Upload
cakrawala-peternakan
View
44
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
105
PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)
R. H. MATONDANG dan A. Y. FADWIWATI
Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian Gorontalo Jln. Kopi no. 270 Desa Moutong Kec. Tilong Kabila Kab. Bone Bolango – Gorontalo
ABSTRAK
Pengkajian pemanfaatan jerami jagung fermentasi pada sapi dara Bali, bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan sumberdaya pakan lokal dan meningkatkan kualitas pakan ternak. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan teknologi budidaya ternak, dimana paket teknologi pakan untuk setiap hari per ekor sapi adalah jerami jagung dan atau rumput 10% bobot badan serta konsentrat 1,5% per bobot badan (RO); dan pakan jerami jagung yang difermentasi, untuk setiap ekor sebanyak 6 – 8 kg dan ditambah konsentrat 3 kg (R1). Jumlah sapi 24 ekor yang terdiri dari 12 ekor milik petani koperator dan 12 ekor milik petani non koperator. Data yang dikumpulkan yaitu tinggi pundak, lingkar dada, panjang dada, dalam dada, dan lebar dada serta data usahatani. Data dianalisa secara deskriptif dan keuntungan usahatani menggunakan B/C ratio. Pengukuran dilakukan setiap interval 1 (satu) bulan. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rataan persentase kenaikan pertambahan pertumbuhan dengan perlakuan jerami jagung tanpa fermentasi dibandingkan dengan perlakuan dengan menggunakan jerami jagung fermentasi berturut-turut, yaitu lingkar dada 10,41 cm vs 11,00, tinggi pundak 8,09 vs 8,09 cm, panjang badan 12,75 cm vs 13,3 cm, dalam dada 11,42 cm vs 18,8 cm, dan lebar dada 27,58 cm vs 27,80 cm. disamping peningkatan pertumbuhan juga mempercepat perkawinan sapi dara Bali dari umur 22 bulan menjadi umur kurang lebih 21 bulan. Keuntungan yang di peroleh dengan pemanfaatan jerami jagung tanpa fermentasi sebesar 5%, sedangkan pemanfaatan jerami jagung dengan fermentasi adalah 16%.
Kata Kunci : Jerami jagung, fermentasi, sapi, pakan
PENDAHULUAN
Untuk memenuhi kebutuhan daging, susu, dan telur maka produksi peternakan harus di tingkatkan secara terus menerus dan ini dapat dicapai dengan meningkatkan efisiensi produksi peternakan secara menyeluruh dalam berbagai aspek. Efisiensi produksi peternakan akan sangat tergantung dari ketersediaan pakan atau makanan ternak yang berkualitas dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun.
Sapi bali memiliki efisiensi yang cukup tinggi terutama dalam memanfaatkan pakan, pada kondisi pakan yang kurang tersedia sapi bali masih mampu bertahan hidup meskipun penurunan berat badannya sangat drastis. Sebaliknya pada saat pakan tersedia dalam jumlah yang cukup dengan berkualitas tinggi maka pertambahan berat badannya sangat drastis peningkatannya (convensatory growth). Oleh karena itu untuk mempertahankan produktifitas sapi bali maka perlu upaya peningkatan kualitas pakan yang tersedia, terutama pada musim kemarau, sebab pada musim ini pakan yang banyak tersedia adalah
berupa limbah pertanian terutama jerami dan diketahui kualitasnya sangat rendah dan mengandung serat kasar yang tinggi sekitar 27,8% (jerami jagung). Dengan penambahan probiotik yang mengandung mikroba yang mampu memecah serat kasar maka pakan yang berserat kasar tinggi lebih mudah dicerna oleh ternak.
METODOLOGI
Petani yang terlibat dalam kegiatan pengkajian integrasi jagung-sapi sebanyak 24 orang yang terdiri dari 12 orang petani koperator dan 12 orang petani non koperator. Dengan jumlah sapi 24 ekor dan luas lahan tanaman jagung lebih dari 24 Ha. Petani koperator mendapatkan teknologi budidaya ternak dan teknologi pengolahan jerami jagung, sedangkan petani non koperator sesuai dengan kebiasaannnya. Data yang diperoleh akan dianalisis melalui analisis descriptif, analisis keuntungan dan B/C ratio.
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
106
Teknologi budidaya ternak
Paket teknologi pakan yang diberikan pada induk sapi koperator dan non koperator dapat dilihat pada Tabel 1. Pemberian pakan untuk setiap hari per ekor sapi adalah jerami jagung dan atau rumput 10% bobot badan serta konsentrat 1,5% per bobot badan (R0); dan pakan jerami jagung yang difermentasi, untuk setiap ekor sebanyak 6 – 8 kg dan ditambah konsentrat 3 kg (R1).
Teknologi pengolahan jerami
Proses pembuatan fermentasi jerami sebagai pakan ternak terdiri dari dua tahap yaitu :
Tahap I. Jerami jagung yang baru panen (kandungan air 65%) dikumpulkan, bahan yang digunakan dalam proses fermentasi adalah urea dan probiotik. Jerami jagung segar yang akan difermentasi ditumpuk hingga ketebalan 20 cm, kemudian di taburi urea dan probiotik
masing – masing adalah 5 kg untuk setiap ton jerami diteruskan pada lapisan timbunan jerami jagung berikutnya setebal sekitar 20 cm sehingga mencapai ketinggian 1 – 2 m, kemudian didiamkan selama 21 hari.
Tahap II. Tumpukan jerami jagung yang telah mengalami proses fermentasi dikeringkan dengan sinar matahari dan dianginkan sebelum disimpan. Setelah dikeringkan, jerami jagung fermentasi dapat diberikan kepada sapi sebagai pakan pengganti rumput segar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan biologis antara induk sapi Bali dengan perlakuan jerami jagung tanpa fermentasi dan jerami jagung fermentasi, perbedaan ini mungkin disebabkan antara lain karena adanya penambahan probiotik + urea dalam proses fermentasi jerami sehingga dapat memperbaiki kualitas/ kandungan nutrisi jerami jagung dan daya cernanya.
Tabel 1. Paket teknologi yang diintroduksikan kepada petani
Petani koperatoor Petani non koperatoor Komponen teknologi Induk sapi Bali Induk sapi Bali
Sistem perkandangan Kelompok Kelompok Pakan ternak Jerami jagung atau rumput + konsentrat =
RO Jerami fermentasi + konsentrat = R1
Kotoran ternak Kompos/pupuk organik
Jerami Segar (Kadar Air 65 %)
Tumpukan Jerami + Probiotik + Urea Proses fermentasi dan amoniasi (3 minggu)
Pengeringan
Sinar matahari
Pemberian pada ternak
Gambar 1. Cara pembuatan fermentasi jerami sebagai pakan ternak
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
107
Tabel 2. Rataan persentase kenaikan pertambahan pertumbuhan diukur dari lingkar dada, tinggi pundak, panjang dada, dalam dada, dan lebar dada pada sapi dara Bali yang diberikan jerami jagung tanpa dan fermentasi di Desa Pangeya, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, 2004
Perlakuan Lingkar dada Tinggi pundak Panjang badan Dalam dada Lebar dada Jerami jagung tanpa fermentasi (petani non koperator)
10,41 8,09 12,75 11,42 27,58
Jerami jagung fermentasi (petani Koperator)
11,00 9,10 13,3 18,8 27,80
Tabel 3. Pertambahan bobot badan sapi dara Bali di Desa Pangeya, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, 2004
Bobot Badan (Kg) Petani koperator
Awal 256 256 228 173 228 265 244 265 274 252 306 316
Akhir 311 316 244 201 261 311 256 232 278 256 325 335
Kenaikan 55 60 16 28 33 46 12* -33* 4* 4* 19 19*
Petani non koperator
Awal 256 256 166 139 256 244 316 287 261 311 283 269
Akhir 278 283 166 173 265 244 325 283 261 301 316 297
Kenaikan 22 27 0 34 9 0 9 -4 0 -10 33 28
Keterangan : * Sapi melahirkan
Selain mempercepat pertumbuhan (Tabel 3) juga mempercepat perkawinan, terbukti pada umur kurang dari 21 bulan sapi dara sudah dapat dikawinkan dibandingkan dengan sapi yang dipelihara petani mencapai umur 22 bulan lebih. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi pakan dapat mempercepat pertumbuhan yang kemudian memperbaiki alat – alat reproduksi sapi betina yang selanjutnya akan meningkatkan tingkat kelahiran sapi. Disamping itu lama pemeliharaan juga dapat diperpendek, hal ini dapat menghemat
penggunaan pakan yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan petani.
Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa penggunaan jerami jagung fermentasi sebagai pakan pengganti rumput memberikan keuntungan sebesar 16 % terlihat dari nilai B/C rasio 0,16 sedangkan pakan jerami jagung tanpa fermentasi memberi keuntungan 5 % dengan B/C rasio 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi pakan dapat meningkatkan pendapatan petani walaupun belum mencapai yang diharapkan.
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
108
Tabel 4. Rataan biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekor sapi dara Bali selama 14 bulan dengan pemberian pakan jerami jagung dengan fermentasi + konsentrat di Desa Pangeya, Kecamatan Wonosari Kab. Boalemo, Provinsi Gorontalo, 2004
Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp/Unit) Nilai (Rp) I. Biaya Produksi 1. Sapi bali
a. Nilai awal tahun b. Pembelian
2. Tenaga Kerja (HOK) 3. Pakan Konsentrat 4. Jerami Jagung Fermentasi 5. Obat/vaksin 6. Listrik dan air 7. Lain - lain
1 ekor 1 HOK 3 kg /hr/ ekor 8 kg /hr/ ekor 1 unit -
2.250.000 1.500
530 265
50.000 -
2.250.000 637.500
675.750 901.000
50.000 -
Jumlah 4.514.250 II. Penerimaan Penjualan Sapi Kelahiran Nilai akhir Penjualan pupuk kandang kering
1 ekor 1 ekor (umur 5 bulan) - 5 kg x 425 hari
3.288.000 1.750.000
100
3.288.000 1.750.000
212.500
Jumlah 5.250.500 III. Keuntungan 736.250 Benefit cost ratio (B/C) 0,16
Tabel 5. Rataan biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekor sapi dara Bali selama 14 bulan dengan pemberian pakan jerami jagung tanpa fermentasi + konsentrat di Desa Pangeya, Kecamatan Wonosari Kab. Boalemo, Provinsi Gorontalo, 2004
Uraian Jumlah (Unit) Harga Rp/Unit) Nilai (Rp) I. Biaya Produksi 1. Sapi bali
a. Nilai awal tahun b. Pembelian
2. Tenaga Kerja (HOK) 3. Pakan Konsentrat 4. Jerami Jagung Tanpa Fermentasi
5. Obat/vaksin 6. Listrik dan air 7. Lain - lain
1 ekor 1 HOK 3 kg/hr/ ekor 20 kg /hr/ ekor 1 unit -
2.250.000 1.500
530 100
50.000 -
2.250.000 637.500
675.750 850.000
50.000 -
Jumlah 4.463.250 II. Penerimaan Penjualan Sapi Kelahiran Nilai akhir Penjualan pupuk kandang kering
1 ekor 1 ekor (umur 5 bulan) - 5 kg x 425 hari
2.716.000 1.750.000
100
2.716.000 1.750.000
212.500
Jumlah 4.678.500 III. Keuntungan 212.250 Benefit cost ratio (B/C) 0,05
Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak
109
KESIMPULAN
Dengan pemeliharaan sapi dikandangkan dan pemberian pakan konsentrat serta jerami jagung yang difermentasi sebagai pakan sapi pengganti rumput dapat meningkatkan pertambahan berat badan dan mempercepat perkawinan sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Lebih baik dibandingkan dengan system pemeliharaan yang secara tradisional yang dilakukan oleh petani.
DAFTAR PUSTAKA
ADININGSIH, S.J., D. SETYORINI, dan T.PRIHARTINI. 1995. Pengelolaan Hara Terpadu Untuk mencapai produksi pangan yang Mantap dan Akrab Lingkungan. Dalam Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat. Makalah Kebijakan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Hal 55 – 70
ANONIMOUS. 2002. Partisipatory dan Shuttle Breeding Penerapan Pada Pengujian Varietas Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Makassar.
DJULIN, A, N. SYAFA’AT DAN F. KASRYONO. 2002. Perkembangan Sistem Usahatani Jagung. Dalam Ekonomi Jagung Indonesia. Badan Litbang Pertanian. akarta.
KARTAATMADJA, S dan A.M. FAGI. 2000. Pengolahan Tanaman Terpadu; Konsep Dan Penerapan. Dalam Prosiding Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Konsep dan Strategi Peningkatan Produksi Pakan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Hal. 75 – 89.
TANGENJAYA dan GUNAWAN disitir oleh SUBANDI, MAHYUDDIN SYAM and ADI WIDJONO. 1988. Jagung dan Limbahnya untuk Makan Ternak. Balai Penelitian Ternak, Ciawi Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
WARISNO. 1998. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.