View
17
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu berkewajiban untuk menyusun laporan keuangan
sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan.
Berdasarkan Peratuan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah
dan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 37 Tahun 2013 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintahan Kota Salatiga sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Walikota Salatiga Nomor 25 Tahun 2017 mengenai pelaksanaan secara
bertahap dari penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis kas menuju akrual
menjadi penerapan standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual di lingkungan
Pemerintahan Kota Salatiga.
Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Akrual Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga meliputi Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Operasional (LO), Laparan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca, Catatan
Atas Laporan Keuangan (CaLK).
Laporan Keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu selama satu periode pelaporan. Laporan Keuangan
terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan
anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai efektivitas dan
efisiensi, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-
undangan.
2
Tujuan penyusunan Laporan Keuangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Tahun 2018 adalah untuk menyajikan informasi tentang :
a. menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan cukup
untuk membiayai seluruh pengeluaran.
b. menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan.
c. menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu serta
hasil-hasil yang telah dicapai.
d. menyediakan informasi mengenai bagaimana Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi
kebutuhan kasnya.
e. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, apakah mengalami kenaikan atau
penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Landasan hukum yang digunakan dalam Penyusunan Laporan Keuangan Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2018 adalah:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah
Kota Kecil dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan
Jawa Barat;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
3
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang - Undang
Nomor 9 Tahun 2015;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2015 tentang Penyisihan
Piutang dan Penyisihan Dana Bergulir pada Pemerintah Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah;
15. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 6 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Salatiga Tahun 2005-2025;
4
16. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pembentukan
Dana Cadangan, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota
Salatiga Nomor 10 tahun 2011;
17. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan;
18. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Air Tanah;
19. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah;
20. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa
Umum, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Salatiga
Nomor 1 Tahun 2017;
21. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi
Jasa Usaha;
22. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 14 Tahun 2011 tentang Retribusi
Perizinan Tertentu, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota
Salatiga Nomor 2 Tahun 2017;
23. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan Perkotaan dan Perdesaan;
24. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 11 Tahun 2013 tentang Penyertaan
Modal Pemerintah Daerah pada Perusahaan Daerah Kota Salatiga, Perusahaan
Daerah Badan Kredit Kecamatan Sidorejo, Perseroan Terbatas Pusat Rekreasi
dan Promosi Pembangunan Jawa Tengah dan Perseroan Terbatas Bank
Pembangunan Daerah Jawa Tengah;
25. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah;
26. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah;
5
27. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 12 Tahun 2016 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017;
28. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 3 Tahun 2017 tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2016;
29. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 7 Tahun 2017 tentang Perubahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017;
30. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 37 Tahun 2013 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Kota Salatiga, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 59 Tahun 2018;
31. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 17 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah dan Bagan Akun Standar, sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 73 Tahun 2018;
32. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 10 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah 2017;
33. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2017;
34. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 75 Tahun 2016 tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017;
35. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 2 Tahun 2017 tentang Uang Persediaan
Perangkat Daerah Tahun Anggaran 2017;
36. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 6 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Walikota Salatiga Nomor 75 Tahun 2016 tentang Penjabaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017.
6
37. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 19 Tahun 2017 tentang Penjabaran
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2017;
38. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 20 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberian Hibah yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah;
39. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 23 Tahun 2017 tentang Penjabaran
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017;
40. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 24 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah;
41. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 32 Tahun 2017 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Persediaan.
42. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 60 Tahun 2018 tentang Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Kota Salatiga Nomor 12 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akutansi dan Operasi Yang Tidak
Dilanjutkan.
1.3. Sistematika Penyajian Catatan Atas Laporan Keuangan
Sistematika isi Catatan Atas Laporan Keuangan Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
1.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
1.3. Sistematika Penyajian Catatan atas Laporan Keuangan
7
BAB II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN
TARGET KINERJA APBD
2.1. Ekonomi Makro
2.2. Kebijakan Keuangan
2.2.1. Kebijakan Anggaran Pendapatan
2.2.2. Kebijakan Anggaran Belanja Daerah
2.2.3. Kebijakan Anggaran Pembiayaan
2.3. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
BAB III IKHTISAR CAPAIAN TARGET KINERJA KEUANGAN
3.1. Pengelolaan Pendapatan Daerah
3.1.1. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2018
3.1.2. Permasalahan yang dihadapi
3.2. Pengelolaan Belanja Daerah
3.2.1 Target dan Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018
3.2.2 Permasalahan yang dihadapi
BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI
4.1. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan Keuangan Daerah
4.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
4.3. Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
4.3.1 Pengukuran Aset
4.3.2 Pengukuran Kewajiban
4.3.3 Pengukuran Ekuitas
4.3.4 Pengukuran Pendapatan LRA
4.3.5 Pengukuran Belanja
4.3.6 Pengukuran Pendapatan LO
4.3.7 Pengukuran Beban
BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
5.1. Penjelasan Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
8
5.1.1 Pendapatan
5.1.2 Belanja
5.1.3 Pembiayaan
5.2. Penjelasan Pos-pos Laporan Operasional
5.2.1 Kegiatan Opersional
5.2.2 Kegiatan Non Operasional
5.2.3 Pos Luar Biasa
5.2.4 Surplus/Defisit LO
5.3. Penjelasan Laporan Perubahan Ekuitas
5.3.1 Ekuitas Awal
5.3.2 Surplus/Defisit-LO
5.3.3 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/ Kesalahan Mendasar
5.3.4 Ekuitas Akhir
5.4. Penjelasan Pos-pos Neraca
5.4.1 Aset
5.4.2 Kewajiban
5.4.3 Ekuitas
BAB VI INFORMASI NON KEUANGAN
6.1. Organisasi dan Tata Kerja OPD Tahun 2018
6.2. Rencana Strategis OPD
6.3. Informasi Non Keuangan Lainnya
BAB VII PENUTUP
9
BAB II
EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN
PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
2.1. Ekonomi Makro
Dengan sistem ekonomi yang terbuka, kinerja perekonomian suatu daerah
sangat dipengaruhi oleh berbagai kebijakan dibidang keuangan baik kebijakan
fiskal maupun moneter seperti suku bunga, inflasi, maupun nilai tukar rupiah serta
kebijakan di bidang lain.
Dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang semakin positif sesuai
dengan target yang telah direncanakan, serta dengan memperhatikan kondisi
perekonomian global dan nasional, kebijakan ekonomi Jawa Tengah diarahkan
pada peningkatan perekonomian daerah berbasis potensi unggulan daerah sehingga
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkualitas dapat dicapai dengan
melakukan berbagai upaya antara lain:
1. Pengembangan sarana prasarana perekonomian daerah.
2. Konektivitas antara pusat pertumbuhan ekonomi tinggi dan rendah dengan
meningkatkan kualitas dan ketersediaan infrastruktur yang semakin baik.
3. Meningkatnya daya saing produk UMKM/IKM berbahan baku lokal.
4. Peningkatan akses pasar dan promosi bagi potensi unggulan di daerah.
5. Peningkatan iklim usaha kondusif terutama bagi investasi yang menyerap
tenaga kerja yang mendukung ekonomi kerakyatan.
6. Peningkatan kelancaran arus distribusi barang kelompok kebutuhan
masyarakat dan barang strategis serta kelompok jasa.
Dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan rakyat yang berkeadilan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah
perlu bersama-sama melakukan langkah-langkah kongkrit dan sinergi kebijakan
10
antara pusat dan daerah. Arah dan skema dari kebijakan dan strategi pembangunan
ekonomi adalah mengenai upaya optimalisasi pengelolaan dan pendayagunaan
potensi daya lokal melalui:
1. Pemanfaatan sumber daya alam yang mampu menghasilkan nilai ekonomi
sehingga mampu meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat.
2. Pelibatan dan peningkatan daya saing Usaha Kecil Menengah dan Koperasi
dengan menekankan produk unggulan daerah serta produk industri unggulan
daerah serta produk industri kreatif Kota Salatiga.
3. Pengembangan sistem pemasaran hasil produk unggulan daerah serta produk
industri kreatif Kota Salatiga.
4. Peningkatan program kemitraan, sarana dan prasarana pendukung dalam
rangka pembentukan wirausaha baru.
5. Peningkatan peran dan layanan koperasi, lembaga jasa keuangan.
Melihat kondisi perekonomian tahun sebelumnya dengan melihat
pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun 2016 masih terpengaruh kondisi ekonomi
global, dalam empat tahun terakhir pertumbuhan ekonomi nasional mengalami
perlambatan, bahkan dalam tahun 2014 kemarin, pertumbuhan ekonomi nasional
hanya mencapai 5 persen, jauh lebih rendah dibandingkan dengan laju
pertumbuhan tiga tahun sebelumnya yang masih di atas 6 persen. Begitu pula
dengan realisasi kuartal I Tahun 2016 yang hanya tumbuh 4,92 persen lebih
rendah dibandingkan kuartal IV Tahun 2015 yang tumbuh 5,04 persen.
Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dalam kurun waktu lima tahun
terakhir menunjukkan kecenderungan menurun, tahun 2012 sebesar 6,34%,
menurun menjadi 5,81% pada tahun 2013 dan mengalami penurunan sebesar
5,30% pada tahun 2014, sedangkan pada tahun 2015 mengalami peningaktan
menjadi 5,40% dan tahun 2016 diperkirakan menjadi 5%.
11
Sejalan dengan kondisi ekonomi Jawa Tengah dan lebih dari separuh
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengan, pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga
tahun 2013 sebesar 6,09% dan tahun 2014 sebesar 5,23%. Sedangkan laju inflasi
pada tahun 2012 yang sebesar 4,12% tahun 2013 mencapai 7,67% dan pada tahun
2014 sebesar 7,84%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Tahun 2017 diprediksi antara 5,2%
dengan asumsi konsumsi domestik dan investasi masih bertahan kuat. Sedangkan
laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2016 diperkirakan mendekati
5,7%. Perkiraan perekonomian Kota Salatiga tahun 2017 akan menghadapi
sejumlah tantangan akibat dari pengaruh lingkungan ekonomi global, dan
tantangan yang akan dihadapi diantaranya adalah:
1. Masih besarnya ketergantungan penerimaan daerah dari sumber dana
perimbangan.
2. Kondisi perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian
nasional maupun perekonomian global, khususnya terkait kebijkaan
pemerintah mengenai Tarif Dasar Listrik (TDL) dan Bahan Bakar Minyak
(BBM).
3. Tuntutan untuk mewujudkan iklim investasi yang kondusif dan kompetitif.
4. Pengaruh fluktuasi ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
5. Keterlambatan penyelesaian pembangunan infrastruktur strategis.
6. Kebijakan sektoral yang kurang sinkron.
Kebijakan ekonomi Kota Salatiga, tidak terlepas dari perkembangan asumsi
dasar ekonomi makro nasional dan Provinsi Jawa Tengah. Memperhatikan
perkembangan ekonomi nasional yang tidak terlepas dari pengaruh perkembangan
ekonomi dunia, Kota Salatiga masih akan menghadapi tantangan cukup berat,
12
akibat adanya isu strategis nasional maupun daerah yang dapat menyebabkan
masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran.
Proyeksi Tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Kota Salatiga optimis
membaik, namun perlu adanya keseimbangan pertumbuhan makro dan mikro
diberbagai sub sektor. Kondisi ekonomi tahun 2017 sangat dipengaruhi faktor
eksternal maupun internal. Faktor eksternal diperkirakan lebih baik karena adanya
kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
pendapatan, peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik.
Penciptaan iklim kondusif untuk investasi diharapkan dapat berpengaruh
pada peningkatan produksi. Faktor internal yang berpengaruh adalah komitmen
terhadap peningaktan pelayanan publik dan menciptakan penguatan ekonomi
masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan ketenagakerjaan dan kemiskinan
serta berupaya dalam pemerataan peningkatan pendapatan masyarakat.
Kebijakan ekonomi diarahkan untuk meningkatkan pelayanan publik
masyarakat dan mengurangi kemiskinan guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat berupa:
1. Peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi investor.
2. Pengembangan produk unggulan daerah dan kewirausahaan untuk mendorong
daya saing.
3. Peningkatan nilai tambah barang dan jasa yang berorientasi pada
pengembangan produk dan pendapatan petani.
4. Melanjutkan pembangunan dan revitalisasi infrastruktur wilayah.
5. Pengembangan struktur perekonomian daerah melalui pengembangan potensi
dan produk unggulan daerah yang memiliki daya saing.
Mendasarkan pada kondisi perekonomian pada tahun 2015 dan 2016 serta
tantangan yang akan dihadapi pada masa mendatang maka perekonomian daerah
13
tahun 2018 akan tetap didominasi oleh sektor tersier yaitu perdagangan, industri
pengolahan, hotel dan restoran, angkutan dan jasa-jasa. Memperhahtikan prioritas
pembangunan nasional dan Provinsi Jawa Tengah, prioritas pembangunan Kota
Salatiga Tahun 2018 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan publik.
2. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur serta ruang
terbuka hijau.
3. Peningkatan perekonomian daerah.
4. Percepatan penanggulangan kemiskinan.
5. Peningkatan penyelenggaraan tata kelola pemerintahan.
Sasaran pembangunan di Pemerintah Kota Salatiga Tahun 2018 adalah
sebagai berikut:
1. Pencapaian target pertumbuhan ekonomi dengan kisaran 5 persen.
2. Angka pengangguran mendekati dengan capaian tahun lalu sebesar 6 persen.
3. Angka kemiskinan menjadi 5,5 persen.
4. Laju inflasi sebesar 5 persen.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, maka Kebijakan Umum Anggaran
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu untuk Tahun
Anggaran 2018 diorientasikan kepada 8 Program dengan 42 Kegiatan dengan
rincian sebagai berikut:
14
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran untuk tersedianya:
a. Jasa Surat Menyurat;
b. Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik;
c. Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/Opersional;
d. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor;
e. Alat Tulis Kantor;
f. Barang cetakan dan penggandaan;
g. Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor;
h. Peralatan Rumah Tangga;
i. Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-undangan;
j. Makanan dan Minuman;
k. Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah dan;
l. Penyediaan Jasa Administrasi Teknis dan Keamanan.
2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur dengan tersedianya :
a. Perlengkapan gedung kantor;
b. Peralatan gedung kantor;
c. Terlaksananya pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor.
d. Terlaksananya pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional;
e. Terlaksananya pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor;
f. Terlaksananya pemeliharaan rutin/berkala mebeleur.
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur dengan tersedianya Pakaian Dinas
beserta kelengkapannya.
4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan untuk Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi
Kinerja SKPD.
15
5. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi:
a. Peningkatan Fasilitas terwujudnya kerjasama strategis antara usaha besar
dan usaha kecil menengah;
b. Pengembangan Potensi Unggulan Daerah.
c. Koordinasi Antar Lembaga Dalam Pengendalian Pelaksanaan Investasi
PMDN/PMA.
d. Peningkatan Koordinasi dan Kerjasama di Bidang Penanaman Modal
dengan instansi Pemerintah dan Dunia usaha
e. Peningkatan Kegiatan Pemantauan, Pembinaan dan Pengawasan
Pelaksanaan Penanaman Modal
f. Peningkatan Kualitas SDM guna Peningkatan Pelayanan Investasi.
g. Penyelenggaraan Pameran Investasi
6. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi :
a. Penyusunan Kebijakan Investasi bagi Pembangunan Fasilitas
Infrastruktur
b. Pengembangan Sistem Informasi Penanaman Modal
7. Program Peningkatan Pelayanan Perijinan Terpadu :
a. Pembinaan Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan
b. Sosialisasi Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu
c. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelayanan perijinan terpadu
d. Penerapan ISO
2.2. Kebijakan Keuangan
Kebijakan Keuangan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu dalam penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2018 meliputi:
16
2.2.1. Kebijakan Anggaran Pendapatan
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga
tidak ada pendapatan.
2.2.2. Kebijakan Anggaran Belanja Daerah
Belanja daerah diarahkan pada upaya peningkatan proporsi Belanja untuk
memihak kepentingan publik, disamping untuk tetap menjaga eksistensi
penyelenggaraan pemerintahan di daerah, sehingga kebijakan anggaran Belanja
disusun dengan lebih mengutamakan pembiayaan pembangunan yang bersifat
investasi dan strategis serta pembiayaan pembangunan dalam rangka penyediaan
sarana prasarana untuk menunjang program-program mendasar yang didasarkan
pada kebutuhan riil dalam rangka menunjang kelancaran penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari perangkat daerah yang ada di
Pemerintah Kota Salatiga, kebijakan anggaran belanja daerah berpegang pada
prinsip-prinsip penganggaran yang meliputi:
a. Partisipasi Masyarakat.
b. Transparansi dan akuntabilitas Anggaran.
c. Disiplin Anggaran.
d. Keadilan Anggaran.
e. Efisiensi dan Efektifitas anggaran.
f. Taat Azas.
2.2.3. Kebijakan Anggaran Pembiayaan
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga
tidak ada anggaran pembiayaan.
17
2.3. Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
Realisasi Belanja Daerah sampai dengan 31 Desember 2018 sebesar
Rp5.157.302.787,00 (Lima milyar seratus lima puluh tujuh juta tiga ratus dua ribu
tujuh ratus delapan puluh tujuh rupiah) atau sebesar 85,75% bila dibandingkan
dengan anggarannya sebesar Rp6.014.395.000,00 (Enam milyar empat belas juta
tiga ratus sembilan puluh lima rupiah). Belanja terdiri dari Belanja Operasi dan
Belanja Modal, Belanja Operasi berupa Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan
Jasa, sedangkan Belanja Modal berupa Belanja Peralatan dan mesin dan Belanja
Aset Tetap Lainnya.
Belanja Operasi dianggarkan sebesar Rp5.643.115.000,00 (Lima milyar
enam ratus empat puluh tiga juta seratus lima belas ribu rupiah), terealisasi sebesar
Rp4.814.713.787,00 (Empat milyar delapan ratus empat belas juta tujuh ratus tiga
belas ribu tujuh ratus delapan puluh tujuh rupiah) atau sebesar 85,32%. Untuk
Belanja Modal yang dianggarkan sebesar Rp371.280.000,00 (Tiga ratus tujuh puluh
satu juta dua ratus delapan puluh rupiah) yang terealisasi sebesar
Rp342.589.000,00 (tiga ratus empat puluh dua juta lima ratus delapan puluh
sembilan ribu rupiah) atau sebesar 92,27%.
Untuk Belanja Operasi terdiri dari Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan
Jasa. Belanja Pegawai terealisasi sebesar Rp3.681.547.606,00 (tiga milyar enam
ratus delapan puluh satu juta lima ratus empat puluh tujuh ribu enam ratus enam
rupiah) atau sebesar 83,57% dari anggaran sebesar Rp4.405.555.000,00 (empat
milyar empat ratus lima juta lima ratus lima puluh lima ribu rupiah).
Belanja Barang dan Jasa terealisasi Rp1.133.166.181,00 (satu milyar seratus
tiga puluh tiga juta seratus enam puluh enam ribu seratus delapan puluh satu
rupiah) atau sebesar 91,56% dari anggaran sebesar Rp1.237.560.000,00 (satu milyar
dua ratus tiga puluh tujuh juta lima ratus enam puluh ribu rupiah).
18
Belanja Modal terdiri dari Belanja Peralatan dan Mesin dan Belanja Gedung
dan Bangunan. Untuk Belanja Peralatan dan Mesin terealisasi sebesar
Rp175.845.000,00 (seratus tujuh puluh lima juta delapan ratus empat puluh lima
ribu rupiah) atau sebesar 90,64% dari anggaran sebesar Rp194.000.000,00 (seratus
sembilan puluh empat juta rupiah). Untuk Belanja Gedung dan Bangunan terealisasi
sebesar Rp166.744.000,00 (Seratus enam puluh enam juta tujuh ratus empat puluh
empat ribu rupiah) atau sebesar 94,06% dari anggaran sebesar Rp177.280.000,00
(Seratus tujuh puluh tujuh juta dua ratus delapan puluh ribu rupiah).
19
BAB III
IKHTISAR CAPAIAN TARGET
KINERJA KEUANGAN
3.1. Pengelolaan Pendapatan Daerah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Salatiga tidak ada pengelolaan Pendapatan Daerah.
3.1.1. Target Dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2018
Target dan realisasi untuk Pendapatan Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga Tahun Anggaran 2018 tidak ada
karena tidak mengelola Pendapatan Daerah.
3.2. Pengelolaan Belanja Daerah
Pengelolaan Belanja Daerah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga Tahun Anggaran 2018 meliputi Target dan
Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018 serta Permasalahan yang
dihadapi dalam pengembanagan keuangan daerah.
3.2.1. Target Dan Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018
Laporan Target dan Realisasi Belanja Tahun Anggaran 2018 Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga dapat
dilihat sebagai berikut:
Target dan Realisasi Belanja Tahun 2018 terdiri dari:
Belanja Daerah
Target : Rp6.014.395.000,00
Realisasi : Rp5.157.302.787,00
Prosentase : 85,75 %
a. Belanja Operasi
Target : Rp5.643.115.000,00
Realisasi : Rp4.814.713.787,00
Prosentase : 85,32%
20
Belanja Operasi terdiri dari :
1. Belanja Pegawai
Target : Rp4.405.555.000,00
Realisasi : Rp3.681.547.606,00
Prosentase : 83,57%
2. Belanja Barang dan Jasa
Target : Rp1.237.560.000,00
Realisasi : Rp1.133.166.181,00
Prosentase : 91,56%
b. Belanja Modal
Target : Rp371.280.000,00
Realisasi : Rp342.589.000,00
Prosentase : 92,27%
Belanja Modal terdiri dari :
1. Belanja Peralatan dan Mesin
Target : Rp194.000.000,00
Realisasi : Rp175.845.000,00
Prosentase : 90,64%
2. Belanja Gedung dan Bangunan
Target : Rp177.280.000,00
Realisasi : Rp166.744.000,004
Prosentase : 94,06%
3.2.2. Permasalahan yang Dihadapi dalam Pengembangan Keuangan
Daerah
Realisasi anggaran Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Salatiga Tahun Anggaran 2018 sebesar 82,50%, untuk Belanja
Tidak Langsung (BTL) sebesar 79,99% dan Belanja Langsung (BL) sebesar
87,93%.
Hasil Rekapitulasi Laporan Pelaksanaan Kegiatan Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga Tahun Anggaran 2018,
dengan rincian sebagai berikut:
1. Target Fisik sampai dengan Bulan Desember 2018 sebesar 100%,
terealisasi sebesar 97,50%, sehingga terjadi deviasi sebesar 2,50%.
21
2. Target Keuangan sampai dengan Bulan Desember 2018 sebesar 100%,
terealisasi sebesar 93,60%, sehingga terjadi deviasi sebesar 6,40%.
Secara keseluruhan dari 33 kegiatan yang di kelola secara fisik telah
tercapai 100% sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
3.3. Pengelolaan Pembiayaan Daerah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Salatiga tidak ada pengelolaan Pembiayaan Daerah
3.3.1. Penerimaan Pembiayaan Daerah
Rincian Penerimaan Pembiayaan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga Tahun Anggaran 2018 tidak ada karena tidak
mengelola Pembiayaan Daerah.
3.3.2. Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Rincian Pengeluaran Pembiayaan Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga Tahun Anggaran 2018 tidak ada
karena tidak mengelola Pembiayaan Daerah.
3.3.3. Pembiayaan Netto
Rincian Pembiayaan Netto Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga Tahun Anggaran 2018 tidak ada karena tidak
mengelola Pembiayaan Daerah.
22
BAB IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI
4.1. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan Keuangan Daerah
Yang dimaksud Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi
dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Sedangkan Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan PerUndang-Undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD berupa Laporan
Keuangan.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah maka Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang ditetapkan menjadi Entitas Akuntansi oleh
Pemerintah Kota Salatiga. Sebagai entitas pelaporan adalah Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah yang dalam hal ini adalah Badan Keuangan Daerah (BKD).
4.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Pemerintah Kota Salatiga disajikan dengan mengacu pada
Standar Akuntansi Pemerintahan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 dan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 37 Tahun 2013
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Salatiga, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 25 Tahun 2017.
Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan adalah Basis
Akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan beban, maupun pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas. Walaupun telah menyelenggarakan akuntansi berbasis akrual
dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Salatiga tetap menyajikan
23
Laporan Realisasi Anggaran dengan basis kas, karena penyusunan anggaran masih
menggunakan basis kas.
A. Akuntansi Pendapatan
Kebijakan dalam Akuntansi Pendapatan disusun dan disajikan dengan
menggunakan akuntansi berbasis kas untuk Pendapatan-LRA dan menggunakan
akuntansi berbasis akrual untuk Pendapatan-LO.
Akuntansi Pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak
perlu dibayar kembali.
Pengakuan Pendapatan :
1. Pendapatan-LRA diakui pada saat:
- Diterima di rekening kas umum Daerah; atau
- Diterima oleh SKPD; atau
- Diterima entitas lain di luar pemerintah daerah atas nama BUD
2. Pendapatan-LO diakui pada saat:
- Timbulnya hak atas pendapatan atau timbulnya hak untuk menagih
pendapatan yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan
atau timbulnya hak untuk menagih imbalan atas suatu pelayanan yang
telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
- Direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi atas
pendapatan atau adanya hak yang telah diterima oleh pemerintah tanpa
terlebih dahulu adanya penagihan.
24
B. Akuntasi Belanja dan Beban
Kebijakan yang diterapkan dalam akuntansi belanja disusun dan disajikan
dengan menggunakan akuntansi berbasis kas sedangkan akuntansi beban
disusun dan disajikan menggunakan basis akrual.
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah. Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pada entitas akuntansi
pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh pengguna anggaran.
Beban diakui pada saat:
1. Timbulnya kewajiban, yaitu pada saat terjadinya peralihan hak dari pihak
lain ke Entitas Akuntansi atau Entitas Pelaporan tanpa harus diikuti
keluarnya kas umum daerah.
2. Terjadinya konsumsi barang/jasa:
- Pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya
kewajiban
- Konsumsi barang/jasa non kas dalam kegiatan operasional pemerintah
- Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa, yaitu pada saat
penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan
atau berlalunya waktu.
25
C. Akuntansi pembiayaan
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Kota Salatiga,
baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran Pemerintah Kota Salatiga terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
Pemerintah Kota Salatiga, hasil privatisasi perusahaan daerah, penerimaan
kembali pinjaman yang diberikan kepada entitas lain, penjualan investasi
permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Penerimaan pembiayaan diakui
pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Daerah.
Pengeluaran Pembiayaan adalah semua pengeluaran-pengeluaran
Rekening Kas Umum Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada entitas
lain, penyertaan modal Pemerintah Kota Salatiga, pembayaran kembali pokok
pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana
cadangan. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari rekening
kas Umum Daerah.
Pembiayaan Neto adalah selisih antara penerimaan pembiayan setelah
dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
SiLPA/SiKPA.
26
D. Akuntansi Aset
Kebijakan akuntansi aset disusun dan disajikan dengan menggunakan
basis akrual. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki
oleh pemerintah sebagai akibaat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya.
Aset diklasifikasikan ke dalam aset lancar dan aset non lancar. Suatu aset
diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat
direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan. Aset Lancar meliputi Kas dan Setara Kas,
Investasi Jangka Pendek, Piutang, Beban Dibayar Di Muka, dan Persediaan.
Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan
sebagai aset non lancar. Aset Non Lancar meliputi Investasi Jangka Panjang,
Aset Tetap, Dana Cadangan, dan Aset Lainnya.
ASET LANCAR:
1. Kas dan Setara Kas
Kas dan setara kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang
setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan Pemerintah Kota
Salatiga atau investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dicairkan
menjadi kas serta bebas dari resiko perubahan nilai yang signifikan.
Kas dan setara kas diakui bertambah pada saat diterima dan berkurang
pada saat dikeluarkan oleh entitas pelaporan.
27
2. Investasi Jangka Pendek
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera
diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan
beresiko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (dua belas) bulan.
Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi jangka
pendek apabila memenuhi salah satu kriteria:
a. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial
dimasa yang akan datang atas suatu investasi tersebut diperoleh;
b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat dikukur secara
memadai (reliable).
Hasil investasi jangka pendek, berupa bunga deposito, bunga obligasi,
dan dividen tunai (cash dividend), diakui pada saat diperoleh dan dicatat
sebagai pendapatan.
3. Beban Dibayar dimuka
Beban dibayar di muka (Prepaid) dan Uang Muka Belanja
(Prepayment) digunakan untuk mencatat beban dibayar di muka dan uang
muka belanja.
4. Piutang
Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah
dan/atau hak Pemerintah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat
perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
atau akibar lainnya yang sah.
Pengakuan piutang yang berasal dari pendapatan daerah diawali dengan
pengakuan terhadap pendapatan yang mempengaruhi piutang tersebut.
Untuk dapat diakui sebagai piutang harus dipenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau
b. Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan.
28
5. Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional Pemerintah Kota
Salatiga, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan diakui:
a. Persediaan diakui bertambah:
(1) Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh entitas
pelaporan dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan andal;
(2) Pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau
kepenguasaanya berpindah
b. Persediaan berkurang pada saat dipakai, dijual, kadaluwarsa, hilang,
dan rusak.
ASET NON LANCAR:
1. Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya,
yaitu permanen dan non permanen. Investasi permanen adalah investasi
jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan, dan
investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.
Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan untuk
dimiliki terus menerus tanpa ada niat untuk memperjualbelikan atau
menarik kembali. Dan pengertian tidak berkelanjutan adalah kepemilikan
investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan yang
29
dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk
memperjualbelikan atau menarik kembali.
a. Investasi Non Permanen dapat berupa:
- Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya;
- Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga;
- Dana yang disisihkan Entitas Pelaporan dalam rangka pelayanan
masyarakat seperti bantuan modal kerja secara bergulir dan tidak
bergulir kepada kelompok masyarakat;
- Investasi non permanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan
untuk dimiliki Entitas Pelaporan secara berkelanjutan, seperti
penyertaan modal yang dimaksudkan untuk penyehatan atau
penyelamatan perekonomian.
b. Investasi Permanen dapat berupa:
- Penyertaan modal Entitas Pelaporan pada badan usaha milik daerah;
- Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh Entitas Pelaporan
untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat.
Pengeluaran kas dan/atau aset, penerimaan hibah dalam bentuk
investasi jangka panjang dan perubahan piutang menjadi investasi jangka
panjang dapat diakui sebagai investasi jangka panjang apabila:
a. Tersedia bukti atau suatu jaminan yang mengidentifikasikan bahwa
Entitas Pelaporan mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial
atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi jangka
panjang;
30
b. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi jangka panjang dapat diukur
secara memadai (reliable).
Kriteria pengakuan investasi jangka panjang dapat dipenuhi karena
adanya transaksi pertukaran, pembelian atau penerimaan yang didukung
dengan bukti yang mengidentifikasikan biaya perolehannya. Pengeluaran
untuk memperoleh investasi jangka panjang diakui sebagai pengeluaran
pembiayaan.
Hasil investasi jangka panjang berupa dividen tunai yang pencatatannya
menggunakan metode biaya, diakui sebagai pendapatan hasil investasi
jangka panjang. Hasil investasi jangka panjang berupa dividen tunai yang
pencatatannya menggunakan metode ekuitas, diakui sebagai pendapatan
hasil investasi jangka panjang dan akan mengurangi nilai investasi jangka
panjang. Dividen dalam bentuk saham yang diterima tidak akan menambah
nilai investasi jangka panjang.
2. Aset Tetap
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan Pemerintah
Kota Salatiga atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap dikecualikan terhadap
pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya
berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian, alat peraga
untuk proses belajar mengajar.
Aset tetap diakui pada saat diperoleh. Untuk dapat diakui sebagai
aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria:
a. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
31
c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
d. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap
yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang
bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui
sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban
penyusutan dalam laporan operasional.
Nilai yang dapat disusutkan merupakan nilai buku per 31 Desember
2014 untuk Aset Tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2014.
Untuk Aset Tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2014
menggunakan nilai perolehan. Metode penyusutan yang digunakan adalah
metode garis lurus (straight line method).
Walaupun suatu aset sudah disusutkan seluruh nilainya hingga nilai
bukunya menjadi Rp0,00, dan dimungkinkan secara teknis aset itu masih
dapat dimanfaatkan.
Jika hal seperti ini terjadi, aset tetap tersebut tetap disajikan dengan
menunjukkan baik nilai perolehan maupun akumulasi penyusutannya.
Aset tersebut tetap dicatat dalam kelompok aset tetap yang
bersangkutan dan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Aset tetap yang telah habis masa penyusutannya dapat dihapuskan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a. Tanah
Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang
dimiliki atau diperoleh dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan
operasional pemerintah daerah dan dalam kondisi siap digunakan.
32
Dalam akun tanah termasuk tanah yang digunakan untuk bangunan,
jalan, irigasi, dan jaringan.
Tanah diakui pada saat perolehan, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
2) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
3) Tidak dimaksudkan untuk dijual; dan
4) Diperoleh dengan maksud untuk digunakan.
Apabila salah satu kriteria tidak terpenuhi maka tanah tersebut
tidak dapat diakui sebagai aset tetap milik pemerintah.
b. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin adalah unit peralatan dan mesin yang
mempunyai masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan
dalam kondisi siap digunakan. Penilaian peralatan dan mesin adalah
sebesar biaya perolehan yang dicatat pada saat perolehan peralatan dan
mesin.
Peralatan dan Mesin disajikan sebagai aset tetap dengan
pengungkapan informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan
sebagai berikut:
1) Dasar penilaian yang digunakan;
2) Informasi penting lainnya sehubungan dengan peralatan dan mesin
yang tercantum dalam neraca; dan
3) Jumlah komitmen untuk akuisisi peralatan dan mesin apabila ada
c. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan adalah unit gedung dan bangunan yang
dibeli atau dibangun dengan maksud untuk digunakan dalam kegiatan
operasional Pemerintah Kota Salatiga atau dimanfaatkan oleh
33
masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Gedung dan
Bangunan dinilai sebesar biaya perolehan.
Gedung dan Bangunan disajikan sebagai aset tetap dalam neraca
dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang
meliputi:
1) Dasar penilaian yang digunakan;
2) Informasi penting lainnya sehubungan dengan gedung dan
bangunan yang tercantum dalam neraca; dan
3) Jumlah komitmen untuk akuisisi gedung dan bangunan apabila ada.
d. Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan adalah unit Jalan, Irigasi, dan Jaringan
yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan
dalam kondisi yang siap digunakan. Jalan, Irigasi, dan Jaringan dinilai
sebesar biaya perolehan pada saat perolehan.
e. Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya adalah aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh
dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam
kondisi siap digunakan. Aset Tetap Lainnya dinilai sebesar biaya
perolehan pada saat pencatatan.
f. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset tetap yang sedang dalam
proses pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun
seluruhnya. Konstruksi dalam pengerjaan mencakup tanah, peralatan
dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta aset
34
tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya
membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai.
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi dalam
Pengerjaan jika:
1) Besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan
datang berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
2) Biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
3) Aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap yang
bersangkutan jika kriteria berikut terpenuhi:
1) Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan
2) Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan.
3. Dana Cadangan
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi
dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan merupakan dana yang disisihkan
beberapa tahun anggaran untuk kebutuhan belanja pada masa datang.
4. Aset Lainnya
Aset lainnya adalah aset pemerintah daerah yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dan
dana cadangan. Aset lainnya terdiri dari:
a. Tagihan Piutang Penjualan Angsuran;
Tagihan penjualan angsuran menggambarkan jumlah yang dapat
diterima dari penjualan aset Pemerintah Kota Salatiga secara angsuran
kepada pegawai Pemerintah Kota Salatiga. Tagihan penjualan
angsuran dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara
35
penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran
yang telah dibayarkan oleh pegawai ke kas umum daerah atau daftar
saldo tagihan penjualan angsuran.
b. Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah;
c. Kas yang dibatasi penggunaannya;
d. Kemitraan dengan Pihak Ketiga;
Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang
mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan
bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.
e. Aset tetap yang tidak digunakan dalam operasional pemerintah Kota
Salatiga tidak memenuhi definisi aset tetap;
f. Aset Tidak Berwujud;
Aset tidak berwujud adalah aset tetap yang secara fisik tidak dapat
dinyatakan atau tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk
digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk
tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset tidak
berwujud meliputi:
1) Software computer yang dipergunakan dalam jangka waktu lebih
dari satu tahun.
2) Lisensi dan franchise
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten kepada
pihak lain berdasarkan perjanjian pemberian hak untuk menikmati
manfaat ekonomi dari suatu paten yang diberi perlindungan dalam
jangka waktu dan syarat tertentu.
3) Hak cipta (copyright), paten, dan hak lainnya
Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak
36
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan. Paten adalah
hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor
(penemu) atas hasil invensi (temuan) di bidang teknologi, yang
untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya
tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya
4) Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang
Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang
adalah suatu kajian atau penelitian yang memberikan manfaat
ekonomis dan/atau sosial dimasa yang akan datang yang dapat
diidentifikasi sebagai aset. Apabila hasil kajian tidak dapat
diidentifikasi dan tidak memberikan manfaat ekonomis dan/atau
sosial maka tidak dapat dikapitalisasi sebagai aset tidak berwujud.
Kebijakan amortisasi aset tidak berwujud :
a. Umur manfaat (useful life) aset tak berwujud 4 tahun.
b. Metode amortisasi yang digunakan adalah metode tahunan dimana
amortisasi dihitung satu tahun penuh meskipun aset tidak berwujud
baru diperoleh satu atau beberapa hari sebelum akhir tahun.
g. Aset Lain-lain
Pos aset lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak
dapat dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan
Penjualan Angsuran, Tuntutan Perbendaharaan, Tuntutan Ganti Rugi,
dan Kemitraan dengan Pihak Ketiga. Contohnya adalah aset tetap yang
dihentikan dari penggunaan aktif Pemerintah Kota Salatiga.
37
E. Akuntansi Kewajiban
Dalam neraca pemerintah daerah, kewajiban disajikan berdasarkan
likuiditasnya dan terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu: Kewajiban Jangka
Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang.
1. Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan dibayar (atau jatuh tempo) dalam waktu 12 bulan. Kewajiban
jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai
merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun
pelaporan berikutnya.
Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan, misalnya
bunga pinjaman, utang jangka pendek dari pihak ketiga, utang Perhitungan
Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang. Kewajiban
lancer lainnya merupakan kewajiban lancer yang tidak termasuk dalam
kategori yang ada. Termasuk dalam kewajiban lancar lainnya tersebut
adalah biaya yang masih harus dibayar pada saat laporan keuangan disusun.
Pengukuran untuk masing-masing item disesuaikan dengan
karakteristik masing-masing pos tersebut, misalnya utang pembayaran gaji
kepada pegawai dinilai berdasarkan jumlah gaji yang masih harus
dibayarkan atas jasa yang telah diserahkan oleh pegawai tersebut.
2. Kewajiban Jangka Panjang
Secara umum, kewajiban jangka panjang adalah semua kewajiban
pemerintah daerah yang waktu jatuh temponya lebih dari 12 bulan sejak
tanggal pelaporan. Kewajiban Jangka Panjang terdiri dari: utang dalam
negeri dan utang luar negeri.
38
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban yang ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban tersebut
mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat
kewajiban timbul.
F. Akuntansi Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih Pemerintah Kota Salatiga yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Kota Salatiga. Laporan
Perubahan Ekuitas menyajikan pos-pos:
1. Ekuitas awal;
2. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
3. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas. Koreksi ini
dapat berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan
kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan pencatatan, misalnya:
koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya, perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap;
4. Ekuitas akhir
G. Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, Dan Operasi Yang Tidak Dilanjutkan
Koreksi suatu kesalahan akuntansi dilakukan dengan menyesuaikan
jumlah koreksi pada Saldo Anggaran Lebih atau pada saldo Ekuitas. Koreksi
yang berpengaruh material pada periode berikutnya harus diungkapkan pada
catatan atas laporan keuangan. Kesalahan dikelompokkan berdasarkan sifat
kejadiannya, yang terdiri atas:
39
1. Kesalahan tidak berulang.
Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan
terjadi kembali. Kesalahan ini dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis, yaitu:
a. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode
berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak
dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam
periode berjalan, baik pada akun pendapatan-LRA atau akun belanja,
maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.
b. Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya.
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode
sebelumnya dibedakan pada terbit atau belum terbitnya laporan
keuangan.
Atas laporan keuangan periode sebelumnya yang belum diterbitkan,
koreksi kesalahan yang tidak berulang dan mempengaruhi posisi kas,
dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik pada akun
pendapatan-LRA atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun
beban. Koreksi kesalahan untuk laporan keuangan periode sebelumnya yang
sudah diterbitkan, dilakukan dengan:
(1) Atas pengeluaran belanja yang tidak berulang dan mengakibatkan
penambahan kas, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan
lain-lain–LRA.
(2) Atas pengeluaran belanja yang tidak berulang dan mengakibatkan
pengurangan kas, dilakukan dengan pembetulan pada akun Saldo
Anggaran Lebih.
40
(3) Atas perolehan aset selain kas yang tidak berulang dan mengakibatkan
penambahan atau pengurangan kas, dilakukan dengan pembetulan pada
akun kas dan akun aset bersangkutan.
(4) Atas beban yang tidak berulang, sehingga mengakibatkan pengurangan
beban dan mempengaruhi posisi kas serta tidak mempengaruhi secara
material posisi aset selain kas, dilakukan dengan pembetulan pada akun
pendapatan lain-lain-LO.
(5) Atas beban yang tidak berulang, sehingga mengakibatkan penambahan
beban dan mempengaruhi posisi kas serta tidak mempengaruhi secara
material posisi aset selain kas, dilakukan dengan pembetulan pada akun
Ekuitas.
(6) Atas penerimaan pendapatan-LRA yang tidak berulang dan menambah
maupun mengurangi posisi kas, dilakukan dengan pembetulan pada
akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.
(7) Atas penerimaan pendapatan-LO yang tidak berulang dan menambah
maupun mengurangi posisi kas, dilakukan dengan pembetulan pada
akun kas dan akun ekuitas.
(8) Atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang tidak berulang dan
menambah maupun mengurangi posisi kas, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.
(9) Atas pencatatan kewajiban dan menambah maupun mengurangi posisi
kas, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun kewajiban
bersangkutan.
2. Kesalahan berulang dan sistemik.
41
Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan
sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan
akan terjadi secara berulang.
Kesalahan berulang dan sistemik tidak memerlukan koreksi, melainkan
dicatat pada saat terjadi pengeluaran kas untuk mengembalikan kelebihan
pendapatan dengan mengurangi pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO
yang bersangkutan.
Koreksi kesalahan yang berhubungan dengan periode sebelumnya
terhadap posisi kas dilaporkan dalam Laporan Arus Kas tahun berjalan pada
aktivitas yang bersangkutan, serta koreksi kesalahan diungkapkan pada
Catatan atas Laporan Keuangan.
4.3. Basis Pengukuran yang mendasari penyusunan laporan Keuangan
4.3.1. Pengukuran Aset
a. Kas dan setara kas diukur dan dinilai sebesar nilai nominal; kas dan
setara kas dalam bentuk mata uang asing dinilai dengan menggunakan
kurs tengah Bank Indonesia pada saat tanggal pelaporan.
b. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat berharga seperti saham dan
obligasi jangka pendek (efek), dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya
perolehan meliputi harga transaksi investasi jangka pendek ditambah
komisi perantara jual beli, jasa bank, dan biaya lainnya yang timbul
dalam rangka perolehan investasi jangka pendek.
c. Piutang diukur dan dicatat sebesar nilai nominal yaitu sebesar nilai
rupiah piutang yang belum dilunasi.
d. Persediaan disajikan sebesar :
1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
42
2) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan.
Pencatatan persediaan dilakukan dengan:
Metode Perpetual
Metode yang dianut oleh Pemerintah Kota Salatiga dalam mencatat
persediaan adalah dengan menggunakan metode perpetual. Dalam metode
perpetual, fungsi akuntansi selalu mengkinikan nilai persediaan setiap ada
persediaan yang masuk maupun keluar, sehingga nilai/jumlah persediaan
selalu ter-update.
Pengukuran persediaan :
Persediaan dinilai dengan metose FIFO (First In First Out). Harga pokok
dari barang-barang yang pertama kali dibeli akan menjadi harga barang
yang digunakan/dijual pertama kali. Sehingga nilai persediaan akhir
dihitung dimulai dari harga pembelian.
e. Investasi jangka panjang yang bersifat permanen seperti penyertaan
modal Entitas Pelaporan, dicatat sebesar biaya perolehan yang meliputi
harga transaksi investasi jangka panjang ditambah biaya lain yang
timbul dalam rangka perolehan investasi jangka panjang tersebut.
Investasi nonpermanen dalam bentuk pembelian obligasi jangka
panjang dan investasi jangka panjang yang dimaksudkan tidak untuk
dimiliki berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehan.
f. Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai
aset tetap dasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Penggunaan
nilai wajar pada saat peroleh tidak diterapkan pada proses penilaian
43
kembali (revaluasi). Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga
belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang
dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke
kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan
yang dimaksudkan.
Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah: biaya
persiapan tempat; biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya
simpan dan bongkar muat (handling cost); biaya pemasangan
(installation cost); biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; biaya
konstruksi; biaya kepanitiaan. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun
dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja,
bahan baku, biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan &
pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua
biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap
tersebut.
1) Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya
perolehan mencakup harga perolehan atau biaya pembebasan
tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak,
biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya
yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah
juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang
dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk
dimusnahkan.
2) Peralatan dan Mesin diukur sebesar biaya perolehan yang
menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk
memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai.
44
Biaya ini antara lain meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya instalasi, biaya kepanitiaan serta biaya
langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai
peralatan dan mesin tersebut siap digunakan.
3) Gedung dan Bangunan diukur sebesar biaya perolehan gedung dan
bangunan yang menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai. Biaya
ini antara lain meliputi harga pembelian atau biaya konstruksi,
termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak.
4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan diukur sebesar biaya perolehan yang
menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh jalan, jaringan, dan instalasi sampai siap pakai. Biaya
perolehan meliputi semua biaya untuk memperoleh atau biaya
konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan,
jaringan, dan instalasi tersebut siap pakai.
5) Aset Tetap Lainnya diukur sebesar biaya perolehan aset tetap
lainnya yang menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai.
6) Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan.
Konstruksi yang dikerjakan secara swakelola antara lain: Biaya yang
berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi; Biaya yang
dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat
dialokasikan kekonstruksi tersebut; dan Biaya lain yang secara
khusus dibayarkan sehubungan konstruksi yang bersangkutan.
45
4.3.2. Pengukuran Kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang
asing dijabarkan dan dinyatakan dalam uang rupiah, penjabaran mata uang
asing menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.
4.3.3. Pengukuran Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih Pemerintah Kota Salatiga yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Kota Salatiga.
4.3.4. Pengukuran Pendapatan LRA
Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pencatatan azas
bruto dapat dikecualikan dalam hal besaran pengurang terhadap jenis
pendapatan-LRA bersifat variable.
4.3.5. Pengukuran Belanja
Pengeluaran belanja dicatat sebesar kas yang dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Daerah. Pengeluaran belanja dalam bentuk
barang/jasa dicatat sebesar nilai barang/jasa yang diserahkan.
Apabila dalam hasil acara serah terima tersebut tidak dicantumkan
nilai barang dan atau jasanya maka dapat dilakukan penaksiran atas nilai
barang dan atau jasa yang bersangkutan
4.3.6. Pengukuran Pendapatan LO
Pengukuran atau penilaian transaksi Pendapatan-LO dilaksanakan
berdasarkan azas bruto, yaitu dengan tidak mencatat jumlah pendapatan
setelah dikompensasi dengan pengeluaran atau tidak mencatat pendapatan
dengan nilai netonya.
46
4.3.7. Pengukuran Beban
Beban dicatat sebesar:
a. Jumlah kas yang dibayarkan jika seluruh pengeluaran tersebut
dibayar pada periode berjalan.
b. Jumlah biaya periode berjalan yang harus dibayar pada masa yang akan
datang.
c. Alokasi sistematis untuk periode berjalan atas biaya yang telah
dikeluarkan.
49
BAB V
PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
5.1. Penjelasan Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran
Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan realisasi penyerapan
anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan tahun 2018 dengan uraian sebagai berikut:
5.1.1 Penjelasan Pos-Pos Pendapatan Rp0,00
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu bukan Perangkat
Daerah Penghasil, sehingga tidak ada anggaran maupun realisasi pendapatan.
5.1.2 Penjelasan Pos-Pos Belanja Rp5.157.302.787,00
Realisasi belanja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintutahun
2018 sebesar Rp5.157.302.787,00 terserap sebesar 85,75% dari anggarannya sebesar
Rp6.014.395.000,00. Jumlah tersebut terdiri dari belanja operasi dan belanja modal dengan
rincian sebagai berikut:
ANGGARAN SETELAH
PERUBAHANREALISASI
(Rp) (Rp) (Rp)
1. Belanja Operasi 5.643.115.000,00 4.814.713.787,00 85,32 4.317.330.468,00
2. Belanja Modal 371.280.000,00 342.589.000,00 92,27 147.039.000,00
Jumlah : 6.014.395.000,00 5.157.302.787,00 85,75 4.464.369.468,00
TAHUN 2018
%URAIAN 2017
5.1.2.1 Belanja Operasi Rp4.814.713.787,00
Total realiasi belanja operasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu tahun 2018 sebesar Rp4.814.713.787,00 atau terserap sebesar 85,32% dari
anggaran sebesarRp5.643.115.000,00. Belanja operasi terdiri dari belanja pegawai dan
belanja barang dan jasa dengan rincian sebagai berikut:
50
ANGGARAN SETELAH
PERUBAHANREALISASI
(Rp) (Rp) (Rp)
1. Belanja Pegawai 4.405.555.000,00 3.681.547.606,00 83,57 3.261.108.204,00
2. Belanja Barang & Jasa 1.237.560.000,00 1.133.166.181,00 91,56 1.056.222.264,00
Jumlah : 5.643.115.000,00 4.814.713.787,00 85,32 4.317.330.468,00
URAIAN
TAHUN 2018
% 2017
5.1.2.1.1 Belanja Pegawai Rp3.681.547.606,00
Realisasi belanja pegawai Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu tahun 2018 sebesar Rp3.681.547.606,00 atau terserap sebesar 83,57% dari
anggarannya sebesar Rp4.405.555.000,00.
Belanja Pegawai tersebut terdiri dari belanja pegawai tidak langsung berupa gaji,
tunjangan dan tambahan penghasilan PNS serta belanja pegawai langsung berupa
honorarium PNS, honorarium Non PNS dan uang lembur dengan rincian sebagai berikut:
ANGGARAN SETELAH
PERUBAHANREALISASI
(Rp) (Rp)
Belanja Pegawai 4.405.555.000,00 3.681.547.606,00 83,57 3.261.108.204,00
1. Belanja Pegawai Tidak Langsung
- Gaji, Tunjangan 2.378.675.000,00 1.945.550.531,00 81,79 1.929.335.254,00
- Tambahan Penghasilan PNS 1.541.065.000,00 1.383.748.575,00 89,79 1.028.442.450,00
Sub Jumlah : 3.919.740.000,00 3.329.299.106,00 84,94 2.957.777.704,00
2. Belanja Pegawai Langsung
- Honorarium PNS 318.445.000,00 198.953.500,00 62,48 228.543.000,00
- Honorarium Non PNS 167.370.000,00 153.295.000,00 91,59 74.787.500,00
Sub Jumlah : 485.815.000,00 352.248.500,00 72,51 303.330.500,00
Jumlah Belanja Pegawai : 4.405.555.000,00 3.681.547.606,00 83,57 3.261.108.204,00
%URAIAN
TAHUN 2018
2017
51
5.1.2.1.2 Belanja Barang dan Jasa Rp1.133.166.181,00
Realisasi belanja barang dan jasa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu tahun 2018 sebesar Rp1.133.166.181,00 atau terserap sebesar 91,56%
dari anggarannya sebesar Rp1.237.560.000,00. Rincian untuk Belanja barang dan jasa
terdiri dari:
ANGGARAN
SETELAH
PERUBAHAN
REALISASI
(Rp) (Rp) (Rp)
BELANJA BARANG JASA 1.237.560.000,00 1.133.166.181,00 91,56 1.056.222.264,00
a. Bahan Habis Pakai 69.540.000,00 68.678.900,00 98,76 76.549.440,00
b. Bahan / Material 106.914.000,00 106.472.800,00 99,59 27.329.600,00
c. Jasa Kantor 424.393.000,00 370.705.633,00 87,35
365.451.449,00
d. Perawatan Kendaraan 105.500.000,00 92.514.463,00 87,69
67.388.492,00
e. Cetak & Penggandaan 127.663.000,00 123.687.050,00 96,89
85.445.225,00
f. Sewa Rumah/ Gedung 98.000.000,00 94.000.000,00 95,92
57.750.000,00
g. Sewa Sarana Mobilitas 5.000.000,00 4.100.000,00 82,00
9.100.000,00
h. Sewa Peralatan Kantor 9.855.000,00 9.015.000,00 91,48
3.340.000,00
i. Makanan, Minuman 92.045.000,00 67.850.250,00 73,71
63.752.200,00
j. Pakaian Dinas 19.010.000,00 16.720.000,00 87,95
13.167.000,00
k. Pakaian Penjaga Stand
Pameran3.640.000,00 3.640.000,00 100,00
1.960.000,00
l. Perjalanan Dinas Luar Daerah 140.000.000,00 139.999.085,00 100,00
124.993.858,00
m. Jasa Konsultasi 36.000.000,00 35.783.000,00 99,40
159.995.000,00
Jumlah Belanja Barang &
Jasa :1.237.560.000,00 1.133.166.181,00 91,56 1.056.222.264,00
%URAIAN
TAHUN 2018
2017
52
5.1.2.1.3 Belanja Modal Rp342.589.000,00
Total realisasi belanja modal Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu tahun 2018 sebesar Rp342.589.000,00 atau terserap sebesar 92,27% dari
anggarannya sebesar Rp371.280.000,00.
Rincian realisasi belanja modal yang menambah nilai aset Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu untuk tahun 2018 berupa:
1. Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin, sejumlah Rp175.845.000,00 yang terdiri
dari belanja alat kantor, alat rumah tangga dan alat ukur, terserap sebesar 90,64% dari
anggaran sebesar Rp194.000.000,00.
2. Realisasi belanja gedung dan bangunan sejumlah Rp166.744.000,00 terserap 94,06%
dari anggaran sebesar Rp177.280.000,00.
ANGGARAN
SETELAH
PERUBAHAN
REALISASI
(Rp) (Rp) (Rp)
BELANJA MODAL
1. Belanja Peralatan dan Mesin 194.000.000,00 175.845.000,00 90,64 144.198.000,00
2. Belanja Gedung dan Bangunan 177.280.000,00 166.744.000,00 94,06 2.841.000,00
371.280.000,00 342.589.000,00 92,27 147.039.000,00
%URAIAN
2017
Keterangan rinci belanja Modal Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu untuk tahun 2018 berupa pengadaan barang dijelaskan sebagai berikut:
5.1.2.2.1 Belanja Peralatan dan Mesin Rp175.845.000,00
Realisasi belanja peralatan dan mesin Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu tahun 2018 sebesar Rp175.845.000,00 yang berasal dari Kegiatan
Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor, Pengadaan Peralatan Gedung Kantor. Rincian
Belanja Peralatan dan Mesin dari Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor dengan uraian
sebagai berikut:
53
NO Nama barang Jumlah Harga Jumlah
1 Mesin Penghancur kertas 3 5.285.500,00 15.856.500,00
2 Almari 2 pintu kaca 3 3.260.244,59 9.780.733,77
3 Filling Kabinet 3 laci 2 2.114.597,18 4.229.194,36
4 Rak buku satu sisi 2 1.547.547,91 3.095.095,82
5 Rak serbaguna 2 1.728.865,09 3.457.730,18
6 Korden 1 paket 12 meter 1 300.270,49 3.603.245,88
7 AC Spit 2 8.481.000,00 16.962.000,00
8 Meja kursi tamu 1 3.850.000,00 3.850.000,00
9 Kamera 1 8.877.000,00 8.877.000,00
69.711.500,01
Rincian Belanja Peralatan dan Mesin dari Pengadaan Peralatan Gedung Kantor dengan
uraian sebagai berikut:
NO Nama barang Jumlah Harga Jumlah
1 UPS 14 820.000,00 11.480.000,00
2 Komputer 2 10.399.674,85 20.799.349,70
3 Laptop 1 10.190.636,16 10.190.636,16
4 Netbook 1 4.128.514,14 4.128.514,14
5 Monitor LED 18,5" 1 1.050.000,00 1.050.000,00
6 Monitor 29" 1 3.695.000,00 3.695.000,00
7 Printer laser 2 2.125.000,00 4.250.000,00
8 Printer Inkjet 4 1.950.000,00 7.800.000,00
9 Printer Multifungsi 11 2.550.000,00 28.050.000,00
10 Printer Infus A3 1 6.450.000,00 6.450.000,00
11 Scanner Automatic Feeding 2 4.120.000,00 8.240.000,00
106.133.500,00
175.845.000,00 Total belanja Peralatan dan perlengkapan gedung kantor
5.1.2.2.2 Belanja Gedung dan Bangunan Rp166.744.000,00
Realisasi belanja Gedung dan Bangunan tahun 2018 berupa rehabilitasi ruang
kantor dan tempat parkir Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
5.1.3 Penjelasan Pos-Pos Pembiayaan Rp0,00
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu tidak memiliki
anggaran pembiayaan, sehingga tidak terdapat realisasi di dalam pos-pos pembiayaan.
5.2. Penjelasan Pos-Pos Laporan Operasional
Pos-Pos Laporan Operasional menggambarkan Pendapatan LO dan Beban pada
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang berasal dari Kegiatan
Operasional, Kegiatan Non Operasional dan Pos Luar Biasa.
54
Defisit-LO Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun
Anggaran 2018 sebesar Rp4.697.791.204,78. Defisit-LO tersebut berasal dari kegiatan
operasional selama tahun 2018.
5.2.2 Kegiatan Operasional
5.2.2.1 Pendapatan LO Rp0,00
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu bukan sebagai SKPD
penghasil, sehingga tidak memiliki Pendapatan.
5.2.2.2 Beban Rp5.204.224762,10
Beban yang dimiliki Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kota Salatiga selama Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp5.204.224.762,10 berdasarkan
klasifikasinya beban tersebut terdiri dari:
NO URAIAN 2018
1 Beban pegawai 3.681.547.606,00
2 Beban persediaan 249.741.500,00
3 Beban jasa 627.480.718,00
4 Beban perjalanan dinas 139.999.085,00
5 Beban penyusutan 387.005.853,10
6 Beban lain-lain 118.450.000,00
JUMLAH5.204.224.762,10
55
5.2.2.2.1 Beban Pegawai Rp3.681.547.606,00
Beban Pegawai Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu tahun
2018 sebesar Rp3.681.547.606,00. Beban pegawai tahun 2018 terdiri dari beban gaji dan
tunjangan, beban tambahan penghasilan PNS,honorarium PNS, serta honorarium non PNS
dengan rincian sebagai berikut:
NO URAIAN 2018
1 Beban Gaji dan Tunjangan
a Gaji Pokok PNS 1.477.797.700,00
b Tunjangan Keluarga 142.543.446,00
c Tunjangan Jabatan 138.990.000,00
d Tunjangan Fungsional 10.080.000,00
e Tunjangan Fungsional Umum 41.725.000,00
f Tunjangan Beras 76.837.620,00
g Tunjangan PPh 3.993.149,00
h Pembulatan Gaji 20.141,00
i Iuran Jaminan Kesehatan 41.829.799,00
j Iuran JKK 3.052.495,00
k Iuran JKM 8.681.181,00
1.945.550.531,00
2 Beban Tambahan Penghasilan PNS
a Tambahan Penghasilan berdasarkan beban kerja 1.312.734.575,00
b Uang Makan 71.014.000,00
1.383.748.575,00
3 Honorarium PNS
a Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 9.408.500,00
b Honorarium Tim Pengadaan Barang dan Jasa 2.047.000,00
c Honorarium Tim Pemeriksa Kegiatan / Pengawas Lapangan 178.198.000,00
d Honorarium protokol, petugas doa 4.850.000,00
e Honorarium petugas kesehatan, petugas kearsipan 4.450.000,00
d Honorarium Tenaga Ahli/Instruktur/Narasumber -
198.953.500,00
4 Honorarium Non PNS
a Honorarium tenaga/tukang penjaga malam / petugas kebersihan 123.920.000,00
b Belanja uang peserta pelatihan, Bimtek 29.375.000,00
153.295.000,00
Jumlah Beban Pegawai 3.681.547.606,00
56
5.2.2.2.2 Beban Persediaan Rp249.741.500,00
Beban persediaan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
tahun 2018 sebesar Rp249.741.500,00
Beban persediaan tahun 2018 terdiri dari beban bahan pakai habis, beban persediaan
bahan/ material dengan rincian sebagai berikut:
NO URAIAN 2018
1 Beban Bahan Pakai Habis
a Beban persediaan alat tulis kantor 56.695.700,00
b Beban persediaan alat listrik dan elektronik 4.497.000,00
c Beban persediaan perangko, materai dan benda pos 4.010.000,00
d Beban persediaan peralatan kebersihan dan bahan pembersih 3.944.500,00
e Beban persediaan barang cetakan 73.557.500,00
f Beban persediaan isi tabung gas 564.000,00
143.268.700,00
2 Beban Persediaan Bahan/Material
a Beban persediaan bahan baku bangunan 103.483.000,00
b Persediaan Bahan/bibit tanaman 2.989.800,00
106.472.800,00
Jumlah Beban Persediaan 249.741.500,00
5.2.2.2.3 Beban Jasa Rp627.480.718,00
Beban jasa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu tahun 2018
sebesar Rp627.480.718,00
Beban jasa tahun 2018 terdiri dari beban jasa kantor, beban perawatan kendaraan
bermotor, beban cetak dan penggandaan, beban sewa rumah/gedung/gudang/parkir, beban
sewa sarana mobilitas, beban sewa perlengkapan dan peralatan kantor, beban makanan dan
minuman, beban pakaian dinas dan atributnya, beban pakaian khusus dan hari-hari tertentu,
beban jasa konsultasi.
57
NO URAIAN 2018
1 Beban Jasa Kantor
a Beban jasa telepon 4.186.399,00
b Beban jasa air 12.171.756,00
c Beban jasa surat kabar/majalah 1.157.000,00
d Beban jasa kawat/faksimili/internet 37.375.000,00
e Beban Jasa dokumentasi 900.000,00
f Beban Jasa Lainnya 11.792.000,00
67.582.155,00
2 Beban Perawatan Kendaraan Bermotor
a Beban jasa service 34.383.300,00
b Beban penggantian suku cadang 10.888.647,00
c Beban Bahan Bakar Minyak/Gas dan Pelumas 58.228.816,00
d Beban pajak kendaraan bermotor 6.917.500,00
110.418.263,00
3 Beban Cetak dan Penggandaan
a Beban penggandaan 50.819.550,00
50.819.550,00
4 Beban Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir
a Beban sewa gedung/kantor/tempat 94.000.000,00
94.000.000,00
5 Beban Sewa Sarana Mobilitas
a Beban Sewa Sarana Mobilitas Darat 4.100.000,00
4.100.000,00
6 Beban Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor
a Beban Sewa meja kursi 2.065.000,00
b Beban sewa sound system, alat listrik 6.950.000,00
9.015.000,00
335.934.968,00
a Beban makanan dan minuman rapat 34.005.250,00
b Beban makanan dan minuman tamu 3.320.000,00
c Beban makanan dan minuman pelatihan 30.525.000,00
67.850.250,00
8 Beban Pakaian Dinas dan Atributnya
a Beban pakaian PDH 16.720.000,00
16.720.000,00
9 Beban Pakaian Khusus dan Hari-hari tertentu
a Beban pakaian penjaga stand pameran 3.640.000,00
3.640.000,00
58
NO URAIAN 2018
10 Beban Jasa Konsultasi
a Beban jasa konsultansi perencanaan 167.552.500,00
b Beban jasa konsultansi pengawasan 35.783.000,00
203.335.500,00
Jumlah Beban Jasa 627.480.718,00
5.2.2.2.4 Beban Perjalanan Dinas Rp139.999.085,00
Beban perjalanan dinas pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu tahun 2018 sebesar Rp139.999.085,00.
5.2.2.2.5 Beban Penyusutan Rp387.005.853,10
Beban Penyusutan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
tahun 2018 sebesar Rp387.005.853,10 terdiri dari beban penyusutan peralatan dan
mesin,beban amortisasi aset tak berwujud dengan rincian sebagai berikut:
NO URAIAN 2018
1 Beban Penyusutan Peralatan dan Mesin
a Beban penyusutan alat-alat bantu 7.193.571,43
b Beban penyusutan alat angkutan darat bermotor 132.266.387,55
c Beban penyusutan bengkel bermesin 225.259,53
d Beban penyusutan alat kantor 30.904.103,28
e Beban penyusutan alat rumah tangga 19.098.870,17
f Beban penyusutan peralatan komputer 77.317.072,69
g Beban penyusutan meja dan kursi pejabat 7.495.319,32
h Beban penyusutan alat studio 9.061.286,14
283.561.870,11
2 Beban Amortisasi Aset Tak berwujud
a Beban amortisasi aset tak berwujud 103.443.982,99
103.443.982,99
Jumlah Beban Penyusutan 387.005.853,10
NO URAIAN 2018
1 Beban Perjalanan Dinas
a Beban perjalanan dinas luar daerah 139.999.085,00
Jumlah Beban Perjalanan Dinas 139.999.085,00
59
5.2.2.2.6 Beban Lain-Lain Rp118.450.000,00
Beban lain-lain Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu tahun
2018 sebesar Rp118.450.000,00. Beban lain-lain tahun 2018 terdiri dari:
NO URAIAN 2018
1Belanja Jasa Konsultasi, koordinasi dengan pihak ketiga
95.950.000,00
2 Belanja Jasa Nara Sumber / Tenaga Ahli 21.900.000,00
3 Iuran BPJS Ketenagakerjaan 600.000,00
Jumlah Beban Lain-Lain 118.450.000,00
Surplus/Defisit - LO yang berasal dari kegiatan operasional sebesar
(Rp5.204.164.762,10) berasal dari selisih kurang antara Pendapatan LO dikurangi Beban.
5.2.3 Kegiatan Non Operasional Rp0,00
Surplus/Defisit-LO dari kegiatan non operasional sebesarRp0,00, sebab tidak
terdapat transaksi berupa surplus ataupun defisit dari penjualan aset non lancar serta
penyelesaian kewajiban jangka panjang.
5.2.4 Pos Luar Biasa Rp0,00
Surplus/Defisit-LO dari kegiatan pos luar biasa sebesar Rp. 0,00, sebab tidak
terdapat transaksi berupa pendapatan ataupun beban dari pos luar biasa.
5.2.5 Surplus/Defisit LO (Rp5.204.224.762,10)
Surplus/Defisit-LO Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
tahun 2018 sebesar (Rp5.204.224.762,10) berasal dari kegiatan operasional, kegiatan non
operasional dan pos luar biasa.
60
5.3. Penjelasan Pos-Pos Laporan Perubahan Ekuitas
Penjelasan pos-posLaporan Perubahan Ekuitas pada tahun 2018, dapat dilihat dari
uraian berikut ini:
NO URAIAN 2018
1 Ekuitas Awal 1.004.507.579,70
2 Surplus/Defisit LO (5.204.224.762,10)
3
Dampak Kumulatif Perubahan
Kebijakan/Kesalahan Mendasar :
Koreksi Nilai Persediaan -
Selisih Revaluasi Aset Tetap -
Lain- lain 26.326.809,00
RK PPKD 5.157.302.787,00
4 Ekuitas akhir 983.912.413,60
5.3.1 Surplus/Defisit LO
Berdasarkan Laporan Operasional, diperoleh Defisit-LO sebesar
(Rp5.204.224.762,10)
5.3.2 Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar
Rp26.326.809,00
Dampak kumulatif perubahan kebijakan/kesalahan mendasar pada Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu tahun 2018 sebesar
Rp.26.326.809,00 yang berasal dari pos lain-lain dan RK PPKD dengan rincian sebagai
berikut:
5.3.2.1 Pos Lain-Lain Rp26.326.809,00
Dari Pos Lain-Lain terdapat penambahan dan pengurangan ekuitas. Penambahan
dan pengurangan ekuitas tersebut berasal dari mutasi masuk dan keluar aset tetap yang
terjadi di tahun 2018 sejumlah Rp26.326.809,00 nilai tersebut berasal dari:
61
Jenis barang Jumlah Nilai Asal
Laptop 1 12.015.989,00 BKD
Rak buku 12 kompartemen 3.300.000,00
Meja Resepsionis 33.466.320,00
Karpet 220.000,00
Mainan Anak 5.676.000,00
Aset Tak Berwujud 138.612.500,00
193.290.809,00
Tempat Parkir 166.744.000,00
Mainan Anak 220.000,00
166.964.000,00
Total 26.326.809,00
Masuk
Jumlah
Keluar
Jumlah
5.3.2.2 RK PPKD Rp5.157.302.787,00
RK PPKD Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu tahun 2018
sebesar Rp5.157.302.787,00, nilai tersebut merupakan realisasi belanja tahun 2018.
5.3.3 Ekuitas Akhir Rp983.912.413,60
Ekuitas Akhir Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Salatiga per 31 Desember 2018 sebesarRp983.912.413,60
Ekuitas akhir ini berasal dari:
Ekuitas Awal Rp1.004.507.579,70
Pengurangan ekuitas
Defisit-LO (Rp5.204.224.762,10)
Penambahan ekuitas
Pos lain-lain Rp26.326.809,00
RK PPKD Rp5.157.302.787,00
Ekuitas Akhir Rp983.912.413,60
62
5.4. Penjelasan Pos-Pos Neraca
5.4.1 ASET Rp985.629.115,60
Total aset Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Salatiga per 31 Desember 2018 sebesar Rp985.629.115,60.
NO URAIAN 31 Desember 2018
1 Aset Lancar 3.550.500,00
2 Investasi Jangka Panjang -
3 Aset Tetap 2.646.582.761,30
Akumulasi penyusutan aset tetap (2.059.869.588,25)
Aset Tetap Lainnya 22.886.300,00
Total aset tetap 609.599.473,05
4 Aset Lainnya
Aset Tak Berwujud 678.128.432,05
Akumulasi amortisasi aset tak berwujud (574.684.449,02)
Aset Lain-lain 269.035.159,52
Total aset lainnya 372.479.142,55
Jumlah : 985.629.115,60
5.4.1.1 ASET LANCAR Rp3.550.500,00
Aset lancar pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu kota
Salatiga berupa Persediaan yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga, dengan rincian
sebagai berikut:
5.4.1.1.1 Kas Di Bendahara Pengeluaran Rp0,00
Jumlah tersebut merupakan saldo kas di bendahara pengeluaran Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga, dengan rincian sebagai berikut:
No Keterangan Jumlah
1 Tunai -
2 Saldo Bank -
3 Surat Berharga -
Total : -
63
Dalam laporan statement bank (salinan statement Bank Jateng cabang Salatiga) No
Rekening 2-033-06854-1 (Rekening bendahara pengeluaran) sampai dengan tanggal 31
Desember 2018 masih tertera saldo akhir sebesar Rp24.809,00.
5.4.1.1.2 Persediaan Rp3.550.500,00
Jumlah tersebut merupakan saldo persediaan barang pakai habis yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan operasional Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Salatiga, per 31 Desember 2018 dengan rincian sebagai berikut:
No Uraian 31 Desember 2018
1 Alat tulis kantor 3.240.500,00
2 Barang cetakan 310.000,00
Jumlah : 3.550.500,00
1. Persediaan Alat Tulis Kantor Rp3.240.500,00
Saldo awal persediaan alat tulis kantor sebesar Rp4.272.800,00 ditambah pembelian
alat tulis kantor selama tahun 2018 sebesar Rp55.663.400,00 dikurangi pemakaian alat
tulis kantor selama tahun 2018 sebesarRp56.695.700,00 sehingga saldo akhir per 31
Desember 2018 sebesar Rp.3.240.500,00
unit jumlah unit jumlah unit jumlah unit jumlah
1 Alat tulis kantor 414 4.272.800 5497 55.663.400 5564 56.695.700 347 3.240.500
2 Alat Kebersihan 310 3.944.500 310 3.944.500
3 Alat Listrik dan Elektronik 125 4.497.000 125 4.497.000
4 Barang cetakan 635 1.000.000 7415 59.305.000 7988 59.995.000 310.000
5 Materai dan Benda Pos 795 4.010.000 795 4.010.000
6 Bahan Baku Bangunan 1547 103.483.000 1547 103.483.000
7 Bahan Bibit Tanaman 597 2.989.800 597 2.989.800
8 BahanAlat Habis Pakai 4 564.000 4 564.000
Jumlah : 5.272.800 234.456.700 236.179.000 3.550.500
Saldo Awal 31 Desember 2018No Jenis barang persediaan
Saldo Awal 31 Desember 2018Mutasi Jan-Des 2018
Tambahan Kurang
2. Persediaan Barang Cetakan Rp310.000,00
Saldo awal persediaan barang cetakan sebesar Rp1.000.000,00 ditambah pembelian
barang cetakan selama tahun 2018 sebesar 59.305.000,00 dikurangi pemakaian barang
cetakan selama tahun 2018 sebesar 59.995.000,00 sehingga saldo akhir per 31 Desember
2018 sebesar Rp310.000,00.
64
5.4.1.2 INVESTASI JANGKA PANJANG Rp0,00
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu tidak memiliki
investasi jangka panjang.
5.4.1.3 ASET TETAP Rp985.629.115,60
Aset Tetap Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Salatiga per 31 Desember 2018 sebesar Rp985.629.115,60. Dengan rincian sebagai
berikut:
URAIAN 31 Desember 2018
Aset Tetap 609.599.473,05
1. Tanah -
2. Peralatan dan Mesin 2.646.582.761,30
3. Gedung dan Bangunan
4. Jalan, Irigasi dan Jaringan
5. Aset Tetap Lainnya 22.886.300,00
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan
Akumulasi penyusutan (2.059.869.588,25)
Jumlah : 609.599.473,05
5.4.1.3.1 Peralatan dan Mesin Rp2.646.582.761,30
Saldo awal Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Salatiga Tahun 2018 adalah saldo akhir Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu 2017 dikurangi mutasi keluar dan masuk peralatan dan mesin dengan rincian
sebagai berikut :
65
No Keterangan Nilai
1 Saldo awal 2018 2.563.739.976,57
Mutasi Masuk 224.847.309,00
Belanja modal 175.845.000,00
Laptop (droping dari BKD) 12.015.989,00
Reklas dari KIB lain 36.986.320,00
Mainan Anak 5.676.000,00
Mutasi Kurang 142.004.524,27
Papan Visual 34.591.834,00
Reklas ke Aset Lain - lain 107.192.690,27
Karpet 220.000,00
Jumlah : 2.646.582.761,30
Sehingga saldo awal Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
sebesar Rp2.563.739.976,57. Saldo awal peralatan dan mesin sebesar
Rp2.563.739.976,57 ditambah belanja modal peralatan dan mesin tahun 2018 sebesar
Rp175.845.000,00 ditambah dropping laptop dari Badan Keuangan daerah
Rp12.015989,00, ditambah Reklas dari KIB lain sebesar Rp36.986.320,00 ditambah
mainan anak Rp5.676.000,00 dikurangi reklasifikasi aset tetap peralatan dan mesin ke
aset lain-lain karena kondisi rusak berat sebesar Rp107.192.690,27 dikurangi mutasi
keluar papan nama visual sebesar Rp34.591.834,00 dan mutasi ke aset extracomtable
sebesar Rp220.000,00 sehingga nilai peralatan dan mesin per 31 Desember 2018 menjadi
sebesar Rp2.646.582.761,30.
Peralatan dan Mesin 2018
Nama Bidang Barang Harga
1 Alat-alat besar 50.355.000,00 7.193.571,43 50.355.000,00 -
2 Alat angkutan darat bermotor 1.244.487.046,00 132.266.387,55 968.002.745,56 276.484.300,44
3 Alat-alat bengkel dan alat ukur 1.126.297,62 225.259,53 1.126.297,62 -
4Alat-alat Kantor dan Rumah
Tangga 655.906.144,29 57.498.292,77 512.237.749,45 143.668.394,84
5 Alat-alat studio dan komunikasi 57.499.892,70 9.061.286,14 34.546.816,39 22.953.076,31
6 Komputer 637.208.380,69 77.317.072,69 493.600.979,23 143.607.401,46
Jumlah : 2.646.582.761,30 283.561.870,11 2.059.869.588,25 586.713.173,05
Beban Penyusutan 2018Akumulasi Penyusutan s/d
2018Nilai Buku 2018No
66
1. Alat-alat Besar Rp50.355.000,00
Saldo awal alat-alat besar sebesar Rp50.355.000,00.
Nilai alat-alat besar per 31 Desember 2018 sebesar Rp50.355.000,00 dikurangi
akumulasi penyusutan alat-alat besar sebesar Rp50.355.000,00 maka nilai buku per 31
Desember 2018 sebesar Rp0,00
2. Alat-alat Angkutan Rp1.244.487.046,00
Saldo awal alat-alat angkutan sebesar Rp1.244.487.046,00
Nilai alat-alat angkutan per 31 Desember 2018 sebesar Rp1.244.487.046,00 dikurangi
akumulasi penyusutan alat-alat angkutan sebesar Rp968.002.745,56 sehingga nilai
buku per 31 Desember 2018 sebesar Rp276.484.300,44
3. Alat-alat Bengkel dan alat ukur Rp1.226.297,62
Saldo awal alat-alat bengkel dan alat ukur sebesar Rp1.126.297,62
Nilai alat-alat bengkel dan alat ukur per 31 Desember 2018 sebesar Rp1.126.297,62
dikurangi akumulasi penyusutan alat-alat bengkel dan alat ukur sebesar
Rp1.126.297,62 sehingga nilai buku per 31 Desember 2018 sebesar Rp0,00
4. Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga Rp655.906.144,29
Saldo awal alat-alat kantor dan rumah tangga Rp655.906.144,29
Nilai alat-alat kantor dan rumah tangga per 31 Desember 2018 sebesar
Rp655.906.144,29 dikurangi akumulasi penyusutan alat-alat kantor dan rumah tangga
sebesar Rp512.237.749,45 sehingga nilai buku per 31 Desember 2018 sebesar
Rp143.668.394,84
5. Alat-alat Studio dan Komunikasi Rp57.499.892,70
Saldo awal alat-alat studio dan komunikasi Rp57.499.892,70
Nilai alat-alat studio dan komunikasi tangga per 31 Desember 2018 sebesar
Rp57.499.892,70 dikurangi akumulasi penyusutan alat-alat studio dan komunikasi
sebesar Rp34.546.816,39 sehingga nilai buku per 31 Desember 2018 sebesar
Rp22.953.076,31
67
6. Komputer Rp637.208.380,69
Saldo awal komputer Rp637.208.380,69
Nilai komputer per 31 Desember 2018 sebesar Rp637.208.380,69 dikurangi akumulasi
penyusutan komputer sebesar Rp493.600.979,23 sehingga nilai buku per 31 Desember
2018 sebesar Rp143.607.401,46
5.4.1.3.4 Aset Tetap Lainnya Rp22.886.300,00
Saldo awal aset tetap lainnya berupa buku-buku dan peraturan perundang-
undangan sebesar Rp17.210.300,00 ditambah belanja mainan anak Rp5.676.000,00
sehingga nilai per 31 Desember 2018 sebesar Rp22.886.300,00
Aset tetap lainnya tidak mengalami penyusutan sehingga nilai perolehan per 31
Desember 2018 sama dengan nilai bukunya sebesar Rp22.886.300,00
5.4.1.4 ASET LAINNYA Rp332.788.306,90
5.4.1.4.1 Aset Tak Berwujud Rp539.515.932,05
Saldo awal aset lainnya sebesar Rp402.965.000,00 ditambah belanja
pengadaan/pengembangan Aplikasi Sistem senilai Rp145.977.500,00 reklasifikasi
ke peralatan dan mesin senilai Rp9.426.568,00 sehingga nilai aset lainnya per 31
Desember 2018 sebesar Rp539.515.932,05.
Nilai aset lainnya per 31 Desember 2018 tetap sebesar Rp539.515.932,05
dikurangi akumulasi amortisasi aset tak berwujud sebesar Rp471.240.466,03
sehingga nilai buku per 31 Desember 2018 sebesar Rp68.275.466,03.
5.4.1.4.2 Aset Lain-Lain Rp264.512.840,87
Saldo awal aset lain-lain tahun 2018 sebesar Rp263.212.865,15. Selama
tahun 2018 ada mutasi tambah berupa reklasifikasi aset tetap peralatan dan mesin
berupa barang-barang yang sudah rusak dan dalam proses usul penghapusan
senilai Rp1.299.975,73 (nilai tersebut merupakan nilai buku peralatan dan mesin
yang direklasifikasi ke aset lain-lain), sehingga nilai aset lain-lain per 31
Desember 2018 sebesar Rp264.512.840,87.
68
5.4.2 Kewajiban Rp933.880,00
Rincian utang belanja jasa dan utang belanja pegawai tahun 2018 adalah sebagai
berikut:
1 1. Utang belanja jasa :
a. Konsumsi telepon Desember 2017 295.080,00
b. Konsumsi air Desember 2017 638.800,00
c. Konsumsi listrik Desember 2017 -
Total utang belanja jasa : 933.880,00
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK TAHUN 2016
Saldo awal kewajiban per 1 Januari 2018 sebesar Rp937.050,00 utang belanja jasa
sebesar Rp937.050,00 telah dibayar dibulan Januari 2018, sehingga nilai utang
belanja tahun 2018 sebesar Rp0,00.
Nilai Kewajiban per 31 Desember 2018 sebesar Rp933.880,00, nilai tersebut
merupakan utang belanja jasa pemakaian telepon dan air bulan Desember 2018
yang telah dibebankan pada bulan Desember 2018, namun pembayarannya
dilakukan pada tahun 2018 dengan rincian sebagai berikut :
- Pemakaian telepon Rp295.080,00
- Pemakaian air Rp638.800,00
Jumlah : Rp933.880,00
5.4.3 Ekuitas Rp1.004.507.579,70
Saldo awal ekuitas per 1 Januari 2018 adalah Rp1.050.735.480,58. Saldo akhir
ekuitas dana per 31 Desember 2018 sebesar Rp1.004.507.579,70
Ekuitas merupakan jumlah kekayaan bersih pada Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga, yakni selisih antara nilai Aset dan
Kewajiban,jumlah ekuitas dana per 31 Desember 2018 yang merupakan jumlah
ekuitas akhir dalam Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) adalah sebesar
Rp1.004.507.579,70.
69
ANALISIS VERTIKAL DALAM NERACA
Aset harus sama dengan total kewajiban ditambah dengan total ekuitas
Rumus :
Aset = Kewajiban + Ekuitas
Aset = 933.880 + 863.628.197,85
= 864.562.077,85
70
Kas di Bendahara Pengeluaran harus sama dengan sisa Uang Persediaan yang belum
disetor ke kasda ditambah dengan Utang PFK di Bendahara Pengeluaran yang belum
disetor ke kas negara
Rumus :
Kas di Bendahara Pengeluaran = Sisa Uang Persediaan yang Belum Disetor + Utang PFK
di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran = 0 + 0
= 0
ANALISIS HORIZONTAL ANTARA LRA DAN NERACA
SiLPA di LRA harus sama dengan Kas di Bendahara Pengeluaran ditambah Kas di
BLUD ditambah Setara Kas dikurangi dengan Utang PFK di neraca.
Rumus :
SiLPA (LRA) = Kas di Bendahara Pengeluaran + Kas di BLUD + Setara Kas – Utang
PFK (Neraca)
= 0 + 0 + 0 – 0
= 0
ANALISIS HORIZONTAL ANTARA LRA DAN NERACA
Realisasi belanja modal harus sama dengan penambahan aset tetap (dan aset lainnya).
Realisasi belanja modal tahun 2018 = 380.509.900
Aset Tetap tahun 2018 = 11.719.513.305,71
Aset Tetap tahun 2016 = 7.895.025.228,71–
Penambahan aset = 3.824.488.077,00
Penjelasan penambahan aset tetap :
71
Penambahan aset tetap
Belanja modal 2017 380.509.900
3.706.917.000
Hibah masjid Jati Panyuluh 218.009.800
Dropping mobil APV dari BKD 118.250.000
Total penambahan aset tetap 4.423.686.700
Pengurangan aset tetap
Mutasi keluar 3 mobil 415.774.000
Mutasi keluar suzuki smash 9.299.950
Reklasifikasi suzuki bravo ke aset lainnya 7.100.000
167.024.673
Total pengurangan aset tetap 599.198.623
Total penambahan aset tetap tahun 2017 = 3.824.488.077
Dropping gedung bangunan & peralatan mesin dari
DPUPR
Reklasifikasi alat kantor dan rumah tangga ke aset
lainnya
ANALISIS HORIZONTAL ANTARA LO, LPEDAN NERACA
Ekuitas Awal pada Laporan Perubahan Ekuitas harus sama dengan Ekuitas Akhir pada
Neraca Tahun Sebelumnya
Rumus :
Ekuitas Awal pada Laporan Perubahan Ekuitas = Ekuitas Akhir pada Neraca Tahun
Sebelumnya
Ekuitas Awal pada Laporan Perubahan Ekuitas = 4.344.511.842,39
Surplus/Defisit pada Laporan Operasional harus sama dengan Surplus/Defisit pada
Laporan Perubahan Ekuitas
Rumus :
Surplus/Defisit pada Laporan Operasional = Surplus/Defisit pada Laporan Perubahan
Ekuitas
Surplus/Defisit pada Laporan Operasional = 8.134.168.791,24
Ekuitas akhir pada Laporan Perubahan Ekuitas harus sama dengan Ekuitas pada Neraca
Rumus :
Ekuitas akhir pada Laporan Perubahan Ekuitas = Ekuitas pada Neraca
Ekuitas akhir pada Laporan Perubahan Ekuitas = 7.882.590.769,00
ANALISIS HORIZONTAL ANTARA LO, LRA DAN NERACA
Beban Persediaan (LO) harus sama dengan Belanja Barang dan Jasa Persediaan (LRA)
ditambah Persediaan Awal Tahun dikurangi Persediaan Akhir Tahun
Rumus :
72
Beban Persediaan (LO) = Belanja Barang dan Jasa Persediaan (LRA) + Persediaan Awal
Tahun - Persediaan Akhir Tahun
Beban Persediaan (LO) = 415.543.990 + 6.784.200 – 32.260.100
= 390.068.090
Beban Penyusutan (LO) harus sama dengan Akumulasi Penyusutan Akhir Tahun
dikurangi Akumulasi Penyusutan Awal Tahun
Rumus :
Beban Penyusutan (LO) = Akumulasi Penyusutan Akhir Tahun – Akumulasi Penyusutan
Awal Tahun
Beban Penyusutan (LO) = 3.937.915.614,33 – 3.619.244.898,32
= 318.670.716,01
Beban penyusutan 2018 di laporan operasional = 672.825.431,24
Beban penyusutan hasil rumus = 318.670.716,01 -
Selisih akumulasi penyusutan = 354.154.715,23
Selisih tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
73
Saldo awal akumulasi penyusutan tahun 2017 3.619.244.898,32
Ditambah akumulasi penyusutan karena mutasi masuk aset 210.126.080,00
Dikurangi akumulasi penyusutan karena mutasi keluar aset (564.280.795,25)
Saldo akumulasi penyusutan setelah adanya mutasi keluar masuk 3.265.090.183,07
Ditambah beban penyusutan tahun 2017 672.825.431,24
Saldo akhir akumulasi penyusutan tahun 2017 3.937.915.614,31
Pengurangan akumulasi penyusutan dari mutasi keluar aset
1 Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor 7.100.000,00
Reklasifikasi Suzuki Bravo ke aset lain-lain
2 Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor 389.949.142,85
3 Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor 9.299.950,00
Mutasi Keluar Suzuki Smash H 9636 AB ke BKD
4 Akumulasi Penyusutan Alat Kantor 43.103.607,80
Akumulasi Penyusutan Alat Rumah Tangga 28.590.094,60
Akumulasi Penyusutan Peralatan Komputer 83.238.000,00
Akumulasi Penyusutan Meja Dan Kursi Kerja/Rapat Pejabat 3.000.000,00
Total pengurangan akumulasi penyusutan dari mutasi keluar aset 564.280.795,25
Penambahan akumulasi penyusutan dari mutasi masuk aset
1 Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor 118.250.000,00
Mutasi tambah Suzuki APV H 9504 AB dari BKD
2 Akumulasi Penyusutan Alat Rumah Tangga 19.708.600,00
Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja 72.167.480,00
Total penambahan akumulasi penyusutan dari mutasi masuk aset 210.126.080,00
354.154.715,25
Mutasi keluar Toyota Kijang H 9509 NB, Toyota Kijang H
9505 GB, dan Toyota Rush H 19 B ke BKD
Jurnal Reklasifikasi Aset Tetap ke Aset lain-lain (
Pemindahan Barang Intrakontabel ke Aset Lainnya - Usul
Penghapusan )
Jurnal reklasifikasi aset lainnya ke aset tetap (dropping
gedung dan peralatan mesin dari Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang)
Selisih akumulasi penyusutan yang mengurangi saldo awal akumulasi
penyusutan tahun 2017
Belanja pegawai pada LRA harus sama dengan Beban pegawai LO ditambah Saldo awal
Utang pada neraca dikurangi Saldo akhir Utang pada neraca
Rumus :
Belanja pegawai LRA = Beban pegawai (LO) + Saldo awal Utang belanja pegawai –
Saldo akhir Utang belanja pegawai
Belanja pegawai LRA = 5.291.428.967 + 612.087 – 0
= 5.292.041.054
Belanja pegawai LRA tahun 2018 seharusnya = 4.459.998.311
Belanja pegawai LRA berdasarkan rumus = 5.292.041.054
Selisih = 832.042.743
74
Selisih tersebut berasal dari :
Belanja barang & jasa yang menjadi beban pegawai tahun 2018
1. Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi & bimtek PNS =
812.042.743
2. Belanja beasiswa pendidikan PNS = 20.000.000
Total belanja = 832.042.743
Total Belanja Barang/Jasa (LRA) harus sama dengan Total Beban Barang/Jasa (LO)
ditambah saldo akhir persediaan dikurangi saldo awal persediaan ditambah saldo akhir
belanja dibayar di muka dikurangi saldo awal belanja dibayar di muka dikurangi saldo
akhir utang ditambah saldo awal utang
Rumus :
Belanja Barang/Jasa (LRA) = Beban Barang/Jasa (LO) + saldo akhir persediaan - saldo
awal persediaan + saldo akhir belanja dibayar di muka -
saldo awal belanja dibayar di muka - saldo akhir utang
+ saldo awal utang
Belanja Barang/Jasa (LRA) = 2.387.924.193 + 32.260.100 – 6.784.200 + 0 – 0 –
8.041.993 + 5.122.601
= 2.410.480.701
Belanja Barang/Jasa (LRA) seharusnya = 3.242.523.444
Belanja Barang/Jasa menurut rumus = 2.410.480.701
Selisih = 832.042.743
Selisih tersebut berasal dari :
Belanja barang & jasa yang menjadi beban pegawai tahun 2018
1. Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi & bimtek PNS =
812.042.743
2. Belanja beasiswa pendidikan PNS = 20.000.000
Total belanja = 832.042.743
75
Analisis vertikal dalam Laporan Realisasi Anggaran adalah sebagai berikut:
SiLPA tahun berjalan harus sama dengan total pendapatan dikurangi total belanja
dan transfer ditambah total penerimaan pembiayaan dikurangi dengan total
pengeluaran pembiayaan.
Rumus:
SiLPA = Total Pendapatan – Total Belanja dan Transfer + Total Penerimaan
Pembiayaan – Total Pengeluaran Pembiayaan
SiLPA = 0 – 4.464.369.468 + 0 – 0
= (4.464.369.468)
Analisis vertikal dalam Laporan Operasional adalah sebagai berikut:
Surplus/Defisit LO harus sama dengan total Pendapatan (LO) dikurangi total Beban
(LO) ditambah (dikurangi) total Surplus (Defisit) Kegiatan Non Operasional (LO)
ditambah (dikurangi) Pos Luar Biasa (LO)
Rumus:
Surplus/Defisit LO = Total Pendapatan (LO) - Total Beban (LO) +/- Total
Surplus/Defisit Kegiatan Non Operasional (LO) +/- Pos Luar Biasa (LO)
Surplus/Defisit LO = 0 – 4.515.400.959,95 +/- 0 +/- 0
= (4.515.400.959,95)
Analisis vertikal dalam Laporan Perubahan Ekuitas adalah sebagai berikut:
Ekuitas akhir harus sama dengan ekuitas awal ditambah (dikurangi) surplus/defisit
LO ditambah (dikurangi) koreksi berdampak ke ekuitas
Rumus:
Ekuitas akhir = ekuitas awal (+/-) surplus/defisit LO (+/-) koreksi berdampak ke ekuitas
76
Ekuitas akhir = 999.315.451,99– 4.515.400.959,95 + 4.464.369.468,00
= 863.628.197,85
70
BAB VI INFORMASI NON KEUANGAN
6.1. Organisasi dan Tata Kerja OPD Tahun 2018
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga
dibentuk berdasarkan Perda Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Dengan Kategori Tipe B.
Berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 33 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Kepala Dinas dibantu oleh
Satu Orang Sekretaris dan Tiga orang Kepala Bidang.
Sekretaris membawahi dua bagian yaitu Kepala Subbagian Perencanaan dan
Keuangan serta Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian.
Adapun bidang yang ada meliputi :
1. Kepala Bidang Penanaman Modal yang membawahi Kepala Seksi Promosi,
Pengembangan dan Pelayanan Penanaman Modal serta Kepala Seksi
Pengendalian, Pengelolaan Data, Pelaporan dan Sistem Informasi.
2. Kepala Bidang Perizinan yang membawahi Kepala Seksi Perizinan Tata
Ruang dan Pekerjaan Umum serta Kepala Seksi Perizinan Lingkungan Hidup,
Sosial, Kesehatan, Pendidikan dan Ketenagakerjaan.
3. Kepala Bidang Perizinan Usaha yang membawahi Kepala Seksi Perizinan
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi serta Kepala Seksi Perhubungan,
Komunikasi Informasi, Pariwisata dan Pengaduan.
Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Salatiga dilaksanakan berdasarkan prinsip koordinasi, sinkronisasi, integrasi,
simplifikasi, transparasi, akuntabilitas, dan profesionalitas secara vertikal,
71
horizontal dan diagonal baik di lingkungan masing-masing maupun dengan
instansi lain sesuai dengan tugasnya. Tata Kerja tersebut dalam bentuk :
1. Tata kerja konsultatif dilakukan untuk menyamakan persepsi dalam
melaksanakan tugas dan fungsi sesuai dengan kewenangan masing-masing
serta dilakukan tanpa terikat pada hubungan struktural secara berjenjang.
2. Tata kerja kolegial dilakukan untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan
kemitraan dalam melaksanakan tugas bagi peningkatan produktivitas dan
kinerja serta dilakukan dengan mengutamakan musyawarah dan tanggung
jawab bersama.
3. Tata kerja fungsional dilakukan untuk memberikan peran substansial secara
fungsional dalam melaksanakan tugas dan fungsi sesuai kewenangan,
kompetensi dan kemandirian masing-masing.
4. Tata kerja struktural dilakukan untuk mengembangkan kepemimpinan secara
berjenjang dengan tetap melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya secara
bertanggung jawab dengan memperhatikan kerja sama yang terpadu,
harmonis, selaras, komprehensif dan tidak mementingkan kepentingan
wewenang pada unit organisasi.
5. Tata kerja koordinatif dilakukan untuk mengembangkan hubungan kerja
struktural dengan menumbuhkembangkan semangat kolegial yang sinergis
dan terpadu dalam penanganan dan penyelesaian tugas dan fungsi masing-
masing.
6.2. Rencana Strategis OPD
Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif
tentang bagaimana perangkat daerah mencapai tujuan dan sasaran dengan efektif dan
efisien. Dengan pendekatan yang komprehensif, strategi juga dapat digunakan sebagai
sarana untuk melakukan tranformasi, reformasi, dan perbaikan kinerja birokrasi.
72
Perencanaan strategik tidak saja mengagendakan aktivitas pembangunan, tetapi juga
segala program yang mendukung dan menciptakan layanan masyarakat tersebut dapat
dilakukan dengan baik, termasuk di dalamnya upaya memberbaiki kinerja dan kapasitas
birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfaatan teknologi informasi.
Rumusan strategi merupakan pernyataan-pernyataan yang menjelaskan
bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai serta selanjutnya dijabarkan dalam
serangkaian kebijakan. Rumusan strategi juga harus menunjukkan keinginan yang kuat
bagaimana perangkat daerah menciptakan nilai tambah (value added) bagi stakeholder
layanan. Di sini penting untuk mendapatkan parameter utama yang menunjukkan
bagaimana strategi tersebut menciptakan nilai (strategic objective). Melalui parameter
tersebut, dapat dikenali indikasi keberhasilan atau kegagalan suatu strategi sekaligus
untuk menciptakan budaya “berpikir strategik” dalam menjamin bahwa transformasi
menuju pengelolaan pemerintah daerah yang lebih baik, transparan, akuntabel dan
berkomitmen terhadap kinerja, strategi harus dikendalikan dan dievaluasi (learning
process).
Strategi yang diambil oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kota Salatiga untuk mencapai target adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan promosi dan kerjasama investasi melalui keikutsertaan promosi
investasi baik skala nasional, maupun internasional, pameran investasi dalam
rangka peningkatan kerjasama investasi
2. Meningkatkan kualitas pelayanan investasi melalui pemberian izin dan
kecepatan pelayanan perizinan dan mendorong kabupaten/kota untuk
menyusun kebijakan pemberian insentif daerah untuk berinvestasi.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan perizinan melalui peningkatan kapasitas
SDM, penyederhanaan regulasi, peningkatan koordinasi lintas OPD.
73
4. Meningkatkan kualitas dokumen perencanaan dan pelaporan kinerja
5. Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme aparatur DPMPTSP melalui
diklat dan bimtek.
Kebijakan adalah pedoman yang wajib dipatuhi dalam melakukan tindakan
untuk melaksanakan strategi yang dipilih, agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan
sasaran. Kebijakan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Salatiga untuk pembangunan lima tahun ke depan adalah:
1. Peningkatan promosi dan kerjasama investasi serta penyediaan informasi
peluang penanaman modal
2. Peningkatan pelayanan perizinan dan non perizinan melalui peningkatan
kualitas SDM.
3. Peningkatan koordinasi pelayanan perizinan dan non perizinan penanaman
modal dengan kabupaten/kota.
4. Menciptakan inovasi-inovasi dalam pelayanan perizinan dan non perizinan.
5. Penyusunan Renstra dan Renja serta pelaporan kinerja dan keuangan secara
sinergis, terpadu dan berkelanjutan.
6. Peningkatan kualitas pelayanan administrasi dan sarana dan prasarana
aparatur
7. Peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur sesuai dengan tugas dan fungsi.
Keterkaitan antara tujuan, sasaran, dengan rumusan strategi dan kebijakan
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga disajikan
dalam tabel sebagai berikut :
74
No Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
1
Meningkatkan upaya
promosi dan informasi
peluang usaha
Semakin bertambahnya
minat calon investor
untuk melakukan
investasi di Kota
Salatiga
Meningkatkan promosi
dan kerjasama investasi
melalui keikutsertaan
promosi investasi baik
skala nasional, maupun
internasioanal, pameran
investasi dalam rangka
peningkatan kerjasama
investasi
Peningkatan promosi
dan kerjasama
investasi serta
penyediaan informasi
peluang penanaman
modal
Meningkatkan kualitas
pelayanan investasi
melalui pemberian izin
dan kecepatan pelayanan
perizinan dan
mendorong
kabupaten/kota untuk
menyusun kebijakan
pemberian insentif
daerah untuk
berinvestasi.
Peningkatan
pelayanan perizinan
dan non perizinan
melalui peningkatan
kualitas SDM.
2 Menyiapkan sistem
pelayanan perizinan
yang efektif dan efisien
Meningkatnya
efektifitas dan efisiensi
pelayanan perizinan
Meningkatkan kualitas
pelayanan perizinan
melalui peningkatan
kapasitas SDM,
penyederhanaan
regulasi, peningkatan
koordinasi lintas OPD
Peningkatan
koordinasi pelayanan
perizinan dan non
perizinan penanaman
modal dengan
kabupaten/kota.
Menciptakan inovasi-
inovasi dalam
pelayanan perizinan
dan non perizinan.
3 Meningkatkan kinerja
dan tata kelola yang
baik
Meningkatnya kualitas
pelayanan dan
akuntabilitas kinerja
DPMPTSP
Meningkatkan kualitas
dokumen perencanaan
dan pelaporan kinerja
Penyusunan Renstra
dan Renja serta
pelaporan kinerja dan
keuangan secara
sinergis, terpadu dan
berkelanjutan.
Peningkatan kualitas
pelayanan
administrasi dan
sarana dan prasarana
aparatur.
75
No Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Meningkatkan
kompetensi dan
profesionalisme aparatur
DPMPTSP melalui
diklat dan bimtek
Peningkatan kapasitas
sumberdaya aparatur
sesuai dengan tugas
dan fungsi.
6.3. Informasi Non Keuangan Lainnya
Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu,
Peraturan Walikota Salatiga Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pendelegasian Wewenang
Penandatangan Perizinan Secara Terpadu Satu Pintu, maka urusan perizinan yang telah
diserahkan kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota
Salatiga, adalah:
1. Perizinan di bidang Kesehatan, terdiri dari :
a) Izin Apotek
b) Surat Izin Pengobatan Tradisional, dan
c) Surat Izin Penyelenggaraan Optikal
2. Perizinan di bidang Ketanagakerjaan, terdiri dari :
a) Izin Mendirikan Lembaga Pelatihan Kerja Swasta, dan
b) Izin Pemasangan Instalasi Penyalur Petir
3. Perizinan di bidang Komunikasi dan Informatika, terdiri dari :
a) Izin Pendirian Kantor Cabang dan Loket Pelayanan Operator
b) Izin Penyelenggaraan Jasa Titipan untuk Kantor Agen
c) Izin Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi
d) Izin Studio Radio/Televisi, dan
e) Izin Usaha Warnet
4. Perizinan di bidang Lingkungan Hidup, terdiri dari :
a) Izin Gangguan
b) Izin Pemakaian Air Tanah
76
c) Izin Pembuangan Limbah Cair
d) Izin Pengusahaan Air Tanah, dan
e) Izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
5. Perizinan di bidang Pariwisata, terdiri dari :
a) Izin Penggunaan Gedung Pertemuan
b) Izin Penyelenggaraan Gedung Pertemuan
c) Tanda Daftar Usaha Spa, Salon Kecantikan, dan Rias Pengantin
d) Tanda Daftar Usaha Wisata Tirta
e) Tanda Daftar Usaha Daya Tarik Wisata
f) Tanda Daftar Usaha Jasa Penyediaan Akomodasi
g) Tanda Daftar Usaha Jasa Perjalanan Wisata
h) Tanda Daftar Usaha Jasa Transportasi Wisata
i) Tanda Daftar Usaha Penyediaan Jasa Makanan dan Minuman
j) Tanda Daftar Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi
k) Tanda Daftar Usaha Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif,
Konferensi dan Pameran
6. Perizinan di bidang Pekerjaan Umum, terdiri dari :
a) Izin Mendirikan Bangunan
b) Izin Penggunaan Bangunan
c) Izin Usaha Jasa Konstruksi, dan
d) Tanda Daftar Usaha Orang Perseorangan
7. Perizinan di bidang Penanaman Modal, terdiri dari :
a) Izin Prinsip Penanaman Modal
b) Izin Prinsip Penggabungan Penanaman Modal
c) Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal
77
d) Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal
e) Izin Usaha Penanaman Modal
f) Izin Usaha Penggabungan Penanaman Modal
g) Izin Usaha Perluasan Penanaman Modal, dan
h) Izin Usaha Perubahan Penanaman Modal
8. Perizinan di bidang Penataan Ruang, terdiri dari :
a) Izin Lokasi
b) Izin Pemakaman
c) Izin Penggunaan Lapangan Pancasila
d) Izin Reklame
e) Izin Penetapan Lokasi, dan
f) Advice Planning
9. Perizinan di bidang Pendidikan, terdiri dari :
a) Izin Penyelenggaraan Kursus dan Sanggar, dan
b) Izin Penyelenggaraan Pendidikan Lembaga Non Formal
10. Perizinan di bidang Perhubungan, yaitu Izin Penyelenggaraan Angkutan
Sewa.
11. Perizinan di bidang Perdagangan, terdiri dari :
a) Surat Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
b) Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional
c) Izin Usaha Pusat Perbelanjaan
d) Izin Usaha Toko Modern
e) Surat Izin Usaha Perdagangan
f) Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol
g) Tanda Daftar Gudang, dan
h) Tanda Daftar Perusahaan
78
12. Perizinan di bidang Perindustrian, terdiri dari :
a) Izin Usaha Industri
b) Izin Perluasan Industri, dan
c) Tanda Daftar Industri
79
BAB VII
PENUTUP
Demikian penyusunan Laporan Keuangan Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga Tahun 2018 dengan menerapkan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual, sebagai kewajiban untuk
melaporkan upaya-upaya yang telah dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara
sistematis, terstuktur untuk kepentingan Akuntabilitas, Manajemen, Transparansi dan
Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational equity).
Laporan Keuangan tersebut terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca dan Catatan
Atas Laporan Keuangan (CaLK) yang disusun sebagai bentuk Pertanggungjawaban
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam rangka
mewujudkan Good Governance.
Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua
kelompok pengguna dan sebagai bahan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Tahun 2018.
Demikian untuk menjadikan periksa.
Salatiga, 31 Desember 2018
KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
KOTA SALATIGA
Dra. SULISTYANINGSIH
Pembina Tk.I
NIP. 19641116 199203 2 002
80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
81
LAPORAN
REALISASI ANGGARAN
82
LAPORAN
NERACA
83
LAMPIRAN
NERACA
84
LAMPIRAN
LAPORAN REALISASI
ANGGARAN
85
CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN
86
LAPORAN OPERASIONAL
87
LAPORAN PERUBAHAN
EKUITAS
Recommended