View
212
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Terapi Kejang Listrik
1. Pengertian
Terapi kejang listrik adalah suatu pengobatan untuk menimbulkan
kejang grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus listrik
melalui elektroda yang dipasang pada satu atau dua sisi kepala (Stuart,
2007). Terapi kejang listrik merupakan suatu pengobatan untuk penyakit
psikiatrik berat di mana pemberian arus listrik singkat pada kepala
digunakan untuk menghasilkan suatu kejang tonik-klonik umum (Guze,
1997). Terapi kejang listrik ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik
sinusoid ke tubuh sehingga pasien menerima aliran listrik yang terputus –
putus (Baihaqi, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi kejang listrik
merupakan suatu pengobatan menggunakan aliran listrik pada kepala
seseorang untuk menghasilkan kejang tonik-klonik umum yang bertujuan
untuk mengobati gangguan jiwa tertentu.
2. Persiapan dan Cara Melakukan Terapi kejang Listrik
Menurut Maramis (2010), persiapan dan cara melakukan terapi kejang
listrik antara lain:
a. Sebelum pemberian terapi kejang listrik pasien diperiksa badannya
dengan teliti, terutama jantung dan paru – paru. Tulang punggung perlu
mendapat perhatian yang istimewa.
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
10
b. Pasien harus berpuasa agar jangan sampai muntah dan tersedak waktu
tidak sadar.
c. Kandung seni dan rektum perlu dikosongkan supaya pasien tidak
mengotori dirinya dan tempat tidur bila terjadi inkontinensia.
d. Gigi palsu yang dapat dilepaskan harus dikeluarkan, juga benda – benda
lain yang ada di dalam mulut (permen dan sebagainya).
e. Pasien berbaring terlentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak
keras, menggunakan pakaian yang ketat (sabuk, pakaian dalam dan
sebagainya) dilonggarkan.
f. Bagian kepala yang akan ditempelkan elektroda dibersihkan (misalnya
dengan alkohol) supaya minyak kulit hilang sehingga tidak terlalu
menahan aliran listrik. Tempat untuk elektroda pada daerah antara os
frontalis dan os temporalis dengan tulang tengkorak yang tipis dan tidak
terdapat banyak rambut daerah ini kemudian dibasahi dengan bahan
pengantar aliran listrik (misalnya air garam atau pasta khusus).
g. Di antara rahang atas dan bawah di tempat gigi – gigi yang masih kuat
(biasanya di antara morales) diberi bahan yang lunak (misalnya sepotong
kain yang dilipat – lipat) untuk digigit oleh pasien. Harus diperhatikan
bahwa bibir atau pipi tidak terjepit.
h. Dagu tidak perlu ditahan. Perhatikan bagian lengan pasien yang dapat
memukul karena tiba - tiba terjadi flexi pada permulaan fase tonik.
Ekstrimitas dapat dipegang, tetapi tidak boleh terlalu keras seperti
hendak menahan konvulsi (bahaya robekan otot, fraktur, dan luxasio).
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
11
i. Elektroda ditekan dengan kekuatan yang sedang pada tempatnya, sedapat
mungkin rambut tebal dikesampingkan.
3. Frekuensi dan Jumlah
Menurut Maramis (2010), frekuensi dan jumlah pemberian terapi
kejang listrik tergantung pada keadaan pasien, terapi kejang listrik dapat
diberi:
a. Secara block : 2-4 hari berturut – turut 1-2 kali sehari.
b. 2-3 kali seminggu.
c. Terapi kejang listrik maintenance : sekali tiap 2-4 minggu.
d. Sebelum ada obat psikotropik, terapi kejang listrik diberi paling sedikit
12 kali, bila perlu sampai 20 kali, tetapi sekarang apabila diberi obat
psikotropik maka terapi kejang listrik dihentikan setelah pasien
menunjukkan perbaikan yang jelas (tidak perlu sampai 12 kali) dan
dilanjutkan dengan obat saja.
4. Reaksi Pasien
Menurut Maramis (2010), konvulsi yang mirip serangan epilepsi jenis
grand mal dengan fase tonik kira – kira 10 detik diikuti oleh fase klonik
yang lebih lama (30-40 detik). Sesudah fase klonik timbul fase relaksasi otot
dengan pernapasan yang dalam dan keras. Kepala dimiringkan agar pasien
tidak tersedak saliva. Pasien tidak sadar selama kira – kira 5 menit, lalu
pelan – pelan dalam waktu 5-10 menit kesadaran timbul kembali. Banyak
pasien tidur sesudah konvulsi, jika tidak diganggu mungkin sekitar 1
jam.Beberapa pasien menjadi sangat bingung sesudahnya (kebingungan
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
12
pascakonvulsi). Mereka harus dijaga baik - baik agar jangan sampai mereka
jatuh dan melukai dirinya sendiri.
5. Komplikasi
Menurut Maramis (2010), komplikasi yang biasanya terjadi pada
terapi kejang listrik antara lain :
a. Paling sering ialah luxasio pada rahang atau fraktur kompresi pada
vertebra. luxasio rahang direposisi sesudah konvulsi berhenti, waktu otot-
otot masih lemas dan pasien belum sadar.
b. Biasanya terjadi apnea, ini berlangsung agak lama dan bibir dan muka
kelihatan biru (sianosis), maka dapat dilakukan pernafasan buatan.
c. Tidak jarang timbul sakit kepala sesudah terapi kejang listrik, tetapi ini
tidak berat dan berlangsung kira – kira setengah hari. Bila perlu dapat
diberi analgetik.
d. Selalu terjadi amnesia retrograd dan tidak jarang juga amnesia
anterograd sesudah terapi kejang listrik, tetapi pasien baik kembali
sesudah satu atau beberapa hari.
e. Kebingungan sesudah konvulsi kadang – kadang hebat, pasien dapat
menjadi sangat gelisah, agresif, atau destruktif. Pasien harus diawasi oleh
beberapa orang dan biasanya sesudah beberapa menit atau paling lama 10
menit pasien sudah tenang kembali.
f. Mudah lupa, hal ini akan menjadi baik kembali sesudah beberapa minggu
atau beberapa bulan setelah terapi kejang listrik dihentikan.
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
13
6. Kontraindikasi
Menurut Maramis (2010), kontraindikasi bukanlah terhadap listrik itu
sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi itu berat untuk
sistem kardiovaskuler dan tulang, berikut akan dijelaskan mengenai
kontraindikasi dari terapi kejang listrik:
a. Kontraindikasi mutlak ialah tumor otak, karena listrik yang masuk
mempertinggi permeabilitas kapiler otak sehingga terjadi edema sedikit.
Hal ini menjadi fatal pada tumor otak yang memang menyebabkan
edema serebri dan tekanan intrakranial yang meninggi, karena terjadinya
inkarserario (terjepitnya batang otak atau bagian otak lain).
b. Umur dan kehamilan bukan merupakan kontraindikasi. Akan tetapi harus
diingat, bahwa biarpun tidak terjadi kelahiran sebelum waktunya, anak di
dalam rahim dapat saja terganggu apabila ibu tersebut mengalami hipoxia
karena apnea sesudah konvulsi.
c. Apabila ada tuberkulosis pulmonum, trombosis koroner, hipertensi atau
gangguan lain yang lain pada sistem kardiovaskuler kita harus
mempertimbangkan keadaan setiap penderita masing – masing dengan
mengingat beratnya penyakit badan itu.
7. Indikasi
Menurut Maramis (2010), terapi kejang listrik mula – mula dipakai
untuk skizofrenia. Setelah 4 tahun terlihat bahwa efek yag paling baik
diperoleh pada pengobatan depresi, kemudian terapi kejang listrik dipakai
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
14
juga untuk berbagai macam gangguan jiwa. Indikasi pemakaian terapi
kejang listrik yaitu:
a. Depresi
Indikasi utama untuk terapi kejang listrik adalah adanya suatu episode
depresif mayor, terutama dengan ciri-ciri melankolia atau psikotik (Setio,
1997). Menurut Tomb (2004) gangguan afek yang berat: pasien dengan
gangguan bipolar, ataudepresi menunjukan respon yang baik dengan
terapi kejang listrik. Terapi kejang listrikk lebih efektif dari antidepresan
untuk pasien depresi dengan dengan gejala psikotik.
b. Mania
Terapi kejang listrik efektif dalam mengobati mania akut, karena
efektivitas dari farmakoterapi, terapi kejang listrik sering kali diberikan
untuk episode mania akut (Setio, 1997).
c. Pasien dengan bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima
pengobatan untuk mencapai efek terapeutik (Stuard, 2007). Menurut
Tomb (2004), pasien bunuh diri yang aktif dan tidak mungkin menunggu
antidepresan bekerja sehingga perlu mendapat terapi kejang listrik.
d. Skizofrenia
Terapi kejang listrik dapat efektiv sekali dalam pengobatan dengan lama
penyakit yang lebih pendek, terutama dengan gejala afektif akut (Setio,
1997). Pasien psikotik akut (terutama tipe skizoaktif) yang tidak
berespon pada medikasi saja mungkin akan membaik jika ditambah
terapi kejang listrik (Tomb, 2004).
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
15
B. Gangguan Jiwa
1. Pengertian
Gangguan jiwa adalah gejala – gejala patologik dominan yang berasal
dari unsur jiwa. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu,
yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya
badannya, jiwanya atau lingkungannya (Yosep, 2011). Sedangkan menurut
PPDGJ II gangguan jiwa atau gangguan mental (mental disorder) adalah
sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik
cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari
manusia (Maslim, 2001).
American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan
jiwa sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada seseorang yang dikaitkan dengan adanya
distres (misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu
atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan risiko
kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan
kebebasan (Videbeck, 2008). Jadi, dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa
adalah pola perilaku tidak normal yang dialami seseorang sebagai akibat
gejala distress dan disabilitas yang menyerang manusia seutuhnya.
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
16
2. Sumber Penyebab Gangguan Jiwa
Menurut Yosep (2011), sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi
oleh faktor – faktor pada ketiga unsur yang terus menerus saling
mempengaruhi, yaitu:
a. Faktor – faktor somatik (Somatogenik) atau Organobiologis :
Neroanatomi, Nerofisiologi, Nerokimia, Tingkat kematangan dan
perkembangan organik, dan Faktor – faktor pre dan peri-natal
b. Faktor – faktor psikologik (Psikogenik) atau Psikoedukatif : Interaksi
ibu – anak, persaingan antara saudara kandung ; intelegensi ; hubungan
dalam keluarga, pekerjaan, dan masyarakat ; kehilangan yang
mengakibatkan kecemasan, depresi, dan rasa malu atau rasa salah ;
konsep diri ; keterampilan, bakat, dan kreativitas ; pola adaptasi dan
pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya ; tingkat perkembangan
emosi.
c. Faktor – faktor sosio-budaya (Sosiogenik) atau Sosiokultural : kestabilan
keluarga, tingkat ekonomi, perumahan, masalah kelompok minoritas
yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan keagamaan.
3. Tanda Gejala Gangguan Jiwa
Tanda umum gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2011), yakni:
a. Gangguan kognisi
Gangguan kognisi meliputi gangguan sensasi dan persepsi. Macam –
macam gangguan sensasi dan persepsi yaitu :
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
17
1) Gangguan sensasi dapat dibedakan menjadi :
Hiperestesia (peningkatan abnormal dari kepekaan dalam proses
penginderaan, baik terasa panas, dingin, nyeri ataupun raba), anestesia
(suatu keadaan dimana tidak didapatkan sama sekali perasaan pada
penginderaan), hiperkinestesia (peningkatan kepekaan yang
berlebihan terhadap perasaan gerak tubuh), hipokinestesia (penurunan
kepekaan terhadap gerak perasaan tubuh).
2) Gangguan persepsi dapat dibedakan menjadi :
Ilusi yaitu suatu persepsi yang salah/palsu, dimana ada atau pernah
ada rangsangan dari luar dan Halusinasi yaitu suatu persepsi yang
salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar.
b. Gangguan perhatian
Beberapa bentuk gangguan perhatian yaitu distraktibiliti (perhatian
yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti), aproseksia
(ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun terhadap situasi
tanpa memandang pentingnya masalah tersebut) dan hiperproseksia
(terjadinya pemusatan perhatian yang berlebihan).
c. Gangguan ingatan
Beberapa bentuk gangguan ingatan antara lain amnesia atau
ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman yang ada, hipernemsia
yaitu keadaan dimana seseorang dapat menggambarkan kembali kejadian
yang lalu dengan sangat teliti, paramnesia yaitu gangguan penyimpangan
terhadap ingatan lama yang dikenal dengan baik.
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
18
d. Gangguan pikiran
Beberapa bentuk gangguan kesadaran yaitu gangguan bentuk pikiran
(penyimpangan dari pemikiran rasional, logik dan terarah pada suatu
tujuan), gangguan arus (meliputi cara dan laju proses asosiasi dalam
pemikiran) dan gangguan isi pikiran, meliputi isi pikiran yang nonverbal
atau isi pikiran yang diceritakan.
e. Gangguan kesadaran
Beberapa bentuk gangguan kesadaran :
1) Kesadaran kuantitatif, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesadaran
yang menurun (kesadaran dengan kemampuan persepsi, perhatian dan
pemikiran yang berkurang secara keseluruhan) dan kesadaran yang
meninggi (keadaan reaksi yang meningkat terhadap suatu rangsang).
2) Kesadaran kualitatif (terjadi perubahan dalam kualitas kesadaran,
dapat ditimbulkan oleh keadaan toksik, organik, dan psikogen).
f. Gangguan kemauan
Beberapa bentuk gangguan kemauan yaitu abulia atau
ketidaksanggupan membuat keputusan maupun memulai suatu tingkah
laku, negativisme yaitu ketidaksanggupan dalam bertindak/melakukan
sesuatu, kekakuan atau ketidakmampuan memiliki keleluasaan dalam
memutuskan untuk mengubah suatu tingkah laku dan kompulsi yaitu
seseorang merasa didorong untuk melakukan suatu tindakan.
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
19
g. Gangguan emosi dan afek
Beberapa bentuk gangguan emosi dan afek : Euforia (emosi yang
menyenangkan, bahagia yang berlebihan, dan bila tidak sesuai keadaan,
hal ini menunjukkan adanya gangguan), Afek yang kaku (rasa hati tetap
dipertahankan sehingga menyebabkan reaksi emosional yang berlebihan),
Emosi labil (ketidakstabilan yang berlebihan dan bermacam emosional),
Cemas dan depresi (gejala yang terlihat dari ekspresi muka atau tingkah
laku) serta emosi yang tumpul dan datar (pengurangan atau tidak ada
sama sekali tanda – tanda ekspresi afektif).
C. Persepsi Keluarga
1. Persepsi
a. Pengertian
Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses
penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera atau disebut proses sensoris. Namun proses
itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan
proses selanjutnya merupakan proses persepsi (Walgito, 2010). Persepsi
merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus
yang diterimanya (Moskowitz dan Orgel, 1969 dalam Walgito, 2010).
Persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir,
pengalaman – pengalaman individu yang tidak sama, maka dalam
mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
20
antara individu satu dengan individu lain. Persepsi bersifat individual
(Davidoff, 1981; Roger, 1965 dalam Walgito, 2010). Persepsi melibatkan
kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi
sensorik. Persepsi mengacu pada interpretasi hal – hal yang kita indera.
Kejadian – kejadian sensorik tersebut diproses sesuai pengetahuan kita
tentang dunia, budaya, pengharapan bahkan disesuaikan dengan orang
yang bersama kita (Mahmud, 1990). Unsur – unsur persepsi yaitu :
a. Hakekat sensorisnya stimulus
b. Latar belakang
c. Pengalaman sensoris terdahulu yang ada hubungannya
d. Perasaan – perasaan pribadi, sikap, dorongan dan tujuan
Jadi, persepsi adalah suatu pengalaman yang menyatakan suatu
peristiwa yang diawali dengan proses penginderaan untuk menyampaikan
pengetahuan yang kita miliki ke orang lain ataupun masyarakat.
b. Macam – macam persepsi
Menurut Siagian (2005), macam - macam persepsi dapat
digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :
1) External Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya
rangsang yang datang dari luar diri individu.
2) Self Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang
yang berasal dari dalam diri individu.
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
21
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Siagian (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
persepsi yaitu :
1) Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh
adalah karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan,
minat, pengalaman dan harapan.
2) Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang,
benda, peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi
persepsi orang yang melihatnya.
3) Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara
kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide.
Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang karena dapat membuat seseorang lebih mudah
mengambil keputusan dan bertindak.
d. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau
reseptor.
b. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman
atau proses fisik.
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
22
c. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf sensoris
ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis.
d. Proses ini terjadi di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu
menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang
diraba. Proses yang terjadi di otak atau dalam pusat kesadaran inilah
yang disebut sebagai proses psikologis.
2. Keluarga
a. Pengertian
Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang
yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing – masing
anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling
mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri
(Shochib, 2010). Sedangkan menurut Friedman (2010), keluarga adalah
dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan
emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari
keluarga.
Pendapat lain mengenai definisi keluarga, menurut Jhonson (2010),
mengemukakan bahwa keluarga merupakan sistem yang terbuka
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu lingkungan
masyarakat dan sebaliknya sebagai subsistem dari lingkungan
(masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra sistem).
Jadi keluarga adalah dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
23
ikatan pernikahan atau darah yang saling mempengaruhi dan saling
memperhatikan.
b. Karakteristik Keluarga
Macam-macam karakteristik keluarga antara lain :
1) Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu rumah
tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap
menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
dalam peran – peran sosial keluarga seperti suami – istri, ayah dan ibu,
anak laki – laki dan anak perempuan, saudara dan saudari (Friedman,
2010).
4) Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota
(Johnson, 2010).
c. Struktur keluarga
Menurut Friedman (2010), struktur keluarga menggambarkan
bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat.
Struktur keluarga terdiri dari bermacam – macam, yakni :
1. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang bersifat terbuka dan jujur, Selalu
menyeleseikan konflik keluarga berpikiran positif, dan tidak
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
24
mengulang – ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi
keluarga berfungsi untuk:
a) Karakteristik pengirim
Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat di sampaikan
dengan jelas dan berkualitas, serta selalu meminta dan menerima
umpan balik
b) Karakteristik penerima
Siap mendengarkan masukan dan pendapat serta memberikan
umpan balik dari setiap pendapat yang dikemukakan anggota
keluarga dan melakukan validasi
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Tetapi, terkadang peran ini tidak
dapat dijalankan oleh masing – masing individu dengan baik, ada
beberapa anak yang terpaksa memenuhi kebutuhan anggota keluarga
yang lain sedang orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam
diri di rumah.
3. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensi dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk mengubah
perilaku orang lain ke arah positif. Ada beberapa macam tipe kekuatan
struktur kekuatan :
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
25
a) Legitimate power/kekuatan/hak untuk mengontrol
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa
dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol
tingkah laku anggota keluarga yang lain.
b) Referent power/seseorang yang ditiru
Kekuasaan yang dimiliki orang – orang tertentu terhadap orang lain
karena identifikasi positif terhadap mereka, seperti identifikasi
positif seorang anak dengan orang tua (role mode).
c) Coercive power/kekuasaan paksaan/dominasi
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum
dengan paksaan, ancaman, atau kekerasan apabila mereka tidak
mau taat.
4. Nilai – nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu perkembangan norma
dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut
masyarakat berdasarkan sistem dalam keluarga.
d. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010), fungsi keluarga yaitu :
a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
26
b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
Jadi, persepsi keluarga adalah pendapat atau pandangan keluarga
yang menyatakan suatu peristiwa untuk menyampaikan pengetahuan,
perasaan-perasaan, sikap dan pengalaman yang dimiliki kepada orang
lain atau masyarakat.
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
27
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Sumber: Modifikasi dari teori Walgito (2010), Siagian (2005),
Notoatmodjo (2003) dan Maramis (2010).
PERSEPSI KELUARGA
Karakteristik demografi Keluarga
Terapi kejang Listrik
Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi, menurut Siagian (2005) dan Notoatmodjo (2003) Diri orang bersangkutan Sasaran persepsi Faktor situasi Pendidikan
Proses terjadinya persepsi, menurut Walgito (2002)
Objek menimbulkan stimulus
Proses stimulus mengenai indera
Stimulus yang diterima diteruskan ke otak
Terjadi proses persepsi
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
28
E. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian
F. Hipotesis
Ha: Ada hubungan antara karakteristik demografi keluarga dengan persepsi
keluarga terhadap terapi kejang listrik di RSUD Banyumas.
Ho: Tidak ada hubungan antara karakteristik demografi keluarga dengan
persepsi keluarga terhadap terapi kejang listrik.
Karakteristik demografi Keluarga
PERSEPSI KELUARGA TERHADAP TERAPI
KEJANG LISTRIK
Baik Tidak baik
Hubungan Antara Karakteristik..., Aji Maulana Agung Wijayanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Recommended