampai datang, menduduki Indonesia, dan mengeksploitasinya. Ia juga menyalahkan kurangnya pendidikan dan kemiskinan masyarakat sebagai alasan bisa dilakukannya imperialisme barat, yang oleh Soekarno disebut dengan exploitation de l’homme par l’homme. Kemudian dikeluarkanlah semua ide yang ia miliki ini melalui rancang kota dan sosial politiknya, walaupun ia tak memperdalam minatnya akan seni modern ke bidang musik pop. Bagi Soekarno, modernitas itu tidak memandang ras, indah dan cakap dipakai, dan anti-imperialis.

Page 31: Sejarah hidup pahlawan

Sebenarnya ide nasionalis sendiri sudah hinggap pada jiwa Soekarno ketika ia tinggal

bersama Tjokroaminoto. Pada masa inilah ia pertama kali terpapar kepada nasionalisme. Hasilnya adalah ketika ia menjadi pelajar di Bandung, ia terus mempelajari filsuf politik agama, Eropa, Amerika, komunis, dan nasionalis, dimana pada akhirnya ia menciptakan ideologi politik sendiri yang merupakan self-sufficiency sosialis bergaya Indonesia. Ide ini kemudia ia beri nama Marhaenisme yang berasal dari Marhaen, rakyat jelata yang ia temui di Bandung dimana Marhaen memiliki sebidang tanah sendiri, mengerjakannya sendiri, dan mendapat penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarganya. Selain itu juga di universitasnya, Soekarno mulai mengorganisir sebuah klub belajar untuk murid-murid Indonesia.

Perjalanan hidup Ir. Soekarno kembali berubah ketika ia dan salah satu temannya dari klub belajar di universitasnya membentuk partai pro-kemerdekaan yang diberi nama Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI merupakan partai yang mempromosikan sekularisme dan persatuan dari banyaknya etnis di Hindia-Belanda demi mencapai Indonesia yang bersatu. PNI mulai tenar ketika Sarekat Islam dibubarkan pada awal 1920-an dan hancurnya Partai Komunis Indonesia setelah gagal melakukan pemberontakan pada tahun 1926. Karena hal ini juga PNI mulai terendus oleh pemerintahan kolonial, menyebabkan seringnya terjadi gangguan oleh polisi kolonial yang berujung pada penangkapan Soekarno dan beberapa tokoh kunci PNI. Soekarno kemudian dijatuhi hukuman penjara 4 tahun di Suka miskin, Bandung, tapi dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931 karena pidatonya yang menggema di hati setiap masyarakat, menciptakan tekanan pada bihak Belanda. Ketika dilepaskan, Soekarno sudah menjadi pahlawan yang populer di setiap bagian negara Indonesia.

Page 32: Sejarah hidup pahlawan

Setelah kejadian penangkapan berlalu, Soekarno mulai menyibukkan

diri dengan masa-masa kebangkitan nasional dimana Soekarno dan Hatta sudah memperhitungkan tentang perang Pasifik dan kemungkinan Jepang maju ke Indonesia yang amat krusial bagi upaya kemerdekaan Indonesia. Pihak Jepang ternyata memiliki catatan sendiri tentang Soekarno yang membuat mereka mendekati Soekarno dengan penuh hormat, bertujuan untuk menggunakannya sebagai pengorganisir orang-orang Indonesia sementara Soekarno berniat menggunakan Jepang sebagai motor penggerak kemerdekaan Indonesia.

Kisah hidup Ir. Soekarno kembali membuka halaman baru setelah para penjajah hilang dari muka Indonesia, dengan kesibukannya yang kini menjadi presiden pertama Indonesia dibantu dengan Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Soekarno juga menciptakan beberapa strategi dan pemikiran saat pasukan Sekutu kembali datang ke Indonesia. Soekarno digulingkan oleh Soeharto pada 12 Maret 1967, dan menjadi tahanan rumah di Istana Bogor. Soekarno kemudian meninggal dunia pada 21 Juni 1970 karena gagal ginjal.

Page 33: Sejarah hidup pahlawan