View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai rujukan penelitian
oleh peneliti yang berhubungan dengan kinerja keuangan dan peringkat obligasi
sebagai berikut:
a. Theofilus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy
Marciano(2012)
Theofilus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy Marciano
meneliti kinerja keuangan perbankan terhadap rating obligasi bank di Indonesia
dengan menggunakan rasio CAMEL. Variabel dependen yang digunakan berupa
peringkat obligasi PT. Pefindo kategori investment grade. Variabel independen
yang digunakan berupa rasio CAMEL yang terdiri dari CAR, NPL, BOPO, dan
LDR. Penelitian menggunakan data sampel 27 bank yang diambil dari data
Direktori Perbankan Indonesia tahun 2005-2009 dan menggunakan teknik analisis
data ordered probit.
Penelitian memperoleh hasil bahwa CAR, BOPO dan LDR memiliki
pengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Jika CAR, BOPO, dan LDR naik
maka peringkat obligasi akan naik dan sebaliknya. Sedangkan NPL berpengaruh
negatif terhadap peringkat obligasi. Jika NPL nilainya meningkat maka akan
menurunkan peringkat obligasi.
14
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian saat ini, yaitu:
Persamaan Penelitian:
1. Variabel dependen menggunakan peringkat obligasi.
2. Penelitian menggunakan proksi CAR untuk permodalan serta menggunakan
proksi NPL untuk kualitas asset.
3. Sampel yang digunakan berupa industri perbankan di Indonesia.
Perbedaan Penelitian:
1. Penelitian terdahulu menggunakan seluruh variabel CAMEL sedangkan
penelitian saat ini hanya menggunakan variabel independen likuiditas,
rentabilitas, permodalan dan kualitas asset.
2. Variabel independen penelitian terdahulu menggunakan proksi BOPO untuk
variabel rentabilitas, sedangkan penelitian saat ini menggunakan proksi ROA
untuk variabel rentabilitas. Selain itu penelitian terdahulu menggunakan
proksi LDR untuk variabel likuiditas, sedangkan untuk penelitian saat ini
menggunakan proksi cash ratio.
3. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis data ordered probit
sedangkan penelitian saat ini menggunakan teknik analisis data regresi linier.
4. Sampel penelitian terdahulu diambil pada periode 2005-2009 sedangkan
sampel penelitian saat ini diambil pada periode 2011-2015.
15
b. Nelly Thamida dan Hendro Lukman (2013)
Nelly Thamida dan Hendro Lukman meneliti faktor kapitalisasi,
profitabilitas, likuiditas, dan reputasi auditor terhadap penetapan peringkat
obligasi industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel
dependen yang digunakan berupa peringkat obligasi PT. Pefindo yang
dikategorikan dalam skala ordinal. Variabel independen yang digunakan berupa
rasio kapitalisasi, rasio profitabilitas, rasio likuiditas, dan reputasi auditor.
Penelitian menggunakan data sampel sejumlah 84 industri perbankan yang
terdaftar di BEI tahun 2008-2012 dan menggunakan teknik analisis data regresi
logistik ordinal.
Penelitian memperoleh hasil bahwa kapitalisasi (permodalan) berpengaruh
negatif terhadap peringkat obligasi. Jika kapitalisasi (permodalan) tinggi maka
peringkat obligasi akan turun. Sebaliknya jika permodalan rendah maka peringkat
obligasi akan naik.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian saat ini, yaitu:
Persamaan Penelitian:
1. Menggunakan variabel independen berupa rasio keuangan yaitu rasio
likuiditas, rasio rentabilitas (profitabilitas), dan rasio kapitalisasi
(permodalan).
2. Variabel dependen menggunakan kategori peringkat obligasi.
3. Sample yang digunakan berupa industri perbankan di Indonesia.
16
Perbedaan Penelitian:
1. Pada penelitian terdahulu menggunakan variabel independen seperti rasio
permodalan, rasio profitabilitas, rasio likuiditas, dan reputasi auditor,
sedangkan penelitian saat ini menggunakan variabel independen kinerja
keuangan saja berupa rasio likuiditas, rasio profitabilitas (rentabilitas), rasio
permodalan, rasio kualitas asset.
2. Penelitian terdahulu menggunakan sampel periode 2008-2012 sedangkan
penelitian sekarang menggunakan sampel pada periode 2011-2015.
3. Penelitian terdahulu menggunakan teknik analisis regresi ordinal sedangkan
penelitian saat ini menggunakan teknik analisis regresi linier.
c. Tetty Widiyastuti, Djumahir, dan Nur Khusniyah (2014)
Tetty Widiyastuti, Djumahir, dan Nur Khusniyah meneliti faktor yang
mempengaruhi peringkat obligasi dengan menggunakan rasio keuangan sebagai
tolok ukurnya. Variabel dependen yang digunakan berupa peringkat obligasi,
sedangkan variabel independen yang digunakan adalah rasio-rasio keuangan
berupa rasio cakupan, rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan
risiko bisnis. Penelitian menggunakan data sejumlah 137 perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 dan menggunakan teknik
analisis data berupa regresi berganda.
Penelitian memperoleh hasil bahwa rasio cakupan, rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, dan rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Jika rasio cakupan, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas naik, maka semakin
17
besar probabilitas obligasi perusahaan mendapatkan peringkat yang baik dan
sebaliknya jika rasio likuiditas dan rasio profitabilitas turun, maka semakin rendah
peringkat obligasi yang didapatkan oleh perusahaan. Penelitian juga memperoleh
hasil bahwa risiko bisnis berpengaruh negative terhadap peringkat obligasi. Jika
risiko bisnis rendah maka semakin besar peluang perusahaan dalam memperoleh
peringkat obligasi yang baik, dan apabila risiko bisnis tinggi maka semakin kecil
peluang perusahaan dalam memperoleh peringkat obligasi yang baik.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian saat ini, yaitu:
Persamaan Penelitian:
1. Menggunakan variabel dependen berupa peringkat obligasi.
2. Menggunakan teknik analisis data regresi linier.
3. Menggunakan rasio likuiditas dan rasio profitabilitas.
Perbedaan Penelitian:
1. Penelitian terdahulu menggunakan sampel perusahaan manufaktur sedangkan
pada penelitian saat ini menggunakan sampel perbankan.
2. Penelitian terdahulu menggunakan variabel independen berupa rasio cakupan,
rasio solvabilitas, serta risiko bisnis. Penelitian saat ini menggunakan variabel
independen berupa rasio permodalan dan kualitas asset.
3. Penelitian terdahulu menggunakan sampel pada periode 2007-2011 sedangkan
penelitian saat ini menggunakan sampel pada periode 2011-2015.
18
d. Rusfika dan Wahidahwati (2015)
Rusfika dan Wahidahwati meneliti faktor akuntansi dan non akuntansi
dalam memprediksi peringkat obligasi perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen yang digunakan berupa peringkat
obligasi PT. Pefindo yang dikategorikan dalam investment grade dan non
investment grade. Variabel independen yang digunakan berupa rasio produktifitas,
rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio likuiditas, jaminan obligasi, umur
obligasi, dan reputasi auditor. Penelitian menggunakan data sampel sejumlah 192
perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013 dan menggunakan teknik
analisis data regresi logistik.
Penelitian memperoleh hasil bahwa profitabilitas, solvabilitas, likuiditas,
serta jaminan obligasi berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Jika
profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan jaminan obligasi naik maka peringkat
obligasi akan naik, sedangkan produktivitas, umur obligasi, dan reputasi auditor
tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan
penelitian saat ini, yaitu:
Persamaan Penelitian:
1. Variabel independen yang digunakan berupa rasio likuiditas, rasio profitabilitas
(rentabilitas), dan rasio solvabilitas (permodalan).
2. Variabel dependen yang digunakan berupa peringkat obligasi.
19
Perbedaan Penelitian:
1. Penelitian terdahulu menggunakan faktor non akuntasi berupa jaminan
obligasi, umur obligasi dan reputasi auditor sedangkan penelitian saat ini
hanya menggunakan faktor akuntansi berupa rasio keuangan perbankan.
2. Sampel penelitian terdahulu menggunakan sample perusahaan non keuangan
periode 2010-2013, sedangkan penelitian saat ini menggunakan sampel
industri perbankan periode 2011-2015.
3. Teknik analisis data yang digunakan adalah pada penelitian terdahulu adalah
regresi logistik sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian saat ini adalah regresi linier.
20
Table 2.1
PENELITIAN TERDAHULU
Tahun Peneliti Topik Sampel Variabel Teknik
Analisis Hasil
Dependen Independen
2012 Theofilus
Steven
Susanto,
Bertha Silva
Setejo, Deddy
Marciano
Penggunaan
rasio CAMEL
terhadap
rating obligasi
bank di
Indonesia
27 sampel
perbankan
tahun
2005-2009
Peringkat
obligasi
Rasio CAMEL
(CAR, NPL,
BOPO, LDR)
Ordered
probit
Penelitian
memperoleh hasil
bahwa CAR, BOPO,
dan LDR berpengaruh
positif sedangkan
NPL berpengaruh
negatif terhadap
peringkat obligasi.
2013 Nelly
Thamida dan
Hendro
Lukman
Faktor
kapitalisasi,
profitabilitas,
likuiditas dan
reputasi
auditor dalam
mempengaruhi
peringkat
obligasi
84 sampel
industri
perbankan
2008-2012
Peringkat
obligasi
Rasio
kapitalisasi,
rasio
profitabilitas,
dan rasio
likuiditas
Regresi
logistik
ordinal
Penelitian
membuktikan bahwa
kapitalisasi
berpengaruh negatif
terhadap peringkat
obligasi, sedangkan
profitabilitas,
likuiditas dan reputasi
auditor tidak
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi
21
2014 Tetty
Widiyastuti,
Djumahir,
dan Nur
Khusniyah
Penggunaan
rasio
keuangan
dalam
memprediksi
peringkat
obligasi
137 sampel
perusahaan
manufaktur
Peringkat
obligasi
Rasio cakupan,
rasio likuiditas,
rasio
solvabilitas,
rasio
solvabilitas, dan
risiko bisnis
Regresi
linier
Penelitian
memperoleh hasil
bahwa rasio cakupan,
rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio
profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi,
sedangkan risiko
bisnis berpengaruh
negative terhadap
peringkat obligasi
2015 Rusfika dan
Wahidahwati
Prediksi
peringkat
obligasi
dengan
menggunakan
faktor
akuntansi dan
non akuntansi
192
perusahaan
non
keuangan
Peringkat
obligasi
Rasio
produktifitas,
rasio
profitabilitas,
rasio
solvabilitas,
rasio likuiditas,
jaminan
obligasi, umur
obligasi, dan
reputasi auditor
Regresi
logistik
Penelitian
memperoleh hasil
bahwa rasio
profitabilitas, rasio
solvabilitas serta
jaminan obligasi
berpengaruh positif
terhadap peringkat
obliges, sedangkan
produktifitas, umur
obligasi, dan reputasi
auditor tidak
berpengaruh terhadap
peringkat obligasi.
22
2016 Rohyawati
Sholihin
Arpadika
Penilaian
peringkat
obligasi bank
dari kinerja
keuangan
bank
Sampel
industri
perbankan
2011-2015
Peringkat
obligasi
Rasio likuiditas,
rasio
rentabilitas,
rasio
permodalan, dan
rasio kualitas
asset
Regresi
linier
-
23
2.2. Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan beberapa teori untuk mendukung dan
memperkuat pembahasan dalam penelitian.Teori-teori tersebut di antaranya
adalah:
2.2.1. Obligasi
a. Pengertian Obligasi
Menurut Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhrudin (2011:12), obligasi
merupakan surat berharga mengenai perjanjian peminjaman sejumlah dana oleh
penerbit obligasi kepada masyarakat (investor) dimana penerbit obligasi
berkewajiban melunasi pokok utang beserta bunga secara berkala pada waktu
yang telah ditentukan kepada investor. Obligasi merupakan surat pengakuan
hutang yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah atau perusahaan sebagai pihak
yang berhutang (Rusfika dan Wahidahwati: 2015). Menurut Abdul Halim
(2015:9) obligasi merupakan surat berharga mengenai kontrak antara pihak
pemberi dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten). Obligasi
berbentuk selembar kertas yang berisi mengenai perjanjian pengembalian pokok
pinjaman, bunga pokok, ketentuan-ketentuan lain seperti identitas pemegang, serta
pembatasan-pembatasan atas tindakan hukum yang dilakukan oleh penerbit.
b. Jenis-Jenis Obligasi
Menurut Tarmiden Sitorus (2015:18), dari sisi metode pembayaran bunga
dan pokok serta jangka waktu, dikenal beberapa jenis obligasi yaitu :
1. Zero coupon bond, yaitu obligasi dengan bunga beserta pokok pinjaman
dibayarkan bersamaan pada saat jatuh tempo.
24
2. Coupon bonds, yaitu obligasi yang menetapkan pembayaran bunga secara
periodik.
3. Fixed coupon bonds, yaitu obligasi dengan tingkat bunga kupon yang telah
ditetapkan sebelumnya dan dibayarkan secara periodik.
4. Floating coupon bonds, yaitu obligasi dengan tingkat bunga kupon yang
berubah secara periodik mengikuti suatu acuan tertentu.
5. Inflation-indexed bonds, yaitu obligasi dengan pembayaran jumlah pokoknya
disesuaikan dengan laju inflasi yang terjadi dalam suatu periode tertentu.
6. Perpetual bonds, yaitu obligasi dengan bunga yang dibayarkan secara
periodik, akan tetapi pokoknya tidak pernah dibayarkan atau tanpa jatuh
tempo.
7. Convertible bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegangnya
untuk menukarkan obligasi yang dimilikinya menjadi saham dari emiten yang
sama.
8. Exchangeable bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk mengonversi obligasi miliknya ke saham perusahaan
afiliasi milik penerbitnya.
9. Callable bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk
membeli kembali obligasi pada harga tertentu sebelum jatuh tempo.
10. Puttable bonds, yaitu obligasi yang dapat dibeli kembali oleh emiten dari
pemegang obligasi dengan harga tertentu sebelum jatuh tempo.
25
11. Assets-backed securities, yaitu obligasi yang dijamin dengan surat agunan
berbentuk asset seperti tagihan dan dikenal sebagai Efek Beragunan Aset
(EBA).
12. Mortgage bonds, yaitu obligasi yang dilengkapi dengan suatu agunan
berbentuk hipotek atas property (tanah dan atau bangunan) dalam penetapan
pembayaran pokok dan bunga.
c. Manfaat Obligasi
Apabila memilih investasi obligasi, investor akan memperoleh berbagai
manfaat. Manfaat-manfaat obligasi menurut Sunariyah (2011:216-218) yaitu :
1. Pendapatan bunga
Pendapatan bunga merupakan komponen utama dari investasi obligasi.
Tingkat bunga obligasi bersifat konstan karena tidak dipengaruhi harga pasar
obligasi. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan
diterima karena di dalam perjanjian kontrak sudah tertulis secara pasti
mengenai hak-hak yang didapatkan.
2. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga jual dan harga beli. Harga
obligasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga pasar dimana harga obligasi
dengan suku bunga pasar bergerak dengan arah berlawanan. Jadi, jika suku
bunga naik harga obligasi akan turun dan sebaliknya. Pergerakan nilai suku
bunga menyebabkan tidak stabilnya harga obligasi. Dengan pergerakan harga
obligasi ini maka investor dapat menentukan keputusan untuk menjual atau
membeli.
26
3. Melindungi Risiko Inflasi
Perusahaan penerbit dapat mengatasi masalah inflasi apabila tingkat bunga
obligasi lebih tinggi daripada tingkat inflasi. Perusahaan ini merupakan
perusahaan yang mempunyai risiko tinggi dan likuiditasnya bagus.
4. Sebagai Agunan Kredit
Obligasi dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan karena dapat
digunakan sebagai agunan kredit bank dan untuk membeli instrument aktiva
lain.
d. Risiko Obligasi
Investasi dalam obligasi memiliki banyak risiko. Menurut Zalmi Zubir
(2012:6), potensi risiko yang akan dihadapi investor yaitu :
1. Risiko Tingkat Bunga
Risiko ini merupakan risiko yang disebabkan karena pergerakan tingkat
bunga yang akan memengaruhi harga obligasi. Harga obligasi akan turun jika
tingkat bunga pasar naik. Sebaliknya harga obligasi akan naik jika tingkat
bunga turun sehingga investor akan memperoleh keuntungan ketika menjual
obligasi tersebut, dan tidak disarankan bagi investor untuk menjual
obligasinya pada saat tingkat bunga pasar naik karena akan mengalami
kerugian.
2. Risiko Gagal Bayar (Default Risk)
Risiko gagal bayar terjadi saat perusaah emiten tidak mampu untuk
memenuhi kewajiban kepada investor dalam hal pembayaran bunga maupun
pokok pinjaman. Risiko ini bergantung pada kesehatan perusahaan.
27
3. Call Risk
Risiko yang terjadi saat sebuah obligasi dibeli kembali oleh emiten sebelum
jatuh tempo. Obligasi akan dibeli kembali oleh emiten ketika tingkat bunga
pasar berada di bawah coupon rate kemudian emiten akan menerbitkan
kembali obligasi baru dengan kupon yang lebih rendah.
4. Purchasing Power Risk
Risiko ini merupakan risiko obligasi yang sangat dipengaruhi oleh inflasi.
Return obligasi akan baik jika inflasi rendah. Sebaliknya, jika inflasi tinggi
return obligasi akan buruk sehingga akan menurunkan daya beli obligasi.
5. Reinvestment Risk
Risiko ini merupakan risiko atas return investasi kupon obligasi dimana
kupon yang diterima investor diinvestasikan kembali pada tingkat bunga yang
lebih rendah.
6. Liquidity Risk
Risiko yang harus dihadapi investor ketika obligasi tidak aktif
diperdagangkan di bursa dan tidak ada kejelasan mengenai harga. Sehingga
investor akan mencari obligasi yang aktif diperdagangkan di bursa efek.
2.2.2. Peringkat Obligasi
1. Pengertian Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi merupakan pernyataan mengenai keadaan perusahaan
emiten yang menunjukkan mengenai risiko untuk melakukan investasi obligasi
perusahaan tersebut. Peringkat mengukur risiko kegagalan emiten atau peminjam
28
mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan (Rusfika dan
Wahidahwati: 2015). Peringkat obligasi perusahaan memberikan petunjuk bagi
investor tentang kualitas investasi obligasi yang mereka minati.
2. Jenis Peringkat Obligasi
Menurut Sunariyah (2011:214), rating obligasi dibagi menjadi dua jenis
yaitu:
a. Grade Bond
Yaitu obligasi yang masuk ke dalam peringkat yang layak untuk investasi
(Investment Grade). Peringkat yang termasuk ke dalam investment grade
adalah peringkat AAA, AA dan A menurut Standard & Poor’s atau
peringkat Aaaa, Aa, dan A menurut moody’s.
b. Non-grade Bond
Adalah obligasi yang telah diperingkat tetapi tidak termasuk peringkat
yang layak untuk investasi (non-investment grade). Peringkat yang masuk
kategori ini adalah BBB, BB dan B menurut Standard & Poor’s atau
peringkat Bbbb, Bb, dan B menurut moody’s.
3. Kegunaan Peringkat Obligasi
Menurut Sunariyah (2011:216), manfaat dan kegunaan peringkat obligasi
sebagai berikut:
1. Sebagai pertimbangan pihak lembaga keuangan untuk memberikan kredit
kepada perusahaan. Jika obligasi perusahaan tinggi, maka lembaga
keuangan akan dengan mudah memberikan kredit kepada perusahaan karena
akan mengalami risiko gagal bayar yang rendah.
29
2. Sebagai dasar untuk menentukan tingkat bunga yang sesuai karena investor
akan tertarik dengan obligasi dengan tingkat bunga yang rendah karena
risiko gagal bayarnya kecil. Sedangkan investor akan meminta tingkat
bunga yang tinggi untuk perusahaan yang memiliki peringkat obligasi non
investment grade untuk mengompensasi risiko gagal bayar.
3. Sebagai acuan pemegang obligasi untuk mempertimbangkan risiko gagal
bayar perusahaan emiten.
30
Tabel 2.2
TABEL PERINGKAT OBLIGASI MENURUT PEFINDO
Peringkat Keterangan
AAA
Obligasi peringkat AAA merupakan efek utang yang
memiliki peringkat tertinggi dan berisiko paling rendah serta
didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif
untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya sesuai
dengan perjanjian.
AA
Obligasi peringkat AA merupakan efek utang yang didukung
oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya sesuai dengan perjanjian serta
tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan.
A
Obligasi peringkat A menunjukkan efek utang yang berisiko
investasi rendah dan memiliki kemampuan dukungan obligor
yang kuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
perjanjian namun cukup peka terhadap perubahan yang
merugikan.
BBB
Obligasi peringkat BBB merupakan efek utang yang
memiliki risiko cukup rendah didukung oleh kemampuan
obligor yang memadai untuk memenuhi kewajiban sesuai
perjanjian namun dapat diperlemah oleh perubahan keadaan
bisnis dan perekonomian yang merugikan.
BB
Obligasi peringkat BB merupakan efek utang yang didukung
oleh kemampuan obligor yang sedikit lemah relatif
dibandingkan dengan entitas lainnya untuk memenuhi
kewajiban sesuai perjanjian namun dapat diperlemah oleh
perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak
stabil.
B
Obligasi peringkat B merupakan efek utang yang
menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah.
Walaupun obligor masih memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya, namun
terdapat perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang
merugikan yang akan memperburuk kemampuan tersebut
untuk memenuhi kewajiban finansialnya.
CCC Obligasi peringkat C merupakan efek utang yang tidak
mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya serta hanya
bergantung kepada perbaikan keadaan eksternal.
D Obligasi peringkat D merupakan efek utang yang macet atau
emitennya sudah berhenti berusaha.
Sumber : PT.Pefindo
31
2.2.3. Laporan Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013:105), laporan keuangan merupakan
gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan pada jangka waktu tertentu.
Sedangkan menurut Dwi Prastowo (2011:5), laporan keuangan bertujuan untuk
menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Veitzhal Rivai, et.al (2013:375),
mendefinisikan laporan keuangan sebagai laporan periodik yang disusun menurut
prinsip-prinsip akuntansi mengenai status keuangan dari individu, asosiasi, atau
organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan
ekuitas pemilik.
Pada dasarnya laporan keuangan bank sama dengan laporan keuangan
perusahaan. Namun perbedaannya terletak pada laporan komitmen dan kontinjensi
pada laporan keuangan bank, sedangkan perusahaan tidak. Bank diwajibkan
untuk menyampaikan laporan keuangan berupa neraca, laporan laba rugi, laporan
komitmen dan kontijensi, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan sangat penting sebagai dasar untuk mengetahui kinerja sebuah
bank khususnya investor dalam mengambil keputusan investasi. Kondisi bank
dapat dilihat dari kinerja keuangan melalui pengukuran rasio keuangan bank.
2.2.4 Kinerja Keuangan Bank
Kinerja keuangan merupakan informasi penting bagi investor dalam
mengambil keputusan investasi. Kinerja keuangan menggambarkan suatu kondisi
keuangan perusahaan yang dapat dilihat dari masing-masing rasio keuangannya.
32
Terdapat beberapa pengukuran kinerja keuangan melalui rasio-rasio keuangannya.
Kinerja keuangan bank dapat dilihat melalui tingkat likuiditas, profitabilitas,
permodalan, dan kualitas asset.
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut Veitzhal Rivai, et.al
(2013:145), likuiditas mencerminkan ketersediaan uang tunai yang cukup dan
disertai dengan kemampuan meningkatkan jumlah dana untuk memenuhi
kewajiban pembayaran terutama kepada nasabah yang dapat melakukan
permintaan penarikan dan permintaan kredit yang terjadi secara tidak terduga.
Berikut ini dijelaskan berbagai rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas.
a. Cash Ratio
Cash ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik. Menurut Veithzal
Rivai, et.al (2013:483), rumus yang dapat digunakan untuk mengukur Cash ratio
adalah:
Cash Ratio = ..........................................................(1)
Keterangan:
1. Aktiva likuid terdiri dari kas, giro BI, giro pada bank lain.
33
2. Pasiva likuid merupakan dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan,
deposito dan simpanan dari bank lain.
b. Loan to Deposite Ratio (LDR)
Loan to Deposite Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah
kredit yang diberikan bank dengan jumlah dana masyarakat yang dihimpun oleh
bank. Rumus yang digunakan dalam rasio ini menurut Veithzal Rivai, et.al
(2013:484) adalah:
LDR = .........................................(2)
Keterangan:
1. Kredit yang diberikan merupakan jumlah kredit yang disalurkan pada pihak
ketiga.
2. Dana pihak ketiga terdiri dari giro, deposito berjangka, dan tabungan.
c. Loan to Asset Ratio (LAR)
Loan to Asset Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan
aktiva yang dimiliki bank dan merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang
diberikan oleh bank dengan total aktiva yang dimiliki bank. Menurut Veithzal
Rivai, et.al (2013:484), Loan to Asset Ratio dirumuskan dengan:
LAR = ..........................................(3)
34
Keterangan:
1. Kredit yang diberikan merupakan jumlah dana yang disalurkan pada nasabah
yang membutuhkan dana.
2. Jumlah asset merupakan total aktiva yang dimiliki oleh bank yang tertera
pada neraca.
d. Banking Ratio (BR)
Banking Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas bank
dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit
yang dimiliki. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:306), rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
BR = ..................................................................(4)
Keterangan:
1. Total deposit terdiri dari giro, deposito berjangka, dan tabungan.
2. Total loans terdiri dari kredit yang diberikan.
e. Reserve Requirement (RR)
Reserve Requirement merupakan likuiditas wajib minimum yang harus dipelihara
dalam bentuk giro pada Bank Indonesia yang berlaku bagi semua bank. Menurut
Veithzal Rivai, et.al (2013:306), perhitungan ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Reserve Requirement = ...................................(5)
35
Keterangan:
1. Giro wajib minimum diperoleh dari pos neraca.
2. Dana pihak ketika diperoleh dari penjumlahan pos neraca pasiva (giro,
tabungan, deposito berjangka, dan sertifikat deposito).
f. Rasio Net Call Money to Current Assets (NCM to CA)
Rasio Net Call Money to Current Assets merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar.
Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur rasio ini adalah:
NCM = ...........................................(6)
Keterangan:
1. Call Money didapat dari neraca.
2. Aktiva lancar didapat dari penjumlahan kas, giro BI, SBI, giro pada bank lain,
deposito on call, call money.
2. Rasio Rentabilitas
Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:480), rentabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur efisiensi dan kualitas pendapatan bank. Jika bank
memiliki laba yang tinggi diartikan bahwa kinerja bank baik sehingga investor
akan tertarik untuk berinvestasi khususnya investor obligasi karena jika suatu saat
bank dilikuidasi sehingga investor akan merasa terproteksi. Berikut ini dijelaskan
berbagai rasio yang digunakan untuk mengukur rentabilitas.
36
a. Return on Total Asset (ROA)
Return on Total Asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan yang berasal dari
pengelolaan aktiva yang dimiliki. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:480),
rumus yang digunakan untuk menghitung ROA yaitu:
ROA = …………………..…(7)
Keterangan:
1. Laba bersih sebelum pajak diperoleh dari perhitungan pada laporan laba/rugi.
2. Total asset diperoleh dari perhitungan pada neraca aktiva.
b. Return on Total Equity (ROE)
Return On Equity merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan
pembayaran dividen. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:481), rumus yang
digunakan untuk menghitung ROE yaitu:
ROE = .........................................................(8)
Keterangan:
1. Laba bersih diperoleh dari perhitungan neraca (laporan laba/rugi).
2. Modal sendiri merupakan semua komponen ekuitas pada neraca.
37
c. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan earning
assets dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih dalam pemanfaatan aktiva
produktif. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:481), rumus yang dapat digunakan
untuk menghitung NIM yaitu:
NIM = .......(9)
Keterangan:
1. Perolehan pendapatan bunga bersih dilaporkan dari pos pendapatan laporan
laba/rugi.
2. Aktiva produktif terdiri dari kredit pihak ketiga, penyertaan pada pihak
ketiga, giro pada Bank Indonesia, surat berharga.
d. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO merupakan perbandingan antara beban operasional dengan pendapatan
operasional yang digunakan untuk mengukur kamampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasional dan mengukur tingkat efisiensi bank. Menurut Veithzal
Rivai, et.al (2013:482), rumus yang dapat digunakan untuk menghitung BOPO
yaitu:
BOPO = X 100%................................................(10)
38
Keterangan:
1. Beban operasional diperoleh dari penjulalahan laba rugi (beban bunga).
2. Pendapatan operasional diperoleh dari penjumlahan laba rugi (pendapatan
bunga).
e. Fee Base Income Ratio
Fee Base Income Ratio merupakan pendapatan operasional di luar bunga.
Menurut Veithzal Rivai, et.al, rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini
adalah:
Fee Base Income Ratio = ..............(11)
Keterangan:
1. Pendapatan Operasional lain merupakan pendapatan operasional selain dari
pendapatan bunga yang diperoleh dengan melihat laporan laba/rugi.
2. Pendapatan operasional diperoleh dari penjumlahan laba rugi (pendapatan
bunga).
3. Rasio Permodalan
Permodalan merupakan cadangan dana yang digunakan untuk
mengembangkan usaha dan menangani kemungkinan terjadinya risiko kerugian.
Menurut Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2011:519) permodalan merupakan
kemampuan bank dalam mempertahankan kecukupan modal dan kemampuan
manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol
39
risiko-risiko yang dapat mempengaruhi besarnya modal bank. Menurut Veithzal
Rivai, et.al, berbagai rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan adalah:
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio merupakan kemampuan bank untuk mengcover kerugian
yang timbul dari aktivitas yang dilakukan bank. Capital Adequacy Ratio digunakan
untuk mengetahui kecukupan modal bank dalam mengcover aktiva yang
mengandung risiko. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:472), rumus yang
digunakan untuk mengukur rasio ini adalah:
CAR = …………………….(12)
Keterangan:
1. Modal inti dan modal pelengkap merupakan total modal serta dikurangi
penyertaan.
2. Perhitungan total aktiva tertimbang menurut risiko dihitung berdasarkan
jumlah atas aktiva tertimbang menurut risiko pasar, risiko kredit, dan risiko
operasional pada laporan keuangan.
b. Capital Adequacy Ratio 2 (CAR2)
Capital Adequacy Ratio 2 digunakan nntuk mengukur kemampuan dana internal
dalam menutupi kredit macet. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:306), untuk
mencari Capital Adequacy Ratio 2 digunakan rumus berikut:
40
CAR2 = ...........................................(13)
Keterangan:
1. Modal (equity capital) terdiri dari modal disetor, cadangan umum, cadangan
lain, laba tahun berjalan, laba ditahan, dana setoran modal, dan jumlah modal.
2. Fixed Assets merupakan aktiva yang memiliki massa lebih dari satu tahun
yang dapat dihitung dari neraca.
3. Estimated Risk in Loans merupakan kredit macet.
c. Capital Ratio
Capital Ratio digunakan untuk mengetahui besarnya modal yang digunakan untuk
menutupi kegagalan kegiatan perkreditan. Menurut Veithzal Rivai, et.al
(2013:306), untuk menghitung Capital Ratio digunakan rumus berikut:
Capital Ratio = ..................................................(14)
Keterangan:
1. Modal (equity capital) terdiri dari modal disetor, cadangan umum, cadangan
lain, laba tahun berjalan, laba ditahan, dana setoran modal, dan jumlah modal.
2. Total loans merupakan dana bank dari pinjaman dari Bank Indonesia,
pinjaman dari bank lain, pinjaman subordinasi, pinjaman dari Lembaga
Keuangan Bukan Bank, dan obligasi.
41
4. Rasio Kualitas Asset
Kualitas asset merupakan kemampuan bank dalam mengelola aktiva
produktif yang dimiliki bank agar memberikan manfaat berupa keuntungan.
Menurut Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono (2012:519) kualitas aktiva produktif
menunjukkan kualitas asset yang berhubungan dengan risiko kredit yang
diakibatkan dari pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang
berbeda. Bank yang memiliki kualitas aset yang baik akan terhindar dari risiko
kerugian. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:475) rumus yang digunakan untuk
mengukur rasio ini adalah:
a. Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan merupakan rasio perbandingan antara kredit bermasalah
dengan total kredit. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola
kredit bermasalah dari seluruh kredit yang diberikan. Rumus untuk menghitung
rasio ini sebagai berikut:
NPL = X 100% …………………………….(15)
Keterangan:
1. Jumlah kredit bermasalah terdiri dari kredit dengan kolektibilitas kurang
lancar, diragukan, dan macet.
2. Total kredit merupakan jumlah keseluruhan kredit yang diberikan oleh pihak
ketiga yang terdiri dari semua kolektibilitas.
42
b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Kualitas aktiva produktif merupakan perbandingan antara classified assets dengan
total earning assets. Classified assets yaitu kredit yang masuk dalam kriteria
kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan total earning assets yaitu
kredit yang diberikan, surat berharga, aktiva antar bank, dan penyertaan. Menurut
Veithzal Rivai, et.al (2013:475), rumus yang dapat digunakan untuk menghitung
rasio ini adalah:
KAP = X 100%..............................................................(16)
Keterangan:
PPAP adalah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk
untuk menutupi risiko kerugian.
c. Bad Debt Ratio (BDR)
Bad Debt Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa
besar debitur bank mengalami kesulitan dalam cash flow yang mengakibatkan
kesulitan dalam membayar angsuran pada bank. Menurut Veithzal Rivai, et.al
(2013:474), rumus yang dapat digunakan untuk menghitung BDR adalah:
BDR = ..........................(17)
43
Keterangan:
1. Kriteria aktiva produktif yang diklasifikasikan ialah aktiva produktif dalam
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.
2. Komponen aktiva produktif meliputi penyertaan saham, surat berharga, kredit
yang diberikan bank, dan tagihan pada bank lain.
2.2.5 Pengaruh Likuiditas Terhadap Peringkat Obligasi
Likuiditas merupakan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Menurut Veithzal Rivai, et.al (2013:145), likuiditas
merupakan kemampuan bank dalam menyediakan uang tunai untuk memenuhi
kewajibannya. Likuiditas dapat diukur dengan menggunakan Cash Ratio yaitu
untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban yang harus
segera dibayarkan dengan menggunakan aset likuid yang dimiliki bank.
Tingkat likuiditas yang tinggi diartikan bahwa tingkat persediaan aset
likuid yang dimiliki bank cukup sehingga bank akan mampu memenuhi
kewajiban-kewajibannya termasuk kewajiban membayar bunga obligasi dan
investor akan tertarik untuk berinvestasi karena mempunyai risiko gagal bayar
yang rendah. Bank yang memiliki likuiditas tinggi juga diartikan bahwa bank
akan mengalami penurunan pendapatan laba, sedangkan laba sangat penting bagi
bank yang menerbitkan obligasi karena laba dapat dimanfaat untuk pembayaran
bunga obligasi.
Jadi jika likuiditas bank tinggi maka peringkat obligasi akan baik, akan
tetapi jika likuiditas bank rendah maka peringkat obligasi juga akan buruk.
Likuiditas yang tinggi juga dapat menurunkan peringkat obligasi maka jika
44
likuiditas tinggi peringkat obligasi akan turun, sebaliknya jika likuiditas rendah
maka bank memiliki peluang untuk mendapatkan peringkat yang baik.
Theofillus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy Marciano
(2012) memberikan bukti bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap peringkat
obligasi bank, yang berarti jika likuiditas tinggi maka peringkat obligasi bank
akan tinggi. Sebaliknya jika likuiditas rendah maka perolehan peringkat obligasi
akan rendah.
2.2.6 Pengaruh Rentabilitas Terhadap Peringkat Obligasi
Rentabilitas digunakan untuk mengukur perolehan laba dan tingkat
efisiensi usaha. Laba yang dihasilkan dapat didistribusikan untuk pembayaran
kupon bunga dan pokok pinjaman atas surat utang yang diterbitkan, sehingga para
pemegang surat utang merasa terjamin untuk mendapatkan pendapatan tetap
secara berkala (Ninik Amalia: 2013). Semakin tinggi tingkat rentabilitas bank
maka semakin rendah risiko bank mengalami default risk. Rentabilitas dapat
diukur dengan Return On Asset, yaitu untuk mengetahui seberapa besar tingkat
perolehan laba dari penggunaan asset yang dimiliki bank dalam kegiatan
operasionalnya. Nilai Return On Asset yang tinggi mengindikasikan perolehan
laba bank yang tinggi.
Jadi, jika rentabilitas bank tinggi maka peringkat obligasi bank tersebut
juga baik. Sebaliknya jika rentabilitas bank rendah maka perolehan peringkat
obligasi juga rendah.
Theofillus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy Marciano
(2012) memberikan bukti bahwa profitabilitas/rentabilitas berpengaruh positif
45
terhadap peringkat obligasi yang berarti jika rentabilitas tinggi maka perolehan
peringkat obligasi akan tinggi dan sebaliknya jika rentabilitas rendah maka
perolehan peringkat obligasi juga akan rendah.
2.2.7 Pengaruh Permodalan Terhadap Peringkat Obligasi
Permodalan merupakan cadangan dana bank yang digunakan pada saat
bank mengalami kesulitan. Menurut Julius R. Latumaerissa (2014:47) permodalan
berfungsi sebagai sumber utama pembiayaan dan sebagai penyangga terhadap
kemungkinan terjadinya kerugian. Permodalan dapat diukur dengan menggunakan
Capital Adequacy Ratio untuk mengetahui kecukupan modal bank dalam
mengcover aktiva yang mengandung risiko. Jika permodalan bank besar maka
kemungkinan terjadinya risiko akan berkurang sehingga investor yakin untuk
berinvestasi karena bank akan terhindar dari risiko likuiditas sehingga bank dapat
membayar bunga dan pokok pinjaman obligasi. Jika permodalan besar maka
peringkat obligasi naik.
Permodalan yang besar juga dapat mengakibatkan rendahnya perolehan
peringkat obligasi. Adanya permodalan yang besar mengakibatkan banyaknya
modal yang menganggur sehingga modal tersebut tidak dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional yang menghasilkan laba dimana laba tersebut dapat
dimanfaatkan untuk pembayaran bunga dan pokok pinjaman obligasi. Sehingga
jika permodalan besar, maka akan perolehan peringkat obligasi akan rendah,
sebaliknya jika permodalan bank rendah, maka perolehan peringkat obligasi akan
tinggi.
46
Theofillus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy Marciano
(2012) memberikan bukti bahwa permodalan berpengaruh positif terhadap
peringkat obligasi. Hal ini dapat diartikan bahwa jika permodalan besar maka
bank akan mendapatkan peringkat obligasi yang baik. Jika permodalan bank
rendah maka bank akan mendapatkan peringkat obligasi yang rendah. Serta Nelly
Thamida dan Hendro Lukman (2013) memberikan bukti bahwa permodalan
berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Jika nilai permodalan besar maka
bank akan mendapatkan peringkat obligasi yang rendah, sebaliknya jika
permodalan rendah akan peringkat obligasi yang didapatkan bank tinggi.
2.2.8 Pengaruh Kualitas Asset Terhadap Peringkat Obligasi
Kualitas asset adalah kemampuan bank dalam mengelola aktiva produktif
agar mendapat keuntungan.Pengelolaan aktiva produktif selain bank memperoleh
keuntungan juga terdapat risiko kerugian. Risiko kerugian yang dapat dialami
bank yaitu dengan adanya penyaluran dana, penanaman dana, dan penempatan
dana yang bermasalah. Menurut Veitzhal Rivai et.al (2013:473), penilaian
kualitas asset merupakan penilaian terhadap asset yang dimiliki bank dan
kecukupan manajemen kredit. Kualitas asset dapat diukur dengan Non Performing
Loan yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam mengelola
kredit bermasalah yang diberikan bank pada pihak ketiga.
Kualitas asset yang baik ditandai dengan adanya jumlah penanaman dana
bermasalah yang rendah, yang berarti bahwa nilai dari Non Performing Loan
rendah. Jika bank memiliki jumlah penanaman dana bermasalah yang rendah,
maka semakin besar keuntungan yang didapat bank. Sebaliknya semakin tinggi
47
jumlah penyaluran dana bermasalah, semakin rendah keuntungan yang didapatkan
sehingga peluang mengalami risiko gagal bayar tinggi. Sehingga kualitas asset
berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi.
Theofillus Steven Susanto, Bertha Silva Sutejo, dan Deddy Marciano
(2012) memberikan bukti bahwa kualitas asset berpengaruh negatif terhadap
peringkat obligasi. Semakin tinggi kualitas asset maka semakin rendah peringkat
obligasi. Sebaliknya semakin rendah kualitas asset maka semakin baik perolehan
peringkat obligasi.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah suatu konsep pemikiran yang dituangkan
dalam bentuk bagan dalam suatu penelitian ilmiah mengenai variabel-variabel
yang diuji. Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu maka dapat digambarkan
kerangka pemikiran sebagai berikut:
48
H2
+/-
H3 +
H4 +/-
H5 -
-
H1
Gambar 2.1
KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan gambar kerangka pemikiran dalam penelitian ini menjelaskan
mengenai faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi perusahaan yang terdaftar
di BEI. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat variabel (X) yaitu
likuiditas (Cash Ratio), rentabilitas (ROA), permodalan (CAR), dan kualitas asset
(NPL) yang mempengaruhi variabel terikat (Y) peringkat obligasi.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesisi merupakan dugaan hasil penelitian sementara yang harus
dibuktikan melalui penelitian uji hipotesis. Berdasarkan perumusan masalah,
LIKUIDITAS
(Cash Ratio)
RENTABILITAS
(ROA)
PERINGKAT
OBLIGASI PERMODALAN
(CAR)
KUALITAS ASSET
(NPL)
49
tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapat diajukan hipotesis:
H1: Kinerja keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio
permodalan, dan rasio kualitas asset secara simultan berpengaruh terhadap
peringkat obligasi bank.
H2: Rasio likuiditas yang diukur dengan Cash Ratio memiliki pengaruh terhadap
peringkat obligasi bank.
H3: Rasio rentabilitas yang diukur dengan ROA memiliki pengaruh positif
terhadap peringkat obligasi bank.
H4: Rasio permodalan yang diukur dengan CAR memiliki pengaruh terhadap
peringkat obligasi bank.
H5: Rasio kualitas asset yang diukur dengan NPL memiliki pengaruh negatif
terhadap peringkat obligasi bank.
Recommended