View
483
Download
44
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sectio Caesarea (SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Saifuddin, 2006). Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2002-2003 mencatat
angka persalinan SC secara nasional berjumlah kurang lebih 4 % dari jumlah
total persalinan. Secara umum jumlah SC di rumah sakit pemerintah adalah
sekitar 20-25 % dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta
jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar 30-80 % dari total persalinan
(Depkes RI, 2006 ).
Dalam pembedahan akan terjadi perubahan fungsi fisiologis tubuh,
antara lain : Obat anaesthesi dapat menyebabkan depresi pernapasan, sehingga
resiko terjadinya muntah, kehilangan banyak darah secara aktual maupun
potensial pada area pembedahan, penurunan fungsi tubuh menyebabkan
turunnya metabolisme dan suhu tubuh, motilitas gastrointestinal juga melambat’
Perubahan yang terjadi harus dimonitor dan membutuhkan perawatan post
pembedahan yang kompleks untuk mengembalikan pada kondisi dan fungsi
fisiologis yang normal.
Peran perawat pada pasien post pembedahan SC diarahkan untuk :
mengembalikan fungsi fisiologis pada seluruh system secara normal, dapat
beristirahat dan memperoleh rasa nyaman, meningkatkan konsep diri, serta
2
tidak terjadi infeksi pada luka dan komplikasi post pembedahan
(Muttaqin, 2009). Salah satu upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi dan
mengembalikan fungsi fisiologis tubuh dapat dilakukan dengan mobilisasi dini.
Mobilisasi dini ialah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing pasien untuk mempertahankan fungsi
fisiologis. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam
mempercepat pemulihan dan dapat mencegah komplikasi post
pembedahan. Tujuan mobilisasi dini diharapkan memperbaiki aliran
darah sehingga akan mempercepat proses penyembuhan luka. Adanya
luka post SC merupakan salah satu faktor yang memperpanjang lama
perawatan pasien post pembedahan SC di Rumah sakit
(Cunningham, 2005).
Fenomena mobilisasi dini telah banyak di ketahui. Data dari Rumah
Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUDA) provinsi Lampung pada bulan Juni 2006
didapatkan data jumlah persalinan sebanyak 152 dimana jumlah persalinan
normal sebanyak 20 kasus (13,16%) dan persalinan SC sebanyak 69 kasus
(45,39%), kemudian diketahui bahwa dari jumlah 69 kasus tersebut, 11 (15,94)
yang melakukan mobilisasi dini. Dari penelitian (khairul 2010) di RSUD. Dr.
Pirngadi Medan tentang efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka
post SC didapatkan bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan luka
operasi.
Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kanjuruhan Malang diperoleh data dari Medical Record Ruang
Brawijaya pada bulan Januari – Desember tahun 2010 tercatat jumlah pasien
yang melahirkan dengan SC sebanyak 434 orang (35,9%), dari 1208 pasien
3
yang menjalani persalianan. Adapun data yang didapat pada bulan Mei 2011 dari
205 persalinan didapatkan jumlah 128 pasien (62,4%) menjalani SC dengan
indikasi sebanyak 53 pasien (41,4%) adalah KPD, 15 pasien (11,7%) adalah
kelainan letak, serta 12 pasien (9,3%). Adapun rata- rata lama hari rawat pasien
post SC yang didapatkan adalah berkisar antara 3–5 hari, namun belum ada
data yang dapat diidentifikasi berapa jumlah pasien yang melakukan mobilisasi
dini post pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.
Berdasarkan hal tersebut dan mengingat pentingnya mobilisasi dini
untuk pemulihan kesehatan pasien maka peneliti tertarik untuk mengetahui
apakah ada pengaruh Mobilisasi dini dalam mempercepat proses penyembuhan
luka dan mengurangi lama hari rawat pada pasien post pembedahan SC di
Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian yaitu “Apakah pengaruh mobilisasi dini dapat mempercepat
proses penyembuhan luka dan mengurangi lama hari rawat pada pasien post
pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat dan
proses penyembuhan luka pada pasien post pembedahan SC di Ruang
Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi proses penyembuhan luka pasien post pembedahan SC
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan di Ruang Brawijaya RSUD
Kanjuruhan Malang.
2. Mengidentifikasi lama hari rawat pasien post pembedahan SC pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan di Ruang Brawijaya RSUD
Kanjuruhan Malang.
3. Mengetahui pengaruh mobilisasi dini dalam mempercepat proses
penyembuhan luka pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pasien
post pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang
4. Mengetahui pengaruh mobilisasi dini dalam mengurangi lama hari rawat
pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pasien post pembedahan SC
di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4 1 Teoritis
a. Dengan pemberian mobilisasi dini post pembedahan pada pasien SC
diharapkan dapat melancarkan aliran darah sehingga mempercepat proses
penyembuhan luka dan mengurangi resiko terjadinya komplikasi serta dapat
mengurangi lama hari rawat.
b. Dari segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan untuk
kemajuan profesi keperawatan dalam bidang pengetahuan dan teknologi.
5
1.4.2 Praktis
a. Bagi pasien dengan melaksanakan mobilisasi dini post pembedahan SC
dapat mempercepat proses penyembuhan luka, mencegah komplikasi dan
mengurangi lama hari perawatan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan
pertimbangan bagi instansi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan pada
pada penerima jasa pelayanan.
c. Dapat digunakan sebagai data dasar, acuan atau informasi untuk
penelitian selanjutnya
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Sectio Caesarea (SC)
2.1.1 Defenisi
SC adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas
500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh
( Saifuddin, 2006 ). SC adalah lahirnya janin melalui insisi di dinding abdomen
dan dinding uterus (Cunningham, 2005). SC adalah persalinan untuk melahirkan
janin melalui pembedahan dengan menyayat dinding rahim abdomen dan
dinding uterus yang masih utuh.
2.1.2 Indikasi
Indikasi SC dibagi 2 yaitu : Faktor Pasien : Disproporsi kepala panggul /
CPD /FPD, disfungsi uterus, distosia jaringan lunak, plasenta previa. Sedangkan
dari faktor anak : Janin besar, gawat janin, letak lintang ( Saifuddin, 2006 ),
Ada 4 alasan persalinan harus dilakukan dengan operasi, yaitu : Untuk
keselamatan pasien dan janin ketika harus berlangsung tidak terjadi kontraksi,
distosia sehingga menghalangi persalinan alami, bayi dalam keadaan darurat
sehingga harus dilahirkan, tetapi jalan lahir tidak mungkin dilalui janin.
( Kasdu, 2007 )
7
2.1.3 Klasifikasi
Beberapa jenis SC yaitu : Pertama SC Transperitoneal terbagi 2 yaitu
SC klasik atau Korporal adalah dengan melakukan sayatan vertical sehingga
memungkinkan ruangan yang lebih baik untuk jalan keluar bayi, kelebihannya
adalah : mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi
kandung kemih tertarik, sayatan dapat diperpanjang proximal atau distal. Adapun
kekurangannya : Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena ada
reperitonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi
rupture uteri spontan.
SC Ismika atau profunda yaitu dengan melakukan sayatan / insisi
melintang dari kiri ke kanan pada segmen bawah rahim dan diatas tulang
kemaluan kira - kira 10 cm, dengan kelebihannya adalah : penjahitan luka lebih
mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari
peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga
peritoneum, perdarahan tidak begitu banyak, kemungkinan rupture uteri spontan
berkurang atau lebih kecil. Adapun kekurangannya adalah : luka dapat melebar
kekiri, kanan, dan kebawah sehingga dapat menyebabkan uteri pecah yang
mengakibatkan perdarahan banyak, keluhan pada kandung kemih post
pembedahan tinggi. Kedua SC Ekstraperitoneal yaitu tanpa membuka
peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal
2.1.4 Komplikasi
Adapun resiko – resiko yang mungkin dialami oleh pasien yang melahirkan
dengan operasi yang dapat mengakibatkan cedera pada pasien maupun bayi
adalah :
8
Alergi, biasanya resiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap
obat – obatan. Pada awalnya, yaitu waktu pembedahan, segalanya bisa berjalan
lancar, sehingga bayi pun lahir dengan selamat. Namun, beberapa jam
kemudian, obat yang diberikan baru bereaksi sehingga jalan pernafasan pasien
dapat tertutup. Perlu diketahui penggunaan obat – obatan pada pasien operasi
SC lebih banyak dibandingkan dengan cara melahirkan alami. Jenis obat- obatan
ini beragam, mulai dari antibiotik, obat anaesthesi, analgetik, serta beberapa
jenis cairan infus.
Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan- bekuan darah
pada pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul. Oleh karena itu, sebelum
operasi pasien harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Salah satunya untuk
mengetahui masalah pembekuan darahnya. Selain itu perdarahan banyak bisa
timbul pada waktu pembedahan jika cabang- cabang arteria uteria ikut terbuka
atau karena atonia uteri. Kehilangan darah yang cukup banyak dapat
menyebabkan syok secara mendadak. Kalau perdarahan tidak dapat diatasi,
kadang perlu tindakan histerektomi, terutama pada kasus atonia uteri yang
berlanjut.
Cedera pada organ lain, jika tidak dilakukan secara hati - hati,
kemungkinan pembedahan dapat mengakibatkan terlukanya organ lain, seperti
rektum atau kandung kemih. Proses penyembuhan luka bekas SC yang tidak
sempurna dapat mengakibatkan infeksi pada organ rahim atau kandung kencing.
Selain itu dapat juga berdampak pada organ lain dengan menimbulkan
perlengketan pada organ - organ didalam rongga perut untuk kehamilan resiko
tinggi yang memerlukan penanganan khusus.
9
Parut dalam rahim, pasien yang telah mengalami pembedahan akan
mengalami parut dalam rahim. Oleh karena itu, pada tiap kehamilan serta
persalinan berikutnya memerlukan pengawasan yang cermat sehubungan
dengan bahaya rupture uteri, jika opersi dilakukan secara sempurna resiko ini
sangat kecil terjadi. Sebenarnya, apabila hal ini terjadi termasuk komplikasi
dalam persalinan dengan operasi. Sekitar 1 – 3 % angka kejadian akibat operasi
menyebabkan rupture uteri. Biasanya, kondisi ini terjadi apabila menggunakan
sayatan klasik atau vertical.
Mempengaruhi produksi Air Susu Pasien (ASI), efek pembiusan bisa
mempengaruhi produksi ASI jika dilakukan pembiusan total. Akibatnya colostrum
tidak bisa dinikmati bayi dan bayi tidak dapat langsung menyusui begitu ketika
lahir. Namun, apabila dilakukan dengan pembiusan regional ( misalnya spinal )
tidak banyak mempengaruhi produksi ASI. ( Kasdu, 2007 )
2.1.5 Penatalaksanaan dan Perawatan
Persalinan yang dilakukan dengan pembedahan membutuhkan rawat
inap yang lebih lama di Rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat - lambatnya
kesembuhan pasien akibat proses pembedahan tersebut. Pada hari ke - 5,
apabila tidak ada komplikasi, pasien diperbolehkan pulang ke rumah
(Kasdu, 2007 ). Pemeriksaan yang dilakukan selama pasien di rumah sakit
antara lain:
Pengukuran denyut jantung dan tekanan darah. Pengukuran ini
dilakukan tiap pergantian jadwal dinas. Jumlah dan penampilan lochea yang
bercampur darah akan dipantau secara teratur oleh perawat dengan
menanyakan kepada pasien atau jika perlu memeriksa langsung dari
10
pembalutnya, mencatat dan memeriksa urine yang keluar dan tertampung di
kantung urine selama pasien menggunakan kateter. Kateter masih digunakan
sampai pasien merasa kuat bangun dari tempat tidur. Test darah kadang
dilakukan sedikitnya sekali setelah persalinan untuk memastikan bahwa
hemoglobin pasien sudah normal.
Pada beberapa pasien, infus masih tetap dipasang sampai kondisi tubuh
pasien dinyatakan normal misalnya pasien sudah dapat makan dan minum
dengan baik. Luka post operasi akan diperiksa. Kalau diperlukan, perban akan
diganti. Mengukur suhu tubuh. Apabila suhu tubuh mencapai 38° C atau lebih
maka harus dicari penyebabnya. Kemungkinan terjadi infeksi dalam tubuh.
Perawat akan mengajarkan kepada pasien cara membersihkan tali pusat bayi
yang belum putus. Pasien akan diberi tanggal untuk pemeriksaan post
persalinan dengan membawa bayi untuk melakukan pemeriksaan pertama
setelah melahirkan
Eliminasi Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air kecil (BAK) ketika akan
operasi, pengeluaran urine pasien akan ditampung lewat selang kateter yang
dihubungkan ke sebuah kantung. Efek pembiusan yang diberikan pada saat
melahirkan bisa mempengaruhi kemampuan untuk mengosongkan kandung
kemih. Akibatnya, tidak dapat merasakan apakah kandung kemih penuh atau
sudah kosong, kateter untuk membuang urine akan terus digunakan sampai
sekitar 12 – 24 jam post pembedahan. Namun, apabila warna urine tidak
jernih maka pemasangan kateter akan berlangsung lebih lama. Kateter
dipasang sampai 48 jam atau lebih jika pembedahannya akibat rupture uteri,
partus lama, oedem perineum yang luas dan sepsis puerperalis atau pelvio
peritonitis, serta hematuria. Apabila jika sampai terjadi perlukaan pada
11
kandung kemih, kateter bisa dipasang sampai 7 hari. Pemakaian kateter ini
tidak akan terasa sakit. Namun, rasa sakit akan sangat terasa apabila pasien
mengejan, batuk, tertawa atau aktivitas lain yang meninggikan tekanan rongga
perut. Demikian ketika akan dicabut, timbul sedikit nyeri di daerah vagina. Pada
keadaan normal, yaitu hari kedua setelah operasi.
Pasien ingin segera water closet (WC) jika merasa sudah agak kuat
berjalan, untuk BAK. Apabila hal ini berhasil dilakukan, biasanya pasien juga
ingin BAB. Setelah SC biasanya BAB pertama kalinya membutuhkan usaha
yang lebih besar. pasien harus mengejan atau setengah memaksa untuk
mengeluarkan kotoran. Padahal, perut masih terasa sakit. Pada umumnya,
pasien baru akan BAB pada hari ketiga. Biasanya, pada saat awal setelah
persalinan, banyak pasien yang mengalami sembelit. Namun, terjadinya sembelit
setelah persalinan karena sejumlah besar cairan hilang dari tubuh, sedangkan
colon menyerap air sebanyak mungkin dari faeses agar cairan tubuh seimbang.
Keadaan ini biasanya terjadi pada hari-hari pertama sampai hari kelima setelah
operasi SC. Untuk mengatasi sembelit, upayakan untuk mengonsumsi makanan
yang berserat tinggi, seperti sereal dan buah-buahan.
Cairan dan elektrolit Infus akan tetap dipasang di lengan selama
beberapa jam sampai gerakan usus kembali normal.. Makanan dan nutrisi,
pemeriksaan organ pencernaan dilakukan enam jam setelah operasi. Apabila
kondisi tubuh pasien baik maka pasien dapat diberi minum hangat sedikit,
kemudian secara bertahap dapat minum lebih banyak ( terutama apabila pasien
menggunakan anestesi regional dan tidak muntah ). Namun pada anestesi total,
kembalinya organ pencernaan ke kondisi normal memakan waktu lebih lama.
12
Namun umumnya pasien sudah dapat minum dan makan makanan lunak pada
hari pertama setelah operasi.
Pada pembiusan total, pasien diperbolehkan minum setelah operasi
ketika telah flatus. Setelah itu, pasien mulai diperbolehkan minum sedikit demi
sedikit dan dilanjutkan dengan makan makanan yang lembut dalam jumlah
terbatas. Apabila usus besar diperkirakan sudah mulai bekerja kembali, infus
yang tadinya terpasang selama pembedahan berlangsung mulai dilepaskan.
Pada saat ini, pasien di ijinkan untuk minum dan kemudian makan dalam jumlah
yang lebih banyak. Perlu diingat, ketika organ pencernaan belum kembali normal
dan pasien merasa haus atau lapar, janganlah sekali-kali melanggar aturan,
misalnya dengan makan makanan yang memang belum diizinkan. Perlu diingat,
usus besar perlu menyesuaikan diri untuk bisa berfungsi kembali seperti
sediakala. Namun pada umumnya, pada hari kelima setelah operasi, pasien
bisa makan makanan biasa.
Personal hygiene, seperti halnya persalinan alami, setelah melahirkan
mengeluarkan cairan lochea, yaitu darah sisa-sisa bekas plasenta. Oleh karena
itu, setelah buang air, pasien harus membasuh vagina hingga bersih. Pada
sebagian wanita, lochea akan berhenti sekitar 14 hari sementara pada wanita
lain akan berlangsung sampai 6 minggu. Namun, umumnya sekitar 20 - 30 hari.
Pada pasien yang tidak memberikan ASI, lochea berhenti setelah haid pertama
muncul, yaitu sekitar 4 minggu setelah persalinan. Perawatan 3 - 4 hari di rumah
sakit cukup untuk mengembalikan fisik pasien yang baru bersalin dengan
operasi. Sebelum pulang, sebaiknya diajarkan bagaimana cara merawat luka
operasi. Biasanya, pasien diminta datang kembali ke RS untuk pemantauan
13
perawatan luka tujuh hari setelah pulang. Pasien boleh mandi seperti biasanya,
setelah hari ke- 5 operasi.
Perawatan luka selama masih dalam perawatan di rumah sakit, luka
bekas insisi operasi akan terus dipantau oleh perawat karena dikhawatirkan
terjadi perdarahan atau infeksi pada bekas luka tersebut. Jahitan bekas luka di
perut pasien akan ditutup dengan kasa lembut. Kasa penutup luka harus
diobservasi satu hari post pembedahan bedah. Apabila basah dan berdarah
harus diganti. Umumnya perban diganti pada hari ke – 3 post operasi.untuk
selanjutnya disesuaikan dengan kondisi balutan.
2.2. Konsep Mobilisasi
2.2.1 Defenisi
Mobilisasi adalah kemampuan untuk bergerak dengan bebas, mudah,
berirama, dan terarah di lingkungan adalah bagian yang sangat penting bagi
kehidupan (kozier et all, 2010). Mobilisasi mengacu pada kemampuan
seseorang untuk bergerak dengan bebas dan imobilisasi mengacu pada
ketidakmampuan seseorang untuk bergerak den gan bebas . Mob i l i sas i
dan imo b i l i sas i be rada pad a su a tu ren tang den gan banyak
tingkatan immobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran dan
selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien
lain,berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai
jangka waktu tidak terbatas (pe r r y&po t t e r , 2002 ) .
Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin
untuk berjalan (Manuaba , 2002 ). Dari kedua definisi tersebut dapat
14
disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan
kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis.
2.2.2. Manfaat
Manfaat mobilisasi dini bagi post pembedahan SC adalah : Penderita
merasa lebih sehat dan kuat. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan
kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat
mengurangi rasa sakit, dengan demikian pasien merasa sehat dan membantu
memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. Fungsi fisiologis usus dan
kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus
kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh
bekerja seperti semula.
Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan sebagai berikut
Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat
involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat
perkemihan, me n i n g k a t k a n k e l a n c a r a n p e r e d a r a n d a r a h ,
s e h i n g g a m e m p e r c e p a t f u n g s i pengeluaran air susu pasien (ASI) dan
pengeluaran sisa metabolisme ( Manuaba , 2002 ).
2.2.3. Faktor-faktor Yang Berpengaruh
Sejumlah faktor yang mempengaruhi kesejajaran tubuh individu,
mobilitas, dan tingkat aktifitas sehari-hari menurut (Kozier,et all, 2010), antara
lain :
15
Tumbuh kembang, usia dan perkembangan system muskuloskletal dan
saraf seseorang mempengaruhi postur tubuh, proporsi tubuh, massa tubuh,
pergerakan tubuh, dan reflex. Kesehatan fisik, mobilitas dan toleransi aktifitas
dipengaruhi oleh setiap gangguan yang mengganggu kemampuan system saraf,
system musculoskeletal, system kardiovaskuler, dan system pernapasan.
Kesehatan jiwa, gangguan mental atau afektif seperti depresi atau stress
menahun dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk bergerak. Kurang
nutrisi atau nutrisi berlebih dapat mempengaruhi kesejajaran tubuh dan mobilitas
tubuh. Nilai dan sikap pribadi, apakah seseorang menghargai latihan teratur atau
tidak, seringkali seringkali dipengaruhi oleh keluarga.
Faktor Eksternal, banyak faktor eksternal mempengaruhi mobilitas
seseorang. Suhu yang tinggi dan kelembaban yang sangat tinggi menghambat
aktifitas, Penyakit komplikasi beberapa penyakit berat seringkali dapat
mengurangi kemampuan untuk mobilisasi
2.2.4. Tahap – tahap Mobilisasi Dini Pada Post Pembedahan SC
Mobilisasi dini yang dilakukan secara bertahap pada pasien post
pembedahan SC adalah sebagai berikut :
2.2.4.1 Mobilisasi dini post pembedahan SC dengan anesthesi umum
Pada 6 jam pertama, pasien harus tirah baring dulu, mobilisasi dini yang
dilakukan adalah menggerakan lengan, tangan, menggerakan ujung jari kaki dan
memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta
menekuk dan menggeser kaki, setelah 6 – 10 jam, pasien diharuskan untuk
dapat miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah thrombosis dan trombo
16
emboli, setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar duduk,setelah
pasien dapat duduk, selanjutnya dianjurkan belajar jalan ( Kasdu, 2007 )
2.2.4.2 Mobilisasi dini post pembedahan SC dengan anesthesi spinal
Dimulai 4 jam pertama mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut dan
kaki Setelah 6-12 jam dilakukan pengukuran tekanan darah, apabila tidak
ditemukan hipotensi orthosthatik latihan dapat dilanjutkan, dengan belajar duduk
dan kuatkan tubuh dalam posisi stabil, Setelah 24 jam latihan berdiri dalam
kondisi stabil lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit sesuai
dengan kemampuan pasien, Hari 2 mampu berjalan mandiri.( Asian Biomedicine
Vol. 4 No. 3 June 2010, Bangkok, Thailand)
2.3 Luka
2.3.1 Defenisi
Luka adalah rusaknya kesatuan / komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Berdasarkan
kedalaman dan luasnya, luka dibagi menjadi : luka superfisial, luka partial
thickness, luka full thickness, luka pada dan mengenai otot, tendon, tulang
(widasari,2008)
2.3.2 Proses penyembuhan luka
Proses penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks
karena berbagai kegiatan bio-seluler, biokimia terjadi berkesinambungan.
Penggabungan respons vaskuler, aktifitas seluler dan ternbentuknya bahan kimia
sebagai substansi mediator didaerah luka yang merupakan komponen yang
saling terkait pada proses proses penyembuhan luka, tidak hanya terbatas pada
proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor
17
exogen seperti : umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, serta kondisi
metabolik (widasari, 2008).
2.3.3 Klasifikasi Proses penyembuhan luka
Klasifikasi proses penyembuhan luka dibagi 2 yaitu : Proses
penyembuhan luka primer apabila tepi-tepi kulit merapat atau saling berdekatan
sehingga mempunyai resiko infeksi yang rendah. Penyembuhan terjadi dengan
cepat, seperti pada luka insisi pada pembedahan. Proses penyembuhan luka
sekunder apabila tepi luka tidak saling berdekatan, luka akan tetap terbuka
hingga terisi oleh jaringan parut, dan memerlukan waktu yang lebih lama
sehingga kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar, seperti pada : luka bakar,
dan luka laserasi yang parah (Perry & potter 2005).
Prinsip proses penyembuhan luka yaitu : kemampuan tubuh untuk
menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan
umum klien, respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap
terjaga, respon tubuh secara sistemik pada trauma, sirkulasi darah dari dan ke
jaringan yang luka, keutuhan kulit dan mukosa membrane disiapkan sebagai
garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme, penyembuhan
normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri
(Tylor, 2002).
2.3.4 Fase Proses penyembuhan luka
2.3.4.1 Fase Inflamasi
Fase inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai
setelah beberapa menit dan berlangsung selama 3 hari setelah cedera. Proses
18
perbaikan terdiri dari mengontrol perdarahan (hemostasis), mengirim darah dan
sel ke area yang mengalami cedera (inflamasi), dan membentuk sel-sel ephitel
pada tempat cedera (ephitelisasi). Selama proses hemostasis pembuluh darah
yang cedera akan mengalami kontriksi dan trombosit berkumpul untuk
menghentikan perdarahan. Bekuan darah membentuk matriks fibrin yang
nantinya akan menjadi kerangka untuk perbaikan sel. Jaringan yang mati dan sel
mast akan mengeluarkan histamin yang menyebabkan vasodilatasi kapiler
disekitarnya dan mengeluarkan serum serta sel darah putih kedalam jaringan
yang rusak. Hal inilah yang menimbulkan kemerahan, odema, hangat dan nyeri
lokal
2.3.4.2 Fase Proliferasi (Regenerasi)
Fase proliferasi terjadi dalam waktu 3 - 24 hari. Aktivitas utama selama
fase ini adalah mengisi luka dengan jaringan penyambung atau jaringan
granulasi yang baru dan menutup bagian atas luka dengan ephitelisasi
2.3.4.3 Fase Maturasi (Remodelling)
Maturasi yang merupakan tahap akhir proses proses penyembuhan luka,
dapat memerlukan waktu lebih dari 1 tahun, tergantung pada kedalaman dan
keluasan luka. Jaringan parut kolagen terus melakukan reorganisasi dan akan
menguat setelah beberapa bulan. Biasanya jaringan parut mengandung lebih
sedikit sel- sel pigmentasi dan memiliki warna yang lebih terang daripada warna
kulit normal (Perry & potter 2006)
19
Gambar 2.1 Proses penyembuhan Luka terdiri dari : Fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase Maturasi
2.3.5 Fisiologi Proses penyembuhan luka
2.3.6 Konsep Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka
Gambar 2.2 Skema fisiologi proses penyembuhan luka (Suriadi, 2007)
Injuri jaringan
Hemorogik, aktivasi platelet dan degranulasi, aktivasi system komplemen, pembekuan dan haemotasis
Rekrut sel melalui kemotaksis, fagositosis, dan debridement
Pengeluaran sitoksin dan mediator bioaktif lain, pertumbuhan sel dan aktivasi, reepitelisasi fogositosis dan debridement
Neovaskulerisasi, pembentukan jaringan granulasi, komtraksi luka
Terputusnya jaringan baru, remodeling ekstraseluler matrik dan penutupan luka
20
2.3.6 Konsep Mobilisasi Dini Terhadap Proses Penyembuhan Luka
Luka bedah mengalami stress selama masa penyembuhan. Stres dapat
diakibatkan nutrisi yang tidak adequate, gangguan sirkulasi dan perubahan
metabolisme. Mobilisasi dini dapat untuk mencegah komplikasi sirkulasi yaitu
dengan meningkatkan aliran balik vena dan aliran sirkulasi darah normal serta
mencegah statis sirkulasi (potter and perry,2006). Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian di RSUD. Dr. Pirngadi Medan (khairul, 2010) tentang efektifitas
mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka post SC didapatkan bahwa
mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan luka operasi.
Rangkaian mobilisasi dini yang dilakukan mulai dari gerakan kaki,
tungkai dan lengan, latihan miring , latihan duduk, serta belajar jalan harus
dilakukan secara bertahap dan diharapkan akan dapat melancarkan aliran
darah untuk membawa nutrisi yang cukup ke daerah luka, sehingga proses
regenerasi sel berlangsung sesuai dengan fase penyembuhan luka normal.
2.4 Konsep Dasar Lama hari Rawat
2.4.1 Pengertian Berhubungan Dengan Lama Hari Rawat
Lama Hari Perawatan atau Lama Rawat Inap adalah lama perawatan
dirumah sakit dihitung dari hari pertama masuk sampai hari terakhir keluar
(Muninjaya, 1999). Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan
rawat inap yang lebih lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat
lambatnya kesembuhan ibu akibat proses pembedahan. Apabila terjadi
komplikasi khususnya komplikasi setelah post pembedahan perlu mendapat
perhatian yang besar karena beberapa komplikasi dapat terjadi setelah operasi
dan apabila tidak ditangani dengan baik, maka lama hari rawat pasien akan
21
menjadi panjang yang akhirnya dapat menyebabkan dampak pada peningkatan
biaya perawatan (Corwin & Elizabeth J, 2001).
2.4.3 Konsep Mobilisasi Dini Terhadap Lama Hari Rawat
Penelitian menunjukan bahwa nyeri berkurang seiring dengan
mobilisasi dini yang dilakuakan. Catatan perbandingan memperlihatkan bahwa
frekuensi nadi dan suhu kembali normal lebih cepat bila pasien berupaya untuk
mencapai tingkat aktifitas normal. Akhirnya lama hari rawat dirumah sakit akan
memendek (Bare & Smeltzer, 2002).
Hal ini sesuai dengan penelitian ( Andari, 2007 ) yang menyatakan
bahwa mobilisasi dini dapat mempercepat penyembuhan dan mengurangi lama
hari rawat di rumah sakit sehingga mengurangi biaya perawatan dan dapat
member keuntungan bagi rumah sakit.
22
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
KETERANGAN :
: Di teliti
: Tidak di teliti
Gambar 3.1 Kerangka konsep pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka dan lama hari rawat
PROSESPROSES
INPUTINPUT OUTPUTOUTPUT
Penatalaksanaan dan perawatan
Personal hygiene
Obat-obatan
Cairan elektrolit dan nutrisi
Mobilisasi dini
Perawatan luka
Pasien post pembedahan SC
Evaluasi hasil
Komplikasi post pembedahan
Lama hari rawat
Penyembuhan luka
23
3.2 Uraian Kerangka Konsep
Pasien post pembedahan SC akan mengalami perubahan fisiologis
tubuh dan membutuhkan perawatan yang kompleks untuk menghindari
komplikasi . Perawatan dan penatalaksanaan yang diberikan pada pasien post
pembedahan antara lain : Obat-obatan, cairan elektrolit dan nutrisi, perawatan
luka, kenyamanaan, personal hygiene, eliminasi, dan mobilisasi dini
Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi
fisiologis. Adapun manfaat mobilisasi dini pada pasien post pembedahan adalah
melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat
involusi alat kandungan, melancarkan fungsi gastrointestinal, serta meningkatkan
kelancaran peredaran darah, sehingga implikasi yang dapat diperoleh dari
mobilisasi dini adalah pengurangan jumlah hari rawat di Rumah Sakit karena
dapat mengurangi komplikasi post pembedahan dan mempercepat proses
penyembuhan luka.
Lama hari rawat merupakan salah satu unsur asuhan dan pelayanan di
Rumah Sakit yang dapat dinilai atau di ukur. Adapun lama hari perawatan post
pembedahan yaitu dengan menghitung selisih antara tanggal pulang dengan
tanggal hari pertama pembedahan.
Proses penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks
karena berbagai kegiatan bio-seluler, biokimia terjadi berkesinambungan.
Penggabungan respons vaskuler, aktifitas seluler dan ternbentuknya bahan kimia
sebagai substansi mediator didaerah luka yang merupakan komponen yang
saling terkait pada proses proses penyembuhan luka, tidak hanya terbatas pada
24
proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor
enxogen seperti : umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, serta kondisi
metabolik.
3.3 Hipotesa penelitian
Ada pengaruh mobilisasi dini dalam mempercepat proses
penyembuhan luka dan mengurangi lama hari rawat pada pasien post
pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.
25
BAB IV
Metode Penelitian
4.1 Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan quasi-eksperimen research, yaitu penelitian
yang mengungkapkan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol
disamping kelompok eksperimen yang dipilih dengan tidak menggunakan teknik
acak (Notoatmodjo, 2010). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Posttest Only Control Group Design kelompok eksperimen diberi
perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tidak, pada kedua kelompok setelah
pemberian perlakuan diadakan pengukuran (post-test) (Nursalam, 2008).
Rancangan (Posttest Only Control Group Design) menurut (Nursalam,
2008) yaitu sebagai berikut :
pretest Perlakuan Posttest
Keterangan :
- : Intervensi lainya
- I O
- - O
26
I : intervensi/perlakuan
O : Observasi posttest
Rancangan penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu : kelompok
pertama pasien yang menjalani pembedahan SC diberikan perlakuan mobilisasi
dini yang selanjutnya kelompok pertama ini disebut dengan kelompok perlakuan,
sedangkan kelompok kedua pasien yang menjalani pembedahan SC tetap
diberikan perlakuan standar yaitu mobilisasi sesuai dengan (SOP), selanjutnya
kelompok ini disebut kelompok kontrol.
27
4.2 kerangka Kerja
Menentukan populasi
consecutiveSampling
Kelompok eksperimen
Menentukan sample yang memenuhi Kriteria sample
Diberikan intervensi mobilisasi dini selama 15-20 menit
dimulai ± 4 jam pertama mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut dan kaki
Setelah 6-12 jam dilakukan pengukuran tekanan darah, apabila tidak ditemukan hipotensi orthosthatik latihan dapat dilanjutkan dengan belajar duduk, tegak dan kuatkan tubuh pada posisi stabil
Setelah 24 jam latihan berdiri dalam kondisi stabil lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan pasien
Hari 2 mampu berjalan mandiri
Kelompok kontrol
Diberikan intervensi mobilisasi sesuai SOP yang berlaku di Ruang
Brawijaya
Jika pasien dengan General Anestesi umum dilakukan sedini mungkin setelah operasi yang penting pasien sadar betul
Mobilisasi dimulai ± 6-8 jam setelah post pembedahan dengan melakukan gerakan pada daerah kaki yaitu dengan cara menekuk kedua kaki, kemudian miring kiri kanan dan bila sudah tidak pusing lagi belajar untuk duduk dan berdiri
28
Mengidentifikasi proses penyembuhan luka dan lama hari rawat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Analisa data dengan Uji- T-test 2 sampel
Penyajian hasil penelitian
Penyajian hasil penelitian
29
4.3 Populasi, sampel dan sampling
4.3.1 Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2010) adalah keseluruhan objek penelitian
atau objek yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
seluruh penderita yang menjalani pembedahan SC pada ruang Brawijaya di
RSUD Kanjuruhan Malang Berdasarkan hasil studi pendahuluan, rata-rata
populasi dalam 2 tahun terakhir berjumlah 443 klien per tahun.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang telah di pilih dengan sampling
tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2008).
4.3.2.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah:
a. Pasien post pembedahan SC elektif di ruang Brawijaya RSU Kanjuruhan
Malang
b. Pasien yang menjalani pembedahan SC pertama kali
c. Pembedahan SC melalui anastesi spinal
d. Pasien yang menjalani pembedahan SC dengan jenis sayatan Ismika
yaitu sayatan / insisi melintang dari kiri ke kanan (horizontal)
e. Pasien yang menjalani pembedahann SC dengan penggunaan antibiotic
profilaksis
30
f. Pasien dengan status gizi baik melalui indicator kadar Hemoglobin > 10
gr %
g. Pasien yang menjalani pembedahan SC dengan indikasi medis baik dari
ibu maupun bayi
h. Pasien yang bersedia menjadi responden
i. Usia di antara 20 - 35 tahun.
j. Pasien dalam keadaan sadar, dapat membaca, dan menandatangani
informed consent pada H-1 pembedahan
k. Pasien mampu dan bersedia menerima perlakuan mobilisasi dini
4.2.2.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel,
diantaranya adalah:
a. Pasien post pembedahan SC murni dengan komplikasi sistemik
b. Pasien post pembedahan SC yang mengalami hipotensi ortostatik
c. Pasien post pembedahan SC kedua, ketiga dan seterusnya
d. Pasien dengan pembedahan SC Emergency
4.3.2.2 Besar Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan rumus
penentuan sampel untuk populasi kecil (< 10.000), yaitu:
Keterangan:
n = Besar sampel
31
N = Besar Populasi
d2 = Tingkat kepercayaan yang diinginkan
Dari hasil rata-rata studi pendahuluan didapatkan estimasi operasi SC
rata-rata selama dua tahun terakhir adalah 443 kasus per tahun. Berdasarkan
rumus tersebut dengan jumlah populasi diperkirakan 443 kasus SC/tahun
dengan selang kepercayaan yang diinginkan 95%, maka besar sampel adalah:
Berdasarkan hasil tersebut peneliti menetapkan jumlah sampel 20 orang
untuk tiap kelompok sesuai dengan pembulatannya, baik kelompok kontrol
maupun kelompok perlakuan sehingga total sampel berjumlah 40 orang.
4.3.3 Sampling
Hakikat dari pengambilan sample dengan teknik non probability
sampling adalah pengambilan sampel yang tidak didasarkan atas kemungkinan
yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-
segi kepraktisan belaka (Notoatmodjo, 2010). Adapun teknik yang digunakan
adalah consecutive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukan dalam penelitian sampai kurun
waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan terpenuhi. Dimana setiap
unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama sebagai sampel, setelah
32
ditentukan jumlah sampel yang akan diteliti dan dibagi dalam kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan, selanjutnya pemilihan sampel dilakukan dengan cara
undi berdasarkan urutan jadwal operasi, yang mana nomor ganjil akan dikenai
sebagai kelompok perlakuan sedangkan nomor urut genap sebagai kelompok
kontrol.
4.3.3.1 Kelompok perlakuan
Terdiri dari pasien yang telah menjalani pembedahan SC yang akan
diberi perlakuan mobilisasi dini
4.3.3.2 Kelompok kontrol
Kelompok ini terdiri dari pasien yang menjalani pembedahan SC yang
mendapatkan perlakuan mobilisasi standar sesuai dengan SOP yang diterapkan
di Ruang Brawijaya, hal ini dilakukan guna mempertimbangkan masalah etik
penelitian
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1 Variabel Independent / Variabel Bebas
Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel
lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu
dampak pada variabel dependen. Dalam ilmu keperawatan, variabel dependen
biasanya merupakan stimulus atau intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien untuk mempengaruhi tingkah laku klien, ( Nursalam, 2008). Adapun
variabel independen dalam penelitian ini adalah Intervensi mobilisasi dini.
4.4.2 Variabel Dependent / Variabel Terikat
33
Variabel dependent adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel
lain. Variabel respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variable –
variable lain. Dengan kata lain variable terikat adalah faktor yang diamati dan
diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel
independen / variabel bebas. ( Nursalam, 2008). Variabel Dependen dalam
penelitaian ini adalah proses penyembuhan luka dan lama hari rawat.
4.5 Defenisi Operasional
Tabel 4.1 Defenisi Operasional Penelitian
NO Variabel Defenisi Operasional
Parameter Hasil Ukur Skala ukur
1 Independent
Mobilisasi Dini
Kemampuan untuk melakukan mobilisasi mulai dari 4 jam pertama post pembedahan s/d mampu berjalan mandiri serta mampu mengontrol semua area tubuh
Tindakan klien dalam melaksanakan mobilisasi mulai dari H=0 post pembedahan S/d hari ke= 2 post pembedahan:
dimulai 4 jam pertama mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut dan kaki
Setelah 6-10 jam dilakukan pengukuran tekanan darah, apabila tidak ditemukan hipotensi orthosthatik latihan dapat dilanjutkan dengan belajar duduk dan kuatkan tubuh pada posisi stabil
34
Setelah 24 jam latihan berdiri dalam kondisi stabil lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan pasien
Hari 2 mampu berjalan mandiri
2 Dependent
Proses penyembuhan luka
Suatu bentuk proses pemulihan luka setelah SC yang dinilai hari ke-3 post pembedahan , diukur dengan instrument observasi berdasarkan fase penyembuhan luka
Lembar observasi terdiri dari 4 aspek penilaian yaitu edema, teraba hangat, pus, nyeri. dengan jawaban ya dan tidak, jawaban ya dengan skor 1, dan jawaban tidak skor 0.
Untuk menghindari subyektifitas nyeri maka pengukuran tingkat nyeri menggunakan verbal analog scale (VAS) yang terdiri dari 5 kata pendeskripsian, mulai dari 0=tidak nyeri, 1-3=nyeri ringan, 4-6=nyeri sedang, 7-9=nyeri berat, 10=nyeri sangat berat
Skor proses penyembuhan luka berkisar antara 0-4
Interval
3 Dependent
Lama Hari Rawat
Yang dimaksud lama hari rawat post pembedahan penelitian ini adalah lama perawatan di RS dihitung dari hari pertama pembedahan sampai hari terakhir keluar
Lembar observasi yang dinilai lama hari rawat
lama hari rawat dalam jumlah hitungan hari
Interval
35
dari RS
4.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.6.1 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam
mengumpulkan data ( arikunto 2010). Proses pengambilan dan pengumpulan
data dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan penilaian terhadap proses
penyembuhan luka diperoleh dari hasil observasi pada saat pergantian balutan
pertama kali yaitu hari ke 3 post pembedahan menggunakan lembar observasi
(Modifikasi dari buku Smeltzer dan Bare, 2003 dan lembar observasi TA Tri
Pranawaningsih, Univ Brawijaya 2003) yang terdiri dari 4 aspek penilaian yaitu :
luka terasa nyeri, luka teraba hangat, luka edema/bengkak luka ada pus, dengan
jawaban ya dan tidak, jawaban ya dengan skor 1, dan jawaban tidak skor 0.
Untuk menghindari subyektifitas nyeri pada kategori penyembuhan luka
maka pengukuran tingkat nyeri menggunakan Untuk menghindari subyektifitas
nyeri maka pengukuran tingkat nyeri menggunakan verbal analog scale (VAS)
yang terdiri dari 5 kata pendeskripsian, mulai dari 0=tidak nyeri, 1-3=nyeri ringan,
4-6=nyeri sedang, 7-9=nyeri berat, 10=nyeri sangat berat. Sedangkan penilaian
terhadap lama hari diperoleh dari dokumentasi pada status pasien dengan
menggunakan lembar observasi.
4.6.2 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kanjuruhan Malang pada Ruang
Brawijaya dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011.
36
4.6.3 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh rekomendasi dari
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FK Brawijaya dan permintaan ijin ke
Direktur RSUD Kanjuruhan Malang, Tembusan disampaikan kepada Bagian
Penelitian dan Pengembangan setelah mendapat ijin penelitian dari Direktur
melalui bagian Penelitian dan Pengembangan yang di teruskan ke Ruangan
Brawijaya selanjutnya kepada Kepala Ruangan Brawijaya.
Pengambilan data dimulai dengan mengumpulkan data pada pasien
yang menjalani pembedahan SC. Responden yang sesuai kriteria inklusi
diberikan penjelasan tentang prosedur penelitian dan penandatanganan surat
persetujuan sebagai responden. Tehnik pelaksanaannya adalah : setelah
sampel yang sesuai dengan kriteria dibagi 2 kelompok, untuk kelompok kontrol
tidak diberikan perlakuan mobilisasi dini, tetapi tetap diberikan perlakuan
mobilisasi standar yang berlaku di ruang Brawijaya yaitu Mobilisasi dimulai 6- 8
jam setelah post pembedahan dengan melakukan gerakan pada daerah kaki
dengan cara menekuk kedua kaki, kemudian miring kiri kanan dan bila sudah
tidak pusing lagi belajar untuk duduk dan berdiri.
Sedangkan pada kelompok perlakuan diberikan intervensi mobilisai dini
oleh peneliti dimulai 4 jam pertama mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut
dan kaki, setelah 6-10 jam dilakukan pengukuran tekanan darah, apabila tidak
ditemukan hipotensi orthosthatik latihan dapat dilanjutkan dengan belajar duduk
37
dan kuatkan tubuh dalam posisi stabil, setelah 24 jam latihan berdiri dalam
kondisi stabil lanjutkan dengan mencoba melangkah sedikit demi sedikit sesuai
dengan kemampuan pasien, Hari ke-2 mampu berjalan mandiri, intervensi ini
dilaksanakan pada kedua kelompok selama 2 hari post pembedahan (mulai
H=0 pelaksanaan pembedahan sampai hari kedua post pembedahan).
Penilaian proses penyembuhan luka didapatkan melalui observasi pada
saat mengganti balutan pertama kali yaitu pada hari ke-3 post pembedahan,
menggunakan lembar observasi Modifikasi dari buku Smeltzer dan Bare, 2003
dan lembar observasi TA Tri Pranawaningsih, Univ Brawijaya 2003 yang terdiri
dari 4 aspek penilaian yaitu : luka terasa nyeri, luka teraba hangat, luka
edema/bengkak luka ada pus, dengan jawaban ya dan tidak, jawaban ya dengan
skor 1, dan jawaban tidak skor 0. Dengan penilaian semakin kecil skor semakin
baik proses penyembuhan luka tersebut, Untuk menghindari subyektifitas nyeri
pada kategori penyembuhan luka maka pengukuran tingkat nyeri menggunakan
Untuk menghindari subyektifitas nyeri maka pengukuran tingkat nyeri
menggunakan verbal analog scale (VAS) yang terdiri dari 5 kata pendeskripsian,
mulai dari 0=tidak nyeri, 1-3=nyeri ringan, 4-6=nyeri sedang, 7-9=nyeri berat,
10=nyeri sangat berat.
Untuk menghitung lama hari rawat dilakukan oleh peneliti dengan cara
menghitung selisih antara tanggal pasien pulang dikurangi tanggal pertama
dilakukan pembedahan pada dokumentasi status pasien.
38
4.6.4 Cara Analisis Data
4.6.4.1 Analisa Univariat
Analisa dilakukan pervariabel penelitian. Variabel yang dimaksud adalah
variabel dependent yaitu proses penyembuhan luka dan lama hari rawat
sedangkan variabel independent adalah mobilisasi dini
Untuk variabel dependent adalah : penilaian proses penyembuhan luka
didapatkan melalui observasi pada saat mengganti balutan pertama kali yaitu
pada hari ke-3 post pembedahan, sedangkan untuk menghitung lama hari rawat
dilakukan oleh peneliti dengan cara menghitung selisih antara tanggal pasien
pulang dikurangi tanggal pertama dilakukan pembedahan pada dokumentasi
status pasien.
Untuk variabel independent : Mobilisasi dini terdiri dari : dari 4 tahap
intervensi pada pasien dalam melaksanakan mobilisasi selama 2 hari post
pembedahan: yaitu : latihan tungkai, latihan duduk, turun dari tempat tidur dan
jalan.
4.6.4.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk memperoleh gambaran pengaruh antar
variable independent (mobilisasi dini) dan variable dependent (lama hari rawat
dan proses penyembuhan luka). Data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah
39
data kontinyu atau numerik/ parametrik. Statistik parametrik yang digunakan
untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independent adalah Uji-T-Test
dua sampel. Rumus yang digunakan adalah :
keterangan :
t = Nilai T hitung
d = rata-rata deviasi/selisih sampel 1 dengan sampel 2
SD_d = standar deviasi dari deviasi/selisih sampel 1 dan sampel 2
N = Jumlah sampel
Setelah didapatkan nilai t hitung maka dicari nilai p melalui t tabel, bila hasil p
value lebih kecil dari α maka dapat diputuskan Ho ditolak.
4.7 Etik Penelitian
4.7.1 Inform concent (persetujuan)
Responden ditetapkan setelah terlebih dahulu mendapatkan penjelasan
tentang kegiatan penelitian, tujuan dan dampak bagi penderita, serta setelah
responden menyatakan setuju untuk dijadikan responden secara tertulis melalui
Inform concent. Calon responden yang tidak menyetujui untuk dijadikan
responden tidak akan dipaksa.
4.7.2 Anominity (tanpa nama)
dT =
SD_d / √n
40
Seluruh responden yang dijadikan dalam sampel penelitian tidak akan
disebutkan namanya baik dalam pengelompokan data maupun dalam penyajian
pelaporan penelitian.
4.7.3 Confidentiallity (kerahasiaan)
Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian akan dirahasiakan
identitas spesifiknya (nama, gambar/foto, ciri-ciri fisik) dan hanya informasi
tertentu saja yang ditampilkan.
4.7.4 Benefience (manfaat)
Penelitian ini mengutamakan manfaat untuk semua subyek penelitian
sebelum dan sesudah pelaksanaan treatmen.
4.7.5 Justice (keadilan)
Dalam penelitian ini diberikan treatmen yang sama pada seluruh
kelompok perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tetap diberikan treatmen
mobilisasi sesuai dengan SOP yang berlaku di ruang Brawijaya.agar prinsip
keadilan tetap terpenuhi.
41
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian yang berjudul
pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhyan luka dan lama hari
rawat pada pasien post pembedahan SC di Ruang Brawijya RSUD Kanjuruhan
Malang yang dilakukan pada bulan Desember 2011. Populasi yang digunakan
adalah semua populasi yaitu seluruh penderita yang menjalani pembedahan SC
pada ruang Brawijaya di RSUD Kanjuruhan Malang dengan menggunakan
tekhnik consecutive sampling.
Dalam penelitian ini jumlah responden yang diteliti sebanyak 40 orang,
20 orang pasien sebagai kelompok perlakuan dan 20 orang pasien sebagai
kelompok kontrol. Data yang diperoleh meliputi :
1. Data umum, karakteristik responden menurut usia
2. Data khusus, yang berisi hasil identifikasi proses penyembuhan luka dan
lama hari rawat antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol,
selanjutnya disimpulkan pengaruh proses penyembuhan luka dan lama
hari rawat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
42
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Data Umum Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Pada bagian ini diuraikan tentang karakteristik responden yang
menjadi subjek penelitian berdasarkan usia
Gambar 5.1 Jumlah responden berdasarkan usia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang
Dari gambar 5.1 menunjukan bahwa distribusi responden
terbanyak adalah berusia 26-30 tahun sebanyak 16 orang ( 40 %), usia >
30 tahun 11 orang ( 28 % ), usia 20-25 tahun sebanyak 9 orang ( 22 % ), ,
43
sedangkan responden yang terkecil adalah berusia < 20 tahun sebanyak
4 orang ( 10% ).
5.1.2 Data Khusus Responden Berdasarkan Hasil Identifikasi Proses
Penyembuhan Luka dan Lama Hari Rawat
Pada bagian ini akan diidentifikasi pengaruh mobilisasi dini
terhadap proses penyembuhaan luka dan lama hari rawat pada
kelompok perlakuan yaitu kelompok yang diberi intervensi mobilisasi dini
mulai dari 4 jam post pembedahan dan kelompok kontrol yaitu kelompok
yang diberikan intervensi mobilisasi mulai dari ± 6-8 jam post
pembedahan
Gambar 5.3 Grafik Hasil identifikasi proses penyembuhan luka antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi dini di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang
44
Berdasarkan gambar 5.3 diketahui pada kelompok perlakuan
didapatkan 5 responden (25%) mempunyai skor proses penyembuhan
0 sedangkan 12 responden (60%) dengan skor 1 dan 3 responden
(15%) dengan skor 2 . Adapun pada kelompok kontrol didapatkan 2
responden (10%) mempunyai skor proses penyembuhan 0, sedangkan
ada 7 responden (35%) dengan skor 1, dan 9 responden (45%) dengan
skor 2 serta 2 responden (10%) dengan skor 3.
Gambar 5.2 Grafik hasil identifikasi lama hari rawat antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi dini di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang
Berdasarkan gambar 5.2 diketahui pada kelompok perlakuan
didapatkan 17 responden ( 85%) mempunyai lama hari rawat 3 hari dan 3
responden (15%) dengan lama hari rawat 4 hari. Adapun pada kelompok
45
kontrol didapatkan 11 orang (55%) mempunyai lama hari rawat 3 hari
sedangkan 6 responden (30%) dengan lama hari rawat 4 hari serta 3
responden (15%) dengan lama hari rawat selama 5 hari.
5.2 Analisa Data
5.2.1 Perbandingan pengaruh mobilisasi dini terhadap proses
penyembuhan luka setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok
perlakuan Dan Kelompok Kontrol
Tabel 5.1 Tabel perbandingan proses penyembuhan luka pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan nilai sig / P = 0,009 < dari 0,05
berarti ada perbedaan proses penyembuhan luka yang signifikan, antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dimana rata- rata skor proses
Variabel T valueXp Xk
Sig / p
Ket
Proses penyembuhan
luka-2,782 0,9 1,55 0,009 P<5 %
46
penyembuhan luka pada kelompok perlakuan (Xp=0,9) lebih kecil bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol (Xk=1,55) dengan asumsi
semakin kecil skor, maka semakin baik proses penyembuhan luka
tersebut. Berarti ada perbedaaan proses penyembuhan luka antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi
dini, kesimpulan H0 ditolak ada pengaruh mobilisasi dini dalam
mempercepat proses penyembuhan luka.
5.2.2 Perbandingan pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat
setelah dilakukan mobilisasi dini pada kelompok perlakuan Dan
Kelompok Kontrol
Tabel 5.2 Tabel perbandingan lama hari rawat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan nilai sig / P = 0,023 < dari 0,05
berarti ada perbedaan lama hari rawat yang signifikan, antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol, dimana rata- rata lama hari rawat pada
Variabel T value
Xp Xk
Sig /
p
Ket
Proses penyembuhan
luka-2,401 3,15 3,6 0,023 P<5%
47
kelompok perlakuan (Xp =3,15) lebih pendek bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol (Xk =3,6). Berarti ada perbedaaan lama hari rawat
antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan
mobilisasi dini, kesimpulan H0 ditolak ada pengaruh mobilisasi dini dalam
mengurangi lama hari rawat.
BAB 6
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil perbandingan pengaruh
mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka dan lama hari pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol pasien post pembedahn SC di Ruang Brawijaya
RSUD Kanjuruhan Malang.
6.1 Perbandingan Pengaruh mobilisasi Dini terhadap Proses
Penyembuhan Luka pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai setelah beberapa menit
dan berlangsung selama 3 hari setelah cedera. Proses perbaikan terdiri
dari mengontrol perdarahan (hemostasis), mengirim darah dan sel ke
48
area yang mengalami cedera (inflamasi), dan membentuk sel-sel ephitel
pada tempat cedera (ephitelisasi). Selama proses hemostasis pembuluh
darah yang cedera akan mengalami kontriksi dan trombosit berkumpul
untuk menghentikan perdarahan. Bekuan darah membentuk matriks fibrin
yang nantinya akan menjadi kerangka untuk perbaikan sel.
( perry & potter 2006 )
Pasien post SC juga dapat terjadi Deep vein thrombosis pada
dikarenakan perubahan susunan darah, kadar fibrinogen serta faktor ion
trombosit pada saat terlepasnya plasenta, sehingga menimbulkan
pembekuan darah, perlukaan tunika intima pembuluh darah pada
persalinan terutama dengan pembedahan, kemungkinan terdapat
gangguan pada pembuluh darah terutama didaerah pelvis. Thrombosis
bisa terdapat pada vena-vena di tungkai, tetapi juga mungkin terdapat
vena-vena dipanggul (Prasetyo, 2002)
. Mobilisasi dini dapat meningkatkan frekuansi denyut jantung
maksimal yang dapat dicapai oleh pasien post pembedahan. Peningkatan
frekuensi denyut jantung dapat meningkatkan sirkulasi sehingga nutrisi
untuk penyembuhan mudah didapat pada derah luka. Selama mobilisasi
dini aliran darah dapat meningkat maksimum, hampir separuh dari
kenaikan ini merupakan vasodilatasi intramuskular yang disebabkan oleh
pengaruh langsung kenaikan metabolisnme otot, dimana yang paling
penting adalah kenaikan tekanan arteri dalam tingkat sedang terjadi
selama mobilisasi dini (guyton, 2006).
Salah satu tujuan mobilisasi dini menurut (Garrison, 2004)
memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat proses
49
penyembuhan luka. Sirkulasi menuju jaringan luka serta mukosa
membrane disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri
dari mikroorganisme, penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka
bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri (Tylor, 2002)
Mobilisasi dini juga dapat memperbaiki aliran darah sehingga
mempercepat proses penyembuhan luka, meningkatkan aliran balik vena
dan aliran sirkulasi darah normal serta mencegah statis sirkulasi
(potter & perry, 2006).
Dalam penelitian ini diketahui pada kelompok perlakuan
didapatkan 5 responden (25%) mempunyai skor proses penyembuhan 0,
sedangkan 12 responden (60%) dengan skor 1, dan 3 responden (15%)
dengan skor 2 . Adapun pada kelompok kontrol didapatkan 2 responden
(10%) mempunyai skor proses penyembuhan 0, sedangkan ada 7
responden (35%) dengan skor 1, dan 9 responden (45%) dengan skor 2
serta 2 responden (10%) dengan skor 3.
Dengan uji T didapatkan nilai sig / P = 0,009 < dari 0,05 berarti
ada perbedaan proses penyembuhan luka yang signifikan, antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dimana rata- rata skor proses
penyembuhan luka pada kelompok perlakuan (Xp=0,9) lebih kecil bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol (Xk=1,55) Berarti ada
perbedaaan proses penyembuhan luka antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi dini .
Pada kelompok perlakuan didapatkan hasil observasi skor proses
penyembuhan luka lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok kontrol
50
karena pada kelompok perlakuan mobilisasi dilakukan lebih dini yaitu ± 4
jam post pembedahan sehingga sirkulasi menuju luka menjadi lancar.
Sirkulasi darah akan membawa nurisi yang sangat dibutuhkan untuk
proses penyembuhan luka, Leukosit dan monosit akan mencapai luka
dalam beberapa jam, leukosit utama yang bekerja pada luka adalah
neutropil, yang berguna untuk memakan bakteri dan debris yang kecil,
sedangkan monosit akan berubah menjadi makrofag yang akan
membersihkan luka dari bakteri, serta mencerna asam amino dan glukosa
yang dapat membantu dalam penyembuhan luka, selanjutnya makrofag
akan melanjutkan proses pembersihan debris luka juga menyiapkannya
untuk perbaikan jaringan dan pembentukan fibroblast yaitu sel yang
mensintesa kolagen dan menjadi komponen utama jaringan parut. sel
ephitel bergerak dari bagian tepi luka dibawah dasar bekuan darah. Dan
terus akan berkumpul selama 48 jam. Akhirnya diatas luka akan terbentuk
lapisan tipis dari jaringan ephitel dan menjadi barier terhadap organism
penyebab infeksi dan dari zat-zat beracun
Ada 3 responden pada kelompok perlakuan yang mengalami
proses penyembuhan luka tidak baik, hal ini disebabkan karena ada
confounding faktor yang tidak bisa dikontrol dalam penelitian seperti cara
perawatan luka serta lingkungan tempat responden diirawat sehingga
memungkinkan untuk terjadinya infeksi pada luka Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh (widasari, 2008 ) yang menyatakan proses
penyembuhan luka tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bio seluler,
biokimia serta penggabungan respon vaskuler, namun juga dipengaruhi
oleh faktor eksogen.
51
Pada kelompok kontrol hasil observasi proses penyembuhan luka
didapatkan skor yang lebih tinggi dari kelompok perlakuan, disebabkan
karena pada kelompok kontrol mobilisasi dilakukan setelah ± 6 - 8 jam
post pembedahan , sehingga sirkulasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
ke daerah luka belum terpenuhi, akibatnya kerangka perbaikan sel pada
luka terhambat. Hal ini dikarenakan Leukosit dan monosit akan
terhambat mencapai luka. Adapun leukosit berguna untuk memakan
bakteri dan debris yang kecil, demikian juga monosit dipersiapkan
menjadi makrofag yang akan membersihkan luka dari bakteri dengan
cara fagositosis. Makrofag juga mencerna asam amino dan glukosa yang
dapat membantu dalam penyembuhan luka. Hal ini merupakan salah satu
alasan yang menyebabkan skor proses penyembuhan luka pada
kelompok kontrol lebih tinggi dari pada kelompok perlakuan yang lebih
dini melakukan mobilisasi.
6.2 Perbandingan Pengaruh mobilisasi Dini terhadap lama hari rawat
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
Lama perawatan setelah persalinan perabdominal lebih lama
dibandingkan dengan pervaginam (Liza, 2006). Penelitian menunjukan
bahwa nyeri berkurang seiring dengan mobilisasi dini yang dilakuakan.
Catatan perbandingan memperlihatkan bahwa frekuensi nadi dan suhu
kembali normal lebih cepat bila pasien berupaya untuk mencapai tingkat
aktifitas normal. Akhirnya lama hari rawat dirumah sakit akan memendek
(Bare & Smeltzer, 2002).
52
Dalam penelitian ini diketahui pada kelompok perlakuan
didapatkan 17 responden ( 85%) mempunyai lama hari rawat 3 hari dan 3
responden (15%) dengan lama hari rawat 4 hari. Adapun pada kelompok
kontrol didapatkan 11 orang (55%) mempunyai lama hari rawat 3 hari
sedangkan 6 responden (30%) dengan lama hari rawat 4 hari serta 3
responden (15%) dengan lama hari rawat selama 5 hari.
Pada kelompok perlakuan didapatkan hasil observasi rata=rata
lama hari rawat lebih pendek bila dibandingkan dengan kelompok kontrol
disebabkan oleh gerakan mobilisasi dini yang dilakukan dapat melatih
kekuatan otot-otot panggul serta involusi organ kandungan untuk kembali
normal, sehingga responden merasa lebih segar dan berdampak pada
lama hari rawat akan berkurang.
Penelitian menunjukan bahwa tingkat nyeri menurun dari nyeri
sedang menjadi nyeri ringan seiring dengan mobilisasi dini yang
dilakukan sehingga mampu mencapai tingkat aktifitas normal, serta
dapat memenuhi kebutuhan gerak harian. Akhirnya lama hari rawat
dirumah sakit berkurang.
Dengan uji T didapatkan nilai sig / P = 0,023 < dari 0,05 berarti
ada perbedaan lama hari rawat yang signifikan, antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol, dimana rata- rata lama hari rawat pada
kelompok perlakuan (Xp =3,15) sedangkan pada kelompok kontrol
(Xk =3,6), Berarti ada perbedaaan lama hari rawat antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi dini .
Ada 3 responden yang mempunyai lama hari rawat 4 hari
dikarenakan pada responden tersebut lamanya hospitalisasi atau rawat
53
inap pra operatif yang lebih panjang, sehingga berdampak pada
observasi hari ketiga keadaan luka terdapat tanda kemerahan.
Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang
lebih lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat
lambatnya kesembuhan ibu akibat proses pembedahan. Apabila
terjadi komplikasi khususnya komplikasi setelah post pembedahan perlu
mendapat perhatian yang besar karena beberapa komplikasi dapat terjadi
setelah operasi dan apabila tidak ditangani dengan baik, maka lama hari
rawat pasien akan menjadi panjang yang akhirnya dapat menyebabkan
dampak pada peningkatan biaya perawatan (Corwin & Elizabeth J, 2001).
Hal ini sesuai dengan penelitian ( Andari, 2007 ) yang
menyatakan bahwa mobilisasi dini dapat mempercepat penyembuhan
dan mengurangi lama hari rawat di rumah sakit sehingga mengurangi
biaya perawatan dan dapat memberi keuntungan bagi rumah sakit.
6.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang
mempengaruhi hasil yang diperoleh. Hal ini antara lain :
1. Peneliti tidak dapat mengontrol confounding factor antara lain: obat-
obatan, perawatan luka, cairan elektrolit dan nutrisi, serta personal
hygiene yang disebabkan karena keterbatasan waktu dan
kemampuan dari peneliti
2. Dalam penelitian ini belum bisa digeneralisasikan
3. Dalam penelitian ini karakteristik responden hanya dikategorikan
menurut umur.
54
BAB 7
PENUTUP
Pada bab ini akan disajikan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari
hasil penelitian dan saran-saran yang kiranya akan bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan mobilisasi dini dapat mempercepat proses penyembuhan
luka yang baik pada kelompok perlakuan
55
2. Pelaksanaan mobilisasi dini dapat mengurangi lama hari rawat pada
kelompok perlakuan
3. Ada perbedaan yang signifikan hasil identifiksi proses penyembuhan luka
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan
mobilisasi dini, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan rata- rata skor
proses penyembuhan luka pada kelompok perlakuan (Xp=0,9) lebih kecil
bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (Xk=1,55), berarti ada
pengaruh mobilisasi dini dalam mempercepat proses penyembuhan luka
pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol
4. Ada perbedaan yang signifikan hasil identifiksi lama hari rawat pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan mobilisasi
dini, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan rata- rata lama hari rawat
pada kelompok perlakuan (Xp =3,15) lebih pendek bila dibandingkan
dengan kelompok kontrol (Xk =3,6), berarti ada pengaruh mobilisasi dini
dalam mengurangi lama hari rawat.
7.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut :
7.2.1 Pengelola Rumah Sakit Umum Kanjuruhan Malang
1. Diharapkan ada kebijakan pelaksanaan mobilisasi dini diterapkan
pada semua pasien post pembedahan yang tidak mempunyai kontra
indikasi, yang bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan
luka dan mengurangi lama hari rawat
2. Diharapkan pelaksanaan mobilisasi dini dimulai ± 4 jam pertama post
pembedahan.
56
3. Mobilisasi dianjurkan untuk tetap dilakukan secara bertahap selama
dirumah
7.2.2 Peneliti Selanjutnya
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengontrol confounding
factor antara lain: obat-obatan, perawatan luka, cairan elektrolit dan
nutrisi, serta personal hygiene sehingga hasil penelitian dapat
digeneralisasikan karena dianggap dapat mewakili populasi yang
diteliti
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membedakan karakteristik
responden berdasarkan usia, tingkat pendidikan serta pekerjaan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2006. Prosedur penelitian Suatu pendekatan Praktik, Edisi Revisi V1, Rineka Cipta, Jakarta.
Anonim, 2009 Hubungan jenis persalinan dengan lamanya hari perawatan ibu post partum, diakses tanggal 2 juni 2011, (http://www.blogtopsites.com/outpost/c962acee9b69501df6a0357b44165a14 )
Anonim, 2011 Perbedaan efektifitas mobilisasi aktif dan pasif terhadap kecepatan pemulihan pada pasien post seksio sesaria di ruang rawat inap kebidanan rumah sakit baptis Kediri, diakses tanggal 2 juni 2011 (http://cungkringgendut.blogspot.com/2011/02/perbedaan-efektifitas-mobilisasi-aktif.html)
Anonim, 2010 Faktor- faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post section caesarea di ruang kebidanan RSUD Solok Tahun 2009, diakses tanggal 2 juni 2011 (http://www.scribd.com/doc/50852603/perawatan-luka),
Anonim, 2009 Pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka diakses 2 juni 2011 (http://www.scribd.com/doc/50144955/PROPOSAL-LIS-REVISI
57
Bariah, Khairul, 2010. Efektifitas mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan pasien pasca bedah seksio cesaria, TA Universitas sumatera utara, Medan
Cunningham, f. Gery,dkk, 2005. Obstetri Williams, volume 1, EGC, Jakarta
DepKes RI. 2006. profil kesehatan Indonesia 2006. indonesia department kesehatan pusat data dan informasi . DepKes RI. 2008, Jakarta. Diakses tanggal 10 juli 2011 (http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indonesia%.pdf)
Dwi Andari, 2007. Pengaruh terapi latihan dini terhadap percepatan ambulasi pasien rawat inap paska seksio saesaria, TA Universitas muhamadiyah Surakarta. Semarang
Fette Andreas,et all, 2006 A clinimetric analysis of wound measurement tools, diakses tanggal 10 november (Clinimetric-Analysis-Wound-Measurement-Tools.html)
Hidayat, A, 2009. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Salemba Medika, Jakarta
Hidayah Ramadhani nur, 2007. Pengaruh Penyuluhan Tentang Mobilisasi Dini terhadap Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Pasien Post Operasi Abdomen, TA Brawijaya Malang
Kasdu, 2007. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Puspa Sehat, Jakarta.
Kozier et all, 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik Edisi 2, EGC, Jakarta
Mandee sahatse et all, Time duration to safety sitting in parturient receiving spinal anesthesia for caesarean section receiving with 0,5 % bupivacaine and morphine, Asian Biomedical Vol 4 no june 2010 diakses tanggal 5 september,2011 (http://www.aja-online.com/fileadmin/user_upload/Edition_pdfs/2010/04___2010/09_Time_to_sit_safely_in_parturients.pdf )
Manuaba, 2002. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta
Mansjoer Arif.,et.all 2004. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeskulapius. Jakarta
.Moya J. Morison, 2003. Seri Pedoman Praktis Manajemen Luka, EGC, Jakarta
Muninjaya, 1999. Manajemen Kesehatan, EGC Jakarta
58
Muttaqin Arif, 2009. Asuhan keperawatan perioperatif, EGC, Jakarta
Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan Edisi 2, Salemba Medika, Jakarta.
Notoatmodjo Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta
Novita Liza, 2007. Tinjauan lama hari perawatan pasca seksio sesarea di instalasi rawat ianp obstetric dan ginekologi RSUD Arifin Achmad, TA Universitas Riau, Pekan Baru
Patricia Ann Dempsey, Arthur D. Dempsey, 2002. Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan Edisi 4, EGC, Jakarta
Potter dan Perry, 2006. Fundamental Perawatan Edisi 1V, EGC, Jakarta
Pranawaningsih tri , 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, TA Brawijaya, Malang
Prasetyo Hudaya, 2002. Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi. Politeknik Kesehatan. Surakarta
Saifudin Abdul Bari, 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo, Jakarta
Sastroasmoro Sudigdo, Ismail Sofyan, 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis, EGC, Jakarta
Sri Gitarja Widasari, 2008. Perawatan Luka Diabetes, Wocare Indonesia, Bogor.
Smeltzer, Suzanne C, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and
Sudarth, EGC Jakarta
Sugiyono, 2010. Statistik Untuk Penelitian Cetakan ke-17, Alfabeta, Bandung
Syamsuhidayat, R & Jong, W.D, 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, EGC, Jakarta
Tylor Wendy dan Jhonson Ruth, 2002. Buku ajar praktik kebidanan, EGC,
Jakarta
Wiknjosastro, 2007 Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo, Jakarta
Wood and Haber, 2010. Nursing Research Method and Critical Apprasial for Evidance Base Practice, seven edition, Mosby Elsevier
59
Lampiran: 1
LEMBAR INFORMASI
Identitas Peneliti
Nama : Mubin Barid
Alamat : Jl. Ters Kerbang Turi 43 Malang
Pendidikan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang
Tujuan : Penelitian
Judul Penelitian : Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Proses Penyembuhan
Luka dan Lama Hari Rawat Pada Pasien Post
Pembedahan Sectio Caesarea
Pendahuluan
Dalam pembedahan akan terjadi perubahan fungsi fisiologis tubuh,
antara lain : Obat anaesthesi dapat menyebabkan depresi pernapasan, sehingga
resiko terjadinya muntah, kehilangan banyak darah secara aktual maupun
potensial pada area pembedahan, penurunan fungsi tubuh menyebabkan
60
turunnya metabolisme dan suhu tubuh, motilitas gastrointestinal juga melambat’
Perubahan yang terjadi harus dimonitor dan membutuhkan perawatan post
pembedahan yang kompleks untuk mengembalikan pada kondisi dan fungsi
fisiologis yang normal.
Peran perawat pada pasien post pembedahan SC diarahkan untuk :
mengembalikan fungsi fisiologis pada seluruh system secara normal, dapat
beristirahat dan memperoleh rasa nyaman, meningkatkan konsep diri, serta
tidak terjadi infeksi pada luka dan komplikasi post pembedahan Salah satu
upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi dan mengembalikan fungsi
fisiologis tubuh dapat dilakukan dengan mobilisasi dini.
Mobilisasi dini ialah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing pasien untuk mempertahankan fungsi
fisiologis. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam
mempercepat pemulihan dan dapat mencegah komplikasi post
pembedahan. Dengan adanya mobilisasi dini diharapkan akan
menyebabkan perbaikan suplai darah sehingga berhubungan terhadap
kecepatan proses penyembuhan luka, Pada pasien SC terjadi
perlukaan baik pada dinding abdomen (kulit dan otot perut) dan dinding
uterus. Adanya luka post SC merupakan salah satu faktor yang memperpanjang
lama perawatan pasien post pembedahan SC di Rumah sakit.
Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
b. Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat dan
penyembuhan luka pada pasien post pembedahan SC di Ruang
Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.
b. Tujuan Khusus
5. Mengobservasi proses penyembuhan luka pasien post pembedahan SC
pada kelompok kontrol dan kelompok yang mendapatkan perlakuan di Ruang
Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.
61
6. Mengobservasi lama hari rawat pasien post pembedahan SC pada kelompok
kontrol dan kelompok yang mendapatkan perlakuan di Ruang Brawijaya
RSUD Kanjuruhan Malang.
7. Membandingkan pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan
luka pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pasien post
pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang
8. Membandingkan pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pasien post pembedahan SC di
Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang
Data yang diperlukan dalam penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data hasil observasi
penyembuhan luka dan lama hari rawat setelah penderita melaksanakan
mobilisasi dini pada hari pertama sampai dengan hari ketiga post pembedahan.
Keuntungan dari Penelitian
1. Dengan melaksanakan mobilisasi dini dapat melancarkan aliran darah
sehingga mempercepat proses penyembuhan luka pembedahan dan
mengurangi lama hari rawat
Ketidaknyamanan dari Penelitian
1. Menyita waktu responden selama pelaksanaan mobilisasi
2. Adanya rasa nyeri pada luka operasi saat melakukan mobilisasi.
Kerahasiaan
Hasil penelitian ini dijamin kerahasiaannya. Hanya saudara dan peneliti yang
mengetahui hasil dari observasi.
Partisipasi Saudara dalam Penelitian ini
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Bila saudara
memutuskan untuk turut serta dalam penelitian ini, saudara harus
menendatangani formulir yang menyatakan persetujuan saudara. Saudara akan
diberi satu copy dari lembar informasi pasien ini dan dapat meminta informasi
tambahan lain setiap saat selama penelitian berlangsung
62
Mengetahui,
Pembimbing I Peneliti
Kuswantoro Rusca Putra, S.kp.,M.Kep Mubin barid
NIP. 197905222005021002 Nim.105070209111001
Lampiran: 2
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN SEBAGAI SUBYEK PENELITIAN
Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi subyek penelitian dengan judul: Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap proses penyembuhan luka dan Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Pembedahan Sectio Caesarea Di Ruang Brawijaya RSUD kanjuruhan Malang
No. Subyek : ST / KE
1. Saya telah membaca Lembar Informasi penelitian ini dan telah menerima latar belakang, tujuan, jangka waktu beserta resiko penelitian serta peranan saya dalam penelitian ini.
2. Saya telah mengambil waktu untuk memikirkan keikutsertaan saya. Pertayaan saya telah dijawab dengan memuaskan dan saya telah menerima satu copy Lembar Informasi.
3. Saya telah mengerti keikutsertaan saya bersifat sukarela, atas pilihan saya sendiri dan saya dapat menolak atau mengundurkan diri dari penelitian ini setiap saat dan tidak akan mempengaruhi kesehatan saya.
4. Saya akan menghubungi dokter dan sekaligus peneliti bila saya mengalami gejala yang tidak biasa atau tidak diharapkan selama masa penelitian. Saya akan memberitahu dokter bila saya mendapat prosedur medis lain dalam penelitian. Saya juga memahami bila ada informasi lain yang dapat
63
mempengaruhi keikutsertaan saya dalam penelitian ini akan segera disampaikan kepada saya.
5. Saya menyadari bahwa bila saya tidak bekerja sama penuh sesuai permintaan dan petunjuk peneliti, saya akan membahayakan diri saya.
Malang, ……………..
Peneliti Yang membuat pernyataan,
Mubin barid
NIM: 105070209111001
Saksi I, Saksi II,
Lampiran 3
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
1. Saya Mubin Barid Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi
dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul pengaruh mobilisasi dini
terhadap proses penyembuhan luka dan lama hari rawat pada pasien
post Sectio Caesarea di Ruang Brawijaya RSUD kanjuruhan Malang
2. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini
terhadap proses penyembuhan luka dan lama hari rawat pada pasien
post pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang,
dengan tujuan khusus, mengidentifikasi proses penyembuhan luka pasien
post pembedahan SC pada kelompok kontrol dan kelompok yang
mendapatkan perlakuan di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang,
mengidentifikasi lama hari rawat pasien post pembedahan SC pada
kelompok kontrol dan kelompok yang mendapatkan perlakuan di Ruang
64
Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang, Membandingkan pengaruh
mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan pasien post pembedahan SC di Ruang Brawijaya
RSUD Kanjuruhan Malang, Membandingkan pengaruh mobilisasi dini
terhadap lama hari rawat pada kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan pasien post pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD
Kanjuruhan Malang.
3. Prosedur penelitian adalah dengan memberikan perlakuan mobilisasi baik
terhadap kelompok perlakuan maupun pada kelompok kontrol cara ini
mungkin menyebabkan responden takut tetapi anda tidak perlu kuatir
karena peneliti menjamin hak responden dengan prinsip Benefience yaitu
mengutamakan manfaat untuk semua subyek penelitian sebelum dan
sesudah pelaksanaan treatmen, serta Justice yaitu diberikan treatmen
yang sama pada seluruh kelompok perlakuan, sedangkan kelompok
kontrol tetap diberikan treatmen mobilisasi sesuai dengan SOP yang
berlaku di ruang Brawijaya.agar prinsip keadilan tetap terjaga.
4. Keuntungan yang anda peroleh dengan keikutsertaan, anda adalah
mobilisasi yang akan diberikan dapat mempercepat proses penyembuhan
luka karena aliran darah menjadi lancar, juga mempercepat berfungsinya
kembali organ-organ tubuh akibat pembiusan , sehingga akan dapat
mengurangi lama hari rawat inap di Rumah Sakit
5. Seandainya anda tidak menyetujui cara ini maka anda boleh tidak
mengikuti penelitian ini sama sekali. Untuk itu anda tidak akan dikenai
sanksi apapun.
6. Nama dan jati diri anda akan tetap dirahasiakan
65
Peneliti
Mubin Barid
105070209111001
Lampiran 4
SATUAN OPERASIONAL PELAKSANAAN ( SOP ) MOBILISASI DINI
Cara Melakukan Mobilisasi Dini ( Asian Biomedicine Vol. 4 No. 3 June 2010,
Bangkok, Thailand).
dimulai 4 jam pertama mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut dan kaki
Setelah 6-12 jam dilakukan pengukuran tekanan darah, apabila tidak
ditemukan hipotensi orthosthatik latihan dapat dilanjutkan dengan belajar
duduk, tegak dan kuatkan tubuh pada posisi stabil
Setelah 24 jam latihan berdiri dalam kondisi stabil lanjutkan dengan mencoba
melangkah sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan pasien
66
Hari 2 mampu berjalan mandiri
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI LAMA HARI RAWAT
POST PEMBEDAHAN
No responden Jumlah Hari Rawat
67
Lampiran 6
LEMBAR CHECKLIST PENILAIAN NYERI DENGAN VAS
( Visual Analog Scale)
NO
RESPONDEN
TIDAK
NYERI
NYERI
RINGAN
NYERI
SEDANG
NYERI
HEBAT
NYERI
SANGAT
BERAT
1
2
3
4
5
Pendeskripsian nyeri ini adalah
0 : Tidak nyeri
68
1-3 : Nyeri ringan : Secara obyektif klien dapat berkomunikasi
dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : Secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak
dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.
Lampiran 7
LEMBAR OBSERVASI PROSES PENYEMBUHAN LUKA PEMBEDAHAN
(Modifikasi dari buku SMELTZER DAN BARE, 2003 dan lembar observasi
TA Tri Pranawaningsih, Univ. Brawijaya 2003)
No Aspek yang dinilai Ya Tidak Skor
1 Luka terasa Nyeri
2 Luka Teraba hangat
3 Luka Edema/bengkak
4 Luka ada pus
69
Keterangan :
jawaban Ya : 1
jawaban Tidak : 0
semakin kecil skor, semakin baik proses penyembuhan luka
Lampiran 8
Tabulasi Data Penelitian
NO RESP
Umur LAMA HARI RAWAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA
1 26 3 0
2 24 3 0
3 28 3 1
4 25 3 1
5 31 3 1
6 22 4 2
7 30 3 1
8 24 3 1
9 27 3 1
10 26 3 1
70
11 28 3 0
12 31 4 2
13 32 3 1
14 30 4 2
15 28 3 1
16 26 3 1
17 34 3 0
18 31 3 1
19 33 3 1
20 35 3 0
21 32 3 1
22 27 4 2
23 26 3 1
24 24 4 2
25 19 3 1
26 19 5 3
27 25 4 2
28 29 3 1
29 30 3 1
30 34 4 2
31 25 5 3
32 28 3 0
33 29 3 1
34 27 3 2
35 32 3 2
36 24 4 2
37 19 4 2
38 21 5 2
39 35 3 1
40 18 3 0
71
KETERANGAN :
No Responden 1 - 20 : Kelompok perlakuan
No Responden 21 – 40 : Kelompok kontrol
Lampiran 9
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mubin Barid
NIM : 105070209111001
Program studi : Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini
benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil –
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan dan
pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa
72
Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang,……………………...
Yang membuat pernyataan,
( Mubin Barid )
NIM : 1050709111001
Lampiran 10
KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KETERANGAN KELAIKAN ETIK
(”ETHICAL CLEARANCE”)
No. /KEPK-FKUB/ EC / / 2011 /200
Setelah Tim Etik Penelitian Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya mempelajari dengan seksama rancangan penelitian yang diusulkan :
Judul : Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Proses Penyembuhan Luka Dan Lama Hari Rawat Pada pasien Post pembedahan Sectio Caesarea Di Ruamg Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang
Peneliti : Mubin Barid
NIM : 105070209111001
73
Unit / Lembaga : Jurusan Ilmu keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang.
Tempat Penelitian : RSUD Kanjuruhan Malang
Maka dengan ini menyatakan bahwa penelitian tersebut telah memenuhi syarat atau layak etik.
Malang,
An. Ketua
Koordinator Divisi I,
Prof. Dr. dr.Teguh Wahju Sardjono DTM & H, MSc, Sp.ParK
NIP.19520410 198002 1 001
Lampiran 11
FORMULIR ETIK PENELITIAN KESEHATAN
1. Peneliti : Mubin Barid
Mahasiswa Jurusan Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Dibawah Bimbingan Komisi Pembimbing:
a. Kuswantoro. R.P, M.Kep
b. Ns. Dina Dewi SLI, M.Kep
2. Judul Penelitian
Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap proses penyembuhan luka dan Proses
penyembuhan Luka Pada pasien Post pembedahan Sectio Caesarea Di Ruang
74
brawijaya RSUD kanjuruhan Malang
3. Subyek:
Pasien Post Pembedahan Sectio Caesarea Di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan
Malang
4. Perkiraan waktu penelitian yang dapat diselesaikan untuk tiap subyek:
Penelitian akan dilaksanakan selama 3 hari dalam 4 kali pertemuan selama ± 15-20
menit
5. Ringkasan usulan penelitian yang mencakup: a) obyektif/ tujuan penelitian,
b) manfaat/ relevensi dari hasil penelitian dan c) alasan/ motivasi untuk
melakukan penelitian:
a). Obyektif/ tujuan jangka pendek yang ingin dicapai adalah:
Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat dan proses
penyembuhan luka pada pasien post pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD
Kanjuruhan Malang
Secara khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi proses penyembuhan luka pasien post pembedahan SC
pada kelompok kontrol dan kelompok yang mendapatkan perlakuan di Ruang
Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.
2. Mengidentifikasi lama hari rawat pasien post pembedahan SC pada
kelompok kontrol dan kelompok yang mendapatkan perlakuan di Ruang
Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.
3. Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan terhadap lama hari rawat dan
proses proses penyembuhan luka pasien post pembedahan SC di Ruang
Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.
4. Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap proses proses penyembuhan
luka pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pasien post
pembedahan SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang.
75
b). Manfaat/ relevensi dari hasil penelitian
1. Teoritik
a. Dengan pemberian mobilisasi dini post pembedahan pada pasien SC
diharapkan dapat melancarkan aliran darah sehingga mempercepat
proses penyembuhan luka dan mengurangi resiko terjadinya komplikasi
serta dapat mengurangi lama hari rawat.
b. Dari segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
untuk kemajuan profesi keperawatan dalam bidang pengetahuan dan
tehnologi.
2. Praktik
a. Bagi pasien dengan melaksanakan mobilisasi dini post pembedahan
SC dapat mempercepat proses penyembuhan luka, mencegah
komplikasi dan mengurangi lama hari perawatan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan
pertimbangan bagi instansi dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan pada pada penerima jasa pelayanan.
c. Dapat digunakan sebagai data dasar, acuan atau informasi untuk
penelitian selanjutnya
c). Alasan/ motivasi untuk melakukan penelitian:
Mengetahui pengaruh pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien post Sectio
Caesarea terhadap lama hari rawat dan proses penyembuhan luka
mengingat secara teori mobilisasi dini sangat dianjurkan untuk melancarkan
peredaran darah.
6. Masalah etik (nyatakan pertanyaan Anda tentang masalah etik yang mungkin
dihadapi)
Apabila subyek penelitian telah diberikan penjelasan mengenai tujuan, prosedur
pelaksanaan penelitian, dan yang bersangkutan bersedia menjadi subyek penelitian,
diharapkan tidak dijumpai masalah etik.
76
Hak-hak responden:
1. Kerahasiaan informasi terjaga
2. Kerahasiaan identitas terjaga
3. Penelitian ini dapat memberikan manfaat pada responden, dalam hal
pengaruh mobilisasi dini terhadap lama hari rawat dan proses penyembuhan
luka pada pasien post Sectio Caesarea
4. Responden sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri menjadi responden.
5. Mendapatkan perlakuan yang adil pada semua responden.
7. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah percobaan ini sudah
dilakukan pada hewan?
Bila belum sebutkan alasan untuk memulai penelitian ini pada manusia!
Penelitian ini tidak dilakukan pada hewan coba karena peneliti ingin mengidentifikasi
pengaruh mobilisasi dini terhadap pasien post sectio caesarea, sedangkan pada
hewan intervensi mobilisasi dini tidak dapat diberikan.
8. Prosedur penelitian:
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh rekomendasi dari Ketua
Program Studi Ilmu Keperawatan FK Brawijaya dan permintaan ijin ke Direktur
RSUD Kanjuruhan Malang, Tembusan disampaikan kepada Bagian Penelitian dan
Pengembangan setelah mendapat ijin penelitian dari Direktur melalui bagian
Penelitian dan Pengembangan yang di teruskan ke Ruangan Brawijaya selanjutnya
kepada Kepala Ruangan Brawijaya.
Pengambilan data dimulai dengan mengumpulkan data pada pasien yang menjalani
pembedahan SC dengan teknik consecutive sampling.. Responden yang sesuai
kriteria inklusi diberikan penjelasan tentang prosedur penelitian dan
penandatanganan surat persetujuan sebagai responden. Tehnik pelaksanaannya
adalah : setelah sampel yang sesuai dengan kriteria dibagi 2 kelompok, untuk
kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan mobilisasi dini, tetapi tetap diberikan
perlakuan mobilisasi standar yang berlaku di ruang Brawijaya yaitu Mobilisasi
dimulai 6 - 8 jam setelah post pembedahan dengan melakukan gerakan pada
daerah kaki dengan cara menekuk kedua kaki, kemudian miring kiri kanan dan bila
sudah tidak pusing lagi belajar untuk duduk dan berdiri, sedangkan pada kelompok
77
perlakuan diberikan intervensi mobilisai dini oleh peneliti dimulai 4 jam pertama
mengangkat kaki lurus, melenturkan lutut dan kaki, setelah 6-10 jam dilakukan
pengukuran tekanan darah, apabila tidak ditemukan hipotensi orthosthatik latihan
dapat dilanjutkan dengan belajar duduk dan kuatkan tubuh dalam posisi stabil,
setelah 24 jam latihan berdiri dalam kondisi stabil lanjutkan dengan mencoba
melangkah sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan pasien, Hari ke-2
mampu berjalan mandiri, intervensi ini dilaksanakan pada kedua kelompok selama
2 hari post pembedahan (mulai H=0 pelaksanaan pembedahan sampai hari ke-2
post pembedahan).
Untuk menghitung lama hari rawat dilakukan oleh peneliti dengan
cara menghitung selisih antara tanggal pasien pulang dikurangi tanggal pertama
dilakukan pembedahan pada dokumentasi status pasien sedangkan penilaian
proses penyembuhan luka didapatkan melalui observasi pada saat mengganti
balutan pertama kali yaitu pada hari ke-3 post pembedahan, menggunakan lembar
observasi (Modifikasi dari buku Smeltzer dan Bare, 2003 dan lembar observasi TA
Tri Pranawaningsih, Univ Brawijaya 2003) yang terdiri dari 4 aspek penilaian yaitu :
luka terasa nyeri, luka teraba hangat, luka edema/bengkak luka ada pus, dengan
jawaban ya dan tidak, jawaban ya dengan skor 1, dan jawaban tidak skor 0.
Untuk menghindari subyektifitas nyeri pada kategori penyembuhan luka maka
pengukuran tingkat nyeri menggunakan Untuk menghindari subyektifitas nyeri maka
pengukuran tingkat nyeri menggunakan verbal analog scale (VAS) yang terdiri dari 5
kata pendeskripsian, mulai dari 0=tidak nyeri, 1-3=nyeri ringan, 4-6=nyeri sedang, 7-
9=nyeri berat, 10=nyeri sangat berat
9. Bahaya potensial yang langsung atau tidak langsung dan cara-cara untuk
mencegah atau mengatasi kejadian (termasuk rasa nyeri dan keluhan yang
lain)
Nyeri yang dirasakan saat mobilisasi dini merupakan resiko yang mungkin terjadi.
Jika selama prosedur ditemukan nyeri maka penanganan yang akan dilakukan
adalah mengajarkan tekhnik distraksi dan pemberian kolaborasi medis yaitu
78
analgetik. Dengan demikian kemungkinan nyeri dapat dikurangi.
10. Pengalaman terdahulu:
Berdasarkan penelitian yang pernah dipublikasikan oleh Khairul bariah (2010) di
RSUD. Dr. Pirngadi Medan tentang efektifitas mobilisasi dini terhadap penyembuhan
luka post SC didapatkan bahwa mobilisasi dini efektif terhadap penyembuhan luka
operasi.
11. Bila peneliti menggunakan orang sakit dan dapat memberi manfaat untuk
subyek yang bersangkutan, uraikan manfaat itu:
Manfaat mobilisasi dini bagi post pembedahan SC adalah : Penderita merasa lebih
sehat dan kuat. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal
sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit,
dengan demikian pasien merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,
mempercepat kesembuhan. Fungsi fisiologis usus dan kandung kencing lebih baik.
Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal. Aktifitas ini
juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula, mencegah
komplikasi sirkulasi yaitu dengan meningkatkan aliran balik vena dan aliran sirkulasi
darah normal serta mencegah statis sirkulasi.
12. Bagaimana cara memilih pasien atau sukarelawan sehat?
Responden dipilih melalui tehnik consecutive sampling yang disesuaikan
dengan kriteria sampel :
Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah:
l. Pasien post pembedahan SC elektif di ruang Brawijaya RSU Kanjuruhan
Malang
m. Pasien yang menjalani pembedahan SC pertama kali
n. Pembedahan SC melalui anastesi spinal
o. Pasien yang menjalani pembedahan SC dengan jenis sayatan Ismika yaitu
sayatan / insisi melintang dari kiri ke kanan (horizontal)
p. Pasien yang menjalani pembedahann SC dengan penggunaan antibiotic
profilaksis
q. Pasien dengan status gizi baik melalui indicator kadar Hemoglobin > 10 gr %
79
r. Pasien yang menjalani pembedahan SC dengan indikasi medis baik dari ibu
maupun bayi
s. Pasien yang bersedia menjadi responden
t. Usia di antara 20 - 35 tahun.
u. Pasien dalam keadaan sadar, dapat membaca, dan menandatangani
informed consent pada H-1 pembedahan
v. Pasien mampu dan bersedia menerima perlakuan mobilisasi dini
Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah :
e. Pasien post pembedahan SC murni dengan komplikasi sistemik
f. Pasien post pembedahan SC yang mengalami hipotensi ortostatik
g. Pasien post pembedahan SC kedua, ketiga dan seterusnya
h. Pasien dengan pembedahan SC Emergency
i. Pasien pembedahan SC dengan indikasi ketuban pecah dini
13. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, jelaskan hubungan antara
peneliti dengan subyek yang diteliti
Tidak ada hubungan antara peneliti dengan subjek yang diteliti.
14. Bila mengunakan orang sehat jelaskan cara pemeriksaan kesehatannya
Responden dalam penelitian ini dengan indikasi rawat inap yaitu pasien post SC
15. Jelaskan cara pencatatan selama penelitian, termasuk efek samping dan
komplikasi bila ada
Semua informasi hasil observasi pada pasien atas pengaruh mobilisasi terhadap
proses penyembuhan luka dan lama hari rawat didokumentasikan pada lembar
observasi dan lembar checklist yang dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian ini Pada
saat pelaksanaan intervensi pertama kali, nyeri mungkin akan dirasakan oleh
penderita, tetapi nyeri tersebut akan berkuarang seiring dengan meningkatnya
kemampuan penderita dalam melakukan mobilisasi, dan tidak mempunyai efek
samping atau komplikasi karena peneliti memberikan perlakuan disesuaikan dengan
kemampuan penderita.
80
16. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, jelaskan bagaimana cara
memberitahu dan mengajak subyek (lampiran surat persetujuan subyek).
Bila pemberitahuan dan kesediaan subyek bersifat lisan, atau bila karena suatu hal
subyek tidak dapat dan tidak perlu diminta persetujuan, berikan alasan yang kuat
untuk itu.
Responden adalah ibu post SC di Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Malang,
keadaan umum sadar, dapat membaca, dan menulis serta memahami dengan baik
kata-kata dalam pernyataan persetujuan sehingga mampu menandatangani
informed consent . serta mampu dan bersedia menerima perlakuan mobilisasi dini.
Sebelum responden menandatangani persetujuan,di lembar informed consent,
peneliti memberikan penjelasan tentang pelaksanaan mobilisasi dini sebelum
pembedahan dilakukan.
Terlampir: Lembar informasi dan lembar persetujuan sebagai subyek penelitian.
17. Bila peneliti ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek mendapat ganti
rugi bila ada gejala efek samping? Berapa banyak?
Tidak ada efek samping yang ditimbulkan dari penelitian ini sehingga tidak ada ganti
rugi yang diberikan kepada subyek penelitian.
18. Bila penelitian ini menggunakan subyek manusia, apakah subyek
diasuransikan?
Subyek tidak diasuransikan.
Peneliti
1. Mubin Barid NIM. Peneliti
81
105070209111001
Pembimbing
1. Kuswantoro. R.P,
M.Kep
NIP.
197905222005021002
Pembimbing 1
2. Ns. Dina Dewi S.L.I,
M.Kep
NIP.
198002172005012002
Pembimbing 2
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal ..........................................................
Lampiran 12
PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN
DAN MEMENUHI ETHICAL CLEARANCE
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Mubin Barid
NIM : 105070209111001
Program Study : Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang
Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan
data penelitian sesuai dengan yang disetujui pembimbing dan telah
memperoleh pernyataan kesediaan dan persetujuan dari responden
sebagai sumber data.
Malang, 24 Januari, 2011
82
Mengetahui :
Pembimbing 1 Yang Membuat Pernyataan
Kuswantoro Rusca Putra, M.Kep Mubin Barid
NIP. 197905222005021002 NIM. 105070209111001
Menyetujui
An. Ketua Koordinator Divisi 1 Komisi Etik Penelitian
Prof. Dr. dr.Teguh Wahju Sardjono DTM & H, MSc, Sp.ParK
NIP.19520410 198002 1 001
Recommended