View
222
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Bank
2.1.1 Definisi Bank
Dalam UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah
diubah dalam UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 mendefinisikan
bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Prof. G.M. Verryn Stuart mendefinisikan bank sebagai suatu badan
yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat
pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya dari orang
lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru
berupa uang giral. (2001, 1)
Dahlan Siamat mendefinisikan bank sebagai suatu badan usaha yang
kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan atau dari
9
10
pihak lainnya kemudian mengalokasikannya kembali untuk
memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran. (1993, 12)
2.1.2 Jenis Bank
Bank ditinjau dari berbagai segi antara lain :
1. Dilihat dari segi fungsinya
a. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam
arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu
pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh
wilayah Indonesia, bahkan keluar negeri (cabang). Bank umum
sering disebut bank komersil (commercial bank).
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah. Dalam kegiatannya BPR tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, jasa-
11
jasa perbankan yang ditawarkan BPR jauh lebih sempit jika
dibandingkan dengan kegiatan atau jasa bank umum.
2. Dilihat dari segi kepemilikannya
a. Bank milik pemerintah
Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendirian
maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah
Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh
pemerintah pula. Disamping itu, ada pula Bank Pemerintah
Daerah (BPD) di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing
provinsi. Modal BPD sepenuhnya dimiliki oleh Pemda masing-
masing tingkatan.
b. Bank milik swasta nasional
Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Hal ini
dapat diketahui dari akte pendiriannya didirikan oleh swasta
sepenuhnya, begitu pula dengan pembagian keuntungannya
untuk keuntungan swasta pula.
c. Bank milik koperasi
Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan
saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan
hukum koperasi.
12
d. Bank milik asing
Bank milik asing merupakan bank yang kepemilikannya 100%
oleh pihak asing (luar negeri) di Indonesia. Bank jenis ini
merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik
milik swasta asing atau pemerintah asing.
e. Bank milik campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki
oleh dua belah pihak yaitu dalam negeri dan luar negeri.
Artinya, kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh
pihak asing dan pihak swasta nasional. Komposisi kepemilikan
saham secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
3. Dilihat dari segi status
a. Bank devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan
transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata
uang asing secara keseluruhan. Contoh transaksi ke luar negeri
adalah transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers
cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit (L/C) dan
transaksi luar negeri lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank
devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.
13
b. Bank non devisa
Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin
untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga
tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.
Jadi, bank non devisa merupakan kebalikan daripada bank
devisa, di mana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-
batas negara (dalam negeri).
4. Dilihat dari segi cara menentukan harga
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
• Menetapkan bunga sebagai harga, untuk produk simpanan
seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula
harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan
berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga
ini dikenal dengan istilah spread based.
• Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan
konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai
biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem
pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum
Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan
14
atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip
jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah),
atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak
bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
2.1.3 Fungsi Bank
Menurut UU No. 10 tahun 1998 bank wajib menjalankan fungsinya
dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan lebih
memperhatikan pembiayaan kegiatan sektor perekonomian nasional
dengan prioritas kepada koperasi, pengusaha kecil dan menengah, serta
berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi sehingga akan
memperkuat struktur perekonomian nasional.
2.2 Sumber Dana Dan Biaya Bank
2.2.1 Produk Dana Perbankan
Adapun produk–produk dana perbankan antara lain :
15
a. Giro
Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya,
atau dengan pemindahbukuan.
Mengingat sifat rekening giro ini dapat ditarik sewaktu-waktu
maka pengendapannya di bank juga sangat berfluktuasi, dan sulit
dianggarkan oleh pihak bank dalam rangka investasi sumber dana
dari giro ini. Akibatnya suku bunga yang diberikan pada pemegang
rekening ini juga relatif paling rendah dibandingkan dengan produk
dana perbankan lainnya. Karena sifatnya yang volatile tadi maka
rekening giro hanya dapat diinvestasikan untuk penanaman dana
jangka pendek saja.
b. Tabungan
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Pada tabungan dapat dilakukan penyetoran sewaktu-waktu dan
penarikan dananya oleh nasabah dengan tidak perlu
memperhatikan jatuh waktunya seperti pada deposito. Melihat
mekanisme kerja dari tabungan maka akan terlihat bahwa stabilitas
pengendapannya lebih baik dibandingkan dengan rekening giro
tetapi lebih volatile dibandingkan dengan rekening deposito.
16
c. Deposito
Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
Sesuai dengan namanya sebagai simpanan berjangka maka bentuk
deposito ini juga dapat dibedakan dengan jangka waktu jatuh
temponya. Masing-masing bank mempunyai pembagian jangka -
waktu yang berbeda-beda tetapi pada umumnya jangka waktu
tersebut diatur dalam bentuk 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan
seterusnya. Secara normal suku bunga deposito yang berjangka
waktu lebih panjang biasanya mempunyai tingkat suku bunga yang
lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yang mempunyai
jangka waktu lebih pendek. Mengingat jangka waktu jatuh tempo
dari deposito ini sudah pasti dapat diperkirakan, maka
pengendapan dari dana yang bersumber dari deposito tentu lebih
stabil dibandingkan dengan rekening giro. Oleh karena itu, pihak
bank juga dapat menanamkan dana ini ke asset yang mempunyai
jangka waktu (umur) yang relatif lebih panjang dan sudah tentu
suku bunga yang dibayarkan oleh bank kepada deposannya juga
lebih tinggi dibanding dengan para pemegang rekening giro.
2.2.2 Biaya Dana Perbankan
Berbagai jenis perhitungan biaya dana antara lain :
a. Cost of borrowing
17
Biaya dana yang langsung dikeluarkan oleh bank untuk
mendapatkan dana dari pinjaman yang dilakukan. Biaya ini
terutama sebesar suku bunga dana yang dibayarkan oleh bank
terhadap pemilik dana.
b. Cost of fund
Biaya dana yang langsung dikeluarkan oleh bank untuk
mendapatkan sejumlah dana.
Biaya Bunga COF = ------------------
Total Dana
c. Cost of loanable fund
Biaya dana yang dapat ditanamkan di bidang perkreditan.
Total Biaya Dana COLF = ----------------------------------------
Total Dana – Unloanable Fund
d. Marginal cost of fund
Biaya dana yang dikeluarkan oleh bank untuk mendapatkan suatu
tambahan dana pada suatu periode tertentu.
e. Cost of money
Biaya dana yang dikeluarkan oleh bank setelah diperhitungkan
dengan overhead expense.
Total Biaya Dana + Biaya Overhead COM = --------------------------------------------------
Total Dana
18
f. Cost of operable fund (Cost of Investible Fund)
Biaya atas dana yang dapat diinvestasikan ke dalam earning asset.
Biaya Operasional COOF = --------------------------------------------------
Total Dana – Unloanable Fund
2.3 Kredit
2.3.1 Definisi Kredit
Istilah kredit sesungguhnya berasal dari bahasa latin yaitu "credere"
yang berarti kepercayaan atau "credo" yang berarti saya percaya. Jadi
seandainya seseorang memperoleh kredit berarti dia memperoleh
kepercayaan, dengan kata lain kredit mengandung pengertian adanya
suatu kepercayaan dari seseorang atau badan yang diberikan kepada
orang lain atau badan lainnya.
Menurut UU No. 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
19
Dari definisi tersebut terkandung unsur-unsur sebagai berikut:
a. Terdapat penyediaan uang, barang atau jasa.
b. Terdapat kesepakatan pinjam meminjam antara kedua belah pihak.
c. Terdapat jangka waktu tertentu untuk pembayaran kembali.
d. Terdapat besar bunga yang telah ditetapkan (dikenal dengan price)
e. Adanya risiko, sebagai akibat adanya perbedaan waktu.
2.3.2 Jenis-jenis Kredit
Kredit dari berbagai segi dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Secara umum
• Kredit komersial
Kredit yang diberikan kepada perusahaan atau perorangan
untuk tujuan komersial. Dengan mendapatkan fasilitas kredit
ini, maka perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan
yang sekaligus juga meningkatkan volume penjualan yang
sekaligus juga meningkatkan perolehan laba usaha. Sumber
pembayaran kewajiban bunga kredit berasal dari hasil
keuntungan yang diperoleh dari perusahaan.
• Kredit konsumsi
Kredit yang diberikan biasanya kepada perorangan untuk
tujuan konsumsi, sebagai contoh untuk pembelian rumah,
mobil, biaya anak sekolah, dan lain-lain. Sumber pembayaran
20
angsuran kredit dan bunga berasal dari pendapatan tetap yang
diterima oleh debitur setiap bulannya
b. Tujuan pembiayaan
• Kredit modal kerja
Kredit yang diberikan kepada perusahaan atau perorangan
untuk menambah modal kerjanya. Modal kerja ini meliputi
biaya pembelian bahan baku, bahan pembantu, upah buruh,
overhead cost, dan lain-lain. Biasanya jangka waktu
perputaran dana ini tidak lebih dari satu tahun.
• Kredit investasi
Kredit yang diberikan kepada perusahaan untuk pembelian
barang modal. Misalnya untuk pembelian mesin-mesin,
kendaraan, peralatan dan pembangunan gedung pabrik. Kredit
ini berjangka panjang, melebihi jangka waktu satu tahun dan
pelunasannya melalui angsuran.
c. Jangka waktu
• Kredit jangka pendek
Kredit yang mempunyai jangka waktu sampai dengan satu
tahun.
• Kredit jangka menengah
21
Kredit yang mempunyai jangka waktu di atas satu tahun
sampai dengan lima tahun.
• Kredit jangka panjang
Kredit yang mempunyai jangka waktu lebih dari lima tahun.
d. Sektor ekonomi
• Kredit pertanian
Kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor pertanian
termasuk perkebunan, perikanan dan kehutanan.
• Kredit pertambangan
Kredit yang diberikan untuk pembiayaan sektor pertambangan
meliputi eksplorasi dan eksploitasi.
• Kredit perindustrian
Kredit yang diberikan untuk pembiayaan pabrik-pabrik,
manufaktur dari segala sektor.
• Kredit konstruksi
Kredit yang diberikan kepada kontraktor untuk pembiayaan
pembangunan proyek sampai dengan proyek selesai (building
finance). Pembangunan proyek ini meliputi pembangunan
gedung, jalan dan jembatan serta sarana lainnya.
• Kredit perdagangan, restoran dan hotel
22
Kredit yang diberikan untuk membantu kebutuhan modal
perdagangan antar kota, antar pulau dan perdagangan lokal
serta untuk restoran dan hotel-hotel.
• Kredit pengangkutan
Kredit yang diberikan untuk pengangkutan, distribusi barang-
barang dan pergudangan. Termasuk di dalamnya kredit
distribusi, yakni pembelian barang-barang dalam jumlah besar
dan kemudian dijual dalam jumlah yang lebih kecil.
• Kredit jasa-jasa dunia usaha
Kredit yang diberikan untuk perusahaan jasa seperti
konsultan, akuntan, dokter, pengacara dan jasa pendidikan.
e. Sifat
• Kredit revolving
Fasilitas kredit yang diberikan atas dasar limit atau plafon
tertentu dan dapat dipakai berulang-ulang sampai dengan batas
limit yang telah ditentukan tersebut. Kredit ini biasanya dalam
bentuk kredit modal kerja atas dasar rekening koran dengan
jangka waktu tidak melebihi satu tahun.
• Kredit aflopend
Fasilitas kredit yang diberikan untuk satu kali penggunaan atau
sesuai skedul dan tidak dapat dipakai berulang.
23
f. Penggunaan
• Kredit usaha
Kredit yang digunakan untuk pembiayaan dalam bentuk modal
kerja atau investasi. Pembayaran bunga dan pelunasan kedit
berasal dari keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha
perusahaan.
• Kredit konsumsi
Kredit yang digunakan utnuk pembelian barang-barang
konsumsi bukan dalam bentuk usaha. Misalanya kredit
pemilikan rumah, kredit kendaraan dan kredit untuk pembelian
peralatan rumah tangga.
g. Golongan debitur
• Kredit kepada penduduk
Kredit yang diberikan kepada penduduk, warga negara atau
perusahaan yang mempunyai status penduduk Indonesia.
• Kredit bukan kepada penduduk
Kredit yang diberikan kepada bukan penduduk Indonesia,
warga negara asing atau perusahaan yang berstatus perusahaan
asing (PMA)
24
h. Kebijaksanaan
• Kredit umum
Kredit yang diberikan lebih ditekankan kepada untung rugi
dan prinsip-prinsip bisnis yang berlaku atau dikenal dengan
ketentuan bank teknis.
• Kredit prioritas
Kredit yang penyalurannya berdasarkan prioritas yang
disyaratkan oleh pemerintah, misalnya untuk usaha skala kecil.
Untuk jenis ini ada keringanan persyaratan bank teknis yang
diberikan kepada calon debitur tanpa mengabaikan aspek
kelayakannya, misalnya tidak diharuskan menyediakan
jaminan tambahan dalam bentuk aktiva.
i. Kredit non cash
Kredit yang diberikan dalam bentuk bank garansi. Hal ini
berkaitan dengan analisis keuangan yang terfokus kepada analisis
risiko, dan apabila risiko itu muncul di kemudian dalam masa
garansi maka bank berkewajiban membayar sejumlah nilai yang
dicantumkan dalam bank garansi tersebut. Jika hal ini terjadi maka
bank garansi akan menjadi kredit efektif.
25
j. Kredit berdokumen
Kredit yang diberikan dalam bentuk dokumen untuk transaksi
antar pulau dan impor. Kredit ini dikenal dengan letter of credit
(L/C). Untuk perdagangan antar pulau dikenal dengan surat kredit
berdokumen dalam negeri (SKBDN). L/C ini memuat persyaratan
dokumen yang harus dipenuhi dalam kontrak jual beli dan
persyaratan-persyaratan lainnya serta nilai jual beli. Pernyataan
akan membayar dari L/C yang akan diterbitkan oleh bank dalam
negeri (issuing bank) kepada bank luar negeri (paying bank) atas
dasar kelengkapan dokumen tersebutlah yang dikenal dengan
kredit berdokumen.
2.3.3 Siklus dan Metode Analisis Kredit
Siklus perkreditan dimulai dari pengajuan permohonan kredit hingga
akhirnya disetujui, dicairkan, diawasi dan pelunasan kredit secara
grafis dapat digambarkan sebagai berikut :
26
1
2
3
4 5
6
7
Permohonan Kredit
Analisis Kredit
Persetujuan Kredit
Perjanjian Kredit
Pencairan Kredit
Pengawasan Kredit
Tambahan Kredit
7Pelunasan Kredit
7
Kredit Bermasalah
A
B
C
Gambar 2.1 Siklus Perkreditan
Dalam melakukan analisa kredit harus tetap memperhatikan prinsip 5C
dan 6A, agar tidak lepas dari ketentuan bank teknis.
Analisis prinsip 5C dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Character
Melakukan penilaian moral, watak atau sifat – sifat yang positif
kooperatif, kejujuran dan rasa tanggung jawab dalam kehidupan
27
pribadi sebagai manusia dan kehidupan pribadi sebagai anggota
masyarakat dalam melakukan kegiatan usahanya.
Penilaian ini dilakukan dengan cara meneliti daftar riwayat
hidup, reputasi di lingkungan usaha, informasi antar bank,
informasi pada asosiasi usaha yang bersangkutan, dan
kebiasaan–kebiasaan hidup yang bersangkutan dalam masyarakat
baik yang sifatnya positif maupun negatif.
b. Capacity
Penilaian yang sifatnya subyektif tentang kemampuan
perusahaan untuk melunasi hutang dan kewajiban lainnya tepat
pada waktunya, sesuai perjanjian, dan hasil usaha yang
diperoleh. Dalam penilaian ini didasarkan atas kemampuan
perusahaan pada masa lalu, kemampuan berproduksi, keuangan
dan menajemen. Termasuk juga kemampuan riil perusahaan di
lapangan, pabrik, toko, dll.
c. Capital
Penilaian atas kemampuan keuangan perusahaan jumlah dana
atau modal yang dimiliki oleh calon debitur dalam artian
kemampuan untuk menyertakan dana sendiri atau modal sendiri.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan menganalisis laporan
keuangan, akta pendirian dan atau akta perubahan. Sedangkan
untuk perusahaan perorangan dapat diketahui dengan jalan
mengurangi total harta dengan total hutang kepada pihak ketiga.
28
d. Collateral
Collateral adalah jaminan atau kemampuan perusahaan untuk
menyerahkan barang jaminan / aktiva perusahaan sehubungan
dengan fasilitas kredit yang akan diajukan.
e. Condition of economy
Menganalisis kondisi ekonomi makro yang meliputi kondisi
ekonomi makro yang meliputi kondisi politik, sosial, ekonomi,
budaya dan lain – lain yang mempengaruhi keadaan
perekonomian pada suatu saat tertentu atau periode tertentu,
termasuk peraturan pemerintah setempat.
Analisis prinsip 6A dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Aspek yuridis (Hukum)
Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti
kekuatan – kekuatan legalitas dari sebuah perusahaan atau badan
hukum yang akan memperoleh bantuan kredit atau pembiayaan
dari Bank.
b. Aspek pasar & pemasaran
Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti
kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk atau
jasa yang diproduksi dari proyek yang dibiayai dengan kredit
bank serta meneliti strategi pemasaran apa yang digunakan oleh
29
investor atau pengelola proyek agar perusahaan / proyek dapat
memenangkan persaingan yang cukup kompetitif.
c. Aspek teknis
Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai
seberapa jauh kemampuan pengelola proyek dalam
mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek serta
kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya kelak
sebagai suatu business entity.
d. Aspek manajemen
Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai
kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek
ataupun manajemen perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Penilaian dilakukan terhadap jenis serta bentuk manajemen pada
saat proyek sedang dibangun (belum beroperasi) dan pada saat
perusahaan sudah beroperasi.
e. Aspek Keuangan
Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai
kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek
atau manajemen perusahaan dalam bidang keuangan. Penilaian
dilakukan terhadap proyek yang masih dalam pembangunan dan
proyek yang sudah berkembang menjadi perusahaan / bisnis.
30
Analisis yang dilakukan berbeda – beda tergantung kepada jenis
proyek, misalnya proyek baru, proyek perluasan, proyek
rehabilitasi, diversifikasi produk, dll.
f. Aspek sosial – ekonomis
Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai
sejauh mana proyek yang akan dibangun dan dibiayai dengan
kredit bank memiliki value added yang tinggi dilihat dari sudut
pandang sosial maupun makro ekonomis, terutama dilihat dari
pandangan pihak pemerintah dan masyarakat, seperti kesempatan
kerja, penerimaan devisa, penghematan devisa, penggunaan
bahan baku lokal, pendapatan negara dari segi pajak, kelestarian
alam, dsb.
2.3.4 Risiko Kredit
Berbagai bentuk risiko yang harus diperhatikan dalam pembiayaan
kredit antara lain :
a. Risiko sifat usaha
Beragam jenis usaha dalam ekonomi mengandung risiko yang
berbeda satu dengan yang lain. Dari sifat-sifat usaha masing-
masing dapat diketahui tinggi rendahnya tingkat risiko usaha
dengan berbagai kriterian antara lain :
• Turn over usaha makin tinggi, risiko makin tinggi
31
• Semakin khusus tingkat spesifikasi usaha, risiko makin tinggi
• Semakin besar investasi pada modal kerja dibandingkan
investasi pada barang modal, maka risiko akan lebih tinggi
• Usaha yang padat modal (captital intensive) akan mempunyai
risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha yang padat
karya (labour intensive) khusus pada negara berkembang dan
sebaliknya pada negara maju.
• Sifat pekerjaan atau usaha itu sendiri yang mempunyai risiko
tinggi, misalnya pengeboran minyak bumi lepas pantai,
stuntman dalam pembuatan film, usaha pencarian harta karun,
dan usaha – usaha yang sifatnya perintis yang sebelumnya
belum pernah dilakukan.
b. Risiko geografis
Risiko geografis mempunyai pengaruh terhadap besarnya risiko
dari suatu kegiatan usaha. Risiko geografis ini erat hubungannya
dengan bencana alam yang sering terjadi pada suatu lokasi usaha
tertentu, misalnya bencana banjir, kebakaran pada usaha
perkebunan dan peternakan, usaha yang berlokasi dekat sungai dan
gunung berapi, daerah yang rawan dengan gempa. Risiko memilih
usaha yang berdekatan dengan pemukiman penduduk, timbulnya
protes dari masyarakat. Risiko kesalahan dalam pemilihan lokasi,
32
jauh dari bahan baku atau jauh dari pasar. Risiko karena dampak
lingkungan.
c. Risiko musim / waktu
Untuk beberapa sektor usaha sangat tergantung pada musim
misalnya untuk kegiatan pertanian, perkebunan atau juga risiko
waktu misalnya industri hotel, transportasi akan baik pada dekat
hari raya Idul Fitri atau tahun baru karena banyak orang yang
berlibur. Jadi, dengan memperhatikan musim dan waktu tersebut
maka pemberian fasilitas kredit juga diarahkan agar dapat
memenuhi kebutuhan para nasabahnya dalam rangka menghadapi
musim yang tidak dapat diubah oleh manusia.
d. Risiko politis
Banyak kegagalan perkreditan karena tidak adanya kebijaksanaan
politik yang jelas. Oleh karenanya, analisis tentang kestabilan
politik suatu daerah atau negara akan cukup memberikan masukan
tentang prediksi keberhasilan usaha di masa datang.
e. Risiko moneter
Salah satu bentuk risiko moneter yaitu adanya tingkat inflasi yang
tinggi, hal ini memberikan pengaruh terhadap perkembangan
proyek jangka panjang yang memperoleh kredit dapat
mengakibatkan terjadinya over run cost. Atau untuk kredit-kredit
kontruksi kemungkinan akan mengalami kesulitan karena nilai
kontraknya sudah disetujui pada jumlah tertentu pada saat
33
penandatanganan kontrak. Oleh karena itu, akan lebih bijaksana
apabila kredit yang akan dikeluarkan diprioritaskan untuk kredit
jangka pendek.
f. Risiko persaingan
Persaingan dapat pula mengakibatkan kegagalan kredit karena
bank mencoba untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada nasabah, dan mengakibatkan usaha pengawasan dan
pengamanan kurang mendapat perhatian, atau pemberian kreditnya
karena tergesa-gesa penelitiannya sehingga terdapat penyimpangan
terhadap prinsip-prinsip perkreditan yang sehat.
g. Risiko uncertainty
Faktor ketidakpastian akan menimbulkan spekulasi dan setiap
usaha spekulasi akan mengandung risiko yang tinggi karena segala
sesuatunya tidak dapat direncanakan terlebih dahulu dengan baik.
Risiko-risiko tersebut dapat dengan mudah dibuktikan tetapi sulit
untuk dihitung besarnya dan kapan risiko tersebut akan datang.
2.3.5 Mekanisme Penetapan Suku Bunga Kredit
Penetapan suku bunga kredit (loan pricing) mempunyai arti yang
sangat penting. Dalam menetapkan suku bunga kredit tersebut,
perbankan harus memperhatikan tiga hal yaitu :
• Komposisi biaya dana dan kondisi dari bank yang bersangkutan
34
• Bargaining position dari nasabah
• Market price yang berlaku
Loan pricing ini dimaksudkan agar bank tetap memperoleh pendapatan
yang tinggi di satu pihak dan di pihak lain juga tetap dapat
mempertahankan pangsa pasar (market share) dari para debiturnya
supaya jangan pindah ke bank lain. Untuk penetapan loan pricing ini
ada berbagai pendekatan atau teknik yang dapat ditempuh yang
mungkin dapat diaplikasikan secara berbeda-beda tergantung situasi
dan kondisi bank yang bersangkutan maupun posisi nasabah yang
sedang dihadapinya.
Adapun bentuk-bentuk pendekatan loan pricing tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Cost Plus Pricing Approach
Pendekatan ini didasarkan pada cost yang dikeluarkan bank
ditambah dengan margin yang diinginkan oleh bank. Cost yang
diartikan disini merupakan Full Absorption Costing, yaitu seluruh
biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk mendapatkan dana. Jadi
meliputi seluruh komponen biaya variabel ditambah biaya tetap
(overhead). Dari pendekatan ini maka besarnya tingkat suku
bunga kredit dapat dihitung dengan formula :
35
atau
Interest Rate = Fixed Cost + Variable Exp + Margin
Interest Rate = Cost Loanable Fund + Overhead Exp + Risk + Margin
b. Penetration Pricing Approach
Pendekatan ini didasarkan pada keadaan jangka pendek, dimana
harga atau tingkat suku bunga kredit hanya dihitung atas dasar
biaya variabel yang dikeluarkan bank untuk mendapatkan dana
ditambah dengan margin yang diinginkan oleh bank. Penetration
Pricing ini biasanya digunakan dalam keadaan :
• Bank ingin memasarkan dana-dana yang mengendap dalam
jangka pendek
• Bank ingin melakukan penetrasi pasar
• Bank ingin memasarkan produk dan jasa bank yang lain
• Untuk pembelanjaan kredit yang sumber dananya berasal dari
sumber dana tertentu dan tingkat suku bunganya sudah jelas
Pada prinsipnya, dalam Penetration Pricing ini bank hanya
mendasarkan diri pada cost of loanable fund atau cost of mixed
fund atau interest expense saja tanpa memperhitungkan biaya
overhead. Maksud dan tujuannya adalah agar margin yang
36
diperolehnya dapat digunakan untuk menutup overhead yang
dikeluarkan dengan formula sebagai berikut :
Interest Rate = Cost of Fund + Margin
c. Marginal Pricing Approach
Pendekatan ini digunakan apabila tingkat suku bunga dana dari
waktu ke waktu ada kecenderungan mengalami kenaikan, dan
biasanya tingkat suku bunga kredit ditawarkan kepada nasabah
juga sebesar marginal cost of fund-nya ditambah dengan margin
yang diinginkan. Pendekatan ini sama dengan Penetration Pricing
yang didasarkan pada biaya variabel saja tanpa membebankan
biaya overhead-nya. Formula pricing ini dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Interest Rate = Marginal Cost of Fund + Margin
d. Market Pricing Approach
Pendekatan didasarkan pada tingkat suku bunga rata-rata dari
bank-bank lain atau dari segmen bank yang menjadi pesaingnya.
Market Pricing ini merupakan penyesuaian tingkat suku bunga
dengan rata-rata tingkat suku bunga yang terjadi di pasar yang
biasanya dilakukan oleh bank yang pangsa pasarnya kecil atau
dalam situasi pasar yang sangat kompetitif. Dengan demikian,
besar kecilnya margin yang akan diperoleh sangat tergantung
37
tingkat efisiensi pengumpulan sumber dana maupun efisiensi
kegiatan operasionalnya.
e. Skiming Pricing Approach
Dalam hal ini, bank mencoba untuk menetapkan tingkat suku
bunga setinggi-tingginya dengan maksud untuk mendapatkan
margin yang sebesar-besarnya. Hal ini dapat dilakukan untuk
situasi dan kondisi dimana bank mempunyai kedudukan yang
monopolistik. Skiming Pricing ini juga dapat digunakan apabila
bank mempunyai produk kredit unggulan yang belum dipasarkan
oleh bank lain sehingga bank memperoleh margin yang maksimal
yang dapat dipergunakan untuk menutup biaya R&D, biaya
promosi, dan biaya lainnya.
f. Relationship Pricing Approach
Suatu bank mungkin saja memberikan kredit kepada nasabahnya
dengan suku bunga kredit di bawah (lebih kecil) dari cost of fund-
nya tanpa harus merasa takut akan menderita kerugian. Situasi dan
kondisi ini dapat terjadi apabila nasabah (debitur) bank
mempunyai business relationship yang mempunyai volume yang
sangat besar terhadap bank. Dengan demikian, bank akan
memperoleh :
• Penetapan suku bunga kredit
38
• Fee based income
• Aliran dana yang masuk ke bank secara gratis
• Non financial benefit lainnya
Jadi kerugian pendapatan bunga yang ada dapat dikompensasikan
dengan fee based income maupun dengan adanya aliran dana yang
dapat masuk kembali ke bank serta non financial benefit lainnya.
Relation Pricing Approach ini dapat diterapkan kepada nasabah-
nasabah besar (corporate) yang memerlukan produk dan jasa bank
yang sangat beragam.
Recommended