View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
1/16
PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri sesungguhnya perkembangan intlektual yang
berkembang dan berjaya sekarang di Barat berasal dari ilmuwan-ilmuwan Islam
melalui sarana penerjemahan pengetahuan dari bahasa Arab ke bahasa latin
yang kemudian tersebar ke Eropa. Dengan demikian selama ini para sejarawan
memang menutupi usaha pengembangan inteelektual yang telah dilakukan para
imuwan muslim pada masa kejayaan dan keemasan kebudayaan kerajaan Islam.
Di antara kerajaan Islam yang banyak menghasilkan ilmuwan muslim adalah
Dinasti Fatimiyah (295-555 H/908-1171 M). seperti yang diungkapkan oleh
Syed Ameer Ali bahwa di bawah kaum Fatimiyah di Mesir, Kairo telah menjadipusat intelektual dan ilmiah baru.
Pada masa inilah yang disebut Harun Nasution sebagai periode klasik
(650-1250 M) yang meruupakan zaman kemajuan. Di masa inilah berkembang
ilmu pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun non agama dan
kebudayaan Islam. Pada zaman ini dihasilkan ulama-ulama besar seperti tokoh-
tokoh imam Mazhab, Tasawuf, dan Filsafat. Dalam tulisan ini selanjutnya akan
dipaparkan kemajuan intelektual yang berkembang pada masa kejayaan Islam
khususnya Dinasti Fatimiyah.
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
2/16
PEMBAHASAN
DINASTI FATIMIYAH
1. Awal Pembentukan dan Perkembangan
Dinasti Fatimiyah berdiri menjelang abad ke-10 ketika kekuasaan
Dinasti Abbasiyah di Baghdad mulai melemah dan daerah kekuasaannya yang
khas tidak lagi terkoordinasikan. Kondisi ini teah membuka peluang bagi
kemunculan dinasti-dinasti kecil di daerah-daerah, terutama yang gubernur dan
sultannya memiliki tentara sendiri. Di antara Dinasti kecil yang memisahkan
diri itu adalah Dinasti Fatimiyah.
Dinasti FatimIyyah menyatakan dirinya sebagai keturunan langsungHazdrat Ali dan Fatmiyah dari Ismail anak Jafar Sidik, keurunan keenam dari
Ali. Sekte Ismailiyah ini pada awalnya tetap tidak jelas sehingga datanglah
Abdullah ibnu Maimun yang kemudian memberi bentuk terhadap sistem agama
dan politik Ismailiyat ini. Menurut Von Grunibaum, pada tahun 860 M
kelompok ini pindah ke daerah Salamiya di Syiria dan di sinilah mereka
membuat suatu kekuatan dengan membuat pergerakan propagandis dengan
tokohnya Said Ibnu Husein. Mereka secara rahasia menyusupkan utusan-utusan
ke berbagai daerah Muslim, terutama Afrika dan Mesir untuk menyebarkan
Ismailiyat kepada rakyat. Dengan cara inilah membuat landasan pertama bagi
munculnya Dinasti Fatimiyyah di Afrika dan Mesir.1
Pada 874 M muncullah seorang pendukung kuat dari Yaman yang
bernama Abu Abdullah AL-Husein yang kemudian menyatakan dirinya sebagai
pelopor Al-Mahdi. Ia kemudian pergi ke Afrika Utara, dan karena pidatonya
yang sangat baik dan berapi-api ia berhasil mendapat dukungan dari suku
Barbar Ketama. Selain itu, ia mendapat dukungan dari seorang gubernur
Ifrikiyah yang bernama Zirid. Philip K. Hitti2 menyebutkan bahwa setelah
mendapatkan kekuatan yang diandalkan ia menulis surat kepada Imam
1 G.E. Van Grunbaum dalam Ajid Tohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan
Dunia Islam, Jakarta: Rajawali Pres, 2004.2 Philip K. Hitti,History of The Arab, Jakarta : Serambi, 2006, h.
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
3/16
Ismailiyat (Said Ibnu Husein) untuk dating ke Afrika Utara yang kemudian Said
diangkat menjadi pemimpin pergerakan. Pada 909 M, Said berhasil mengusir
Zidatullah, seorang penguasa Aghlabid terakhir untuk keluar dari negerinya.
Kemudian Said diproklamasikan menjadi imam pertama dengan gelar
Ubaidillah Al-Mahdi. Dengan demikian berdirilah pemerintahan Fatimiyah
pertama di Afrika dan Al-Mahdi menjadi khalifah pertama dari Dinasti
Fatimiyah yang bertempat di Raqpodah daerah Al-Qayrawan.
Dari basis mereka di Ifrikiyah, mereka segera mengumpulkan baerbagai
perlengkapan dan kekayaan untuk memperluas daerah kekuasaannya dari
perbatasan Mesir sampai provinsi Fez di Maroko. Kemudian, pada 914 M
mereka bergerak ke arah timurr dan berhasil menaklukkan Alexandria,mengausai Syiria, Malta, Sardinia, Cosrica, Pulau Betrix dan pulau lainnya.
Selanjutnya pada 920 M ia mendirikan kota baru di pantai Tunisia yang
kemudian diberi nama Al-Mahdi.
Pada 934 M, Al-Mahdi wafat dan digantikan oleh anaknya yang
bernama Abu Qasim dengan gelar Al-Qoim (934 M/323 H-949 M/335 H). Pada
934 Mal-Qoim mampu menaklukkan Genoa dan wilayah sepanjang Calabria.
Pada waktu yang sama ia mengirim pasukan ke Mesir tetapi tidak berhasil
karena sering dijegal oleh Abu Yazid Makad, seorang khawarij di Mesir. Al-
Qoim meninggal dan kemudian digantikan oleh anaknya, Al-Mansur berhasil
menumpas pemberontakan Abu Yazid Makad. Al-Mansur kemudian
digantikan oleh Abu Tamim dengan gelar Al-Muiz. Pada masa awa
pemerintahannya, Al-Muiz berhasill menaklukkan Maroko, Sicilia dan Mesir
dengan memasuki kota Kairo lama (Fusthath) dan menyingkirkan Dinasti
Isykidiyah. Setelah memerintah di Mesir, Fatimiyah membangun kota Kairo
baru (Al-Qohiroh) dan terus memperluas kekuasaannya sampai ke Palestina,
Suriah dan mampu mengambil penjagaan atas tempat-tempat suci di Hijaz.
Setelah Al-Muiz meninggal, ia digantikan oleh anaknya, Al-Aziz. Ia
terkenal sebagai seorang yang pemberani dan bijaksana. Di bawah
pemerintahannya, Dinasti Fatimiyah mencapai puncak kejayaannya. Pada masa
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
4/16
pemerintahan Al-Aziz, seluruh Syiria dan Mesopotamia bisa ditaklukkan. Pada
masa kekuasaannya, mulai melemah di bawah penguasaa Bani Buwaihi.
Penguasa Fatimiyah, Al-Aziz dan penguasa Baghdad Buwaihi menjalin
persahabatan dengan cara saling menukar duta.
Dalam pemerintahannya, Al-Aziz sangat liberal dan memberikan
kebebasan kepada setiap agama untuk berkembang, bahkan ia telah mengangkat
seorang wazirnya dari pemeluk agama Kristen yang bernama Isa Ibnu Nastur.
Di samping itu, Manasah seorang Yahudi diberi jabatan tinggi di Istana. Pada
masa pemerintahan Al-Aziz ini kedamaian antar umat beragama terjalin dengan
baik dalam waktu yang cukup lama.
2. Masa Kemajuan dan Kontribusi Dinasti Fatimiyah terhadap Peradaban
Islam
Sumbangan Dinasti Fatimiyah terhadap peradaban Islam sangat besar,
baik dalam siste pemerintahan maupun dalam bidang keilmuan. Kemajuan yang
terlihat pada masa kekhalifahan Al-Aziz yang bijaksana di antaranya sebagai
berikut:3
a. Bidang Pemerintahan
Bentuk pemerintahan padamasa Dinasti Fatimiyah merupakan suatu
bentuk pemerintahan yang dianggap sebagai pola baru dalam sejarah Mesir.
Dalam pelaksanaannya khalifah adalah kepala yang bersifat temporal dan
spiritual. Pengangkatan dan pemecatan pejabat tinggi berada di bawah kontrol
kekuasaan khalifah.
Menteri-menteri (wazir) kekhalifahan dibagi dalam dua kelompok, yaitu
kelompok militer dan sipil. Yang dibidangi oleh kelompok militer di antaranya:
urusan tentara, perang, pengawal rumah tangga khlaifah dan semua
permasalahan yang menyangkut keamanan.4 Yang termasuk kelompok sipil di
antaranya:
3 Ajid Tohir, Op. Cit, h. 114-1194 Philip K. Hitti, Op, Cit, h. 800
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
5/16
- qadi, yang berfungsi sebagai hakim dan direktur percetakan uang,
- ketua dakwah, yang memimpin darul hikam (bidang keilmuan),
- inspektur pasar, yang membidangi bazaar, jalan dan pengawasan
timbangan dan ukuran,
- bendaharawan Negara, yang membidangi baitul mal,
- wakil kepaa urusan rumah tangga khlaifah,
- qori, yang membacakan Al-Quran bagi khlaifah kapan saja
dibutuhkan.
Selain dari pejabat istana ini, ada beberapa pejabat lokal yang diangkat
oleh khalifah untuk mengelola bagian wilayah mesir, syiria da asia kecil. Mesir
dikelola oleh gubernur Mesir Utara, Syarqiya, Gabiya dan Alexandria.Pengurusnya diserahkan kepada para pejabat setempat.
Ketentaraan dibagi ke dalam tiga kelompok. Pertama amir-amir yang
terdiri dari pejabat-pejabat tinggi dan pengawal khalifah. Kedua para opsir jaga.
Ketiga berbagai resimen yang bertugas sebagai hafidzah, juyutsiyah dan
sudaniyah.
b. Bidang lembaga-lembaga Pendidikan
Perkembangan kebudayaan Islam pada masa ini mencapai kondisi yang
sangat mengagumkan. Hal ini disebabkan berkembangnya penerjemahan dan
penerbitan sumber-sumber pengetahuan dari bahasa asing seperti bahasa
Yunani, Persia, dan India ke dalam bahasa Arab yang banyak mendorong para
wazir, sultan, dan umara untuk melahirkan tokoh-tokoh ilmu pengetahuan dan
sastra. Di antara lembaga-lembaga pendidikan pada dinasti fatimiyah anatara
lain:5
1. Masjid dan Istana
Diceritakan bahwa seorang wazir Dinasti ini Yaqub bin
Yusuf Ibn Kilis sangat mencintai ilmu pengetahuan dan seni,
sehingga setiap hari kamis ia selalu membacakan karangannya di
5 Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta : Prenada Media, 2005.
h. 124-130.
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
6/16
depan masyarakat. Perkumpulan ini dihadiri oleh para hakim,
fuqaha, ahi qiraat dan nahwu serta tokoh hadis. Setelah ia
selesai membacakan karangannya maka para ahli syair akan
memujinya dengan pantun dan lagu.
Khalifah juga mengumpulkan para penulis di istana
untuk menyalin buku-buku seperti Al-Quran, hadis, fikih, sastra
hingga kedokteran. Ia memberikan penghargaan khusus bagi
para ilmuwan ini dan menugaskan mereka menjadi imam di
mesjid istana juga. Begitu tingginya perhatian pemerintah
terhadap ilmu pengetahuan hingga kebutuhan untuk penyalina
naskah tersebut pun tersedia, seperti tinta dan kertas.Pada masa dinasti ini masjid juga menjadi tempat
berkumpulnya ulama fikih khususnya ulama yang menganut
mazhab Syiah Islamiyah juga para wazir dan hakim. Mereka
berkumpul membuat buku tentang mazhab Syiah Islamiyah
yang diajarkan kepada masyarakat.di antara tokoh yang
membuat buku itu antara lain Yaqub Ibn Killis. Fungsi para
hakim dalam perkumpulan ini adalah untuk memutuskan perkara
yang timbul dalam proses pembelajaran mazhab Syiah
Islamiyah tersebut. Dengan demikian tampak jelas lembaga-
lembaga ini menjadi sarana bagi penyebaran ideologi mereka.
Hal senada dilakukan pada madrasah-madrasah Nizhamiyah,
seperti yang tertera dalam dokumen sifat-sifat madrasah dapat
disimpulkan beberapa hal:
1) bahwa madrasah nizhamiyah, lengkap denga harta wkaf dan
untuk kepentingan satu kelompok tertentu, yakni penganut
mazhab Syafii.
2) bahwa tiga dari lima jabatan (mudaris, waidh, dan
pustakawan) harus dijabat oleh orang-orang yang bermazhab
Syiah.
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
7/16
Meskipun dokumen pendirian madrasah tidak mensyaratkan
bahwa nahwi dan muqri harus bermazhab Syafii tetapi daam
praktik Nizham al-Mulk tetap mengangkat orang-orang dari
mazhab ini untuk kedua jabatan tersebut. Tetapi ternyata
lembaga pengembangan intelektual dalam hal ini madrasah pada
masa klasik tidak hanya dijadikan sebagai sarana penyebaran
satu mazhab saja sebagaimana yang dilakukan pada dinasti
fatimiyah juga abasiyah pada masaNizham al-Mulk.
Apa yang dipaparkan di atas setidaknyamemberikan
gambaran sesungguhnya madrasah sebagai media pegembangan
intelektualitas umat disirikan tidak hanya sekedar untukmemenuhi factor pendidikan dan agama lebih dari itu terdapat
juga motif politik dan sosial.
2. Perpustakaan
Perpustakaan juga memiiki peran yang tidak kecil
dibandingkan masjid dalam peyebaran aqidah Syiah Islamiyah
di masyarakat. Untuk itu para khalifah dan wazir memperbanyak
pengadaan berbagai buku ilmu pengetahuan sehingga
perpustakaan istana enjadi perpustakaan yang tebesar pada masa
itu. Perpustakaan yang terbesar dimiliki dinasti Fatimiyah ini
diberi nama Dar al- Ulm yang masih memiliki keterkaitan
dengan perpustakaan Baita al-Hikmah.
Perpustakaan ini didirikan pada tahun 998 M oleh khalifah
Fatimiyah Al-Aziz (975-996 M). berisi tidak kurang dari
100.000 volume, boleh jadi sebanyak 600.000 jilid buku,
termasuk 2.400 buah Al-Quran berhiaskan emas dan perak yang
disimpan di ruang yang terpisah.6
6 Mehdi Nakosteen,Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat Deskripsi Analisis
Abad Keemasan Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1996, h. 94
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
8/16
Begitu besarnya pengaruh buku-buku yang diterjemahkan
bagi penyebaran mazhab dinasti ini pada maka Yaqub bin
Yusuf bin Killis atas salah satu jasa khlaifah fatimiyah di kairo
serta didorong oleh cendikiawan muslim, mempekerjakan
banyak penyalinan buku untuk membuat salinan buku-buku
tentang undang-undang, kedokteran, dan pengetahuan ilmiah. Ia
mengahbiskan 1000 dinar emas setiap bulan untuk dana bagi
cendikiawan dan gaji para penyalin serta tukang jilid.7
Dukungan bagi perkembangan penerjemahan tidak hanya
dilakukan oleh pemerintah tetapi tokoh-tokoh kaya dapat
menyediakan tinta, kertas, dan meja-meja serta ruangan bagipara ilmuwan untuk belajar. Pada masa ini ilmuwan yang
kekurangan biaya menerima pesangon untuk kehidupannya
selama studi. Dalam kondisi yang sangat kondusif ini maka
bukan suatu kemustahilan bagi berkembangnya ilmu
pengetahuan pada masa ini.
Di antara para penerjemah abad kesembilan dan kesepuluh
pada masa ini adalah; Zurbah ibn Majuh an-Namami al-Himsi,
Halal ibn Abi Halal al-Himsi, Abu al-Fath Isfahani, Fethun at-
Tarjuman, Abu Aswari, Ibnu Ayyub, Basi al-Mutran, Abu Yusuf
al-Katib, Abu Umar Yuhana ibnu Yusuf, dan Salam al-Abrash.
3. Dar al-Ilm
Pada bulan jumadi akhir tahun 395 H/1005 M atas saran
perdana menterinya Yaqub bin Killis, khalifah al-Hakim
mendirikan Jamiah Ilmiyah Akademi (lembaga riset) seperti
akademi-akademi lain yang ada di Baghdad dan di belahan dunia
lain. Lembaga ini kemudian diberi nama Dar al-hikmah. Di
sinilah berkumpul para ahli fikih, astronom, dokter dan ahli
7Ibid, h. 96-97
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
9/16
nahwu dan bahasa untuk mengadakan penelitian ilmiah. Al-
Maqrizi mengatakan tentang hal ini:
Pada hari kedelapan saat jumadil tsani 309 H, bangunan
yang disebut rumah kebijaksanaan (bait al-hikmah) telah dibuka.
Para mahasiswa mengambil tempat mereka. Buku-buku
dipinjam dari perpustakaan-perpustakaan di istana yang dijaga
dan masyarakatpun boleh memasukinya. Siapapun bebas
menyalin buku yang diinginkan, atau siapapun yang ingin
membaca buku tertentu dapat dilakukan di perpustakaan itu. Di
perpustakaan ini para pelajar dapat mempelajari fikih Syiah,
ilmu bahasa, ilmu falak, kedokteran, matematika, falsafah, sertamantic.
Demikianlah al-hakim sebagai khalifah terpelajar
memfasilitasi segaa yang berhubungan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa pemerintahannya. Tetapi dalam
sejarahnyaDar al Hikmah ini terkenal sebagai pusat pendidikan
pernah ditutup oleh sultan Al-Malik Al-Afdal dkarenakan
terdapat dua orang ilmuwan tamu yang mengajarkan perkuliahan
mengenai ajaran-ajaran yang menyeleweng (heretik) pada
bagian-bagian tertentu.
c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada masa ini ulama membagi ilmu pengetahuan kepada dua macam8:
1. Ilmu yang berhubungan dengan Al-Quran al-Karim
2. Ilmu pengetahuan yang bukan bersuber dari Arab
Ilmu yang bersumber dari Al-Quran disebut dengan ilmu naqiyah atau
syariyyahsedang untuk kategori yang kedua disebut denga ilmu aqliyah atau
hukumiyyah, kadang disebut juga dengan ilmu azam.
Adapun yang termasuk ilmu naqliyyah adalah ilmu tafsir, qiraat, ilmu
hadis, fikih, ilmu kalam, nahwu, lughah, al-bayan dan adab. Sedangkan yang
8 Suwito dan Fauzan,Op, Cit. h. 131-133.
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
10/16
termasuk ilmu aqliyah adalah filsafat, arsitektur, ilmu nujum, musik,
kedokteran, sihir, kimia, matemaika, sejarah dan geografi.
1) Bahasa dan Sastra
Di antara ulama yang terkenal pada masa ini adalah Abu Tohir An-
Nahwi, Abu Yaqub Yusuf bin Yaqub, Abu Hasan Ali bin Ibrahim
yang telah mengarang beberapa buku sastra dan belum sempat
diterjemahkan bukunya tersebut oleh ibn khalikan. Ia memiliki
perpustakaan yang sangat luas berisi karya-karya maimonides,
galen, Hippocrates dan averroes yang mana terjual dalam satu
lelang.9
2) KedokteranDinasti fatimiyah memberikan perhatian yang sangat besar pada
keahlian kedokteran. Dinasti ini menempatkan posisi dokter
ditempat yang tinggi dengan memberikan penghargaan berupa uang
dan kendudukan yang terhormat. Lazimnya para dokter ini
menguasai pula ilmu filsafat serta bahasa asing khususnya suryani
dan yunani. Di antara dokter itu ialah Abu Abdullah Muhammadbin
ahmad bin said an-namimi yang bertempat tinggal di baitul maqdis
dan banyak belajar ilmu kedokteran dari seorang pendeta, kemudian
banyak menimba ilmu dari ulama di Negara lain, sehingga mampu
meracik obat sendiri.
Tokoh kedokteran lain yang terkenal adalah Musa bin al-Azzar yang
lidinillah. Demikian pula Abu Hasan Ali al-Ridwan yang menjadi
dokter khalifah Al-Aziz. Selain ilmu di atas masih terdapat banyak
ilmu yang berkembang pada masa ini seperti matematika, ilmu
falak, sejarah dan lain-lain.
3) Syair
Para penyair pada masa ini melakukan pujian-pujian terhadap
khalifah dengan menghina syair-syair ahli sunnah, dengan pekerjaan
9 Mehdi Nakosten, h. 97
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
11/16
ini mereka mendapat banyak imbalan dari khalifah diantara penyair
adalah Ibnu Hani. Para penyair ini bersama para khalifah mencoba
menyebarkan doktrin Syiah Ismailiyah melalui pantun dan syair.
Setelah melewati masa kecilnya di sicilia ia melakukan rihlah ilmiah
hingga bertemu dengan Jafar dan Yahya bin Ahmad bin Hamdan
al-Muidz dan mengantarkannya menjadi penyair istana. Selain Ibnu
Hani, pada masa khalifah Al-Aziz. Secara umum para penyair yang
menyenandungkan pujian akan kehebatan mazhab Syiah dan
kebesaran serta kejayaan kepemimpinan khalifah mereka.
4) Filsafat
Tokoh filsafat yang terkenal pada masa dinasti Fatimiyah ini adalahyang disebut dengan Ikhwan Al-Shafa.10 Sementara itu filsuf yang
terkenal pada masa ini adalah; Abu Hatim Al-Razi (322 H) yang
menjadi tokoh pada masa khalifah Ubaidillah Al-Mahdi merupakan
orang yang dalam bidang sastra, filsafat. Ia merupakan tokoh
propagandis di wilayah Ray. Pengaruh propagandanya sangat besar
yang dilakukannya di madrasah-madrasah yang dibangun oleh
Ubaidillah Al-Mahdi yang berada di Afrika utara. Filsuf yang lain
adalah:
- Abu Ubaidillah An-Nasfi (331 H),
- Abu Yaqub As-Sajazy (331 H),
- Abu Hanifah An-Numan Al-Maghriby (363/973-974 H) karyanya:
al-daaiimu al-islam fi dzikri al-halal wa al-haram, wa al-qadhaya
wa al-hakam, mukhtashar al-atsar, kitab al-byu, kitab thaharah,
kaifiyyatu al-shalat, dan minhaj al-faridh.
- Jafar Bin Mansyur Al-Yaman, karyanya: tawi al-zakat, sarair al-
nutqau, al-syawahid wa al-bayan, al-kasyfu, al-jafru al-aswad, al-
faraidh wa al-hudud al-diin, dan al-muayyid fi al-diin hibatullah al-
syairazy.
10 Ajid Tohir, Op. Cit. h. 116
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
12/16
PENUTUP
Kejayaan intelektual pad masa dinasti fatimiyah ini pun memudar
dengan beberapa kemungkinan:
1. Perang, mengakibatkan hancurnya perpustakan-perpustakaan. Serbuan
mongol, perang salib, dan pengusiran muslim dari spanyol meminta
korban sejumlah perpustakaan besar di kota-kota semacam Baghdad,
dan lain-lain.
2. Pergantian pemerintahan dan ketidakstabilan politik dan ekonomi juga
berpengaruh langsung, sebab kebanyakan perpustakaan dan lemabaga
keilmiahan dibiayai oleh pemerintah. Dengan hancurnya pusat dan
sumber-sumber ilmu pengetahuan ini, maka semakin berkurangpengeabraan intelektual. Sementara itu keruntuhan kreaivitas dan ilmu
pengetahuan muslim, bertepatan dengan fase-fase awal kebangkitan
intelektual eropa. Maka tibalah perguliran kejayaan imu pengetahuan.
3. Dari pemaparan di atas, maka jelas dikethahui bahwa sekolah-sekolah
yang ada pada masa klasik bisa disebut sekolah yang bercirikan teologis
karena didirikan tidak hanya berlandaskan motif social tapi juga politik
dan agama dalam hal ini untuk menjaga kesinambungan mazhab dan
aliran serta masa pemerintahan dinasti yang memimpin.
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
13/16
DAFTAR PUSTAKA
Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat Deskripsi
Analisis Abad Keemasan Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
Musyrifah Sunanto, Sejarah klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam,
Jakarta : Kencana, 2003.
Philip K. Hitti,History of The Arabs, Jakarta : Serambi, 2006
Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta : Prenada Media,
2005.
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
14/16
KEMAJUAN PERADABAN ISLAM
PADA MASA DINASTI FATHIMIYAH
Disusun untuk dipresentasikan dalam seminar kelas pada mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam pada Program Pascasarjana UIN SUSKA RIAU
Oleh:
ISNAINI SEPTEMIARTI
NIM: 0804 S2 780
Dosen Pembimbing
Dr. Kurnia Ilahi, M.Ag
KOSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2009
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
15/16
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Illahi Robbi, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah buat junjungan alam nabi Muhammad
SAW.
Makalah ini disusun sebagai materi presentasi penulis dalam seminar
kelas mata kuliah Perkembangan Peradaban Islam di jurusan Pendidikan Islam
Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN
Suska Riau) Pekanbaru.Makalah ini berjudul Kemajuan Peradaban Islam Dinasti Fatimiyah
dengan obyek kajian masalah yang berkaitan dengan kejayaan peradaban umat
Islam pada masa Dinasti Fatimiyah dari sisi pemerintahan dan ilmu
pengetahuan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, sebagai penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis, pembaca, dan semua pihak yang tekait.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama
kepada Dosen Pembimbing Dr. Kurnia Ilahi, M. Ag
Wassalam
Pekanbaru, Januari 2009
Penulis
7/29/2019 Dinasti Fatimiyyah
16/16
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ..1
PEMBAHASAN .2
A. Awal Pembentukan dan Perkembangan...2
B. Masa kemajuan dan ..3
C. Kemajuan Peradaban
8
D. Pengaruh Peradaban Spanyol Islam di Eropa 13
PENUTUP
.17
Recommended