View
6
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Pengaruh Self-control, Daya Tarik Iklan dan Kerentanan dampak
Interpersonal Terhadap Online Impulsive Buying Produk Fashion pada
Wanita yang Telah Menikah
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Ayu Zahra Maulida
NIM : 1113070000052
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H /2019
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Hidup adalah seni menggambar
tanpa penghapus
There is no easy walk to freedom anywhere, and
many of us will have to pass through the valley of the
shadow of death again and again before we reach the
mountaintop of our desires
(Nelson Mandela)
Karya tulis ini dipersembahkan untuk kedua orang tua saya tercinta,
Papa & Mama, keluarga, dan teman-teman yang selalu menyemangati
di balik perjuangan saya.
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Januari 2019
(C) Ayu Zahra Maulida
(D) Pengaruh Self Control, Daya Tarik Iklan dan Kerentanan Dampak
Interpersonal terhadap Online Impulsive Buying Wanita yang Telah
Menikah pada Produk Fashion.
(E) xiii + halaman + lampiran
(F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh self control, daya tarik ilkan
dan dampak kerentanan interpersonal terhadap online impulsive buying
wanita yang telah menikah pada produk fashion. Impulsive buying dalam
penelitian ini adalah pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan
pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik
pikiran dan dorongan emosional.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi
berganda. Populasi merupakan wanita yang telah menikah dengan intensitas
penggunaan internet minimal 3 kali dalam seminggu. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 153 orang. Penelitian ini menggunakan teknik non-
probability sampling, dengan metode yang digunakan accidental sampling.
Penulis mengukur perilaku implusive buying dengan skala yang dibuat
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Rook (1987) tentang implusive
buying, meliputi spontanitas; kekuatan, kompulasi dan intensitas; kegairahan
dan stimuli; dan ketidakpedulian akan akibat. Untuk mengukur self control
menggunakan alat ukur yang berdasarkan teori Averil (1973), untuk daya
Tarik iklan berdasarkan teori Lee and Johnson (2007) dan untuk kerentanan
dampak interpersonal meggunakan skala consumers susceptibility to
interpersonal influence dari Baden et al. (1989). Hasil analisis data penelitian
menunjukkan perolehan R-square sebesar 49.4% dari bervariasinya impulsive
buying yang dijelaskan oleh keseluruhan variable bebas yaitu self control,
daya tarik ilkan dan dampak kerentanan interpersonal. Hasil yang didapat dari
penelitian ini hanya ada 3 aspek yang signifikan berpengaruh terhadap
impulsive buying yaitu behavioural control, desicional control dan daya tarik
emosional.
(G) Daftar Bacaan : 46 ; buku : 3 + jurnal : 34 + skripsi : 5 + artsikel : 4
vii
ABSTRACT
(A) Faculty of Psychology
(B) January 2019
(C) Ayu Zahra Maulida
(D) Effect of Self Control, Avertising Appeals and Susceptibility to
Interpersonal Influence on Online Impulsive Buying for Married Women
in Fashion Products
(E) xiv + pages + appendix
(F) The purpose of this study is to analyse the influence of self control,
advertising appeals and susceptibility to interpersonal influence on online
impulsive buying for married women in fashion products. Impulsive buying
in this study is an irrational purchase and is associated with fast and
unplanned purchases, followed by conflicts of thoughts and emotional
impulses.
This study used a quantitative approach with multiple regression analysis.
The population was married women with the intensity of internet use at least
3 times a week. The sample in this study amounted to 153 respondens. This
research used non-probability sampling technique, with the method used by
accidental sampling. The author measured implusive buying behavior with a
scale based on the theory put forward by Rook (1987) about implusive
buying, including spontaneity; power, compulsion and intensity; excitement
and stimulation; and disregard for consequences. To measure self control
using a measuring instrument based on the theory of Averil (1973), for
advertising appeals based on the theory of Lee and Johnson (2007) and for
susceptibility to interpersonal influence using consumers susceptibility to
interpersonal influence scale from Baden et al. (1989).
The finding variety of impulsive buying which is explained by the overall
independent variables namely self control, avertising appeals and
susceptibility to interpersonal influence. The results of the minor hypothesis
test revealed that only 3 aspects that significant on impulsive buying are
behavioral control, desicional control and emotional appeals.
(G) Reading List: 46; books: 3 + journals: 34 + scripts: 5 + articles: 4
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Karena berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Self-Control, Daya
Tarik Iklan dan Kerentanan Dampak Interpersonal terhadap Online Impulsive
Buying produk Fashion pada Wanita yang Telah Menikah.” Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari bahwa dengan bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah,M.Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Bambang
Suryadi, Ph.D., Ibu Yunita Faela Nisa, M.Si., dan sebagai Wakil Dekan
Fakultas Psikologi UIN Hidayatullah Jakarta dan jajaran yang telah
memfasilitasi mahasiswa dalam rangka menciptakan lulusan yang
berkualitas.
2. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Si, selaku dosen pembimbing. Terima kasih
atas segala bimbingan, kritik, saran, waktu, tenaga, serta motivasi yang telah
diberikan kepada penulis.
3. Ibu Dr. Diana Mutiah, M.Si., dan Bapak Miftahuddin. M.Si. yang telah
bersedia untuk meluangkan waktunya untuk menjadi penguji pada saat
siding skripsi.
ix
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu dan wawasan bagi penulis. Para staff Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan
kemudahan dan bantuan bagi penulis dalam proses administrasi.
5. Kepada seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
berpartisipasi pada penelitian ini.
6. Kepada seluruh keluarga tercinta khususnya pada kedua orangtua penulis,
Mama Dini Mulyawati K dan Papa Nurdin Suhendi yang telah memberikan
bantuan berupa dukungan moral, material, dan doa tulusnya kepada penulis.
Tak lupa pula pada adik-adik yang selalu mendukung.
7. Kawan-kawan penulis Dhiniari, Dian Meutia, Dewi Ratih, Amalia
Muslimah, Regi Mardiana R, Erna, Amelia, Karlina, teman-teman Psikologi
2013, kelas B 2013. Terima kasih atas semua motivasi, bantuan, doa,cerita,
pengalaman dan pembelajaran yang penulis dapat yang mana ini semua
sangat berharga dan tidak akan dapat penulis ulang kembali.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, Januari 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL.................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 11
1.2.1 Batasan masalah .......................................................................... 11
1.2.2 Perumusan masalah ..................................................................... 13
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 14
1.3.1 Tujuan penelitian ........................................................................ 14
1.3.2 Manfaat penelitian ...................................................................... 14
1.3.2.1 Manfaat teoritis ...................................................................... 14
1.3.2.2 Manfaat praktis....................................................................... 14
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................. 15 2.1 Impulsive Buying ................................................................................... 15
2.1.1 Definisi Impulsive buying ........................................................... 15
2.1.2 Aspek-aspek impulsive buying .................................................... 17
2.1.3 Karakteristik impulsive buying ................................................... 19
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi impulsive buying ................. 20
2.1.5 Pengukuran impulsive buying ..................................................... 21
2.2 Self Control ........................................................................................... 24
2.2.1 Definisi self control .................................................................... 24
2.2.2 Aspek-aspek self control ............................................................. 25
2.2.3 Pengukuran self control .............................................................. 27
2.3 Daya Tarik Iklan ................................................................................... 27
2.3.1 Definisi daya tarik iklan .............................................................. 28
2.3.2 Aspek-aspek daya tarik iklan ...................................................... 28
2.3.3 Pengukuran daya tarik iklan ....................................................... 29
2.4 Kerentanan Dampak Interpersonal ....................................................... 30
2.3.1 Definisi kerentanan dampak interpersonal ................................. 30
2.3.2 Aspek-aspek kerentanan dampak interpersonal .......................... 31
2.3.3 Pengukuran kerentanan dampak interpersonal ........................... 32
2.5 Kerangka Berpikir ................................................................................. 33
xi
2.6 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 38
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 39 3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............................ 40
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................ 40
3.3 Definisi Operasional ............................................................................. 42
3.4 Instrumen pengumpulan data ................................................................ 43
3.4.1 Alat ukur impulsive buying ......................................................... 43
3.4.2 Alat ukur self control .................................................................. 44
3.4.3 Alat ukur daya tarik iklan ........................................................... 45
3.4.4 Alat ukur kerentanan dampak interpersonal .............................. 46
3.5 Uji Validitas Konstruk .......................................................................... 47
3.6 Hasil uji Validitas Konstruk.................................................................. 49
3.6.1 Uji validitas konstruk impulsive buying...................................... 49
3.6.2 Uji validitas konstruk self control ............................................... 51
3.6.2.1 Uji validitas konstruk behavioural control ............................ 52
3.6.2.2 Uji validitas konstruk cognitive control ................................. 53
3.6.2.3 Uji validitas konstruk decisional control ............................... 54
3.6.3 Uji validitas daya tarik iklan ....................................................... 54
3.6.3.1 Uji validitas konstruk daya tarik rasional .............................. 55
3.6.3.2 Uji validitas konstruk daya tarik emosional .......................... 55
3.6.4 Uji validitas kerentanan dampak interpersonal ........................... 57
3.6.4.1 Uji validitas konstruk kerentanan dampak normatif .............. 57
3.6.4.2 Uji validitas konstruk kerentanan dampak informasional ..... 58
3.7 Teknik Analisis Data............................................................................. 58
BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................................ 63
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................................... 63
4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ................................................. 64
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ................................................... 65
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................................ 66
4.5 Proporsi Varian ...................................................................................... 71
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN................................................. 75
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 75
5.2 Diskusi ................................................................................................... 75
5.3 Saran ..................................................................................................... 81
5.3.1 Saran teoritis ................................................................................ 81
5.3.2 Saran praktis ................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 83
LAMPIRAN .............................................................................................................. 87
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor pengukuran skala .............................................................................. 44
Tabel 3.2 Blue print skala impulse buying ................................................................ 45
Tabel 3.3 Blue print skala self control ...................................................................... 46
Tabel 3.4 Blue print skala daya tarik iklan ................................................................ 48
Tabel 3.5 Blue print skala kerentanan dampak interpersonal .................................... 49
Tabel 3.6 Uji validitas konstruk impulse buying ........................................................ 52
Tabel 3.7 Uji validitas konstruk behavioural control ................................................ 54
Tabel 3.8 Uji validitas konstruk cognitive control ..................................................... 55
Tabel 3.9 Uji validitas konstruk desicional control ................................................... 56
Tabel 3.10 Uji validitas konstruk daya Tarik rasional ............................................... 57
Tabel 3.11 Uji validitas konstruk daya Tarik emosional ........................................... 58
Tabel 3.12 Uji validitas konstruk kerentanan dampak normatif ................................ 60
Tabel 3.13 Uji validitas konstruk kerentanan dampak informatif.............................. 61
Tabel 4.1 gambaran umum subjek penelitian ............................................................ 65
Tabel 4.2 tabel analisis deskriptif............................................................................... 67
Tabel 4.3 Pedoman kategorisasi skor ......................................................................... 68
Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel .......................................................................... 68
Tabel 4.5 Model summary analisis regresi ................................................................ 70
Tabel 4.6 Anova pengaruh keseluruhan IV terhadap DV .......................................... 70
Tabel 4.7 Koefisien regresi ........................................................................................ 71
Tabel 4.8 Model summary proporsi varians tiap IV terhadap DV ............................. 73
Tabel 4.8 Urutan sumbangan proporsi varian IV terhadap DV ................................. 77
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Berfikir ..................................................................... 39
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kebutuhan
hidup manusia pun semangkin berkembang. Tak hanya kebutuhan akan sandang,
pangan, papan dan pendidikan saja, tetapi kebutuhan akan penunjang penampilan
pun menjadi prioritas utama bagi sebagian orang, khususnya bagi kaum wanita.
Menurut Utami (2016), kebutuhan sandang yang telah berkembang sebagai
produk fashion merupakan gaya hidup seseorang yang diaplikasikan dalam
mengenakan pakaian, aksesoris, atau bahkan dalam bentuk model rambut hingga
makeup. Menurut thealantic.com, produk fashion menjadi produk popular di
seluruh dunia dan paling banyak dibeli, karena berbelanja merupakan aktivitas
yang menyenangkan, dan untuk sebagian orang menganggap berbelanja pakaian
adalah hobi.
Para ahli neurologis mengatakan bahwa belanja merupakan aktifitas
kompleks. Menurut Saroh (2016) pada tahun 2007, tim peneliti dari Stanford,
Massachusetts Institute of Technology dan Carnegie Mellon University
melakukan penelitian mencari hubungan otak dengan aktivitas belanja pakaian
menggunakan teknologi fMRI. Hasil dari penelitian memperlihatkan bahwa
keputusan yang diambil belum tentu berdasarkan kegunaan dan harga dari barang
tersebut, melainkan berdasarkan seberapa besar orang tersebut menyukainya,
tidak perduli harga yang harus dibayar. Lalu setelah berhasil membeli pakaian
2
yang diinginkan, akan ada gelombang perasaan bahagia pada dirinya ditambah
jika adanya diskon.
Perkembangan teknologi informasi yang meningkat pesat pada tahun-tahun
terakhir juga telah membawa beberapa dampak transformasional pada beberapa
aspek kehidupan termasuk perkembangan dalam dunia bisnis. Salah satu konsep
yang dinilai sebagai paradigma baru yang dikenal sebagai e-bisnis atau e-
commerce akan terus semakin berkembang, salah satunya adalah online shopping
(Purba,2015). Kegiatan e-commerce saat ini telah menjamur di seluruh penjuru
Indonesia, hal ini disebabkan karena semakin banyaknya wadah yang dapat
menampung aktifitas tersebut seperti pada situs-situs jejaring sosial dan website
khusus jual beli. Seperti Facebook yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai
situs pertemanan dan pertukaran informasi sesama teman atau kerabat dekat, saat
ini telah merambah sebagai lahan marketing suatu perusahaan maupun toko online
dalam skala industri rumahan. Tidak hanya situs jejaring sosial seperti Facebook.
Media online lainnya seperti Blog, Twitter, Instagram, Line dan berbagai situs
online khusus jual-beli seperti Tokopedia, Lazada, Elevenia, Bukalapak, dan
lainnya yang yang menjadi tempat kegiatan e-commerce. (Hoga & Rizky, 2012).
Menurut data dan statistik yang dikeluarkan oleh Kementerian Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia pada tahun 2015, jenis barang yang banyak
dibeli secara online pada posisi teratas di tempati oleh kategori fashion dan
aksesoris sebesar 37,6%, kemudian dilanjut dengan pembelian produk handphone,
gadget 12,2%. Hal ini dikarenakan fashion dan aksesoris selain salah satu faktor
pemenuhan kebutuhan pokok, fashion juga merupakan kebutuhan bagi orang-
3
orang untuk bisa tampil menarik di hadapan orang lain, oleh karena itu online
shop saat ini yang mendominasi di dunia maya adalah penjualan produk fashion.
Hal tersebut didukung oleh situs Statista yang hasil pendataan pengguna internet
yang pernah membeli produk secara online per Oktober 2015 berdasarkan
kategori. Statistik ini mengurutkan pendataan dari produk yang paling sering
dibeli dengan posisi pertama ditempati oleh produk fashion yang mencapai 55%
dari pengguna internet global yang pernah belanja melalui online shop
Kemudahan yang ditawarkan oleh e-commerce seperti kemudahan
melakukan pembelian kapan saja dan dimana saja tanpa harus mengganggu
aktifitas lain, membawa perubahan khusus kedalam gaya hidup berbelanja. Sifat
praktis yang disuguhkan oleh transaksi jual-beli secara online cenderung
menjadikan masyarakat rentan dengan perilaku konsumtif. Menurut Tommy
(2016), diperkirakan bahwa sekitar 40% dari seluruh pengeluaran yang dilakukan
konsumen online adalah disebabkan dorongan yang besar untuk melakukan
pembelian secara online, dikarenakan karena lingkungan belanja online lebih
kondusif dibandingkan degan dengan lingkungan belanja offline, karena
lingkungan belanja online membebaskan konsumen dari kendala, misalnya
kondisi toko yang tidak nyaman, jam operasi terbatas, dan tekanan sosial dari staf
atau konsumen lainnnya yang mungkin mereka alami secara fisik.
Hal-hal tersebut tentu saja dapat menimbulkan hasrat membeli yang besar
pada masyarakat bahkan tidak jarang mengarahkan mereka untuk melakukan
pembelian tanpa memikirkan konsekuensi dari barang yang mereka beli yang
disebut dengan impulsive buying. Individu yang melakukan impulsive buying
4
sering kali tidak berpikir terlebih dahulu sebelum membeli suatu produk atau
merek tertentu. Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada
merek atau produk pada saat itu juga (Kharis, 2011). Menurut Rook dan Fisher
(1995) mendefinisikan impulsive buying sebagai kecenderungan konsumen untuk
membeli secara sepontan, reflek dan tiba-tiba. Dari definisi tersebut terlihat bahwa
impulsive buying merupakan sesuatu yang alamiah dan merupakan reaksi yang
cepat.
Dalam forum.femiledaily.com (2008) yang membahas mengenai impulsive
buying, beberapa partisipan menyatakan bahwa dorongan impulsive buying
terjadi ketika mereka dihadapkan dengan adanya promosi dan diskon yang
ditawarkan oleh sejumlah store, tergiur dengan model baju yang sedang tren,
bahkan tak jarang partisipan yang menyebutkan hal tersebut disebabkan oleh peer
group dan hanya ikut-ikutan dikarenakan banyak teman atau bahkan orang-orang
yang sedang menggandrungi fashion item tersebut. Tak hanya itu saja, beberapa
partisipan pun mengakui jika dorongan impulsive buying yang dilakukan pun tak
lepas dari emosi yang kurang stabil seperti stress, bad mood dan bahkan rasa
senang yang berlebihan.
Rook dan Hock (1985) mengidentifikasi terdapat lima unsur penting dalam
timbulnya perilaku implusive buying, yang pertama, keinginan tiba-tiba dan
spontan untuk bertindak, keadaan ketidakseimbangan psikologis, timbulnya
konflik psikologis dan perjuangan, pengurangan evaluasi kognitif, dan kurangnya
memperhatikan konsekuensi impulsive buying.
5
Fenomena yang terjadi saat ini, masyarakat yang cenderung melakukan
pembelian secara implusif adalah wanita dibandingkan dengn pria, menurut
Fischer dan Arnold yang dikutip oleh Tifferet (2012) wanita cenderung bersedia
menghabiskan waktu dan tenaga mereka untuk berbelanja. Hal ini mengakibatkan
wanita cenderung melakukan lebih banyak melakukan impulsive buying
dibandingkan dengan pria. Oleh karen itu, wanita sering kali dijadikan sebagai
terget pemasaran dari pelaku industri fashion.
Menurut Kotler dan Amstrong (2006) secara khusus menyebutkan bahwa
terdapat faktor yang dapat mempengaruhi implusive buying, yaitu; Faktor
eksternal, yang mencakup faktor sosial (kelompok acuan, keluarga, serta peran
dan status); dan Faktor internal, yang mencakup faktor pribadi (usia, tahapan
dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, konsep diri atau self
control dan kepribadian) dan faktor psikologis (motivasi, persepsi, pengetahuan,
keyakinan dan sikap)
Seperti yang dikemukakan oleh Kotler diatas perihal faktor yang dapat
mempengaruhi impulsive buying, beberapa diantaranya merupakan variabel yang
digunakan pada penelitian ini yaitu, faktor eksternal individu yaitu kerentanan
dampak interpersonal dan daya tarik iklan sebagai faktor yang mempengaruhi
impulsive buying. Lalu ada pula faktor internal yang digunakan yaitu self control
atau kontrol diri.
Self control merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi impulsive
buying. Menurut Gaillot et al. (2007) self control mengacu pada kemampuan
seseorang untuk mengatur atau mengontrol dan mengesampingkan pikiran, emosi
6
keinginan dan perilaku seseorang. Self control memungkinkan seseorang lebih
mudah dalam penyesuaian dirinya dalam mencapai hal yang dituju, dimana
membuat seseorang tersebut akan lebih mudah untuk mematuhi moral, hukum,
norma sosial, peraturan serta regulasi lainnya. Seseorang dengan self control yang
rendah lebih rentan tergoda untuk melakukan impulsive buying pada saat itu juga,
didukung dengan adanya promosi penjualan yang menekankan kepuasan sesaat
dari aktifitas berbelanja, strategi tersebut terbukti sukses akan semakin menarik
masyarakat. Sebaliknya, seseorang dengan self control yang tinggi lebih mungkin
untuk membeli berdasarkan bukti dari nilai jangka panjang dan manfaatnya
(Baumeister, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Sultan, Joireman dan Sprott (2011) untuk
menguji efek latihan self control mendapatkan bahwa latihan dalam meningkatkan
self control mengurangi tindakan impulsive buying (kecenderungan membeli
sesuatu secara spontan). Alasan penulis menggunakan self control sebagai faktor
yang dianggap mempengaruhi impulsive buying dikarenakan dari beberapa
penelitian sebelumnya, telah banyak yang membuktikan bahwa self control
merupakan faktor yang memiliki pengaruh dengan signifikasi cukup tinggi
terhadap impulsive buying, baik itu pada wanita maupun pria. Oleh karena itu,
penulis ingin mebuktikan apakah self control juga memiliki pengaruh dengan
signifikasi tinggi terhadap wanita khususnya yang telah menikah.
Ahmad (2011) mengungkapkan bahwa iklan dengan media yang
digunakan akan efektif jika diimbangi dengan kreativitas yang juga berasal dari
daya tarik itu sendiri. Menurut Morissan (2007) daya tarik iklan mengacu pada
7
pendekaran yang digunakan untuk menarik perhatian konsumen atau
memengaruhi perhatian mereka terhadp suatu produk (barang dan jasa). Dapat
disimpukan pula bahwa daya tarik iklan merupakan sesuatu yang menggerakan
orang, berbicara mengenai keinginan atau kebutuhan dan meningkatkan
ketertarikan konsumen.
Dari penjabaran tersebut, perilaku impulsive buying juga tidak lepas dari
adanya pengaruh iklan yang di gunakan oleh para penjual online untuk menarik
banyak konsumen. Menurut Tehria (2016) periklanan telah menjadi salah satu
kegiatan komersial terpenting dalam lingkungan persaingan modern. Periklanan
adalah kegiatan yang menghasilkan informasi untuk mempromosikan penjualan
produk atau layanan komersial dengan mempengaruhi perilaku pembelian
konsumen.
Menurut Mathew et al (2012) yang dikutip oleh Tehria mengungkapkan
bahwa informasi dalam iklan membantu konsumen untuk membuat pilihan di
antara berbagai merek berdasarkan kebutuhan, keinginan, dan masalah yang
dihadapi. Tujuan utama pengiklan adalah untuk membuat audiens mereka
membeli produk dan layanan tersebut baik segera atau dalam waktu dekat. Lee
dan Johnson (2004) mengatakan bahwa daya tarik iklan merupakan sarana
penunjang dalam program promosi. Daya tarik iklan digunakan untuk memikat
perhatian atau minat para konsumen dan juga untuk mempengaruhi perasaan-
perasaan mereka terhadap produk, jasa, atau gagasn.
Alasan penulis memilih daya tarik iklan sebagai faktor yang
mempengaruhi impulsive buying diantaranya selain telah banyak penelitian yang
8
menunjukan adanya pengaruh signifikan dari daya tarik iklan terhadap impulsive
buying, penulis juga ingin membuktikan apakah daya tarik iklan memiliki
pengaruh yang signifikan pula terhadap sampel yang penulis teliti yaitu wanita
yang telah menikah, dan seberapa besar signifikasinya terhadap impulsive buying
yang dilakukan secara online.
Selain faktor self control dan daya tarik iklan, faktor kerentanan dampak
interpersonal pun mempengaruhi individu dalam melakukan impulsive buying.
penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Chen (2012) yang mengatakan bahwa
kerentanan dampak interpersonal (susceptibility to interpersonal influence)
mempunyai pengaruh yang signifikan pada impulsive buying. Lin dan Chen
(2012) mengatakan bahwa individu dengan kerentanan dampak interpersonal
tinggi secara signifikan lebih suka membeli secara impulsif dari pada individu
dengan kerentanan dampak interpersonal rendah. Menurut Luo yang dikutip oleh
Lin dan Chen (2012), berbelanja dengan orang lain sangat mempengaruhi dalam
impulsive buying. Lin dan Chen juga mencatat bahwa jika perilaku seseorang
tidak dapat diterima, kemudian perubahan akan terjadi untuk membuat perilaku
seseorang tersebut lebih dekat dengan perilaku kelompok referensi.
Pemahaman tentang kelompok-kelompok referensi dalam perilaku
konsumen adalah sebuah fenomena yang penting. Kelompok referensi membuat
seseorang menyadari produk tertentu, akibatnya seseorang akan mengikuti yang
menjadi trend dalam kelompok referensi tersebut, tidak hanya pendapat individu
yang dipengaruhi tetapi pembentukan sikap, pemilihan produk, pengolahan
9
informasi dan proses pengambilan keputusan secara signifikan juga dipengaruhi
(Bearden , Natemayer, & Teel., 1989).
Menurut Bearden (1989) kerentanan dampak interpersonal didefinisikan
sebagai suatu kebutuhan untuk identifikasi, atau untuk meningkatkan image
dimata significant others melalui akuisisi dan penggunaan produk dan merek, dan
keinginan untuk memenuhi harapan orang lain mengenai suatu keputusan
pembelian dan kecenderungan mempelajari produk dan pelayanan dengan cara
mengobservasi atau mencari informasi dari orang lain. Para peneliti telah
mengungkapkan bahwa ketika individu berbelanja dengan temannya, individu
cenderung membeli banyak produk (Mangleburg et al., 2004).
Dalam kaitannya dengan gender, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
wanita lebih terpengaruh oleh alasan emosionalnya, sementara pria lebih
dipengaruhi oleh alasan fungsi dan instrumen (Kacen & Lee, 2002). Menurut
Widawati (2011) sisi emosi yang cenderung mendominasi perasaan dan pikiran
wanita menjadi sumber mengapa mereka menjadi mudah tergugah oleh stimulasi
dari lingkungan yang ditawarkan, sekalipun mereka menyadari bahwa barang-
barang tersebut belum tentu dibutuhkan. sehingga wanita lebih dapat
dikategorikan sebagai pembeli impulsif.
Menurut Tifferet dan Herstein (2012) terdapat tiga alasan mengapa wanita
lebih memungkinkan untuk melakukan impulsive buying. Pertama, karena
impulsive buying terkait dengan konsumsi hedonis, dan wanita mendapat skor
lebih tinggi dalam konsumsi hedonis daripada pria, dan menunjukkan tingkat
pembelian impuls yang lebih tinggi juga. Kedua, wanita lebih cenderung rentan
10
terhadap serangan kecemasan (Feingold, 1994) dan depresi (Wade et al., 2002)
dibandingkan pria. Mengingat hubungan antara impulsive buying dan emosi
negatif memiliki hubungan yang signifikan (Silvera et al., 2008); (Verplanken et
al., 2005), wanita dapat menjadikan impulsive buying sebagai sarana untuk
meningkatkan kondisi mental mereka. Ketiga, beberapa bukti mengatakan bahwa
wanita memiliki pengalaman taktikal yang lebih baik terhadap sesuatu
dibandingkan pria (Workman, 2010).
Pada faktor usia, Wood (1998) menemukan bahwa impulsive buying
meningkat pada usia 18 hingga 39 tahun dan menurun setelahnya. Rentang usia
18-39 tahun adalah rentang usia yang termasuk dalam tahap perkembangan
dewasa awal. Lalu Beberapa penelitian menunjukan fakta bahwa pembeli dibawah
umur 35 tahun lebih rentan untuk melakukan impulsive buying dibanding dengan
yang lainnya. semakin tua usia seseorang maka semakin berkurang tingkat
impulsive buying (Kacen & Lee, 2002).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widawati (2011) Hasil penelitian
menggambarkan bahwa umumnya konsumen yang berstatus telah menikah
memiliki kecenderungan berperilaku impulsive buying tinggi dibanding konsumen
yang belum menikah. Hal tersebut dapat dipahami, mengingat dengan status
menikah, jumlah anggota keluarga bertambah sehingga jenis kebutuhan
barangpun akan makin beragam. Kebutuhan yang bertambah, diperkuat dengan
kemudahan sistem pembayaran melalui penggunaan kartu belanja ataupun kartu
kredit mendorong konsumen secara kuat dan intensif tergugah pikiran dan
11
perasaannya untuk membuat keputusan-keputusan pembelian tanpa perencanaan
yang matang dan rasional.
Hal ini yang mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai
impulsive buying pada wanita, khususnya mereka yang telah menikah, dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya self control, daya tarik iklan dan
kerentanan dampak interpersonal. Dan apakah dengan sampel yang diambil oleh
penulis hasil yang didapat akan sama dengan apa yang telah diteliti sebelumnya.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, peneliti membatasai
penelitian sebagai berikut :
1. Impulsive buying adalah suatu kondisi yang terjadi ketika individu mengalami
perasaan terdesak secara tiba-tiba yang tidak dapat dilawan. Kecenderungan
untuk membeli secara spontan ini umumnya dapat menghasilkan pembelian
ketika konsumen percaya bahwa tindakan tersebut adalah hal yang wajar (Rook
& Fisher 1995).
2. Self Control,
Self-control yang dimaksud adalah kemampuan seseorang dalam mengelola
emosi untuk membuat keputusan dalam mengekspresikan perasaan-perasaan
atau tindakan dalam lingkungan sosial. (Averill,1973)
Dalam penelitian ini, aspek-aspek self control dibatasi menjadi (1) Behavior
Control, merupakan kesiapan seorang dalam merespon suatu stimulus yang
secara langsung memperoleh keadaan tidak menyenangkan dan langsung
12
mengantisipasinya. (2) Cognitive Control yaitu kemampuan individu dalam
mengolah informasi yang tidak diinginkan, dengan menilai atau
menghubungkan suatu kejadian dengan mengurangi tekanan. (3) Decisional
Control yaitu kemampuan individu untuk memilih hasil atau suatu tindakan
berdasarkan pada suatu yang diyakini (Averill, 1973).
3. Daya tarik iklan adalah pendekatan yang digunakan dalam iklan untuk menarik
perhatian atau minat para konsumen dan mempengaruhi perasaan mereka
terhadap produk, jasa, atau gagasan. Dalam penelitian ini, aspek-aspek daya
tarik iklan dibatasi menjadi (1) Daya Tarik Rasional, yaitu pemenuhan
kebutuhan konsumen terhadap aspek praktis fungsional & kegunaan suatu
produk, dan (2) Daya Tarik Emosional, yaitu pemenuhan perasaan individu
yang menciptakan tanggapan perasaan dan sikap. (Lee dan Jhonson,2004)
4. Kerentanan dampak interpersonal kebutuhan seseorang mengidentifikasi
sesuatu dengan bantuan pandangan atau opini seseorang dan keinginan untuk
mengikuti orang lain terhadap keputusan pembelian dan kecenderungan untuk
mempelajari suatu produk dan jasa dengan mengobservasi dari orang lain
(Bearden et al., 1989). Dalam penelitian ini, aspek-aspek kerentanan dampak
interpersonal dibatasi menjadi: (1) Kerentanan dampak normatif yaitu
kecenderungan untuk memenuhi harapan orang lain (2) Kerentanan dampak
informasional yaitu kecenderungan individu untuk menerima informasi dari
individu lain terkait apa yang menjadi realitas saat itu dan pendapat orang lain
begitu berpengaruh pada keputusan membelinya.
13
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti
menggunakan rumusan masalah menjadi
1. Apakah self control, daya tarik iklan dan dampak kerentanan interpersonal
mempengaruhi online impulse buying produk fashion pada wanita yang telah
menikah?”
2. Apakah variabel behavior control memiliki pengaruh terhadap online impulsive
buying?
3. Apakah variabel cognitive control memiliki pengaruh terhadap online
impulsive buying?
4. Apakah variabel decisional control memiliki pengaruh terhadap online
impulsive buying?
5. Apakah variabel daya tarik rasional memiliki pengaruh terhadap online
impulsive buying?
6. Apakah variabel daya tarik emosional memiliki pengaruh terhadap online
impulsive buying?
7. Apakah variabel kerentanan dampak normatif memiliki pengaruh terhadap
online impulsive buying?
8. Apakah variabel kerentanan dampak informasional memiliki pengaruh
terhadap online impulsive buying?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
14
1. Untuk mengetahui ada pengaruh signifikan self control terhadap online
impulsive buying.
2. Untuk mengetahui ada pengeruh signifikan daya tarik iklan terhadap online
impulsive buying.
3. Untuk mengetahui ada pengeruh signifikan kerentanan dampak interpersonal
terhadap online impulsive buying.
4. Untuk mengetahui besar sumbangan pengaruh IV (self control, daya tarik iklan
dan kerentanan dampak interpersonal) terhadap DV (impulsive buying)
5. Untuk mengetahui proporsi varian masing-masing variabel.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi ilmu
psikologi, khususnya psikologi konsumen.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya
tentang hal-hal yang berkaitan dengan perilaku impulsive buying khususnya
dalam konteks online.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada konsumen produk
agar tidak membeli sesuatu karena terpengaruh oleh faktor diluar dari dirinya dan
dapat membeli sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, temuan penelitian ini akan
memberikan informasi yang berguna bagi penjual online untuk membantu
mengembangkan strategi pemasaran yang efektif untuk mempromosikan
pembelian impulsif dan pada akhirnya meningkatkan profitabilitas.
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Implusive Buying
2.1.1 Definisi Implusive Buying
Menurut Rook dan Fisher (1995) impulsive buying adalah kecenderungan
konsumen untuk membeli secara sepontan, reflek, tiba-tiba, dan otomatis. Dari
definisi tersebut terlihat bahwa impulse buying merupakan sesuatu yang alamiah
dan merupakan reaksi yang cepat. Impulsive buying bisa terjadi dimana saja dan
kapan saja. Termasuk pada saat seorang penjual menawarkan suatu produk kepada
calon konsumen. Dimana sebenarnya produk tersebut terkadang tidak terpikirkan
dalam benak konsumen sebelumnya. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Utami (2014) yang mengutip pendapat dari Schiffman dan Kanuk bahwa
pembelian impulsif merupakan keputusan yang emosional atau menurut desakan
hati. Emosi dapat menjadi sangat kuat dan berlaku sebagai dasar dari motif
pembelian yang dominan.
Tendai dan Crispen (2009) yang mengutip penjelaskan dari Huang dan
Ming mengatakan bahwa impulsive buying sebagai suatu hal yang lebih
membangkitkan gairah berbelanja yang tidak diinginkan, kurang disengaja dan
lebih tak tertahankan perilaku untuk membeli dibandingkan untuk perilaku
pembelian yang direncanakan, dengan makin tingginya impulsive buying maka
akan lebih besar kemungkinan nya menjadi tidak efektif, emosional tertarik untuk
objek berkeinginan segera terpuaskan. Gutierrez (2004) menjelaskan bahwa
16
impulsive buying sebagai pembelian langsung di mana konsumen tidak aktif
dalam mencari produk dan sebelumnya tidak memiliki rencana untuk membeli.
Cobb dan Hoyer (1989) yang dikutip oleh Tirmizi, mengklasifikasikan
suatu pembelian impulsif terjadi apabila tidak terhadap tujuan pembelian merek
tertentu atau kategori produk tertentu pada saat masuk ke dalam toko. Beberapa
peneliti pemasaran beranggapan bahwa impulsive sinonim dengan unplanned
ketika para psikolog dan ekonom memfokuskan pada aspek irasional atau pembeli
impulsif murni. Hausman (2000) merangkum temuan dari penelitian sebelumnya
dan mengklaim bahwa hampir 90% orang sesekali melakukan impulsive buying
dan antara 30 persen hingga 50% dari semua pembelian diklasifikasikan oleh
pembeli sendiri sebagai impulsive buying.
2.1.2 Aspek-Aspek Impulsive Buying
Verplanken & Herabadi (2001) membagi implusive buying menjadi 2 aspek, yaitu:
A. Aspek Kognitif
Aspek kognitif yang dimaksudkan adalah kekurangan pada unsur
pertimbangan dan unsur perencanaan dalam pembelian yang dilakukan.
Hal ini didasari oleh pernyataan Verplanken & Aarts (dalam
Verplanken & Herabadi, 2001) bahwa pembelian yang dilakukan
mungkin tidak direncanakan atau dipertimbangkan dengan matang
untuk berbagai macam alasan, misalnya ketika pembelian tak terencana
tampak tak direncanakan dalam waktu yang panjang atau dalam kasus
pengulangan pembelian atau kebiasaan pembelian.
Aspek kognitif terdiri dari tiga komponen yaitu :
17
1. Cognitive deliberation, yaitu suatu keadaan dimana individu merasakan
adanya desakan untuk bertindak tanpa adanya pertimbangan dan
pemikiran mengenai konsekuensi yang akan didapat.
2. Unplanned buying, yaitu suatu keadaan dimana individu tidak memiliki
rencana yang jelas saat berbelanja.
3. Disregrad for the future, yaitu dimana saat individu melaakukan
impulse buying tanpa memikirkan atau minghiraukan masa depan.
B. Aspek Afektif
Aspek afektif meliputi dorongan emosional yang secara serentak
meliputi perasaan senang dan gembira setelah membeli tanpa
perencanaan (Verplanken & Herabadi, 2001) lebih lanjut
menambahkan, setelah itu juga secara tiba-tiba muncul perasaan atau
hasrat untuk melakukan pembelian berdasarkan keinginan hati, yang
sifatnya berkali-kali atau kompulsif, tidak terkontrol, kepuasan, kecewa,
dan penyesalan karena telah membelanjakan uang hanya untuk
memenuhi keinginannya.
Aspek afektif terdiri dari tiga komponen, yaitu :
1. Irresistible urge to buy, yaitu suatu keadaan dimana individu memiliki
keinginan yang instan dan segera, terus menerus dan mendesak,
sehingga individu tersebut tidak dapat menahan dirinya untuk
melakukan impilse buying.
18
2. Positive buying emotion, yaitu suatu keadaan dimana individu memiliki
suasana hati yang positif dikarenakan oleh adanya motivasi dalam
dirinya untuk memuaskan diri melalui implusive buying.
3. Mood managemant, yaitu suatu keadaan dimana muncul keinginan dari
individu untuk mengubah perasaannya dengan melakukan impilse
buying.
2.1.3 Karakteristik Impulsive Buying
Menurut penelitian Rook (1987) pembelian impulsif memiliki beberapa
karakteristik sebagai berikut:
1) Spontanitas (spontaneity). Pembelian terjadi secara tidak diharapkan, tidak
terduga dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, seringkali
dianggap sebagai respon terhadap stimulasi visual yang berlangsung di
tempat penjualan.
2) Kekuatan, kompulsi dan intensitas (power, compulsion and intensity).
Adanya motivasi untuk mengesampingkan hal-hal lain dan melakukan
tindakan seketika.
3) Kegairahan dan stimulasi (excitement and stimulation). Keinginan
mendadak untuk membeli disertai oleh adanya emosi yang
dikarakteristikan dengan perasaan bergairah dan tidak terkendali.
4) Ketidakpedulian akan akibat (disregard for consequences). Desakan untuk
membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak, sehingga akibat negatif
diabaikan.
2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi implusive buying
19
Faktor- faktor yang dapat memicu terjadinya perilaku impulsive online.
1. Faktor eksternal (Dawson & Kim, 2009; Verplanken & Herabadi, 2001; Stern,
1962)
Faktor-faktor eksternal seperti lingkungan toko (penampilan fisik produk, cara
menampilkannya, atau adanya tambahan seperti bau yang wangi, warna yang
indah, atau musik yang menyenangkan). Isyarat-isyarat yang bermuatan afek
ini dapat menarik perhatian, menimbulkan motivasi untuk membeli, atau
menyebabkan munculnya suasana hati yang positif, dan merupakan hal yang
sangat penting selama berlangsungnya in-store browsing dapat mengakibatkan
munculnya perasaan positif dan dorongan untuk membeli, di mana keduanya
merupakan karakteristik dari pembelian impulsif (Verplanken & Herabadi,
2001; Dawson & Kim, 2009). Faktor eksternal lain yang juga memengaruhi
pembelian impulsif adalah ketersediaannya waktu dan uang (Verplanken &
Herabadi, 2001; Stern, 1962). Karakteristik produk (Verplanken & Herabadi,
2001; Stern, 1962. Dan promosi dan marketing (Verplanken & Herabadi, 2001)
2. Faktor internal (Verplanken & Herabadi, 2001; Kacen & Lee, 2002; Rook &
Fisher)
Beberapa faktor internal yang mempengaruhi beberapa pembelian impulsif di
antaranya:
1. Emosi, yaitu reaksi baik positif maupun negatif sebagai dampak dari
rangsangan dari dalam diri sendiri maupun dari luar (Verplanken &
Herabadi, 2001; Kacen & Lee, 2002).
20
2. Self-esteem, yaitu sejauhmana individu menilai dirinya sebagai orang yang
menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberhargaan,
dan kompeten (Verplanken & Herabadi, 2001).
3. Motivasi hedonis, yaitu suatu hal yang dapat menggerakkan manusia
untuk dapat memenuhi kebutuhannya khususnya kebutuhan pemenuhan
kesenangan dan kenikmatan materi sebagai bentuk tujuan utama dalam
hidup (Verplanken & Herabadi, 2001).
4. Kepribadian, menurut Rook & Fisher (1995) kepribadian adalah salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam melakukan implusive
buying.
5. Self control, yaitu aktivitas pengendalian tingkah laku sebelum
memutuskan untuk bertindak (Verplanken & Herabadi, 2001).
2.1.5 Pengukuran Impulsive Buying
Lucas (2013) mentebutkan terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk
mengukur variabel implusive buying, diantaranya adalah :
1. Impulsive Behavior Scale (UPPS-P)
UPPS-P adalah skala dengan 59-item yang mengevaluasi lima dimensi
perilaku impulsif, dan terdiri dari 45 item (Whiteside & Lynam, 2001)
UPPS dan 14-item pengukuran urgensi positif. Lima dimensi adalah:
kurangnya perencanaan terlebih dahulu (misalnya, saya biasanya (tidak)
berpikir cermat sebelum melakukan sesuatu), urgensi negatif (misalnya,
Ketika saya marah, saya sering bertindak tanpa berpikir), urgensi positif
(misalnya, saya cenderung untuk bertindak tanpa berpikir ketika saya
21
benar-benar bersemangat), kurangnya ketekunan (misalnya, saya
cenderung mudah menyerah), dan mencari sensasi (misalnya, saya akan
mencoba sesuatu sekali). Item yang dinilai dari (1) sangat setuju untuk
(5) sangat tidak setuju, dan recoded sehingga skor yang lebih tinggi
menunjukkan perilaku yang lebih impulsif.
2. Impulse Buying Tendency Scale (IBT)
Impulse Buying Tendency Scale adalah pengukuran dengan 20-item dari
dua aspek kecenderungan impulse buying, kognitif dan afektif
(Verplanken & Herabadi, 2001). 10-item subskala kognitif (IBT-Cog)
berisi item yang terkait dengan kurangnya perencanaan mengenai
keputusan pembelian (misalnya, saya sering membeli barang tanpa
berpikir) dan 10-item afektif subskala (IBT-Aff) berisi item yang
mencerminkan perasaan tentang membeli ( misalnya, kadang-kadang
saya tidak bisa menekan perasaan ingin membeli sesuatu). Item yang
dinilai dari (1) sangat setuju untuk (5) sangat tidak setuju, dan recoded
sehingga skor yang lebih tinggi menunjukkan kecenderungan impuls
membeli lebih tinggi.
3. Recent Impulse Buying Behavior Scale (RIBB)
RIBB adalah dimodifikasi versi 8-item dari skala pengukuran state dari
Pine dan Fletcher (2011). Item mengukur impulse buying yang terjadi
kapan saja dalam sebelum tiga hari. Item yang dinilai dari (1) sangat
setuju untuk (5) sangat tidak setuju, dan recoded sehingga skor yang
lebih tinggi mencerminkan lebih impulsif.
22
4. Skala pengukuran impulsive buying yang dikemukakan oleh Rook
(1987).
Terdiri dari empat aspek yang mengacu pada karakteristik yang
dikemukakan oleh Rook meliputi 1.spontanitas (spontaneity); 2.kekuatan,
kompulsi dan intensitas (power, compulsion and intensity); 3.kegairahan
dan stimulasi (excitement and stimulation); dan 4.ketidakpedulian akan
akibat (disregard for consequences).
Pengukuran perilaku implusive buying yang akan digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan 12 item yang mengacu pada
karakteristik yang dikemukakan oleh Rook (1987) dengan sekala pengukuran
menggunakan skala Likert. Alsan peneliti menggunakan alat ukur ini karena aspek
yang dipakai dalam mengukur implusive buying yang dikemukakan oleh Rook
cukup mewakili karakteristik dari perilaku implusive buying.
2.2 Self-control
2.2.1 Definisi Self-control
Menurut Baumeister (2002) self control merupakan kemampuan untuk menahan
keinginan dan dorongan dalam diri sendiri. Self control mengacu pada kapasitas
untuk mengubah tanggapan sendiri, terutama untuk mengarahkan seseorang sesuai
dengan standar seperti cita-cita, nilai-nilai, moral, dan harapan sosial, dan untuk
mendukung mereka dalam mengejar tujuan jangka panjang. Menurut Gaillot et al.
(2007) self control mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengatur atau
mengontrol dan mengesampingkan pikiran, emosi keinginan dan perilaku
seseorang. Self control menggambarkan keputusan individu melalui pertimbangan
23
kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun guna meningkatkan hasil
dan tujuan tertentu sebagaimana yang diinginkan.
Chita (2015) mengatakan self control menggambarkan keputusan individu
melalui pertimbangan kognitif yang dilakukan untuk menyatukan perilaku guna
meningkatkan hasil dan tujuan tertentu sebagaimana yang diinginkan. Seseorang
yang memiliki self control yang rendah sering mengalami kesulitan menentukan
konsekuensi atas tindakan mereka. Seseorang dengan self control tinggi sangat
memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang
bervariasi.
Menurut Rothbaum (dalam Tangney et.all, 2004) menyatakan bahwa
kontrol diri secara luas dianggap sebagai kapasitas untuk berubah dan beradaptasi
dengan diri sehingga menghasilkan sesuatu lebih baik secara optimal antara diri
dan dunia. Menurut Tangney, dkk (2004) menyatakan bahwa pusat dari konsep
pengendalian diri kita adalah kemampuan untuk mengesampingkan atau
mengubah tanggapan batin seseorang, serta untuk menekan kecenderungan
perilaku yang tidak diinginkan dan menahan diri dari tindakan tersebut.”
Dari pengertian self control diatas, dapat disimpulkan bahwa self control
adalah kemampuan individu untuk mengendalikan dirinya dari dorongan-
dorongan emosi yang ada sehingga dapat menekan kecenderungan perilaku yang
tidak diharapkan.
2.2.2 Aspek-Aspek Self-control
Berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Averill (1973), terdapat tiga aspek
dalam self control,yaitu :
24
1) Behavior Control (Mengontrol Perilaku)
Behavior control adalah suatu tindakan langsung terhadap lingkungan.
Aspek ini terdiri dari 2 komponen, yaitu: mengatur pelaksanaan
(regulated administration), dan memodifikasi stimulus (stimulus
modifiability). Kemampuan mengatur pelaksaan merupakan kemampuan
individu untuk menentukan siapa yang akan mengendalikan situasi atau
keadaan dirinya sendiri atau sesuatu diluar dirinya. Individu yang
mempunyai kemampuan mengontrol diri dengan baik akan mampu
perilakunya sendiri, dan jika individu tersebut tidak mampu, maka akan
menggunakan sumber eksternal dari luar dirinya. Kemampuan mengatur
stimulus adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan
suatu stimulus yang tidak dikehendaki datang (Badriah, 2013).
2) Cognitive Control (Mengontrol Kognisi)
Cognitive Control adalah kemampuan individu untuk mengolah
informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasikan,
menilai, atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka
kognitif sebagai adaptasi psikologi untuk mengurangi tekanan. Aspek ini
terdiri dari 2 komponen, yaitu: memperoleh informasi (information gain)
dan melakukan penilaian (apparsial). Informasi yang dimiliki individu
atas suatu kejadian yang tidak menyenangkan dapat diantisipasi dengan
berbagai pertimbangan, serta individu akan melakukan penilaian dan
berusaha untuk menafsirkannya melalui segi-segi positif secara subjektif
(Badriah, 2013).
25
3) Decisional Control (Mengontrol Keputusan)
Decisional Control adalah kemampuan untuk memilih hasil yang
diyakini individu, dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan
adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri
individu untuk memilih kemungkinan tindakan. Aspek ini terdiri dari 2
komponen juga, yaitu: mengantisipasi peristiwa dan menafsirkan
peristiwa, dimana individu dapat menahan dirinya (Badriah, 2013).
2.2.3 Pengukuran Self-control
Ada beberapa pengukuran self control, diantaranya:
1. Self-Control Rating Scale (SCRS) yang ditulis oleh Dickerson, yang
terangkum kedalam 33 item baku.
2. Self Control Behavior Inventory Fagen (dalam Tangney, 2004) pada
dasarnya adalah sebuah checklist untuk peringkat pengamatan perilaku.
3. Self-Control Questionnaire oleh Brandon, dkk sebagai skala sifat kontrol
diri. Brandon menekankan pada perilaku kesehatan, dan memiliki cakupan
item yang luas.
4. Self-Control Schedule oleh Rosenbaum, ditujukan khusus untuk sampel
klinis dan berfokus pada penggunaan strategi seperti gangguan diri dan
kognitif untuk memecahkan masalah perilaku tersebut.
Peneliti menggunakan skala pengukuran teori dari Averill (1973) yaitu,
Pengukuran perilaku self-control yang akan digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan 18 item yang mengacu pada teori yang
dikemukakan oleh Averill (1973) dengan sekala pengukuran menggunakan skala
26
Likert. Alsan peneliti menggunakan alat ukur yang dikemukakan oleh Averill
lebih menggambarkan aspek yang peneliti gunakan.
2.3 Daya Tarik Iklan
2.3.1 Definisi Daya Tarik Iklan
Daya tarik iklan adalah penyampaian pesan mengenai produk dengan
menggunakan beberapa pendekatan untuk dapat menarik konsumen. Menurut Lee
& Johnson (2004) daya tarik iklan merujuk pada basis atau pendekaan yang
digunakan dalam iklan untuk menarik perhatian atau minat para konsumen atau
untuk mengetahui ketertarikan mereka terhadap sebuah produk, jasa ataupun
gagasan. Morissan (2007) Daya tarik iklan merupakan sesuatu yang
menggerakkan orang, berbicara mengenai keinginan atau kebutuhan mereka dan
membangkitkan ketertarikan. Suyanto (2005) mengatakan bahwa daya tarik iklan
merupakan sarana penunjang dalam program promosi, maka dari itu daya tarik
iklan sangat dibutuhkan agar pesan yang disampaikan mempunyai dampak yang
diinginkan pengiklan. Menurut Charli (2008) pendekatan daya tarik iklan
digunakan untuk menarik perhatian konsumen atau untuk mempengaruhi perasaan
mereka terhadap produk, jasa atau tujuan.
2.3.2 Aspek-Aspek Daya Tarik Iklan
Menurut Lee dan Johnson (2004) jenis daya tarik iklan terdapat dua aspek, yaitu:
1. Daya tarik rasional/ informasional
Menekankan pada pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap aspek
praktis, fungsional, dan kegunaan suatu produk dan juga menekankan pada
atribut yang dimiliki suatu produk dan atau manfaat atau alasan memiliki
27
atau menggunakan merek produk tertentu. Isi pesan iklan dengan daya
tarik rasional/informatif menekankan pada fakta, pembelajaran, serta
logika yang disampaikan suatu iklan. Daya tarik iklan dengan basis
rasionalitas cenderung bersifat informatif, dan pemasang iklan
menggunakan daya tarik ini untuk meyakinkan konsumen bahwa produk
mereka memiliki atribut tertentu atau bersangkutan memberikan manfaat
tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Iklan dengan daya
tarik rasional bertujuan membujuk target konsumen untuk membeli karena
produk bersangkutan adalah yang terbaik atau yang paling dapat
memenuhi kebutuhan konsumen.
2. Daya tarik emosional
Daya tarik ini dirancang untuk mempengaruhi perasaan individu yang
menciptakan tanggapan-tanggapan berupaperasaan dan sikap. Hal ini juga
membangkitkan emosi-emosi baik yang negatif maupun positif yang dapat
memotivasi pembeliaan. Para pengiklan dapat menggunakan daya tarik
positif seperti rasa cinta, kebanggaan, kesenangan, dan humor. Dapat juga
menggunakan daya tarik negatif seperti ketakutan, rasa bersalah dan rasa
malu yang mengajak orang-orang untuk melakukan hal-hal yang
sebaiknya mereka lakukan atau berhenti melakukan hal-hal yang
sebaiknya tidak mereka laukan.
2.3.4 Alat Ukur Daya Tarik Iklan
Dalam penelitian ini, penulis mengukur daya tarik iklan terhadap impulse buying
dengan menggunakan alat ukur berdasarkan teori dari Lee dan Johnson yang
28
diadaptasi dari alat ukur dari Ariani (2016) yang terdiri dari 12 item, yang dimana
aspek rasional diwakili oleh 6 item dan aspek emosional diwakili oleh 6 item.
2.4 Kerentanan Dampak Interpersonal
2.4.1 Definisi Kerentanan Dampak Interpersonal
Menurut Bearden et al. (1989) kerentanan dampak interpersonal (susceptibility to
interpersonal influence) kebutuhan seseorang mengidentifikasi sesuatu dengan
bantuan pandangan/opini seseorang dan keinginan untuk mengikuti orang lain
terhadap keputusan pembelian dan kecenderungan untuk mempelajari suatu
produk dan jasa dengan mengobservasi dan mencari informasi dari orang lain.
Dapat dikatakan bahwa kerentanan dampak interpersonal merupakan
sebuah trait yang pasti ada pada setiap individu, namun dengan kadar yang
berbeda, dimana individu sebagai konsumen akan semakin rentan dengan
pengaruh interpersonal jika individu tersebut merasa butuh untuk mengidentifikasi
dirinya dengan orang lain, bersedia untuk menyesuaikan diri dengan orang
tersebut, dan memiliki kecenderungan untuk mencari informasi dari orang lain.
Ketiga hal ini berkaitan dengan peran utama konsumen, yakni mengkonsumsi
produk, jasa, serta merek (Bearden et al., 1989).
Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan definisi yang
dikemukakan oleh Bearden et al. (1989) sebagai landasan teori kerentanan
dampak interpersonal. Alasan peneliti memilih definisi tersebut karena definisi
yang dikemukakan oleh Bearden et al. (1989) telah dilengkapi dengan properti-
properti konstruk seperti dimensi dan alat ukur yang sudah diakui dan digunakan
dalam banyak penelitian psikologi.
29
2.4.2 Aspek-aspek kerentanan dampak interpersonal
Bearden et al. (1989) mengemukakan bahwa kerentanan dampak interpersonal
memiliki dua dimensi, yakni kerentanan dampak normatif dan kerentanan dampak
informasional. Berikut mengenai kerentanan dampak normatif dan kerentanan
dampak informasional:
1. Kerentanan dampak normatif
Kerentanan dampak normatif (susceptibility to normative influence)
didefinisikan sebagai kecenderungan untuk memenuhi harapan orang lain
(Bearden et al., 1989). Lalu Bearden et al. (1989) membagi dimensi
pengaruh normatif ke dalam dua sub-dimensi, yakni kerentanan
konsumen terhadap nilai ekspresif dan kerentanan konsumen terhadap
nilai utilitarian.
Kerentanan konsumen terhadap nilai ekspresif menggambarkan
keinginan individu untuk meningkatkan citra diri melalui asosiasi dengan
kelompok tertentu. Munculnya nilai ekspresif pada diri individu
disebabkan oleh keinginan individu untuk meningkatkan dan mendukung
citra diri dengan mengidentifikasi dirinya pada individu lain atau
kelompok tertentu. Proses munculnya nilai ekspresif diawali oleh
kepuasan individu dapatkan ketika mengadopsi perilaku atau pendapat
individu lain (Bearden et al., 1989).
Sedangkan sub-dimensi utilitarian adalah sebagai upaya individu
untuk memenuhi harapan individu lain, baik untuk mendapat imbalan,
atau menghindari hukuman. Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa
30
pengaruh utilitarian lebih kepada bentuk kepatuhan individu bukan
bentuk dari keinginan untuk meningkatkan citra diri layaknya nilai
ekspresif. Adapun pengaruh normatif yang dimaksud pada perilaku
pembelian impulsif disini adalah melakukan pembelian suatu produk
karena pengaruh orang lain, yang dimana individu mempunyai keinginan
untuk meniru seseorang. Jika individu membeli produk yang dibeli oleh
orang lain individu merasa mempunyai kedekatan dalam dirinya dengan
orang tersebut.
2. Kerentanan dampak informasional
Kerentanan dampak informasional (susceptibility to informational
influence) didefinisikan sebagai kecenderungan individu untuk menerima
informasi dari individu lain terkait apa yang menjadi realitas saat itu dan
pendapat orang lain begitu berpengaruh pada keputusan membelinya
(Bearden et al., 1989). Kerentanan konsumen terhadap pengaruh
informasional dapat muncul melalui dua cara. Pertama, mencari
informasi dari individu lain yang dianggap memiliki pengatahuan lebih
baik. Kedua, membuat kesimpulan berdasarkan pengamatan terhadap
perilaku lain (Bearden et al., 1989).
2.4.3 Pengukuran kerentanan dampak interpersonal
Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil oleh
seseorang termasuk dalam melakukan pembelian suatu barang. Oleh sebab itu
faktor penting dari perilaku individu dipengaruhi oleh orang lain. Pengukuran
kerentanan dampak interpersonal dalam penelitian ini menggunakan skala
31
Consumers Susceptibility to Interpersonal Influence (CSII) dari Bearden et al.
(1989) dimana skala ini mengukur seberapa besar seseorang akan terpengaruh
terhadap lingkungan sosialnya.
Skala consumers susceptibility to interpersonal influence terdiri dari 12
item yang mengukur dua sub-skala. Sub-skala pertama melihat kerentanan
dampak normatif yang mencakup 8 item untuk mengukur sejauh mana konsumen
mendapatkan persetujuan atau penegasan dari lingkungan sosial mereka.
Sedangkan sub-skala kedua melihat kerentanan dampak informasional yang
mencakup 4 item untuk mengukur sejauh mana individu mencari informasi yang
berkaitan dengan pembelian dari lingkungan sosialnya.
2.5 Kerangka Berpikir
Aktifitas belanja dewasa ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat, hal ini
didukung dengan adanya kemajuan dalam bidang komunikasi yang semakin
mempermudah kegiatan berbelanja yang dapat dilakukan kapanpun dan
dimanapun. Tetapi tak jarang dengan adanya kemudahan ini masyarakat menjadi
sulit untuk mengkontrol diri dan terjerumus pada kegiatan implusive buying.
Kegiatan implusive buying ini sendiri dapat dilihat dari perilaku
masyarakat yang tak jarang untuk melakukan pembelian tanpa perencanaan
terlebih dahulu terhadap suatu produk. Salah satu contoh yang dapat peneliti
paparkan adalah aktivitas pembelian produk fashion yang sebagian besar
dilakukan oleh wanita.
2.5.1 Pengaruh Self Control Terhadap Implusive Buying
32
Dalam melakukan pembelian, individu sebaiknya mampu mengontrol diri mereka
agar tidak melakukan pembelian secara berlebihan. Setiap individu memiliki
mekanisme yang mampu mengatur dan mengarahkan segala perilaku yang mereka
lakukan uang disebut self control. Self control merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi impulse buying. Menurut Gaillot et al. (2007) self control
mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengatur atau mengontrol dan
mengesampingkan pikiran, emosi keinginan dan perilaku seseorang. Self control
menggambarkan keputusan individu melalui pertimbangan kognitif untuk
menyatukan perilaku yang telah disusun guna meningkatkan hasil dan tujuan
tertentu sebagaimana yang diinginkan.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Baumeister (2002) menunjukan
bahwa seseorang dengan self control yang rendah lebih rentan tergoda untuk
melakukan impulsive buying pada saat itu juga, didukung dengan adanya promosi
penjualan yang menekankan kepuasan sesaat dari aktifitas impulsive buying,
strategi tersebut terbukti sukses akan semakin menarik masyarakat. Sebaliknya,
seseorang dengan kontrol diri yang tinggi lebih mungkin untuk membeli
berdasarkan bukti dari nilai jangka panjang dan manfaatnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sultan, Joireman dan Sprott (2011) untuk
menguji efek latihan self control mendapatkan bahwa latihan dalam meningkatkan
self control mengurangi tindakan impulsive buying (kecenderungan membeli
sesuatu secara spontan). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Heni (2014) yang menunjukan bahwa semakin tinggi self control maka semakin
33
randah perilaku implusive buying dan sebaliknya, semakin rendah self control
maka semakin tinggi pula perilaku implusive buying.
Peneliti berasumsi bahwa self control memiliki pengaruh negatif terhadap
implusive buying. Artinya, semakin tinggi self control maka semakin rendah
perilaku implusive buying, dan sebaliknya, semakin rendah self control maka
semakin tinggi perilaku implusive buying.
2.6.2 Pengaruh Daya Tarik Iklan terhadap Impusive Buying
Setiap produk yang diluncurkan oleh produsen selalu erat hubungannya dengan
iklan ataupun media penyebaran produk yang bersangkutan yang bertujuan untuk
menarik minat para konsumen. Dalam penelitian yang dilakukan Ariani (2016)
memperlihatkan bahwa daya tarik iklan memberikan pengaruh terhadap impulsive
buying.dimana daya tarik iklan merupakan kegiatan persuasi dari pihak produsen
yang menunjukan sisi baik dari sisi kemudahan, kebutuhan, dan aspek-aspek lain
yang mendukung pada daya tarik iklan. Dari hasil penelitian ini, peneliti
berasumsi bahwa daya tarik iklan memiliki pengaruh positif terhadap perilaku
impulsive buying. Artinya, semakin tinggi daya tarik iklan, semakin tinggi pula
individu tersebut dalam melakukan impulsive buying, dan sebaliknya, semakin
rendah daya tarik iklan semakin rendah pula individu tersebut dalam melakukan
impulsive buying.
2.6.3 Pengaruh Kerentanan Dampak Interpersonal terhadap Impusive
Buying
Kerentanan dampak interpersonal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pembelian impulsif (Lin & Chen, 2012). Menurut penelitian Lin & Chen (2012)
34
individu yang berbelanja dengan kelompoknya akan mengikuti pandangan
kelompok dalam memutuskan pembelian yang dianggap tepat. Kelompok
referensi akan memberi penghargaan atas keputusan pembelian yang sesuai
dengan peningkatan kedudukan dalam kelompok. Bagaimana kerentanan dampak
interpersonal dapat meningkatkan pembelian impulsif karena ketika individu
membutuhkan kebutuhan untuk meningkatkan citra diri dan memenuhi harapan
kelompok menjadi hal utama yang menyebabkan individu berbelanja dengan
kelompok referensinya banyak melakukan pembelian impulsif, keputusan
pembelian bukan sepenuhnya atas kehendak diri sendiri tetapi sudah dipengaruhi
oleh opini kelompok. Kerentanan dampak interpersonal mempunyai dua aspek
yaitu kerentanan dampak normatif dan kerentanan dampak informasional.
Selanjutnya hubungan antara kerentanan dampak normatif terhadap
pembelian impulsif. Kerentanan dampak normatif berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap pembelian impulsif (Silvera, Lavack & Kropp, 2008), hal ini
dibuktikan bahwa individu yang melakukan pembelian impulsif untuk memenuhi
harapan orang lain dan kebutuhan mengidentifikasi kelompok karena menolak
tekanan sosial. Lalu, hubungan kerentanan dampak informasional terhadap
pembelian impulsif, kerentanan dampak informasional berpengaruh secara negatif
dan signifikan terhadap pembelian impulsif (Silvera et al., 2008). Kerentanan
dampak informasional dibuktikan dengan kecenderungan individu dalam mencari
informasi tentang produk atau pelayanan melalui observasi atau secara langsung
mencari informasi dari orang lain. Kecenderungan secara aktif mencari informasi
tentang pembelian potensial yang secara konseptual berlawanan dengan aspek
35
kognitif dari pembelian impulsif, yang melakukan pembelian tanpa mencari
informasi bahkan mempertimbangkan informasi yang relevan dengan pembelian
(Silvera et al, 2008).
Berdasarkan uraian tentang kerngka berfikir maka penelitian ini dapat
membuat bagan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Pengaruh self control, daya tarik iklan dan kerentanan dampak
interpersonal terhadap online impulse buying.
2.7 Hipotesis
Penelitian ini menggunakan empat variabel yang akan dianalisis pengaruhnya.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah self control, daya tarik iklan dan
Online
Implusive
Buying
Kerentanan Dampak
Interpersonal
Kerentanan Dampak
Normatif
Self-Control
Behavioral Control
Cognitive Control
Decisional Control
Daya Tarik Iklan
Daya Tarik Rasional
Daya Tarik Emsional
Kerentanan Dampak
Informasional
36
kerentanan dampak interpersonal. Sedangakn variabel dependen dalam penelitian
ini adalah online implusive buying.
H1 : Ada pengaruh yang signifikan self control, daya tarik iklan dan kerentanan
dampak interpersonal terhadap perilaku online implusive buying.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan behavior control terhadap perilaku online
implusive buying.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan cognitif control terhadap perilaku online
implusive buying.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan decision control terhadap perilaku online
implusive buying.
H5: Ada pengaruh yang signifikan daya tarik rasional terhadap perilaku online
implusive buying.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan daya tarik emosional terhadap perilaku online
implusive buying.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan kerentanan dampak normatif terhadap
perilaku online implusive buying.
H8 : Ada pengaruh yang signifikan kerentanan dampak informasional terhadap
perilaku online implusive buying.
37
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang dijadikan objek pada penelitian ini adalah wanita yang telah
menikah dengan rentng usia 18 sampai 45 tahun dengan intensitas penggunaan
internet minimal 3 kali dalam seminggu. Alasan peneliti mengambil populasi
tersebut karena dianggap sesuai dengan tujuan penelitian yang dimana tengah
menjamurnya e-commers yang menawarkan produk dengan harga yang lebih
terjangkau yang memungkinkan terjadinya impulsive buying pada wanita yang
telah menikah. Banyaknya sampel yang diambil dalam penelitian ini ialah 153
orang. Sampel didapatkan peneliti dengan menggunakan teknik non-probability
sampling technique, yaitu accidental sampling yang dimana pemilihan sampel
dilakukan tanpa kesengajaan, dan secara kebetulan memenuhi syarat sebagai
responden.
Pengambilan data penelitian pertama kali diambil pada tanggal 18 februari
2019, yang dimana penulis membagikan kuesioner di beberapa tempat, salah
satunya di kawasan Dunia Fantasi Ancol. Sebelum memberikan kuesioner kepada
responden, penulis terlebih dahulu menanyakan apakah responden tersebut sesuai
dengan kriteria penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis, data yang
terkumpul oleh penulis sejumlah 83 responden. Lalu sisanya penulis menyebarkan
kuesioner kepada responden yang penulis kenal dan sesuai dengan kriteria
responden pada penelitian ini.
38
3.2 Variabel Penelitian
Adapun variabel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini terdapat satu
Dependent Variable (DV) dan tujuh Independent Variable (IV). Adapun yang
menjadi Dependent Variable (DV) adalah Online Implus Buying, sedangkan yang
lainnya merupakan Independent Variable (IV).
IV 1 = Behavior Control
IV 2 = Cognitive Control
IV 3 = Decisional Control
IV 4 = Daya Tarik Rational
IV 5 = Daya Tarik Emotional
IV 6 = Kerentanan Dampak Normatif
IV 7 = Kerentanan Dampak Informatif
3.3 Definisi Operasional
Adapun devinisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Implusive Buying
Implusive Buying merupakan pembelian tidak terencana yang dilakukan
secara mendadak dan spontan, didorong dengan adanya aspek psikologis
yang di dasari dengan hasrat dan emosi. Memiliki empat dimensi meliputi
spontanitas, kekuatan, kompulasi dan spontanitas.
39
2. Self Control
1) Behavior Control
Behavior Control adalah tinggi rendahnya tingkat kesiapan individu dalam
mengantisipasi keadaan yang tidak menyenangkan dapat langsung
menanganinya.
2) Cognitive Control
Cognitive Control adalah kemampuan individu dalam mengolah informasi
yang tidak diinginkan.
3) Decisional Control
Decisional Control adalah individu untuk memilih hasil atau suatu tinda-
kan berdasarkan pada suatu yang diyakini.
3. Daya Tarik Iklan
1) Daya Tarik Rasional
Daya tarik rasional adalah pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap
aspek praktis fungsional & kegunaan suatu produk.
2) Daya Tarik Emosional
Daya tarik emosional adalah pemenuhan perasaan individu yang
menciptakan tanggapan perasaan dan sikap.
4. Kerentanan Dampak Interpersonal
1) Kerentanan Dampak Normatif
Kerentanan dampak normative adalah kecenderungan untuk memenuhi
harapan orang lain
40
2) Kerentanan Dampak Informatif
Kerentanan dampak informatif adalah kecenderungan individu untuk
menerima informasi dari individu lain terkait dengan apa yang menjadi
saat itu dan pendapat orang lain begitu berpengaruh pada keputusan
membelinya.
3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Format pengukuran menggunakan model skala Likert dengan 4 pilihan jawaban
yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai. Peneliti
meniadakan alternatif jawaban netral seperti tidak tahu atau ragu-ragu untuk
menghindari banyak responden yang memilih alternatif jawaban tersebut sehingga
menunjukkan hasil yang tidak beragam.
Tabel 3.1 Bobot Nilai Tiap Jawaban
Pernyataan Sangat Sesuai
(SS)
Sesuai
(S)
Tidak Sesuai
(TS)
Sangat Tidak
Sesuai
(STS)
favourable 4 3 2 1
unfavourable 1 2 3 4
Berdasarkan tabel, skala disajikan dalam bentuk sedemikian rupa
sehingga responden tinggal memberi tanda checklist ( ) pada kolom atau tempat
yang telah disediakan.
1. Sangat sesuai, apabila subjek merasa sangat sesuai berdasarkan pernyataan
yang diberikan.
2. Sesuai, apabila subjek merasa sesuai berdasarkan pernyataan yang diberikan.
3. Tidak sesuai, apabila subjek merasa tidak sesuai berdasarkan pernyataan yang
diberikan.
41
4. Sangat tidak sesuai, apabila subjek merasa sangat tidak sesuai berdasarkan
pernyataan yang diberikan.
Adapun alat ukur dalam penelituan yang digunakan oleh peneliti dijelaskan
sebagai berikut :
3.4.1 Skala Implusive Buying
Perilaku implusive buying diukur dengan skala yang dibuat oleh peneliti,
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Rook tentang implusive buying,
meliputi spontanitas; kekuatan, kompulasi dan intensitas; kegairahan dan stimuli;
dan ketidak pedulian akan akibat.skal ini dikembangkan menjadi 12 item.
Pengukuran skala Likert dengan empat rentangan ( 1= sangat setuju, 2= setuju,
3=tidak setuju, 4= sangat tidak setuju. Terdapat dua jenis respon item, yaitu
favorable dan unfavorable. Untuk respon favorable, skor partisipan bergerak dari
1,2,3 dan 4. Setiap item mempresentasikan sejauh mana wanita yang telah
menikah melakukan online impulse buying terhadap produk fashion.
No Dimensi Indikator Nomor
Item Jumlah Contoh item
1 Spontanitas Membeli tanpa
perencanaan
1,3,5 3 Saat melihat produk
fashion yang sedang
booming di onlie shop,
saya akan langsung
membelinya.
2 Kekuatan,
kompulasi dan
intensitas
Mengesampingkan
hal lain dan
ertindak segera
2,4,6* 3 Saya melakukan
pembelian saat saya
membutuhkannya saja
3 Kegairana dan
stimulasi Desakan membeli
secara mendadak
7,10,11 3 Saya bersemangat saat
membeli produk fashion
di online shop.
4 Ketidakpedulian
akan akibat Mengabaikan
dampak negatif
pembelian
8*,9,12 3 Saya senang
menghabiskan uang
dengan berbelanja.
JUMLAH 12
Tabel 3.2
Blueprint skala implusive buying
42
3.4.2 Self Control
Self control diukur dengan skala yang peneliti adaptasi dari teori yang
dikemukakan oleh Averil (1973) yaitu behavior control, cognitive control, dan
decisional control, yng terdiri dari 18 item dengan menggunakan model skala
likert. Pengukuran skala Likert dengan empat rentangan ( 1= sangat setuju, 2=
setuju, 3=tidak setuju, 4= sangat tidak setuju. Terdapat dua jenis respon item,
yaitu favorable dan unfavorable. Untuk respon favorable, skor partisipan bergerak
dari 1,2,3 dan 4.
Adapun tabel blue print penyebaran item skala self control adalah sebagai
berikut:
No Dimensi Indikator Nomor
Item Jumlah Contoh item
1 Behavior control Mengatur
pelaksanaan
Memodifikasi
stimulus
1*,3,11*
2*,4*,7
3
3
Saya memerlukan
bantuan orang lain untuk
mengontrol saya dalam
berbelanja
Saya selalu mudah
terpengaruh dengan
diskon yang ditawarkan
saat berbelanja online.
2 Cognitive control Memperoleh
informasi
Melakukan
penilaian
5,8*,9
6,15,18
3
3
Saya meminta saran dari
orang lain saat ingin
membeli produk
fashion.
Saya hanya membeli
produk fashion yang
pantas untuk saya
kenakan.
3 Decisional control Memilih
tindakan
Menafsirkan
peristiwa
10,12,14
13,16*,17
3
3
Saat berbelanja online
saya tidak pernah
mentargetkan jumlah
biaya yang saya
keluarkan.
Sebisa mungkin saya
akan menahan hasrat
untuk berbelanja secara
online.
JUMLAH 18
Tabel 3.3
Blueprint skala self control
43
3.4.3 Daya Tarik Iklan
Daya tarik iklan diukur dengan skala yang peneliti adaptasi dari teori yang
dikemukakan oleh Lee dan Johnson (2007) yaitu daya tarik rasional dan daya
tarik emosional, yang terdiri dari 12 item dengan menggunakan model skala likert.
Pengukuran skala Likert dengan empat rentangan ( 1= sangat setuju, 2= setuju,
3=tidak setuju, 4= sangat tidak setuju. Terdapat dua jenis respon item, yaitu
favorable dan unfavorable. Untuk respon favorable, skor partisipan bergerak dari
1,2,3 dan 4.
Adapun tabel blue print penyebaran item skala daya tarik iklan adalah
sebagai berikut:
No Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah Contoh item
1 Rasional Atribut produk
Kualitas
Kapasitas
Kinerja produk
1,3
5*
2
4*,6
6 Saya tertarik
berbelanja secara
online karena
penggunaan
gambar yang
menunjukan
model produk
terlihat menarik.
2 Emotional Sensasi kesenangan
Kenyamanan
Perasaan ingin
memiliki produk
Mengikat emosi
konsumen
7,9
8
10,11*
12
6 Saya lebih
nyaman
berbelanja secara
online karena
lebih mudah dan
praktis.
JUMLAH 12
3.4.4 Kerentanan Dampak Interpersonal
Kerentanan dampak interpersonal diukur dengan skala consumers susceptibility to
interpersonal influence yang terdiri dari 12 item dengan menggunakan model
Tabel 3.4
Blueprint skala Daya Tarik Iklan
44
skala likert. Pengukuran skala Likert dengan empat rentangan ( 1= sangat setuju,
2= setuju, 3=tidak setuju, 4= sangat tidak setuju. Terdapat dua jenis respon item,
yaitu favorable dan unfavorable. Untuk respon favorable, skor partisipan bergerak
dari 1,2,3 dan 4.
Adapun tabel blue print penyebaran item skala daya tarik iklan adalah
sebagai berikut:
No Dimensi Indikator Nomor
Item Jumlah Contoh item
1 Kerentanan
dampak
normative
Mendapatkan
persetujuan dari
lingkungan sosial
2,3,5,6,8,9
,11,12
8 Jika saya ingin
menjadi seperti
seseorang, saya
biasanya mencoba
membeli merek sama
yang mereka beli.
2 Kerentanan
dampak
informasional
Berkonsultasi
dengan orang lain
dan mencari
informasi
berkaitan dengan
pembelian dari
lingkungan
sosialnya
1,4,7,10 4 Saya sering
berkonsultasi pada
orang lain untuk
membantu memilih
alternatif produk yang
terbaik.
JUMLAH 12
3.5 Uji Validitas Konstruk
Semua instrumen yang penulis gunakan dalam penulisan ini diuji validitasnya. Uji
validitas digunakan untuk menguji apakah instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dilakukan untuk
mengetahui kemampuan instrumen dalam mengukur variabel penelitian.
Pengujian ini dilakukan dengan mengajukan butir-butir pertanyaan kuesioner
yang nantinya akan diberikan kepada responden. Setelah mendapatkan data dari
Tabel 3.4
Blueprint Skala Kerentanan Dampak Interpersonal
45
responden kemudian dilakukan uji construct validity dengan menggunakan
Confirmatory Factor Analysis (CFA) menggunakan program LISREL 8.7 (Linear
Scructural Relationship. Adapun logika dari CFA menurut Umar (2012) adalah :
1. Dilakukan uji CFA dengan model unidimensional (satu faktor) dan dilihat
nilai Chi-Square yang dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan
(p>0.05) berarti semua item telah mengukur sesuai dengan yang
diteorikan, yaitu hanya mengukut satu faktor saja. Jika ini terjadi maka
analisis dilanjutkan pada tahap selanjutnya, yaitu melihat muatan faktor
pada masing-masing item. Namun jika Chi-Square signifikan (p<0.05),
maka diperlukan modifikasi terhadap model pengukuran tersebut.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahio item
mana yang menjadi sumber tidak fit, yaitu :
a. Melakukan uji signifikan terhadap koefisien muatan faktor dari masing
masing item dengan menggunakan t-test. Jika nilai t yang diperoleh
pada item tidak signifikan (t >1.96) maka item tersebut akan di drop
karenadianggap tidak signifikan sumbangannya terhadap pengukuran
yang sedang dilakukan.
b. Melihat arah koefisiensi maupun muatan faktor (factor loading) jika
suatu item memiliki muatan negatif, maka item tersebut di drop karena
tidak sesuai dengan pengukuran
c. Sebagai kriteria tambahan (opsional) dapat dilihat juga banyaknya
korelasi parsial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan
46
pengukuran pada item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran
pada item lain. Jika pada satu item terdapat terlalu banyak korelasi
seperti ini (lebih dari tiga) maka item tersebut akan di drop. Alasannya
adalah item yang demikian selain mengukur apa yang ingin diukur
juga mengukur hal lain (multidimensional item)
3. Menghitung faktor score
Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item-item
yang valid untuk mengukur apa yang diukur. Item-item inilah yang
kemudian diolah untuk mendapatkan faktor skor pada setiap skala. Dengan
demikian perbedaan kemampuan yang masing-masing item dalam
mengukur apa yang hendak diukur ikut mementukan dalam menghitung
faktor skor (true score). True score inilah yang dianalisis dalam penelitian
ini.
3.6 Hasil Uji Validitas Konstruk.
Uji validitas instrument dengan jumlah total keseluruhan item sebanyak 54 item
dari empat skala yaitu skala impulsive buying yang berjumlah 12 item, skala self
control yang berjumlah 18 item, skala daya tarik iklan sebanyak 12 item dan skala
keerentanan dampak interpersonal sebanyak 12 item.
3.6.1 Uji Validitas Imlpusive Buying
Pada uji validitas konstruk pembelian impulsif, peneliti menguji apakah 12 item
yang ada bersifat uni-dimensional, artinya benar hanya mengukur satu variable
saja yaitu impulsive buying. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, hasil penelitian dinyatakan tidak fit, dengan Chi-square= 265.21 , df=
47
54, P-value=0.00000, RMSEA=0.160. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi
terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi-square= 50.05 , df=
44, P-value=0.24570, RMSEA=0.030. Selanjutnya, peneliti melihat apakah
signifikansi item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus
menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Maka dilakukan
pengujian hipotesis nilai tentang koefisien muatan faktor item. Pengujiannya
dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor.
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Pembelian Impulsif
No item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikansi
Item 1 0.52 0.06 6.55 √
Item 2 0.77 0.06 10.71 √
Item 3 0.80 0.06 11.36 √
Item 4 0.64 0.08 8.32 √
Item 5 0.63 0.08 8.11 √
Item 6 0.51 0.08 6.25 √
Item 7 0.26 0.09 3.06 √
Item 8 -0.15 0.09 -1.72 x
Item 9 0.61 0.08 7.93 √
Item 10 -0.06 0.09 -0.73 x
Item 11 0.26 0.09 3.06 √
Item 12 0.07 0.09 0.81 X
Keterangan : tanda √ = valid t (>1.96) ; X = tidak valid.
Berdasarkan tabel 3.6 di atas dapat diketahui bahwa sembilan item bermuatan
signifikan dan positif. Sedangkan tiga item lainnya tidak signifikan yaitu item 8
(IT8), item 10 (IT10) dan item 12 (IT12). 2 item diantaranya bermuatan negatif
yaitu item 8 (IT8) dan item 10 (IT10). Sehingga dua belas item pada instrumen
yang disebutkan telah memenuhi kriteria yang dijelaskan setelah model fit.
3.4.2 Uji validitas skala Self Control
Pada skala ini, terdapat tiga aspek yang masing-masing diukur oleh item yang
telah ditentukan. Ketiga aspek tersebut adalah Behavioral contol,cognitive control
48
dan desicional control. Hasil dari uji validitas konstruk pada setiap aspek dari
kerentanan dampak interpersonal akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Behavioral Control
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah nam item
yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur behavioral
control saja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor ternyata tidak fit, dengan nilai Chi-Square= 41.89, df=9 P-
value=0.00000, RMSEA=0.155. Oleh karena itu dilakukan modifikasi
terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya, sehingga diperoleh model fit,
dengan nilai Chi-Square=7.46, df=7, P-value=0.38280, RMSEA=0.021.
Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima artinya bahwa seluruh
item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu self control. Selanjutnya, untuk
melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara
signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu didrop atau
tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t (<1.96) artinya item tersebut akan didrop dan
sebaliknya, seperti pada tabel 3.7 berikut ini:
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Behavioral Control.
No item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikansi
Item 1 0.21 0.10 2.16 √
Item 2 0.62 0.09 6.64 √
Item 3 0.53 0.09 5.61 √
Item 4 0.69 0.10 7.20 √
Item 5 0.50 0.10 5.31 √
Item 6 0.42 0.09 4.40 √
Keterangan : tanda √ = valid t (>1.96) ; X = tidak valid.
49
Berdasarkan tabel 3.7 di atas, semua item memiliki nilai t (>1.96) dan
bermuatan positif. Sehingga semua item pada instrumen yang telah
disebutkan telah memenuhi kriteria yang telah dijelaskan setelah model fit.
2. Cognotive Control
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah empat
item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur
cognitive control saja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor ternyata tidak fit, dengan nilai Chi-Square=25.65, df=9,
P-value=0.00233, RMSEA=0.110. Oleh karena itu dilakukan modifikasi
terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya, sehingga diperoleh model
fit, dengan nilai Chi-Square =9.56, df=7, P-value=0.21470, RMSEA=0.049.
Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima artinya bahwa seluruh
item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu kerentanan dampak
informasional. Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t
(<1.96) artinya item tersebut akan didrop dan sebaliknya, seperti pada tabel
3.8 berikut ini: Tabel 3.8
50
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Cognitive Control.
No item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikansi
Item 1 0.30 0.11 2.81 √
Item 2 0.67 0.14 4.93 √
Item 3 0.22 0.11 2.07 √
Item 4 0.54 0.12 4.47 √
Item 5 0.14 0.11 1.34 x
Item 6 0.22 0.11 2.09 √
Keterangan : tanda √ = valid t (>1.96) ; X = tidak valid.
Berdasarkan tabel 3.8 di atas dapat diketahui bahwa keenam item
bermuatan positif dan lima item signifikan. Sedangkan satu item tidak
signifikan, yaitu item 5 (IT5) sehingga enam item pada instrumen yang
disebutkan telah memenuhi kriteria yang dijelaskan setelah model fit.
3. Decisional Control
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah empat
item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur
decisional control saja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor ternyata tidak fit, dengan nilai Chi-Square=44.70, df=9,
P-value=0.00000, RMSEA=0.162. Oleh karena itu dilakukan modifikasi
terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya, sehingga diperoleh model
fit, dengan nilai Chi-Square=8.66, df=7, P-value=0.27777, RMSEA=0.040.
Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima artinya bahwa seluruh
item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu kerentanan dampak
informasional. Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan
51
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t
(<1.96) artinya item tersebut akan didrop dan sebaliknya, seperti pada tabel
3.8 berikut ini: Tabel 3.8
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Decisional Control.
No item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikansi
Item 1 0.75 0.10 7.27 √
Item 2 0.37 0.10 3.79 √
Item 3 0.22 0.10 2.19 √
Item 4 0.52 0.10 5.40 √
Item 5 0.28 0.10 2.84 √
Item 6 0.50 0.10 5.20 √
Keterangan : tanda √ = valid t (>1.96) ; X = tidak valid.
Berdasarkan tabel 3.8 di atas dapat diketahui bahwa semua item
bermuatan positif dan signifikan. Sehingga item pada instrumen yang
disebutkan telah memenuhi kriteria yang dijelaskan setelah model fit.
3.4.3 Uji validitas skala Daya Tarik Iklan.
Pada skala ini, terdapat dua aspek yang masing-masing diukur oleh item yang
telah ditentukan. Dua aspek tersebut adalah daya tarik rasional dan daya tarik
emosional. Hasil dari uji validitas konstruk pada setiap aspek dari daya tarik iklan
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Daya Tarik Rasional
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah enam item
yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur daya tarik
rasional saja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor ternyata tidak fit, dengan nilai Chi-Square=65.93, df=9, P-
value=0.00000, RMSEA=0.204. Oleh karena itu dilakukan modifikasi
terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
52
diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya, sehingga diperoleh model
fit, dengan nilai Chi-Square=0.38, df=3, P-value=0.94485, RMSEA=0.000.
Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima artinya bahwa seluruh
item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu daya tarik rasional.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t (<1.96) artinya item
tersebut akan didrop dan sebaliknya, seperti pada tabel 3.10 berikut ini:
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Daya Tarik Rasional
No item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikansi
Item 1 0.60 0.09 6.38 √
Item 2 0.67 0.10 6.95 √
Item 3 0.58 0.10 6.03 √
Item 4 0.17 0.12 1.48 x
Item 5 0.06 0.11 0.52 x
Item 6 0.48 0.10 4.85 √
Keterangan : tanda √ = valid t (>1.96) ; X = tidak valid.
Berdasarkan tabel 3.10 di atas, dapat diketahui bahwa empat item
bermuatan positif dan signifikan. Sedangkan dua item lainnya memiliki
nilai t (<1.96) yaitu item 4 dan item 5. Sehingga empat item pada instrumen
yang disebutkan telah memenuhi kriteria yang dijelaskan setelah model fit.
2. Daya Tarik Emosional
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah enam item
yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur daya tarik
emosional saja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor ternyata tidak fit, dengan nilai Chi-Square=49.21, df=9, P-
53
value=0.00000, RMSEA=0.171. Oleh karena itu dilakukan modifikasi
terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item
diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya, sehingga diperoleh model
fit, dengan nilai Chi-Square=4.66, df=6, P-value=0.58752, RMSEA=0.000.
Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima artinya bahwa seluruh
item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu daya tarik emosional.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t (<1.96) artinya item
tersebut akan didrop dan sebaliknya, seperti pada tabel 3.11 berikut ini:
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Daya Tarik Emosional
No item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikansi
Item 1 0.69 0.09 7.72 √
Item 2 0.32 0.10 3.16 √
Item 3 0.21 0.10 2.17 √
Item 4 0.62 0.09 6.72 √
Item 5 0.01 0.10 0.09 x
Item 6 0.66 0.09 7.39 √
Keterangan : tanda √ = valid t (>1.96) ; X = tidak valid.
Berdasarkan tabel 3.11 di atas, dapat diketahui bahwa lima item bermuatan
positif dan signifikan. Sedangkan satu item lainnya memiliki nilai t (<1.96)
yaitu item 5. Sehingga lima item pada instrumen yang disebutkan telah
memenuhi kriteria yang dijelaskan setelah model fit.
3.4.4 Uji validitas skala Kerentanan Dampak Interpersonal.
Pada skala ini, terdapat dua aspek yang masing-masing diukur oleh item yang
telah ditentukan. Dua aspek tersebut adalah kerentanan dampak normatif dan
54
kerentanan dampak interpersonal. Hasil dari uji validitas konstruk pada setiap
aspek dari Kerentanan dampak interpersonal akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kerentanan Dampak Normatif.
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah delapan
item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur
kerentanan dampak normatif saja. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan nilai Chi-Square=23.65,
df=9, P-value=0.00489, RMSEA=0.103. Oleh karena itu dilakukan
modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa
item diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya, sehingga diperoleh
model fit, dengan nilai Chi-Square=19.34, df=16, P-value=0.25132,
RMSEA=0.037. Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima artinya
bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu kerentanan
dampak normatif.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t (<1.96) artinya item
tersebut akan didrop dan sebaliknya, seperti pada tabel 3.10 berikut ini :
55
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Kerentanan Dampak Normatif
No Item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikansi
Item 1 0.30 0.09 3.36 √
Item 2 0.48 0.08 5.74 √
Item 3 0.47 0.09 5.37 √
Item 4 0.54 0.08 6.69 √
Item 5 0.56 0.08 7.00 √
Item 6 0.57 0.08 6.99 √
Item 7 0.71 0.08 9.19 √
Item 8 0.81 0.07 11.07 √
Keterangan : tanda √ = valid t (>1.96) ; X = tidak valid.
Berdasarkan tabel 3.12 di atas, semua item memiliki nilai t (>1.96) dan
bermuatan positif. Sehingga semua item pada instrumen yang telah
disebutkan telah memenuhi kriteria yang telah dijelaskan setelah model fit.
2. Kerentanan Dampak Informasional.
Uji validitas terhadap skala ini dilakukan dengan menguji apakah empat
item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur
kerentanan dampak informasional saja. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan nilai Chi-
Square=14.11, df=2, P-value=0.00086, RMSEA=0.200. Oleh karena itu
dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item diperbolehkan berkorelasi dengan item lainnya, sehingga
diperoleh model fit, dengan nilai Chi-Square=0.24, df=1, P-value=0.62444,
RMSEA=0.000. Dengan demikian, model satu faktor dapat diterima artinya
bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja, yaitu kerentanan
dampak informasional.
Selanjutnya, untuk melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang
hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item
tersebut perlu didrop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
56
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t (<1.96) artinya item
tersebut akan didrop dan sebaliknya, seperti pada tabel 3.11 berikut ini:
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Kerentanan Dampak Informasional
No item Koefisien Standar Eror T-Value Signifikansi
Item 1 0.56 0.12 4.80 √
Item 2 0.58 0.09 6.12 √
Item 3 0.78 0.11 6.86 √
Item 4 0.52 0.09 5.65 √
Keterangan : tanda √ = valid t (>1.96) ; X = tidak valid.
Berdasarkan tabel 3.13 di atas, semua item memiliki nilai t (>1.96) dan
bermuatan positif. Sehingga semua item pada instrumen yang telah
disebutkan telah memenuhi kriteria yang telah dijelaskan setelah model fit.
3.5 Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh self control, daya tarik
iklan dan kerentanan dampak interpersonal terhadap online impulsive buying
wanita yang telah menikah pada produk fashion, maka data yang ada diolah
dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda (multiple regression
analysis) dengan bantuan software SPSS 16.0. Berikut ini adalah persamaan
regresi yang digunakan dalam penelitian ini:
Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan:
Y = Online impulsive buying
a = Konstan
b = Koefisien regresi
X1 = Behavioral Control
X2 = Cognitive Control
57
X3 = Desicional Contol
X4 = Daya Tarik Rasional
X5 = Daya Tarik Emosional
X6 = Kerentanan Dampak Normatif
X7 = Kerentanan Dampak Interpersonal
e = Residu, yang dalam hal ini adalah seluruh IV selain 7 independent variable
yang ada dalam penelitian yang memengaruhi online impulsive buying
namun tidak diteliti.
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi
berganda antara pembelian impulsif (variabel terikat) dengan variabel bebas
behavioral control, cognitive control, desicional control, daya tarik rasional, daya
tarik emosional, kerentanan dampak normatif, dan kerentanan dampak
interpersonal. Besarnya nilai online impulsive buying disebabkan independent
variable yang telah disebutkan ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda
atau R2 (R-Square).
R-Square menunjukkan variasi atau perubahan variabel terikat disebabkan
variabel bebas atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat atau merupakan proporsi varians dari pembelian
impulsif yang dijelaskan oleh seluruh variabel bebas. Untuk mendapatkan nilai R2
digunakan rumus sebagai berikut:
SSreg
R2 =
SSy
58
Keterangan :
R2 = Proporsi varians
SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)
SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat Y)
Selanjutnya untuk membuktikan apakah regresi Y dan X signifikan atau
tidak, maka digunakan uji F untuk membuktikan. Hal tersebut menggunakan
rumus:
Dimana pembilang disini adalah R2 dengan df-nya (dilambangkan k) yaitu
sejumlah IV yang dianalisis. Sedangkan penyebutnya (1 – R2) dibagi df-nya (N –
k – 1) dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya,
dapat dilihat apakah IV yang diujikan memiliki pengaruh terhadap DV.
Kemudian peneliti melakukan uji t dari tiap-tiap IV yang dianalisis. Maksud uji t
adalah melihat apakah signifikan dampak dari tiap IV terhadap DV.
Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar error dari b. Hasil uji t
ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti nantinya.
Dalam penelitian ini, perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan sistem
komputerisasi program SPSS versi 16.0.
59
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian berjumlah 153 responden yang merupakan wanita yang
telah menikah dan pernah berbelanja secara online. Selanjutnya akan dijelaskan
gambaran subjek penelitian berdasarkan data demografis responden yang terdiri
dari usia, usia pernikahan dan pendapatan.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Demografis Frekuensi Persentase
Usia 20-30 tahun
31-40 tahun
>40 tahun
Total
102
43
8
153
69.5%
21.9%
8.6%
100%
Usia Pernikahan
< 1 tahun
1-5 tahun
5-10 tahun
10-20 tahun
>20 tahun
41
63
29
12
5
23.8%
43.8%
16.7%
11%
4.8%
Total
Pendapatan
< Rp 2.000.000
Rp. 2.000.000 - Rp. 4.500.000
Rp. 4.500.000 - Rp. 7.000.000
> Rp 7.000.000
Total
153
25
68
42
18
153
100.0%
14.9%
46.6%
25%
13.5%
100%
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa berdasarkan data demografis
berupa usia, responden yang berusia 20-30 tahun berjumlah 102 responden atau
dengan persentase 69.5%, responden yang berusia 30-40 tahun berjumlah 43
60
responden atau dengan presentase 21.9%. sedangkan responden dengan usia lebih
dari 40 tahun berjumlah 8 responden dengan persentase 8.6%.
Data demografis berdasarkan usia pernikahan dapat diketahui bahwa
mayoritas responden ada di rentang usia pernikahan 1-5 tahun yaitu sebanyak 63
responden atau dengan persentase 43.8%. Pada usia pernikahan kurang dari 1
tahun berjumlah 41 responden atau dengan presentase 23.8%, usia pernikahan 5-
10 tahun berjumlah 29 responden dengan presentasi 16.7% dan 10-20 tahun
dengan jumlah responden yang sama yaitu masing-masing rentang usia berjumlah
12 responden dengan pesentase 11%. Dan selebihnya ada pada rentang usia
pernikahan diatas 20 tahundengan jumlah responden sebanyak 5 responden
dengan persentase 4.8%.
Lalu jika dilihat berdasarkan pendapatan dapat diketahui bahwa responden
yang berpendapatan kurang dari Rp 2.000.000 per bulan berjumlah 25 orang
dengan presentase 14.9%, lalu dengan pendapatan Rp. 2.000.000 - Rp. 4.500.000
berjumlah 68 responden atau dengan presentase 46.6%, dengan penghasilan Rp.
4.500.000 - Rp. 7.000.000 berjumlah 42 responden dengan presentase 25%, dan
dengan pendapatan diatas Rp 7.000.000 berjumlah 18 orang dengan presentase
13.5%.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Sebelum diuraikan secara lebih detail tentang beberapa sub bab selanjutnya, perlu
dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor murni
(t-score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini
dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil
61
pengukuran variabel-variabel yang diteliti. Selanjutnya, untuk menjelaskan
gambaran umum tentang statistik deskriptif dari variabel-variabel yang diteliti,
indeks yang dijadikan acuan dalam perhitungan ini adalah skor nilai minimal,
maksimal, mean dan standar deviasi dari setiap variabel penelitian. Nilai tersebut
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Impulsive Buying 153 22.79 79.50 50.0000 10.00000
Behavioral Control 153 21.98 72.80 50.0000 10.00000
Cognitive Control 153 7.00 71.01 50.0000 10.00000
Decisional Control 153 23.05 74.35 50.0000 10.00000
Daya Tarik Rasional 153 12.96 75.00 50.0000 10.00000
Daya Tarik Emosional 153 11.44 74.69 50.0000 10.00000
Kerentanan Dampak Normatif 153 22.29 76.88 50.0000 10.00000
Kerentanan Dampak Informasional 153 21.29 72.78 50.0000 10.00000
Valid N (Listwise) 153
Berdasarkan tabel 4.2 nilai minimum adalah cognitive control senilai 7.00
sedangkan maksimum dari seluruh variabel adalah impulsive buying sebesar
79.50.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu dalam
kelompokkelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur. Pada penelitian ini, kategorisasi diklasifikasikan
menjadi dua kategori, yaitu rendah dan tinggi. Adapun kategorisasi didapat
berdasarkan pada tabel 4.3 berikut ini:
62
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor
Kategorisasi Norma
Rendah X < Mean – SD
Sedang Mean – SD ≤ X ≤ Mean + SD
Tinggi X > Mean + SD
Setelah kategorisasi tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentase
kategori untuk variabel pembelian impulsif, self control, daya tarik iklan, dan
demografi yang akan dijabarkan di bawah ini.
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel
Frekuensi Presentasi
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Impulsive Buying 28 110 15 18.3% 71.9% 9.8%
Behavioral Control 18 107 28 11.8% 69.9% 18.3%
Cognitive Control 20 110 23 13.1% 71.9% 15.0%
Decisional Control 24 103 26 15.7% 80.5% 17.0%
Daya Tarik Rasional 23 118 12 15.0% 83.7% 7.8%
Daya Tarik Emosional 19 112 22 12.4% 80.5% 14.4%
Kerentanan Dampak Normatif 20 116 17 13.1% 81.0% 11.1%
Kerentanan Dampak Informasional 23 111 19 19.6% 68.4% 12.0%
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki
jumlah skor tertinggi pada kategori sedang. Dan yang memiliki jumlah skor
kategori rendah paling sedikit dan kategori skor tinggi paling banyak adalah
adalah behavioral control, sedangkan jumlah skor di kategori sedang tertinggi
adalah daya tarik rasional.
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini. Analisisnya
dilakukan dengan teknik multiple regression. Data yang dianalisis adalah true
score yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Alasan digunakannya true score ini
adalah untuk menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran.
63
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan analisis regresi
berganda menggunakan software 16.0 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3,
dalam regresi ada tiga hal yang dilihat yaitu melihat R-square. Pertama untuk
mengetahui berapa persen (%) variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh
variabel bebas, kedua apakah secara keseluruhan variabel bebas berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat, kemudian terakhir melihat signifikan
atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas.
Langkah pertama peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians dari variabel terikat, yaitu pembelian impulsif yang
diprediksikan oleh keseluruhan variabel bebas. Selanjutnya untuk melihat tabel
Rsquare kita dapat melihat tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .703a .494 .470 7.28305
a. Predictors: (Constant), Kerentanan dampak informasional, cognitive control, daya tarik
rasional,desicional control, daya tarik emosional, kerentanan dampak normatif, behavioral
control
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.494 atau
49.4%. Artinya, dari bervariasinya pembelian impulsif ditentukan oleh
bervariasinya variabel bebas yang diteliti yaitu behavioral control, cognitive
control, desicional control, daya tarik rasional, daya tarik emosional, dampak
kerentanan normatif, dan dampak kerentanan informasional adalah sebesar 49.4%.
Sedangkan 50.6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian.
64
Langkah kedua yaitu peneliti menganalisis dampak dari seluruh variabel
bebas terhadap pembelian impulsif. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut
ini:
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 7058.793 7 1072.685 20.223 .000a
Residual 7691.207 145 53.043
Total 15200.000 152
a. Predictors: (Constant), keretanan dampak informasional, cognitive conrol, daya tarik rasional,
decisional control, daya tarik emosional, kerentanan dampak normatif, begavior contol
b. Dependent Variable: Impulsive buying
Berdasarkan data pada tabel 4.6 pada kolom Sig. diketahui bahwa (p<0.05)
atau signifikan, maka hipotesis nol ditolak. Oleh karenanya hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan pada variabel bebas terhadap
pembelian impulsif ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari self
control (behavioral control. cognitive control, desicional control), daya tarik iklan
(daya tarik rasional dan daya tarik emosional) kerentanan dampak interpersonal
(kerentanan dampak normatif dan kerentanan dampak informasional) terhadap
impulsive buying.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap variabel bebas.
Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.7.
65
Tabel 4.7 Koefisien Regresi.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std.
Error Beta
1 (Constant) 73.786 6.889 10.711 .000
Behavioral Control -.319 .083 -.319 -3.823 .000*
Cognitive Control -.002 .064 -.002 -.026 .979
Decisional Control -.353 .079 -.353 -4.482 .000*
Daya Tarik Rasional .097 .072 .097 1.359 .176
Daya Tarik Emosional .126 .073 .126 1.730 .086
Kerentanan Dampak Normatif -.027 .074 -.027 -.368 .713
Kerentanan Dampak Informasional .002 .072 .002 .022 .982
a. Dependent Variable: impulsive
Dari tabel 4.7, dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut, dengan tanda
(*) yang artinya signifikan:
Impulsive buying = 73.786 – 0.319 behavioral control* – 0.002 cognitive control
– 0.353 desicional control* + 0.097 daya tarik rasional + 0.126 daya tarik
emosional – 0.027 kerentanan normatif + 0.002 kerentanan informational.
Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan,
dengan melihat nilai sig pada kolom paling kanan, jika P<0.05 maka koefisien
regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap pembelian impulsif dan
sebaliknya. Dari hasil di atas koefisien regresi yang signifikan yaitu behavioural
control dan desicional control sedangkan yang lainnya tidak signifikan.
Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing
variabel bebas adalah sebagai berikut:
66
1. Variabel Behavioral Control
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.319 dengan nilai signifikan
sebesar 0.000 (p<0.05). Dengan demikian, variabel behavioral control
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap impulsive buying.
Artinya koefisien negatif menunjukkan semakin tinggi behavioral control
maka semakin rendah impulsive buying dan semakin rendah behavioral
control maka semakin tinggi impulsive buying.
2. Variabel Cognitive Control
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.002 dengan nilai signifikansi
sebesar 0.979 (p>0.05). Dengan demikian, variabel cognitive control tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap impulsive buying.
3. Variabel Desicional Control
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.353 dengan nilai signifikansi
sebesar 0.000 (p<0.05). Dengan demikian, desicional control memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap impulsive buying. Artinya semakin
tinggi desicional control maka semakin rendah impulsive buying dan
semakin rendah desicional control maka semakin tinggi impulsive buying.
4. Variabel Daya Tarik Rasional
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.097 dengan nilai signifikansi
sebesar 0.176 (p>0.05). Dengan demikian, variabel rasional tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap impulsive buying
5. Variabel Daya Tarik Emosional
67
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.126 dengan nilai signifikansi
sebesar 0.086 (p<0.05). Dengan demikian, variabel daya tarik emosional
memiliki pengaruh signifikan terhadap impulsive buying
6. Variabel kerentanan normatif
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.027 dengan nilai signifikansi
sebesar 0.713 (p>0.05). Dengan demikian, variabel kerentanan normatif
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif.
7. Variabel kerentanan informational
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.002 dengan nilai signifikansi
sebesar 0.982 (p>0.05). Dengan demikian, hipotesisi nihil yang menyatakan
tidak ada pengaruh kerentanan informative terhadap impulsive buying
diterima, sehingga
variabel kerentanan informative tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap impulsive buying.
4.5 Proporsi Varian
Untuk mengetahui proporsi varians dari masing-masing variabel bebas, peneliti
melakukan perhitungan nilai R-Square Change dengan cara melakukan analisis
regresi satu per satu, langkah ini dilakukan untuk mengetahui besarnya R-Square
Change setiap kali menambahkan variabel bebas ke dalam analisis regresi.
Adapun besar R-Square Change untuk masing-masing variabel bebas pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
68
Tabel 4.8 Proporsi Varians untuk Masing-Masing Independent Variable (IV)
Model Summary
Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .612a .375 .371 7.93208 .375 90.585 1 151 .000
2 .612b .375 .367 7.95824 .000 .009 1 150 .924
3 .678c .460 .449 7.42192 .085 23.462 1 149 .000
4 .694d .482 .468 7.29244 .022 6.338 1 148 .013
5 .702e .493 .476 7.23807 .011 3.232 1 147 .074
6 .703f .494 .473 7.25808 .001 .191 1 146 .663
7 .703g .494 .470 7.28305 .000 .000 1 145 .982
a. Predictors: (Constant), behavioral control
b. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control
c. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control
d. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control, daya tarik
rasional
e. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control, daya tarik
rasional, daya tarik emosional
f. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control, daya tarik
rasional, daya tarik emosional, kerentanan dampak normatif
g. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control, daya tarik
rasional, daya tarik emosional, kerentanan dampak normatif, kerentanan dampak
interpersonal.
Dari tabel 4.8 di atas didapatkan informasi sebagai berikut:
1. Variabel Behavioral Control memberikan sumbangan sebesar 0.375 atau
37.5% dalam proporsi varians pembelian impulsif. Sumbangan ini signifikan
secara statistik karena nilai sig. F change = 0.000 (p<0.05).
2. Variabel Cognitive Control memberikan sumbangan sebesar 0.000 atau 0%
dalam proporsi varians pembelian impulsif. Sumbangan ini tidak signifikan
secara statistik karena nilai sig. F change = 0.924 (p>0.05).
69
3. Variabel Desicional Control memberikan sumbangan sebesar 0.085 atau
8.5% dalam proporsi varians pembelian impulsif. Sumbangan ini signifikan
secara statistik karena nilai sig. F change = 0.000 (p<0.05).
4. Variabel rational memberikan sumbangan sebesar 0.022 atau 2.2% dalam
proporsi varians pembelian impulsif. Sumbangan ini signifikan secara
statistik karena nilai sig. F change = 0.013 (p<0.05).
5. Variabel emotional memberikan sumbangan sebesar 0.011 atau 1.1% dalam
proporsi varians pembelian impulsif. Sumbangan ini tidak signifikan secara
statistik karena nilai sig. F change = 0.074 (p<0.05).
6. Variabel kerentanan normative memberikan sumbangan sebesar 0.001 atau
0.1% dalam proporsi varians pembelian impulsif. Sumbangan ini tidak
signifikan secara statistik karena nilai sig. F change = 0.663 (p>0.05).
7. Variabel kerentanan information memberikan sumbangan sebesar 0.000
atau 0% dalam proporsi varians pembelian impulsif. Sumbangan ini tidak
signifikan secara statistik karena nilai sig. F change = 0.982 (p>0.05).
Dengan demikian, sumbangan atau pegnaruh varians yang signifikan
terhadap pembelian impulsif secara online pada wanita yang telah menikah, yaitu
variabel behavioral control, desicional control dan daya tarik rasional. Sedangkan
variabel cognitive control, daya tarik emosional, kerentanan dampak normatif dan
kerentanan dampak informasional tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pembelian impulsif secara online.
70
Tabel 4.9
Urutan Sumbangan Proporsi Varian IV terhadap DV
No. Variabel R2 Change Persentase
1 Behavioral Control .375 37.5%
2 Desicional Control .085 8.5%
3 Daya Tarik Rasional .022 2.2%
4 Daya Tarik Emosional .011 1.1%
5 Dampak Kerentanan Informasional .001 0.1%
6 Dampak Kerentanan Normatif .000 0%
7 Cognitive Control .000 0%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sumbangan terbesar pada impulsive
buying online adalah variabel behavioral control yang menyumbang sebesar
37.5% dan variabel yang memiliki sumbangan terkecil yaitu kerentanan
informasional dan cognitive control yaitu sebesar 0 %.
71
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari self
control (behavioral control dan decisional control), daya tarik iklan (data tarik
rasional dan daya tarik emosional) dan kerentanan dampak interpersonal
(kerentanan dampak normatif dan kerentanan dampak interpersonal) terhadap
online impulsive buying produk fashion pada wanita yang telah menikah. Oleh
karena itu, hipotesis nihil (H0) penelitian ini ditolak. Secara keseluruhan, variabel
self control, daya tarik iklan, dan kerentanan dampak interpersonal memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap online impulsive buying produk fashion pada
wanita yang telah menikah sebesar 49.4%.
Adapun hasil uji hipotesis minor yang menguji pengaruh setiap
independen variabel terhadap online impulsive buying, diketahui bahwa terdapat
tiga variabel yang signifikan mempengaruhi online impulsive buying, yaitu
behavioral control, decisional control, dan daya tarik emosional.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, diketahui bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara self control (behavioural control, cognitive
control dan desicional control), daya tarik iklan (daya tarik rasional dan daya tarik
emosional) dan kerentanan dampak interpersonal (kerentanan dampak normative
72
dan kerentanan dampak informasional) terhadap online impulsive buying produk
fashion pada wanita yang telah menikah.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa aspek behavioral control,
decisional control dari variabel self control, mempunyai pengaruh yang signifikan
dengan nilai negatif terhadap online impulsive buying. Hasil ini sejalan dengan
hasil penelitian terdahulu oleh Baumeister (2002) bahwa self control dari individu
merupakan penyebab penting timbulnya perilaku impulsive buying. Hal ini
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Achiteiger et al. (2015) yang
menyatakan bahwa self control memiliki sighifikasi yang negatif dengan
impulsive buying yang dimana semakin tinggi self control yang dimiliki individu,
maka kecenderungan akan pembelian secara impulsive semakin rendah. Dan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lucas & Koff (2013) juga memiliki hasil yang
serupa, yaitu self control memiliki signifikasi yang bernilai negatif terhadap
impulsive buying.
Behavioral control dari variabel self-control memiliki pengaruh signifikan
dengan arah negatif terhadap tingkat impulsive buying. Hal tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat kontrol perilaku diri individu dalam hal berbelanja
maka akan semakin rendah pula tingkat impulsive buying yang dilakukan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu (Baumeister, 2002; Lucas, 2013)
yang menyatakan bahwa kontrol diri memiliki pengaruh negatif secara signifikan
terhadap impulsive buying. Dari penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar
partisipan penelitian (71.9%) memiliki tingkat behavioral control di kategori
73
sedang. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan personal sebagai upaya untuk
menurunkan tingkat impulsive buying pada wanita yang telah menikah.
Decisional control dari variabel self-control memiliki pengaruh signifikan
dengan arah negatif terhadap tingkat impulsive buying. Hal tersebut menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat kontrol keputusan diri individu dalam hal berbelanja
maka akan semakin rendah pula tingkat impulsive buying yang dilakukan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu (Baumeister, 2002; Lucas, 2013)
yang menyatakan bahwa control keputusan diri memiliki pengaruh negative
secara signifikan terhadap impulsive buying. Dari penelitian ini diketahui bahwa
sebagian partisipan penelitian (80.5%) memiliki tingkat decisional control di
kategori sedang.
Selain dimensi behavioral control dan decision control, variabel self-
control juga memiliki satu dimensi lain, yaitu cognitive control. Dimensi tersebut
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat impulsive buying,
namun memiliki kecenderungan pengaruh positif yang sangat kecil terhadap
impulsive buying pada wanita yang telah menikah. Artinya, semakin tinggi tingkat
cognitive control individu, maka akan semakin tinggi tingkat impulsive buying.
Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa 83.7% partisipan penelitian
memiliki tingkat cognitive control yang berada di kategori sedang.
Berdasarkan penjabaran diatas, diketahui bahwa untuk mengurangi tingkat
impulsive buying pada wanita yang telah menikah, dapat diupayakan dengan
meningkatkan self-control. Self-control yang dimaksud bukan hanya dalam hal
kognitif saja, namun yang lebih penting adalah mengontrol perilaku (behavioral
74
control) dan mengontrol setiap keputusan yang akan individu tetapkan (decisional
control). Menurut Baumeister (2002), individu yang memiliki tingkat self control
yang rendah cenderung kurang dapat menahan diri untuk melakukan impulsive
buying, sedangkan individu yang memiliki self control yang tinggi cenderung
dapat menahan bahkan menolak untuk melakukan pembelian secara impulsive.
Sehingga dalam hal ini mendorong individu untuk membeli produk berdasarkan
manfaat dan kegunaan jangka panjang dan kemudian memiliki tingkat impulsive
buying yang rendah.
Selanjutnya, daya tarik emosional dari variabel daya tarik iklan. Dalam
analisis regresi berganda (multiple linear regression), dimensi tersebut tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat impulsive buying, namun
dalam analisis selanjutnya dengan menggunakan R2 change, dimensi tersebut
ditemukan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulsive buying. Hal
tersebut menunjukkan bahwa dimensi daya tarik emosional sebenarnya memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat impulsive buying, namun pengaruh
tersebut sangatlah kecil. Daya tarik iklan emosional memiliki kecenderungan
pengaruh. Artinya, semakin tinggi daya tarik iklan dalam hal emosional, maka
akan semakin tinggi pula tingkat impulsive buying yang dimiliki. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manchon (2014) yang
mengatakan bahwa daya tarik emosioal memiliki efek positif terhadap impulsive
buying. Dimana hasil penelitian sebelumnya yang di kutip oleh Tehria (2015),
menurut penelitian yang dilakukan oleh Niazi et al (2011) yang dimana daya tarik
emosional memiliki signifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan daya tarik
75
rasional terhadap impulsive buying. Konsumen membeli produk-produk dari mana
konsumen secara emosional terhubung dan lampiran tersebut dibuat melalui iklan
sebagai bentuk audio, video dan teks, yang menarik baginya. Menurut Rehman et
al. (2016) Hal ini dapat diakibatkan karena konten dalam daya tarik emosional
membujuk perilaku konsumen terhadap produk yang diiklankan dan sebagaimana
hal ini dapat mempengaruhi niat pembelian konsumen (Abdullah et.al, 2012).
Dengan ini dapat disimpulkan dimana seseorang yang memiliki emosional yang
lebih tinggi cenderung untuk melakukan impulsive buying karena tidak
memikirkan akan akibat yang akan timbul setelah melakukan pembelian, sehingga
ia mengabaikan akibat negative yang ada (Ariani, 2016).
Selain dimensi daya tarik emosional, variabel daya tarik iklan juga
memiliki dimensi lainnya yaitu daya tarik rasional. Dimensi daya tarik rasional
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat impulsive buying,
namun daya tarik iklan rasional memiliki kecenderungan pengaruh positif
terhadap impulsive buying pada wanita yang telah menikah. Artinya, semakin
tinggi tingkat daya tarik rasional iklan, maka akan semakin tinggi pula tingkat
impulsive buying. Kecenderungan arah positif pengaruh dimensi daya tarik
rasional iklan tersebut dapat terjadi karena semakin banyak keunggulan, kelebihan
dan kegunaan produk yang ditampilkan pada iklan, maka individu semakin
merasa perlu untuk memiliki produk tersebut sehingga membelinya tanpa berpikir
panjang. Hasil ini berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manchon
(2014) yang mana dalam penelitiannya didapatkan hasil jika daya tarik rasional
memiliki signifikasi positif terhadap impulsive buying. Hal ini dikarenakan
76
seseorang dengan rasional yang tinggi cenderug untuk berpikir mengenai segala
sesuatunya, seperti kegunaan barang, harga, dan faktor-faktor lainnya.
Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa sebagian besar partisipan
penelitian mengalami ketertarikan yang tinggi terhadap iklan dikarenakan daya
tarik emosional pada iklan tersebut. Berdasarkan penjabaran tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa daya tarik emosional lebih mempengaruhi tingkat
impulsive buying dibandingkan daya tarik rasional.
Lalu selanjutnya variabel kerentanan dampak interpersonal yang mana
terdiri dari kerentanan dampak normatif dan kerentanan dampak interpersonal.
Hasil dari regresi menunjukan bahwa aspek kerentanan dampak normatif dan
kerentanan dampak informasional tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap impulsive buying.
Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lin dan
Chen (2012) yang mengatakan bahwa kerentanan dampak interpersonal
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif. Lin dan Chen
(2012) mengatakan bahwa individu dengan kerentanan dampak interpersonal
tinggi secara signifikan lebih suka membeli secara impulsif daripada individu
dengan kerentanan dampak interpersonal rendah. Hasil ini juga tak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Bearden dan Etzel (1982), mereka mengatakan bahwa
individu akan mempertimbangkan pendapat orang lain dalam hal ini adalah
kelompok referensi ketika membuat keputusan membeli. Hasil ini juga
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mangleburg et al. (2004)
77
yang mengemukakan bahwa ketika individu berbelanja dengan temannya,
individu cenderung membeli banyak produk.
Hasil penelitian ini memiliki keterbatasan dan kekurangan yaitu hanya
diperuntukan bagi wanita berstatus menikah yang berdomisili di jabodetabek yang
dimana menjadi tujuan penelitian. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat lebih
luas cakupan populasinya sehingga lebih mencakup hal-hal penting dalam
penelitian impulsive buying seperti demografis dan budaya. Kekurangan
selanjutnya karena adalah penulis hanya meneliti impulsive buying pada ranah
online, tidak meneliti impulsive buying yang terjadi pada in-store.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis seluruh proses dan isi laporan, masih
terdapat ketidaksempurnaan, sehingga ada beberapa saran yang dapat diberikan
untuk penelitian selanjutnya antara lain:
5.3.1 Saran teoritis
1. Untuk penelitian selanjutnya, ada baiknya melakukan penelitian dengan metode
belanja in-store, yang dimana metode belanja ini masih sering dilakukan. Agar
dapat mengetahui apakah metode belanja in-store memiliki tingkat impulsive
buying lebih rendah atau bahkan lebih tinggi dibandingkan impulsive buying
secara online pada wanita yang telah menikah.
2. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya untuk
mengembangkan model penelitian yang baru dengan mempertimbangkan
variabel-variabel lain diluar variabel yang sudah digunakan dalam penelitian ini,
78
misalnya seperti gratitude, sikap terhadap uang, hedonic motivation, dan emosi
(baik itu emosi positif dan negatif).
5.3.2 Saran praktis
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran praktis agar penelitian ini
dapat bermanfaat secara lebih luas.
1. Bagi individu sebagai konsumen agar meningkatkan kemampuan mencari
informasi dari orang lain yang lebih mempunyai pengetahuan tentang
barang sehingga sebagai konsumen dapat mengobservasi terlebih dahulu
barang sebelum melakukan pembelian. Dengan banyak mencari informasi
akan membuat individu lebih berhati-hati dalam memutuskan pembelian
sehingga konsekuensi dari pembelian impulsif dapat diantisipasi.
2. Disarankan untuk lebih rasional dalam pengambilan keputusan ketika
melakukan pembelian yang bias dilakukan dengan merancang daftar
belanja sebelumnya.
3. Untuk para pelaku usaha online agar lebih meningkatkan kualitas pesanan
dalam iklan, seperti cara penggunaan produk, dan manfaatnya. Serta dapat
menggunakan promo seperti potongan harga agar lebih menarik minat
konsumen.
79
DAFTAR PUSTAKA
Achtziger, Anja. et al. (2015). Debt out of control : The link between self-control,
complusive buying and real debts. Journal of Economic Psichology.
49,141-149.
Ahmad, Wisal. (2011). An empirical investigation of the association between
creative advertiing and advertising effectiveness in pakistan. Bahria
University Islamabad, Pakistan Vol. 3 N0. 2 pp. 32-52.
Ariani, Nur. M. R. (2016) Pengaruh Daya Tarik Iklan Online Shop Terhadap
Pembelian Impulsive Pada Mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang. Skripsi, tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim: Malang.
Averill, J.R. (1973). Personal control over aversive stimuli and its relationship to
stress. Departement of Psyhology University of Massachusetts. 80 : 286-
303.
Badriyah, Lailatul. (2013) Pengaruh Empati dan Self-Control Terhadap
Agresivitas Remaja SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan. Skripsi,
tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri: Jakarta`
Baumeister, R. F. (2002). Yielding to temptation: self-control failure, implusive
purchasing, and consumer behavior. Journal of Consumer Research, 28.
Bearden, W.O., Etzel, M. J. (1982). Reference group influenceon product and
brand purchese decisions. Journal of Consumer Research. 9, 183-195.
Bearden, W.O., Netemayer, R.G., Teel, J.E. (1989). Measurement of consumer
susceptibility to interpersonal influence. Journal of Consumer Research,
15, 473-481.
Chita et al. (2015) Hubungan Antara Self-Control Dengan Perilaku Konsumtif
Online Shopping Produk Fashion Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011. Jurnal e-Biomedik (eBm),
Volume 3, Nomor 1.
Dawson, S., & Kim, M. (2009). External and internal trigger cues of impulsive
buying online. Direct Marketing an International Journal. 3(1). 20-34.
Dirga,M. (2016). Nilai Transaksi E-Commerce Indonesia Tahun 2016 Mencapai
319 Triliun. diakses pada 18/11/2016 jam 1:12 dari
https://www.gadgetlive.co.id/nilai-transaksi-e-commerce-indonesia-
tahun-2016-mencapai-319-triliun/
Femile Daily Forum.(2008). Impuls Buying. Diakses pada 20/11/2016 jam 22.15
dalam http://forum.femaledaily.com/showthread.php?1129-Impulse-
Buying.
Gaillot et al. (2007) Self-control relies on glucose as a limited energy source:
willpower is more than a metaphor. Journal of Personality and Social
Psychology, Vol. 92, No. 2, 325–336.
Guttierrez, B.PB. (2004).Determinants off planned and impulse buying: The case
of philliphines. Asia Pacific Management Review. 1061-1078.
Hartono, A. Kefas (2016). Pengaruh Daya Tarik Iklan Dan Selebriti Endorser
Terhadap Kesadaran Merek Dan Dampaknya Terhadap Brand Attitude
80
Minuman Dalam Kemasan. Skripsi, tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.
Hausman, A.(2000). A multi-method investigation of consumer motivations in
impulse buying behavior. Journal of Consumer Marketing 17(5) 403-
419.
Henrietta, P. (tanpa tahun). Impulsive buying pada dewasa awal di Yogyakarta.
Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.
Manchon, Lluis. Fernando.MM., Judit, Castella. (2014). Rational vs emotional
content in mobile advertising. Pensar la Publicidad. Vol.8, 257-275
Mangleburg, T.F., Doney, P.M., & Bristol, T. (2004). Shopping with friends and
teens’ susceptibility to peer influence. Journal of Consumer Research.
80, 101-112.
Mitra, Wyndo. (2014). Data Statistik Mengenai Pertumbuhan Pangsa Pasar E-
Commerce di Indonesia Saat Ini. Diakses pada 18/11/2016 jam 0:04 dari
http://startupbisnis.com/data-statistik-mengenai-pertumbuhan-pangsa-
pasar-e-commerce-di-indonesia-saat-ini/
Kacen, J. J., & Lee, J. A. (2002). The influence of culture on consumer impulsive
buying behavior. Journal of Consumer Psychology, 12, 163–176.
Kementretian Komunikasi dan Informasi (2015). Klasifikasi Produk yang dibeli
secara online. Diakses pada 08/05/2017 jam 14.12 pada
https://statistik.kominfo.go.id/ site/data?idtree=430&iddoc=1457&data-
data_page=3
Kharis, I. F. (2011) Studi Mengenai Impulse Buying Dalam Penjualan Online:
Studi Kasus di Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi,
tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro: Semarang.
Khoirina, A.S (2016) Pengaruh Self control, konformitas dan emosi terhadap
impulse buying. Skripsi, tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri: Jakarta.
K.H, Tommy., Chan Christy M.K., Cheung Zach W.Y.Lee. (2016). The satate of
online impulse-buying research : a literature analysis, Information And
Management.
Kotler, P., Armstrong (2006). Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: PT.
Prenhalindo
Kropp, F., David H, Silvera., Anne, M. (2005). values and collective self-esteem
as predictors of consumer susceptibility to interpersonal influence among
university students. International Marketing Review. 22 (1), 7-33.
Lee, Monle., Carla Johnson. (2004). Prinsisp-prinsip pokok periklanan dalam
perspektif global. Jakarta: Prenanda Media.
Lin, Y. H., Chen, C.Y. (2012). Adolescent impulse buying: susceptibility to
interpersonal influence and fear of negative evaluation. Journal Social
Behavior and Personality. 40 (3), 353-358.
Lucas, M. & Koff. (2013) The role of impulsivity and of self-perceived
attractiveness in impulse buying in women. Journal of Personality and
Individual Differences 56 (2014) 111–115.
81
Purba, B & Dewi, C. K. (2015). Pengaruh Online Store Beliefs melalui Browsing
terhadap Impulse Buying pada Toko Online (Studi pada Lazada. CO.ID).
Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Telkom, S1 Administrasi Bisnis.
Rook, D.W. & Fisher, R.J. (1995) Normative influences on impulsive buying.
Journal of Consumer Research. Vol.22.hlm. 305-313.
Rook, D. W. (1987) The buying impulse. Journal of Consumer Research, 14,
189–199.
Rook, D.W. & Stephen, J. Hoch. (1985) Consuming Impulses. Journal of
Consumer Research. Vol.12.hlm. 23-27.
Rehman, Saqieb Ur., et al. (tanpa tahun). Impact of Various Advertising Appeals
on Consumer’s Purchase Intention. Frontiers of Emergining Trends
inSocial Sciences. Vol 1,104-118.
Saragih, Hoga.& Rizky,Ramdhani. (2012) Pengaruh Interaksi Pelanggan dalam
Berbelanja Online Kembali Melalui Media Teknologi Informasi Forum
Jual Beli (FJB) Kaskus: Jakarta.
Saroh, Mutaya. Barang-barang yang Populer di Online Shop. Diakses pada
18/11/2016 jam 23.14 WIB dari http://tirti.id/barang-barang-yang-
populer-di-online-shop-b9te/
Sultan AJ, Joireman J, Sprott DE. (2011). Building consumer self-control: the
effect of self-control exercises on impulsive buying urges. Springer
Science Business Media. LLC. 2011;1-12.
Tangney, J.P., Baumeister, R.F., & Boone, A.L. (2004). high self-control predict
good adjustment, less pathology, better grades, and interpersonal success.
Journal of Personality. 72(2). 271-282.
Tehria, Shania. (2016). A Study of measuring effectiveness of advertising in
influencing consumerbuying behaavior. International Journal of Applied
Research, 115-120
Tendai, M. & Crispen,C. (2009) In-store shopping environment and impulsive
buying. African Journal of Marketing Management Vol. 1(4) pp. 102-
108.
Tifferet, Sigal., Ram Herstein. (2012) Gender differences in brand commitment,
impulsive buying, and hedonic consumption. Journal of Product &
Brand Management. Vol.21, 176-182.
Tirmizi et al. (2009) An empirical study of consumer impulsive buying |behavior
in local markets. European Journalof Scientific Research. Vol.28, 522-
532
Utami, Binar. (2016) Pengaruh Nilai Belanja Hedonik terhadap Impulsive Buying
dengan Emosi Positif sebagai Variabel Perantara. Skripsi, tidak
diterbitkan. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta:
Yogyakarta.
Verplanken & Herabadi, A. (2001) Individual differences in impulse buying
tendency: feeling and no thinking. European Journal of Personality,15:
S71-S8.
Wood, M. (1998). Socioeconomic status, delay of gratification, and impulse
buying. Journal of Economic Psychology, 19 (3), 295-320. (Desember
2011): 125-132)
82
LAMPIRAN
83
LAMPIRAN I
SKALA PENELITIAN
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera untuk kita semua,
Saya Ayu Zahra Maulida mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian sebagai
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Oleh karena itu, saya
mengharapkan bantuannya untuk berpartisipasi dengan mengisi angket ini.
Dalam jawaban angket ini, TIDAK ADA JAWABAN BENAR DAN SALAH,
maka saudara bebas menengtukan jawaban yang paling sesuai dengan diri
saudara.
Setiap informasi yang diberikan akan dijaga KERAHASIAANNYA dan hanya
digunakan untuk kebutuhan penelitian saja.
Atas kesediaan dan perhatiannya, saya megucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Hormat saya,
Peneliti,
Ayu Zahra Maulida
84
Identitas Responden
Nama/Inisial :
Usia :
Usia Pernikahan : 1. < 1 tahun 2. 1-5 tahun 3. 5-10
tahun
4. 10-20 tahun 5. >20 tahun
Pekerjaan : 1. Pegawai Negeri 2. Ibu Rumah Tangga
3.Wiraswasta 4. Lain-lain (sebutkan)..............
Penghasilan perbulan : 1. < Rp.2.000.000,00
2. Rp.2.000.000,00 – Rp.4.500.000,00
3. Rp.4.500.000,00 – Rp.7.000.000,00
4. > Rp.7.000.000,00
Tanda Tangan
( )
Petunuk Pengisian
1. Bacalan dan pahami setian pernyataan di bawah ini dengan teliti.
2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom di sebelah kanan pada setiap
pernyataan yang paling sesuai dengan pendapat anda.
3. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah. Anda hanya diminta
untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan diri anda. Pilihan jawaban
tersebut adalah:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
4. Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap periksa kembali dan
pastikan semua nomor terisi dengan baik.
5. Contoh :
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Biasanya saya membeli produk fashion yang saya
inginkan
√
6. Produk Fashion yang dimaksud meliputi : tas, sepatu, pakaian, aksesoris.
85
SKALA 1
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Saat melihat produk fashion yang sedang booming di onlie
shop, saya akan langsung membelinya.
2 Saya tidak peduli jika uang saya habis untuk membeli produk
fashion yang saya inginkan.
3 Saya berfikir singkat dan cepat untuk memutuskan membeli
produk fashion.
4 Terkadang saya menggunakan uang belanja untuk keperluan
rumah saat membeli produk fashion.
5 Saya langsung membeli produk fashion yang saya suka ketika
ada promosi “buy 1 get 1 free” (beli satu gratis satu) di online
shop.
6 Saya melakukan pembelian saat saya membutuhkannya saja
7 Saya tertarik membeli produk fashion saat ada promo atau
diskon.
8 Saya tidak akan membeli produk fashion yang harganya lebih
mahal dari pada produk fashion saya sebelumnya.
9 Saya senang menghabiskan uang dengan berbelanja.
10 Terkadang saya membeli produk fashion karena keinginan,
bukan karena kebutuhan.
11 Saya bersemangat saat membeli produk fashion di online
shop.
12 Saya tidak peduli jika uang saya habis untuk membeli produk
fashion yang saya inginkan.
SKALA 2
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Saya memerlukan bantuan orang lain untuk mengontrol saya
dalam berbelanja
2 Saya tidak akan melewatkan ketika ada online shop yang
mengadakan promosi “buy 1 get 1 free” (beli satu gratis satu)
3 Saya dapat mengontrol hasrat diri saya dalam berbelanja
produk fashion.
4 Saya selalu mudah terpengaruh dengan diskon yang
ditawarkan saat berbelanja online.
5 Saya meminta saran dari orang lain saat ingin membeli
86
produk fashion.
6 Saya hanya membeli produk fashion yang pantas untuk saya
kenakan.
7 Saya tidak akan memaksakan diri untuk berbelanja meskipun
sedang ada diskon besar-besaran.
8 Dalam melakukan pembelian, sering kali saya terlalu cepat
mengambil keputusan dan mengabaikan informasi dari produk
tersebut secara detail.
9 Sebelum membeli produk fashion secara online saya selalu
menanyakan terlebih dahulu mengenai produk tersebut kepada
penjualnya.
10 Saya selalu membatasi jumlah pengeluaran saya untuk
berbelanja produk fashion secara online.
11 Saya selalu membeli produk fashion yang digunakan oleh
idola saya
12 Sebelum melakukan pembelanjaan secara online saya selalu
membuat daftar barang yanag akan dibeli terlebih dahulu.
13 Sebisa mungkin saya akan menahan hasrat untuk berbelanja
secara online.
14 Saat berbelanja online saya tidak pernah mentargetkan jumlah
biaya yang saya keluarkan.
15 Saya rasa melakukan pembelian secara spontan dapat
merugikan di masa yang akan datang.
16 Setiap kali saya membuka situs penjualan online, saya merasa
tertarik dan membeli produk-produk baru yang ditawarkan.
17 Saya lebih memilih menyimpan sisa uang belanja atau gaji
yang saya miliki dibandingkan membelanjakannya
18 Menyisihkan uang untuk keperluan yang tak terduga lebih
penting dibandingkan dengan membeli produk fashion
bermerk secara online.
SKALA 3
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Saya tertarik berbelanja secara online karena penggunaan
gambar yang menunjukan model produk terlihat menarik.
2 Saya lebih memilih berberlanja di mall karena khawatir
ukuran produk tidak sesuai dengan ukuran saya
3 Saya lebih memilih membeli produk fashion di online shop
karena informasi yang diberikan cukup jelas
4 Saya lebih memilih berbelanja di mall karena produknya lebih
87
tahan lama
5 Kualitas produk yang ditampilkan dan diinformasikan pada
iklan tidak sesuai dengan yang diterima
6 Saya merasa tertarik ketika melihat produk fashion yang
memiliki banyak fungsi.
7 Saya akan merasa senang dan puas ketika membeli produk
fashion yang diiklankan oleh artis idola saya.
8 Saya lebih nyaman berbelanja secara online karena lebih
mudah dan praktis.
9 Saya merasa senang saat membeli produk fashion bermerk
dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga di outlet
nya.
10 Ketika saya melihat iklan produk keluaran baru dari merk
kesukaan saya, saya selalu ingin memiliki dan membelinya.
11 Saya merasa bisa biasa saja jika tidak dapat membeli produk
fashion yangs aya inginkan di online shop meskipun iklannya
sangat menarik.
12 Saya selalu membeli produk fashion pada online shop
langganan saya meskipun harganya sedikit lebih mahal.
SKALA 4
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Saya sering berkonsultasi pada orang lain untuk membantu
memilih alternatif produk yang terbaik.
2 Jika saya ingin menjadi seperti seseorang, saya biasanya
mencoba membeli merek sama yang mereka beli.
3 Penting bagi saya ketika orang lain menyukai produk dan
merek yang saya beli.
4 Untuk memastikan saya membeli produk atau merek yang
benar, saya biasanya mengamati apakah orang lain membeli
dan menggunakannya.
5 Saya jarang membeli gaya fashion terbaru sampai saya yakin
teman-teman saya menyetujuinya.
6 Saya biasanya mengidentifikasi orang lain dengan membeli
produk dan merek yang sama mereka beli.
7 Jika saya mempunyai sedikit pengalaman tentang produk,
saya sering bertanya pada teman saya tentang produk tersebut.
8 Ketika membeli produk, saya biasanya membeli merek-merek
yang saya pikir orang lain akan menyetujuinya
9 Saya ingin tahu merek dan produk apa yang membuat kesan
88
baik pada orang lain.
10 Saya sering mengumpulkan informasi dari teman atau
keluarga tentang produk sebelum saya membeli.
11 Jika orang lain melihat saya memakai produk, saya sering
membeli merek sesuai ekspektasi mereka bahwa saya dapat
membelinya.
12 Saya mendapatkan rasa keterikatan ketika membeli produk
dan merek yang sama dengan orang lain beli.
89
LAMPIRAN 2
SYNTAX UJI VALIDITAS DATA
1. Syntax Variabel Impulsive Buying
UJI ANALISIS KONSTRUK IMPULSE
DA NI=12 NO=153 MA=PM
LA
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6 IT7 IT8 IT9 IT10 IT11 IT12
PM SY FI=IMPULSE.COR
MO NX=12 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
IMPULSIVE
FR TD 12 11 TD 7 5 TD 9 8 TD 8 6 TD 11 7 TD 6 4 TD 10 3 TD 10 9 TD
7 6 TD 6 5
PD
OU TV MI SS
2. Syntax Variabel Behavioural Control
UJI ANALISIS KONSTRUK BC
DA NI=6 NO=153 MA=PM
LA
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6
PM SY FI=BC.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
BC
FR TD 5 3 TD 6 1
PD
OU TV MI SS
3. Syntax Variable Cognitive Control
UJI ANALISIS KONSTRUK CC
DA NI=6 NO=153 MA=PM
LA
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6
PM SY FI=CC.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
CC
FR TD 5 3 TD 5 1
PD
OU TV MI SS
90
4. Syntax Variable Desicional Control
UJI ANALISIS KONSTRUK DC
DA NI=6 NO=153 MA=PM
LA
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6
PM SY FI=DC.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
DC
FR TD 5 4 TD 3 2
PD
OU TV MI SS
5. Syntax Variable Daya Tarik Rasional
UJI ANALISIS KONSTRUK RATIONAL
DA NI=6 NO=153 MA=PM
LA
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6
PM SY FI=RATIONAL.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
RATIOANL
FR TD 5 4 TD 4 2 TD 6 3 TD 6 5 TD 4 3 TD 5 1
PD
OU TV MI SS
6. Syntax Variable Daya Tarik Emosional
UJI ANALISIS KONSTRUK EMO
DA NI=6 NO=153 MA=PM
LA
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6
PM SY FI=EMO.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
EMO
FR TD 3 2 TD 5 3 TD 4 2
PD
OU TV MI SS
91
7. Syntax Variable Kerentanan Dampak Normatif
UJI ANALISIS KONSTRUK NORM
DA NI=8 NO=153 MA=PM
LA
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6 IT7 IT8
PM SY FI=NORM.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
NORMATIF
FR TD 6 3 TD 2 1 TD 7 3 TD 8 1
PD
OU TV MI SS
8. Syntax Variable Kerentanan Dampak Informasional
UJI ANALISIS KONSTRUK INFO
DA NI=4 NO=153 MA=PM
LA
IT1 IT2 IT3 IT4
PM SY FI=INFO.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
INFORMSIONAL
FR TD 3 1
PD
OU TV MI SS
92
LAMPIRAN 3
PATH DIAGRAM
1. MODEL FIT IMPULSE BUYING
2. MODEL FIT BEHAVIORAL CONTROL
93
3. MODEL FIT COGNITIVE CONTROL
4. MODEL FIT DESICIONAL CONTROL
94
5. MODEL FIT DAYA TARIK RASIONAL
6. MODEL FIT DAYA TARIK EMOSIONAL
95
7. MODEL FIT DAMPAK KERENTANAN NORMATIF
8. MODEL FIT DAMPAK KERENTANAN INFORMASIONAL
96
LAMPIRAN 4
HASIL REGRESI VARIABEL INDEPENDEN (SELF CONTROL,DAYA
TARIK IKLAN DAN DEMOGRAFI) DAN VARIABEL DEPENDEN
(ONLINE IMPULSIVE BUYING)
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .703a .494 .470 7.28305 .494 20.223 7 145 .000
a. Predictors: (Constant), Kerentanan dampak informasional, cognitive control, daya tarik
rasional,desicional control, daya tarik emosional, kerentanan dampak normatif, behavioral control
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 7058.793 7 1072.685 20.223 .000a
Residual 7691.207 145 53.043
Total 15200.000 152
a. Predictors: (Constant), keretanan dampak informasional, cognitive conrol, daya tarik rasional, decisional control, daya tarik emosional, kerentanan dampak normatif, begavior contol
b. Dependent Variable: Impulsive buying
97
Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B
Std.
Error
Beta
1 (Constant) 73.786 6.889 10.711 .000
Behavioral Control -.319 .083 -.319 -3.823 .000
Cognitive Control -.002 .064 -.002 -.026 .979
Decisional Control -.353 .079 -.353 -4.482 .000
Daya Tarik Rasional .097 .072 .097 1.359 .176
Daya Tarik Emosional .126 .073 .126 1.730 .086
Kerentanan Dampak Normatif -.027 .074 -.027 -.368 .713
Kerentanan Dampak Informasional .002 .072 .002 .022 .982
a. Dependent Variable: impulsive
98
LAMPIRAN 5
PROPORSI VARIANS MASING-MASING IV
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .612a .375 .371 7.93208 .375 90.585 1 151 .000
2 .612b .375 .367 7.95824 .000 .009 1 150 .924
3 .678c .460 .449 7.42192 .085 23.462 1 149 .000
4 .694d .482 .468 7.29244 .022 6.338 1 148 .013
5 .702e .493 .476 7.23807 .011 3.232 1 147 .074
6 .703f .494 .473 7.25808 .001 .191 1 146 .663
7 .703g .494 .470 7.28305 .000 .000 1 145 .982
a. Predictors: (Constant), behavioral control
b. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control
c. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control
d. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control, daya tarik
rasional
e. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control, daya tarik
rasional, daya tarik emosional
f. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control, daya tarik
rasional, daya tarik emosional, kerentanan dampak normatif
g. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control, daya tarik
rasional, daya tarik emosional, kerentanan dampak normatif, kerentanan dampak interpersonal.
ANOVAh
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5699.392 1 5699.392 90.585 .000a
Residual 9500.608 151 62.918
Total 15200.000 152
2 Regression 5699.971 2 2849.985 45.000 .000b
Residual 9500.029 150 63.334
Total 15200.000 152
3 Regression 6992.348 3 2330.783 42.313 .000c
Residual 8207.652 149 55.085
99
Total 15200.000 152
4 Regression 7329.414 4 1832.353 34.456 .000d
Residual 7870.586 148 53.180
Total 15200.000 152
5 Regression 7498.714 5 1499.743 28.627 .000e
Residual 7701.286 147 52.390
Total 15200.000 152
6 Regression 7508.767 6 1251.461 23.756 .000f
Residual 7691.233 146 52.680
Total 15200.000 152
7 Regression 7508.793 7 1072.685 20.223 .000g
Residual 7691.207 145 53.043
Total 15200.000 152
a. Predictors: (Constant), behavioral control
b. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control
c. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control
d. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control, daya tarik
rasional
e. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control, daya tarik
rasional, daya tarik emosional
f. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control, daya tarik
rasional, daya tarik emosional, kerentanan dampak normatif
g. Predictors: (Constant), behavioral control, cognitive control, decisional control, daya tarik
rasional, daya tarik emosional, kerentanan dampak normatif, kerentanan dampak
interpersonal.
h. Dependent Variable: impulsive buying
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 80.617 3.280 24.577 .000
Behavioral Control -.612 .064 -.612 -9.518 .000
2 (Constant) 80.832 3.987 20.276 .000
Behavioral Control -.610 .069 -.610 -8.868 .000
Cognitive Control -.007 .069 -.007 -.096 .924
3 (Constant) 86.918 3.925 22.147 .000
Behavioral Control -.374 .081 -.374 -4.637 .000
Cognitive Control .016 .064 .016 .254 .799
Decisional Control -.381 .079 -.381 -4.844 .000
4 (Constant) 76.581 5.633 13.596 .000
100
Behavioral Control -.347 .080 -.347 -4.337 .000
Cognitive Control .009 .063 .009 .148 .883
Decisional Control -.351 .078 -.351 -4.493 .000
Daya Tarik Rasional .157 .062 .157 2.518 .013
5 (Constant) 72.556 6.022 12.048 .000
Behavioral Control -.313 .081 -.313 -3.849 .000
Cognitive Control -.005 .063 -.005 -.076 .939
Decisional Control -.357 .078 -.357 -4.594 .000
Daya Tarik Rasional .095 .071 .095 1.341 .182
Daya Tarik Emosional .129 .072 .129 1.798 .074
6 (Constant) 73.820 6.697 11.023 .000
Behavioral Control -.318 .082 -.318 -3.862 .000
Cognitive Control -.002 .064 -.002 -.028 .978
Decisional Control -.353 .078 -.353 -4.510 .000
Daya Tarik Rasional .097 .071 .097 1.365 .174
Daya Tarik Emosional .126 .072 .126 1.742 .084
Kerentanan Dampak Normatif -.026 .060 -.026 -.437 .663
7 (Constant) 73.786 6.889 10.711 .000
Behavioral Control -.319 .083 -.319 -3.823 .000
Cognitive Control -.002 .064 -.002 -.026 .979
Decisional Control -.353 .079 -.353 -4.482 .000
Daya Tarik Rasional .097 .072 .097 1.359 .176
Daya Tarik Emosional .126 .073 .126 1.730 .086
Kerentanan Dampak Normatif -.027 .074 -.027 -.368 .713
Kerentanan Dampak
Informasional .002 .072 .002 .022 .982
a. Dependent Variable: impulsive
Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Impulsive Buying 153 22.79 79.50 50.0000 10.00000
Behavioral Control 153 21.98 72.80 50.0000 10.00000
Cognitive Control 153 7.00 71.01 50.0000 10.00000
Decisional Control 153 23.05 74.35 50.0000 10.00000
Daya Tarik Rasional 153 12.96 75.00 50.0000 10.00000
Daya Tarik Emosional 153 11.44 74.69 50.0000 10.00000
Kerentanan Dampak Normatif 153 22.29 76.88 50.0000 10.00000
Kerentanan Dampak Informasional 153 21.29 72.78 50.0000 10.00000
Valid N (Listwise) 153
101
Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
KIMPULSIVE
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 28 18.3 18.3 18.3
2 110 71.9 71.9 90.2
3 15 9.8 9.8 100.0
Total 153 100.0 100.0
KBC
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 18 11.8 11.8 11.8
2 107 69.9 69.9 81.7
3 28 18.3 18.3 100.0
Total 153 100.0 100.0
KCC
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 20 13.1 13.1 13.1
2 110 71.9 71.9 85.0
3 23 15.0 15.0 100.0
Total 153 100.0 100.0
KDC
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 24 15.7 15.7 15.7
2 103 67.3 67.3 83.0
3 26 17.0 17.0 100.0
Total 153 100.0 100.0
102
KRASIONAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 23 15.0 15.0 15.0
2 118 77.1 77.1 92.2
3 12 7.8 7.8 100.0
Total 153 100.0 100.0
KEMOSIONAL
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 19 12.4 12.4 12.4
2 112 73.2 73.2 85.6
3 22 14.4 14.4 100.0
Total 153 100.0 100.0
KNORMATIF
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 20 13.1 13.1 13.1
2 116 75.8 75.8 88.9
3 17 11.1 11.1 100.0
Total 153 100.0 100.0
KINFORMATIF
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 17 11.1 11.1 11.1
2 119 77.8 77.8 88.9
3 17 11.1 11.1 100.0
Total 153 100.0 100.0
Recommended