View
249
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
ANALISIS METAFORA DALAM TERJEMAHAN
KITAB ASBABUL WURUD JILID II
OLEH H.M. SUWARTA WIJAYA DAN ZAFRULLAH SALIM
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh:
Gustia Rahmah1111024000001
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan pada pedoman
transliterasi Arab-Indonesia yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB)
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158 Tahun
1987 dan Nomor: 0543 b/U/1987, sebagai berikut:
1. Konsonan
No. Huruf Arab NamaHurufLatin Keterangan
1. ا Alif Tidak dilambangkan
2. ب Ba B Be
3. ت Ta T Te
4. ث Tsa Ts Te dan es
5. ج Jim J Je
6. ح Ha H H dengan garis bawah
7. خ Kha Kh Ka dan ha
8. د Dal D De
9. ذ Dzal Dz De dan zet
10. ر Ra R Er
11. ز Zai Z Zet
vi
12. س Sin S Es
13. ش Syin Sy Es dan ye
14. ص Sad S Es dengan garis bawah
15. ض Dad D De dengan garis bawah
16. ط Ta T Te dengan garis bawah
17. ظ Za Z Zet dengan garis bawah
18. ع ‘Ain ‘ Koma terbalik di atas hadap kanan
19. غ Gain Gh Ge dan ha
20. ف Fa F Ef
21. ق Qaf Q Ki
22. ك Kaf K Ka
23. ل Lam L El
24. م Mim M Em
25. ن Nun N En
26. و Wau W We
27. ه Ha H Ha
28. ء Hamzah , Apostrof
29. ي Ya Y Ye
Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa
pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
vii
1. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab
yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
اَ A Fathah
اِ I Kasrah
اُ U Dammah
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Tanda Nama Huruf Latin Keterangan
Fathah dan ya Ai A dan I
Fathah dan wau Au A dan U
2. Maddah atau Vokal Panjang
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harakat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda Keterangan
ا | ... َى َ ◌… Fathah dan alif
atau ya
Ā a dengan garis
di atas
ى ِ ◌ Kasrah dan ya Ī I dengan garis
di atas
viii
و ُ ◌ Dammah dan
wau
Ū U dengan garis
di atas
1. Ta Marbūtah
Transliterasi untuk ta marbūtah ada dua, yaitu: ta marbūtah yang hidup atau
mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah [t].
sedangkan ta marbūtah yang mati atau mendapat harakat sukun,
transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūtah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah,
maka ta marbūtah itu ditransliterasikan dengan ha (h). contohnya:
ةُ األطْفَال ضَ ْ و َ ر : raudah al-atfāl
لَة یْنَةُ الْفَاضِ دِ اَلْمَ : al-madĪnah al-fādilah
مَة كْ اَلْحِ : al-hikmah
ix
ABSTRAK
GUSTIA RAHMAHAnalisis Metafora dalam Terjemahan Kitab Asbabul Wurud Jilid II Oleh H.M.Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim
Penulisan skripsi ini memfokuskan pada analisis metafora dalam terjemahan kitabAsbabul Wurud Jilid II yang diterjemahkan oleh H.M. Suwarta Wijaya danZafrullah Salim. Sebagaimana diketahui bahwa asbabul wurud sendiri merupakanbagian yang penting dalam memahami isi dan kandungan kitab suci al-Qur’an,sebab asbabul wurud menjadi penjelas dari latar belakang munculnya hadis.Sedangkan hadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an, makamendalami seluk-beluk hadis sama pentingnya dengan mendalami al-Qur’an.
Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metodekualitatif, dengan sumber data berupa kitab Asbabul Wurud karya Ibnu Hamzahad-Dimasyqi dari bahasa sumber dan bahasa sasaran. Tujuan dari penulisan ini diantaranya untuk mengetahui bentuk frasa atau kalimat yang mengandung maknametafora dalam kitab tersebut, serta untuk mengetahui jenis metafora yang ada didalamnya.
Proses identifikasi dan pengelompokan frasa maupun kalimat yangmengandung makna metafora dari halaman 15 hingga 150. Kemudian, penelitimemfokuskan pada 3 kategori, yaitu simile, personifikasi dan metonimi.Selanjutnya, peneliti mengambil 4 hadis yang mengandung makna metafora darimasing-masing ketiga kategori tersebut.
Selain itu, jika dilihat dari tingkat urgensinya korpus yang penelitigunakan dalam penelitian skripsi ini yaitu guna menambah khazanah ilmupengetahuan di kalangan mahasiswa maupun civitas akademika dalam mendalamiilmu agama. Dimana asbabul wurud yang merupakan salah satu sumberpengetahuan yang penting dalam memahami hadis yang berkedudukan sebagaisumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an, serta belum banyak dikaji oleh parapeneliti saat ini.
Kata Kunci: Metafora, Asbabul Wurud, Terjemahan.
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa dihaturkan kepada
Baginda Besar Nabi Muhammad SAW, juga kepada para sahabat, tabi’in dan
keluarganya serta semoga kita sebagai pengikutnya dapat istiqomah pada
ajarannya.
Saya selaku penulis skripsi ini mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan turut berkontribusi
dalam penyelesaian skripsi ini. Adapun khususnya ucapan terima kasih saya
haturkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku Ketua Jurusan
Tarjamah beserta Ibu Rizqi Handayani, MA selaku Sekretaris Jurusan
Tarjamah yang telah memberikan dukungan dan dorongan bagi saya dalam
menyelesaikan perkuliahan ini.
3. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Satori Ismail, MA selaku Dosen Pembimbing
skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan sarannya dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
xi
4. Bapak Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag selaku salah satu Dosen Penguji Sidang
Munaqasyah saya dan juga mantan Kaprodi Tarjamah yang telah memberikan
dorongan dan saran dalam perjalanan saya di Prodi Tarjamah.
5. Bapak Drs. Ahmad Syatibi, MA selaku Dosen Penguji I Sidang Munaqasyah
saya yang memberikan masukan berupa kritik dan saran dalam penyelesaian
skripsi saya.
6. Seluruh Dosen Prodi Tarjamah yang telah memberikan ilmu-ilmu yang
bermanfaat serta perhatian dan dukungannya di dalam maupun di luar
perkuliahan.
7. Kedua orang tua yang saya sayangi, Bapak Drs. Aspan, M.Si dan Ibu Zuraida
yang banyak memberikan dorongan, kritik dan saran, serta dukungan baik
berupa materi maupun non materi, dan juga untuk kakak dan adik saya Ira
Humairah, S. Kom.I dan Gustiani Rahmi yang selalu menghibur dan memberi
dukungan.
8. Seluruh pegawai dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Semua teman-temanku di Prodi Tarjamah, Forum UKM, Guru dan Staff TU
SMP Islam Ruhama yang telah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya.
Demikian untaian kata sebagai ucapan terima kasih saya yang mendalam
kepada semua pihak yang telah mengiringi perjalanan hidup saya, semoga segala
hal diberikan untuk saya dapat bermanfaat hingga dikemudian hari dan menjadi
xii
amal jariyah. Semoga Allah senantiasa melimpahkan karunia, nikmat dan kasih
sayang-Nya bagi kita semua, dan selalu berada dalam naungan-Nya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Ciputat, 25 Oktober 2017
Gustia Rahmah
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL.................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ v
ABSTRAK.............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR............................................................................ x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................. 5
E. Metodologi Penelitian ............................................................ 6
F. Tinjauan Pustaka.................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan ............................................................ 12
BAB II KERANGKA TEORI .......................................................... 14
A. Terjemah dan Penerjemahan ............................................. 14
xiv
A. Metafora dan Jenis-jenisnya .............................................. 17
B. Asbabul Wurud ................................................................. 22
BAB III GAMBARAN UMUM TERJEMAHAN KITAB
ASBABUL WURUD JILID II............................................. 24
A. Biografi Ibnu Hamzah Ad-Dimasyqi ................................. 24
B. Profil H.M. Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim .............. 25
C. Kitab Terjemahan Asbabul Wurud ................................... 25
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA ........................... 27
A. Ketersediaan Data ............................................................. 27
B. Analisis Data..................................................................... 34
BAB V PENUTUP............................................................................ 42
A. Kesimpulan....................................................................... 42
B. Saran................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 44
LAMPIRAN ........................................................................................... 47
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Ketersediaan Data ................................................................... 27
Tabel 1.2: Akumulasi Temuan ................................................................. 33
Tabel 1.1: Data 1 ..................................................................................... 34
Tabel 1.2: Data 2 ..................................................................................... 35
Tabel 1.3: Data 3 ..................................................................................... 36
Tabel 1.4: Data 4 ..................................................................................... 36
Tabel 2.1: Data 5 ..................................................................................... 37
Tabel 2.2: Data 6 ..................................................................................... 37
Tabel 2.3: Data 7 ..................................................................................... 38
Tabel 2.4: Data 8 ..................................................................................... 39
Tabel 3.1: Data 9 ..................................................................................... 40
Tabel 3.2: Data 10.................................................................................... 40
Tabel 3.3: Data 11.................................................................................... 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa yang paling banyak menyandang atribut ialah bahasa Arab. Sebab,
selain sebagai bahasa yang digunakan dalam al-Qur’an dan hadis, bahasa Arab
juga dipakai sebagai bahasa nasional oleh 25 negara di wilayah Timur Tengah.1
Sebagaimana bahasa Arab yang telah menjadi bahasa al-Qur’an dan hadis, tentu
saja banyak hal-hal yang perlu digali dari kedua sumber tersebut sebagai seorang
muslim.
Menjadi seorang muslim yang beriman, tentu ada pedoman-pedoman yang
harus diamalkan oleh setiap muslim itu dalam menjalani kehidupan agar tiap
langkah mereka mendapat ridha dan rahmat dari yang Maha Kuasa Allah SWT.
Adapun sumber rujukan itu adalah al-Qur’an dan hadis.
Untuk dapat memahami dan mendalami arti dari tiap-tiap kata, frase, maupun
kalimat dalam ayat dan surah dalam al-Qur’an dan hadis, maka sebagai
masyarakat Indonesia, kita dituntut untuk mempelajari sedikit banyaknya tentang
bahasa Arab. Diharapkan melalui pembelajaran itu, kita dapat menggali apa yang
tersurat dan tersirat dari isi al-Qur’an dan hadis tersebut.
….. ….
1 Muhbib Abdul Wahab, “Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu dan PeradabanIslam,” Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, Vol. I, No. I, (Juni 2014)
2
“ …. apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah….” (QS. Al-Hasyr: 7)
Apabila dilihat secara hierarki, sumber pokok pedoman dan hukum umat
Islam adalah yang pertama kitab suci al-Qur’an, dan yang kedua ialah hadis
Rasulullah SAW. Sebagaimana diketahui bahwa hadis sebagai sumber hukum
kedua setelah al-Qur’an, maka hadis haruslah mendapat prioritas utama yang tidak
kalah penting setelah al-Qur’an. Jika al-Qur’an mempunyai asbab an-nuzul, maka
hadis pun mempunyai asbab al-wurud.
Sebagaimana juga Adi Fadli menyatakan dalam jurnalnya, yaitu:
“Mengetahui asbab al-wurud dalam ilmu hadis sama pentingnya denganmengetahui asbab an-nuzul dalam al-Qur’an. Ia menjadi ruh kontekstualsebuah peristiwa. Hal inilah yang dinyatakan oleh al-Wahidi dan Ibnu Daqiqyang ditegaskan oleh Ibnu Taimiyah bahwa mengetahui kebenaran dandengan benar sebab akan melahirkan pemahaman yang benar terhadapakibat.”2
Cukup banyak kitab-kitab Asbabul Wurud yang peneliti temui, di antara
kesemuanya itu, peneliti memilih satu kitab Asbabul Wurud karya Ibnu Hamzah
Al Husaini Al Hanafi Ad Dimasyqi jilid kedua yang telah diterjemahkan oleh
H.M.Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim. Adapun dalam kitab tersebut, berisi
hadis-hadis pilihan yang mempunyai latar belakang historis munculnya hadis-
hadis tersebut.
Setelah peneliti melihat isi kitab tersebut, peneliti menemukan cukup banyak
frase maupun kalimat yang memiliki makna metafora. Oleh sebab itu, peneliti
2 Adi Fadli, “Asbab al-Wurud; antara Teks dan Konteks”, EL-HIKAM: Jurnal Pendidikandan Kajian Keislaman, Vol. VII, No. 2, (Juli – Desember 2014)
3
tertarik untuk meneliti kitab Asbabul Wurud itu dengan analisis metafora, karena
memang belum banyak peneliti yang melakukan penelitian dalam hal tersebut.
Selain itu, dalam penelitian ini, peneliti memilih analisis metafora dalam
terjemahan kitab tersebut dengan menggunakan pendekatan semantik. Adapun
istilah semantik menurut Henry Guntur Tarigan menyatakan bahwa “semantik
adalah telaah makna”.3
Di era globalisai ini, tentu banyak kitab-kitab suci, buku-buku ilmu
pengetahuan, maupun surat kabar yang berbahasa Arab diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia. Jika secara cermat kita melihat hasil terjemahan yang dilakukan
oleh para penerjemah, terdapat penggunaan teknik-teknik penerjemahan yang
berbeda, dan itu terlihat dari hasil terjemahannya.
Berbicara soal terjemahan yang merupakan hasil dari proses menerjemahkan
maka, seorang penerjemah hendaknya memperhatikan aspek-aspek linguistik dan
non linguistik agar dapat menghasilkan terjemahan yang baik.4 Selain itu, setiap
bahasa tentunya memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakannya
dengan bahasa yang lain, maka karakteristik inilah yang tentunya harus
diperhatikan oleh seorang penerjemah dalam melakukan penerjemahan.5
Selain itu, jika dilihat dari segi analisis bahasa dalam penerjemahan, Sasmi
Farida menyatakan dalam jurnalnya bahwa “bahasa mempunyai caranya masing-
masing dalam menganalisis suatu hal atau peristiwa dan cara memberikan arti
3 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik, (Bandung: Angkasa, 1985) hal. 74 Abdul Munip, “Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia; Suatu
Pendekatan Error Analysis,” Jurnal al-‘Arabiyah, Vol. 1, No. 2, (Janusari 2005)5 Moh. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer,
(Tangerang Selatan: UIN Press, 2014) hal. 16
4
pada analisis itu. Tidak ada dua bahasa yang sama benar di dalam menganalisis
hal dan peristiwa.”6
Dengan adanya penelitian ini, tentunya semakin menambah khazanah ilmu
pengetahuan, khususnya bagi para mahasiswa jurusan Tarjamah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Oleh sebab itu, dalam penulisan skripsi ini saya mengambil
judul “Analisis Metafora dalam Terjemahan Kitab Asbabul Wurud Jilid II
Oleh H.M. Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dalam penyusunan skripsi ini peneliti hanya
memfokuskan pada rumusan masalah berikut:
1. Bagaimana bentuk frasa atau kalimat yang mengandung makna metafora
dalam terjemahan Asbabul Wurud Jilid II oleh H.M. Suwarta Wijaya dan
Zafrullah Salim?
2. Apa saja jenis metafora yang terdapat dalam terjemahan Asbabul Wurud
Jilid II oleh H.M. Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, di antaranya:
6 Sasmi Farida, “Pergeseran Makna Generik-Spesifik dalam Novel Terjemahan Harry Potterdan Relikui Kematian Alih Bahasa Listiana Srisanti,” Metalingua Jurnal Penelitian Bahasa, Vol. 6,No. 1 (Juni 2008)
5
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk frasa atau kalimat yang mengandung
makna metafora dalam terjemahan Asbabul Wurud Jilid II oleh H.M.
Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis metafora yang terdapat dalam terjemahan
Asbabul Wurud Jilid II oleh H.M. Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, secara umum
dalam penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan pengetahuan
khususnya dalam persoalan terjemahan dan bentuk-bentuk frasa atau kalimat
yang mengandung makna metafora dalam terjemahan Asbabul Wurud. Selain itu,
dalam skripsi ini juga untuk mengetahui apa saja jenis metafora yang ada dalam
terjemahan Asbabul Wurud Jilid II ini, ditambah dengan analisis dari teori yang
digunakan agar dapat dipahami dan dimengerti oleh para pembacanya.
Terlebih lagi mayoritas masyarakat Indonesia belum banyak yang meneliti
atau mendalami kitab Asbabul Wurud ini. Oleh sebab itu, diharapkan dengan
adanya penelitian ini, dapat menambah sensitivitas khususnya mahasiswa UIN
Jakarta jurusan Tarjamah terhadap latar belakang munculnya hadis-hadis Nabi,
agar turut berkontribusi melalui penerjemahan Arab><Indonesia di tanah air.
Sehingga menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi para mahasiswa maupun
masyarakat.
6
E. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penulisan skripsi
ini adalah kualitatif. Dimana dalam melakukan penelitian kualitatif ini, peneliti
memperoleh data-data atau temuan-temuan yang tidak diperoleh dengan
menggunakan metode hitung atau yang lebih dikenal dengan istilah statistik.7
Akan tetapi, dalam metodologi penelitian ini peneliti menggunakan data-data
yang diperoleh dari berbagai referensi buku maupun jurnal yang ada di
perpustakaan, toko buku dan referensi dari internet/jurnal online.
Adapun kesulitan dalam penelitian di antaranya, peneliti cukup sulit
menemukan sumber-sumber teori mengenai metafora dan jenis-jenisnya,
walaupun sebetulnya banyak dari sumber-sumber jurnal online namun untuk
mendapatkan sumber dari penulis asli teori tersebut peneliti harus mencari di
berbagai tempat, seperti perpustakaan dan toko buku. Selain itu, sumber asli lebih
banyak yang berbahasa inggris sehingga harus diterjemahkan terlebih dahulu.
Selain itu, dalam melakukan pengolahan data, peneliti cukup sulit dalam
melakukan klasifikasi jenis-jenis metafora yang ada dalam kitab terjemahan
Asbabul Wurud jilid II oleh H.M. Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim. Sehingga,
peneliti harus benar-benar teliti dalam membedakan jenis-jenis frase atau kalimat
yang mengandung makna metafora di dalamnya.
1. Sumber Data
7 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2009), hal. 4
7
Sumber data merupakan data atau informasi yang didapat dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti. Adapun sumber data
yang dibutuhkan ialah berbagai macam referensi buku yang berkaitan dengan
terjemahan, asbabul wurud, dan metafora. Referensi mengenai hadis juga
harus tersedia/didapatkan sebab ia merupakan salah satu sumber dari data
yang akan diteliti.
Sumber data berupa korpus yaitu kitab terjemahan Asbabul Wurud jilid
2, judul asli kitab ini adalah Al Bayaan wat Ta’riif fi Asbaabi Wuruudil
Hadiitsis Syariif. Kitab ini diterjemahkan oleh H.M. Suwarta Wijaya, B.A
dan Drs. Zafrullah Salim. Adapun populasi hadis berjumlah 617 hadis beserta
asbabul wurudnya. Namun, peneliti akan memilih dan memilah frase yang
terdapat dalam terjemahan kitab Asbabul Wurud yang mengandung makna
metafora. Adapun data yang diambil sebagai sampel penelitian dimulai dari
halaman 15 sampai dengan halaman 150.
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan
oleh peneliti dalam melakukan proses penelitian. Langkah ini menyajikan
suatu fenomena atau permasalahan yang menarik untuk diteliti, sehingga
dibutuhkan teknik pengumpulan data yang bersumber dari berbagai macam
referensi.
Peneliti dalam hal ini, hal yang pertama harus dilakukan oleh peneliti
ialah mencari sumber korpus terlebih dahulu, kemudian mengumpulkan data
8
dengan mencari referensi buku-buku maupun jurnal-jurnal yang berhubungan
dengan korpus serta teori-teori yang mendukung. Adapun, mayoritas sumber
data tersebut peneliti dapatkan di perpustakaan utama UIN Jakarta dan
perpustakaan fakultas Adab dan Humaniora, selain itu korpus sendiri peneliti
dapatkan dari perpustakaan utama UIN Jakarta, serta ditambah dengan jurnal-
jurnal online.
3. Teknik Analisis Data
Pada tahap ini, peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau
penampilan dari data yang telah peneliti kumpulkan sebelumnya lalu di
analisis, karena penelitian kualitatif banyak menyusun teks deskriptif.
Proses analisis data merupakan proses memilih dari beberapa sumber
maupun permasalahan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
Analisis data diperlukan agar peneliti dapat mengembangkan kategori dan
sebagai perbandingan yang kontras untuk menemukan sesuatu yang mendasar
dan memberikan gambaran apa adanya.8
Dalam penelitian ini, penelitian ini lebih mengacu pada teks, konteks,
dan bahasa. Adapun analisis penelitian ini, dimulai dengan menyediakan data
yang telah dipilih dari kitab Asbabul Wurud, lalu menganalisis setiap frase
atau kalimat yang mengandung makna metafora yang terdapat dalam
terjemahan asbabul wurud suatu hadis kemudian disertai dengan teori-teori
metafora berdasarkan klasifikasi jenis-jenisnya.
8 Sedarmayanti, dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian (Bandung: Mandar Maju2011) hal. 166
9
4. Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data merupakan hasil laporan yang berisi hasil penelitian
yaitu sebagai jawaban empiris terhadap pertanyaan penelitian dan/atau
hipotesis, disertai analisis data yang sesuai pertanyaan penelitian dan/atau
hipotesis penelitian.9
Pada tahap penyajian hasil analisis data, peneliti menyajikan hasil
laporan penelitian yang merumuskan kata-kata dan disajikan dalam bentuk
karya tulis ilmiah berupa skripsi sehingga dapat dimanfaatkan oleh akademisi
dan juga khalayak ramai.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka penelitian ini berkaitan erat dengan terjemahan Arab><
Indonesia. Terjemahan Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang cukup
signifikan. Termasuk di antaranya terjemahan buku-buku ilmu pengetahuan
umum maupun agama dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Tentu saja hal
ini tidak dapat dipisahkan dari peran seorang penerjemah yang merupakan
seorang bilingual. Meskipun sering ditemukan permasalahan mengenai adanya
intervensi terhadap bahasa sumber dalam melakukan penerjemahan.10
Dari hasil penelitian sebelumnya, dari berbagai literatur yang ada, peneliti
belum menemukan kajian atau penelitian yang secara spesifik berhubungan
9 Sedarmayanti, dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian (Bandung: Mandar Maju2011) hal. 226
10 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011) hal. 19
10
dengan apa yang akan peneliti lakukan. Namun, untuk penelitian dengan analisis
serupa ada beberapa peneliti yang telah melakukannya, di antaranya:
Pertama, Umi Latifah, dengan judul skripsi: the Translation of Metaphors in
the Lyrics of “Stereo Hearts” Song by Gym Class Heroes feat. Adam Levine
Maroon 5.
Secara garis besar, gambaran umum dari skripsi di atas membahas tentang
penerjemahan lirik lagu barat yang berjudul Stereo Hearts yang dinyanyikan oleh
Gym Class Heroes dengan Adam Levine Maroon 5. Namun, dalam proses
menerjemahkan lirik lagu itu, peneliti memfokuskan pada pencarian jenis-jenis
metafora dari terjemahan lirik lagu tersebut. Kemudian setelah peneliti
menerjemahkan lalu menemukan 4 jenis metafora di dalam terjemahannya,
peneliti mencoba mengerti tentang arti bahasa figuratif.
Kedua, Nidya Sari Pratiwi, dengan judul skripsi: the Translation of Metaphor
in the Shiver Novel from English into Indonesian.
Secara garis besar, gambaran umum dari skripsi tersebut memfokuskan pada
studi penerjemahan, yang mana peneliti tersebut menerjemahkan frase atau
kalimat yang mempunyai makna metafora di dalamnya, setelah itu peneliti
tersebut menganalisis hasil terjemahan itu dengan mengategorikan jenis-jenis
metaforanya.
Ketiga, Sri Rahayu Muntaha, dengan judul skripsi: an Analysis of the
Translation of Metaphor in the Ghost Novel.
Adapun gambaran umum dari skripsi tersebut ialah peneliti tersebut mencari
jenis-jenis metafora yang terdapat dalam novel Ghost. Kemudian peneliti itu
11
menganalisis dengan mengklasifikasi jenis-jenis metafora berdasarkan teori Laron
dan teori penerjemahan oleh Newmark.
Keempat, Nazirullah, dengan judul skripsi: an Analysis of Metaphors in
Emily Dickinson’s Poems.
Gambaran umum dari skripsi tersebut antara lain mengemukakan tentang
upaya peneliti dalam menemukan dan memahami penggunaan metafora dalam
syair “my life had stood-a loaded gun” dan “escape is such a thankful word” yang
mana kedua syair tersebut terkumpul dalam buku yang berjudul ‘the Oxford Book
of American Poetry’.
Kelima, Tiwi Rianis Maya, dengan judul skripsi: an Analysis of Metaphor
and Metonymy in Westlife’s Song Lyrics.
Gambaran umum dari skripsi tersebut ialah peneliti membahas penggunaan
metafora dan metonimi dalam lirik lagu Westlife. Lalu peneliti itu mencoba
menemukan jenis-jenis metafora dan metonimi yang terdapat dalam lirik lagu
tersebut, kemudian setelah dianalisis dengan berbagai teori terkait, peneliti
menyimpulkan bahwa penggunaan metafora dan metonimi dalam lirik lagu
tersebut lebih menarik dari pada hanya menggunakan bahasa literal sehingga
membantu pembaca mengetahui maksud dari penulis lagu tersebut.
Dari hasil tinjauan pustaka di atas, peneliti membandingkan perbedaan
dengan skripsi yang akan peneliti teliti. Adapun letak perbedaan dari kelima
skripsi di atas dengan skripsi yang akan peneliti bahas yaitu terletak pada:
1. Korpus. Peneliti memilih korpus kitab terjemahan Asbabul Wurud Jilid II
oleh H.M. Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim.
12
2. Peneliti hanya memfokuskan pada analisis metafora terhadap terjemahan
Asbabul Wurud Jilid II tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyajikan bentuk penelitian yang
disusun mulai dari bab I pendahuluan yang memaparkan latar belakang, yang
mengungkapkan argumen tentang mengapa peneliti mengambil judul tersebut dan
adakah manfaat penelitian itu untuk perkembangan ilmiah. Selanjutnya, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
Bab II kerangka teori yang menjelaskan berbagai teori tentang penerjemahan
dan terjemahan, metafora dan jenis-jenisnya, dan asbabul wurud. Kemudian
dilanjutkan dengan Bab III berisi tentang gambaran umum kitab Asbabul Wurud
Jilid II.
Bab IV pembahasan dan analisis data, dimana dalam hal ini peneliti
menyediakan data berupa korpus, lalu menganalisisnya dengan analisis-deskriptif
sesuai dengan teori-teori yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Dalam bab ini,
merupakan bagian puncak bagi peneliti dalam memecahkan rumusan masalah
yang telah peneliti sebutkan pada bab I.
Terakhir, isi yang terdapat dalam bab V yaitu penutup yang terdiri dari
kesimpulan dan saran. Kesimpulan di sini adalah peneliti memberikan beberapa
garis besar dari rumusan masalah yang telah diselesaikan pada bab IV. Kemudian,
saran yang peneliti berikan dalam skripsi ini berisikan poin-poin tentang
13
keinginan peneliti agar para penerjemah bahasa Arab><Indonesia, khususnya di
lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat terus
meningkatkan kualitasnya dalam kegiatan penerjemahan.
14
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Penerjemahan dan Terjemahan
Penerjemahan merupakan salah satu usaha untuk memperkenalkan hasil
karya suatu bangsa ke bangsa lain. Ini biasanya dilakukan oleh bangsa-bangsa
yang berbeda bahasa. Dengan kata lain, penerjemah berfungsi sebagai jembatan
antar bangsa.11
Secara garis besar, kegiatan penerjemahan bisa dipastikan melewati dua
tahap: reseptif dan produktif. Pada tahap reseptif, berlangsung telaah teks bahasa
sumber secara mendalam, yang melibatkan analisis مبنى ‘struktur’ dan معنى
‘makna’ setiap kata atau konstituen dalam suatu kalimat. Berkat telaahan ini,
penerjemah dapat memahami konstruksi pemikiran penulis teks sumber seraya
memasuki tahap produktif. Pada tahap akhir ini, penerjemah berupaya
merekonstruksi ulang pemikiran tersebut ke dalam bahasa target secara akurat,
jelas dan wajar.12
Selain hal di atas, Muh. Arif Rokhman mengutip dari MacArthur, 1992:
1052, yang mengatakan bahwa:
“Tahapan penerjemahan dibagi menjadi tiga, yaitu receptive phase, codeswitching phase, dan productive phase. Fase pertama merujuk pada usahauntuk menangkap ide atau pikiran dalam bahasa asal. Kemudian, fase inidiikuti dengan usaha berikutnya, yakni mencari padanan dalam bahasasasaran. Hal ini dilakukan pada fase alih kode (code-switching phase). Dan
11 Puji Laksono, “Analisis Metode Penerjemahan dalam Menerjemahkan Novel Revolusi diNusa Damai ke Revolt in Paradise,” Jurnal PPKM UNSIQ I (2014)
12 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011) hal. 20
15
terakhir, hasil pengalihan ide tersebut diungkapkan sesuai dengan norma atauaturan dalam bahasa sasaran yang merupakan fase terakhir.”13
Dalam hal menerjemahkan, tentu ada teks yang menjadi acuan untuk
diterjemahkan. Teks sendiri muncul begitu saja, melainkan melewati ruang dan
waktu tertentu dalam suatu masa. Oleh sebab itu, teks erat kaitannya dengan
sejarah.14
Penerjemahan melibatkan dua bahasa yang berbeda. Oleh karena itu,
perbedaan antara sistem dan struktur antara Bsu dan Bsa menjadi kendala utama
dalam penerjemahan (Hoed 2006:24). Kendala yang dihadapi menjadi semakin
besar jika Bsu dan Bsa merupakan dua bahasa yang tidak serumpun. Bahasa Arab
dan bahasa Indonesia adalah dua bahasa yang berasal dari rumpun yang berbeda.
Akan tetapi, sesulit apapun penerjemahan masih dapat dilakukan karena setiap
bahasa memiliki aspek-aspek universal meskipun bersifat sui generis.15
Nida dan Taber menyatakan bahwa penerjemahan merupakan suatu kegiatan
untuk mencari padanan yang terdekat dan wajar (closest natural equivalence)
dalam Bsa. Padanan harus memiliki makna yang terdekat dengan makna Bsu,
khususnya dalam konteks bahasa dan budaya Bsu. Untuk mempertahankan
makna, penerjemah harus melakukan penyesuaian baik dalam bidang fonologi,
morfologi, sintaksis, sintaksis dan gaya bahasa yang ada di dalam Bsa.16
13 Muh. Arif Rokhman, Penerjemahan Teks Inggris (Yogyakarta: Pyramid Publisher, 2006)hal. 10-11
14 Muh. Arif Rokhman, Penerjemahan Teks Inggris, hal. 1215 Dewi Puspitasari, Eka Marthanty Indah Lestari, Nadya Inda Syartanti, “Kesepadanan pada
Penerjemahan Kata Bermuatan Budaya Jepang ke dalam Bahasa Indonesia,” Jurnal Izumi, Volume3, No 2, 2014.
16 Dewi Puspitasari, Eka Marthanty Indah Lestari, Nadya Inda Syartanti, “Kesepadanan padaPenerjemahan Kata Bermuatan Budaya Jepang ke dalam Bahasa Indonesia.”
16
Jika penerjemahan merupakan suatu proses atau kegiatan menerjemahkan,
maka terjemahan merupakan hasil dari proses menerjemahkan. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh M. Zaka al-Farisi dalam bukunya, yaitu:
“Berkaitan dengan penerjemahan antarbahasa (interlingualtranslation)terdapat tiga term mendasar, yaitu (1) translation ‘penerjemahan’ sebagaiproses kognitif yang berlangsung dalam minda penerjemah. Proses inibersifat mentalistik, dan karena itu tidak dapat dilihat secara kasatmata; (2)translating ‘menerjemahkan’ yang juga merupakan suatu proses; (3) atranslation ‘terjemahan’ merupakan produk dari proses penerjemahan danmenerjemahkan tadi.”17
Dalam buku Seni Menerjemahkan oleh A. Widyamartaya memberikan
beberapa petunjuk penerjemahan yang dikutip dari H.G. de Maar dalam bukunya
English Passages for Translation, Jilid II menerangkan bahwa:18
1. Dalam penerjemahan harus memberikan kebenaran secara menyeluruh
dengan berlaku setia terhadap teks aslinya. Dilarang memunculkan ide
penting jika ide tersebut tidak ada dalam karya aslinya, serta tidak boleh
menghilangkan hal sekecil apapun dari terjemahan apabila hal itu ada
dalam karangan aslinya.
2. Memperhatikan dengan seksama setiap situasi dan kondisi maupun jiwa,
semangat atau suasana yang ada dalam karangan asli. Apabila nuansa
atau gaya bahasanya ramah, maka harus diterjemahkan dengan bahasa
yang ramah pula.
3. Sebuah terjemahan layaknya bukan dari suatu terjemahan. Dengan kata
lain, terjemahan tidak mengingatkan akan karangan aslinya, melainkan
17 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011) hal. 2-3
18 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994) hal. 12-13
17
harus terbaca seakan-akan merupakan tulisan dari si penerjemah, dan
harus seperti sebuah karangan asli. Terjemahan harus mengungkapkan
maksud dari karangan asli, tanpa mengabaikan ungkapan idiomatis dan
bahasa yang baik.
Menurut Yayan Nurbayan dalam jurnalnya menyatakan bahwa:
“Proses penerjemahan melibatkan berbagai aspek akademik yang perludipenuhi agar sebuah terjemahan mencapai fungsinya. Aspek tersebutdi antaranya: metode penerjemahan, penguasaan dua bahasa atau lebiholeh penerjemah, penguasaan disiplin ilmu yang diterjemahkan, danhal-hal terkait lainnya dalam praktik penerjemahan.”19
Apabila penerjemahan sebagai sebuah proses menerjemahkan maka,
terjemahan merupakan hasil dari penerjemahan itu.
B. Metafora dan Jenis-jenisnya
1. Definisi Metafora
Metafora menurut Tarigan dikutip dari Poerwadarminta yang menyatakan
bahwa:
“Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya,melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atauperbandingan.”20
Pada hakikatnya, metafora merupakan perbandingan implisit yang mana salah
satu dari unsurnya mempunyai makna yang berkaitan dengan topik yang
19 Yayan Nurbayan, “Pengaruh Struktur Bahasa Arab terhadap Bahasa Indonesia dalamTerjemahan al-Qur’an,” Arabiyat Jurnal Pendidikan dan kebahasaaraban, Vol. 1, No. 1, (Juni2014)
20 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik, (Bandung: Angkasa, 1985) hal. 121
18
diperbandingkan.21 Selain itu, metafora merupakan suatu proses memperkaya
serta mengembangkan leksikon dari sebuah bahasa, yang dipandang sebagai
wujud dari kemampuan kreatif dalam pengaplikasian makna.22
Secara etimologi, kata metafora sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu,
kata ‘meta’ yang artinya ‘di atas’, dan kata ‘pherein’ yang berarti ‘membawa’.
Jadi, metafora artinya memindahkan. Adapun secara terminologi, metafora berarti
membuat perbandingan antara dua hal/benda agar dapat menimbulkan kesan atau
makna yang hidup secara mental meskipun tidak dengan menggunakan kata-kata
seperti pada perumpamaan.23
Apabila metafora dilihat dari segi ilmu balaghah, sering dirujuk pada istilah
al-isti’arah yaitu penggunaan kata yang menyatakan makna lain dari makna
sebenarnya atau bahasa kiasan.24
Adapun Rima Devi mengutip dari Ratna dalam jurnalnya yang menyatakan
bahwa definisi metafora menurut Aristoteles yaitu metafora sebagai pengalihan
makna melalui analogi, memperbandingkan sekaligus mempersamakan suatu
objek dengan objek yang lain untuk memperoleh makna yang berbeda.25
Selain itu, metafora merupakan bagian dari gaya bahasa perbandingan,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Nury Ziyadatul dalam jurnalnya, Gaya
bahasa perbandingan yang ditemukan meliputi personifikasi, metafora, hiperbola,
21 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011) hal. 149
22 Subangun dan Mulyani, “Analisis Metafora pada Ragam Jurnalistik”, Artikel PublikasiIlmiah, Universitas Muhammadiyah Ponorogo, (Maret 2008) hal. 3-4
23 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik, (Bandung: Angkasa, 1985) hal. 12124 Mohamad Syukri bin Abd Rahman dan Mohammad bin Seman, “Metafora al-Isti’arah
dalam Hadis Rasulullah s.a.w.:Tumpuan Terhadap Hadis-hadis Kitab Riyad al-Shalihin”, HADIS:Jurnal Ilmiah Berimpak, (Juni 2014) hal. 11
25 Rima Devi, “Metafora Saichou dan Kyuukanchou pada Cerpen Saichou Karya EndoShusaku”, Jurnal Kotoba, Vol. 2, 2014, hal. 98
19
dan perumpamaan. Nury mengutip dari Amalia menambahkan bahwa gaya bahasa
perbandingan merupakan majas yang membandingkan dua hal yang memiliki
kesamaan sifat/bentuk dari dua hal yang dianggap sama.26
Sebagai contoh, Rino menanduk bola. Hal yang dibicarakan adalah Rino yang
merupakan seorang manusia, kemudian hal yang dibandingkan adalah seekor
binatang bertanduk yang memiliki kemampuan menanduk, contohnya sapi atau
kerbau. Maka dari kedua kata tersebut, ada hal yang dapat dibayangkan yang
mengacu pada kemiripan makna yaitu, ‘suatu tindakan yang menggunakan
kepala’. Jika pada manusia itu maknanya menyundul namun pada binatang disebut
menanduk.27
2. Jenis-jenis Metafora
Jenis-jenis metafora menurut Lakoff dan Johnson mereka membagi jenis-
jenis metafora ke dalam tiga bagian, yaitu: 1) Anthromorphic Metaphor, 2)
Animal Metaphor, dan 3) Sinestetic Metaphor. Adapun yang dimaksud dengan
Anthromorphic Metaphor ialah jenis metafora yang berhubungan dengan manusia.
Adapun metafora ini juga biasa disebut dengan personifikasi. Sedangkan Animal
Metaphor ialah jenis metafora yang berhubungan dengan binatang, contohnya
“telur mata sapi”. Selanjutnya yang ketiga yaitu Sinestetic Metaphor ialah jenis
26 Nury Ziyadatul Faricha, “Penggunaan Diksi dan Gaya Bahasa pada Novel “Daun yangJatuh Tak Pernah Membenci Angin” Karya Tere Liye”, Jurnal Nosi, Vol. 2, No. 9, (Februari 2015)hal. 148-149
27 Sumarlam, dkk, Pelangi Nusantara Kajian Berbagai Variasi Bahasa (Yogyakarta: GrahaIlmu, 2012) hal. 189
20
metafora yang berhubungan dengan perubahan dari satu panca indera ke panca
indera yang lain.28
Selain itu, Moon dan Knowless juga merumuskan jenis metafora ke dalam
dua bagian yaitu metafora kreatif dan konvensional. Metafora kreatif merupakan
metafora yang biasa dipakai untuk mengungkapkan ide atau gagasan, perasaan
tertentu dalam konteks tertentu dan menunut lawan bicara atau pembaca untuk
mengerti makna di dalamnya. Sedangkan metafora konvensional ialah jenis
metafora yang sudah biasa digunakan dalam masyarakat. Disamping itu, Moon
dan Knowless lebih merinci jenis metafora ke dalam 4 bagian, di antaranya:29
1) Personifikasi, yaitu memperlakukan benda seperti mempunyai sifat
manusia. Contohnya: dedaunan itu melambaiku, ombak yang berkejaran
di lautan. Namun, jika dilihat dari segi teori balaghah dikenal dengan
istilah مجاز لغوي majaz lughawi. Adapun yang dimaksud dengan majaz
lughawi ialah:
من ارادة المجاز ھو اللفظ المستعمل فى غیر ما وضع لھ لعالقة مع قرینة مانعة
المعنى الحقیقي
lafadz yang digunakan bukan pada tempatnya disebabkan adanya alaqah
dan qarinah yang mencegah dari arti sebenarnya.30
28 Maria Elisabeth. Luanmas, “Makna Metafora dan Simili dalam Song of Solomon”, JurnalJurusan Sastra Inggris Universitas Sam Ratulangi Manado, (2015) hal. 5-6
29 Akhmad Saifudin, “Metafora dalam Lirik Lagu Kokoro No Tomo Karya Itsuwa Mayumi”,Jurnal Lite, Vol. 8, No. 2, (September 2012) hal. 95-96
30 Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa al-Qur’an Balaghah 1 (Ilmu Bayan),(Jakarta: Adabia Press, 2012) hal. 48
21
2) Simile, yaitu perbandingan antara satu hal dengan hal lain secara eksplisit.
Contohnya: kau bagaikan arjuna, bagai sang surya menyinari dunia. Jika
ditinjau dari segi ilmu balaghah, maka sering dikenal dengan istilah التشبیھ
at-tasybih yang mana definisinya yaitu:
التشبیھ ھو الحاق أمر بأمر اخر في وصف بأداة لغرض
Menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam suatu sifat
dengan menggunakan alat karena ada tujuan.31
3) Metonimi, yaitu mengasosiasi satu bagian untuk mewakili keseluruhan.
Contohnya: pagi ini aku minum aqua (air minum), kemarin aku naik
kijang bersama kakakku (mobil).
Metonimi dalam ilmu balaghah disebut juga dengan al-kinayah yaitu cara
penyampaian kata yang mempunyai makna konotatif. Kinayah dan majaz
hampir sama karena keduanya mempunyai makna konotatif, hanya
perbedaannya kalau kinayah dapat dipahami dengan makna denotatif
sedangkan majaz tidak.32
4) Sinestesia, yaitu perumpamaan yang didasarkan pada indera, baik
penglihatan, rasa, sentuhan, pendengaran, dan penciuman. Contohnya:
lawakanmu garing sekali, wajahnya memasam ketika menatapku.
31 Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa al-Qur’an Balaghah 1 (Ilmu Bayan), hal. 132 Yayan Nurbayan, “Implikasi Hermeneutis dan Pedagogis Perbedaan Pemahaman Ayat-
Ayat Kinayah dalam a-Qur’an”, Jurnal PBA UPI Bandung, hal. 2
22
C. Asbabul Wurud
Asbabul wurud merupakan sebab-sebab atau sesuatu yang membatasi arti
suatu hadis, bisa dalam hal definisi ‘am atau khash, mutlak atau terbatas dan
seterusnya. Selain itu, sebagaimana Hasbi ash-Shiddiqi yang menyatakan bahwa
asbabul wurud merupakan ilmu untuk mengetahui sebab-sebab munculnya hadis,
waktu dan tempat terjadinya.33
Berdasarkan kutipan Adi Fadli dari Suyuthi dan Ibnu Manzhur dalam
jurnalnya menyatakan bahwa:
“Asbab menurut arti lughawi adalah bentuk jamak dari kata sabab, yangberarti tali. Menurut Ibnu Manzhur dalam kamus Lisan al-‘Arab mengatakanbahwa arti Asbab adalah saluran, yang dijelaskan sebagai: “segala sesuatuyang menghubungkan suatu benda ke benda lainnya”. Hal senada jugadikatakan dalam Mu’jam al-Wasith yaitu segala sesuatu yang mengantarkankepada tujuan.”34
Adapun hadis dilihat dari segi asbabul wurud atau penyebab munculnya hadis
itu ditentukan oleh beberapa hal, di antaranya:35
1. Terdapat ayat al-Qur’an yang perlu dijelaskan oleh Rasullah SAW, sebab
salah satu fungsi hadis sebagai tafsir atau penjelas bagi al-Qur’an.
2. Ada hadis yang isi atau matannya masih perlu dijelaskan oleh Rasulullah
SAW, yang mana juga berfungsi sebagai asbabul wurud hadis itu.
3. Adanya pertanyaan maupun permasalahan yang muncul dari para sahabat.
33 Adi Fadli, “Asbab al-Wurud; antara Teks dan Konteks”, EL-HIKAM: Jurnal Pendidikandan Kajian Keislaman, Vol. VII, No. 2, (Juli – Desember 2014)
34 Adi Fadli, “Asbab al-Wurud; antara Teks dan Konteks”, EL-HIKAM: Jurnal Pendidikandan Kajian Keislaman, Vol. VII, No. 2, (Juli – Desember 2014)
35 Ibnu Hamzah Ad-Damasyiqi, Asbabul Wurud Latar Belakang Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul (Jakarta: Kalam Mulia, 1996) hal. vi
23
Tetapi, di samping dari ketiga hal di atas, ada pula hadis yang muncul tanpa
adanya sebab-sebab atau latar belakang timbulnya hadis tersebut.
Selain itu, as-Suyuthi dalam jurnal Adi Fadli membagi asbabul wurud dalam
tiga bentuk, yaitu: 1. Ayat al-Qur’an, 2. Hadis, 3. Persoalan yang terkait dengan
penjelasan bagi para sahabat yang mendengarkan saat itu. Adi Fadli juga
menambahkan bahwa asbabul wurud jika dilihat dari segi hubungan dan
terpisahnya dengan hadis, maka terbagi menjadi 2 kategori, yaitu:36
“Pertama, bila “wurud al-hadis” ini bersambung dengan hadisnya, maka iadinukil dari hadis itu. Dengan kata lain bahwa ada sebab yang karenanyahadis itu muncul, seperti hadis Jibril, atau hadis su’al ayyu dzanbin a’zdam.Kedua, bila terpisah, maka ia dinukil dari jalan yang lain atau munculnyahadis tanpa ada sebab. Hal inilah yang harus dicermati, seperti yang dikatakanoleh al-Bulqini, Abu Hamzah dan Suyuthi.”
36 Adi Fadli, “Asbab al-Wurud; antara Teks dan Konteks”, EL-HIKAM: Jurnal Pendidikandan Kajian Keislaman, Vol. VII, No. 2, (Juli – Desember 2014)
24
BAB III
GAMBARAN UMUM KITAB ASBABUL WURUD JILID II
A. Biografi Ibnu Hamzah ad-Dimasyqi
As-Syarif Ibrahim bin Muhammad bin Kamal ad-Din atau yang lebih
dikenal dengan nama Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi ad-Dimasyqi, lahir pada
tahun 1054 H / 1644 M dan wafat pada 1120 H / 1708 M. Silsilah dari penulis
kitab ini yaitu Ibrahim bin Muhammad bin Muhammad Husaini bin Muhammad
bin Hamzah al-Harani ad-Dimasyqi al-Husaini al-Hanafi.37
Beliau adalah salah satu dari pakar hadis dan ahli dalam berbagai bidang
lainnya. Ia pergi menuntut ilmu bersama ayah dan saudara kandungnya yang
bernama as-Sayyid Abdurrahman dan ia menambah wawasan pengetahuannya
hingga berusia 80 tahun dengan mendatangi banyak guru dan memperoleh ijazah
darinya. Adapun di antara guru-gurunya yang terkenal di Damaskus ialah
Muhammad bin Sulaiman al-Maghribi, Hashkafi dan as-Sayyid Abdul Baqi.
Kemudian guru beliau di Mesir ialah Abdul Baqi az-Zarqani, Muhammad asy-
Syubari dan Muhammad al-Baqari, selanjutnya di Mekkah dan Madinah di
antaranya Ahmad an-Nakhli, Ibnu Salim al-Bashari, al-Hasan bin Ali al-‘Ajimi al-
Maki, Ibrahim al-Kaurani Nazil al-Madinah.
37 Ibnu Hamzah Ad-Damasyiqi, Asbabul Wurud Latar Belakang Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul (Jakarta: Kalam Mulia, 1996) hal. vi
25
B. Profil H.M. Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim
H.M. Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim merupakan penerjemah kitab
Asbabul Wurud Al-Bayan wat Ta’rif fii Asbaabi Wurudil Hadis as-Syarif
(Penjelasan dan Pengenalan mengenai sebab-sebab timbulnya hadis yang mulia)
jilid 1, 2 dan 3. Adapun Drs. Zafrullah Salim, M.H selain sebagai seorang
penerjemah, beliau juga saat ini merupakan seorang Wakil Direktur Badan
Pelaksana JSLG di Yayasan Jimly School of Law and Government. Pada tahun
2012 ia tercatat sebagai Direktur Perancangan Perundang-Undangan juga sebagai
pengurus Majelis Hukum dan HAM. Selain itu, beliau juga anggota dari Komisi
Fatwa MUI pada tahun 2014.
C. Kitab Asbabul Wurud
Kitab Asbabul Wurud ini merupakan kitab yang membahas latar belakang
historis timbulnya hadis-hadis Rasul, kitab ini ditulis oleh Ibnu Hamzah al-
Husaini al-Hanafi ad-Dimasyqi. Kemudian kitab ini diterjemahkan oleh H.M.
Suwarta Wijaya, B.A dan Drs. Zafrullah Salim, lalu dicetak oleh Radar Jaya
Offset dan diterbitkan oleh penerbit Kalam Mulia Jakarta. Adapun buku yang
peneliti teliti dalam skripsi ini adalah kitab terjemahannya cetakan ketiga pada
bulan April 1996. Sebagaimana diketahui bahwa asbabul wurud mempunyai peran
yang penting bagi umat Islam untuk memahami matan hadis, yang mana hal ini
sangat berhubungan dengan pemahaman ayat-ayat al-Qur’an. Jika al-Qur’an
mempunyai asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya al-Qur’an) maka sama halnya
dengan hadis juga memiliki asbabul wurud (sebab-sebab munculnya hadis).
26
Adapun kitab terjemahan Asbabul Wurud ini awalnya dibuat karena adanya
dorongan keinginan oleh kedua penerjemah di atas untuk turut berkiprah dalam
menyampaikan ajaran atau ilmu agama Islam khususnya di tanah air ini, maka
kitab Asbabul Wurud ini pun diterjemahkan oleh mereka. Kitab ini merupakan
sebuah karya besar dari seorang ulama yang bernama as-Syarif Ibrahim bin
Muhammad bin Kamal ad-Din atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Hamzah
al-Husaini al-Hanafi ad-Dimasyqi.
Selain itu, kitab dengan judul Asbabul Wurud ini mempunyai judul asli
yaitu Al-Bayan wat Ta’rif fii Asbaabi Wurudil Hadis as-Syarif (Penjelasan dan
Pengenalan mengenai sebab-sebab timbulnya hadis yang mulia), dan sebelumnya
Ibnu Hamzah ini juga menulis kitab yang berjudul Hasyiyah ‘Ala Syarhil Alfiah.
Karya besar beliau ini memiliki 1831 buah hadis yang telah diuraikannya yang
kemudian dibagi ke dalam tiga jilid kitab.
Adapun kitab yang peneliti teliti ini merupakan jilid yang kedua, yang mana
kitab ini berjumlah 617 hadis yang dimulai dari hadis ke 552 sampai dengan 1169.
Berbeda dari jilid pertama, kitab jilid kedua ini ada beberapa modifikasi yang
sengaja dilakukan oleh penerjemah, yang pertama yaitu setiap hadis diberi judul
yang menggambarkan isinya, sedangkan judul tersebut sebenarnya tidak terdapat
dalam kitab aslinya. Kemudian yang kedua ialah footnote (catatan kaki) yang ada
pada kitab asli diganti dengan istilah ‘keterangan’, dan yang ketiga yaitu ada
tambahan kata atau anak kalimat yang disisipkan untuk menerangkan makna yang
dimaksud.
27
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Ketersediaan Data
Berikut peneliti memaparkan ketersediaan data yang peneliti peroleh dari
data yang diteliti yaitu terjemahan kitab Asbabul Wurud Jilid II oleh H.M.
Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim, adapun peneliti hanya memfokuskan
penelitian dimulai dari halaman 15 sampai dengan halaman 150.
Tabel 1.1: Ketersediaan Data
No. Teks Asli Teks SasaranJenis
MetaforaNomor
Hadis/hlm
1.
ال تشتره وان أعطاكھ بدرھم واحد فان العائد
فذكره
Janganlah engkaumembelinya lagi,walau cuma engkaubayar kepadanya satudirham, karenasesungguhnya menarikkembali sedekah ituseperti anjing menjilatludahnya
Simile 569/15
2.ان المؤمن یجاھد بسیفھ
و لسانھ
Sesungguhnya orangmukmin itu berjihaddengan pedang danlisannya (lidahnya)
Metonimi 570/16
3. والذي نفسي بیدهDemi Dzat yangjiwaku terletak dalamgenggaman-Nya
Personifikasi 570/16
4. لكأنما تنضحوھم بالنبل
Dan mereka (parapenyair) memercikkanjihad bagaikan anakpanah (yang terlepasdari busurnya)
Simile 570/16
28
5.فجعلت أمشى فى ظل
القمر
Maka aku berjalan dibawah cahayarembulan
Personifikasi 576/20-21
6.حتى إذا رأیت شحا
مطاعا
Sehingga kalau engkaumelihat seseorang yangpelit sekali yang sifattersebut telahmendarah dagingbaginya
Metonimi583a/27-28
7.فإن من ورائكم أیام
الصبر
Karena sesungguhnyasesudah masamu iniakan muncul zaman(periode) kesabaran
Metonimi583a/27-28
8.
فإن من ورائكم أیام الصبر ن قبض ھمن صبر فیللعامل یومئذ على الجمر
منھم كأجر خمسین رجال یعملون مثل عملھ
Barang siapa yangsabar di waktu itumirip keadaannyaseperti orangmenggenggam bara api
Simile583a/27-28
9.وھم جملة الھدى إلى
الدنیا
Merekalah yang ikutmemikul danmenebarkan petunjuk(agama) itu kepadaberbagai penjuru dunia
Metonimi 584/30
10. منارا للعلمھداة للحق
Yang memberikanpetunjuk dengankebenaran, yangmenjadi menara ilmu
Metonimi 584/30-31
11.
المسلم من سلم المسلمون من لسانھ و
یده
Muslim itu adalahorang yang selamatdari lidah dantangannya.
Metonimi 589/33-34
12.
ان ابخل الناس من بخل بالسالم واعجز الناس من عجز عن الدعاء
Sesungguhnyamanusia yang palingbakhil adalah orangyang bakhil (pelit)menyerahkan(memberikanhartanya), dan manusiayang paling lemah
Metonimi 592/35-36
29
adalah orang yangpaling lemah berdo’a.
13.رھم إن ساقى القوم اخ
شربا
Sesungguhnya pemberiminum untuk orangbanyak adalah yangterakhir minum.
Metonimi 623/59-60
14.إن سیاحة أمتى الجھاد
فى سبیل هللا
Sesungguhnya umatkuyang mengadakanwisata adalah berjihaddi jalan Allah.
Metonimi 625/61
15. إن في الصالة شغال
Sesungguhnya didalam shalat ituterdapat suatukesibukan.
Metonimi 636/68-69
16.افسدت علیھ دنیاه و أفسد علیك اخرتك
Engkau telahmembinasakandunianya, tetapiengkau membinasakanakhiratmu.
Metonimi 637/69-70
17.
انما یحتاج من الرجل إلى أصغریھ لسانھ و
قلبھ
Sesungguhnyaseseorang berkehendakpada dua bagiantubuhnya yangterkecil, yaitu lidahdan hati.
Metonimi 638/70-71
18.
ان قلوب الخالئق بین من اصابع هللا أصبعین عزوجل
Hati makhluk(manusia) itu terletakdi antara dua jari-jariAllah ‘azza wa jalla
Personifikasi 640/73
19. ان لك ما احتسبت
Sesungguhnya bagiengkau (pahala) dariapa yang engkauhitung.
Metonimi 646/78
20.ان لكل ساع غایة
وغایة ابن ادم الموت
Sesungguhnya bagisetiap yang berusahaada (yang hendak diacapai), dan tujuanmanusia adalah maut(kematian).
Metonimi 647/79
21. ان مع كل جرس Sesungguhnya bagi Metonimi 650/80
30
شیطانا setiap giring-giring ituada setan.
22. ان من البیان لسحرا
Sesungguhnyasebagian dari al-bayan(penjelasan) itumengandung pesona.
Metonimi 651/81
23.ان من الشجر كالرجل
المؤمن
Sesungguhnya pohonitu seperti orangmukmin.
Simile 652/82
24.ان من الشعر لحكمة وان من البیان لسحرا
Sesungguhnya darisyair itu lahir hikmahdan dari bayan lahirsihir.
Sinestesia 655/84
25.وحى ذوى األضغان
تسبى قلوبھمSuara pendengkimenawan hati mereka. Personifikasi 655/84
26.ان ھذا المال خضرة
حلوة
Sesungguhnya harta inibagaikan daun pohonyang menghijau,menyenangkan matamemandangnya danmelezatkan.
Simile 659/87
27.
وكان كالذى یأكل وال یشبع والید العلیا خیر
من الید السفلى
Harta itu seperti orangmakan yang belummerasa kenyang. Dantangan di atas lebihbaik dari tangan dibawah.
Simile 659/87
28. ناضر لھالمال خضر Harta itu hijauberkilauan
Metonimi 659/88
29.ان ھذه النار انما ھي
عدولكمSesungguhnya api inimusuhmu. Personifikasi 662/89
30. اللھم ابغنى حبیباWahai Allah,curahkanlah cinta-Mubagiku.
Personifikasi 672/96
31.فنعمت المرضعة
وبئست الفاطمة
Maka sebaik-baiknyaadalah wanita yangmenyusui, dan yangsejahat-jahatnyawanita yang menyapih.
Metonimi 676/99
31
32. انما االعمال بخواتیمھاSesungguhnya amal ituterletak pada bagianpenutupnya
Metonimi 679/101
33. دعة خانما الحرب Sesungguhnya perangitu hanya tipuan
Metonimi 684/105
34.انما الشدة فى ان یمتلئ
احدكم غیظا ثم یغلبھ
Sesungguhnya beraniitu (terletak) padakeadaan seseorangyang telah dipenuhioleh perasaan marah,kemudian ia dapatmengalahkannya.
Metonimi 685/105
35.انما الصبر عند اول
صدمة
Sesungguhnya sabaritu hanyalah ketikapenderitaan yangpertama.
Metonimi 687/107
36.انما الشؤم فى ثالثة فى
الفرس والمرأة والدار
Sesungguhnyakemalangan (nasibsial) itu hanyalahterdapat pada tigatempat, yaitu mengenaikuda (kendaraan),isteri dan rumah.
Metonimi 688/107
37.انما الصدقة عن ظھر
غنى وابدأ بمن تعول
Sesungguhnya sedekahitu berasal dari hartaorang kaya danmulailah dari orangyang banyaktanggungannya.
Metonimi 689/108
38.انما الطاعة فى
المعروف
Sesungguhnya(perintah) taat itu padahal-hal yang baik(ma’ruf).
Metonimi690/108-109
39.انما الطالق لمن اخذ
بالساق
Sesungguhnya talak ituhanyalah (diizinkan)bagi betis yangbertemu betis (setelahsuami istri “bergaul”dan berumah tangga).
Metonimi691/109-110
40. انما العشور على الیھود Sesungguhnya Metonimi 692/110
32
والنصارى ولیس على المسلمین عشور
mengambilsepersepuluh hanyalah(dibebankan) atasorang Yahudi danNashara, dan tidakboleh sepersepuluh itu(dibebankan) atasMuslimin.
41. انما الماء من الماء Sesungguhnya air itudari air.
Metonimi 693/111
42.انما المجنون المقیم
على معصیة هللا تعالى
Sesungguhnya gilayang menetap (terus-menerus) itu adalahdalam mendurhakaiAllah Ta’ala.
Metonimi 694/112
43.انما المدینة كالكیر تنفى
خبثھا وتنصع طیبھا
Sesungguhnya kotaMadinah itu sepertidapur pandai besi,menghilangkankotoran besi,memercikkankebaikannya.
Simile 695/113
44.ان عینى تنامان وال ینام
قلبى
Sesungguhnya matakuini tidur, tapi tidaklahtidur hatiku.
Metonimi698/115-116
45. انما الوالء لمن اعتق
Sesungguhnya yangberkerabat itu hanyalahyang membebaskanbudak.
Metonimi 699/117
46.انما ابنك سھم من
كنانتك
Sesungguhnya anakmuitu adalah (seperti)anak panah (yangterlepas) dari busur(panah)mu.
Simile 700/117
47.
فإنما ھى قطعة من النار فلیأ خذھا او
لیتركھا
Maka sesungguhnyaputusan itu adalahpercikan api neraka,maka hendaklah diamengambil(menggenggam) nya
Metonimi706/121-122
33
atau melepaskannya.
48.لو شئت لسارت معى
جبال
Seandainya engkaumenginginkan, bisasaja gunung emasberjalan mengiringiku.
Personifikasi712/128-129
49.انما بعثتم میسرین ولم
تبعثوا معسرین
Sesungguhnya kamudiutus hanyalah untukmemudahkan, dantidaklah untukmenyulitkan
Metonimi713/129-130
50.
انما مثل صوم التطوع مثل الرجل یخرج من
مالھ الصدقة
Sesungguhnyaperumpamaan puasasunat adalah sepertiseseorang yangmengeluarkan sedekahdari hartanya.
Simile 722/138
51.
انما یكفى احدكم ماكان فى الدنیا مثل زاد
الراكب
Sesungguhnyacukuplah memadaibagi salah seorangkamu apa-apa yangada (untuk keperluan)dunia, seperti bekalorang yang sedangberkendaraan.
Simile 732/145
Tabel ketersediaan data di atas berisi temuan yang peneliti dapatkan dari
terjemahan kitab Asbabul Wurud karya H.M. Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim
jilid kedua yang dimulai dari halaman 15 sampai dengan halaman 150. Adapun
jika dilihat dalam bentuk tabel dan dipersentasekan dalam bentuk diagram sebagai
berikut.
Tabel 1.2: Akumulasi Temuan
No. Jenis Metafora Jumlah1. Personifikasi 72. Simile 103. Metonimi 34
34
Diagram Lingkaran
B. Analisis Data
Berdasarkan data di atas, peneliti akan menganalisis beberapa dari temuan
data yang peneliti peroleh, adapun dalam analisis ini peneliti mengklasifikasikan
data sesuai dengan jenis metaforanya, sebagai berikut:
1. Personifikasi
1.1 Data 1
Tabel 1.1: Data 1
Teks Asli Teks Sasaran
والذي نفسي بیده Demi Dzat yang jiwaku terletak dalamgenggaman-Nya
Berdasarkan teks sasaran di atas, terdapat frase jiwaku terletak
dalam genggaman-Nya termasuk majas personifikasi, dimana kata Dzat
itu sendiri mengandung makna Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT.
Tuhan bukanlah manusia, namun dalam teks sasaran di atas seakan
Persentase Klasifikasi Jenis Metafora
Personifikasi (13,73%)
Simile (19,6%)
Metonimi (66,67%)
35
menggambarkan bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat layaknya
manusia, seperti memiliki tangan sebagaimana dinyatakan pada frase di
atas jiwaku terletak dalam genggaman-Nya.
Selain itu, makna yang terkandung dalam asbabul wurud di atas
ialah menceritakan tentang jihad dengan menggunakan pedang dan
lisan. Sedangkan pada saat di zaman Rasulullah saw memang tidak
sedikit dari kaumnya yang senang dalam seni syair. Maka, seorang
penyair bernama Ka’ab bertanya kepada Rasul tentang syair, dan Rasul
menjawab bahwa “Sesungguhnya Mukmin itu berjihad dengan pedang
dan lisannya. Demi Dzat yang jiwaku terletak dalam genggaman-Nya,
dan mereka (para penyair) memercikkan jihad bagaikan anak panah
(yang terlepas dari busurnya)”.
1.2 Data 2
Tabel 1.2: Data 2
Teks Asli Teks Sasaran
لو شئت لسارت معى جبال
Seandainya engkau menginginkan, bisa sajagunung emas berjalan mengiringiku.
Data ke 2 di atas, terdapat frase gunung emas berjalan
mengiringiku. Gunung emas merupakan frase perumpamaan yang
digunakan sebagai penggambaran akan keistimewaan Nabi Muhammad
Saw.yang mana di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah
menyatakan bahwa Nabi makan dan minum layaknya seorang hamba
(manusia).
36
1.3 Data 3
Tabel 1.3: Data 3
Teks Asli Teks Sasaran
ان ھذه النار انما ھي عدولكم
Sesungguhnya api ini musuhmu.
Api adalah musuh bagimu, frase tersebut merupakan majas
personifikasi yang mana kata api merupakan benda mati, sedangkan
kata musuhmu terdapat kata ganti orang kedua yang mengacu pada
manusia. Sedangkan manusia sendiri merupakan makhluk hidup, dan
api dijadikan seolah-olah manusia yang dapat mengancam manusia lain
sewaktu-waktu.
1.4 Data 4
Teks Asli Teks Sasaran
ان قلوب الخالئق بین أصبعین من اصابع هللا عزوجل
Hati makhluk (manusia) itu terletakdi antara dua jari-jari Allah ‘azzawa jalla
Dari data keempat di atas, dapat kita lihat pada teks sasarannya yaitu
frase dua jari-jari Allah, maka dari frase tersebut menggambarkan
bahwa seolah-olah Allah memiliki jari-jari layaknya manusia. Padahal,
Allah merupakan Maha Pencipta yang tidak dapat disamakan dengan
manusia (sebagai makhluk yang diciptakan). Inilah yang disebut dengan
majas personifikasi yaitu gaya bahasa yang dibuat seolah-olah benda
mempunyai sifat layaknya manusia.
37
2. Simile
2.1 Data 5
Tabel 2.1: Data 5
Teks Asli Teks Sasaran
ان ھذا المال خضرة حلوة
Sesungguhnya harta ini bagaikan daunpohon yang menghijau, menyenangkan matamemandangnya dan melezatkan.
Data kelima di atas, menjelaskan bahwasannya harta itu hijau
berkilauan dan membuat orang yang jika telah memilikinya tidak
pernah bosan untuk mendapatkan lagi dan lagi. Maka dari itu, siapapun
yang diberikan kenikmatan berupa harta, tidaklah ia mau menolaknya
sebab harta itu menyilaukan mata, sebagaimana yang terdapat dalam
asbabul wurud dari potongan hadis di atas. Adapun kata “bagaikan”
pada potongan hadis di atas merupakan salah satu ciri dari majas simile.
2.2 Data 6Tabel 2.2: Data 6
Teks Asli Teks Sasaran
ال تشتره وان أعطاكھ بدرھم واحد فان العائد
فذكره
Janganlah engkau membelinya lagi, walauCuma engkau bayar kepadanya satu dirham,karena sesungguhnya menarik kembalisedekah itu seperti anjing menjilat ludahnya
Teks sasaran pada data ke 10 di atas merupakan jenis metafora
mati, karena frase anjing menjilat ludahnya saat ini menjadi suatu
pernyataan yang sering didengar atau diucapkan dikalangan masyarakat
Indonesia, namun menjadi simile karena adanya kata perumpamaan
yaitu seperti.
38
Dalam teks sasaran di atas menggunakan istilah anjing menjilat
ludahnya untuk menggambarkan seseorang yang telah memberi atau
mengucap sesuatu lalu ditarik kembali. Contohnya seperti dalam hadis
yang ditakhrij oleh Bukhari dari Umar bin Khattab ra.tentang sedekah
tidak boleh ditarik kembali.
2.3 Data 7
Tabel 2.3: Data 7
Teks Asli Teks Sasaran
لكأنما تنضحوھم بالنبلDan mereka (para penyair) memercikkanjihad bagaikan anak panah (yang terlepasdari busurnya)
Data ke 11 di atas, terdapat frase memercikkan jihad yang
merupakan jenis metafora hidup, yang mana jika diartikan secara
terpisah, kata memercikkan menurut KBBI online adalah merenjiskan
(menyemburkan) air dan sebagainya kepada:, adapun arti kata jihad
adalah usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan.
Akan tetapi, penerjemah di sini berusaha menerjemahkan teks
sumber dengan menggunakan majas metafora dengan menggunakan
istilah yang mudah dipahami oleh para pembaca. Teks sasaran di atas
menggambarkan para penyair yang berjuang atau berjihad dengan
menggunakan lisannya bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya. Kata perumpamaan yang digunakan penerjemah yaitu
bagaikan menjadikannya simile.
39
2.4 Data 8
Tabel 2.4: Data 8
Teks Asli Teks Sasaran
من صبر فھین قبض على الجمر
Barang siapa yang sabar di waktu itu miripkeadaannya seperti orang menggenggambara api
Sebuah kesabaran begitu berat dirasakan seperti menggenggam
bara api, seperti itulah yang penerjemah coba sampaikan dalam teks
sasaran pada data ke 12 di atas. Sabar pada umumnya bukanlah suatu
yang sulit untuk dilakukan, tergantung pada situasi dan kondisi yang
dihadapi. Pada teks sasaran di atas, berusaha menyampaikan bahwa ada
suatu masa atau waktu dimana manusia harus bersabar yakni ketika
mereka telah menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, namun orang-orang yang diperintahkan belum menuruti apa
yang diperintahkan dalam artian masih melakukan kemunkaran.
Oleh sebab itu, para penyeru kebajikan untuk bisa bersabar meski
mereka merasakan seperti menggenggam bara api, karena ketika
melihat orang-orang yang masih saja berbuat munkar meski mereka
telah dicegah. adapun frase bara api terdiri dari kata bara yang artinya
barang sesuatu (arang) yang terbakar dan masih berapi, dan kata api
yang berarti panas dan cahaya yang berasal dari sesuatu yang terbakar.
40
3. Metonimi
3.2 Data 9
Tabel 3.2: Data 9
Teks Asli Teks Sasaran
فمن یرد هللا أن یھدیھ لالسالمیشرح صدره
Maka siapa yang ditunjuki-Nya, Dialapangkan dadanya menerima Islam
Teks sasaran di atas, terdapat frase lapangkan dadanya, frase
tersebut dada sendiri tidak dapat dilapangkan jika diartikan secara
harfiah. Akan tetapi, jika dilihat secara maknawi, maka dapat diartikan
dimudahkan hatinya untuk bisa menerima ajaran agama Islam. Adapun
frase lapang dada merupakan majas metonimi atau kinayah.
Selanjutnya, jika ada frase lapangkan dadanya maka ada objek
yang dituju yaitu manusia, dan manusia ini setelah dilapangkan
dadanya oleh Allah, maka ia menjadi manusia yang berlapang dada.
Adapun frase lapang dada menurut KBBI online ialah berasa lega
(tidak sesak); berasa senang; tidak menjadi gusar.
3.3 Data 10
Tabel 3.3: Data 10
Teks Asli Teks Sasaran
ان المؤمن یجاھد بسیفھ و لسانھ
Sesungguhnya orang mukmin itu berjihaddengan pedang dan lisannya (lidahnya)
Teks sasaran di atas, terdapat frase berjihad dengan pedang dan
lisannya (lidahnya), kata berjihad sendiri adalah berperang, berperang
identik dengan pedang. Namun, selain dari kata pedang juga ditambah
41
kata lisan, jadi selain berjihad dengan pedang, juga bisa berjihad
dengan lisan (lidah). Frase berjihad dengan lisan termasuk dalam majas
metonimi. Adapun arti berjihad dengan lisan di sini ialah berperang
dengan menggunakan lisan (lidah), seperti beradu argumentasi,
berdakwah, berpidato atau ceramah, dan sebagainya.
3.4 Data 11Tabel 3.4: Data 11
Teks Asli Teks Sasaran
حتى إذا رأیت شحا مطاعا
Sehingga kalau engkau melihat seseorangyang pelit sekali yang sifat tersebut telahmendarah daging baginya
Pada terjemahan data 5 di atas, dapat dilihat frase mendarah daging
yang menurut KBBI online ialah meresap benar ke dalam hati
sanubari; sudah menjadi kebiasaan. Frase tersebut merupakan jenis
metonimi, sebab frase mendarah daging sudah menjadi bahasa yang
sering digunakan oleh masyarakat dan tidak lagi terasa seperti bahasa
kiasan, dan tanpa perlu penjelasan lebih lanjut sudah dapat diketahui
makna dari frase tersebut.
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Bentuk frasa atau kalimat yang mengandung makna metafora yang
terkandung dalam terjemahan Asbabul Wurud oleh H.M. Suwarta Wijaya
dan Zafrullah Salim jelas terlihat dari struktur makna yang dihasilkan
dari terjemahan tersebut, sebagaimana telah peneliti paparkan dalam bab
iv dalam bentuk tabel.
2. Jenis-jenis metafora yang terdapat dalam terjemahan kitab tersebut ada 4
jenis yaitu: Personifikasi, Simile, dan Metonimi yang kemudian
dianalisis dengan mengguakan teori yang telah dibahas pada bab ii dan
bab iv.
Adapun dari keempat jenis metafora tersebut, yang mendominasi ialah Simile
dan Personifikasi, hal ini dikarenakan tingkat kesulitan yang rendah dalam
membuat frasa atau kalimat yang mengandung makna metafora itu sendiri serta
ditambah dengan teks sumber yang juga telah menggunakan makna metafora,
sehingga ada kalanya penerjemah menggunakan teknik penerjemahan metafora.
Selanjutnya, dapat dilihat pada bab IV di atas yang mana kalimat atau frasa
yang mengandung makna metafora cukup banyak ditemukan oleh peneliti dalam
43
kitab Asbabul Wurud karya Ibnu Hamzah ad-Dimasyqi, sehingga hal ini
membuktikan sebuah eksistensi dari metafora dalam bidang penerjemahan.
Selain itu, hasil temuan jenis metafora yang peneliti dapatkan dalam kitab
yang diteliti telah dibentuk dalam diagram lingkaran dengan persentase: 1)
Personifikasi sebesar 13,73%. 2) Simile sebesar 19,6%. 3) Metonimi sebesar
66,67%.
B. Saran
Proses pembelajaran dan penelitian di bidang kebahasaan diharapkan dapat
terus berjalan dengan progres yang semakin meningkat dari waktu ke waktu,
terutama dalam bidang penerjemahan dan penelitian terjemahan. Sebab urgensi
akan terjemahan dan penerjemahan semakin hari kian berkembang, sebagaimana
perkembangan di berbagai bidang ilmu pengetahuan yang terus maju dan pesat.
Tentunya dalam menggali suatu ilmu tidak bisa dilakukan secara temporer,
maka perlu adanya kesinambungan antara peneliti dengan objek penelitian.
Sebagaimana yag telah peneliti lakukan dalam bentuk skripsi ini, setidaknya dapat
menambah sedikit wawasan mengenai salah satu cabang dari ilmu linguistik yaitu
mengenai metafora dan jenis-jenisnya. Meskipun objek penelitian yang digunakan
hanya satu dari tiga jilid, yaitu jilid kedua dari kitab terjemahan Asbabul Wurud
karya Ibnu Hamzah ad-Dimasyqi.
Oleh karena itu, peneliti harap penelitian ini dapat terus berlanjut setidaknya
oleh para mahasiswa/i Tarjamah yang tertarik pada teori metafora serta senang
menggali substansi dari kitab Asbabul Wurud dari jilid 1 hingga jilid 3 karya Ibnu
Hamzah ad-Dimasyqi ini.
44
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku:
Ad-Damasyiqi, Ibnu Hamzah. 1996. Asbabul Wurud Latar Belakang Historis
Timbulnya Hadis-hadis Rasul. Jakarta: Kalam Mulia
Al Farisi, M. Zaka. 2011. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Khon, Abdul Majid. 2013. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah
PL, H.M. Noor Sulaiman. 2008. Antologi Ilmu Hadis. Jakarta: Gaung Persada
Press Jakarta
Rokhman, Muh. Arif. 2006. Penerjemahan Teks Inggris. Yogyakarta: Pyramid
Publisher
Sedarmayanti, dan Syarifudin Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung:
Mandar Maju
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2009. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sumarlam, dkk. 2012. Pelangi Nusantara Kajian Berbagai Variasi Bahasa.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Syatibi, Ahmad. 2013. Balaghah II (Ilmu Ma’ani). Jakarta: Tarjamah Center
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa
45
Referensi Jurnal
Devi, Rima. 2014. “Metafora Saichou dan Kyuukanchou pada Cerpen Saichou
Karya Endo Shusaku”, Jurnal Kotoba, Vol. 2
Fadli, Adi. 2014. “Asbab al-Wurud; antara Teks dan Konteks”, EL-HIKAM:
Jurnal Pendidikan dan Kajian Keislaman, Vol. VII, No. 2
Faricha, Nury Ziyadatul. 2015. “Penggunaan Diksi dan Gaya Bahasa pada Novel
“Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin” Karya Tere Liye”, Jurnal
Nosi, Vol. 2, No. 9
Farida, Sasmi. 2008. “Pergeseran Makna Generik-Spesifik dalam Novel
Terjemahan Harry Potter dan Relikui Kematian Alih Bahasa Listiana
Srisanti,” Metalingua Jurnal Penelitian Bahasa, Vol. 6, No. 1
Laksono, Puji. 2014. “Analisis Metode Penerjemahan dalam Menerjemahkan
Novel Revolusi di Nusa Damai ke Revolt in Paradise” Jurnal PPKM UNSIQ I
Mohamad Syukri bin Abd Rahman dan Mohammad bin Seman. 2014. “Metafora
al-Isti’arah dalam Hadis Rasulullah s.a.w.:Tumpuan Terhadap Hadis-hadis
Kitab Riyad al-Shalihin”, HADIS: Jurnal Ilmiah Berimpak
Munip, Abdul. 2005. “Problematika Penerjemahan Bahasa Arab ke Bahasa
Indonesia; Suatu Pendekatan Error Analysis,” Jurnal al-‘Arabiyah, Vol. 1,
No. 2
Nurbayan, Yayan. 2014. “Pengaruh Struktur Bahasa Arab terhadap Bahasa
Indonesia dalam Terjemahan al-Qur’an,” Arabiyat Jurnal Pendidikan dan
kebahasaaraban, Vol. 1, No. 1
46
Nurbayan, Yayan. “Implikasi Hermeneutis dan Pedagogis Perbedaan Pemahaman
Ayat-Ayat Kinayah dalam a-Qur’an”, Jurnal PBA UPI Bandung
Puspitasari, Dewi, dkk. 2014. “Kesepadanan pada Penerjemahan Kata Bermuatan
Budaya Jepang ke dalam Bahasa Indonesia,” Jurnal Izumi, Vol. 3, No. 2
Saifudin, Akhmad. 2012. “Metafora dalam Lirik Lagu Kokoro No Tomo Karya
Itsuwa Mayumi”, Jurnal Lite, Vol. 8, No. 2
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa
Wahab, Muhbib Abdul. 2014. “Peran Bahasa Arab dalam Pengembangan Ilmu
dan Peradaban Islam,” Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban,
Vol. I, No. I
47
LAMPIRAN
Recommended