View
227
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Eksperimentasi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (tgt) pada materi pokok
persamaan dan pertidaksamaan kuadrat ditinjau dari kreativitas belajar peserta didik kelas x
SMA Kotawaringin Timur Tahun pelajaran 2009/2010
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Matematika
Oleh:
Mirawati
S.850908011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PERSETUJUAN
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) PADA MATERI POKOK PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KREATIVITAS
BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMA KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Disusun oleh :
MIRAWATI S850908011
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada Tanggal : .........................
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Mardiyana, M.Si Drs. Pangadi, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002 NIP. 19571012 199103 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002
iii
PENGESAHAN
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) PADA MATERI POKOK PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KREATIVITAS
BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMA KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010
OLEH:
MIRAWATI
S850908011
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Pada tanggal : _______________
Jabatan
Ketua
Sekretaris
Angota Penguji
Nama
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc
Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D
1. Dr. Mardiyana, M.Si
2. Drs. Pangadi, M.Si
Tanda Tangan
………………………
………………………
………………………
………………………
Surakarta, Januari 2010
Mengetahui
Direktur PPs UNS
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP 19570820 198503 1 004
Ketua Progdi. Pendidikan Matematika
Dr. Mardiyana, M.Si NIP 19660225 199302 1 002
iv
PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Mirawati
NIM : S 850908011
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul:
”EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT
(TGT) PADA MATERI POKOK PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN
KUADRAT DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK
KELAS X SMA KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010”
adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis
tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2010
Yang membuat pernyataan,
Mirawati
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tesis yang berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT) pada Materi Pokok Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat Ditinjau
Dari Kreativitas Belajar Peserta Didik Kelas X SMA Kotawaringin Timur
Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Hambatan dan permasalahan yang menimbulkan kesulitan dalam
menyelesaikan penulisan tesis ini banyak ditemui oleh penulis, akan tetapi
berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul
tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas segala bentuk
bantuannya yang telah meringankan penyelesaian penulisan tesis ini, terutama
kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
menempuh studi di program Magister Pendidikan Matematika.
2. Dr. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai
pembimbing I dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan
pengarahan, petunjuk, saran, motivasi dan bimbingan kepada penulis dengan
penuh kesungguhan dan kesabaran hingga penyusunan tesis ini selesai.
vi
3. Drs. Pangadi, M.Si, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan
kesabaran hingga penyusunan tesis ini selesai.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Drs. H. Yanero selaku Kepala Dinas DIKPORA Kabupaten Kotawaringin
Timur yang telah memberikan ijin dan kesempatan penulis untuk
melanjutkan studi di program Magister Pendidikan Matematika.
6. Drs. Simber, Kepala Sekolah SMAN 1 Mentaya Hulu yang telah
memberikan arahan, dukungan dan motivasi serta kesempatan penulis untuk
melanjutkan studi di program Magister Pendidikan Matematika.
7. Drs. Hadriansyah, M.Pd, Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sampit, Drs.
Asyari, Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Sampit, Sion JR, S.Pd, Kepala
Sekolah SMA PGRI 1 Sampit yang telah memberikan ijin penelitian serta
Yulites Lisen, S.Pd, Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Sampit yang telah
memberikan ijin uji coba instrumen penelitian.
8. Bapak dan Ibu Wakasek Kurikulum SMAN 2 Sampit, SMAN 3 Sampit,
SMAN 4 Sampit dan SMAN PGRI 1 Sampit yang telah membantu lancarnya
penelitian.
9. Guru mata pelajaran matematika kelas X SMAN 2 Sampit, SMAN 4 Sampit
dan SMAN PGRI 1 Sampit yang telah membantu lancarnya penelitian.
10. Teman-teman mahasiswa angkatan 2008 Program Studi Pendidikan
Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta,
vii
yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan baik.
11. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan
ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan
pembaca pada umumnya.
Surakarta, Januari 2010
Penulis
viii
MOTTO
“Sesungguhnya setelah ada kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
menyelesaikan suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh”
(QS. Al Insyiroh: 6-7)
“ Diantara Pintu Besar Yang Mendatangkan Kebahagiaan Adalah Do’a Restu Orang
Tua “
(Laa Tahzan)
“Allah Tidak Akan Membebani Seseorang Melainkan Sesuai Dengan Kesanggupannya“
(Q.S. Al Baqarah: 286)
ix
PERSEMBAHAN
Karya Yang Tersusun Dengan Penuh Kesungguhan Hati Ini
Kupersembahkan Kepada:
© Rabb Penguasa Semesta Alam.
© Mama Terkasih, Abah Terhormat Dan Adik-Adikku Tercinta
Atas Ketulusan Do’a, Dukungan, Perhatian, Dorongan Semangat Dan Motivasinya.
© Bapak Mertuaku “Hadi Suroso” Terhormat Yang Senantiasa Memberikan Doa
Dan Perhatian.
© Suamiku Tercinta “Sigit Santosa, S.Hut”....Thanks For All
Atas Ketulusan Doa, Kesabaran dan Pengorbanannya, Keikhlasan Cinta Dan Kasih
Sayangnya, Sumber Semangat Dan Motivasiku.
© Buah Hatiku “Istiqomah Cahyabatin Santosa” Tercinta
Atas Keceriaan Yang Selalu Menemaniku, Cahaya Hidup Dan Sumber Semangatku Dan
Juga Buat Buah Hatiku Yang Kedua Yang Insya Allah 5 Bulan Lagi Lahir.
© Best Friend P.Math Pps ’08
Atas Kebersamaan, Waktu Yang Telah Terlewati Bersama & Kenangan Yang Tak
Terlupakan.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERSETUJUAN ....................................................................................... ii
PENGESAHAN......................................................................................... iii
PERNYATAAN ........................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
MOTTO .................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI.............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
ABSTRAK ................................................................................................ xviii
ABSTRACT .............................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Identifikasi Masalah........................................................ 6
C. Pemilihan Masalah.......................................................... 7
D. Pembatasan Masalah ....................................................... 8
E. Perumusan Masalah ........................................................ 8
F. Tujuan Penelitian ............................................................ 9
G. Manfaat Penelitian .......................................................... 11
xi
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori .................................................................... 12
1. Prestasi Belajar ........................................................ 12
a. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar.......... 12
b. Pengertian Matematika................................... 13
c. Pengertian Prestasi Belajar Matematika......... 15
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi prestasi
Belajar .......................................................... .. 15
2. Model Pembelajaran ................................................ 16
3. Model Pembelajaran Langsung ............................... 18
4. Model Pembelajaran Kooperatif .............................. 24
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT............. 26
6. Kreativitas Belajar Peserta Didik............................. 32
B. Penelitian yang Relevan.................................................. 36
C. Kerangka Berpikir........................................................... 38
D. Hipotesis ......................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subjek, Waktu dan Jenis Penelitian.................. 43
1. Tempat dan Subjek Penelitian ................................. 43
2. Waktu Penelitian...................................................... 43
3. Jenis Penelitian ........................................................ 44
B. Populasi, Sampel, dan Teknik pengambilan Sampel ...... 45
xii
1. Populasi.................................................................... 45
2. Sampel ..................................................................... 45
3. Teknik Pengambilan Sampel ................................... 46
C. Teknik Pengumpulan Data.............................................. 47
1. Variabel Penelitian................................................... 47
2. Metode Pengumpulan Data...................................... 49
3. Analisis instrumen .................................................. 51
D. Teknik Analisis Data....................................................... 58
1. Uji Keseimbangan.................................................... 58
2. Uji Homogenitas ...................................................... 59
3. Uji Normalitas.......................................................... 60
4. Uji Hipotesis ............................................................ 62
5. Uji komparasi Ganda ............................................... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data................................................................. 68
1. Hasil Uji Coba Instrumen ........................................ 68
2. Data Skor Angket Kreativitas Belajar Matematika . 72
B. Uji Keseimbangan .......................................................... 73
C. Pengujian Prasyarat Analisis .......................................... 73
1. Uji Normalitas ......................................................... 73
2. Uji Homogenitas ..................................................... 74
D. Pengujian Hipotesis ....................................................... 75
E. Pembahasan Hasil Analisis Data ................................... 77
xiii
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................... 82
B. Implikasi ........................................................................ 83
1. Implikasi Teoritis .................................................... 83
2. Implikasi Praktis ..................................................... 85
C. Saran .............................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 88
LAMPIRAN............................................................................................... 91
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Laporan Hasil UN SMA/MA Kabupaten Kotawaringin
Timur Tahun Pelajaran 2007/2008 ............................................... 2
Tbel 2 Persentase Penguasaan Materi Soal Matematika UN SMA/MA
Tahun Pelajaran 2007/2008 .......................................................... 5
Tabel 3 Fase-fase Model Pembelajaran Langsung .................................... 20
Tabel 4 Desain Faktorial Penelitian .......................................................... 45
Tabel 5 Perhitungan Skor Angket ............................................................. 51
Tabel 6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama 66
Tabel 7 Hasil Analisis Uji Normalitas ...................................................... 74
Tabel 8 Hasil Analisis Uji Homogenitas ................................................... 74
Tabel 9 Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak
Sama ............................................................................................. 75
Tabel 10 Rataan Skor Prestasi Belajar Peserta didik .................................. 76
Tabel 11 Indeks Reliabilitas, Konsistensi Internal Uji Coba Angket
Kreativitas Belajar Matematika .................................................... 177
Tabel 12 Indeks Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Soal
Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika .................................. 205
Tabel 13 Analisis Fungsi Pengecoh Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Matematika ................................................................................... 209
Tabel 14 Data Induk Penelitian ................................................................... 234
xv
Tabel 15 Mencari tobs Uji Keseimbangan .................................................... 243
Tabel 16 Mencari Lobs Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelompok
Eksperimen.................................................................................... 247
Tabel 17 Mencari Lobs Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelompok
Kontrol ......................................................................................... 250
Tabel 18 Mencari Lobs Uji Normalitas Kelompok Peserta Didik dengan
Kreativitas Belajar Tinggi ............................................................ 253
Tabel 19 Mencari Lobs Uji Normalitas Kelompok Peserta Didik dengan
Kreativitas Belajar Sedang ........................................................... 255
Tabel 20 Mencari Lobs Uji Normalitas Kelompok Peserta Didik dengan
Kreativitas Belajar Rendah .......................................................... 259
Tabel 21 Uji Homogenitas Model Pembelajaran ........................................ 260
Tabel 22 Uji Homogenitas Kreativitas Belajar Matematika ....................... 264
Tabel 23 Uji ANAVA Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ............................ 268
Tabel 24 Rataan dan Jumlah Rataan ........................................................... 270
Tabel 25 Besaran-besaran ........................................................................... 270
Tabel 26 Jumlah Kuadrat dan Rataan Kuadrat ............................................ 271
Tabel 27 Rangkuman Analisis variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .. 271
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Silabus ...................................................................................................... 91
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................................. 94
3. Contoh lembar pembagian tim dan meja turnamen, lembar skor
permainan, poin-poin turnamen, lembar rangkuman tim dan skor
penghargaan tim ....................................................................................... 161
4. Kisi-kisi dan Soal Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika ..... 164
5. Lembar Jawaban Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika ....... 174
6. Lembar Validasi Instrumen Angket Kreativitas Belajar Matematika ...... 175
7. Indeks Reliabilitas, Konsistensi Internal Uji Coba Angket
Kreativitas Belajar Matematika ............................................................... 177
8. Kisi-kisi dan Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ................ 181
9. Penyelesaian Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ................ 191
10. Lembar Jawaban Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika .................. 202
11. Lembar Validasi Instrumen Tes prestasi Belajar Matematika ................. 203
12. Indeks Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Soal Uji
Coba Tes Prestasi Belajar Matematika .................................................... 205
13. Analisis Fungsi Pengecoh Soal Uji Coba Tes Prestasi Belajar
Matematika .............................................................................................. 209
14. Kisi-kisi dan Soal Angket Kreativitas Belajar Matematika ..................... 210
15. Kisi-kisi dan Soal Tes Prestasi Belajar Matematika ................................ 218
16. Penyelesaian Soal Tes Prestasi Belajar Matematika ................................ 226
xvii
17. Data Induk Penelitian ............................................................................... 234
18. Uji Normalitas Kemampuan Awal dan Uji Keseimbangan
Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .......................................... 237
19. Uji Normalitas .......................................................................................... 247
20. Uji Homogenitas ...................................................................................... 260
21. Uji ANAVA Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ....................................... 268
22. Tabel-tabel Statistik ................................................................................. 273
23. Surat Ijin Penelitian .................................................................................. 279
24. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah................................................. 281
xviii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah prestasi belajar matematika peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) lebih baik dibandingkan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. (2) apakah peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi lebih baik prestasi belajarnya dari pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang dan rendah, dan peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas belajarnya rendah pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. (3) apakah pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung. Di sisi lain, peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi dan rendah, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sama dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung, pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2 x 3. Populasi penelitian ini adalah seleruh peserta didik kelas X SMA Kotawaringin Timur semester 1 tahun pelajaran 2009/ 2010. Sampel penelitian ini adalah kelompok eksperimen (TGT) terdiri dari SMAN 2 Sampit sebanyak 33 peserta didik, SMAN 4 Sampit sebanyak 33 peserta didik dan SMA PGRI 1 Sampit sebanyak 17 peserta didik, jumlah peserta didik kelompok eksperimen adalah 83 peserta didik. Sedangkan kelompok kontrol (pembelajaran langsung) terdiri dari SMAN 2 Sampit sebanyak 31 peserta didik, SMAN 4 Sampit sebanyak 37 peserta didik dan SMA PGRI 1 Sampit sebanyak 17 peserta didik, jumlah peserta didik kelompok kontrol adalah 85 peserta didik. Jadi banyaknya sampel seluruhnya adalah 168 peserta didik diperoleh dengan cara stratified cluster random sampling cara undian. Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi, angket dan tes. Metode dokumentasi dari nilai matematika UAN SMP/sederajat siswa kelas X semester 1 digunakan untuk uji keseimbangan, metode angket digunakan untuk mengukur kreativitas belajar matematika dan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika. Analisis data dengan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. (2) Kreativitas belajar matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Peserta didik dengan kreativitas
xix
belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah. (3) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Artinya peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing kategori kreativitas belajar matematika. Di sisi lain peserta didik dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas belajar sedang dan rendah, peserta didik dengan kreativitas belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas belajar rendah baik peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung.
xx
ABSTRACT The aims of this thesis is to find out: (1) whether the achievements of mathematics study of the students using study model of cooperative learning type teams games tournament (TGT) better than the students’ achievements who follow the learning process using direct learning in the materials of quadratic equation and inequalities. (2) whether the achievement of students who have high learning creativity is better than those who have modest and low learning creativity, and those who have modest learning creativity better than those who have low learning creativity on the main material of quadratic equation and inequalities (3) whether the difference of learning achievement using cooperative model of TGT and using direct learning model on mathematic learning on the main material of quadratic equation and inequalities is influenced by student learning creativity degree. This research is quasi experimental research with factorial design of 2 x 3. The population of this research is all of the students in grade X SMA Kotawaringin Timur in the first semester 2009/2010 academic year. The sample of this research are the experimental group (TGT) consist of SMAN Sampit as 33 students, SMAN 4 Sampit as 33 students and SMA PGRI 1 Sampit as 17 students, the total amount of the students for the experimental group are 83 students. While the control group (direct learning) consist of SMAN 2 Sampit as 31 students, SMAN 4 Sampit as 37 students and SMA PGRI 1 Sampit as 17 students, the total amount of the students of students in the control group is 85 students. So the total amount of the sample is 168 students and it is obtained by stratified cluster random sampling by lottery. The data is collected by documentation method, questionnaire and test. The documentation method from the achievements of mathematics in UAN SMP of the students in grade X semester 1 is used for the balance test, the questionnaire is used to measure mathematics learning creativity, and test method is used to collect the data of mathematics learning achievement. The data analysis is by two way variance analysis by different cell. Based on the research results it can be concluded that: (1) the use of the cooperative learning model type TGT produce learning achievements that is better than the direct learning model in the material of materials of quadratic equation and inequalities. (2) The creativity of the mathematics does not give different influence to the learning achievement of the students in the material of quadratic equation and inequalities. There is conclusion that the student with high mathematics learning creativity has equal with middle and low mathematics learning creativity, and the student with middle mathematics creativity learning have equal student achievement with low mathematics creativity learning. (3) There are no interactions between the learning model used with the learning creativity of the students to the mathematics learning achievements of the students in the materials of quadratic equation and inequalities. It means the students that follow the mathematics learning using cooperative learning model type TGT are having better achievements of mathematics study compared with the students who attend the learning process using direct learning model in general or if it seen from the each
xxi
category of the mathematics creativity. But the students high mathematics learning creativity have the same achievements with the students who have average and low mathematics learning creativity, the students the average mathematics learning creativity are having the same achievements with the students who have low mathematics learning creativity by using cooperative learning model type TGT or the students who attend the mathematics learning by using direct learning model.
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu dasar (basic of science) yang berkembang
pesat baik materi maupun kegunaannya di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun ironisnya kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah,
khususnya untuk mata pelajaran matematika. Menurut hasil penelitian Trends in
International Mathematics and Science Study Repeat (TIMMS-R) prestasi belajar
IPA dan matematika siswa SMA di Indonesia masing-masing pada urutan 33 dan
35 dari 38 negara di lima benua (http://nces.ed.gov/2008). Berdasarkan data
tentang Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index - HDI)
kualitas pendidikan Indonesia berada pada urutan 109 dari 179 negara di dunia.
Peringkat Indonesia ini tergolong sangat rendah, hanya satu tingkat di atas negara
Kamboja. Selain itu, Indonesia berada pada posisi yang sangat jauh bila
dibandingkan negara ASEAN, seperti Vietnam, apalagi Singapura, Malaysia dan
Filipina (http://hdr.undp.org/en/media/HDI_2008_EN_Complete.pdf).
Kesulitan siswa dalam belajar matematika bukan merupakan masalah yang
baru. Masalah klasik dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah
rendahnya prestasi peserta didik. Hal ini dapat ditunjukan dengan prestasi belajar
pada rata-rata nilai Ujian Nasional untuk matematika sejak beberapa tahun yang
lalu rendah, yaitu kurang dari 6 untuk SD, kurang dari 5 untuk SMP dan kurang
dari 5 untuk SMU, makin ke atas makin rendah (Marpaung:2002).
xxiii
Keadaan pembelajaran matematika yang masih rendah tersebut, juga
ditemukan di SMA Kabupaten Kotawaringin Timur. Hal ini dapat dilihat dari
Laporan Hasil Ujian Nasional SMA/MA tahun pelajaran 2007/2008 untuk
Kabupaten Kotawaringin Timur dari 17 SMA/MA baik negeri maupun swasta
seperti pada tabel berikut :
Tabel 1 Laporan Hasil UN SMA/MA Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun Pelajaran 2007/2008
Jurusan
IPA IPS Bahasa
Rata-rata 6,86 6,25 6,87
Rendah 3,25 4,50 5,75
Tinggi 10,00 9,25 8,75
Standar Deviasi 0,97 0,53 0,97
(Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2008)
Sejalan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan global, serta
sehubungan dengan kondisi tersebut maka pemerintah melakukan berbagai
pembaharuan dan penyempurnaan. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan
memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP
diamanatkan adanya suatu pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme,
yang mana belajar adalah merupakan suatu proses untuk menemukan sesuatu dari
pada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu.
Salah satu penyebab kesulitan belajar peserta didik dalam belajar
matematika adalah karena belum semua guru mampu memilih pendekatan atau
model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk
suatu kompetensi tertentu. Kadang guru sendiri belum menguasai berbagai jenis
xxiv
model pembelajaran yang tepat untuk masing-masing kompetensi. Akibatnya,
terdapat kecenderungan penggunaan model pembelajaran yang bersifat monoton,
yaitu guru menggunakan model yang sama hampir pada setiap kompetensi yang
diajarkan.
Matematika merupakan cabang ilmu yang sulit cara mempelajarinya. Oleh
karena itu, diperlukan cara yang tepat dalam penyampaiannya. Sehingga guru
dituntut untuk harus berusaha sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran, agar
menghasilkan peserta didik yang berkepribadian dan berkembang dengan baik
sesuai dengan sikap ilmiah yang terkandung ketika mempelajari matematika.
Pemahaman guru terhadap konsep-konsep matematika merupakan unsur yang
sangat penting di dalam matematika. Oleh karenanya, guru perlu memahami
konsep-konsep matematika ketika mengajar peserta didik di dalam kelas, hal ini
dapat membantu untuk menentukan metode-metode pembelajaran matematika
(Zerpa,C., Kajander, Ann dan Barneveld, C.V., 2009:72).
Proses pembelajaran yang biasa dilakukan kebanyakan didominasi oleh
guru. Guru hanya mentransfer pengetahuan secara satu arah, peserta didik belajar
hanya dengan mendengarkan dan mencatat materi pelajaran, peserta didik tidak
memahami konsep karena peserta didik hanya menghafal rumus sehingga tidak
ada kebermaknaan dalam mempelajari materi tersebut yang sebenarnya banyak
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran yang menjamin
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran adalah pembelajaran langsung
(direct instruction). Di dalam model pembelajaran ini, pembelajaran berpusat
pada guru tetapi dominasi guru telah berkurang karena guru hanya memberi
xxv
informasi pada saat-saat yang diperlukan. Tetapi ternyata model pembelajaran
langsung inipun masih kurang dapat mengaktifkan peserta didik secara optimal
karena sebagian peserta didik masih mengharapkan bantuan dari guru. Cara
berkomonikasi guru pun sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, cara
berkomunikasi yang kaku cenderung menghasilkan pembelajaran yang pasif.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 40
ayat 2 yang menyatakan bahwa Pendidik dan Tenaga Kependidikan berkewajiban
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis
dan dialogis.
Kreativitas peserta didik dalam belajar berperan penting dalam meraih
prestasi belajar. Namun pada kenyataannya, berpikir kreatif dalam proses belajar
mengajar di sekolah pada umumnya belum dikembangkan. Sebagai contoh belum
dikembangkannya proses berpikir kreatif yaitu: peserta didik tidak dirangsang
untuk mengajukan pertanyaan, peserta didik tidak dibiasakan untuk menggunakan
daya imajinasinya, peserta didik tidak terbiasa mengemukakan masalah dan
mencari berbagai pilihan penyelesaian terhadap suatu permasalahan. Apabila
proses berpikir kreatif dikembangkan dengan baik maka dapat mendukung
prestasi yang optimal karena berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan yang
ada pada peserta didik yang perlu dikembangkan untuk dapat berprestasi, selain
kemampuan intelektual umum. Peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi
akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Peserta didik yang
mempunyai kreativitas tinggi akan lebih rajin mengerjakan latihan soal, mencari
buku referensi lain yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, berdiskusi
xxvi
dengan teman atau guru apabila mengalami kesulitan, lebih aktif dalam proses
belajar mengajar.
Dari berbagai pengalaman kegiatan pembelajaran, suatu kenyataan bahwa
tidak semua peserta didik memperoleh pretasi belajar yang baik pada setiap materi
pokok dalam mata pelajaran matematika, salah satunya pada materi pokok
Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat. Persentase Penguasaan materi soal
matematika UN SMA/MA tahun pelajaran 2007/2008 dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2. Persentase Penguasaan Materi Soal Matematika UN SMA/MA Tahun Pelajaran 2007/2008.
Materi pokok Kabupaten Propinsi Nasional
Pangkat dan Akar 72,41 79,85 78,26
Logaritma 93,15 90,82 89,59
Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat 69,07 68,69 70,52
Sistem Persamaan Linear 3 Variabel 86,12 84,55 79,59
(Sumber: Dinas Dikpora Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2008)
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari keempat materi pokok tersebut,
persamaan dan pertidaksamaan kuadrat mempunyai persentase paling rendah
dibandingkan dengan materi pokok yang lain. Hal ini mungkin karena guru
kurang tepat dalam menggunakan model pembelajaran untuk pembelajaran
matematika pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat tersebut.
Tidak semua materi pokok dalam matematika dapat menggunakan suatu
model pembelajaran yang sama, maka dari itu seorang tenaga pendidik harus
dapat memilih suatu model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model
xxvii
pembelajaran yang sangat berguna untuk membantu peserta didik menumbuhkan
kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman adalah
pembelajaran kooperatif. Misalnya dalam materi pokok persamaan kuadrat, disana
diperlukan latihan soal yang banyak, kemampuan bekerjasama dan berpikir kritis.
Disamping itu terkadang peserta didik tidak berani bertanya pada guru, oleh
karenanya sebagai alternatif pilihan dalam pembelajaran matematika pada materi
pokok persamaan kuadrat dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament dan penekanan kreativitas peserta didik selama proses
pembelajaran. Pada model tersebut peran aktif peserta didik sangat diperlukan.
Peserta didik yang kurang mengerti dapat belajar dari peserta didik yang telah
paham dalam kelompok-kelompok kecil. Pemahaman peserta didik akan
bertambah dengan permainan (tournament) pada saat proses pembelajaran.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik materi
pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat disebabkan oleh pemilihan
model pembelajaran yang kurang tepat. Terkait dengan hal ini muncul
permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah pemilihan model
pembelajaran yang sesuai dan tepat dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika peserta didik?
xxviii
2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik pada
materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat karena peserta didik tidak
mempunyai kreativitas belajar yang tinggi. Terkait dengan hal ini, dapat
diteliti apakah semakin tinggi kreativitas belajar peserta didik semakin tinggi
pula prestasi belajar matematikanya?
3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik
disebabkan oleh kemampuan guru yang kurang karena latar belakang
pendidikan belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
Berkaitan dengan hal ini, dapat diteliti apakah latar belakang pendidikan guru
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika peserta didik?
4. Banyak peserta didik dalam belajar matematika kurang aktif mengikuti proses
belajar dan hanya mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa
mengkomunikasikan dengan peserta didik lain sehingga ada kemungkinan
rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik disebabkan karena
kurangnya pemahaman terhadap materi pokok yang dipelajari.
C. Pemilihan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti hanya ingin
melakukan penelitian yang terkait dengan permasalahan pertama yaitu yang
terkait dengan penelitian yang membandingkan prestasi belajar peserta didik yang
diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) dengan model pembelajaran yang digunakan sebelumnya
yaitu pembelajaran langsung. Selain itu peneliti juga ingin meneliti permasalahan
xxix
yang kedua yaitu membandingkan prestasi peserta didik yang mempunyai
kreativitas belajar tinggi, sedang, dan rendah.
Alasan dipilihnya permasalahan tersebut adalah sesuai dengan paradigma
pembelajaran dalam KTSP yaitu pembelajaran yang tidak berpusat pada guru
(teacher centered) melainkan berpusat pada peserta didik (student centered).
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemilihan masalah, agar permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan
dilaksanakannya penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Kreativitas belajar peserta didik dibatasi pada kreativitas belajar matematika
pada peserta didik kelas X semester gasal SMA Kabupaten Kotawaringin
Timur.
2. Prestasi belajar matematika peserta didik yang dimaksud adalah hasil belajar
peserta didik yang dicapai melalui proses belajar mengajar pada akhir
penelitian untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
3. Hasil belajar matematika dibatasi pada materi pokok persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, permasalahan yang
akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
xxx
1. Apakah prestasi belajar matematika peserta didik dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung pada materi
pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat?
2. Apakah peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi lebih baik prestasi
belajarnya dari pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang dan
rendah, dan peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang lebih baik
prestasi belajarnya dibandingkan dengan peserta didik yang kreativitas
belajarnya rendah pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat?
3. Apakah pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang, prestasi belajar
peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan peserta
didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
langsung. Di sisi lain, peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi dan
rendah, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sama dengan peserta didik
yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung,
pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat?
F. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
xxxi
1. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika peserta didik dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik
dibandingkan peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat.
2. Untuk mengetahui apakah peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi
lebih baik prestasi belajarnya dari pada peserta didik yang kreativitas
belajarnya sedang dan rendah, dan peserta didik yang kreativitas belajarnya
sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan peserta didik yang
kreativitas belajarnya rendah pada materi pokok persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
3. Untuk mengetahui apakah pada peserta didik yang kreativitas belajarnya
sedang, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan
dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran langsung. Di sisi lain, peserta didik yang kreativitas belajarnya
tinggi dan rendah, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sama dengan
peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran langsung, pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat.
xxxii
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan :
1. Manfaat teoritis
Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam mendukung
teori-teori yang telah ada berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Manfaat praktis
a. Masukan kepada guru atau calon guru matematika dalam menentukan
model pembelajaran yang tepat, yang dapat digunakan sebagai alternatif
bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada materi
pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat dapat ditempuh dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Informasi kepada guru ataupun calon guru untuk lebih memperhatikan
kreativitas belajar matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajarnya.
c. Masukan bagi peneliti lain yang bermaksud melakukan penelitian lebih
lanjut.
xxxiii
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar
Belajar merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi diri
seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan
seseorang secara optimal.
Belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan, proses itu dilakukan
secara pribadi dan sosial, proses itu adalah proses aktif (Mustaji, 2005:17).
Sedangkan Paul Suparno S.J (2002:7) menyatakan bahwa “belajar adalah kegiatan
yang aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari
sendiri dari yang mereka pelajari. Siswa sendirilah yang bertanggung jawab
terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri yang membuat penalaran dengan apa
yang dipelajarinya, dengan cara mencari makna, membandingkan dengan apa
yang telah ia ketahui dengan pengalaman dan situasi baru”.
Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya
perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut
hasil belajar atau prestasi belajar.
Prestasi belajar dapat diketahui melalui evaluasi yang dilakukan untuk
mengukur sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran yang
xxxiv
telah ditetapkan setelah mengikuti proses pembelajaran. Karena hasil tes tersebut
menggambarkan capaian-capaian yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran, maka tinggi rendahnya capaian tersebut sangat dipengaruhi
oleh terjadi tidaknya proses belajar pada diri peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:895) mengatakan bahwa “prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai
yang diberikan oleh guru”
Jadi yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah
hasil usaha yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan
dan sikap berkat pengalaman dan latihan yang dinyatakan dengan perubahan
tingkah laku.
b. Pengertian Matematika
Pemahaman dalam belajar matematika tidaklah mudah. Banyak siswa
gagal memahami konsep yang diajarkan guru mereka. Mereka memecahkan
permasalahan dengan hafalan rumus dan prosedur guru untuk mengajar mereka.
Siswa selalu memasukkan hitungan yang diperlukan ke dalam rumusan untuk
mendapatkan jawaban. Di sekolah, banyak guru menekankan bagaimana cara
mengubah persamaan, menggambar grafik dan memecahkan permasalahan
sampai jawaban akhir diperoleh. Guru matematika jarang meminta siswa untuk
mencatat penjelasan karena guru mereka sendiri tidak yakin bagaimana cara
menandai tugas yang ditulis itu. Lagipula, guru tidak mengetahui bagaimana cara
xxxv
menghubungkan kemampuan menulis dengan kemampuan dalam matematika dan
bagaimana penulisan dapat meningkatkan berpikir kritis dan kemampuan
memecahkan masalah (Idris, 2009:39-40).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:723) mengatakan bahwa
“Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan,
dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah
mengenai bilangan”. Sedangkan Soejadi (2000:11) mengatakan bahwa:
a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan
dengan bilangan.
d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.
e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.
f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Berdasarkan pengertian matematika yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak
tentang bilangan, kalkulasi, penalaran logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang
dan bentuk, aturan-aturan yang ketat, dan pola keteraturan serta tentang struktur
yang terorganisasikan.
xxxvi
c. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah
diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika
adalah hasil yang telah dicapai peserta didik dalam mengikuti pelajaran
matematika yang mengakibatkan perubahan pada diri seorang peserta didik
berupa penguasaan dan kecakapan baru yang ditunjukan dengan hasil yang berupa
nilai.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik merupakan cerminan
kualitas pembelajaran yang telah mereka ikuti. Makin tinggi prestasi belajar
peserta didik menunjukan bahwa kualitas pembelajaran makin baik pula.
Slameto (2003:54-72) mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar yaitu:
1) Faktor Internal, yang terdiri dari tiga faktor berikut.
a. Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, kreativitas,
bakat motif, kematangan, dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani
2) Faktor eksternal
a. Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
xxxvii
b. Faktor sekolah yang meliputi model pembelajaran, kurikulum, relasi guru
dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Diantara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar,
kreativitas peserta didik dan model pembelajaran akan sangat menentukan tinggi
rendahnya prestasi belajar peserta didik. Makin tepat pemilihan model
pembelajaran yang digunakan akan memberikan pengaruh yang makin baik pula
terhadap capaian prestasi belajar peserta didik, demikian juga sebaliknya.
Dalam penelitian ini akan dilihat dua faktor, yaitu faktor internalnya
tentang kreativitas belajar peserta didik dan faktor eksternalnya tentang model
pembelajaran langsung dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
2. Model Pembelajaran
Menurut Moh. Amien (2005:98), model pembelajaran adalah cara yang
digunakan oleh guru dalam mengajarkan satuan atau unit materi pelajaran dengan
memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar untuk mencapai tujuan.
Sedangkan Muhibbin Syah (2005:201) mengemukakan bahwa “model
pembelajaran adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada peserta didik”.
xxxviii
Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran
memiliki makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode atau prosedur.
Menurut Suminarsih (2007:11) model pembelajaran memiliki empat ciri khusus
yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : 1) rasional teoritik
yang logis yang disusun oleh penciptanya, 2) tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan secara berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
model pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan
satuan atau unit materi pelajaran kepada peserta didik agar memusatkan pada
keseluruhan proses yang berisi prosedur baku untuk mencapai tujuan tertentu.
Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik
tanpa memilih dan menggunakan model yang sesuai dengan tujuan dan materi
tersebut. Untuk menentukan dan memilih model, hendaknya berangkat dari
perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan, kemudian
model pembelajaran yang dianggap paling efektif dan efisien dipilih. Jadi,
pemilihan model pembelajaran harus memenuhi kriteria efisiensi dan keefektifan.
Kriteria yang lain dalam memilih model pembelajaran adalah tingkat keterlibatan
peserta didik.
Model pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai
realita yang sesuai dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui
xxxix
kerjasama guru dan peserta didik. Sangat sulit untuk menentukan suatu model
pembelajaran yang sempurna, yang dapat memecahkan semua masalah
pembelajaran sehingga dapat membantu peserta didik dalam mempelajari materi
yang diajarkan. Agar peserta didik lebih produktif dalam belajar, guru hendaknya
memberikan kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai
dengan kreativitas mereka sendiri sehingga pemilihan model pembelajaran juga
harus mengikuti kebutuhan atau kondisi peserta didik.
3. Model Pembelajaran langsung
Soeparman Kardi dalam Agus Susanto (2007:23) mengemukakan bahwa
pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang dapat membantu
peserta didik mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang
dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
Dalam pembelajaran langsung, guru tidak terus berbicara, tetapi guru
hanya memberi informasi kepada bagian atau saat-saat diperlukan. Misalnya, pada
permulaan pelajaran, pada topik yang baru, pada waktu memberikan contoh-
contoh soal dan sebagainya, selanjutnya peserta didik diminta menyelesaikan
soal-soal di papan tulis atau di meja masing-masing. (Martinis Yamin dan Bansu
Ansari, 2008:66)
Pembelajaran ini berpusat pada guru, tetapi tetap harus menjamin
terjadinya keterlibatan peserta didik. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang
berorientasi pada tugas-tugas yang harus diberikan pada peserta didik.
xl
Killen dalam Martinis Yamin dan Bansu Ansari (2008:66) mengemukakan
bahwa model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang
proses belajar peserta didik yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yaitu
pengetahuan mengenai bagaimana orang melakukan sesuatu.
Ciri-ciri pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
a) Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar
b) Adanya sintaksis atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar mendukung berlangsungnya
terjadinya proses pembelajaran.
Adapun semua itu akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Prestasi Belajar Peserta Didik.
Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam
pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah
pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tantang bagaimana melakukan sesuatu.
Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang tersrtuktur dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah demi selangkah.
b. Sintak
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat
penting. Guru mengawali pelajaran dengan menjelaskan tentang tujuan dan
xli
latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima
penjelasan guru.
Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi
materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu.
Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk
melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa.
Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut guru perlu
selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan
pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan
nyata. Rangkuman kelima fase tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3 Fase-fase Model Pembelajaran Langsung FASE PERAN GURU
1. Menyampaikan tujuan belajar dan mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan.
3. Membimbing pelatihan .
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru menjelaskan kompetensi dasar, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Guru merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal. Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Guru mempersiapkan kesempatan latihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih komplek dalam kehidupan sehari-hari.
xlii
c. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan
yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif pengajaran langsung
mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi didefinisikan secara seksama
dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara
seksama.
Meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama guru dan
siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya
keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan
resitasi (tanya jawab yang terencana). Ini tidak berarti bahwa pembelajaran
bersifat otoriter, dingin dan tanpa humor. Ini berarti bahwa lingkungan
berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil
belajar dengan baik (Soeparman: 2000).
Sebagaimana yang diungkapkan Kratochwiil dan Cook dalam Agus
Sutanto (2007:22), peserta didik dapat mencapai tahap yang lebih tinggi dalam
kelas bilamana mereka diajari secara langsung oleh guru daripada mereka belajar
sendiri. Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran langsung adalah guru
bercerita, mendemonstrasikan, menerangkan, dan memikul tanggung jawab utama
pada kemajuan peserta didik dan mereka menyesuaikan kegiatan/ tugas sesuai
dengan usia dan kemampuan peserta didik. Prestasi peserta didik nampak lebih
meningkat dengan menerapkan pembelajaran langsung terutama sekali dalam hal
informasi yang faktual.
xliii
Selanjutnya Cruickshank, Bainer, dan Metcalf dalam Agus Susanto
(2007:22) mengatakan.
Direct instruction teachers provide strong academic direction, have high expectations that students can and will learn, make students feel psychologically safe, urge them to cooperate hold them accountable for work and closely monitor and control students behavior. Good leaders of direct instruction are enthusiastic, warm and accepting, humorous, supportive, encouraging, businesslike, adaptable or flexible and knowledgeable.
(guru-guru yang memberikan pembelajaran langsung memberi petunjuk akademik
yang kuat, mempunyai harapan tinggi terhadap apa yang dapat dan akan
dipelajari peserta didik, membuat peserta didik secara psikologis merasa aman,
mendorong mereka untuk bekerja sama, membuat mereka bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya, mengawasi secara dekat dan mengendalikan sikap peserta
didik. Pemimpin yang baik dalam pembelajaran langsung harus bersifat bergairah,
hangat dan menerima, homuris, memberi dukungan, memberi harapan, fleksibel
atau dapat menyesuaikan diri dan berpengetahuan luas).
Beberapa keuntungan dari pembelajaran langsung adalah :
a) Dengan pembelajaran langsung kita dapat mengontrol isi dan urutan informasi
yang diterima peserta didik, sehingga dapat dicapai suatu fokus hasil yang
dicapai peserta didik.
b) Dapat digunakan secara efektif baik pada kelas besar maupun kelas kecil
c) Salah satu pendekatan yang lebih efektif untuk mengajarkan konsep yang
eksplisit pada peserta didik yang lemah
d) Pembelajaran ini menekankan pada pendengaran dan observasi, keduanya
dapat membantu peserta didik yang lebih suka belajar dengan cara ini
xliv
e) Guru dapat menguasai seluruh arah kelas. Dalam hal ini guru dapat
menentukan arah dengan jalan sendiri apa yang akan dibicarakan
f) Organisasi kelas sederhana
g) Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran sederhana
Beberapa keterbatasan model pembelajaran langsung adalah:
a) Agak berat bagi peserta didik untuk dapat mengasimilasi informasi melalui
mendengar, observasi, dan mencatat (note-taking), karena tidak semua peserta
didik mempunyai keterampilan ini
b) Sangat susah melayani perbedaan antara peserta didik, pengetahuan awal,
tingkat pemahaman, gaya belajar, atau minat belajar selama pembelajaran
c) Pembelajaran ini sangat tergantung dari gaya berkomonikasi guru.
Komonikasi yang kaku cenderung menghasilkan pembelajaran yang pasif
d) Peserta didik kurang aktif dan lebih banyak mengharapkan bantuan guru
e) Peserta didik kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir
Aspek kunci agar pembelajaran efektif:
a) Katakan pada peserta didik bahwa belajarlah apa yang mampu dipelajari
b) Sajikan materi pelajaran secara urutan logis
c) Berikan contoh yang tepat saat menjelaskan
d) Jelaskan kembali segala sesuatu jika peserta didik mendapatkan kebingungan
e) Jelaskan arti dari istilah-istilah baru
f) Jawablah pertanyaan peserta didik sampai mereka puas
xlv
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran aktif membantu perkembangan proses-proses pemikiran
yang kompleks dan memperbaiki ingatan, asimilasi, pemahaman dan aplikasi
yang tepat sesuai dengan isi materi (Kennedy R, 2007:188).
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih
menekankan pada kegiatan belajar peserta didik secara bersama dalam suatu
kelompok sehingga terjadi interaksi antar perserta didik dalam kelompoknya
untuk memecahkan masalah belajar.
Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Slavin R (1995:2) bahwa belajar
kelompok merupakan model pembelajaran yang mana peserta didik bekerja dalam
satu tim (kelompok kecil) yang saling berinteraksi agar anggota kelompok dengan
cara saling membantu satu sama lainnya dalam dunia pendidikan. Pengelompokan
peserta didik didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kebanyakan
melibatkan peserta didik yang berbeda-beda menurut kemampuan, jenis kelamin,
dan suku.
1. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif.
a. Keheterogenan kelompok
Pengelompokan peserta didik didasarkan pada perbedaan-perbedaan
menurut kemampuan, jenis kelamin, dan suku. Adanya keheterogenan
kelompok ini proses belajar kooperatif dapat berjalan dengan efektif.
b. Keterampilan bekerja sama
Dalam suatu kerja sama dibutuhkan adanya keterampilan-keterampilan
khusus yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok. Keterampilan tersebut
xlvi
dapat berupa keterampilan berkomunikasi, keterampilan berdiskusi,
keterampilan dalam memecahkan masalah dan sebagainya.
c. Sumbangan dari ketua kelompok
Ketua kelompok dipilih berdasarkan dari kemampuan yang lebih
dibandingkan dengan anggota yang lain dalam kelompoknya. Adanya
sumbangan dari ketua kelompok yang berupa informasi, pengetahuan,
keterampilan, penjelasan dan sebagainya yang diberikan kepada anggota
kelompok yang lain dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian
hasil belajar.
d. Ketergantungan pribadi yang positif
Setiap anggota kelompok membutuhkan pengembangan kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki dan dapat dilakukan dengan cara berinteraksi
dan bekerjasama satu sama lain. Artinya, dalam proses belajar setiap
peserta didik saling bergantung satu sama lain. Adanya ketergantungan
pribadi yang positif antar peserta didik dapat mendorong peserta didik
untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
e. Otonomi kelompok
Setiap kelompok berusaha untuk menjadi yang terbaik, sehingga setiap
anggota kelompok bertanggug jawab sepenuhnya terhadap nama
kelompoknya. Dalam hal ini, jika terdapat kelompok yang mengalami
kesulitan maka kelompok tersebut bertanya pada gurunya, bukan pada
kelompok yang lain.
xlvii
2. Kelebihan pembelajaran kooperatif.
a. Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik.
b. Dapat meningkatkan rasa percaya diri dari peserta didik.
c. Dapat menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan
keahlian yang dimiliki peserta didik.
d. Dapat memperbaiki hubungan antar pribadi peserta didik.
e. Dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan kooperatif.
3. Kelemahan pembelajaran kooperatif.
a. Pelaksanaan memerlukan persiapan yang rumit.
b. Apabila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk.
c. Apabila ada peserta didik yang malas atau yang ingin berkuasa dalam
kelompoknya menyebabkan kegiatan belajar kelompok tidak berjalan
dengan baik.
d. Adanya peserta didik yang tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-
baiknya dalam belajar kelompok menjadi tidak efektif.
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
1. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat lima komponen yaitu:
presentasi kelas, tim, game/permainan, turnamen/pertandingan, dan
penghargaan tim.
a) Presentasi kelas
xlviii
Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran
dengan pengajaran langsung atau diskusi ataupun dapat juga audiovisual.
Fokus presentasi kelas berbeda dengan presentasi pada kelas biasa, karena
hanya menyangkut pokok-pokok materi dan teknis pembelajaran yang
akan dilaksanakan, dengan demikian peserta didik harus memperhatikan
secara cermat sebelum presentasi berlangsung. Peserta didik harus
menyadari bahwa kecermatannya sangat menunjang keberhasilan belajar
selanjutnya dan akan menentukan nilai tim mereka.
b) Tim
Tim terdiri dari 4 sampai 5 peserta didik anggota kelas dengan
kemampuan yang berbeda. Anggota tim mewakili kelompok yang ada di
kelas dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras atau suku.
Fungsi utama tim tersebut adalah untuk memastikan bahwa semua anggota
tim belajar, lebih khusus lagi adalah untuk menyiapkan anggotanya supaya
dapat mempelajari Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan mengerjakan soal-
soal dalam turnamen dengan baik. Setelah presentasi kelas kegiatan tim
umumnya adalah diskusi antar anggota, saling membandingkan jawaban,
memeriksa dan mengoreksi kesalahan konsep anggota tim.
Tim merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran kooperatif tipe
TGT. Tekanannya terletak pada anggota tim dalam melakukan sesuatu
yang terbaik untuk timnya dan pada tim dalam memberikan dukungan
untuk meningkatkan kemampuan akademik anggotanya selama belajar.
Tim juga memberikan perhatian dan penghargaan yang seimbang/sama
xlix
terhadap setiap anggota tim, sehingga timbul rasa “dihargai” bagi setiap
anggotanya serta adanya penerimaan peserta didik dalam timnya.
c) Game/permainan
Permainan didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai peserta didik
dan biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan
materi dalam presentasi kelas dan latihan lain. Permainan dilakukan oleh 3
atau 4 peserta didik yang berkemampuan setara/sama dan masing-masing
mewakili tim yang berbeda. Kelengkapan permainan kebanyakan berupa
pertanyaan atau soal dan kunci jawaban bernomor serta dilengkapi dengan
kartu bernomor. Seorang peserta didik mengambil kartu bernomor,
membaca pertanyaan dari nomor terambil yang sesuai dan berusaha
menjawab pertanyaan. Peserta didik lain boleh menantang apabila
mempunyai jawaban yang berbeda.
d) Turnamen/pertandingan
Turnamen adalah dimana permainan berlangsung. Biasanya turnamen
dilaksanakan pada akhir setiap minggu atau unit setelah guru memberikan
presentasi kelas dan setiap tim telah berhasil dengan lembar kegiatan
siswa. Dalam turnamen 3 atau 4 peserta didik yang setara dan mewakili
tim yang berbeda bersaing dalam turnamen. Persaingan setara ini
memungkinkan peserta didik dari semua tingkatan kemampuan awal
menyumbangkan nilai maksimum bagi timnya. Penempatan peserta didik
pada meja turnamen berdasarkan ranking kemampuan awal peserta didik
pada setiap tim. Meja turnamen 1 adalah meja tempat kompetisi peserta
l
didik dengan kemampuan awal tertinggi dalan tim dan sebagai meja
“tertinggi” tingkatannya dibanding meja turnamen 2, meja turnamen 2
lebih tinggi tingkatannya dibanding meja turnamen 3. Meja turnamen 4
adalah meja turnamen yang “terendah” tingkatannya.
Setelah turnamen selesai dan dilakukan penilaian, guru melakukan
pengaturan kedudukan peserta didik pada tiap meja turnamen. Pemenang
pada tiap meja turnamen kecuali pemenang pada meja
“tertinggi”dinaikkan atau digeser satu tingkat ke meja yang lebih tinggi
tingkatannya dan yang mendapat skor terendah pada setiap meja turnamen
selain yang ada pada meja “terendah” tingkatannya diturunkan satu tingkat
ke meja yang lebih rendah tingkatannya. Pada akhirnya mereka akan
mengalami kenaikan dan penurunan tingkat sehingga akan sampai pada
meja yang sesuai dengan kinerja mereka
e) Penghargaan tim
Tim-tim yang berhasil mendapatkan nilai rata-rata mencapai kriteria
tertentu diberi penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan lain.
2. Persiapan Pembelajaran
Persiapan pembelajaran kooperatif tipe TGT meliputi: persiapan materi,
penetapan peserta didik dalam tim dan penetapan peserta didik dalam meja
turnamen.
a) Persiapan materi.
Materi pelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga dapat disajikan
dalam presentasi kelas, dalam kelompok, dan dalam turnamen. Bentuk
li
rancangan tersebut dapat dikemas dalam satu perangkat pembelajaran
yang terdiri dari: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku
petunjuk guru, buku siswa, Materi Pengajaran Klasikal (MPK), Lembar
Kegiatan Siswa (LKS), Kelengkapan Turnamen (KTR) yang akan
digunakan dalam turnamen dan tes hasil belajar yang akan diujikan setelah
pembelajaran selesai.
b) Penetapan peserta didik dalam tim.
Setiap tim beranggotakan 4 sampai 5 peserta didik yang terdiri dari peserta
didik pandai, sedang, dan kurang. Selain itu dalam penempatan tim, guru
sebaiknya mempertimbangkan kriteria keterangan lainnya, misalnya jenis
kelamin, latar belakang sosial, suka atau tidak suka dan lainnya. Perlu
diperhatikan untuk tidak membentuk “kombinasi yang mematikan”,
namun jangan dibebaskan peserta didik memilih timnya sendiri. Petunjuk
yang dapat digunakan untuk menetapkan anggota tim adalah sebagai
berikut:
· Meranking peserta didik
Informasi tentang kemampuan peserta didik dapat diperoleh dari skor
rata-rata nilai peserta didik pada tes sebelumnya atau nilai UAN,
dalam penelitian ini digunakan nilai UAN SMP atau sederajat.
Rangking peserta didik diurutkan dari yang berkemampuan tinggi ke
kemampuan rendah. Jika sulit merangking dengan tepat maka dapat
digunakan informasi apapun yang dimiliki termasuk pendapat sendiri
dan memilih hal terbaik yang dapat diperbuat.
lii
· Menentukan jumlah tim
Masing-masing tim beranggotakan 4 sampai 5 peserta didik. Pedoman
yang dapat digunakan dalam menentukan banyaknya tim adalah
memperhatikan banyaknya anggota tim dan banyaknya peserta didik
dalam kelas.
· Penyusunan anggota tim
Penyusunan anggota tim berdasarkan daftar peserta didik yang sudah
dirangking. Diupayakan setiap tim terdiri dari peserta didik yang
tingkat kemampuannya tinggi, sedang, dan rendah, sehingga antara
tim yang satu dengan tim yang lain kemampunnya seimbang/sama.
Penyebaran peserta didik pada tiap tim juga harus memperhatikan
jenis kelamin dan kinerja peserta didik. Dengan demikian
keseimbangan antara tim dapat tercapai.
c) Penetapan peserta didik dalam meja turnamen.
Dalam satu meja turnamen terdiri dari 3 atau 4 peserta didik yang
bermain/berkompetisi dengan kemampuan seimbang dan sebagai wakil
tim yang berbeda, hal ini dimaksudkan agar turnamen berjalan sesuai
dengan tujuan. Dalam menetapkan banyak anggota tiap meja turnamen
sebaiknya memperhatikan banyaknya tim yang terbentuk. Jika banyak tim
merupakan kelipatan dari banyak anggota meja turnamen, maka
penempatan siswa dalam tim dan pada meja turnamen yang terdiri dari 25
siswa, 6 tim dan 3 siswa setiap meja turnamen. Nomor-nomor meja
turnamen ada pada catatan guru, sewaktu mengumumkan kepada peserta
liii
didik nomor meja diganti, misal dengan huruf atau menyangkut meja-meja
tersebut dengan meja biru, meja merah, meja kuning dan sebagainya,
sehingga peserta didik tidak tahu secara tepat bagaimana penempatan
peserta didik yang dilakukam guru pada setiap meja turnamen.
(Slavin, 2008:163 – 178)
6. Kreativitas Belajar Peserta Didik
a. Pengertian Kreativitas
Galligan, Ann (2006:20-21) menyatakan bahwa kreativitas itu penting
dalam semua aspek pembaharuan dan kemajuan budaya, memerlukan imajinasi,
disiplin dan dukungan. Mihaly Csikszentmihalyi, profesor dan mantan Kepala
Jurusan Psikologi di Universitas Chicago, mengatakan kreativitas menyediakan
daya dorong untuk setiap tindakan, ide, atau produk yang mengubah keberadaan
domain (atau disiplin) ke dalam sebuah entitas baru. Dalam susunan ini,
kreativitas dalam semua bidang menggunakan sebuah sistem yang terbentuk dari
tiga elemen: suatu budaya yang memuat aturan-aturan simbolik, seseorang yang
membawa hal baru ke dalam domain simbolik, dan suatu bidang keahlian yang
mengenali dan mengesahkan pembaharuan tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:599), kreativitas diartikan
sebagai : 1) kemampuan untuk mencipta, daya cipta, 2) tentang kreasi.
Beberapa pendapat para ahli tentang kreativitas dalam Utami Munandar
(2004) adalah sebagai berikut:
liv
1. Stenberg (2004:19) mengungkapkan bahwa “kreativitas merupakan titik
pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif,
dan kepribadian/motivasi. Bersama-sama ketiga segi dari alam pikiran ini
membantu apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif”,
2. Guilford (2004: 224) mengungkapkan bahwa “kreativitas merupakan
kemampuan berpikir yang meliputi kelancaran, keluwesan, atau flexibility,
orisinalitas dalam berpikir”
3. Baron (2004:21) berpendapat bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru”.
4. Haefele (2004:21) menyatakan bahwa “kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial”.
5. Utami Munandar (2004:12) menyatakan bahwa “kreativitas adalah hasil dari
interaksi antara individu dengan lingkungannya”.
Utami Munandar (2004:12) mengungkapkan bahwa “kreativitas dapat pula
ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungannya yang mendorong individu ke
prilaku kreatif”
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dijelaskan mengenai pengertian
dari kreativitas dalam Utami munandar (2004).
1. Kreativitas ditinjau dari segi pribadi
Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai
hasil interaksi individu dengan lingkungannya, dan yang tercermin dalam
pikiran, perasaan, sikap, atau perilakunya. Seorang individu yang kreatif
lv
mempunyai sifat yang mandiri. Dirinya tidak merasa terikat pada nilai-nilai
dan norma-norma umum yang berlaku dalam bidang keahliannya.
2. Kreativitas sebagai proses
Torrance (2004:27) mengemukakan bahwa “Kreativitas adalah proses
merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang
kekurangan (masalah) ini, manila dan menguji dugaan atau hipotesis,
kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-
hasilnya”.
3. Kreativitas sebagai produk
Menurut Stein (2004:21), suatu produk baru dapat disebut kreatif jika
mendapat pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat pada waktu tertentu.
Utami Munandir (2004:21) mengemukakan bahwa “ tidak keseluruhan produk
itu harus baru tetapi kombinasinya, unsur-unsurnya bisa saja sudah ada
sebelumnya”.
Menurut Rogers (2004:21-22), kriteria untuk produk Kreatif adalah
1) Produk itu harus nyata (observable)
2) Produk itu harus baru
3) Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan suatu individu yang dapat melahirkan sesuatu
yang unik, baru atau suatu gagasan atau objek dalam suatu bentuk atau susunan
baru dan original dalam interaksi dengan lingkungannya.
lvi
b. Ciri-ciri Sikap Kreatif
Karakteristik inti (ciri-ciri utama) kreativitas dalam konteks pendidikan:
· Keaslian (Originality): kreativitas bukanlah tentang penciptaan ulang, tetapi
memerlukan pengembangan-pengembangan baru (meskipun dimungkinkan
membangun pengetahuan yang telah ada) dan memerlukan ketidaksopanan
(disrespect) tertentu terhadap ide-ide dan konsep-konsep yang telah mapan dan
juga keberanian perorangan.
· Kesesuaian (Appropriateness): tidak setiap yang baru itu kreatif, tetapi
kreativitas mewujudkan dirinya dalam pendekatan-pendekatan baru yang
sesuai dengan permasalahan yang ada.
· Orientasi Ke Masa Depan (Future Orientation): yaitu tidak memandang
kebelakang, tetapi perhatian tertuju kepada apa yang mungkin terjadi di masa
depan dan menghadapi akibat dari ketidakamanan dan ketidakmenentuan.
· Kemampuan Memecahkan Masalah (Problem-Solving Ability): kemampuan
untuk mengenali solusi-solusi baru dari permasalahan-permasalahan; hal ini
memerlukan “berpikir yang ada di luar kotak” melihat sesuatu dari sudut
pandang yang baru, berani keluar dari jalur dan menghadapi resiko kegagalan.
(EUA. 2007:16-17)
Menurut Schaefer yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2004:70), sikap
kreatif dioperasionalkan dalam dimensi sebagai berikut:
1. Keterbukaan terhadap pengalaman baru
2. Kelenturan dalam berpikir
3. Kebebasan mengungkapkan diri
lvii
4. Menghargai fantasi
5. Minat terhadap kegiatan kreatif
6. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri
7. Mandiri
Utami Munandar (2004:35) menyatakan bahwa biasanya anak yang kreatif
selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan
kreativitas yang kreatif.
Individu dengan potensi yang kreatif dapat dikenal melalui ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam
2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
4. Bebas dalam menyatakan pendapat
5. Mempunyai rasa keindahan yang mendalam
6. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut
7. Mempunyai daya imajinasi
8. Orisinal dalam ungkapan dan dalam pemecahan masalah
9. Memiliki dedikasi yang bergairah, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian Hafifah (2008) dalam tesisnya yang berjudul ”Eksperimentasi
Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
lviii
pada Sistem Persamaan Linear Dua Variavel Ditinjau dari Kreativitas Belajar
Peserta Didik Kelas VIII SMP Kota Surakarta Tahun 2008/2009”
Hasil penelitian yang terkait adalah Kreativitas belajar matematika tidak memberi
pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar matematika, pada tingkat
signifikansi 5%. Lebih jauh dapat disimpulkan bahwa peserta didik dengan
kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang
sama dengan prestasi peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang
dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang
mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi peserta didik
dengan kreativitas belajar matematika rendah.
Penelitian Hindarso (2009) yang berjudul “Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada Materi
Pokok Rumus-Rumus Trigonometri Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Peserta Didik
SMA Negeri Surakarta”
Hasil penelitian yang terkait adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pokok rumus-rumus
trigonometri.
Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian
yang telah disebutkan di atas adalah: penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
dan penelitian yang telah disebutkan di atas menitikberatkan pada pengaruh
penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika.
lix
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hafifah adalah kalau penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Hafifah menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hindarso adalah kalau penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti membandingkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan model
pembelajaran langsung, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hindarso
membandingkan sama-sama model pembelajaran kooperatif yaitu tipe TGT
dengan tipe NHT.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas dapat dikemukakan
karangka pemikiran dalam penelitian ini bahwa hasil proses pembelajaran salah
satunya dapat dilihat dari prestasi belajar peserta didik. Faktor eksternal yang
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik salah satunya adalah pemilihan
model pembelajaran yang kurang tepat untuk suatu materi pokok pada kompetensi
yang akan dicapai. Model pembelajaran koopetatif merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan pada filsafat konstruktivisme, dimana siswa akan
lebih aktif untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kemampuan peserta didik, meningkatkan rasa
percaya diri dari peserta didik, menumbuhkan keinginan untuk menggunakan
pengetahuan dan keahlian yang dimiliki peserta didik, memperbaiki hubungan
lx
antar pribadi peserta didik, dan dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri atas beberapa anggota
dalam satu kelompok yang saling bertanggung jawab satu sama lain, berorientasi
pada proses sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Sedangkan model pembelajaran
langsung merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru, seringkali
peserta didik mencoba untuk menyelesaikan sendiri kesulitan yang ada tanpa
mengkomunikasikannya dengan peserta didik yang lain atau guru. Sehingga guru
dan peserta didik yang lain juga tidak dapat membetulkan apabila terjadi
kekeliruan atau miskonsepsi tentang materi yang baru saja disampaikan. Selain itu
pada model pembelajaran langsung guru lebih banyak memberikan materi atau
latihan soal sedang peserta didik mencatat materi dari guru tanpa harus
mengembangkan materi tersebut. Selain itu juga peserta didik kurang aktif dan
lebih banyak mengharapkan bantuan guru, dan peserta didik kurang diberi
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Dengan demikian
diharapkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi
pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat dapat meningkatkan prestasi
belajar yang optimal dari pada model pembelajaran langsung.
Kreativitas adalah kemampuan berpikir untuk membuat kombinasi baru
dalam menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan berdasarkan data,
informasi atau unsur-unsur yang ada dalam menyelesaikan masalah. Peserta didik
yang kreatif mempunyai lebih banyak gagasan-gagasan baru, merumuskan lebih
banyak penyelesaian masalah, rasa ingin tahu yang luas dan mendalam, sering
lxi
mengajukan pertanyaan, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut dan
tidak mudah putus asa. Peserta didik yang mempunyai kreativitas tinggi akan
lebih mudah memahami materi yang diajarkan, lebih rajin mengerjakan latihan
soal, mencari buku referensi lain yang berkaitan dengan materi yang diajarkan,
berdiskusi dengan teman atau guru apabila mengalami kesulitan, lebih aktif dalam
proses belajar mengajar. Dengan ditunjang kreativitas belajar yang tinggi, peserta
didik akan lebih mudah memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam
proses belajar maupun dalam pemecahan masalah belajar matematika, sehingga
tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Tercapainya tujuan belajar dengan baik
akan memberikan prestasi belajar matematika yang baik pula. Peserta didik
dengan kreativitas belajar tinggi diduga akan mempunyai prestasi belajar yang
lebih baik daripada peserta didik dengan kreativitas belajar sedang atau rendah,
dan peserta didik dengan kreativitas belajar sedang diduga akan mempunyai
prestasi belajar yang lebih baik daripada peserta didik dengan kreativitas belajar
rendah.
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran dan kreativitas belajar
peserta didik adalah faktor penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam
proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat
menuntut kreativitas belajar peserta didik, karena dalam pembelajaran kooperatif
peserta didik dituntut untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui
interaksi dengan obyek dan pengalaman dari lingkungan. Pengetahuan bukanlah
suatu hal yang sudah jadi, tetapi merupakan suatu proses yang berkembang secara
terus-menerus, dalam proses inilah kreativitas peserta didik sangat berperan dalam
lxii
perkembangan pengetahuannya. Dengan demikian peserta didik dengan
kreativitas belajar tinggi akan memberikan pengaruh yang kuat terhadap
pencapaian prestasi belajar yang baik. Peserta didik yang memiliki kreativitas
lebih rajin mengerjakan latihan soal, mencari buku referensi lain yang berkaitan
dengan materi yang diajarkan, berdiskusi dengan teman atau guru apabila
mengalami kesulitan, dan lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan
demikian diduga peserta didik dengan kreativitas belajar tinggi akan memperoleh
prestasi belajar yang sama baiknya dalam situasi apapun atau diberi pembelajaran
matematika menggunakan model pembelajaran apapun, tetapi sebalik nya peserta
didik dengan kreativitas belajar rendah tidak akan memperoleh prestasi belajar
yang baik meskipun diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
sebaik apapun. Namun untuk peserta didik dengan kreativitas belajar sedang
dimungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik apabila diberikan
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang dikemukakan di atas, maka dalam
penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Prestasi belajar matematika peserta didik yang mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik
dibandingkan dengan prestasi belajar peserta didik yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada
materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
lxiii
2. Peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi
belajar matematika yang lebih baik dibandingkan peserta didik dengan
kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan
kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih baik dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar
matematika rendah pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
3. Pada peserta didik yang kreativitas belajarnya sedang, prestasi belajar peserta
didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang diberi
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung. Di sisi lain,
pada peserta didik yang kreativitas belajarnya tinggi dan rendah, prestasi
belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT sama dengan peserta didik yang diberi
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung, pada materi
pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
lxiv
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, Subyek, Waktu dan Jenis Penelitian
1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kotawaringin Timur Propinsi Kalimantan
Tengah. Subyek penelitian ini adalah siswa semester satu kelas X tahun pelajaran
2009/2010.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester satu tahun pelajaran 2009/2010.
Adapun tahapan pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
a) Tahap perencanaan
Tahap perencanaan meliputi: penyusunan usulan penelitian, penyusunan instrumen
penelitian, penyusunan skenario pembelajaran, pengajuan izin penelitian,
konsulidasi skenario pembelajaran dan instrumen dengan guru dan kepala sekolah
tempat penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009 sampai dengan
bulan September 2009.
b) Tahap pelaksanaan
lxv
Tahap pelaksanaan meliputi: uji coba instrumen, eksperimen dan pengumpulan
data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan September 2009 sampai dengan
Nopember 2009.
c) Analisis data
Analisis data kreativitas belajar siswa dilaksanakan pada bulan Oktober 2009
sedangkan analisis data amatan (data penelitian) dilakukan pada bulan Nopember
2009 sampai dengan Desember 2009.
d) Tahap penyusunan laporan
Tahap ini mulai dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan eksperimen yaitu
pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Desember 2010.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
semu (quasi-experimental research), sebab peneliti tidak mungkin mengontrol
semua variabel yang relevan. Budiyono (2003: 82-83) menyatakan bahwa ”tujuan
penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya
dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau
memanipulasikan semua variabel yang relevan”.
Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada kelas eksperimen dan model
pembelajaran langsung pada kelas kontrol. Untuk variabel bebas yang lain yaitu
kreativitas belajar peserta didik dijadikan sebagai variabel yang ikut mempengaruhi
variabel terikat.
lxvi
Dalam penelitian ini responden dikelompokkan menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen, yaitu siswa yang mendapat
perlakuan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT. Kelompok kedua adalah kelompok kontrol, yaitu siswa yang mendapat
perlakuan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung.
Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x3 yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 4 Desain Faktorial Penelitian
Tinggi
(B1)
Sedang
(B2)
Rendah
(B3)
Kooperatif Tipe TGT (A1) AB11 AB12 AB13
Pembelajaran langsung (A2) AB21 AB22 AB23
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,
2004:115). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa populasi merupakan
keseluruhan subjek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa semester satu kelas X
SMA Kotawaringin Timur Propinsi Kalimantan Tengah Tahun pelajaran 2009/2010.
Populasi terdiri dari 17 SMA yang tersebar di wilayah Kabupaten Kotawaringin
Timur.
2. Sampel
Model
Pembelajaran (A)
Kreativitas Belajar (B)
lxvii
Budiyono (2003:34) mengemukakan bahwa “karena berbagai alasan,
seperti tidak mungkin, tidak perlu, atau tidak mungkin dan tidak perlu semua subjek
atau hal lain yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan perlu diteliti
(diamati), maka hanya perlu mengamati sampel saja“. Dalam penelitian ini peneliti
hanya meneliti sebagian dari populasi, diharapkan bahwa hasil yang diperoleh sudah
dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
disamping memerlukan biaya yang besar, juga membutuhkan waktu yang lama.
Menurut Suharsimi Arikunto (2004:117), sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk melakukan
genaralisasi terhadap seluruh populasi yang ada.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara stratified
cluster random sampling. Populasi diranking berdasarkan nilai UAN SMA Tahun
2007/2008 untuk jurusan IPS dan kemudian dikelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu kelompok atas, menengah dan bawah. Kelompok atas adalah SMA Taruna Jaya
Sampit, SMA Maranatha Sampit, SMA Muhammadiyah-1 Sampit, SMAN 2 Sampit,
SMAN 1 Kota Besi, dan SMAN 1 Mentaya hilir Selatan, kelompok menengah adalah
SMA Antang Kalang, SMAN 1 Cempaga Hulu, SMAN 4 Sampit, SMAN 1 Cempaga dan
SMAN 1 Mentaya Hulu, sedangkan kelompok bawah adalah SMAN 1 Parenggean,
SMAN 3 Sampit, SMAN 1 Sampit, SMA PGRI 1 Sampit, SMA PGRI Teguh Sempurna
dan SMA PGRI 2 Sampit. Dari masing-masing kelompok diambil 1 sekolah secara
random sebagai sekolah sampel. Untuk kelompok atas sekolah yang terambil
sebagai sekolah sampel adalah SMA Negeri 2 Sampit, untuk kelompok menengah
adalah SMA Negeri 4 Sampit dan untuk kelompok bawah adalah SMA PGRI 1 Sampit.
lxviii
Kemudian dari masing-masing sekolah yang terambil, dipilih 2 kelas secara random
sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga sebagai sampel penelitian
terdapat 6 kelas yang terdiri dari 3 kelas sebagai kelompok eksperimen dan 3 kelas
sebagai kelompok kontrol. Banyaknya sampel pada penelitian ini adalah 168 peserta
didik yang terdiri dari 83 peserta didik sebagai kelompok eksperimen dan 85 peserta
didik sebagai kelompok kontrol. Uji coba instrumen penelitian dipilih secara acak
dan diperoleh SMA Negeri 3 Sampit.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat satu variabel terikat dan dua variabel bebas, yaitu:
a. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah Prestasi Belajar Matematika
(i) Definisi Operasional : Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha peserta
didik dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka,
huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh peserta didik pada
periode tertentu.
(ii) Indikator : Nilai tes prestasi belajar matematika.
(iii) Skala Pengukuran : skala interval.
b. Variabel Bebas
Budiyono (2003:29) menyebutkan bahwa variabel bebas adalah variabel
independen atau variabel penyebab. Ada dua variabel bebas dalam penelitian ini
yaitu:
1. Model Pembelajaran
lxix
(i) Definisi operasional: Model pembelajaran adalah suatu cara yang
dirancang oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu
kemampuan dan/atau nilai yang baru dalam suatu proses yang
sistematis melalui tahap ransangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam
konteks kegiatan belajar mengajar, yang meliputi model pembelajaran
TGT untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung pada
kelas kontrol.
(ii) Indikator : Pemberian perlakuan model pembelajaran TGT pada kelas
eksperimen dan model pembelajaran Langsung pada kelas kontrol.
(iii) Skala pengukuran : Skala nominal.
2. Kreativitas Belajar Matematika.
(i) Definisi Operasional: Kreativitas belajar matematika adalah kemampuan
berfikir yang dimiliki peserta didik dalam proses pembelajaran untuk
membuat kombinasi baru dalam menghasilkan gagasan jawaban atau
pertanyaan berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada
dalam menyelesaikan masalah yang ditunjukkan dengan kreativitas
belajar tinggi, sedang dan rendah.
(ii) Indikator : skor angket kreativitas belajar
(iii) Skala Pengukuran : skala interval kemudian diubah menjadi skala ordinal
yang terdiri dari 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Kelompok tinggi : skor > X +21
s,
Kelompok sedang : X -21
s £ skor £ X +21
s,
lxx
Kelompok rendah : skor < X -21
s,
dengan: X : rata-rata skor angket kreativitas belajar peserta didik
s : standar deviasi
2. Metode Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data yang biasa dipakai dalam penelitian
ilmu-ilmu sosial ( termasuk penelitian kependidikan) yaitu: metode angket, metode
wawancara, metode observasi, metode dokumentasi, dan metode tes (Budiyono,
2003:47). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi, metode angket, dan metode tes.
a. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2004:236) metode dokumentasi digunakan
untuk memperoleh data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prestasi, notulen rapat, agenda dan
sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah nilai UAN
SMP/Sederajat untuk mata pelajaran matematika siswa kelas X semester 1 yang
digunakan untuk mengetahui keseimbangan keadaan prestasi belajar dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
b. Metode Angket
Menurut Budiyono (2003:47), metode angket adalah cara pengumpulan data
melalui pengajuan pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden atau
sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Angket yang digunakan
lxxi
dalam penelitian ini adalah angket kreativitas belajar matematika yang berbentuk
pilihan ganda. Instrumen angket berbentuk pernyataan positif dan negatif tentang
kreativitas belajar peserta didik.
Langkah-langkah penyusunan angket :
a. Menentukan kisi-kisi angket
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang aspek-aspek yang akan
diungkap atau indikator apa saja yang diukur dalam penyusunan angket.
b. Menetukan jenis dan bentuk angket
Jenis dan bentuk angket yang digunakan adalah angket berstruktur tertutup
dengan disediakan semua pilihan jawaban yang saling lepas.
c. Menyusun angket
Angket yang disusun terdiri atas item-item pernyataan yang dibuat berdasarkan
kisi-kisi angket.
d. Menetapkan skor angket
Skor ditetapkan dengan menjumlahkan nilai yang ditetapkan untuk setiap
respon. Skor untuk pernyataan positif merupakan kebalikan dari skor untuk
pernyataan negatif. misalnya responden yang menjawab “selalu” akan diberi
skor 4 jika pernyataan positif dan diberi skor 1 jika pernyataan negatif. Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas maka perhitungan skor disajikan dalam
tabel berikut:
Tabel 5 Perhitungan Skor Angket
Pernyataan
Sikap
Selalu Sering Kadang-
kadang
Tidak
Pernah
lxxii
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
c. Metode Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2004:139), Tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes bentuk objektif yang
disusun oleh peneliti berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat. Tes berbentuk
pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban.
3. Analisis Instrumen
Instrumen pengambil data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti (atau orang lain yang ditugasi) dalam kegiatan pengumpulan data agar
kegiatan pengumpulan data menjadi sistematis dan mudah. Instrumen
pengumpulan data yang sering dipakai adalah angket, daftar cek (check list),
pedoman wawancara, lembar observasi, soal tes (disingkat tes) dan daftar skala.
(Budiyono, 2003:47)
Instrumen pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Angket
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut
diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas
item angket. Sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji konsistensi
internal.
1. Uji Validitas Isi
lxxiii
Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu untuk
mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara inidvidual dapat pula
ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi, maka uji validitas dilakukan pada
metode tes ini adalah uji validitas isi dengan langkah-langkah seperti yang
dikemukakan Crocker dan Algina dalam Budiyono (2003:60) sebagai berikut :
a. Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur (pada tes prestasi dapat berupa
serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok kompetensi yang diwujudkan
dalam kisi-kisi),
b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domain-domain tersebut,
c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butir-butir soal
dengan domain performans yang terkait,
d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasarkan data yang diperoleh dari
proses pencocokan pada langkah c.
Dalam penelitian ini disebut valid jika pada kerangka terstruktur (lembar
validasi) tanda (ü) lebih dari 3.
2. Reliabilitas
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat
memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subyek yang
sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Alpha (digunakan
untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan hanya 1 atau 0) yaitu sebagai berikut :
÷÷ø
öççè
æ-÷
øö
çèæ
-= å
2
2
11 11 t
i
s
s
nn
r
Dengan :
=11r indeks reliabilitas instrumen
lxxiv
=n cacah butir instrumen
=2is variansi skor butir ke-i, i = 1, 2, ..., n
=2ts variansi total (Budiyono, 2003:70)
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang
diperoleh telah melebihi 0,70 ( 11r > 0,70)
3. Konsistensi Internal
Untuk mengetahui korelasi butir soal angket digunakan rumus kolerasi
momen produk Karl Pearson
å å å åå å å
--
-=
))()()((
))((2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan :
xyr = indeks konsitensi internal untuk butir ke-i
=n cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
=X skor untuk butir ke-i
=Y skor total (dari subjek uji coba)
(Budiyono, 2003:65)
Jika indeks konsitensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir
tersebut harus dibuang.
b. Tes
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut
diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas
item tes. Sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji daya pembeda,
tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh.
lxxv
1. Uji Validitas Isi
Berdasarkan pada tujuan diadakannya tes hasil belajar yaitu untuk
mengetahui apakah prestasi belajar yang ditampakkan secara individual dapat pula
ditampakkan pada keseluruhan (universe) situasi, maka uji validitas dilakukan pada
metode tes ini adalah uji validitas isi dengan langkah-langkah seperti yang
dikemukakan Crocker dan Algina dalam Budiyono (2003:60) sebagai berikut :
a. Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur (pada tes prestasi dapat berupa
serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok kompetensi yang diwujudkan
dalam kisi-kisi),
b. Membentuk sebuah panel yang ahli (qualified) dalam domain-domain tersebut,
c. Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butir-butir soal
dengan domain performans yang terkait,
d. Mengumpulkan data dan menyimpulkan berdasar data yang diperoleh dari
proses pencocokan pada langkah c.
Dalam penelitian ini disebut valid jika pada kerangka terstruktur (lembar
validasi) tanda (ü) lebih dari 3.
2. Reliabilitas
Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus yang digunakan oleh Kuder
dan Richardson yang diberi nama K-R 20 sebagai berikut :
÷÷ø
öççè
æ -÷øö
çèæ
-= å
2
2
11 1 t
iit
s
qps
nn
r
Dengan :
11r = indeks reliabilitas instrumen
lxxvi
n = cacah butir instrumen
ip = proporsi cacah subjek yang menjawab benar pada butri ke-i
iq = 1 – pi, i = 1, 2, ..., n
2ts = variansi total
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas yang
diperoleh melebihi 0,70 (r11 > 0,70)
(Budiyono, 2003:69)
3. Daya Pembeda
Suharsimi Arikunto (2009:211) mengemukakan bahwa daya pembeda soal
adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan peserta didik yang
berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Soal yang
baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh peserta didik yang pandai saja.
Untuk kelompok kecil (kurang dari 100 orang), seluruh peserta tes
dikelompokkan menjadi 2 kelompok sama besar yaitu 50% kelompok pandai atau
kelompok atas dan 50% kelompok bawah.
Rumus untuk menentukan indeks daya pembeda adalah :
B
B
A
A
JB
JB
D -=
Dengan :
D = indeks daya pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA = banyaknya kelompok atas
JB = banyaknya kelompok bawah
lxxvii
Berdasarkan rumus daya pembeda di atas, nilai tertinggi adalah 1 ( terjadi apabila
jawaban semua peserta didik kelompok atas benar dan jawaban semua peserta
didik kelompok bawah salah) dan nilai terendah adalah – 1 (terjadi apabila jawaban
semua peserta didik kelompok atas salah dan jawaban semua peserta didik
kelompok bawah benar). Soal tes dengan daya pembeda negatif tidak digunakan
karena soal tersebut tidak mampu membedakan peserta didik yang berkemampuan
tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah.
Klasifikasi daya pembeda:
D : Negatif : Jelek Sekali
D : 0,0 – 0,2 : jelek
D : 0,2 – 0,4 : cukup
D : 0,4 – 0,7 : baik
D : 0,7 – 1,00 : baik sekali
Klasifikasi daya pembeda yang digunakan dalam penelitian ini adalah D ≥ 0,2
(Suharsimi Arikunto, 2009: 211-218)
4. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang
memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan
tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
JsB
P =
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
lxxviii
B = Banyak peserta tes yang menjawab soal benar
Js = Jumlah seluruh peserta tes
(Suharsimi Arikunto, 2009:207-208)
Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika 0,30 £ P£ 0,70.
5. Fungsi Pengecoh
Menurut Anas Sudijono (1998; 411), pengecoh atau distraktor pada soal
bentuk objektif dikatakan berfungsi dengan baik jika dipilih oleh sekurang-
kurangnya 5 % dari seluruh peserta tes. Soal tes akan digunakan dalam penelitian
ini apabila fungsi pengecoh pada soal tersebut berfungsi dengan baik.
D. Teknik Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Sebelum peneliti melakukan eksperimennya, terlebih dahulu harus menguji
kesamaan rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini
bertujuan agar hasil dari eksperimen adalah benar akibat perlakuan yang telah
diberikan bukan karena adanya pengaruh yang lain. Untuk menguji kesamaan rata-
rata dari kelompok eksperiman dan kelompok kontrol tersebut digunakan uji-t,
dengan prosedurnya adalah sebagai berikut :
a. Menetukan hipotesis
Ho : m 1 = m 2 (kedua populasi seimbang)
H1 : m 1 ¹ m 2 (kedua populasi tidak seimbang)
b. Tingkat signifikansi : a = 0,05
lxxix
c. Statistik uji
t =
21
21
11
)(
nns
XX
p +
- ~ t(n1 + n2 – 2)
sp2 =
2)1()1(
21
222
211
-+-+-
nnsnsn
dengan :
t = harga statistik yang diuji t ~ t(n1 + n2 – 2)
1X = rata-rata nilai matematika UAN SMP/sederajat siswa kelas X semester
1 kelompok eksperimen
2X = rata-rata nilai matematika UAN SMP/sederajat siswa kelas X semester
1 kelompok kontrol.
s12 = variansi dari kelas eksperimen
s22 = variansi dari kelas kontrol
n1 = cacah anggota kelas eksperimen
n2 = cacah anggota kelas kontrol
sp2 = variansi gabungan
sp = deviasi baku gabungan
d. Daerah kritik : DK = { t|t < - tα/2; n1 + n2 – 2 atau t > tα/2; n1 + n2 – 2}
e. Keputusan uji : H0 ditolak jika t Î DK
f. Kesimpulan
Kedua populasi seimbang jika H0 diterima.
(Budiyono, 2004: 151)
2. Uji Homogenitas
lxxx
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas populasi
digunakan Uji Bartlett. Prosedur uji Homogenitas dengan menggunakan Uji Bartlett
adalah sebagai berikut :
a. Menentukan hipotesis
H0 : s 12 = s 2
2 = ....= s k2 (populasi-populasinya homogen)
H1 : Tidak semua variansi sama (populasi-populasinya tidak homogen)
k = 2 untuk uji homogenitas model pembelajaran dan k = 3 untuk uji homogenitas
kreativitas belajar peserta didik
b. Tingkat signifikansi : a = 0,05
c. Statistik uji :
( )å-= 22loglog
303.2jj sfRKGf
cx
Dengan :
x2
~ x2
(k – l)
k = banyaknya cacah sampel
f = derajad kebebasan untuk RKG = N – k
fj = derajad kebebasan untuk sj 2 = nj – 1
N = Benyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j
c ÷÷ø
öççè
æ-
-+= å ffk j
11)1(3
11
RKG = ;åå
j
j
f
SS
22
2 )1()(
jjj
jjj sn
n
XXSS -=-= å å
lxxxi
d. Daerah kritik
DK = { x2
| x2
> 1;
2
-kx a}
e. Keputusan uji
H0 ditolak jika x2
Î DK atau H0 diterima jika x2
Ï DK
f. Kesimpulan
Populasi-populasi homogen jika H0 diterima
(Budiyono, 2004:176-178)
3. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak
maka dilakukan uji normalitas. Untuk menguji normalitas populasi digunakan
metode Lilliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors adalah
sebagai berikut :
a. Menentukan hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi normal
b. Tingkat signifikansi : a = 0,05
c. Statistik uji
L = Maks │F(zi) - S(zi)│
Dengan :
F(zi) = P(Z ≤ zi);
Z ~ N(0,1)
S(zi) = proporsi cacah z ≤ zi terhadap banyaknya zi
lxxxii
zi = s
XX i - , ( s = standar deviasi )
d. Daerah kritik
DK = { L | L > Lα ; n } dengan n adalah ukuran sampel
Lα ; n diperoleh dari tabel Lilliefors
e. Keputusan uji
H0 ditolak jika L Î DK atau H0 diterima jika L ÏDK
f. Kesimpulan
Sampel berasal dari populasi normal jika H0 diterima
(Budiyono, 2004: 170-173)
4. Uji Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel
tak sama, dengan model sebagai berikut :
Xijk = ijkijji eabbam ++++ )(
Dengan :
Xijk = data amatan ke-k baris ke-i dan kolom ke-j
m = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
ia = efek baris ke-i pada variabel terikat
jb = efek kolom ke-j pada variabel terikat
(ab )ij= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
ijke = deviasi data amatan terhadap rataan populasinya ( ijm ) yang
berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi 2s
lxxxiii
i = 1, 2; 1 = model pembelajaran kooperatif tipe TGT
2= model pembelajaran langsung
j = 1, 2, 3; 1 = krativitas tinggi
2= kreativitas sedang
3 = kreativitas rendah
k = 1, 2, ......, nij ; nij = cacah data amatan pada setiap sel ij
(Budiyono, 2004: 228)
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama, yaitu :
a. Hipotesis
H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1,2
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol
H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol
H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1,2 dam j = 1, 2, 3
H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol
Ketiga pasang hipotesis ini ekuivalen dengan tiga pasang hipotesis berikut :
H0A : Tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat
H1A : Ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat
H0B : Tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat
H1B : Ada perbedaan afek antar kolom terhadap variabel terikat.
H0AB : Tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat
H1AB : Ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat.
b. Komputasi
lxxxiv
1. Notasi-notasi
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
hn = Rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
åji ijn
pq
,
1
N = åji
ijn,
= banyaknya seluruh data amatan
SSij = åå ÷
ø
öçè
æ
-k ijk
kijk
ijk n
X
X
2
2
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij.
ijAB = rataan pada sel ij
Ai = åj
ijAB = jumlah rataan pada baris ke-i
Bj = åi
ijAB = jumlah rataan pada kolom ke-j
G = åji
ijAB,
= jumlah rataan semua sel.
2. Besaran-besaran
(1) = pqG 2
(2) = åji
ijSS,
(3) = åi
i
q
A2
(4) = åj
j
p
B 2
(5) = åji
ijAB,
2
3. Jumlah kuadrat
JKA = hn {(3) – (1)}
JKB = hn {(4) – (1)}
lxxxv
JKAB = hn {(1) + (5) – (3) –(4)}
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
4. Derajat kebebasan
dkA = p – 1
dkB = q – 1
dkAB = (p – 1)(q – 1)
dkG = N – pq
dkT = N – 1
Rataan kuadrat
dkAJKA
RKA = dkB
JKBRKB =
dkABJKAB
RKAB = dkG
JKGRKG =
a. Statistik Uji
Untuk H0A adalah RKGRKA
Fa = yang merupakan nilai dari variabel random yang
berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq
Untuk H0B adalah RKGRKB
Fb = yang merupakan nilai dari variabel random yang
berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq
Untuk H0AB adalah RKGRKAB
Fab = yang merupakan nilai dari variabel random yang
berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1) (q – 1) dan N - pq
lxxxvi
b. Daerah Kritik
Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { Fa | Fa > Fα; p – 1; N - pq}
Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { Fb | Fb > Fα; q – 1; N - pq }
Daerah kritik untuk Fab adalah DK = { Fab | Fab > Fα; ( p – 1)(q – 1); N - pq }
c. Keputusan Uji
H0 ditolak apabila Fobs ÎDK
d. Rangkuman Analisis
Tabel 6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan sel Tak Sama
Sumber
Variansi JK dk RK Fobs Ftabel
Baris (A) JKA p – 1 RKA Fa Ftabel
Kolom (B) JKB q – 1 RKB Fb Ftabel
Interaksi(AB) JKAB (p – 1)(q –
1) RKAB Fab Ftabel
Galat JKG N – pq RKG - -
Total JKT N - 1 - - -
(Budiyono, 2004: 228-233)
5. Uji Komparasi Ganda
Uji lanjut pasca anava adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil
analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak.
Adapun langkah-langkah dalam menggunakan metode Scheffe’ adalah
sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
lxxxvii
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
c. Menentukan taraf signifikansi ( )a = 0,05.
d. Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut :
1. untuk komparasi rataan antar baris adalah :
karena dalam penelitian ini hanya terdapat dua kategori model pembelajaran
maka jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparansi rataan antar baris.
2. komparasi rataan antar kolom.
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar kolom adalah :
÷÷ø
öççè
æ+
-=
··
···-·
ji
jiji
nnRKG
XXF
11
)( 2
Daerah kritik untuk uji itu ialah :
DK = {F│F > (q – 1) Fα ; q – 1 , N - pq}
3. komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama.
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah
sebagai berikut.
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
kjij
kjijkjij
nnRKG
XXF
11
)( 2
Daerah kritik untuk uji itu ialah :
DK = {F│F > (pq – 1) Fα ; pq – 1 , N - pq}
4. komparasi rataan antar sel pada baris yang sama.
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama adalah
sebagai berikut.
lxxxviii
÷÷ø
öççè
æ+
-=-
ikij
ikijikij
nnRKG
XXF
11
)( 2
Daerah kritik untuk uji itu ialah :
DK = {F│F > (pq – 1) Fα ; pq – 1 , N - pq}
e. Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda.
f. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang sudah ada.
(Budiyono, 2004:213-215)
lxxxix
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen tes
prestasi belajar matematika pada materi pokok persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat dan angket kreativitas belajar matematika peserta
didik. Sebelum instrumen digunakan untuk mengambil data penelitian,
terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut
telah memenuhi syarat instrumen yang baik atau belum. Uji coba instrumen
tersebut dilaksanakan di SMA Negeri 3 Sampit kelas X semester 1 tahun
pelajaran 2009/2010. Berdasarkan uji coba instrumen diperoleh data sebagai
berikut:
a. Uji Coba Instrumen Angket Kreativitas Belajar Matematika
1) Validitas Isi
Validitas isi uji coba instrumen angket kreativitas belajar matematika
dilakukan oleh dua orang yaitu guru SMA Negeri 2 Sampit Lembayani,
S.Pd dan guru SMA PGRI 1 Sampit Dra. Nyalung C. Dari hasil validasi
oleh validator diperoleh bahwa instrumen uji coba angket kreativitas
belajar matematika tersebut sudah sesuai dengan kriteria penelaahan butir
angket yang baik dan layak digunakan untuk penelitian. Hasil
xc
selengkapnya validasi angket kreativitas belajar matematika oleh validator
dapat dilihat pada Lampiran 6.
2) Konsistensi Internal
Berdasarkan uji konsistensi internal yang telah dilakukan dengan
menggunakan rumus Korelasi Product Moment Karl Pearson pada taraf
signifikansi 5 % dari 45 butir angket yang diujicobakan diperoleh 30 butir
angket yang dipakai, yaitu yang memenuhi indeks konsistensi internal rxy
≥ 0,3 dan 15 butir angket yang tidak dipakai karena rxy ≤ 0,3. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 Tabel 11.
3) Reliabilitas
Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha, diperoleh
hasil perhitungan r11 = 0,858, nilai indeks reliabilitas ini lebih dari 0,7
sehingga instrumen angket ini dikatakan reliabel. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 Tabel 11.
4) Analisis Butir Angket
Analisis butir angket kreativitas belajar matematika pada penelitian ini
adalah konsistensi internal. Hasil perhitungan dari 45 butir yang dianalisis
terdapat 15 butir yang tidak dipakai karena tidak konsisten yaitu nomor 3,
8, 12, 23, 26, 27, 28, 29, 30, 33, 34, 36, 38, 40, dan 45. Jadi ada 30 butir
yang dapat dipakai dan karena dari 30 butir tersebut dapat mewakili
masing-masing indikator yang tertuang di dalam kisi-kisi penyusunan
angket, serta berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas dari 30 butir
tersebut dikatakan reliabel maka 30 butir angket tersebut dipakai sebagai
xci
instrumen penelitian dalam pengambilan data kreativitas belajar
matematika peserta didik. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 7 Tabel 11.
b. Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika
1) Validitas Isi
Validitas isi uji coba instrumen tes prestasi belajar matematika dilakukan
oleh dua orang, yaitu satu orang guru matematika dari SMA Negeri 2
Sampit Lembayani , S.Pd dan satu orang guru matematika dari SMA
Negeri 4 Sampit Dra. Siti Faridah. Dari hasil validasi oleh validator
diperoleh bahwa instrumen uji coba tes prestasi belajar matematika
tersebut sudah sesuai dengan kriteria penelaahan butir soal yang baik dan
layak digunakan untuk penelitian. Hasil selengkapnya validasi instrumen
tes prestasi belajar matematika pada materi pokok persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat oleh validator dapat dilihat pada Lampiran 11.
2) Reliabilitas
Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20, diperoleh
hasil perhitungan r11 = 0,785. Karena r11 > 0,70 maka instrumen tes
prestasi belajar matematika tersebut dikatakan reliabel dan dapat
digunakan dalam kaitannya dengan indeks reliabilitas. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12 Tabel 12.
3) Daya Pembeda
Dari hasil perhitungan daya pembeda terhadap 40 butir soal terdapat 34
butir soal yang memiliki daya pembeda sesuai kriteria yaitu D ≥ 0,2 dan 6
xcii
butir soal yang D < 0,2 yaitu nomor 2, 16, 18, 21, 26, dan 28 (Lampiran 12
Tabel 12).
4) Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang
memadai artinya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Tingkat
kesukaran P tiap-tiap butir tes yang mempunyai tingkat kesukaran yang
memadai, jika terletak antara 0,30 £ P£ 0,70.
Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran pada Lampiran 12 Tabel 12.
dapat disimpulkan bahwa dari 40 butir soal yang diujicobakan terdapat 38
butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang memadai, 1 butir soal
yang terlalu mudah yaitu nomor 18 dan 1 butir soal yang terlalu sukar
yaitu nomor 21.
5) Fungsi Pengecoh
Pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik jika pengecoh tersebut dipilih
oleh sekurang-kurangnya 5 % dari seluruh peserta tes. Dari hasil analisis
fungsi pengecoh pada Lampiran 13 Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa
dari 40 butir soal yang diujicobakan terdapat 36 soal yang pengecohnya
berfungsi dengan baik, sedangkan 4 soal yang lain ada pengecohnya yang
tidak berfungsi dengan baik yaitu nomor 8 pengecoh C tidak berfungsi
dengan baik, nomor 12 pengecoh E tidak berfungsi dengan baik, nomor 35
pengecoh C tidak berfungsi dengan baik dan nomor 37 pengecoh D tidak
berfungsi dengan baik.
xciii
6) Analisis Butir Instrumen
Analisis butir soal untuk instrumen tes prestasi belajar pada penelitian ini
terdiri dari daya pembeda, tingkat kesukaran dan fungsi pengecoh. Hasil
perhitungan dari 40 butir soal yang dianalisis terdapat 10 butir soal yang
tidak dipakai yaitu soal nomor 2, 8, 12, 16, 18, 21, 26, 28, 35 dan 37. Jadi
ada 30 butir soal yang dapat dipakai dan karena dari 30 butir soal tersebut
dapat mewakili masing-masing indikator yang tertuang dalam kisi-kisi
penyusunan soal tes, serta berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas
dari 30 butir soal tersebut dikatakan reliabel, daya pembeda D ≥ 0,2,
memiliki tingkat kesukaran yang memadai, dan semua pengecohnya
berfungsi maka 30 butir soal tersebut dipakai sebagai instrumen tes
prestasi belajar dalam pengambilan data prestasi belajar matematika
peserta didik (Lampiran 12 - 13 Tabel 12 - 13).
2. Data Skor Angket Kreativitas Belajar Matematika
Data tentang kreativitas belajar matematika peserta didik diperoleh
dari angket. Data tersebut selanjutnya dikelompokkan ke dalam tiga kategori
berdasarkan rata-rata ( X ) dan standar deviasi (s). dari hasil perhitungan,
diperoleh nilai rataannya 72 dan standar deviasi 16. Jadi untuk skor > 80
dikategorikan tinggi, 64 ≤ skor ≤ 80 dikategorikan sedang dan skor < 64
dikategorikan rendah. (Lampiran 17)
Berdasarkan data yang telah terkumpul untuk kelompok eksperimen
terdapat 22 peserta didik yang termasuk kategori kreativitas belajar
matematika tinggi, 50 peserta didik yang termasuk kategori kreativitas belajar
xciv
matematika sedang, dan 11 peserta didik yang termasuk kategori kreativitas
belajar matematika rendah. Untuk kelompok kontrol terdapat 20 peserta didik
yang termasuk kategori kreativitas belajar matematika tinggi, 54 peserta didik
yang termasuk kategori kreativitas belajar matematika sedang, dan 11 peserta
didik yang termasuk kategori kreativitas belajar matematika rendah (
Lampiran 17).
B. Uji Keseimbangan
Sebelum peneliti mengadakan penelitian terlebih dahulu diadakan uji
keseimbangan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol memiliki kemampuan awal yang sama. Data yang digunakan dalam uji
keseimbangan adalah nilai UAN matematika SMP/sederajat siswa kelas X
semester 1. Uji keseimbangan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
menggunakan uji – t . dari hasil uji keseimbangan tersebut diperoleh tobs = -
0,79947. daerah kritik uji keseimbangan tersebut adalah {t│t < t0,025;166 = -
1,960 atau t > t0,025;166 = 1,960}. Karena tobs bukan anggota daerah kritik maka
dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam
keadaan seimbang atau berasal dari dua populasi yang memiliki kemampuan
awal sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18.
C. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
xcv
Hasil uji normalitas dari tes prestasi belajar matematika dengan menggunakan
uji Lilliefors diperoleh harga statistik uji untuk tingkat signifikansi 5% pada
masing-masing sampel sebagai berikut:
Tabel 7 Hasil Analisis Uji Normalitas
Uji Normalitas Lobs Ltabel Keputus
an Kesimpul
an Kelompok Eksperimen
0,0777
0,0973
H0 diterima Normal
Kelompok Kontrol 0,093
6 0,096
1 H0
diterima Normal Kreativitas Belajar Tinggi
0,1340
0,1367
H0 diterima Normal
Kreativitas Belajar Sedang
0,0776
0,0869
H0 diterima Normal
Kreativitas Belajar Rendah
0,1608
0,1730
H0 diterima Normal
Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa Lhitung < L0.05 ; n,
maka Lhitung bukan anggota dearah kritik atau dengan kata lain H0 diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 19 Tabel 16 - 20.
2. Uji Homogenitas.
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Bartlett. Uji
homogenitas dilakukan dua kali yaitu uji homogenitas antar baris (uji
homogenitas prestasi belajar matematika ditinjau dari model pembelajaran)
dan uji homogenitas antar kolom (uji homogenitas prestasi belajar
matematika ditinjau dari kreativitas belajar matematika). Uji homogenitas
antar baris dan uji homogenitas antar kolom tersebut sudah cukup untuk
menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen, sehingga
tidak perlu dilakukan uji homogenitas antar sel pada baris yang sama maupun
xcvi
uji homogenitas antar sel pada kolom yang sama. Hasil uji homogenitas
dengan menggunakan uji Bartlett disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 8 Hasil Analisis Uji Homogenitas
Sampel k χ2obs
χ20.05 ;
k - 1 Keputusa
n Kesimpul
an Model Pembelajaran 2
0,389
3,841
H0 diterima Homogen
Kreativitas Belajar 3
4,110
5,991
H0 diterima Homogen
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa harga statistik uji homogenitas
masing-masing kelompok kurang dari harga kritik atau dengan kata lain χ2obs
pada masing-masing sampel tidak melebihi harga χ2tabel sehingga H0 diterima,
artinya sampel berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 20 Tabel 21 dan 22.
D. Pengujian Hipotesis
1. Uji Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 9 Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak sama
Sumber JK dk RK Fobs Fα KeputusanModel Pembelajaran (A) 472,7315 1 472,7315 4,05 3,84 H0 Ditolak
Kreativitas (B) 164,6024 2 82,3012 0,70 3,00 H0 Diterima
Interaksi (AB) 174,7322 2 87,3661 0,75 3,00 H0 Diterima
Galat 18931,9884 162 116,8641 Total 19744,0545 167
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa:
xcvii
a. H0A ditolak berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara
peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan peserta didik yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung.
b. H0B diterima berarti peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dibandingkan peserta didik
dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik
dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar
matematika yang sama dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar
matematika rendah.
c. H0AB diterima berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran yang
digunakan dan kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar
matematika peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21.
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi
Dari hasil uji analisis variansi menunjukkan bahwa H0A ditolak. Ini
berarti bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda prestasi
belajarnya. Karena variabel model pembelajaran hanya mempunyai dua
kategori yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka tidak perlu
dilakukan uji lanjut pasca analisis variansi, cukup dilakukan perbandingan
antara rataan marginalnya.
Tabel 10 Rataan Skor Prestasi Belajar Peserta didik
xcviii
Kreativitas Belajar Tinggi
Kreativitas Belajar Sedang
Kreativitas Belajar Rendah
Rataan Margin
al
TGT 62,5909 65,2600 64,2727 64,041
2
Langsung 61,2000 61,7963 56,9091 59,968
5 Rataan Marginal
61,8955 63,5282 60,5909
Tabel di atas menunjukkan bahwa rataan marginal untuk model
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 64,0412 dan model pembelajaran
langsung adalah 59,9685. Karena rataan marginal untuk model pembelajaran
kooperatif tipe TGT lebih besar daripada rataan marginal untuk model
pembelajaran langsung maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang
mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada peserta didik
yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
Dari hasil uji analisis variansi H0B diterima, ini berarti peserta didik
dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas belajar
matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar
matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan
peserta didik dengan kreativitas belajar matematika rendah, sehingga tidak
perlu dilakukan uji lanjut pasca analisis variansi.
Dari hasil uji analisis variansi H0AB diterima, ini berarti tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dan kreativitas belajar
xcix
peserta didik terhadap prestasi belajar matematika peserta didik pada materi
pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat, sehingga tidak perlu dilakukan
uji lanjut pasca analisis variansi.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama adalah “prestasi belajar matematika peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung
pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat”
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fa = 4,05 >
3,84 = Ftabel sehingga Fa terletak di daerah kritik. Karena Fa Î DK maka H0A
ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara
peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan peserta didik yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung pada
materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
Dari rataan marginal menunjukkan bahwa rataan marginal untuk model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (64,0412) lebih tinggi daripada rataan
marginal untuk model pembelajaran langsung (59,9685) sehingga dapat
disimpulkan bahwa peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi
c
belajar yang lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran langsung pada materi pokok
persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua adalah “ peserta didik dengan kreativitas belajar matematika
tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan
peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan
peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai
prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan peserta didik dengan
kreativitas belajar matematika rendah pada materi pokok persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat”.
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fb = 0,70 <
3,00 = Ftabel sehingga Fb tidak terletak di daerah kritik. Karena Fb Ï DK
maka H0B diterima berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh kreativitas
belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika peserta didik.
Peserta didik dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai
prestasi belajar matematika yang sama dibandingkan peserta didik dengan
kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, dan peserta didik dengan
kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika
yang sama dibandingkan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika
rendah. Hal tersebut mungkin disebabkan karena peserta didik dengan
kreativitas belajar matematika rendah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih
tinggi daripada peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang dan
ci
tinggi, sehingga dengan kreativitas belajar yang rendahpun prestasi belajarnya
menyamai peserta didik dengan kreativitas belajar sedang dan tinggi, dan
peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang mungkin memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada peserta didik dengan kreativitas
belajar tinggi, sehingga dengan kreativitas belajar yang sedangpun prestasi
belajarnya menyamai peserta didik dengan kreativitas belajar tinggi.
3. Hipotesis ketiga
Hipotesis ketiga adalah ” Pada peserta didik yang kreativitas belajarnya
sedang, prestasi belajar peserta didik yang diberi pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan
dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran langsung. Di sisi lain, pada peserta didik yang kreativitas
belajarnya tinggi dan rendah, prestasi belajar peserta didik yang diberi
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
sama dengan peserta didik yang diberi pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran langsung, pada materi pokok persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat”.
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh Fab = 0,75
< 3,00 = Ftabel sehingga Fab tidak terletak di daerah kritik. Karena Fab Ï DK
maka H0AB diterima berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran
yang digunakan dan kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar
matematika peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat. Artinya peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika
cii
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai
prestasi belajar yang lebih baik dari pada peserta didik yang mengikuti
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung
baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing kategori
kreativitas belajar matematika. Di sisi lailn, peserta didik dengan kreativitas
belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang sama dengan peserta didik
dengan kreativitas belajar sedang dan rendah, peserta didik dengan kreativitas
belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang sama dengan peserta didik
dengan kreativitas belajar rendah baik peserta didik yang mengikuti
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT maupun peserta didik yang mengikuti pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran langsung.
Tidak ditolaknya H0AB ini dimungkinkan banyak faktor yang dapat
mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar matematika, diantaranya
mungkin karena peneliti kurang memperhatikan pokok bahasan materi yang
disampaikan terhadap tingkat kemampuan siswa, belum sesuainya
pelaksanaan pembelajaran yang ditentukan (model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dan model pembelajaran langsung), instrumen penelitian yang
dipakai belum baku karena baru diujicobakan satu kali, ada variabel yang
tidak bisa dimanipulasi (misalnya faktor intelegensi, bimbingan belajar,
kedisiplinan dalam belajar, latar belakang keluarga, lingkungan, tanggung
jawab peserta didik dan lain-lain), tempat duduk yang kurang mendukung, dan
sebagainya. Akibatnya siswa belum bisa optimal dalam mengikuti proses
ciii
belajar untuk meningkatkan prestasi belajar pada umumnya dan prestasi
belajar matematika pada khususnya.
civ
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan analisis data hasil penelitian serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menghasilkan prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran
langsung pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
b. Kreativitas belajar matematika tidak memberi pengaruh yang berbeda
terhadap prestasi belajar matematika peserta didik pada materi pokok
persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Peserta didik dengan kreativitas
belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama
dengan prestasi peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang
dan rendah, dan peserta didik dengan kreativitas belajar matematika sedang
mempunyai prestasi belajar matematika yang sama dengan prestasi peserta
didik dengan kreativitas belajar matematika rendah.
c. Tidak ada interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan
kreativitas belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika peserta
didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Artinya
peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT mempunyai prestasi belajar yang
cv
lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran langsung baik secara umum
maupun kalau ditinjau dari masing-masing kategori kreativitas belajar
matematika, dan peserta didik dengan kreativitas belajar tinggi mempunyai
prestasi belajar yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas belajar
sedang dan rendah, peserta didik dengan kreativitas belajar sedang
mempunyai prestasi belajar yang sama dengan peserta didik dengan kreativitas
belajar rendah baik peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun
peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran langsung.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini,
maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis
maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
matematika.
1. Implikasi teoritis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi
belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan peserta didik
yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran langsung. Hal ini menunjukkan secara teoritis hasil penelitian
cvi
ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan model
pembelajaran pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat pada
khususnya dan materi pokok lain pada umumnya. Dengan kata lain hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian secara teoritik dalam
memilih dan mempersiapkan model pembelajaran matematika yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran atau materi pokok, sarana
dan prasarana pembelajaran, karakteristik guru dan karakteristik peserta didik.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan prestasi
belajar peserta didik pada materi pokok persamaan dan pertidaksamaan
kuadrat antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan peserta didik yang mengikuti
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran langsung.
Dilihat dari nilai rata-rata prestasi belajar peserta didik pada materi
pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat, ternyata peserta didik yang
mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada peserta didik
yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung. Dengan
kata lain peserta didik yang mengikuti pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT memperoleh prestasi belajar yang
lebih baik daripada peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran langsung. Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritik hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan
cvii
atau memaksimalkan prestasi belajar peserta didik khususnya pada mata
pelajaran matematika.
Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan terhadap peserta didik yang
mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT melibatkan peserta didik secara aktif dalam
proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan siswa selama diskusi
kelompok, ada peserta didik yang menanyakan materi pelajaran yang belum
bisa dipahami kepada teman sekelompoknya, peserta didik yang merasa bisa
kemudian menerangkan/menjelaskannya. Demikian juga pada saat turnamen
jika suatu peserta menjawab salah maka peserta lain menanggapi dan
memberikan jawaban yang menurut peserta ini benar. Dengan demikian secara
teoritis penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk
meningkatkan kreativitas belajar peserta didik selama berlangsungnya
pembelajaran matematika khususnya dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
2. Implikasi praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik
dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar
peserta didik. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar mengajar, guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat,
efektif dan efisien serta memperhatikan kreativitas belajar peserta didik
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika peserta didik pada
materi pokok persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
cviii
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, ada beberapa hal yang
perlu peneliti sarankan, yaitu:
1. Bagi Guru Mata Pelajaran Matematika
a. Dalam melakukan kegiatan pembelajaran matematika, hendaknya guru
lebih mengedepankan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam
membangun pengetahuan mereka sendiri, guru hanya sebagai fasilitator
dan motivator saja. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang dipilih.
b. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu alternatif
model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan
prestasi belajar matematika. Oleh karena itu hendaknya guru bersedia
mencoba model pembelajaran tersebut pada pembelajaran matematika.
c. Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, hendaknya
guru mempersiapkan bahan dan sumber belajar dengan baik sehingga
peserta didik dapat memahami dan dapat membangun pengetahuannya
sendiri, dapat membuat peserta didik bekerjasama dan pembelajaran dapat
berlangsung lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
2. Bagi Peserta Didik
a. Hendaknya peserta didik selalu memperhatikan dengan sungguh-sungguh
penjelasan guru tentang tatacara penggunaan model pembelajaran yang
akan digunakan dan memahami dengan baik ringkasan materi pelajaran
yang disampaikan guru.
cix
b. Hendaknya peserta didik membiasakan diri bersaing secara sehat,
berinisiatif, berpikir kritis dan aktif dalam proses pembelajaran, berani
mengemukakan ide/pendapat dan mengajukan pertanyaan.
c. Saat diskusi berlangsung, peserta didik yang memiliki kemampuan lebih
dibandingkan dengan teman-teman yang lain hendaknya bersedia
membagi pengetahuan kepada teman yang belum paham tentang suatu hal.
3. Bagi Kepala Sekolah
a. Hendaknya kepala sekolah mengarahkan guru matematika untuk memilih
model pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik dalam proses
pembelajaran agar memperoleh hasil yang maksimal, salah satu model
pembelajaran yang dapat dipilih adalah model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament (TGT).
b. Hendaknya kepala sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) agar pelaksanaannya
dapat berjalan dengan baik sehingga memperoleh prestasi belajar yang
maksimal.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi para peneliti hendaknya dapat mengembangkan penelitian ini dengan
penelitian-penelitian yang sejenis pada materi pokok yang lain, agar penelitian
ini dapat dimanfaatkan secara luas.
cx
DAFTAR PUSTAKA
Agus Susanto. 2007. Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Pendekatan
Quantum Learning Dengan Metode Pembelajaran Langsung Ditinjau
Dari Aktifitas Peserta Didik. Surakarta: Tesis UNS.
Anas Sudijono. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
________. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
EUA. 2007. “Creativity in Higher Education”. The Journal of Creativity in Higher
Education. 10. 1-47. Belgia. (www.eua.be).
Galligan, Ann. 2006. “Art, Culture and The National Agenda”. In The Journal of
Creativity, Culture, Educational, and The Workforce, pp. 1-69.
Washington, D.C. (www.culturalpolicy.org).
Gonzales, Patrics. 2008. Highlights From TIMSS 2007: Mathematics and Science Achievement of U.S. Fourth- and Eighth-Grade Students in an International Context . National Center for Education Statistics, U.S. Department of Education. Washington, DC.
(http://nces.ed.gov/pubsearch/pubsinfo.asp?pubid=2009001. Hafifah. 2008. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model
Pembelajaran kooperatif Tipe STAD pada Sistem Persamaan Linear Dua
Variavel Ditinjau dari Kreativitas Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP
Kota Surakarta Tahun 2008/2009. Surakarta: Tesis UNS
cxi
Hindarso. 2009. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Pada Materi Pokok Rumus-Rumus
Trigonometri Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Peserta Didik SMA Negeri
Surakarta. Surakarta: Tesis UNS.
H.J.Gino. 2000. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press
Human Development Reports. 2008. The Human Development Indices. Washington, DC.
(http://hdr.undp.org/en/media/HDI_2008_EN_Complete.pdf) Idris, Noraini. 2009. “Enhancing Students’ Understanding In Calculus Trough
Writing”. International Electronic Journal Of Mathematics Education.
Volume 4, Number 1. 36-55. Faculty Of Education, University Of
Malaysia Kuala Lumpur, Malaysia. (www.iejme.com).
Kennedy R. 2007. “In-Class Debates: Fertile Ground for Active Learning and the
Cultivation of Critical Thinking and Oral Communication Skills”.
International Journal of Teaching and Learning in Higher Education.
Volume 19, Number 2. 183-190. (http://www.isetl.org/ijtlhe/).
Marpaung. 2002. Model-model pembelajaran matematika. Jakarta: Depdiknas
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan
Individual Peserta Didik. Jakarta: Gaung Persada Press
Moh. Amien. 2005. Pemetaan Konsep Suatu Teknik Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Yang Bermakna. Yogyakarta: FMIPA-IKIP
Muhibbin syah. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
cxii
Mustaji. 2005. Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik. Malang: Unesa
University Press
Paul Suparno S.J. 2002. Filsafat Konstruktivisme dan Dampaknya dalam
Pendidikan MIPA di SMSU. Makalah Seminar Pendidikan MIPA: JMIPA
USD, 6 APRIL 2002.
Slameto. 2003. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Slavin R. 1995. Learning to Cooperate and Cooperation to Learn. New York:
Plenum Press
_______. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Soedjadi R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen
Pendidikan tinggi Depdiknas.
Suharsimi Arikunto. 2004. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi V. Jakarta: PT Rineka Cipta
______________. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi IX.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suminarsih. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran. Semarang: LPMP Jawa
Tengah.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi
3. Cetakan 1. Jakarta: Balai Pustaka.
Utami Munandar. 2004. Memupuk Bakat dan Kreativitas Peserta didik Sekolah
Menengah. Jakarta: PT. Gramedia.
Zerpa, C., Kajander, Ann dan Barneveld, C.V. 2009, July. “Factors That Impact
Preservice Teachers’ Growth In Conceptual Mathematical Knowledge
cxiii
During A Mathematics Methods Course”. International Electronic Journal
of Mathematics Education. Volume 4, Number 2. 57-76.
(www.iejme.com).
Recommended