View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS
PENYAKIT PERIODONTAL REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
TESIS
Oleh
RIKA MAYASARI ALAMSYAH 047012017/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N 2009
S
EK O L A
H
PA
SCASAR JANA
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL
REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh RIKA MAYASARI ALAMSYAH
047012017/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007 Nama Mahasiswa : Rika Mayasari Alamsyah Nomor Pokok : 047012017 Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing :
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007 Nama Mahasiswa : Rika Mayasari Alamsyah Nomor Pokok : 047012017 Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Menyetujui Komisi Pembimbing :
Ketua (Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM)
(Drs.Tukiman, M.Kes) ( Anggota Anggota
Harmona Daulay, S.Sos., MSi)
Ketua Program Studi, Direktur, (Dr. Drs. Surya Utama, MS)
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)
Tanggal lulus : 21 Januari 2009
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Telah diuji pada Pada tanggal : 21 Januari 2009 PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM. Anggota : 1. Drs. Tukiman M.Kes. 2. Harmona Daulay, S.Sos., M.Si. 3. Dr. Linda T. Maas, MPH. 4. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL
REMAJA DI KOTA MEDAN TAHUN 2007
TESIS
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau di terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka. Medan, Januari 2009 (Rika Mayasari Alamsyah)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
ABSTRAK
Saat ini jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, dan lebih setengah dari mereka adalah anak-anak dan remaja. Berdasarkan penelitian Haber dkk (Johnson GK, Slach NA, 2001), penyakit periodontal yang ditemukan pada kelompok umur 19-30 tahun, sebanyak 51% mempunyai kebiasaan merokok. Persentase remaja yang berstatus pelajar SMA merokok di Medan yaitu sebesar 40% (Tarigan, Aditama TY, 1994). Dalam kaitan itu ingin diketahui risikonya dalam penyakit periodontal.
Desain penelitian adalah studi cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok, hubungan faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana serta alasan psikologis dengan kebiasaan merokok dan hubungan antara kebiasaan perokok remaja dengan status penyakit periodontal pada remaja yang berstatus pelajar SMA di Kota Medan. Sampel adalah 408 remaja di Kota Medan, yang diambil secara stratifikasi – klaster 2 tingkat. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi, uji statistik menggunakan uji chi-square dan t-test. Hasil penelitian menunjukkan rasio prevalensi faktor pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan sebesar 2,22; pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut sebesar 1,58 dan zat berbahaya dalam rokok sebesar 1,48. Rasio prevalensi pengaruh orang tua merokok sebesar 1,38; saudara serumah merokok 1,43; teman merokok 1,49 dan iklan rokok 1,42. Semua faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan secara statistik memiliki hubungan yang signifikan dengan kebiasaan merokok remaja. Status penyakit periodontal secara statistik memiliki hubungan yang signifikan dengan kebiasaan merokok pada perokok remaja di Kota Medan. Disarankan untuk melakukan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Medan atau setempat untuk pemeriksaan gigi secara berkala ke sekolah khususnya SMA, sosialisasi mengenai kebersihan gigi dan mulut, meningkatkan aspek pengetahuan remaja tentang bahaya merokok bagi kesehatan gigi dan mulut, perlu dilakukannya pengawasan dan sanksi dari pihak sekolah bagi remaja yang ketahuan merokok sehingga diharapkan mampu mengurangi jumlah pengonsumsi rokok, terutama pada usia yang sangat muda serta peningkatan komunikasi antara orang tua dan anaknya. Kata Kunci : kebiasaan merokok, status penyakit periodontal, remaja.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
ABSTRACT
Nowdays, numbers of smokers in Indonesia increase every year, and more than half of them are children and adolescenes. Haber et al study reported that 51% periodontal disease was found on smokers at age 19-30 years. Percentage of adolescenes smokers with status high school students in Medan is 40% (Tarigan, Aditama TY, 1994). Related to that fact, this research was conducted to know it’s risk with periodontal disease.
This study was designed with cross sectional study, aimed to analyze the prevalence ratio factors that influencing smoking habit, the relationship between knowledge, social environment, infrastructure and tools and also psychological reason with smoking habit, and the relationship between smoking habit with status of periodontal disease in senior high school adolescenes in Medan city. Sample was 408 senior high school adolescenes were taken stratifically in cluster grade two. Data collection were taken by interviewing and observation, statistic test by using chi-square and t-test. The results of this study showed that prevalence ratio of smoking hazard knowledge on health 2,22; on dental health 1,58 and hazardous substance in cigarettes 1,48. Prevalence ratio of smoking parents 1,38; smoking family members 1,43; smoking friends 1,49 and cigarettes advertisement 1,42. All factors influencing smoking habit statistically have significant relationship with smoking habit of adolescenes. Status of periodontal disease statistically have significant relationship with smoking habit. It is suggested to make a relationship with district health office of Medan or in every city for regular check of the teeth in schools specially the high schools, socialization about the dental hygiene, increase of adolescenes knowledge about the danger of smoking on dental health, school also need to control and give sanction for all adolescenes who smoke at school, this may reduce the numbers of cigarette consumers especially for the young age and it is needed to increased communication between parents and their children. Keywords : smoking habit, status of periodontal disease, adolescene.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahrahim
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas berkat rahmat dan ridho yang
telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Tesis
dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya
dengan Status Penyakit Periodontal Remaja SMA di Kota Medan Tahun 2007”.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian Tesis ini selain atas upaya penulis,
juga tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa, B.MSc., Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS., Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak
memberikan dorongan dan semangat pada penulis dalam menyelesaikan penulisan
Tesis ini.
3. Ibu Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM., Ketua Komisi Pembimbing, yang telah
banyak memberikan dorongan, semangat dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan penulisan Tesis ini.
4. Bapak Drs. Tukiman, M.Kes., Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak
memberikan dorongan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis
ini.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
5. Ibu Harmona Daulay, S.Sos., MSi., Anggota Komisi Pembimbing, yang telah banyak
memberikan dorongan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis
ini.
6. Ibu Dr. Linda T. Maas, MPH., Anggota Komisi Pembanding.
7. Bapak Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp. Pros (K), Anggota Komisi
Pembanding.
8. Seluruh dosen dan pegawai Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
9. Kepala Sekolah SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Negeri 12, SMA Swasta
Harapan, SMA Swasta Angkasa 2 dan SMA Swasta Panca Budi beserta Staf yang
telah memberikan izin dan membantu penulis melaksanakan penelitian di SMA
tersebut.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
yang telah memberikan sumbang saran, dorongan serta kerjasama yang baik selama
mengikuti pendidikan.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam pengantar ini.
Secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada
:
1. Ayahanda Syamsir Alamsyah dan Ibunda Sriwaty, SH., M.Hum., yang telah berperan
sangat besar dalam mendidik dan membesarkan penulis.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2. Suami Indra Gunawan Tarigan, SE., yang selalu memberikan dorongan, kesabaran dan
kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.
Akhir kata izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala
kekhilafan selama mengikuti pendidikan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara ini dan semoga amalan-amalan yang
telah diberikan kepada penulis dapat diberikan balasan yang berlipat ganda oleh Allah
SWT, Amin ya Robbal Alamin.
Medan, Januari 2009
Penulis
(Rika Mayasari Alamsyah)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Rika Mayasari Alamsyah
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 16 Mei 1981
Alamat : Jl. Polonia No. 40 Medan
Suami : Indra Gunawan Tarigan, SE.
Riwayat Pendidikan :
1. SD Swasta Kemala Bhayangkari Medan, Tahun 1986
2. SMP Swasta Harapan 2 Medan, Tahun 1992
3. SMA Negeri 4 Medan, Tahun 1995
4. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Tahun 1998
Riwayat Pekerjaan :
1. Tahun 2005 – sekarang, Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara, Departemen IKGP/KGM.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR ISI Halaman
ABSTRAK…………………………………………………………………. . i ABSTRACT………………………………………………………………… ii KATA PENGANTAR……………………………………………………… iii RIWAYAT HIDUP……………….……………………………………….. vi DAFTAR ISI……………………………………………………………….. vii DAFTAR TABEL………………………………………………………….. x DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….……. xiii BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang.…...……..…………………………………... 1 1.2 Perumusan Masalah…………………...……...……………… 6 1.3 Tujuan Penelitian…………………….....……………………. 6 1.4 Hipotesa Penelitian……………………..……….…………… 7 1.5 Manfaat Penelitian………………….…………..……………. 7 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN………………………………….. 8 2.1 Remaja……………………………..………………………… 8 2.1.1 Definisi Remaja dan Pembagian Batasan Usia Remaja.. 8 2.1.2 Karakteristik Remaja………………………...………… 9 2.2 Kebiasaan Merokok……………………..…………………… 14 2.2.1 Kebiasaan Merokok pada Remaja dan Faktor yang Mempengaruhinya…………...………………………… 14
2.2.2 Klasifikasi Perokok dan Jenis Rokok………………..... 19 2.3 Bahaya Rokok terhadap Kesehatan………………………..... 21 2.4 Bahaya Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut................ 22 2.5 Indeks Oral Higiene dan Penyakit Periodontal........................ 24
2.6 Landasan Teori........................................................................ 25 2.7 Kerangka Konsep.................................................................... 30 BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................ 31 3.1 Jenis Penelitian........................................................................ 31 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................... 31 3.2.1 Lokasi Penelitian……………..……………………….. 31 3.2.2 Waktu Penelitian……………..……………………….. 31
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……...................................... 32
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3.3.1 Populasi Penelitian………............................................. 32 3.3.2 Sampel Penelitian…………….……………………….. 32 3.4 Metode Pengumpulan Data………...……………………….. 34 3.5 Variabel dan Definisi Operasional….………………………. 35 3.6 Metode Pengukuran…………………..………………………. 38 3.7 Metode Analisis Data……………….………………………. 41 BAB 4 HASIL PENELITIAN…………………………………………… 43 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian………....………………………. 43 4.2 Rasio Prevalensi Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Pada Remaja di Kota Medan.............…. 43 4.2.1 Rasio Prevalensi Pengetahuan Remaja dengan Kebiasaan Merokok di Kota Medan ……..…..……..… 43 4.2.2 Rasio Prevalensi Pengaruh Lingkungan Sosial Remaja dengan Kebiasaan Merokok di Kota Medan...………… 46 4.3 Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok pada Remaja di Kota Medan……………..…...…… 47 4.3.1 Hubungan Faktor Pengetahuan Dengan Kebiasaan Merokok Pada Remaja di Kota Medan………….….… 47 4.3.2 Hubungan Faktor Lingkungan Sosial Dengan Kebiasaan Merokok pada Remaja di Kota Medan……………….. 50 4.4 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Status Penyakit Periodontal Pada Remaja di Kota Medan........................…… 52 4.4.1 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Indeks Oral Higiene pada Remaja di Kota Medan……............…… 52 4.4.2 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Indeks Periodontal pada Remaja di Kota Medan…………..… 53 4.4.3 Hubungan Jenis Perokok dengan Indeks Oral Higiene pada Remaja di Kota Medan………………………….. 54 4.4.4 Hubungan Jenis Perokok dengan Indeks Periodontal pada Remaja di Kota Medan…………………………... 54 4.5 Gambaran Karakteristik Merokok Pada Perokok Remaja di Kota Medan……………………………………………… 55 BAB 5 PEMBAHASAN…………………………………………………. 60 5.1 Rasio Prevalensi dan Hubungan Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok pada Remaja di Kota Medan……………………….…………....…………………. 60 5.1.1 Rasio Prevalensi dan Hubungan Pengetahuan Remaja di Kota Medan dengan Kebiasaan Merokok………...… 60
5.1.2 Rasio Prevalensi dan Hubungan Pengaruh Lingkungan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Sosial Remaja di Kota Medan dengan Kebiasaan Merokok……………………………………....………. 62 5.2 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Status Penyakit Periodontal pada Remaja di Kota Medan…………...………. 64 5.3 Gambaran Karakteristik Merokok Pada Perokok Remaja di Kota Medan…………………………………………………. 65
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………. 69 6.1 Kesimpulan…………………………...……………………… 69 6.2 Saran………………………………...………………………. 70 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 73
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman 4.1 Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan pada remaja di Kota Medan Tahun 2007………..…………………... 44 4.2 Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut pada remaja di Kota Medan Tahun 2007………….. 45 4.3 Persentase pengetahuan zat berbahaya dalam rokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………….. 46 4.4 Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007……………………………………………………. 48 4.5 Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………..………….…………….. 49 4.6 Hubungan pengetahuan zat berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………..……………………………….. 49 4.7 Hubungan pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan Merokok pada remaja di Kota Medan tahun 2007………….. 50 4.8 Hubungan pengaruh saudara serumah merokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007……………………………………………………………. 51 4.9 Hubungan pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007………..... 51 4.10 Hubungan pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan tahun 2007…..……………..…… 52 4.11 Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………….… 53
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
4.12 Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Periodontal Pada remaja di Kota Medan Tahun 2007……………………… 53 4.13 Hubungan jenis perokok dengan Indeks Oral Higiene pada Remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………… 54 4.14 Hubungan jenis perokok dengan Indeks Periodontal pada Remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………… 55 4.15 Persentase jenis perokok pada perokok remaja di Kota Medan Medan Tahun 2007……………………………………………. 55 4.16 Persentase jenis rokok yang dihisap perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………….………………. 56 4.17 Persentase lama merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………………………………….. 56 4.18 Persentase sumber biaya untuk membeli rokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007…….…………..………….. 57 4.19 Persentase tempat biasanya merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007……………….…………………… 57 4.20 Persentase waktu biasanya remaja merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007……………….…………… 58 4.21 Persentase alasan psikologis merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007……….…………..………………... 58 4.22 Persentase penyebab pertama kali merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007…………………………..… 59
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman 2.1 Model perencanaan PRECEDE-PROCEED………………….... 25 2.2 Teori alasan berperilaku………………..……………….…........ 27 2.7 Kerangka konsep penelitian……………………………………. 30
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner …………………………………………………………….... 76
2. Perhitungan Besar Sampel…………………………………………...... 80
3. Daftar SMA Lingkar Dalam…………………………………………… 81
4. Daftar SMA Lingkar Luar…………………………………………….. 82
5. Perhitungan Reabilitas dan Validitas………………………………….. 83
6. Hasil Analisis Statistik………………………………………………… 84
7. Surat Permohonan Izin Penelitian……………………………………… 100
8. Surat Izin Penelitian…………………………………………………… 102
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap bahwa perilaku merokok telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade
yang lalu (Suhardi, 1995). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Menurut Bank
Dunia yang dikutip Depkes RI (2002), konsumsi rokok di Indonesia sekitar 6,6% dari
konsumsi rokok di seluruh dunia. Data WHO tahun 2002 menyebutkan Indonesia
mengkonsumsi rokok sebesar 215 miliar batang rokok, menduduki peringkat kelima di
dunia sesudah Cina (1.697,3 miliar batang), Amerika Serikat (463,5 miliar batang), Rusia
(375,0 milyar batang), dan Jepang (299,1 miliar batang) (Depkes, 2003). Saat ini jumlah
perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, walaupun pemerintah telah
banyak berupaya untuk terus menekan angka perokok dengan menaikkan bea cukai rokok
sampai membatasi iklan rokok di televisi hanya boleh ditayangkan setelah pukul sepuluh
malam (Purnama A, 1998).
Kebiasaan merokok yang muncul selama ini menyebabkan sekitar 500 juta orang
yang masih hidup akan dapat meninggal karena konsumsi rokok, dan lebih dari setengah
dari mereka adalah anak-anak dan remaja. Di Indonesia, perokok pemula adalah mereka
yang masih sangat muda. Perry dkk (1988) dalam Rochadi K (2004) berpendapat bahwa
perilaku merokok terbesar berawal pada masa remaja dan meningkat menjadi perokok tetap
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dalam kurun waktu beberapa tahun. Sejumlah studi menyebutkan bahwa para perokok
mulai merokok pada umur 11 dan 13 tahun serta 85 - 90% mulai merokok sebelum usia 18
tahun (Leventhal dkk, Dhuyvettere dalam Smet, 1994). Penelitian kebiasaan merokok pada
pelajar SLTA di Bandung menunjukkan 16,2% merokok sebelum usia 13 tahun dan
proporsi pelajar wanita yang merokok sebesar 2,6% (Kartasasmita dkk, dalam Lubis,
1994). Tarigan (1990) dalam Aditama TY (1994), melaporkan bahwa sekitar 40% murid
SMU di kota Medan adalah perokok dan kebiasaan merokok ini telah mereka mulai sejak
umur 9-12 tahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang
berintegrasi dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan hasil
bahwa anak mulai merokok sejak umur 10 tahun, dan pada umur 15 sampai 19 tahun
menduduki angka 60% sebagai perokok.
Perkataan remaja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu adolescence dan
berasal dari kata latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau perkembangan menuju
kematangan (Sebald, 1992 dalam Willis, 2005). Ini dapat dikatakan bahwa masa remaja
adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Di samping itu,
masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif. Namun, masa
remaja juga adalah masa yang amat baik untuk mengembangkan segala potensi positif yang
mereka miliki seperti bakat, kemampuan dan minat. Mönks, dkk (2001) dalam Sarwono
SW (2005), beranggapan bahwa usia remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun dan
terbagi atas tiga bagian, yaitu masa remaja awal antara 12-15 tahun, masa remaja
pertengahan
antara 15-18 tahun dan masa remaja akhir antara 18-21 tahun.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rosen dkk (1990) dalam Rochadi K (2004) mengatakan bahwa remaja dengan
prestasi sekolah yang rendah atau kurang pendidikan dan hidup dalam kondisi dengan
ketertekanan membuat remaja merokok. Hu dkk (1989) dalam Santoso SS (1993)
menjelaskan latar belakang keluarga dan prestasi sekolah dapat menyebabkan seorang
remaja merokok. Faktor-faktor seperti tekanan kelompok sebaya, orang tua, saudara
kandung serta iklan rokok juga bisa menyebabkan remaja merokok. Banyaknya kegiatan-
kegiatan remaja, seperti konser musik, pentas seni, seminar remaja dan lain-lain yang di
sponsori oleh rokok juga menjadi salah satu faktor penyebab remaja merokok. Dengan
gencarnya iklan dan banyaknya kegiatan remaja yang disponsori oleh rokok, hal ini
menyebabkan rasa ingin tahu remaja tentang rokok meningkat, sehingga trend merokok di
kalangan remaja juga meningkat.
Fleming dkk (1989) dalam Willis (2003), menegaskan bahwa seseorang yang
pernah merokok cenderung akan menggunakan obat-obat terlarang. Pandangan serupa
dijelaskan McKim (1991) dalam Santoso SS (1993), bahwa para perokok biasanya lebih
menyukai menggunakan obat-obat terlarang dibandingkan mereka yang tidak merokok.
Penelitian Youth Pulse III Surindo dalam Purnama A. (1998) menemukan 17,4% dari
responden yang pernah mencoba narkoba (narkotika dan obat terlarang), ternyata 45,1%
diantaranya adalah berstatus pernah merokok.
Rongga mulut merupakan bagian tubuh yang pertama kali terpapar langsung
dengan asap rokok. Merokok dapat menyebabkan terganggunya kesehatan gigi dan mulut
seperti: bau mulut, diskolorasi gigi, inflamasi kelenjar saliva, meningkatkan terjadinya
penumpukan plak dan tartar pada gigi yang lama kelamaan akan menjadi penyakit
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
periodontal, kehilangan tulang pada rahang, terjadinya leukoplakia, memperlambat proses
penyembuhan pada pencabutan gigi dan perawatan periodontal serta meningkatkan resiko
terjadinya kanker di rongga mulut (Daliemunthe, 2001).
Seiham (1992) dalam Pratiwi LN (1997), melaporkan bahwa para perokok
mempunyai skor plak dan kalkulus lebih besar bila dibandingkan dengan yang bukan
perokok, ini berarti perokok mempunyai oral higiene yang lebih buruk daripada yang
bukan perokok. Kowalski (1992) dalam Ruslan G (1995), juga menunjukkan bahwa bukan
perokok mempunyai kalkulus supragingival lebih kecil daripada perokok. Oral higiene
yang buruk lama kelamaan akan menyebabkan penyakit periodontal. Perokok biasanya
mempunyai resiko yang lebih besar menderita penyakit periodontal, yang jika tidak dirawat
dapat menyebabkan kehilangan gigi (Quee TC, 2002). Produk dari tembakau dapat
merusak jaringan gusi dengan cara mempengaruhi perlekatan dari tulang dan jaringan
lunak ke gigi. Lebih spesifik, bahwa merokok mempengaruhi fungsi normal dari sel-sel
jaringan lunak gusi. Pengaruh ini membuat perokok lebih rentan terhadap infeksi, seperti
penyakit periodontal. Berdasarkan data penelitian NHANES III yang melibatkan 12.329
subjek penelitian berumur >18 tahun, dilaporkan setengah dari penyakit periodontal
ditemukan pada mereka yang merokok (41,9%). Haber dkk, juga menemukan penyakit
periodontal pada kelompok umur 19-30 tahun yang mempunyai kebiasaan merokok
sebanyak 51% (Johnson GK, Slach NA, 2001).
Seluruh sekolah SMA di Kota Medan memiliki kebijakan tidak memperbolehkan
siswa-siswinya merokok di lingkungan sekolah, bahkan ada sekolah yang tetap rutin
mengadakan razia rokok pada siswa-siswinya. Mengingat ketatnya kebijakan yang dibuat,
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
seharusnya konsumsi rokok pada siswa SMA berkurang, tetapi tidak begitu pada
kenyataannya. Dalam kondisi di lapangan peneliti masih menjumpai banyak siswa SMA di
Kota Medan merokok bahkan di lingkungan sekolah dan pada jam sekolah.
Mengingat banyaknya bahaya merokok terhadap kesehatan dan khususnya
kesehatan gigi dan mulut yaitu status penyakit periodontal serta kecendrungan
bertambahnya persentase remaja yang merokok akibat gencarnya iklan rokok yang
ditayangkan baik melalui media cetak maupun media elektronik, dan dengan asumsi bahwa
siswa SMA merupakan bagian dari remaja yang dapat dijumpai secara berkelompok, serta
karena penyakit periodontal merupakan penyakit yang membutuhkan waktu untuk
berkembang, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok dan hubungannya dengan status penyakit
periodontal pada siswa SMA di kota Medan. Alasan untuk memilih daerah ini adalah
karena remaja Kota Medan seringkali menjadi kelompok referensi (reference group) bagi
para remaja Sumatera Utara dan Medan merupakan ibu kota propinsi Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan?
2. Bagaimana hubungan faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana serta
alasan psikologis dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan?
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3. Bagaimana hubungan antara kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal
pada remaja di Kota Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kebiasaan merokok dan hubungannya terhadap status penyakit periodontal pada remaja di
kota Medan, yang secara khusus bertujuan :
1. Untuk menganalisis rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan
merokok pada remaja di Kota Medan.
2. Untuk menganalisis hubungan fakor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan
prasarana serta alasan psikologis dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota
Medan.
3. Untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan status penyakit
periodontal pada remaja di Kota Medan.
1.4. Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan antara faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana serta
alasan psikologis dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan.
2. Ada hubungan antara kebiasaan merokok remaja dengan status penyakit periodontal
(Indeks Oral Higiene dan Indeks Penyakit Periodontal) di Kota Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Dengan diperolehnya rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi untuk
merokok, hubungan antara faktor pengetahuan, lingkungan sosial, sarana dan prasarana
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
serta alasan psikologis dengan kebiasaan merokok serta hubungan antara kebiasaan
merokok dengan status penyakit periodontal pada remaja di kota Medan, maka dapat
dijadikan bahan masukan untuk menyusun program kesehatan, berupa penyuluhan
bahaya merokok kepada remaja.
2. Sebagai bahan masukan bagi tenaga pendidik, khususnya tenaga pendidik SMA, dalam
hal pencegahan/pengawasan kebiasaan merokok.
3. Untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam merencanakan kebijakan
penanggulangan bahaya merokok pada remaja.
4. Sebagai data awal untuk penelitian lanjutan mengenai kebiasaan merokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Remaja
2.1.1. Definisi Remaja dan Pembagian Batasan Usia Remaja
Lerner dan Hultsch (1983) dalam Rochadi K (2004), mengemukakan bahwa
perkembangan remaja adalah periode di antara rentang waktu di mana saat ia dianggap
masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Remaja juga ditandai dengan perubahan fisik
dan perkembangan seksual yang terjadi secara cepat juga disertai bertambahnya
tuntutan masyarakat. Perkataan remaja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu
adolescence dan berasal dari kata Latin, adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa
atau perkembangan menuju kematangan (Sebald, 1992 dalam Rochadi K., 2004). Dalam
arti yang lebih luas lagi, remaja didefinisikan sebagai suatu periode antara masa kanak-
kanak menuju kedewasaan. Di masa remaja terjadi proses perubahan biologis, kognitif
dan sosioemosional (Sarwono SW,2005). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa dan dalam prosesnya terjadi perkembangan kematangan fisik, psikis dan sosial
serta bertambahnya tuntutan masyarakat. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang
rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti merokok, narkoba, kriminal dan kejahatan
seks.
Berbagai batasan usia dan pembagian masa remaja yang telah dikemukakan para
ahli. Stone dan Church (1973) membagi masa remaja menjadi remaja awal, remaja akhir
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dan dewasa muda. Remaja awal adalah suatu periode dari mulainya masa pubertas
hingga kurang lebih satu tahun sesudah pubertas yaitu pada saat pola fisiologis berfungsi
dengan stabil. Remaja akhir adalah periode sesudahnya dari remaja awal hingga usia
yang dibolehkan untuk ikut pemilu, menyetir kendaraan atau saat mulai masuk kuliah.
Dewasa muda adalah periode dari permulaan kuliah hingga usia awal duapuluhan.
Menurut Hurlock (1980) secara umum masa remaja dibagi menjadi dua bagian yaitu
awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari
13 tahun hingga 16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia 16
tahun atau 17 tahun hingga usia 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum. Santrock
(2001) juga membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal dan masa
remaja akhir. Hanya saja, Santrock (2001) mengatakan usia remaja awal sekitar 10-13
tahun dan usia remaja akhir berkisar antara 18-22 tahun. Mönks, et.al (2001) beranggapan
bahwa usia remaja berada antara umur 12-21 tahun dan terbagi atas tiga bagian, yaitu
masa remaja awal antara 12-15 tahun, masa remaja pertengahan antara 15-18 tahun dan
masa remaja akhir antara 18-21 tahun.
2.1.2. Karakteristik Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Hurlock (1980) dalam Rochadi K (2004), menerangkan
beberapa ciri remaja adalah sebagai berikut :
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis.
Sebagian besar anak muda, usia antara 12 tahun dan 16 tahun merupakan tahun yang
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
penuh kejadian yang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan
fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang
terjadi terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan
perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode transisi
Dalam setiap adanya transisi suatu perubahan, status individu menjadi tidak jelas
karena terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa remaja,
individu bukan lagi seorang anak-anak dan juga bukan orang dewasa. Di sisi lain,
status remaja yang tidak jelas ini memberikan keuntungan karena status tersebut
memberi ruang dan waktu kepada seorang remaja untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja akan seiring dengan perubahan sikap
dan perilaku. Ini berarti saat perubahan sifat berlangsung dengan cepat maka akan
terjadi juga perubahan sikap dan perilaku dengan cepat dan sebaliknya. Hurlock
(1980) menjelaskan ada beberapa perubahan yang pada umumnya terjadi pada masa
remaja, yaitu:
a. Peningkatan emosional, intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi. Peningkatan emosi lebih menonjol pada masa awal periode
masa remaja.
b. Perubahan fisiologis tubuh, perubahan pada proses pematangan seksual membuat
individu remaja menjadi tidak percaya diri terhadap kemampuan dan minat mereka.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Perubahan minat dan peran, perubahan yang diharapkan oleh lingkungan sosial dapat
menimbulkan masalah baru dan lebih banyak dibandingkan masa sebelumnya. Hal
ini akan terjadi terus hingga individu itu sendiri yang menyelesaikan menurut
keinginannya.
d. Perubahan terhadap nilai-nilai, beberapa nilai-nilai yang dianggap penting pada masa
sebelumnya menjadi tidak penting lagi di masa remaja. Pada masa ini mulai
dipahami bahwa kualitas lebih penting dibandingkan kuantitas.
e. Ambivalen terhadap perubahan, pada masa remaja, individu menginginkan dan
menuntut kebebasan tetapi sering takut bertanggungjawab akan akibat yang terjadi.
4. Masa remaja sebagai masa bermasalah
Berbagai masalah yang terjadi di masa remaja sering menjadi masalah yang sulit
diatasi. Ada dua alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu: (i) pada masa kanak-
kanak segala masalah diselesaikan oleh orang tua ataupun para guru sehingga
remaja tidak mempunyai pengalaman terhadap masalah yang terjadi; (ii) para remaja
merasa telah mandiri sehingga menolak bantuan orang tua ataupun para guru dengan
alasan ingin mengatasi masalahnya sendiri. Karena tidak mampu maka banyak
kegagalan yang seringkali disertai dengan akibat yang tragis. Kegagalan ini bukan
karena ketidakmampuan individu tetapi karena tuntutan yang diajukan pada remaja
terjadi di kala tenaganya telah dihabiskan untuk mengatasi masalah pokok yang
disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Identitas diri yang dicari remaja adalah usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan
apa peranannya dalam masyarakat. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian
diri dengan kelompok menjadi penting. Tiap penyimpangan dari standar kelompok
dapat mengancam keanggotaannya dalam kelompok. Lambat laun, individu remaja
mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan
teman-temannya dalam segala hal. Salah satu cara memunculkan identitas diri adalah
dengan menggunakan simbol status yang mudah terlihat seperti model pakaian, gaya,
jenis kendaraan dan lain-lain. Cara ini dimaksudkan agar menarik perhatian dan
dipandang oleh orang lain. Pada saat yang sama individu juga tetap mempertahankan
identitas dirinya sebagai anggota dari suatu kelompok sebaya.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Stereotip yang telah dibangun masyarakat dalam menggambarkan citra diri remaja,
lambat laun dianggap sebagai gambaran asli dan membuat para remaja membentuk
perilakunya sesuai gambaran tersebut. Ada anggapan bahwa masa remaja adalah
masa yang sangat bernilai, tetapi sangat disayangkan banyak yang menjadikannya
menjadi sesuatu yang bernilai negatif. Stereotip yang mengatakan remaja adalah anak-
anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak
menyebabkan banyak kalangan dewasa takut bertanggungjawab dan bersikap tidak
simpatik terhadap perilaku remaja walaupun dilakukan dengan normal.
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja melihat dirinya dan orang lain seperti yang diinginkannya dan bukan
sebagaimana adanya, terlebih lagi dalam hal cita-cita. Hal ini semakin menyebabkan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
meningginya emosi terutama di awal masa remaja. Semakin cita-citanya tidak
realistis maka individu tersebut semakin menjadi pemarah. Remaja tersebut akan
sakit hati dan kecewa apabila ada orang lain yang mengecewakannya dan ia tidak
berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Cita-cita yang tidak realistik ini
bukan hanya kepada dirinya semata tetapi juga terhadap teman-teman dan
keluarganya.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Remaja akan menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan
untuk menciptakan kesan bahwa mereka akan beranjak dewasa. Gaya berpakaian
dan bertindak seperti dewasa dirasakan belum memadai. Oleh sebab itu remaja
mulai memusatkan pada perilaku yang dihubungkan pada status dewasa, seperti
merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang dan terlibat
dalam perbuatan seks.
2.2. Kebiasaan Merokok
2.2.1. Kebiasaan Merokok pada Remaja dan Faktor yang Mempengaruhinya
Pada umumnya penduduk Indonesia mulai mengkonsumsi rokok pada usia muda,
yaitu 41,5% pada usia 15-22 tahun; 31,0% pada usia 10-17 tahun dan 11% pada usia
dibawah 10 tahun (Suhardi, 1995). Penelitian Youth Pulse III oleh Lembaga Penelitian
Surindo yang dikutip Pratomo dkk (2001) dalam Rochadi K (2004) mengatakan merokok
sudah menjadi bagian dari gaya hidup remaja. Dari penelitian tersebut didapatkan 41,8%
remaja pria pernah merokok dan 26,7% remaja wanita merokok serta hampir setengahnya
kemudian menjadi perokok tetap. Terdapat hal yang cukup mengejutkan yang mana 19%
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dari seluruh responden berpendapat bahwa fenomena wanita merokok sudah merupakan
hal yang wajar. Hal ini berarti semakin mendorong terbukanya kesempatan pada remaja
wanita untuk merokok. Pada penelitian Youth Pulse III ini menyebutkan jenis rokok yang
diminati adalah rokok putih (48,3%) dan rokok kretek filter (37,3%).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai kebiasaan merokok.
Secara umum dapat dibagi dalam 3 bagian: 1) Faktor farmakologis, salah satu zat yang
terdapat dalam rokok adalah nikotin yang dapat mempengaruhi perasaan atau kebiasaan, 2)
Faktor sosial, yaitu jumlah teman yang merokok. Faktor psikososial dari merokok yang
dirasakan antara lain lebih diterima dalam lingkungan teman dan merasa lebih nyaman, 3)
Faktor psikologis, yakni merokok dapat dianggap meningkatkan konsentrasi atau hanya
sekedar untuk menikmati asap rokok. Disamping itu faktor lain yang dapat mempengaruhi
kebiasaan merokok adalah iklan. Iklan yang dilakukan oleh industri rokok mempunyai
kekuatan finansial yang sangat besar untuk membuat propaganda. Industri rokok dapat
memasuki kehidupan masyarakat dengan menjadi sponsor utama berbagai tayangan
olahraga di televisi, penyelenggaraan acara-acara musik di berbagai kampus seperti tema
“A Mild Road To Campus” yang banyak menarik perhatian kalangan remaja yang menjadi
salah satu objek sasaran iklan industri rokok, menawarkan beasiswa bagi pelajar
berprestasi. Sungguh suatu ironi yang tidak disadari atau tidak diacuhkan masyarakat
Indonesia. Iklan rokok biasanya berisi pemandangan yang menyajikan keindahan alam,
kebugaran, kesuksesan. padahal rokok itu sendiri dapat menyebabkan polusi yang
mencemarkan lingkungan dan merusak kesehatan.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Beberapa faktor penyebab yang dapat mempengaruhi kebiasaan merokok meliputi
(Bali Post, 2003) :
a. Pengaruh orang tua
Anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orangtua
tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras
lebih mudah untuk menjadi perokok. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada
mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Kecenderungan seseorang
berperilaku sebagai perokok lebih terlihat pada remaja putri bila ibu mereka merokok
daripada ayahnya merokok.
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya menjadi perokok juga. Hal ini dapat
dilihat dari dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh
teman-temannya sedangkan yang kedua, teman-temannya yang dipengaruhi oleh
remaja tersebut sehingga akhirnya semua menjadi perokok.
c. Faktor kepribadian
Seseorang mencoba untuk merokok karena ingin tahu atau melepaskan diri dari rasa
sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
d. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan bahwa perokok adalah
lambang kejantanan atau glamor membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti
perilaku seperti iklan tersebut.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Menurut Silvan Tomkins (2000) dalam Mu’tadin Z (2007), ada 4 tipe perilaku
merokok berdasarkan Management of affect theory yaitu :
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh kebiasaan positif. Dengan merokok seseorang
merasakan penambahan rasa yang positif. Green menyatakan dalam Psychological
Factor in Smoking, menambahkan dua subtipe perilaku merokok :
a. Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah
didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
b. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedar untuk menyenangkan perasaan.
2. Perilaku merokok dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang merokok untuk
mengurangi perasaan negatif misalnya bila ia marah, gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat.
3. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiktif akan menambah dosis rokok
setiap saat setelah efek dari rokok berkurang.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama
sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan tetapi karena benar-benar sudah
menjadi kebiasaannya rutin.
Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan karena ada beberapa tahap yang
dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah
menganggap rokok telah menjadi bagian dari hidupnya. Menurut Leventhal dan Cleary
(1980) dalam Rochadi K (2004), ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku
merokok, yaitu :
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
1. Tahap persiapan
Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok. Di
tahap ini terjadi pembentukan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal
ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta
citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok
diperoleh dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun
lewat berbagai media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan
yang berkaitan dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal sebagai model,
sehingga rokok dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga
anggapan merokok berkaitan dengan bentuk kedewasaan di kalangan remaja sehingga
diasumsikan sebagai bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga
dianggap sebagai sesuatu yang prestise, simbol pemberontakan dan salah satu upaya
menenangkan diri dalam situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap
terhadap rokok ini merupakan awal dari suatu kebiasaan merokok.
2. Tahap inisiasi
Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap coba-
coba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa sehingga
ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Apabila seorang remaja
mulai mencoba merokok dengan 1-2 batang saja maka besar kemudian tidak akan
menjadi perokok. Akan tetapi apabila ia telah mencoba 10 batang atau lebih, maka ia
memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok sebesar 80%. Leventhal dan
Cleary (1980) juga berpendapat seseorang yang telah merokok empat batang rokok
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
pada awalnya akan cenderung menjadi perokok reguler. Perokok reguler seringkali
terjadi secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih.
3. Tahapan menjadi seorang perokok
Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang
perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi
menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk
menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep,
belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran
perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya
bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya.
4. Tahapan tetap menjadi perokok
Di tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola
perilaku merokok. Faktor-faktor psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan
kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan
memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis
yang memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku merokok,
yaitu efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah.
2.2.2. Klasifikasi Perokok dan Jenis Rokok
Pengukuran tentang prilaku merokok pada seseorang dapat ditentukan pada suatu
kriteria yang dibuat sendiri berdasarkan anamnesis atau menggunakan kriteria yang telah
ada. Biasanya batasan yang digunakan adalah berdasarkan jumlah rokok yang dihisap
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
setiap hari atau lamanya kebiasaan merokok. Sweeting (1990) dalam Rochadi K (2004)
membagi perokok atas tiga kategori, yaitu : 1) bukan perokok (non smokers), adalah
seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama sekali; 2) perokok eksperimen
(experimental smokers), adalah seseorang yang telah mencoba merokok tapi tidak
menjadikannya sebagai suatu kebiasaan; dan 3) perokok tetap atau perokok reguler
(regular smokers), adalah seseorang yang teratur merokok baik dalam hitungan mingguan
atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi. Sitepoe (2000) membagi perokok atas empat
bagian, yaitu : 1) perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-
10 batang perhari; 2) perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara
11-20 batang perhari; 3) perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih
dari 20 batang perhari; dan 4) perokok yang menghisap rokok dalam-dalam. Dari
penjelasan diatas, maka kebiasaan merokok dibagi atas perokok dan bukan perokok.
Perokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 batang per hari selama sekurang-
kurangnya 1 tahun. Jenis perokok dapat dibagi atas perokok ringan, perokok sedang dan
perokok berat. Perokok ringan jika menghisap rokok kurang dari 10 batang per hari,
perokok sedang jika menghisap rokok 10-20 batang per hari dan perokok berat jika
menghisap rokok lebih dari 20 batang per hari serta bukan perokok adalah seseorang yang
belum pernah mencoba rokok dan pernah mencoba tetapi tidak rutin merokok sebanyak 1
batang per hari selama 1 tahun (Mu’tadin, 2007).
Rokok umumnya terbagi menjadi 3 kelompok yaitu rokok putih, rokok kretek dan
cerutu. Rokok putih mempunyai kandungan 14-15 mg tar dan 5 mg nikotin dimana
kandungan tar dan nikotin tersebut lebih rendah dibanding rokok kretek dan hal ini
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dikontrol dengan baik/dijamin oleh pabriknya, karena kerendahan kadar tar dan nikotin ini
justru menjadi nilai jual bagi mereka berkaitan dengan isu kesehatan. Rokok kretek
memiliki sekitar 20 mg tar dan 4-5 mg nikotin, lebih besar kandungan tar dan nikotinnya
dari rokok putih. Cerutu umumnya berbentuk seperti kapal selam dengan ukuran lebih
besar dan panjang dari dua jenis rokok pertama, terdiri atas daun tembakau kering yang
digulung-gulung menjadi silinder gemuk, lalu dilem. Akibatnya kandungan tar dan nikotin
cerutu paling besar dibanding dengan jenis rokok lain (Purnama A, 1998).
2.3. Bahaya Rokok terhadap Kesehatan
Perilaku merokok dapat menimbulkan berbagai risiko penyakit dan merupakan
suatu kebiasaan tanpa tujuan positif bagi kesehatan manusia. Seseorang yang telah
kecanduan rokok akan sukar untuk melepaskan diri dari kebiasaan merokok, sehingga para
ahli kesehatan berminat memahami mengapa kebiasaan yang jelas-jelas berbahaya bagi
kesehatan seseorang tersebut sulit ditanggulangi (Wilson DF, 1992). Menurut Riyadina W
(1995), telah diketahui berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok. Adapun
berbagai penyakit tersebut antara lain adalah: 1) kanker paru; 2) penyakit yang berkaitan
dengan pernapasan seperti asthma, infeksi pernapasan, emfisema dan penyakit serius
lainnya yang berkaitan dengan saluran pernapasan; 3) penyakit kanker lainnya di mulut,
tenggorokan, esophagus, sistem pencernaan, kandung kemih, ginjal, pankreas, usus besar
dan pada wanita adalah kanker leher rahim; 4) penyakit jantung; 5) stroke; 6)
kardiovaskuler; 7) gangguan kehamilan apabila si ibu adalah seorang perokok berat seperti
berat bayi lahir rendah (BBLR), bayi lahir prematur, keguguran, kematian janin, kematian
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
bayi sesudah lahir, kematian mendadak pada bayi dan gangguan kesehatan fisik maupun
intelektual anak yang akan bertumbuh; dan 8) gangguan kesehatan pada kulit sehingga
terjadi proses penuaan dini pada kulit berupa kulit tampak lebih kusam dan terjadi kerutan
kulit yang lebih dalam dan luas. Di samping itu, apabila terjadi kombinasi antara merokok
dengan tekanan psikologis, dapat meningkatkan status proksidan dalam tubuh.
2.4. Bahaya Rokok terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut
Merokok tampaknya memperburuk status kebersihan mulut seorang individu dan
bersama-sama dengan oral higiene yang buruk, ia bertindak sebagai ko-faktor terjadinya
gingivitis dan periodontitis. Akumulasi plak dalam rongga mulut juga lebih besar pada
perokok daripada bukan perokok. Selain itu, perokok juga lebih mudah mengalami
gingivitis daripada orang yang tidak merokok (Quee TC. 2002). Tomar dan Asma (1999)
dari National Health and Nutrition Examination Survey III (NHANES) juga menyatakan
bahwa perokok yang menghisap 9 batang rokok perhari kemungkinan untuk menderita
periodontitis 2,8 kali daripada bukan perokok dan akan bertambah 6 kali jika merokok
lebih dari 31 batang per hari. Grossi dkk (1997) dalam Kasim E (2001), memeriksa 1361
individu menemukan bahwa pada perokok kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang
yang lebih besar daripada bukan perokok dan lebih buruk pada perokok berat. Kehilangan
perlekatan bertambah 0,5% jika merokok satu batang perhari. Sementara jika 10 sampai 20
batang akan bertambah 5% sampai 10%. Dari berbagai penelitian ternyata keterkaitan
antara status merokok dan kerusakan jaringan periodontal adalah sangat kuat dan konsisten.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Efek merokok yang berkepanjangan dapat memperparah kerusakan jaringan
periodontal. Memang tidak selamanya gingivitis dapat menjadi periodontitis. Hal ini dapat
terjadi jika tidak dilakukan perawatan dengan segera. Bila gingivitis dibiarkan berlanjut
tanpa perawatan keadaan ini merusak jaringan periodonsium yang lebih dalam.
Penyakit periodontal adalah infeksi yang menyerang jaringan pendukung gigi.
Penyakit periodontal terjadi bila racun bakteri dan enzim merusak jaringan pendukung gigi
dan tulang. Plak yang melekat pada gigi jika tidak dibersihkan dalam waktu 48 jam akan
menjadi suatu deposit yang keras, yang biasa disebut kalkulus atau tar pada orang yang
merokok. Apabila tar sudah melekat pada gigi, satu-satunya cara untuk membersihkannya
adalah dengan melakukan skeling ke dokter gigi. Tar yang terletak di bawah gusi akan
menyebabkan inflamasi dan infeksi, proses ini tidak menyakitkan sehingga seringkali
seseorang tidak sadar kalau dia sudah terjangkit penyakit periodontal.
Penyakit periodontal antara lain ditandai dengan :
a. Inflamasi gingiva
Inflamasi gingiva dan perdarahan merupakan awal terjadinya perodontitis. Gingiva
sehat berwarna merah muda dan keras, konturnya hampir normal. Bila disonde dengan
hati-hati, tidak berdarah dan pasien tidak mengeluh tentang perdarahan pada saat
menyikat gigi. Keparahan inflamasi tergantung pada status oral higiene, bila oral
higiene buruk akan timbul infeksi gingiva dan terjadi perdarahan waktu penyikatan
gigi atau bahkan perdarahan spontan.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
b. Poket
Poket yaitu celah antara gigi dan gusi yang diartikan sebagai sulkus gingival yang
bertambah dalam secara patologis sulkus gingiva yang normal mempunyai kedalaman
2-3 mm. Pengukuran kedalaman poket merupakan bagian penting diagnosa
periodontitis. Bertambahnya kedalaman sulkus gingiva yang normal bisa disebabkan
oleh : 1) bergeraknya tepi gingival kearah koronal akibat adanya inflamasi gingiva, 2)
bergeraknya perlekatan epitel penyatu kearah apikal, dan 3) kombinasi keduanya.
Poket dengan kedalaman 4 mm menunjukkan adanya periodontitis tahap awal.
c. Resesi gingiva
Resesi gingiva atau tersingkapnya akar dapat menyertai periodontitis kronis tetapi
tidak selalu merupakan tanda penyakit. Bila ada resesi, pengukuran
kedalaman poket hanya merupakan cerminan sebagian dari jumlah kerusakan
periodontal seluruhnya.
2.5. Indeks Oral Higiene dan Penyakit Periodontal
Untuk mengukur prevalens penyakit, keparahan, serta kaitannya dengan berbagai
faktor yang mempengaruhinya diperlukan suatu alat ukur yang dikenal sebagai indeks.
Indeks tersebut merupakan alat ukur yang objektif terhadap gambaran spesifik penyakit
atau hal-hal yang berkaitan dengannya pada seseorang atau kelompok orang lainnya.
Adapun indeks-indeks penyakit periodontal dan oral higiene yang telah dikembangkan
antara lain (Natamiharja L, 1999) : Indeks Periodontal oleh Russel (1956), Indeks Penyakit
Periodontal oleh Ramford (1959), Indeks oral higiene oleh Green dan Vermillion (1960)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
dan lain sebagainya. Indeks pengukuran yang dipakai pada penelitian ini adalah Indeks
Penyakit Periodontal Ramfyord. Indeks ini dipakai untuk mengukur status penyakit
periodontal yang terdiri atas komponen: Indeks Periodontal, Plak dan Kalkulus.
2.6. Landasan Teori
Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis prilaku kesehatan adalah model
PRECEDE-PROCEED dari Lawrence Green (1980) dalam Glanz K (2002).
Gambar 2.1. Model Perencanaan PRECEDE-PROCEED (Green L dalam Glanz K, 2002)
Gambar 2.1. menunjukkan bahwa perilaku kesehatan yang nantinya akan
mempengaruhi kualitas hidup seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposing, reinforcing
dan enabling, yang ketiga faktor ini dibentuk dari adanya pendidikan kesehatan. Adapun
yang termasuk faktor predisposing alasan remaja merokok adalah pengetahuan remaja
tentang bahaya merokok; alasan psikologis remaja merokok seperti pengaruh perasaan
Promosi kesehatan
Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor pemungkin (enabling factors)
Perilaku dan cara hidup
Lingkungan
Kesehatan Kualitas hidup
Pendidikan kesehatan
Peraturan kebijakan organisasi
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
positif, pengaruh perasaan negarif, adiktif, kebiasaan dan gengsi. Faktor reinforcing dalam
alasan remaja merokok adalah pengaruh lingkungan sosial seperti orang tua yang merokok,
saudara serumah yang merokok, teman yang merokok, iklan yang menampilkan tokoh-
tokoh idola remaja. Faktor enabling yang menjadi alasan remaja merokok adalah
banyaknya rokok yang dijual bebas, tanpa membatasi usia pembeli rokok, kemampuan atau
biaya untuk membeli rokok dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
memungkinkan remaja dapat dengan bebas memperoleh rokok dan menjadi perokok, maka
faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
Teori WHO dalam Notoatmodjo S (2003), juga menjelaskan 4 alasan pokok
mengapa seseorang berperilaku, yaitu :
a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)
Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan
pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau
berperilaku. Seseorang yang merokok, akan mempertimbangkan untung rugi dan
manfaatnya.
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal
references).
Di dalam masyarakat, di mana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan
perilaku masyarakat tergantung pada perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya
adalah para tokoh masyarakat setempat. Seseoarang yang merokok biasanya melihat
orang di lingkungannya merokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Sumber daya (resources)
Faktor ini merupakan pendukung terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Jika
dibandingkan dengan teori Green, sumber daya ini adalah sama dengan faktor
enabling. Seseorang akan merokok bila mempunyai dana untuk membeli rokok.
d. Sosio budaya (culture)
Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku
seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang
berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang khas.
Teori Fishbein (1993) dalam Glanz K dkk (2002), mengemukakan tentang alasan
mengapa seseorang berperilaku, dalam Gambar 2.2.:
Gambar 2.2. Teori Alasan Berperilaku (Fishbein dalam Glanz K, 2002 )
Gambar 2.2. menunjukkan bahwa perilaku seseorang terbentuk dari faktor adanya
minat terhadap perilaku tersebut. Minat ini dibentuk oleh sikap terhadap perilaku dan
Kepercayaan dari perilaku
Evaluasi dari hasil perilaku
Kepercayaan normatif
Sikap terhadap perilaku
Motivasi untuk mengikuti
Norma subjektif
Minat terhadap perilaku
Perilaku
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
norma subjektif. Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh kepercayaan dari perilaku dan
evaluasi dari hasil perilaku, sedangkan norma subjektif dipengaruhi oleh kepercayaan
normatif dan motivasi untuk mengikuti perilaku tersebut. Seseorang percaya kebiasaan
merokok akan memberikan rasa kenikmatan dan kenyamanan serta merasa menjadi lebih
hebat. Norma atau nilai subjektif serta sikap dalam diri seseorang atau orang di sekitarnya
seperti orang tua yang merokok, saudara serumah yang merokok, teman yang merokok
serta iklan rokok dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berperilaku.
Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri umumnya bakteri plak yang
memegang peranan penting dalam menentukan pembentukan kalkulus. Perlekatan kalkulus
dimulai dari pembentukan plak gigi. Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya
pelikel, pelikel akan terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada
email tetapi biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada pelikel dan agregat bakteri dapat
menyelubungi glikoprotein saliva (Ohmori M. 1995). Asap rokok mempunyai efek
terhadap aliran saliva. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa aliran saliva akan
bertambah selama periode merokok. Pertambahan dari aliran saliva menambah pH dan
konsentrasi kalsium pada saliva yang juga menyebabkan pertambahan kalsium fosfat
sehingga dengan meningkatnya konsentrasi kalsium menyebabkan terjadinya mineralisasi
plak (Lubis S, 1999 dalam Kasim E, 2001). Perlekatan plak yang merupakan awal
terbentukya kalkulus, yang jumlahnya lebih besar dijumpai pada perokok akan
memperburuk status kebersihan mulut seorang individu, yang kemudian merupakan ko-
faktor terjadinya penyakit periodontal.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2.7. Kerangka Konsep
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian
Status Penyakit Periodontal : 1. Indeks oral higiene
(plak + kalkulus)
2. Indeks periodontal
Kebiasaan Merokok : 1. Tidak merokok
2. Merokok
Remaja (Siswa SMA)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok : 1. Pengetahuan remaja
- Bahaya merokok terhadap kesehatan
- Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut
- Zat yang berbahaya yang terkandung di dalam rokok
2. Pengaruh lingkungan sosial - Orang tua - Saudara serumah - Teman - Iklan
3. Sarana dan Prasarana - Sumber dana untuk
membeli rokok - Tempat untuk merokok - Waktu untuk merokok
4. Alasan psikologis
- Pengaruh perasaan positif - Pengaruh perasaan
negatif - Adiktif - Kebiasaan - Gengsi
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yaitu penelitian non
eksperimental dalam rangka mempelajari korelasi antara variabel tergantung dan tidak
tergantung melalui pengujian hipotesa. Pada penelitian ini informasi mengenai merokok
diperoleh secara bersamaan dengan status penyakit periodontal.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada remaja SMA di Kota Medan. Alsan pemilihan lokasi,
karena Kota Medan merupakan ibukota propinsi Sumatera Utara sehingga menjadikannya
sebagai pusat pemerintahan dan informasi.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan penelusuran pustaka, survei awal,
mempersiapkan proposal penelitian, kolikium dan dilanjutkan dengan pelaksanaan
penelitian sampai penyusunan laporan akhir. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret
2007 dan selesai bulan April 2008.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa SMA di Kota Medan yang merupakan anak
usia remaja yang dapat dijumpai secara berkelompok, berjumlah 117.038 orang dari 21
SMA Negeri dan 138 SMA Swasta yang ada di kota Medan (data pada Dinas
Pendidikan Sumatera Utara tahun 2006).
3.3.2. Sampel Penelitian
3.3.2.1.Besar Sampel
Sampel penelitian adalah remaja yang berstatus pelajar SMA di Kota Medan yang
merokok dan tidak merokok. Jumlah sampel ditentukan dengan memakai rumus estimasi
proporsi pada populasi dari Paul Leedy sebagai berikut:
Keterangan ;
Prakiraan proporsi populasi (P) = 40%
Confidence level = 95%
Relative precision (d) = 5% (dari 40%)
Z(1-α) = 1,96
Berdasarkan perhitungan dengan tingkat kemaknaan (α) 5% dengan confidence
level 95% diperoleh besar sampel minimal 369 (Lampiran 1). Jumlah ini ditambah 10%
untuk menghindari apabila ada data dari responden yang terpilih tidak lengkap sehingga
n = Z2 1-α P (1-P) / d2
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
harus dikeluarkan saat akan dilakukan perhitungan secara statistik. Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 408 sampel.
3.3.2.2.Cara Sampling
Remaja yang dimaksud pada penelitian ini adalah siswa SMA, karena dapat
dijumpai secara berkelompok hingga memudahkan untuk pengambilan sampel. Sampel
sekolah diambil secara stratifikasi – klaster 2 tingkat. Tingkat pertama adalah strata
klasifikasi daerah yaitu berdasarkan pembagian kecamatan Kota Medan. Secara
administratif kota Medan terdiri atas 21 kecamatan yang digolongkan lagi menjadi 2
golongan yaitu lingkar luar dan lingkar dalam. Lingkar luar terdiri atas 11 kecamatan yaitu:
Kecamatan Medan tuntungan, Selayang, Sunggal, Johor, Denai, Perjuangan, Amplas,
Tembung, Marelan, Labuhan dan Belawan. Lingkar dalam terdiri atas 10 kecamatan yaitu:
Kecamatan Medan Baru, Petisah, Barat, Helvetia, Polonia, Medan Area, Medan Kota,
Maimun, Medan Timur dan Medan Deli.
Tingkat kedua adalah klasifikasi SMA, sekolah yang berada di lingkar dalam terdiri
atas 104 SMA Negeri dan SMA Swasta sedangkan Sekolah yang berada di lingkar luar
terdiri atas 55 SMA Negeri dan Swasta. Perbandingan jumlah sekolah di lingkar dalam dan
luar adalah 2 : 1, oleh karena keterbatasan waktu dan tenaga serta biaya dari peneliti, maka
dipilih secara random 4 SMA dari golongan lingkar dalam dan 2 SMA dari golongan
lingkar luar. Empat SMA lingkar dalam terdiri atas 2 sekolah Negeri dan 2 sekolah Swasta
sedangkan dua SMA lingkar luar terdiri atas 1 sekolah Negeri dan 1 sekolah Swasta.
Jumlah SMA yang akan diteliti ada 6 SMA Negeri dan Swasta. SMA yang dipilih secara
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
random pada kecamatan lingkar dalam adalah SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Swasta
Harapan dan SMA Swasta Angkasa 2 Lanud, sedangkan SMA pada kecamatan lingkar luar
adalah SMA Negeri 12 dan SMA Swasta Panca Budi. Setiap sekolah jumlah sampel 68
orang siswa. Setiap SMA dibagi menurut strata kelas, pada setiap tingkatan kelas diambil 1
kelas secara random. Setiap tingkatan kelas diambil 23 orang siswa secara random untuk
menjadi sampel.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data karteristik responden, kebiasaan merokok dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok dilakukan dengan cara wawancara dengan alat bantu
kuesioner yang telah di uji coba sebelumnya. Pemeriksaan status penyakit periodontal
dilakukan dengan pemeriksaan didalam mulut menggunakan bantuan kaca mulut dan probe
WHO dengan penerangan sinar matahari melalui jendela. Pengumpulan data dilapangan
dilakukan oleh peneliti dibantu 5 orang dokter gigi. Untuk menghindari terjadinya
kesalahan pengukuran maka kepada pengumpul data dilakukan pelatihan dan kalibrasi
sehingga diperoleh persepsi dan interpretasi yang sama dan konsisten.
Uji validitas dan reabilitas instrumen penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan
oleh peneliti dengan dibantu oleh tenaga dokter gigi. Pengujian validitas dan reabilitas
instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen sebagai alat ukur yang dapat
mengukur dengan valid dan realibel dalam arti kesamaan data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya pada objek yang diteliti. (Lampiran 5)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
1. Remaja adalah anak yang berstatus pelajar SMA.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok :
a. Pengetahuan remaja adalah pengetahuan remaja tentang bahaya rokok bagi
kesehatan secara umum dan kesehatan gigi, terdiri atas :
1. Bahaya merokok terhadap kesehatan adalah jenis-jenis penyakit yang dapat
disebabkan oleh rokok terhadap kesehatan.
2. Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut adalah jenis-jenis penyakit yang
dapat disebabkan oleh rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut.
3. Zat berbahaya yang terkandung didalam rokok adalah zat-zat didalam rokok yang
dapat mengakibatkan penyakit bagi kesehatan maupun kesehatan gigi dan mulut.
b. Pengaruh lingkungan sosial adalah situasi lingkungan sosial responden yang
memungkinkan dapat mempengaruhi responden terhadap kebiasaan merokok, terdiri
atas :
1. Orang tua yang merokok adalah orang tua yang memiliki kebiasaan merokok.
2. Saudara serumah yang merokok adalah saudara yang tinggal dalam satu rumah yang
memiliki kebiasaan merokok.
3. Teman yang merokok adalah teman-teman sepermainan yang memiliki kebiasaan
merokok.
4. Iklan rokok adalah iklan yang menarik perhatian dan mendorong untuk akhirnya
menyebabkan seseorang memiliki kebiasaan merokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Sarana dan prasarana : hal-hal yang dapat mendukung kebiasaan merokok
responden, yang terdiri atas :
1. Sumber dana untuk membeli rokok adalah sumber dana yang digunakan remaja SMA
untuk membeli rokok.
2. Tempat merokok adalah lokasi dimana responden melakukan aktivitas merokok.
3. Waktu merokok adalah waktu atau kapan responden melakukan aktivitas merokok.
d. Alasan psikologis : alasan psikologis remaja yang mempengaruhinya untuk merokok,
terdiri atas :
1. Pengaruh perasaan positif adalah rokok dapat menambah atau meningkatkan
kenikmatan atau untuk menyenangkan perasaan.
2. Pengaruh perasaan negatif adalah bahwa rokok dapat mengurangi perasaan negatif
seperti marah, gelisah atau kesal.
3. Adiktif adalah perilaku merokok yang sudah menjadi kecanduan, orang tersebut akan
menambah dosis rokok setiap saat setelah efek rokok berkurang.
4. Kebiasaan adalah bahwa rokok bukan untuk mengendalikan perasaan, tetapi karena
merokok sudah menjadi kebiasaan rutin.
5. Gengsi adalah perasaan yang membuat seseorang merasa lebih hebat atau lebih tinggi
derajatnya bila merokok.
3. Kebiasaan merokok :
a. Tidak merokok adalah seseorang yang tidak merokok atau orang yang diluar
kriteria perokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
b. Merokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 batang per hari selama
sekurang-kurangnya 1 tahun.
4. Status penyakit periodontal terdiri atas :
a. Indeks oral higiene adalah status kebersihan gigi dan mulut yang terdiri atas indeks
plak dan kalkulus.
b. Indeks periodontal adalah pemeriksaan status periodontal rongga mulut.
3.6. Metode Pengukuran
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Skala I.Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok 1. Pengetahuan remaja 1.1.Bahaya merokok terhadap kesehatan 1.2.Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut 1.3.Zat berbahaya yang terkandung dalam rokok
2. Pengaruh lingkungan sosial 2.1.Orang tua yang merokok 2.2.Saudara serumah yang merokok 2.3.Teman yang merokok 2.4.Iklan rokok
3. Sarana dan prasarana
3.1.Sumber dana untuk membeli rokok 3.2.Tempat untuk merokok
3.3.Waktu untuk merokok
4. Alasan psikologis 4.1.Pengaruh perasaan positif
4.2.Pengaruh perasaan negatif 4.3.Adiktif 4.4.Kebiasaan 4.5.Gengsi
Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara
Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner
Nominal Nominal Nominal Nominal
II. Kebiasaan merokok 1. Bukan perokok
2. Perokok
Wawancara Wawancara
Kuesioner Kuesioner
Nominal Nominal
III. Status penyakit periodontal 1. Indeks oral higiene
Observasi
Pemeriksaan
Ordinal
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
2. Indeks periodontal
Observasi Pemeriksaan Ordinal
IV. Karakteristik merokok 1. Jumlah batang rokok per hari
2. Jenis perokok
3. Jenis rokok
4. Lama merokok
Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara
Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner
Nominal Nominal Nominal Nominal
Indeks pengukuran status penyakit periodontal yang dipakai pada penelitian ini
adalah Indeks Penyakit Periodontal Ramfyord. Indeks ini dipakai untuk mengukur adanya
dan tingkat keparahan penyakit periodontal yang terdiri atas komponen: Indeks
Periodontal, Plak dan Kalkulus. Indeks ini pengukurannya mengkombinasikan penilaian
gingivitis dan kedalaman saku pada enam gigi indeks yang terpilih masing-masing 16, 21,
24, 36, 41, 44 karena ke enam gigi terpilih telah terbukti merupakan indikator yang dapat
diandalkan bagi keadaan seluruh mulut. Bila salah satu gigi ini hilang, gigi di sampingnya
(17, 11, 25, 37, 42, dan 45) dapat dipakai sebagai pengganti. Untuk pengukuran kedalam
saku digunakan prob periodontal (WHO) yang mempunyai kalibrasi dalam milimeter. Prob
yang digunakan mempunyai batas warna hitam 3-6mm. Semua pengukuran dibulatkan ke
milimeter terdekat. Pengukuran dilakukan pada: sisi vestibular di bagian tengahnya, sudut
mesio vestibular pada daerah kontak interproksimal, bagian tengah permukaan oral dan
sudut disto oral daerah kontak interproksimal. Pada waktu pengukuran pada sudut mesio
vestibular dan disto oral, prob dalam keadaan berkontak dengan gigi.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Indeks Periodontal oleh Ramfyord, 1959
Skor Kriteria 0 1 2 3 4 5 6
Tidak ada tanda-tanda peradangan Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada gingival, tapi belum mengelilingi gigi Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah mengelilingi gigi Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah, pembengkakan gingival tendensi mudah berdarah dan ulserasi Pembentukan saku kurang dari 3mm (warna hitam terlihat semuanya) Pembentukan saku 3-6mm (warna hitam bagian atas diperbatasan) Pembentukan saku lebih dari 6mm (warna hitam tidak terlihat sama sekali)
Jumlah skor Indeks Periodontal = ---------------------------------------
Jumlah gigi yang diperiksa (6)
Sebelum indeks diperiksa, diteteskan 2 tetes pewarna kue warna rose pink untuk mewarnai
plak kemudian responden disuruh berkumur dengan air putih.
Indeks Plak PDI Ramfyord yang dimodifikasi oleh Shick dan Ash, 1959
Skor Kriteria 0 1 2 3
Tidak ada plak Adanya plak pada daerah interproksimal atau pada tepi gingival yang menutupi kurang dari 1/3 separuh gingival permukaan vestibular dan oral gigi Adanya plak yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 separuh gingival permukaan vestibular dan oral gigi Adanya plak menutupi 2/3 atau lebih separuh gingival permukaan vestibular atau oral gigi
Jumlah skor
Indeks plak = ---------------------------------------- Jumlah gigi yang diperiksa (6)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Indeks kalkulus PDI oleh Ramfyord, 1959
Skor Kriteria 0 1 2 3
Tidak ada kalkulus Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi kurang dari 1/3 separuh gingival Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 separuh gingival dan kalkulus subgingival atau kalkulus subgingival yang belum melingkari gigi Adanya penumpukan kalkulus supragingival yang menutupi 2/3 atau lebih separuh gingival dan subgingival yang sudah melingkari gigi
Jumlah skor Indeks kalkulus = -------------------------------------------------
Jumlah gigi yang diperiksa (6)
Indeks Oral Higiene = Indeks plak + Indeks kalkulus
Kategori Indeks Oral Higiene :
Baik : 0 – 1,2
Sedang : 1,3 – 3
Buruk : 3,1 – 6
3.7. Metode Analisis Data
Data primer dan sekunder yang telah diperoleh dianalisis melalui proses pengolahan
data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Editing, penyunting data yang dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.
b. Koding, pemberian kode dan skoring pada tiap jawaban untuk memudahkan proses
entri data.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
c. Entry data, setelah proses koding dilakukan pemasukan data ke komputer dengan
menggunakan program komputer.
d. Cleaning, sebelum analisis data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data
yang sudah masuk.
e. Analisis data dilakukan dengan uji statistik memakai bantuan program komputer.
Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Analisis data Univariat
Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
kebiasaan merokok dan kebiasaan merokok. Dari data ini diperoleh faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok berdasarkan pengetahuan remaja, pengaruh
lingkungan sosial, sarana dan prasarana dan alasan psikologis serta prevalensi perokok,
persentase perokok berdasarkan jenis perokok, jenis rokok, lama merokok.
2. Analisis bivariat
Analisis statistik dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok dengan perokok dan bukan perokok, uji statistik
yang dipakai adalah uji korelasi pearson Chi-Square. Apabila nilai probabilitas yang
diperoleh lebih kecil daripada α = 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Untuk melihat
hubungan antara kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal dipakai uji t-
test.
Rumus dasar Chi-Square :
k ( fo – fn ) X2 = ∑ ---------------- i=1 fn
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rumus dasar t-test :
X1 - X2 T = -------------------------- S1
2 S22
√ ------ + ------- n1 n2
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan yang memiliki 21 kecamatan. Secara
administratif Kota Medan terbagi atas 2 wilayah yaitu wilayah lingkar luar yang terdiri atas
10 kecamatan dan lingkar dalam yang terdiri dari 11 kecamatan. Kota Medan memiliki 159
SMA, yang terdiri dari 21 SMA Negeri dan 138 SMA Swasta. Wilayah lingkar dalam
memiliki 104 SMA sedangkan wilayah lingkar luar memiliki 55 SMA. Jumlah remaja
SMA di Kota Medan adalah 117.038 orang (data Dinas Pendidikan Sumatera Utara 2006).
4.2. Rasio prevalensi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan
4.2.1. Rasio prevalensi pengetahuan remaja dengan kebiasaan merokok di Kota Medan
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi remaja yang merokok adalah 30,14% dan
yang tidak merokok 69,86%. Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap
kesehatan adalah 80,63%, sedangkan yang tidak tahu 19,37%. Hasil analisis rasio
prevalensi pengetahuan bahaya rokok responden terhadap kesehatan dengan kebiasaan
merokok adalah 2,22, hal ini menunjukkan bahwa orang yang mengetahui bahaya rokok
terhadap kesehatan mempunyai kebiasaan merokok 2,22 kali dibandingkan yang tidak tahu.
Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan menunjukkan sebagian
besar yaitu 80,63% mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan serangan jantung dan 60-
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
65% mengetahui rokok dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan janin, hipertensi,
gangguan pernafasan, kanker, bronkhitis dan impoten (Tabel 4.1).
Tabel 4.1. Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan pada remaja di
Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan
Tahu Tidak tahu
N % N % Serangan jantung Gangguan kehamilan dan janin Hipertensi Gangguan pernafasan Kanker Bronkhitis Impoten
329 266 261 258 254 251 246
80,63 65,19 63,97 63,23 62,25 61,51 60,29
79 142 147 150 154 157 162
19,37 34,81 36,03 36,77 37,75 38,49 39,71
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut adalah 64,21% dan yang tidak tahu 35,79%. Hasil analisis rasio
prevalensi pengetahuan bahaya rokok responden terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan
kebiasaan merokok adalah 1,58, hal ini menunjukkan bahwa orang yang mengetahui
bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut mempunyai kebiasaan merokok 1,58
kali dibandingkan yang tidak tahu.
Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut pada
remaja menunjukkan 59,06-64,21% mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan kanker
rongga mulut, stein/bercak hitam pada gigi, bau mulut yang tidak sedap dan 49,75-54,41%
mengetahui rokok dapat menyebabkan bercak putih pada lidah, berkurangnya pengecapan
lidah dan pendarahan pada gusi (Tabel 4.2)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.2. Persentase pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut
Tahu Tidak tahu
N % N % Bau mulut yang tidak sedap Stein/bercak hitam pada gigi Kanker rongga mulut Pendarahan pada gusi Berkurangnya pengecapan lidah Bercak putih pada lidah
262 252 241 222 217 203
64,21 61,76 59,06 54,41 53,18 49,75
146 156 167 186 191 205
35,79 38,24 40,94 45,59 46,82 50,25
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok
adalah 67,64% dan yang tidak tahu 32,36%. Hasil analisis rasio prevalensi pengetahuan zat
berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,48, hal ini menunjukkan
bahwa orang yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok mempunyai kebiasaan merokok
1,48 kali dibandingkan yang tidak tahu.
Persentase pengetahuan zat berbahaya dalam rokok pada remaja menunjukkan
67,64% responden mengetahui bahwa rokok mengandung nikotin dan tar, sedangkan
38,97-45,83% mengetahui rokok mengandung piridin, hidrogen sianida dan fenol (Tabel
4.3.).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.3. Persentase pengetahuan zat berbahaya dalam rokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Zat berbahaya dalam rokok Tahu Tidak tahu
N % N % Nikotin Tar Fenol Hidrogen Sianida Piridin
276 276 187 173 159
67,64 67,64 45,83 42,40 38,97
132 132 221 235 249
32,36 32,36 54,17 57,60 61,03
4.2.2. Rasio prevalensi pengaruh lingkungan sosial remaja dengan kebiasaan merokok di Kota Medan
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang orang tuanya merokok 43,13% dan yang
tidak merokok 56,87%. Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh orang tua merokok dengan
kebiasaan merokok adalah 1,38, hal ini menunjukkan bahwa responden yang orang tuanya
merokok mempunyai kebiasaan merokok 1,38 kali dibandingkan orang tuanya yang tidak
merokok.
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang saudara serumahnya merokok 38,48%
dan yang tidak merokok 61,52%. Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh saudara serumah
merokok dengan kebiasaan merokok adalah sebesar 1.43, hal ini menunjukkan bahwa
responden yang saudara serumahnya merokok mempunyai kebiasaan merokok 1.43 kali
dibandingkan saudara serumahnya yang tidak merokok.
Remaja yang teman dekatnya merokok 56,37% dan yang tidak merokok 43,63%.
Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok adalah
sebesar 1,49, hal ini menunjukkan bahwa responden yang teman dekatnya merokok
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
mempunyai kebiasaan merokok 1.49 kali dibandingkan teman dekatnya yang tidak
merokok.
Remaja yang mengaku iklan rokok mempengaruhi kebiasaan merokok 62,99% dan
yang tidak 37,01%. Hasil analisis rasio prevalensi pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan
merokok adalah 1,42, hal ini menunjukkan bahwa responden yang mengaku iklan rokok
mempengaruhi kebiasaan merokok mempunyai kebiasaan merokok 1,42 kali dibandingkan
yang mengaku iklan rokok tidak mempengaruhinya.
4.3. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan
4.3.1. Hubungan faktor pengetahuan dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan 33,73% memiliki
kebiasaan merokok, sedangkan yang tidak tahu bahaya merokok terhadap kesehatan
15,18% merokok. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan responden tentang bahaya rokok terhadap kesehatan dengan kebiasaan
merokok responden (p=0,001) (Tabel 4.4)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.4. Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan dengan Kebiasaan Merokok Pada Remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan bahaya Rokok
terhadap Kesehatan
Kebiasaan Merokok Jumlah Hasil analisis
statistik Merokok (%)
Tidak Merokok (%)
N %
Tahu 111 (33,73)
218 (66,27)
329 80,63 RP = 2,22 X² =10,408 Df = 1 p = 0,001
Tidak Tahu 12 (15,18)
67 (84,82)
79 19,37
Jumlah 123 (30,14)
285 (69,86)
408 100
Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut
34,73% memiliki kebiasaan merokok, sedangkan yang tidak tahu bahaya merokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut 21,91% merokok. Hasil analisis statistik menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden tentang bahaya rokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut dengan kebiasaan merokok responden (p=0,007) (Tabel 4.5).
Tabel 4.5. Hubungan pengetahuan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan bahaya Rokok
terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut
Kebiasaan Merokok Jumlah Hasil analisis
statistik Merokok (%)
Tidak Merokok (%)
N %
Tahu 91 (34,73)
171 (65,27)
262 64,21 RP = 1,58 X² = 7,311 Df = 1 p = 0,007
Tidak Tahu 32 (21,91)
114 (78,09)
146 35,79
Jumlah 123 (30,14)
285 (69,86)
408 100
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Remaja yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok 33,69% memiliki kebiasaan
merokok, sedangkan yang tidak tahu zat berbahaya dalam rokok 22,72% merokok. Hasil
analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden
tentang zat berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan merokok responden (p=0,028) (Tabel
4.6).
Tabel 4.6. Hubungan pengetahuan zat berbahaya dalam rokok dengan kebiasaan
merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengetahuan Zat Berbahaya Dalam
Rokok
Kebiasaan Merokok
Jumlah Hasil analisis
statistik Merokok (%)
Tidak Merokok (%)
N %
Tahu 93 (33,69)
183 (66,31)
276 67,64 RP = 1,48 X² = 5,101 Df = 1 p = 0,028
Tidak Tahu 30 (22,72)
102 (77,28)
132 32,36
Jumlah 123 (30,14)
285 (69,86)
408 100
4.3.2. Hubungan faktor lingkungan sosial dengan kebiasaan merokok pada remaja
di Kota Medan
Responden yang orang tuanya merokok sebesar 35,79% memiliki kebiasaan
merokok, sedangkan responden yang orang tuanya tidak merokok persentase kebiasaan
merokok lebih rendah yaitu 25,86%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan merokok
responden (p=0,038) (Tabel 4.7).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.7. Hubungan pengaruh orang tua merokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengaruh Orangtua Merokok
Kebiasaan Merokok Jumlah Hasil analisis
statistik Merokok (%)
Tidak Merokok (%)
N %
Ada 63 (35,79)
113 (64,21)
176 43,13 RP = 1,38 X² = 4,689 Df = 1 p = 0,038
Tidak Ada 60 (25,86)
172 (74,14)
232 56,87
Jumlah 123 (30,14)
285 (69,86)
408 100
Responden yang saudara serumahnya merokok 36,94% memiliki kebiasaan
merokok, sedangkan responden yang saudara serumahnya tidak merokok 25,89% memiliki
kebiasaan merokok. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara pengaruh saudara serumah merokok dengan kebiasaan merokok responden (p=0,02)
(Tabel 4.8).
Tabel 4.8. Hubungan pengaruh saudara serumah merokok dengan kebiasaan
merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengaruh Saudara Serumah Merokok
Kebiasaan Merokok Jumlah Hasil analisis
statistik Merokok (%)
Tidak Merokok (%)
N %
Ada 58 (36,94)
99 (63,06)
157 38,48 RP = 1.43 X² = 5,596 Df = 1 p = 0,02
Tidak Ada 65 (25,89)
186 (74,11)
251 61,52
Jumlah 123 (30,14)
285 (69,86)
408 100
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Responden yang teman dekatnya merokok 35,21% memiliki kebiasaan merokok,
sedangkan responden yang teman dekatnya tidak merokok persentase kebiasaan merokok
lebih rendah yaitu 23,59%. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok responden
(p=0,012) (Tabel 4.9).
Tabel 4.9. Hubungan pengaruh teman merokok dengan kebiasaan merokok pada
remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengaruh Teman Merokok
Kebiasaan Merokok Jumlah Hasil analisis
statistik Merokok (%)
Tidak Merokok (%)
N %
Ada 81 (35,21)
149 (64,79)
230 56,37 RP = 1,49 X² = 6,436 Df = 1 p = 0,012
Tidak Ada 42 (23,59)
136 (76,41)
178 43,63
Jumlah 123 (30,14)
285 (69,86)
408 100
Responden yang mengaku iklan rokok mempengaruhi kebiasaan merokok 33,85%
memiliki kebiasaan merokok, sedangkan responden yang mengaku iklan rokok tidak
mempengaruhinya memiliki kebiasaan merokok lebih rendah yaitu 23,84%. Hasil analisis
statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengaruh iklan rokok dengan
kebiasaan merokok responden (p=0,034) (Tabel 4.10).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.10. Hubungan pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Pengaruh Iklan Rokok
Kebiasaan Merokok Jumlah Hasil analisis
statistik Merokok (%)
Tidak Merokok (%)
N %
Ada 87 (33,85)
170 (66,15)
257 62,99 RP = 1,42 X² = 4,527 Df = 1 p = 0,034
Tidak Ada 36 (23,84)
115 (76,16)
151 37,01
Jumlah 123 (30,14)
285 (69,86)
408 100
4.4. Hubungan kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal pada remaja di Kota Medan
4.4.1. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di Kota Medan
Rerata indeks oral higiene responden yang tidak merokok adalah 2,157 ± 1,422,
sedangkan yang merokok reratanya lebih besar yaitu 2,742 ± 1,893. Hasil uji statistik t-test
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara indeks oral higiene (IOH) responden
yang tidak merokok dengan responden yang merokok (p=0,001) (Tabel 4.11).
Tabel 4.11. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Kebiasaan N Rerata SD SE Hasil analisis
statistik
Tidak Merokok
Merokok
285
123
2,157
2,742
1,422
1,893
8.42E-02
0.171
t=-3,437 df=406 p=0,001
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
4.4.2. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Periodontal pada remaja di Kota Medan
Rerata indeks periodontal (IP) responden yang tidak merokok adalah 0,617 ± 0,689,
sedangkan untuk responden yang merokok reratanya lebih besar yaitu 1,132 ± 1,031. Hasil
uji statistik t-test menunjukkan ada perbedaan yang signifikan indeks periodontal antara
responden yang merokok dengan yang tidak merokok (p=0,000) (Tabel 4.12).
Tabel 4.12. Hubungan kebiasaan merokok dengan Indeks Periodontal pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Variabel N Rerata SD SE Hasil analisis
statistik
Tidak Merokok Merokok
285 123
0,617 1,132
0,689 1,031
4.084E-02 9.293E-02
t=-5,905 df=406
p=0,000
4.4.3. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di Kota Medan Responden yang termasuk kategori perokok ringan sebesar 49,11% memiliki indeks
oral higiene sedang, perokok sedang sebesar 55,61% memiliki indeks oral higiene buruk
dan perokok berat sebesar 50% memiliki indeks oral higiene buruk. Hasil uji statistik
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis perokok dengan indeks oral
higiene (p = 0,088) (Tabel 4.13)
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.13. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Oral Higiene pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Jenis Perokok Indeks Oral Higiene Hasil
Analisis Statistik Baik (0-1,2)
n (%) Sedang (1,3-3) n (%)
Berat (3,1-6) n (%)
Ringan 23 (20,89) 54 (49,11) 33 (30,00) p = 0,088 Sedang 1 (11,11) 3 (33,33) 5 (55,56)
Berat - 2 (50,00) 2 (50,00)
4.4.4. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Periodontal pada remaja di Kota Medan Responden yang termasuk kategori perokok ringan memiliki indeks periodontal
sebesar 1,098, perokok sedang sebesar 1,332 dan perokok berat sebesar 1,607. Hasil uji
statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis perokok dengan
indeks periodontal (p = 0,524) (Tabel 4.14)
Tabel 4.14. Hubungan jenis perokok dengan Indeks Periodontal pada remaja di Kota Medan Tahun 2007
Jenis Perokok Indeks Periodontal Hasil Analisis Statistik Ringan 1,098 ± 1,033
p = 0,524 Sedang 1,332 ± 0,950 Berat 1,607 ± 1,234
4.5. Gambaran karakteristik merokok pada perokok remaja di Kota Medan Persentase jenis perokok pada remaja menunjukkan 89,43% perokok ringan
(merokok kurang dari 10 batang perhari); 7,31% perokok sedang (merokok 10-20 batang
perhari) dan 3,25% perokok berat (merokok lebih dari 20 batang perhari) (Tabel 4.15).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.15. Persentase jenis perokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007
Jumlah batang rokok perhari dan jenis perokok N %
Perokok ringan (< 10 batang per hari) Perokok sedang (10-20 batang per hari)
Perokok berat (>20 batang per hari)
110 9 4
89,43 7,31 3,25
Jumlah 123 100
Persentase jenis rokok yang dihisap perokok remaja menunjukkan 70,73%
responden menghisap rokok putih; 15,44% menghisap rokok kombinasi; 13,0% menghisap
rokok kretek dan 0,81% menghisap cerutu (Tabel 4.16)
Tabel 4.16. Persentase jenis rokok yang dihisap perokok remaja di Kota Medan
Tahun 2007
Jenis rokok N % Rokok putih Kombinasi
87 19
70,73 15,44
Rokok kretek Cerutu
16 1
13,00 0,81
Jumlah 123 100
Persentase lama merokok pada perokok remaja menunjukkan perokok yang
merokok 1,2 dan 3 tahun sebesar 20,32-25,20%, dan ada yang sudah 7 tahun sebesar 4,87%
(Tabel 4.17).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.17. Persentase lama merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007
Lama merokok (tahun) N %
1 2 3 4 5 6 7
31 32 25 14 12 3 6
25,20 26,01 20,32 11,38 9,75 2,43 4,87
Jumlah 123 100
Persentase sumber biaya remaja untuk membeli rokok menunjukkan 49,59% dari
uang saku dari orang tua; 28,45% diberi teman dan 21,95% dari uang saku orang tua serta
diberi teman (Tabel 4.18).
Tabel 4.18. Persentase sumber biaya untuk membeli rokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007
Sumber biaya N %
Uang saku dari orang tua Diberi teman
Uang saku dari orang tua dan diberi teman
61 35 27
49,59 28,45 21,95
Jumlah 123 100
Persentase tempat biasanya remaja merokok menunjukkan 33,33% di rumah;
27,64% di sekolah; 21,14% di mall dan 8,94% di tempat les serta dimana saja (Tabel 4.19).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.19. Persentase tempat biasanya merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007
Tempat merokok N %
Rumah Sekolah
Mall Les
Dimana saja
41 34 26 11 11
33,33 27,64 21,14 8,94 8,94
Jumlah 123 100
Persentase waktu biasanya remaja merokok menunjukkan 35,77% pada waktu
pulang sekolah; 27,64% sore hari; 22,76% jam sekolah; 8,94% tidak tentu dan 4,87% pada
malam hari (Tabel 4.20).
Tabel 4.20. Persentase waktu biasanya remaja merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007
Waktu N % Pulang sekolah Sore hari
44 34
35,77 27,64
Jam sekolah Tidak tentu
28 11
22,76 8,94
Malam hari 6 4,87 Jumlah 123 100
Persentase alasan psikologis remaja merokok menunjukkan 79,67% karena
kebiasaan; 72,36% pengaruh positif; 60,16% gengsi; 48,78% pengaruh negatif dan 14,63%
karena adiktif (Tabel 4.21).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Tabel 4.21. Persentase alasan psikologis merokok pada perokok remaja di Kota Medan Tahun 2007
Alasan psikologis N %
Kebiasaan Pengaruh positif
Gengsi Pengaruh negatif
Adiktif
98 89 74 60 18
79,67 72,36 60,16 48,78 14,63
Persentase penyebab pertama kali merokok pada remaja, menunjukkan 32,52%
karena teman yang merokok; 21,95% orang tua yang merokok; 21,14% saudara merokok;
13,82% iklan rokok dan 10,57% tidak ingat (lupa) penyebab pertama kali merokok (Tabel
4.22).
Tabel 4.22. Persentase penyebab pertama kali merokok pada perokok remaja di Kota
Medan Tahun 2007
Penyebab pertama kali merokok N %
Teman yang merokok 40 32,52
Orang tua merokok 27 21,95
Saudara merokok 26 21,14
Iklan rokok 17 13,82
Lupa 13 10,57
Jumlah 123 100
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Rasio prevalensi dan hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan
merokok pada remaja di Kota Medan
5.1.1. Rasio prevalensi dan hubungan pengetahuan remaja di Kota Medan dengan kebiasaan merokok
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi remaja yang merokok adalah 30,14%.
Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Tarigan dalam Aditama
TY (1994) yaitu sekitar 40% remaja di Medan adalah perokok. Hal ini mungkin
dikarenakan pada masa ini pengawasan dan peraturan di sekolah mengenai kebiasaan
merokok lebih ketat dan adanya razia yang dilakukan pihak sekolah.
Remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan persentasenya cukup
tinggi yaitu 80,63%. Hal ini mungkin berkaitan dengan adanya peraturan yang mewajibkan
iklan rokok di media cetak maupun elektronik serta di setiap bungkus rokok untuk
mecantumkan bahaya merokok terhadap kesehatan termasuk penyakit yang
diakibatkannya. Dengan demikian, makin gencar iklan rokok di masyarakat akan
meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya merokok.
Sebagian besar (80,63%) remaja mengetahui bahwa rokok dapat menyebabkan
serangan jantung dan 60-65% mengetahui rokok dapat menyebabkan gangguan kehamilan
dan janin, hipertensi, gangguan pernafasan, kanker, bronkhitis dan impoten (Tabel 4.1).
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Hal ini menunjukkan bahaya merokok yang diperhatikan remaja adalah serangan jantung,
ini mungkin karena remaja menganggap serangan jantung lebih fatal dari yang lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui bahaya rokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut adalah 64,21% (Tabel 4.2). Persentase ini lebih rendah
dibandingkan dengan pengetahuan remaja tentang bahaya rokok terhadap kesehatan, hal ini
mungkin dikarenakan bahaya rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak dicantumkan
pada setiap iklan rokok, yang mengakibatkan kurangnya sosialisasi tentang penyakit yang
diakibatkan rokok terhadap kesehtan gigi dan mulut. Sebanyak 64,21% mengetahui bahwa
rokok dapat menyebabkan bau mulut yang tidak sedap. Hal ini mungkin dikarenakan
adanya efek langsung yang dapat dirasakan oleh perokok dan yang bukan perokok.
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengetahui zat berbahaya dalam rokok
adalah 67,64%. Sebanyak 67,64% responden mengetahui rokok mengandung nikotin dan
tar, sedangkan yang mengetahui rokok mengandung piridin, hidrogen sianida dan fenol
adalah 38,97-45,83% (Tabel 4.3). Hal ini mungkin dikarenakan di setiap bungkus rokok
dicantumkan kadar tar dan nikotin rokok, sehingga remaja sudah sering mendengar tentang
kandungan tar dan nikotin dalam rokok.
Rasio prevalensi pengetahuan bahaya rokok responden terhadap kesehatan dengan
kebiasaan merokok adalah 2,2 (p=0,001); terhadap kesehatan gigi dan mulut 1,58
(p=0,007) dan kandungan zat berbahaya dalam rokok 1,48 (p=0,028). Data ini
menunjukkan bahwa remaja yang mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan,
kesehatan gigi dan mulut serta zat berbahaya dalam rokok lebih banyak yang merokok
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
daripada yang tidak tahu. Hal ini tidak sesuai dengan teori WHO dalam Notoatmodjo
(2003) yang menjelaskan salah satu alasan pokok seseorang berperilaku adalah pemikiran
dan perasaan (thoughts and feeling) yang berarti seseorang yang merokok akan
mempertimbangkan untung rugi dan manfaat mereka merokok. Penjelasan mengapa remaja
tetap merokok sedangkan mereka tahu bahaya merokok karena bahaya merokok terhadap
kesehatan bukan merupakan sesuatu yang langsung dapat dilihat atau dirasakan, tetapi
merupakan akumulasi dari proses yang bertahun-tahun lamanya.
Bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak dicantumkan dalam iklan
rokok, hal ini yang mungkin menyebabkan rasio prevalensi merokoknya lebih rendah yaitu
1,58 (p=0,007) dibandingkan dengan rasio prevalensi terhadap kesehatan yaitu 2,22
(p=0,001). Akibat merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut yang lebih mudah dan cepat
dirasakan perokok yaitu bau mulut yang tidak sedap dan stein/bercak hitam pada gigi.
5.1.2. Rasio prevalensi dan hubungan pengaruh lingkungan sosial remaja di Kota
Medan dengan kebiasaan merokok
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang orang tuanya merokok 35,79% memiliki
kebiasaan merokok (Tabel 4.7). Rasio prevalensi pengaruh orang tua merokok dengan
kebiasaan merokok adalah 1,38 dan secara statistik menunjukkan hubungan yang bermakna
(p=0,038). Hasil ini menunjukkan orang tua merupakan tokoh yang menjadi acuan remaja,
sesuai dengan teori Lawrence Green (1980) dalam Glanz K (2002), yang menyebutkan
salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah reinforcing factors
yang meliputi sikap dan perilaku tokoh yang menjadi acuan seperti orang tua.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang saudara serumahnya merokok 36,94%
memiliki kebiasaan merokok. Rasio prevalensi pengaruh saudara serumah merokok dengan
kebiasaan merokok adalah 1,43 dan menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,02).
Hasil ini menunjukkan bahwa saudara serumah yang merokok juga dapat menjadi referensi
remaja untuk memulai merokok. Hal ini sesuai dengan teori WHO dalam Notoatmodjo
(2003), yang menyebutkan alasan pokok orang berperilaku adalah adanya referensi dari
seseorang yang dipercayai (personal reference) seperti saudara.
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang teman dekatnya merokok 35,21%
memiliki kebiasaan merokok. Rasio prevalensi pengaruh teman merokok dengan kebiasaan
merokok remaja adalah 1,49 dan secara statistik mempunyai hubungan yang bermakna
(p=0,012). Besarnya pengaruh teman merokok ini dikarenakan remaja SMA lebih banyak
menghabiskan waktunya di luar rumah bersama teman-temanya dibandingkan bersama
keluarganya, sehingga pengaruh teman dirasakan sangat besar bagi perkembangan remaja.
Hasil penelitian menunjukkan remaja yang mengaku iklan rokok mempengaruhi
mereka untuk mencoba merokok sebesar 33,85% memiliki kebiasaan merokok. Rasio
prevalensi pengaruh iklan rokok dengan kebiasaan merokok adalah 1,42 dan secara statistik
mempunyai hubungan yang bermakna (p=0,034). Hasil ini menunjukkan bahwa iklan
rokok sudah sangat gencar, baik melalui media cetak naupun elektronik. Bahkan tidak
sedikit kegiatan remaja, seperti kegiatan olah raga dan konser musik yang disponsori oleh
rokok. Cara pemasaran rokok juga dirasakan sangat menarik, yaitu dengan dipakainya
gadis-gadis cantik yang berpakaian sangat menarik sebagai sales promotion girl (SPG)
untuk menjual rokok kepada remaja khususnya.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
5.2. Hubungan kebiasaan merokok dengan status penyakit periodontal pada
remaja di Kota Medan Rerata indeks oral higiene (IOH) responden yang tidak merokok adalah 2,157 ±
1,422, sedangkan yang merokok reratanya lebih besar yaitu 2,742 ± 1,893. Hasil statistik
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara IOH responden yang tidak merokok
dengan yang merokok. Hasil ini sesuai dengan penelitian Quee TC (2002) yang
menyatakan merokok dapat memperburuk status oral higiene seorang individu, yang juga
bertindak sebagai ko-faktor terjadinya gingivitis dan periodontitis. Akumulasi plak dalam
rongga mulut pada perokok juga lebih besar daripada yang bukan perokok.
Rerata indeks periodontal (IP) responden yang tidak merokok adalah 0,617 ± 0,689,
hasil ini menunjukkan kondisi klinis responden yang tidak merokok dalam tingkatan
gigngivitis sederhana, sedangkan untuk responden yang merokok reratanya lebih besar
yaitu 1,132 ± 1,031, menunjukkan kondisi klinis dalam tingkatan tahap awal penyakit
periodontal. Hasil statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara IP
responden yang tidak merokok dengan yang merokok. Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian Tomar dan Asma (1999) dari NHANES III yang menyatakan perokok yang
menghisap 9 batang rokok perhari kemungkinan untuk menderita periodontitis 2,8 kali
daripada yang tidak merokok. Ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lubis S
(1999) dalam Kasim E (2001) bahwa asap rokok mempunyai efek terhadap aliran saliva,
aliran saliva akan bertambah selama periode merokok. Pertambahan aliran saliva
menambah pH dan konsentrasi kalsium pada saliva yang juga menyebabkan pertambahan
kalsium fosfat sehingga dengan meningkatnya konsentrasi kalsium menyebabkan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
terjadinya mineralisasi plak. Perlekatan plak yang merupakan awal terbentukya kalkulus,
yang jumlahnya lebih besar dijumpai pada perokok akan memperburuk status kebersihan
mulut seorang individu, yang kemudian merupakan ko-faktor terjadinya penyakit
periodontal.
Secara persentase hubungan antara jenis perokok dengan indeks oral higiene dan
indeks periodontal menunjukkan kecendrungan peningkatan pada setiap jenis perokok,
tetapi secara statistik hubungan antara jenis perokok dengan indeks oral higiene dan indeks
periodontal tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini mungkin dikarenakan
data pada perokok sedang dan berat sangat kecil yaitu sebesar 9 dan 4 orang, dibandingkan
dengan data perokok ringan yaitu sebesar 110 orang.
5.3. Gambaran karakteristik merokok pada perokok remaja di Kota Medan
Persentase jenis perokok pada remaja menunjukkan 89,43% perokok ringan, 7,31%
perokok sedang dan 3,25% perokok berat. Hasil ini sedikit berbeda dengan penelitian
Rochadi K (2004) yang menyatakan 64,7% remaja SMU Negeri di 5 wilayah Jakarta
adalah perokok ringan, 18,2% perokok sedang dan 17,1% perokok berat. Hal ini mungkin
dikarenakan taraf ketergantungan terhadap rokok pada remaja SMA di Kota Medan masih
rendah, ini sesuai dengan persentase remaja yang baru memulai merokok selama 1-2 tahun
(25,20-26,01%).
Persentase jenis rokok yang dihisap perokok remaja menunjukkan 70,73% perokok
menghisap rokok putih, 15,44% menghisap rokok kombinasi (putih+kretek), 13,0%
menghisap rokok kretek dan 0,81% menghisap cerutu. Hasil ini juga berbeda dengan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
penelitian Rochadi K (2004), yang menyatakan 48,8% remaja SMU di 5 wilayah Jakarta
menghisap rokok kretek, 35,3% kombinasi dan 15,9% rokok putih. Hasil ini
menggambarkan perokok remaja di Kota Medan akan lebih sedikit terpapar racun rokok,
karena sebagaimana kita ketahui rokok kretek tidak memiliki filter yang dapat menyaring
racun yang dihisap seperti halnya rokok putih. Disamping itu, mungkin karena harga rokok
putih lebih murah daripada rokok kretek sehingga dapat terjangkau oleh remaja dan rokok
putih menawarkan rasa yang lebih bervariasi serta promosinya juga lebih gencar.
Persentase lama merokok pada perokok remaja, menunjukkan perokok yang
merokok 1,2 dan 3 tahun sebesar 20,32-26,01%. Hal ini berarti mereka memulai merokok
sekitar usia 12-15 tahun, ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suhardi (1995) yang
menyatakan pada umumnya penduduk Indonesia mulai mengkonsumsi rokok pada usia
muda, yaitu 41,5% pada usia 15-22 tahun. Dari hasil penelitian juga diperoleh ada yang
sudah merokok selama 7 tahun sebesar 4,87%, hal ini menggambarkan ada remaja yang
sudah memulai kebiasaan merokoknya sejak duduk di bangku SD. Ini menunjukkan
bahwa begitu mudahnya anak-anak usia muda memperoleh rokok. Seharusnya pemerintah
dapat membatasi pembelian rokok hanya untuk orang yang sudah dewasa atau memiliki
KTP dan melarang pembelian rokok secara satuan, sehingga perokok usia muda dapat
dikurangi jumlahnya, mengingat efek yang disebabkan oleh rokok sangat berbahaya bagi
kesehatan.
Persentase sumber biaya untuk membeli rokok pada perokok remaja, menunjukkan
hampir separuh remaja (49,59%) memperoleh biaya untuk membeli rokok dari uang saku
dari orang tua. Hal ini dikarenakan remaja masih sepenuhnya mendapatkan uang dari orang
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
tua karena belum bekerja sendiri dan menjadi masukan bagi para orang tua untuk
mempertimbangkan jumlah uang saku anaknya.
Persentase tempat biasanya remaja merokok pada perokok remaja, menunjukkan
21,14-33,33% merokok di rumah, sekolah dan di mall. Persentase waktu biasanya remaja
merokok pada perokok remaja, menunjukkan 22,76-35,77% merokok pada waktu pulang
sekolah, sore hari dan jam sekolah. Hasil ini menunjukkan kurangnya pengawasan dari
orang tua dan guru tentang kebiasaan merokok remaja. Seharusnya pihak sekolah
menerapkan sanksi yang tegas terhadap muridnya yang kedapatan merokok, seperti
skorsing, sehingga dapat membuat efek jera kepada yang lainnya. Pemerintah Kota Medan
juga seharusnya dapat mengeluarkan peraturan daerah yang membatasi dan mengatur
tempat bagi para perokok untuk merokok di tempat umum seperti halnya yang dilakukan
oleh pemerintah daerah Jakarta dalam PERDA No.2/2006, sehingga diharapkan mampu
mengurangi persentase perokok remaja.
Persentase alasan psikologis remaja merokok menunjukkan 79,67% karena
kebiasaan, 72,36% pengaruh positif, 60,16% gengsi 48,78% pengaruh negatif dan 14,63%
karena adiktif. Hal ini mungkin dikarenakan remaja menganggap merokok sudah menjadi
kebiasaan rutin, misalnya saat berkumpul dengan teman dan merokok juga digunakan
untuk menambah kenikmatan seperti habis makan dan untuk menyenangkan perasaan.
Persentase penyebab pertama kali merokok pada remaja, menunjukkan 32,52%
karena teman yang merokok; 21,95% orang tua merokok; 21,14% saudara yang merokok;
13,82% karena iklan rokok dan 10,57% tidak ingat (lupa) penyebab pertama kali merokok.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Hasil ini menunjukkan pengaruh teman sangat besar pada remaja SMA, ini dikarenakan
sebagian besar waktu remaja dihabiskan bersama teman-temannya diluar rumah.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Prevalensi remaja yang merokok adalah 30,14%.
2. Pengetahuan remaja tentang bahaya rokok terhadap kesehatan, kesehatan gigi dan
mulut serta zat berbahaya dalam rokok tidak menyebabkan remaja memutuskan
untuk tidak merokok, nemun faktor lingkungan sosial yaitu pengaruh teman
merokok, orang tua merokok, saudara serumah merokok dan iklan rokok
mendorong remaja untuk memutuskan merokok. Semua faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok secara statistik menunjukkan hubungan yang
signifikan.
3. Status penyakit periodontal yang terdiri atas indeks oral higiene dan indeks
periodontal, menunjukkan rerata indeks oral higiene dan indeks periodontal yang
merokok lebih besar daripada yang tidak merokok, secara statistik ada hubungan
yang signifikan antara indeks oral higiene dan indeks periodontal dengan kebiasaan
merokok pada perokok remaja di Kota Medan.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
6.2. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan saran dan rekomendasi
sebagai berikut:
1. Untuk mencegah meningkatnya prevalensi merokok pada remaja dimasa mendatang
perlu penanganan dari Dinas Pendidikan Nasional yaitu :
a. Diharapkan dapat mensponsori kegiatan-kegiatan yang menunjang kampanye
anti rokok di sekolah seperti lomba karya tulis anti rokok, poster anti rokok atau
diikut sertakannya siswa dalam kegiatan hari anti rokok sedunia agar lebih
mendorong kesadaran siswa-siswa SMA akan bahaya rokok.
b. Menetapkan sekolah mulai SD sampai dengan perguruan tinggi sebagai tempat
bebas merokok.
2. Kebiasaan merokok dipengaruhi iklan rokok dengan demikian kepada Dinas
Perindustrian dan Perdagangan diharapkan dapat lebih memperketat peraturan
tentang iklan rokok seperti, jam tayang di televisi, tempat promosi, sasaran
promosi, cara promosi dan kegiatan-kegiatan yang di sponsori oleh rokok.
3. Kebiasaan merokok sudah sangat meluas di kalangan masyarakat, tidak hanya pada
remaja, maka untuk menanggulanginya melalui media cetak dan elektronik perlu
dikembangkan persepsi tentang buruknya kebiasaan merokok, sehingga terbentuk
imej kalau merokok merupakan kebiasaan yang buruk atau hanya dilakukan
masyarakat kelas rendah sehingga dengan sendirinya kebiasaan merokok dihindari
oleh masyarakat.
4. Untuk mencegah kebiasaan merokok yang dilakukan di sekolah :
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
a. Perlu dilakukannya pengawasan yang ketat oleh pihak sekolah mengenai
kebiasaan merokok siswa serta pemberian sanksi yang tegas bagi mereka yang
kedapatan merokok di lingkungan sekolah, sehingga diharapkan dapat membuat
efek jera bagi siswa yang lain.
b. Perlu dibentuk grup-grup diskusi (peer group) di sekolah untuk membicarakan
masalah yang sedang terjadi di kalangan remaja, misalnya seperti merokok dan
narkoba sehingga sesama remaja dapat bertukar pikiran menggunakan metode
pendidikan teman sebaya.
c. Perlu peningkatan sosialisasi tentang bahaya merokok terhadap kesehatan gigi
dan mulut khususnya oleh guru orkes agar murid sekolah dapat mengurangi
konsumsi rokok.
5. Pembatasan kebiasaan merokok yang dilakukan oleh masyarakat juga perlu
dilakukan agar makin sempitnya kesempatan masyarakat untuk merokok, maka
kepada Pemerintah Daerah diharapkan dapat merumuskan dan mensahkan
peraturan daerah tentang tempat larangan merokok, sehingga dapat membatasi
orang-orang yang memiliki kebiasaan merokok agar tidak merokok di tempat
umum, sehingga diharapkan secara tidak langsung kebiasaan merokok dapat
dikurangi
6. Sebagai tindakan preventif dan kuratif akibat dari kebiasaan merokok maka kepada
Dinas Kesehatan melalui jalur UKGS melakukan sosialisasi mengenai kebersihan
gigi dan mulut dan secara rutin melakukan pemeriksaan gigi secara berkala ke
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
sekolah untuk mendeteksi kebiasaan merokok, sehingga penyakit periodontal pada
siswa dapat dikurangi.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
DAFTAR PUSTAKA Aditama, TY., 1994. Rokok dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Paru. Jurnal Dokter
Keluarga Indonesia : 6 : 20 – 22. Aditama, TY., 1996. Rokok dan Kesehatan. UI – Press. 1 – 21. Agtini MD., 1991. Epidemiologi dan Etiologi Penyakit Periodontal. Jurnal Cermin Dunia
Kedokteran: 72 : 41-44. Arikunto, S., 2005. Manajemen Penelitian. Revisi Edisi , Jakarta : Rineka Cipta : 95 – 99.
Awartani F, Al-jasser N. 1999. The effect of Smoking on Periodontal Conditions Assessed
by CPITN. Odonto-Stomalogie Tropicale : 38-40. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2004. Sudut
Pandang Masyarakat mengenai Status, Cakupan, Ketanggapan dan Sistem Pelayanan Kesehatan. SKRT. 2004 (3).
Bali Post. 2003. Bisakah Remaja Berhenti Merokok ?. Bali. Collins, WJN., 1992. A Handbook for Dental Hygienists. London : Wright Bristol : 157 –
162. Daliemunthe, S., 2001. Periodonsia. Medan: FKG – USU. Debnath, T., 2002. Ashok’s Public Health and Prevemtive Dentistry. 2nd ed. India : AITBS
Publishers and Distributors (Regd.) : 78 – 90. Glanz, K., et al. 2002. Health Behavior and Health Education. 3rd ed. Jossey-Bass A Wiley
Imprint : 150 – 155. Jette, AL., 1993. Tobacco Use : S Modifiable Risk Factor for Dental Disease Among the
Elderly. American Journal of Public Health ; 83 (9) : 1271 – 1276. Johnson GK., Slach NA., 2001. Impact of Tobacco Use on Periodontal Status. Journal of
Dental Education : 313 – 319 Kasim, E., 2001. Merokok sebagai Faktor Resiko terjadinya Penyakit Periodontal. Jurnal
Kedokteran Trisakti ; 9–14 Mu’tadin Z., 2007. Remaja dan Rokok. http://www.sekolahindonesia.com.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Natamiharja, L., 1999. Indeks – Indeks Penyakit Periodontal, Medan : FKG – USU. Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta: 13- 15 Ohmori, M., 1995. Study effect of Cigarette Smoking on the Peridontitis. Shigaku
Odontology : 3 Purnama, A., 1998. Sudah Saatnya Perang Melawan Rokok. Jurnal Kedokteran dan
Farmasi ; 3 : 197 – 198. Pratiwi LN., 1997. Hubungan Kebiasaan Merokok terhadap Tingkat Kebersihan Mulut.
Kumpulan Naskah TIMNAS I Peringatan 70 tahun Pendidikan Dokter Gigi Indonesia : 545-550.
Riyadina W. 1995. Pengaruh Paparan Rokok terhadap Kesehatan. Majalah Kesehatan
Masyarakat Indonesia ; 52 : 33-34. Rochadi, K., 2004. Hubungan Konformitas dengan Perilaku Merokok pada Remaja
Sekolah SMU Negeri di 5 Wilayah DKI Jakarta. Disertasi Program Pascasarjana Program Studi IKM UI.
Ruslan, G., 1995. Efek Merokok terhadap Rongga Mulut. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran
: 41 – 42. Santoso, SS., 1993. Perilaku Remaja Berkaitan dengan Kebiasaan Merokok. Jurnal Cermin
Dunia Kedokteran. Jakarta ; 84 : 41- 46. Sarwono, SW., 2005. Psikologi Remaja, Jakarta : Rajawali Pers. Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia : 292 –
296. Sugiyono., 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta : 104 – 134. Suhardi., 1995. Perilaku Merokok di Indonesia menurut Susenas dan SKRT 1995. Jurnal
Cermin Dunia Kedokteran : 23-35. Tomar, Asma, 1999. Smoking as Risk Factor for Periodontitis. Journal of Dentistry : 1–4. Quee, TC., 2002. The Role of Tobacco Use in Peridontal Health. Ontario Dentist: 1-2 WHO., 2003. Oral Health. http://www.who.int/ncd/orh/index.htm. 29 May 2003.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Willis, S., 2005. Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta : 1–5, 158–159. Wilson, DF., 1992. Oral Disease in the Tropics. Adelaide Oxfard University Press : 105 –
109.
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Lampiran 1
No. Kartu
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK DAN
HUBUNGANNYA DENGAN STATUS PENYAKIT PERIODONTAL
REMAJA SMU DI KOTA MEDAN
Pedoman Wawancara Nama : Sekolah : Kelas : Alamat : 1. Jenis kelamin : a. Pria b. Wanita 1. 2. Apakah anda mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan ? a. ya b. Tidak 2. Jawaban pertanyaan no.3, boleh lebih dari satu 3. Jika saudara menjawab pertanyaan no. 2 ya, maka : Apa saja bahaya merokok terhadap kesehatan yang anda ketahui ? 3.
a. Serangan jantung b. Kanker c. Gangguan kehamilan dan janin d. Hipertensi e. Gangguan pernafasan f. Bronkhitis g. Impotensi i. Lain-lain, sebutkan ......................
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
4. Apakah anda mengetahui bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut ? a. ya b. Tidak 4. Jawaban pertanyaan no.5, boleh lebih dari satu 5. Jika saudara menjawab pertanyaan no. 4 ya, maka : Apa saja bahaya merokok terhadap kesehatan gigi dan mulut yang anda ketahui ?
a. Kanker rongga mulut 5. b. Bercak putih pada lidah/ mukosa mulut c. Bau mulut yang tidak sedap d. Berkurangnya rasa pengecapan lidah e. Perdarahan pada gusi f. Stein/ bercak/ warna kuning kecoklatan sampai hitam pada gigi g. Lain-lain, sebutkan .........................
6. Apakah anda mengetahui kandungan zat berbahaya di dalam rokok? 6. a. ya b. tidak Jawaban pertanyaan no.7, boleh lebih dari satu 7. Jika saudara menjawab pertanyaan no.6 ya, maka : Apa saja kandungan dalam rokok yang menyebabkan rokok berbahaya bagi tubuh ? a. Nikotin b. Tar 7. c. Piridin d. Fenol e. Hidrogen Sianida f. Lain-lain, sebutkan................... 8. Apakah orang tua saudara merokok ? a. Ya b. Tidak 8. 9. Apakah saudara serumah anda ada merokok ? a. Ya b. Tidak 9. 10. Apakah teman-teman dekat anda merokok ? a. Ya b. Tidak 10. 11. Menurut saudara, apakah iklan rokok sangat menarik sehingga dapat mempengaruhi saudara untuk mencoba merokok : 11. a. Ya b. Tidak
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
12. Apakah saudara merokok ? a. Ya b. Tidak 12. Bila jawaban No. 12 ya, maka jawab pertanyaan berikut : 13. Jumlah rokok yang dihisap per hari ? a. < 10 batang per hari b. 10-20 batang per hari 13. c. > 20 batang per hari 14. Apa jenis rokok yang sering saudara konsumsi ?
a. Rokok putih b. Rokok kretek 14.
c. Kombinasi (rokok putih + rokok kretek) d. Cerutu 15. Sejak kapan Anda merokok?
a. SD kelas.......... b. SMP kelas....... 15. c. SMA kelas........ d. Dan lain-lain, sebutkan.........
Jawaban pertanyaan no.16-19 boleh lebih dari satu. 16. Dari mana sumber biaya saudara untuk membeli rokok ? a. Uang saku dari orang tua b. Diberi teman 16.
c. Lain-lain, sebutkan.................. 17. Dimana biasanya saudara merokok ? a. Di area sekolah b. Di rumah c. Di mall (pusat perbelanjaan) d. Di tempat les 17. e. Dan lain-lain,sebutkan.............. 18. Kapan biasanya saudara merokok ? a. Waktu jam sekolah (istirahat) b. Waktu pulang sekolah 18. c. Sore hari d. Malam hari e. Dan lain-lain, sebutkan........ 19. Apa alasan mengapa saudara merokok ? a. Pengaruh positif (menambah kenikmatan/menyenangkan perasaan) 19. b. Pengaruh negatif (mengurangi rasa marah dan gelisah) c. adiktif d. kebiasaan
e. Gengsi f. Lain-lain, sebutkan.................................
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
20. Apa faktor penyebab Anda pertama kali memulai merokok ? a. Teman-teman merokok b. Orang tua merokok 20. c. Saudara serumah merokok d. Iklan rokok e. Lupa/tidak ingat f. Lain-lain, sebutkan.................. Pemeriksaan Indeks Oral Higiene dan Indeks Periodontal Setelah gigi diberi disclosing solution : A. Pemeriksaan Indeks Plak Indeks plak PDI Ramford Skor kriteria 0 Tidak ada plak 1 Adanya plak pada daerah interproksimal atau pada
tepi gingiva yang menutupi kurang dari 1/3 separuh gingival permukaan vestibular dan oral gigi.
2 Adanya plak yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 separuh gingival permukaan vestibular dan oral gigi
3 Adanya plak menutupi 2/3 atau lebih separuh gingiva permukaan vestibular atau oral gigi
Jumlah skor plak 21. Indeks Plak = ---------------------------------- = -------------- = Jumlah gigi yang diperiksa B. Pemeriksaan Indeks Indeks kalkulus PDI Ramford
Kalkulus Skor kriteria 0 Tidak ada kalkulus
1 Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi kurang dari 1/3 separuh gingival.
2 Adanya kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 separuh gingival dan kalkulus subgingiva atau
kalkulus subgingiva yang belum melingkari gigi 3 Adanya penumpukan kalkulus supragingiva yang
menutupi 2/3 atau lebih separuh gingival dan subgingiva yang sudah melingkari gigi
Jumlah skor kalkulus 22. Indeks Kalkulus = ----------------------------------- = --------------- = Jumlah gigi yang diperiksa
16 21 24
44 41 36
16 21 24
44 41 36
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
23. Indeks Oral Higiene = Indeks Plak + Indeks Kalkulus = C. Pemeriksaan Status Indeks PDI Ramford Periodontal Skor kriteria 0 Tidak ada tanda-tanda peradangan 1 Perubahan peradangan ringan sampai sedang pada
gingiva, tetapi belum mengelilingi gigi 2 Gingivitis ringan sampai sedang yang sudah
mengelilingi gigi 3 Gingivitis yang parah ditandai dengan warna merah,
pembengkakan gingiva tendensi mudah berdarah dan ulserasi
4 Pembentukan saku kurang dari 3mm (warna hitam terlihat semua)
5 Pembentukan saku 3-6mm (warna hitam bagian atas diperbatasan)
6 Pembentukan saku lebih dari 6mm (warna hitam tidak terlihat sama sekali)
Jumlah skor periodontal 24. Skor Periodontal = ------------------------------------ = -------------- = Jumlah gigi yang diperiksa
SP
SP
16 21 24
44 41 36
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Lampiran 2
Perhitungan besar sampel (Paul Leedy) :
Keterangan ;
Prakiraan proporsi populasi (P) = 40%
Confidence level = 95%
Relative precision (d) = 5% (dari 40%)
Z(1-α) = 1,96
Jadi :
n = (1,96)2 0,4(1-0,4) / (0,05)2
= (3,8416) (0,24) / 0,0025
= 0,922 / 0,0025
= 368,79 = 369
Jadi jumlah sampel yang diperoleh adalah 369 orang.
n = Z2
1-α P (1-P) / d2
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Lampiran 3 Daftar SMA yang berada di lingkar dalam : 1. SMUN 1 Medan 2. SMUN 2 Medan 3.SMUN 4 Medan 4. SMUN 5 Medan 5. SMUN 6 Medan 6. SMUN 7 Medan 7. SMU Sw Methodist 8. SMU Sw Kristen Imanuel 9. SMU Sw Alawiyah Al Itidiyah 10. SMU Sw Raksana 11. SMU Sw St. Thomas 12. SMU Sw Kristen I 13. SMU Sw Cahaya 14. SMU Sw GKPI Padang Bulan 15. SMU Sw Bahayangkari 16. SMU Sw Dharma Pancasila 17. SMU Sw Taman Siswa 18. SMU Sw Pelita 19. SMU Sw Yaspena 45 20. SMU Sw Bina Bersaudara 21. SMU Sw Angkasa Lanud 22. SMU Sw Laksamada Martadinata 23. SMU Sw Bina Karya 24. SMU Sw Sutomo 2 25. SMU Sw Kartika I 26. SMU Sw Kalam Kudus 27. SMU Sw Amir Hamzah 28. SMU Sw Darusalam 29. SMU Sw PGRI I 30. SMU Sw Petro 31. SMU Sw Teladan Cinta Damai 32. SMU Sw Karya Bakti 33. SMU Sw UISU 34. SMU Sw Timbul Jaya 35. SMU Sw Advent Air Bersih 36. SMU Sw Eria 37. SMU Sw Setia Budi Medan 38. SMU Sw St Antonius 39. SMU Sw YPK Medan 40. SMU Sw Al Ithihadiyah 41. SMU Sw Ksatria 42. SMU Sw Dwinama 43. SMU Sw Padamu Negeri 44. SMU Sw Sutomo I 45. SMU Sw Indonesia Membangun 46. SMU Sw Eklesia Medan 47. SMU Sw WR Supratman 1 48. SMU Sw WR Supratman 2 49. SMU Sw Muhamadiyah 50. SMU Sw Al-Ulum 51. SMU Sw Parulian 52. SMU Sw Nurul Islam Indonesia 53. SMU Sw Budi Murni
54. SMU Sw Gajah Mada 55. SMU Sw Amal Bakti 56. SMUN 10 Medan 57. SMU Sw Taman Siswa 58. SMU Sw Wiyata Dharma 59. SMU Sw Widia Sana 60. SMU Sw Hang Kesturi 61. SMU Sw Tunas Gajah Mada 62. SMUN 11 Medan 63. SMU Sw YP Utama Medan 64. SMU Sw Al Hidayah 65. SMU Sw Budi Satria 66. SMU Sw Teladan Medan 67. SMU Sw Islam Azizi 68. SMU Sw Katolik Mariana 69. SMU Sw Markus 70. SMU Sw Dharma Jaya 71. SMU Sw Eka Prasetya 72. SMU Sw Sutan Oloan 73. SMU Sw Nahlatul Ulama 74. SMU Sw St. Thomas 3 75. SMU Sw Marisi Medan 76. SMU Sw Free Methodist 77. SMUN 14 Medan 78. SMU Sw Dharma Sakti 79. SMU Sw Mulia Menteng 80. SMU Sw Karya Kesuma 81. SMU Sw Katolik Trisakti 82. SMU Sw Harapan 83. SMU Sw SMUN 15 Medan 84. SMU Sw Muhamadiyah Medan 85. SMU Sw Sutan Iskandar Muda 86. SMUN 17 Medan 87. SMU Sw Katolik Budi Murni 88. SMU Sw Pencawan 89. SMU Sw YP Budi Medan 90. SMU Sw Timbul Jaya 2 Medan 91. SMU Sw Dharma Bakti 92. SMU Sw Mulia dan Pencawan 93. SMUN 18 Medan 94. SMU Sw Pembangunan Nasional 95. SMU Sw Parulian 2 Medan 96. SMU Sw Advent 1 Medan 97. SMU Sw Sutini 98. SMU Sw Methodist Medan 99. SMU Sw Prof HM Yamin 100. SMU Sw Husni Thamrin 101. SMU Sw Santa Maria 102. SMU Sw Methodist 7 Medan 103. SMU Sw Letjen S Parman 104. SMU Sw Josua
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Lampiran 4 Daftar SMA yang berada di lingkar luar : 1. SMA Sw Plus Muhammadiyah 2. SMA Sw Al Azhar 3. SMA Sw Riama 4. SMAN 3 Medan 5. SMA SwPulau Berayan Darat 6. SMA Sw Yos Sudarso 7. SMA Sw Dharmawangsa 8. SMA Sw Methodist 9. SMA Sw Suci Murni 10. SMA Sw Krakatau 11. SMA Sw Al Fatah 12. SMA Sw DR Sudirohusodo 13. SMA Sw Kristen 14. SMAN 13 Medan 15. SMA Sw Apipsu 16. SMA Sw Nasional Gultom 17. SMA Sw Budaya 18. SMA Sw Yapsi 19. SMA Sw Al Hilal 20. SMAN 8 Medan 21. SMA Sw Budi Utomo 22. SMA Sw HKBP Sidorame 23. SMA Sw Samuel Indonesia 24. SMAN 9 Medan 25. SMA Sw William Booth 26. SMA Sw Nurani Belawan 27. SMA Sw Katolik Budi Murni 3 28. SMAN 12 Medan 29. SMA Sw Kartika 2 Medan 30. SMA Sw Budi Luhur 31. SMA Sw Panca Budi 32. SMA Sw Al Wasliyah 1 33. SMA Sw Al Wasliyah 3 34. SMA Sw Kartanegara 35. SMA Sw Sriwijaya 36. SMA Sw Nurhasanah 37. SMA Sw Kebangsaan 38. SMA Sw Muhammadiyah 39. SMA Sw Sunggal 40. SMA Sw Mulia 41. SMA Sw Budi Sunggal 42. SMA Sw Brigjen Katamso 43. SMA Sw Supriyadi 44. SMA Sw Letjen Haryono 45. SMA Sw Mayjen Sutoyo 46. SMAN 16 Medan 47. SMA Sw Budi Agung 48. SMA Sw PGRI 12 49. SMA Sw Bina Taruna 50. SMA Sw Hangtuah Belawan 51. SMA Sw Katolik St. Yoseph 52. SMA Sw Palapa Medan 53. SMAN 19 Medan 54. SMAN 20 Medan 55. SMAN 21 Medan
Rika Mayasari Alamsyah : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok Dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja Di Kota Medan Tahun 2007, 2009.
Recommended