View
5
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(STUDI ATAS PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA
LINGKUNGAN) DI PT. PUPUK KUJANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Syifa Maulidya
11140480000148
P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R TA
1440 H /2019 M
iv
ABSTRAK
Syifa Maulidya. NIM 11140480000148. IMPLEMENTASI CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (STUDI ATAS PROGRAM KEMITRAAN
DAN BINA LINGKUNGAN) DI PT. PUPUK KUJANG. Program Studi Ilmu
Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H / 2018 M. ix + 64 halaman + 2
halaman daftar pustaka.
Permasalahan utama didalam skripsi ini adalah mengenai implementasi
corporate social responsibility pada program kemitraan dan bina lingkungan di
PT. Pupuk Kujang. Studi ini menjelaskan apa dan bagaimana mengenai penerapan
peraturan yang berlaku dan kegiatan program kemitraan dan bina lingkungan di
PT. Pupuk Kujang.
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan penelitian normatif empiris. Penelitian yang dilakukan
selain melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-
buku, dan jurnal (library research) yang berhubungan dengan skripsi ini, peneliti
juga melakukan penelitian langsung kelapangan dengan cara observasi dan
wawancara kepada pihak yang berhubungan, yaitu PT. Pupuk Kujang khususnya
bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya ketidaksesuaian terkait
peraturan program kemitraan dan bina lingkungan antara memo direksi Nomor
081MO/DU/X/2016 dengan Peraturan Menteri nomor PER-09/MBU/07/2015 Jo.
PER-02/MBU/7/2017. Namun walaupun adanya ketidaksesuaian tersebut pihak
PT. Pupuk Kujang tetap melaksanakan Program kemitraan dan Bina Lingkungan
tersebut sehingga terdapat adanya beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.
Kata Kunci : Implementasi, Corporate Social Responsibility, Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan.
Pembimbing I : Dr. Muh. Fudhail Rahman, M.A
Pembimbing II : Faris Satria Alam, M.H
Daftar Pustaka : Tahun 1982-2018
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini, yang berjudul “Implementasi Corporate Social Responsibility (Studi Atas Program
Kemitraan Dan Bina Lingkungan) di PT. Pupuk Kujang”. Tujuan dari peneliti skripsi
ini guna memenuhi salah satu syarat untuk bisa menempuh ujian sarjana pendidikan
pada Fakultas Syariah dan Hukum Program Ilmu Hukum di Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini peneliti menemukan beberapa hambatan,
namun berkat bantuan dan dukungan serta motivasi dari berbagai pihak, akhirnya
Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan ini,
dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat saya ingin mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta Para Wakil Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu Hukum
UIN Syarih Hidaytullah Jakarta dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekertaris
Program Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Muh. Fudhail Rahman, M.A. dan Faris Alam Satria M.H. Pembimbing
skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing peneliti
dengan penuh kesabaran, ketelitian, dan tidak henti-hentinya memberikan
masukan, saran, maupun kritik serta motivasi yang membangun demi kebaikan
serta terselesaikannya skripsi ini.
4. Manager dan Staff Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT.Pupuk
Kujang yang telah banyak membantu dalam mengumpulkan data peneliti
sehingga dapat diselesaikannya skripsi.
vi
5. Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Jakarta dan bagian Tata Usaha Fakultas Syariah dan Hukum.
6. Pihak-pihak terkait terutama kepada orang tua Peneliti Ayahanda dan Ibunda
tercinta yang telah memberikan doa, saran dan dukungan moril maupun materil
pada Peneliti untuk menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu.
Semoga Allah S.W.T membalas semua kebaikan Bapak dan Ibu serta teman-
teman semua dengan berlipat ganda. Peneliti berharap semoga skripsi ini
bermanfaat.
Jakarta, 15 Januari 2019
Syifa Maulidya
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN ............................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................... ii
LEMBAR PENYATAAN ............................................................................ iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, dan Perumusan
Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 7
D. Metode Penelitian................................................................. 8
E. Rancangan Sistematika Penulisan ........................................ 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY .................................................................... 14
A. Kerangka Konseptual ........................................................... 14
1. Perseroan Terbatas ........................................................ 14
a. Pengertian Perseroan Terbatas ............................... 14
b. Jenis-Jenis Perseroan Terbatas ............................... 17
c. Organ-Organ Perseroan Terbatas ........................... 20
2. Corporate Social Responsibility.................................... 24
a. Pengertian Corporate Social Responsibility ......... 24
b. Manfaat dan Tujuan Corporate Social
Responsibility ........................................................ 27
c. Jenis dan Bentuk Corporate Social Responsibility 28
B. Kerangka Teoritis ................................................................. 30
C. Tinjauan (Review) Kajian Terhadulu ................................... 32
viii
BAB III PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT.
PUPUK KUJANG ..................................................................... 34
A. Gambaran Umum PT.Pupuk Kujang ................................... 34
B. Sejarah dan Dasar Hukum Program kemitraan dan
Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara .................... 37
C. Tujuan dan Sistem Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan .......................................................................... 43
BAB IV ANALISIS YURIDIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONBILITY DALAM PROGRAM KEMITRAAN
DAN BINA LINGKUNGAN .................................................... 50
A. Implementasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
PT. Pupuk Kujang ................................................................ 50
B. Tinjauan Hukum Program Kemitraan dan Bina Lingkukngan
PT. Pupuk Kujang ................................................................ 61
BAB V PENUTUP .................................................................................. 68
A. Kesimpulan .......................................................................... 68
B. Rekomendasi ........................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 70
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat saat ini berkembang semakin kompleks, sasaran bidang
garapan dan intervensi sosial juga semakin luas. Globalisasi dan
industrialisasi telah membuka kesempatan bagi pekerja sosial untuk terlibat
dalam bidang yang relatif baru yakni dunia industri. Dunia industri kini
sedang menggali manfaat-manfaat positif dari adanya pekerja social industry,
baik terhadap aspek finansial ataupun relasi sosial dengan para pekerja dan
masyarakat. Hal ini sebagaimana dinyatakan bahwa pembangunan suatu
negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan manusia
berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas
hidup masyarakat, termasuk perusahaan.
Tantangan utama di bidang ekonomi adalah tantangan bagaimana
tatanan relasi antara negara/pemerintah, masyarakat dan kegiatan pelaku
ekonomi di pasar dilakukan. Pertanyaan klasik kembali menjadi relavan, yaitu
sejauh mana negara atau pemerintah perlu melakukan intervensi atau
mencampuri gerak pasar yang memiliki mekanisme pengaturan sendiri (self
regulation) dalam hal relasi antar pelaku bisnis dengan masyarakat,
khususnya konsumen. Juga, sejauh mana negara atau pemerintah
berkeinginan menentukan melalui sarana kewenangannya, yaitu peraturan
perundangan-undangan, tatanan organisasi, hubungan antar organ internal
perusahaan, dan tata kelola perusahaan.
Menurut Stiglitz pada tataran makro perencanaan pembangunan
ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia,
memang selayaknya melibatkan keaktifan pemerintah untuk memberikan
arah, mengatur inter-relasi berbagai unsur dan bahkan menentukan bagaimana
mengatasi gejolak ekonomi global diperlukan.1 Stiglitz memiliki pemikiran
1 Joseph E. Stiglitz, Globalization and Its Discontens, (New York: Northon, 2003), h. 62
2
yang sama dengan Mochtar Kusumaatmadja melihat salah satu fungsi hukum
di banyak negara berkembang adalah melakukan perombakan pada struktur,
tatanan dan sistem sosial masyarakat dengan kata lain, suatu rekayasa sosial
(social engineering).2 Namun, Stiglitz lebih menegaskan bahwa penggunaan
hukum sebagai sarana social engineering tidak dapat secara mendadak
diperintahkan atau secara directive ditetapkan. Ketentuan pemberlakuan
sistem atau institusi asing tetap harus melalui proses yang bertahap dengan
keterlibatan dan kemitraan dengan semua unsur masyarakat.3
Proses pengambilalihan secara menyeluruh ataupun sebagian dari suatu
sistem di definisikan sebagai transformasi institusi atau sistem (grafted
institution)4 dari luar ke sistem lokal. Sistem yang datang dari luar suatu
masyarakat, Bangsa ataupun Negara, bukanlah hal yang baru terjadi dalam
era globalisasi tetapi telah lama dikenal. Perbedaan utama adalah dari segi
kecepatan waktu proses transplantasi tersebut.
Perusahaan yang didirikan di suatu wilayah dan berada di tengah-
tengah masyarakat yang memperoleh keuntungan dari hasil usaha yang
dijalankan seharusnya saat ini merubah cara berpikir tersebut. Menurut
Busyra Azheri, perusahaan bukan lagi sebagai entitas yang hanya
mementingkan diri sendiri (selfish) dan/atau eksklusivitas dari lingkungan
masyarakat, tetapi sebagai sebuah entitas badan hukum yang wajib
melakukan adaptasi sosio-kultural dengan lingkungan dimana ia berada, serta
dapat dimintai pertanggungjawaban layaknya subjek hukum pada umumnya.5
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas menjelaskan bahwa, Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut
2 Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional Buku 1, (Jakarta: Binacipta,
1982), h. 45
3 Joseph E. Stiglitz, Globalization and Its Discontens, ... h. 134
4 Anthony Giddens dan David Held, eds., Power, Class, and Confit, (Los Angels:
University of California Press, 1982), h. 19
5 Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi Mandatory,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 3
3
Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Dalam Bab V
Pasal 74 juga menjelaskan Tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
pada Ayat (1) yang menjelaskan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal di Indonesia menunjukan secara jelas bahwa peraturan
perundang-undangan berperan dalam mengatur perseroan terbatas, termasuk
ketentuan pengelolaan serta tatanan dan struktur organisasi maupun tata-
kelola hubungan, baik ke dalam maupun ke luar perusahaan. Perubahan ini
cukup fundamental mengenai harapan Negara terhadap perseroan terbatas
untuk mengikuti perubahan di tataran internasional, terkait dengan Good
Corporate Governance dan permasalahan Corporate Social Responsibility.6
Adopsi dan adaptasi dari asas-asas dan ketentuan good corporate gorvenance
ke dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 hingga
kini tidak dipermasalahkan secara yuridis dengan kata lain, tidak ada upaya
memohon pengujian konstitutional.7
Mengenai istilah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana
tercantum pada Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40
Tahun 2007 telah timbul perbedaan baik dari aspek definisi yang digunakan,
apakah merupakan padanan dari Corporate Social Responsibility.
Permohonan pengujian konstitutional terhadap Pasal 74 Undang-Undang
Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 telah terjadi dan telah ada Putusan
6 Thomas Clarke (eds), Theories of Corporate Governance: The Philosophical Foundations
of Corporate Governance, (New York : Routledge, 2004), h. 17
7 Jimly Asshiddiqie, Model-Model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara, (Jakarta:
Konstitusi Press, 200 ), h. 26
4
Mahkamah Konstitusi atas Perkara Nomor 53 Tahun 2008 (PMK 53 Tahun
2008) yang dimana alasan pemohon untuk meminta secara Prosedural
dimasukkannya ketentuan Pasal 74 ke dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 berTentangan dengan Pasal 22A UUD 1945 Jo. Pasal 5 huruf c
dan huruf e Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, karena tidak ada
kesesuaian antara jenis dan materi muatannya, serta melanggar asas
kedayagunaan dan kehasilgunaan. Demikian juga secara Materiil, ketentuan
Pasal 74 Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (3) beserta penjelasan Pasal 74 Ayat
(1), Ayat (2), dan Ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 106 dan Nomor 4756), bertentangan dengan Pasal 28D Ayat (1) Jo.
Pasal 28I Ayat (2) Jo. Pasal 33 Ayat (4) frase “efisiensi berkeadilan” UUD
1945. Oleh karenanya, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas Pasal 74 Ayat (1), (2), (3) beserta penjelasannya tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat. Dengan demikian, di Negara
Republik Indonesia permasalahan ini tidak sekedar berada pada tataran
wacana dan teoritis saja, tetapi secara konkrit terwujudkan dan diangkat
menjadi ketentuan hukum.
Kegiatan Corporate Social Responsibility sangat penting dalam upaya
membangun citra dan reputasi perusahaan yang pada akhirnya meningkatkan
kepercayaan, baik dari konsumen maupun mitra bisnis perusahaan tersebut.
Di Indonesia penerapan Corporate Social Responsibility baru dimulai pada
awal tahun 2000. Corporate Social Responsibility diatur didalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007. Jika perusahaan ingin tumbuh secara
berkelanjutan, maka perusahaan tidak semata-mata mengejar keuntungan
tetapi juga harus mengejar aspek sosial dan lingkungannya.8 Padahal kegiatan
Corporate Social Responsibility ini merupakan suatu komitmen bersama yang
berkelanjutan dari seluruh stakeholder dan perusahaan diwajibkan untuk
bertanggungjawab terhadap masalah-masalah sosial.
8 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responbility, (Jakarta: Sinar Grafika,2009), h. 33
5
Menurut Wordworth, ada empat alasan Corporate Social Responsibility
penting untuk dilaksanakan yaitu: Pertama, menghindari dari reputasi negatif.
Kedua, menanggapi dari lingkungan sekitar, seperti permintaan lapangan
kerja. Ketiga, mendapatkan perhatian dari kelompok masyarakat inti terutama
yang mengharapkan keberadaan perusahaan, dan yang Keempat, adalah
menjamin keamanan dari gangguan lingkungan sekitar dalam rangka
melakukan proses produksi dan keberlanjutan usaha perusahaan itu sendiri.9
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 mengatur Tentang
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan lebih menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap
kepentingan pihak-pihak secara lebih luas (stakeholders) daripada hanya
sekedar mementingkan kepentingan perusahaan sendiri. Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan berkaitan dengan hubungan antara perusahaan dengan
pelanggan, karyawan, pemasok, investor, komunitas masyarakat, pemerintah,
dan juga kompetitornya. Binoto Nadapdap berpendapat bahwa secara umum
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dibagi menjadi dua bagian yaitu ke dalam
perusahaan itu sendiri (internal) contohnya terhadap karyawan dan ke luar
lingkungan perusahaan (eksternal), contohnya penyediaan lapangan kerja
kepada masyarakat, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemeliharaan
lingkungan untuk generasi yang akan datang.10
Dalam hal ini PT. Pupuk Kujang merupakan salah satu anak perusahaan
dari PT. Pupuk Indonesia dibawah naungan Kementrian Badan Usaha Milik
Negara melalui Peraturan Menteri Nomor PER-09/MBU/07/2015 Jo. PER-
02/MBU/7/2017 yang melaksanakan tugas Corporate Social Responsibility
yang berupa Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan adalah suatu program yang bertujuan untuk mengatur
9 Jackie Ambadar, CSR dalam Praktik di Indonesia, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2008), h. 25
10 Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas, ( Jakarta: Permata Aksara, 2012), h. 138
6
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan
di PT. Pupuk Kujang. Agar pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan dapat terselenggara dengan tertib dan sesuai dengan prinsip-
prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
PT. Pupuk Kujang ini beralamat di Jalan A. Yani No 39, Kalihurip,
Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, melaksanakan Program
Kemitraan yang mengacu pada Peraturan Menteri Nomor PER-
09/MBU/07/2015 Jo. PER-02/MBU/7/2017 dimana Ketentuan Khusus
Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan harus tunduk pada
Peraturan Menteri tersebut. Akan tetapi, pada pelaksanaannya tidak sesuai.
Pada revisi kedua Peraturan Menteri Nomor PER-02/MBU/7/2017
menjelaskan bahwa dalam Pasal 11 Ayat (2) Tentang Tata Cara Penyaluran
Pinjaman Dana Program kemitraan yang berisi besarnya jasa administrasi jasa
pinjaman dana program kemitraan sebesar 3% (tiga persen) pertahun dari
saldo pinjaman awal tahun atau ditetapkan lain oleh menteri, sedangkan PT.
Pupuk Kujang dalam Memo Direksi Tentang Sistem dan Prosedur Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan pada Ketentuan Khusus Pelaksanaan
Program Kemitraan mengatur bahwa jasa administrasi pinjaman sebesar 6%
(enam persen) pertahun untuk pinjaman umum dan ½% (setengah persen)
perbulan untuk pinjaman khusus.11
Oleh karena itu, setelah melihat bagaimana Corporate Social
Responsibility melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam
tinjauan Peraturan Menteri PER-09/MBU/07/2015 Jo. PER-02/MBU/7/2017
Tentang Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik
Negara maka, berdasarakan masalah tersebut peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai Corporate Social Responsibility di PT.
Pupuk Kujang, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melalukan penelitian
skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL
11
Memo Direksi Nomor 081/MO/DU/X/2016 Tentang Sistem Prosedur Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan, di akses pada 28 September 2018 Pukul 15.45 BBWI.
7
RESPONSIBILITY (STUDI ATAS PROGRAM KEMITRAAN DAN
BINA LINGKUNGAN DI PT. PUPUK KUJANG)”
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Implementasi Corporate Social Responsibility melalui Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Pupuk Kujang.
b. Dasar Hukum Corporate Social Responsibility melalui Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Pupuk Kujang.
c. Hambatan Terhadap Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan dalam PT. Pupuk Kujang.
d. Bagaimana Pengaruh pelaksanaan Corporate Social Responsibility
melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Pupuk
Kujang.
2. Pembatasan Masalah
Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan penelitian
pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai bentuk
Implementasi Corporate Social Responsibility di PT. Pupuk Kujang.
3. Perumusan Masalah
a. Bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
sebagai bentuk Implementasi Corporate Social Responsibility di PT.
Pupuk Kujang?
b. Bagaimana Tinjauan Hukum dalam pelaksanaan Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan di PT.Pupuk Kujang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Impelementasi Corporate Social Responsibility melalui Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Pupuk Kujang berdasarkan
Peraturan Menteri BUMN PER-09/MBU/07/ 2015 Jo. PER-02/MBU/07/
8
2017 Tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Sedangkan
secara khusus tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui Program Pelaksanaan Kemitraan dan Bina
Lingkungan sebagai bentuk Implementasi Corporate Social
Responsibility yang dilakukan oleh PT. Pupuk Kujang
b. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum dalam Pelaksanaan Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Pupuk Kujang.
2. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada, maka manfaat
penelitian dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Manfaat Teoritis
1) Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah
dan merumuskan hasil-hasil penelitian tersebut kedalam bentuk
tulisan.
2) Menerapkan teori-teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan
dan menghubungkan dengan praktik di lapangan.
3) Untuk memperoleh manfaat ilmu pengetahuan dibidang hukum
bisnis pada khususnya yaitu dengan mempelajari literatur yang
ada dikombinasikan dengan perkembangan yang terjadi
dilapangan.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan/wawasan pembaca Tentang perkembangan hukum
mengenai Corporate Social Responsibility melalui Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Pupuk Kujang.
D. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian
kualitatif dengan menggunakan instrumen penelitian lapangan (lapangan field
research). Dan penelitian kepustakaan yang didasarkan pada suatu
9
pembahasan dengan menggunakan metode studi kepustakaan (library
research), yaitu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan
bahan-bahan penelitian melalui studi kepustakaan yang diperoleh melalui
kajian Undang-Undang dan peraturan-peraturan yang ada di bawahnya serta
bahan-bahan yang lainnya yang berhubungan dengan data-data penelitian,
beberapa hal terkait metode yang digunakan dalam penulisan ini antara lain :
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penulisan ilmiah terdapat beraneka ragam jenis penelitian. Dari
sekian banyak jenis penelitian, khususnya penelitian hukum yang dipilih
oleh peneliti adalah :
Metedologi penelitian hukum normatif yang berhubungan langsung
dengan praktik hukum yang menyangkut 2 aspek utama yaitu Tentang
pembentukan hukum dan penerapan hukum.12
Pilihan metode suatu penelitian hukum tergantung pada tujuan
penelitian itu sendiri sesuai dengan skripsi ini, maka penelitian hukum
yang digunakan adalah penelitian hukum normatif/ disebut juga dengan
studi kepustakaan (Library Research).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan yang bersifat normatif empiris yang artinya adalah
penelitian yang dilakukan selain melakukan pengkajian terhadap peraturan
perundang-undangan, buku-buku, dan jurnal (Library Research) yang
berhubungan dengan skripsi ini, peneliti juga melakukan penelitian
langsung kelapangan dengan cara observasi, dan wawancara kepada pihak
yang berhubungan, yaitu PT. Pupuk Kujang.
2. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang Objektif, maka peneliti mengumpulkan
data dengan cara :
12
Johnny Ibrahim, Teori & Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia
Publishing,2005), h. 47
10
a. Data Primer
Bahan data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer juga
disebut sebagai data yang asli memiliki sifat up to date. Untuk
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkan secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti mengumpulkan data
primer antara lain observasi dan wawancara kepada pihak PT. Pupuk
Kujang yang bersangkutan dengan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara dan melalui studi
kepustakaan dengan cara membaca, mengutip dan menalaah peraturan
perundang-undangan, buku-buku, dan literature lain yang berkenan
dengan permasalahan yang akan dibahas. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan bahan data sekunder yang akan digunakan seperti :
1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.
3) Peraturan Menteri Nomor PER-09/MBU/07/2015
4) Peraturan Menteri Nomor PER-02/MBU/7/2017
5) Buku, teks, dan disertasi.
6) Jurnal yang berkaitan dengan penelitian.
7) Media elektronik (Internet).
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah PT. Pupuk Kujang yang berlokasi di
Cikampek PT. Pupuk Kujang ini adalah salah satu anak perusahaan dari
PT. Pupuk Indonesia.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian penulis melakukan dengan metode field
Research atau penelitian lapangan di PT. Pupuk Kujang dan metode
11
library research. Penelitian lapangan merupakan penelitian yang diperoleh
langsung dari responden dan mengamati secara langsung tugas-tugas yang
berhubungan dengan tema penelitian. Pengumpulan data dan informasi
dilakukan dengan cara sebagai berikut:13
a. Observasi
Metode observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung
tanpa mediator dan sesuai objek untuk melihat dengan dekat kegiatan
yang dilakukan objek tertentu. Keunggulan metode ini adalah data
yang dikumpulkan dalam dua bentuk: interaksi dan percakapan
(Conversation).
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara Periset atau Peneliti seseorang
yang berharap mendapatkan informasi, dan informasi seseorang yang
diasumsikan mempunyai informasi penting Tentang sesuatu objek.
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan
untuk mewawancarai pihak yang ahli pada bidang program kemitraan
dan bina lingkungan.
c. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data atau bahan-bahan berupa dokume yang
mendukung penyusunan penelitian ini.
5. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah PT. Pupuk Kujang, Maneger Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan yang diajukan sebagai sumber informasi
yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis ini diawali dengan mengkompilasi berbagai dokumen
termasuk peraturan perundang-undangan ataupun referensi-referensi
hukum. Kemudian hasil riset tersebut, selanjutnya dikaji isi (content), baik
13
Rachmat Kriyantono, Teknik Peraktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media, 2009),
h. 111
12
terkait kata-katanya (word), makna (meaning), simbol, ide, tema-tema, dan
berbagai pesan lainnya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
melakukan analisis tersebut adalah pertama, semua bahan hukum yang
diperoleh melalui normatif disistematiskan dan klarifikasikan menurut
masing-masing objek bahasannya. Kedua, setalah di sistemtiskan dan di
klarifikasikan kemudian di lakukan eksplikasi, yakni diuraikan dan
dijelaskan sesuai objek yang diteliti berdasarkan teori. Ketiga, bahan yang
dilakukan evaluasi dinilai dengan menggunakan ukuran ketentuan hukum
yang berlaku.
7. Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis
dalam skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah
pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif HidAyatullah Jakarta tahun 2017”.
E. Sistematika Penulisan
Agar dapat memberikan penjelasan menyeluruh mengenai isi skripsi ini
oleh karena itu, dibuatlah sistematika penulisan skripsi yang terangkum
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan, bab ini
membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah, dan Perumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat penelitian, Metode Penelitian, serta
Sistematika Penulisan sebagai Rancangan Penelitian.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA TENTANG CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY. Bab ini berisi kajian pustaka yang dalam bab
ini akan diuraikan mengenai kajian teoritis yang terdiri dari
pemaparan Kerangka Konseptual dan teori, Tinjauan (riview)
kajian terdahulu yakni terkait dengan Teori dan pengertian
mengenai Perseroan Terbatas dan Corporate Social
Responsibility.
13
BAB III : PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
PADA PT. PUPUK KUJANG. Bab ini membahas diantaranya
mengenai gambaran umum PT. Pupuk Kujang, Sejarah dan dasar
Hukum Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, Tujuan dan
Sistem Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
BAB IV : ANALISIS YURIDIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (STUDI ATAS PROGRAM KEMITRAAN
DAN BINA LINGKUNGAN) DI PT. PUPUK KUJANG. Bab ini
berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bagian ini menyajikan
penelitian lapangan dan pembahasan yang akan menghubungkan
fakta atau data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan yang
meliputi Implementasi Corporate Social Responsibility melalui
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan pada Badan Usaha
Milik Negara di PT Pukpuk Kujang.
BAB V : PENUTUP. Bab ini merupakan bagian akhir, berisi kesimpulan
dan rekomendasi. Kesimpulan merupakan kristalisasi dari hasil
penelitian dan pembahasan, disamping itu juga merupakan
landasan untuk mengemukakan rekomendasi. Rekomendasi
meliputi aspek operasional dan aspek kebijakan.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY
A. Kerangka Konseptual
1. Perseroan Terbatas
a. Pengertian Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas atau Naamloze Vennootschap (dalam bahasa
Belanda), company limited by shares (dalam bahasa Inggris), menurut
Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang
Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.1
H.M.N Purwosutjipto memiliki pendapat yang berbeda tidak
sependapat dengan pandangan yang menyatakan bahwa Perseroan
Terbatas merupakan terjemahan dari Naamloze Vennootschap,
sebagaimana dijelaskan sebaga berikut:
“Istilah perseroan terbatas lebih tepat daripada istilah Naamloze
Vennootschap, sebab arti istilah perseroan terbatas lebih jelas dan
tepat menggambarkan Tentang keadaan senyatanya, sedangkan
arti istilah Naamloze Vennootschap kurang dapat menggambarkan
Tentang isi dan sifat perseroan secara tepat. Perseroan terbatas
yang disingkat PT terdiri dari dua kata, yaitu Perseroan adalah
persekutuan yang modalnya terdiri dari sero-sero atau saham-
saham, sedangkan Terbatas itu tertuju pada tenggung jawab
pemegang saham atau persero yang bersifat terbatas pada jumlah
nominal daripada saham-saham yang dimilikinya”.2
Pada awalnya pengaturan Perseroan Terbatas terdapat dalam kitab
Undang-Undang Hukum Dagang khususnya dalam pasal-pasal yang
1 Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus,
(Jakarta: Kencana, 2006), h. 111
2 H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2: Bentuk-bentuk
perusahaan, (Jakarta: Djambatan, 2007), h. 89-90
15
mengatur Tentang perseroan terbatas (yaitu mulai Pasal 36 sampai
dengan Pasal 56), memang tidak dinyatakan secara eksplisit bahwa
Perseroan Terbatas merupakan badan hukum. Berbeda halnya dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas
justru, dalam pasal 1 Ayat (1) UUPT tersebut secara tegas disebutkan
bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum.3 Akan tetapi, dari
ketentuan Pasal 36, 40, 42, dan 45 KUHD dapat disimpulkan bahwa
unsur-unsur dari perseroan terbatas adalah :
1. Adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-
masing persero (pemegang saham), dengan tujuan untuk
membentuk sejumlah dana sebagai jaminan bagi semua perikatan
perseroan.
2. Adanya persero atau pemegang saham yang tanggung jawabnya
terbatas pada jumlah nominal saham yang dimilikinya. Sedangkan
di dalam Rapat Umum Pemegang Saham merupakan kekuasaan
yang tertinggi dalam organisasi perseroan yang berwenang
mengangkat dan memberhentikan Direksi dan Komisaris, berhak
menentukan garis-garis besar kebijakan menjalankan perusahaan,
menetapkan hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar
dan lain-lain.
3. Adapun pengurus Direksi dan Komisaris yang merupakan satu
kesatuan pengurus dan pengawas terhadap perseroan dan tanggung
jawabnya terbatas pada tugasnya yang harus sesuai dengan
anggaran dasar atau keputusan RUPS.4
Dalam perkembangan kemudian, Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas juga tidak lagi sesuai dengan
perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat sehingga harus
mengalami pergantian. Hingga pada akhirnya pemerintah
3 I.G R.Rai.Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, cet.4 (Jakarta : Kesaint
Blanc, 2002), h. 8
4 R.T. Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, , Pengertian Pokok Hukum Perusahaan
Bentuk-Bentuk Perusahaan Yang Berlaku Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1992), h. 40
16
mengesahkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas sebagai peraturan hukum terbaru yang menyatakan
sebagai berikut :
“Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya”.
Perseroan memenuhi persyaratan Undang-Undang sebagai suatu
badan hukum, maka Perseroan Terbatas memilik ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Organisasi yang teratur, dari adanya organ perusahaan yang terdiri
atas Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris (Pasal
1 Ayat (2) UUPT). Keteraturan organisasi perseroan dapat
diketahui melalui ketentuan UUPT, Anggaran Dasar Perseroan,
Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, Keputusan Dewan
Komisaris, Keputusan Direksi dan Peraturan-Peraturan perusahaan
lainnya yang dikeluarkan dari waktu ke waktu.
2. Harta kekayaan sendiri, berupa modal dasar yang terdiri atas
seluruh nilai nominal saham (Pasal 24 Ayat (1) UUPT) yang terdiri
atas uang tunai dan harta kekayaan dalam bentuk lain (Pasal 27
Ayat (1) UUPT).
3. Melakukan hubungan hukum sendiri, perseroan melakukan sendiri
hubungan hukum dengan pihak ketiga yang diwakili oleh pengurus
yang disebut Direksi dan Komisaris. Direksi bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan
perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan. Dalam melaksanakan kegiatannya tersebut, Direksi
berada dalam pengawasan Dewan Komisaris, yang dalam hal-hal
tertentu “membantu” Direksi dalam menjalankan tugasnya tersebut.
4. Mempunyai tujuan sendiri, tujuan tersebut ditentukan dalam
Anggaran Dasar Perseroan. Karena perseroan menjalankan
17
perusahaan, maka tujuan utama perusahaan adalah memperoleh
keuntungan/laba.5
a. Jenis-Jenis Perseroan Terbatas
Dilihat dari sudut modalnya maka, Perseroan Terbatas dapat dibagi
menjadi:
1. PT Tertutup
Dalam bentuk ini, tidak setiap orang diperbolehkan ikut
menanamkan modalnya. Pada umumnya dalam perseroan terbatas ini
hanya dikeluarkan saham atas nama saja, dan di dalam akta
pendiriannya biasanya dimuat siapa-siapa saja yang diperbolehkan ikut
serta di dalam usaha ini. Mereka biasanya masih merupakan hubungan
keluarga, sehingga perseroan tersebut tidak lagi merupakan perseroan
permodalan tetapi merupakan perseroan keluarga, di mana anggotanya
(perseronya) terbatas pada beberapa orang (keluarga) saja.
2. PT Terbuka
Dalam bentuk ini terbuka bagi masyarakat untuk ikut serta
menanamkan modalnya ke dalam perseroan. Karena perseroan memang
didirikan sebagai kerja sama dalam menyelenggarakan perusahaan
dengan mengumpulkan tenaga dan kekayaan, dengan harapan dapat
diperbesar lagi. Saham-saham yang dikeluarkan kebanyakan adalah
saham atas pembawa, saham atas tunjuk, atau saham blangko dan
disebut saham aan toonder.
3. PT Umum
Adalah bentuk perseroan yang bersifat terbuka dimana modalnya
diperoleh dari umum atau didapat dengan jalan menjual saham-
sahamnya di dalam bursa. Dalam perseroan ini, mereka yang ikut dalam
modal perseroan hanya mempunyai perhatian pada kurs saham saja.
5 Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT
Raja Grafindo, 2003), h. 8-9
18
Mereka membeli saham hanya untuk membungakan uangnya atau
sebagai untung-untungan saja dan mengharapkan peningkatan nilai
saham (appresiasi modal/saham). Pada perseroan terbatas umum ini
dapat dikatakan bahwa Direksi mempunyai kekuasaan sepenuhnya.
4. PT Perseorangan
Dalam hal ini, setelah perseroan berdiri kemungkinan saham yang
dikeluarkan jatuh pada satu tangan saja, sehingga ada satu orang
pemegang saham yang biasanya sekaligus merangkap menjadi Direktur
Perseroan tersebut. Keadaan yang demikian mungkin saja terjadi dan
PT tersebut tidak mungkin bubar, karena semua saham yang
dikeluarkan hanya jatuh kepada satu tangan saja.6
Dengan di bentuknya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007,
maka tidak lagi memungkinkan eksistensi dari PT Perseorangan yang
sahamnya hanya dimiliki oleh satu orang. Hal ini sebagaimana diatur
dalam Pasal 7 Ayat (5) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Peseroan Terbatas yang berisikan setelah Perseroan
memperoleh status badan hukum dan pemegang saham menjadi kurang
dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan
wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau
Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain.
Sebagaimana disampaikan oleh R.T. Sutantya R. Hadhikusuma
dan Sumantoro di atas, Munir Fuady juga berpendapat bahwa jenis
Perseroan Terbatas dibagi ke dalam klasifikasi, yaitu berdasarkan jenis
penanaman modalnya, keikutsertaan pemerintah, dan hubungan saling
memegang saham. Masing-masing perbedaan tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
6 R.T. Sutantya R. Hadikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan
Bentuk-Bentuk Perusahaan Yang Berlaku Di Indonesia, ... h. 41-42
19
a) Jenis Perseroan Terbatas berdasarkan penanaman modal
Erat kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
Tentang Penanaman Modal yang membagi kegiatan penanaman
modal di Indonesia yang dilakukan oleh badan usaha baik berupa
perusahaan perseorangan, berbadan hukum, atau yang bukan
berbadan hukum ke dalam penanaman modal dalam negeri dan
modal asing, termasuk badan usaha yang berbentuk Perseroan
Terbatas. Berdasarkan hal tersebut, maka jenis Perseroan Terbatas
Berdasarkan jenis penanaman modalnya dapat dipisahkan sebagai
berikut:
1) PT PMDB, atau dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri,
yaitu penggunaan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia,
termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh
Negara maupun oleh Swasta Nasional atau Swasta Asing yang
berdomisili di Indonesia, yang disisihkan atau disediakan guna
menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur
oleh ketentuan Undang-Undang yang mengatur Perseroan
Terbatas ataupun Penanaman Modal.
2) PT MA, atau PT dalam rangka Penanaman Modal Asing yaitu
hanya meliputi penanaman Modal Asing secara langsung yang
dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan Undang-Undang
Penanaman Modal Asing dan yang digunakan untuk menjalankan
perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara
langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.
Sedangkan yang dimaksud dengan Modal Asing adalah alat
pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari
kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah
digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.
3) Perusahaan non-Penanaman Modal Asing/ Penanaman Modal
Dalam Negeri adalah perusahaan domestik yang tidak
memperoleh status sebagai perusahaan Penanaman Modal Dalam
20
Negeri, sehingga tidak mendapat fasilitas-fasilitas dari
pemerintah. Kepada Penanaman Modal Dalam Negeri/Perusahaan
non-Penanaman Modal Asing pada pokoknya berlaku ketentuan
Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas.7
b) Jenis Perseroan Terbatas berdasarkan keikutsertaan pemerintah
1) Perusahaan Swasta yang sahamnya dimiliki oleh swasta tanpa ada
saham pemerintah di dalamnya.
2) Perusahaan Negara yaitu perusahaan yang modalnya dimiliki oleh
Negara dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan
selain itu ada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bisa
berupa Perusahaan Daerah atau bisa berup PT. Perusahaan Negara
menurut Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 adalah
semua perusahaan dalam bentuk apapun yang modalnya untuk
seluruhnya merupakan kekayaan Negara RI, kecuali ditentukan
lain Berdasarkan Undang-Undang.8
c) Jenis Perseroan Terbatas berdasarkan hubungan saling memegang
saham
1) Perusahaan Holding adalah perusahaan yang bertujuan untuk
memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan/atau
mengatur satu atau lebih perusahaan lainnya.
2) Perusahaan Subsidiary adalah perseroan terbatas dimana ada
saham-sahamnya yang di pegang oleh perusahaan atau holding
tersebut dengan anak perusahaan.
3) Perusahaan Affiliate adalah hubungan antar perusahaan dalam
satu perusahaan holding disebut hubungan affiliate. Dilihat dari
hubungan tersebut, maka perusahaan yang bersangkutan disebut
dengan sister company.
7 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Dalam Paradigma Baru (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003), h. 18-20
8 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Dalam Paradigma Baru, … h. 20-21
21
b. Organ-Organ Perseroan Terbatas
Organ perseroan terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),
Direksi, dan komisaris, yang memiliki fungsi, tugas dan wewenang
masing-masing di dalam perseroan.
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Diatur dalam Pasal 63 dan 78 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1995 mengenai RUPS:
a. Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ perseroan yang
memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang
segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau
Koimisaris.
b. Rapat Umum Pemegang Saham terdiri dari RUPS tahunan atau
RUPS lainnya (sesuai kebutuhan RUPSLB), RUPS Tahunan
diadakan dalam waktu paling lambat 6 bulan setelah tahun buku.
c. Rapat Umum Pemegang Saham diadakan antara lain untuk :
Dalam Pasal 1 butir 4 UUPT No. 40 Tahun 2007 menjelaskan
bahwa Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan
Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini
dan/atau Anggaran Dasar. Namun wewenang yang diberikan Undang-
Undang kepada RUPS tidak berarti RUPS dapat melakukan tugas dan
wewenang yang diberikan Undang-Undang kepada Direksi dan Dewan
komisaris. Dari pengertian Pasal 1 Ayat (4) dapat disimpulkan beberapa
hal, yaitu sebagai berikut:
a. Organ ini berupa rapat, hal yang harus dicermati adalah forum rapat
berbeda dengan individu pemegang saham.
b. Kewenangan atau otoritas yang dimiliki oleh forum rapat ini adalah
kewenangan yang tersisa Berdasarkan teori residual.
c. Kewenangan yang ada pada forum rapat ini (sebagian) dapat
didelegasikan kepada orang lain, yaitu Direksi dan Dewan
Komisaris.9
9 Kurniawan, Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum
Positif, Jurnal Mimbar Hukum (Volume 26 Nomor 1, Februari Tahun 2014), h. 74
22
Hal ini senada dengan pendapat Munir Fuady, bahwa secara prinsip
yang merupakan organ perusahaan bukan pemegang sahamnya, tetapi
Rapat Umum Pemegang Saham tersebut.10
2. Direksi
Direksi adalah satu-satunya organ perseroan yang mempunyai
kekuasaan, berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan
perseroan semata untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan, serta mempunyai kekuasaan, berwenang dan
bertanggung jawab penuh untuk mewakili perseroan, baik di dalam
maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.11
Direksi dalam menjalankan reprentasi di luar pengadilan
diantaranya adalah melakukan kontrak atau transaksi bisnis dengan
pihak ketiga, mewakili perseroan menandatangani kontrak tersebut,
mewakili perseroan untuk menghadap pejabat Negara dan masih
banyak yang lainnya. Mewakili perseroan di dalam maupun di luar
pengadilan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Dilakukan sendiri.
b. Dilakukan pegawainya yang ditunjuk untuk itu.
c. Dilakukan Dewan Komisaris jika Direksi berhalangan, sesuai
AD/ART PT.
d. Dilakukan oleh pihak ketiga sebagai agen dari perseroan.12
Dalam melakukan tugasnya Direksi dapat meminta orang lain
untuk mewakilinya. Perwakilan tersebut dapat dilakukan oleh pihak
internal perseroan maupun eksternal perseroan. Salah satunya ialah
delegatus nonpotest delegare, yaitu yang sudah menerima
10
Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2002), h. 43
11 Hasbullah F. Sjawie, Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas atas Tindakan Ultra
Vires, Jurnal Hukum Prioris, (Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017), h. 23
12 Munir Fuady, Doktrin-Doktrni Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam
Hukum Indonesia, cet.2, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010), h. 7
23
pendelegasian tugas tertentu tidak dapat mendelegasikan lagi tugas
tersebut tanpa sepengetahuan pihak pertama yang mendelegasikan tugas
tersebut. Jadi apabila Direksi meminta seseorang untuk membantu
melaksanakan tugas-tugasnya seseorang tersebut tidak boleh
melimpahkan tugas yang diberikan Direksi tersebut tanpa seizin Direksi
yang bersangkutan.
Pengurusan oleh direksi dibatasi menurut Pasal 92 Ayat (2) UUPT
yang berbunyi bahwa direksi berwenang menjalankan pengurusan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang
dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam undnag-undang ini
dan/atau anggaran dasar.
Sangat luas kewenangan dan tanggung jawab direksi suatu
perseroan sehingga direksi wajib melakukan tugasnya dengan itikad
baik (good faith) dan penuh tanggung jawab. Direksi sebagai pengelola
perseroan merupakan pemegang saham (fiduciary) dari pemegang
saham. Fiduciary yang dimiliki direksi menyebabkan direksi
mempunyai kewenangan yang sangat tinggi. Oleh karena itu seorang
direksi harus dapat mempunyai kepedulian dan kemampuan, itikad
baik, loyalitas dan kejujuran terhadap perusahaannya dengan derajat
yang tinggi.13
3. Komisaris
Pasal 79 dan 101 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 juga
mengatur Tentang Komisaris Perseroan:
a. Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan/atau khusus serta memberikan nasihat
kepada Direksi dalam menjalankan perseroan.
b. Tata cara pencalonan, pengangkatan, dan pemberhentian komisaris
diatur dalam Anggaran Dasar (Pasal 94).
13
Munir Fuady, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam
Hukum Indonesia, cet.2, … h. 47
24
c. Komisaris bertanggung jawab secara pribadi apabila yang
bersangkutan bersalah dan lalai dalam menjalankan tugasnya.
d. Komisaris wajib melaporkan,kepada PT saham yang dimiliki yang
bersangkutan atau keluarganya (Pasal 99).
e. PT yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat wajib
mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang komisaris Pasal 94 Ayat
(2).14
Menurut UUPT Pasal 1 Ayat (6) Dewan Komisaris adalah Organ
Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada
Direksi. Adapun tugas Komisaris ditentukan dalam UUPT Pasal 108
Ayat (1) adalah Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik
mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat
kepada Direksi.
Menurut R.T. Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, tugas
utama dari Komisaris adalah untuk mengawasi pekerjaan Direksi yang
meliputi pengawasan sebagai berikut :
a. Pengawasan Preventif, yaitu untuk menjaga agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan sebelumnya, yang dapat merugikan perseroan
yang dilakukan oleh Direksi.
b. Pengawasan Represif, yaitu untuk mengontrol tindakan Direksi,
apakah semua tindakan yang telah dilakukannya tidak merugikan
perseroan ataukah tidak berTentangan dengan akta pendirian atau
anggaran dasar Undang-Undang, dan apakah segala sesuatu yang
telah ditentukan di dalam RUPS telah dijalankannya.15
14
Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus cet2,
… h. 117-119
15 R.T. Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan
Bentuk-Bentuk Perusahaan Yang Berlaku Di Indonesia, ... h. 77
25
2. Corporate Social Responbility
a. Pengertian Corporate Social Responbility
Corporate Social Responsibility bukanlah merupakan suatu konsep
baru yang berkembang beberapa tahun belakangan ini. Apabila dilihat
lebih jauh ke belakang maka, Corporate Social Responsibility sudah
ada sejak zaman dahulu. Istilah Corporate Social Responsibility sebagai
suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara
mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan
public eksternal. Secara konseptual, Corporate Social Responsibility
adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan
kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan
para pelaku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip
kesukarelaan dan kemitraan. Meskipun sesungguhnya memiliki
pendekatan yang relatif berbeda, beberapa nama lain yang memiliki
kemiripan atau bahkan identik dengan Corporate Social Responsibility
ini diantaranya ialah Investasi Social Perusahaan, Pemberian
Perusahaan, Kedermawanan Perusahaan, Relasi Kemasyarakatan
Perusahaan, dan Pengembangan Masyarakat.16
Corporate Social Responsibility sangat menentukan pendekatan
audit program Corporate Social Responsibility, sayangnya belum ada
definisi yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga.
Beberapa definisi Corporate Social Responsibility dibawah ini
menunjukkan keragaman pengertian Corporate Social Responsibility
menurut para ahli:
1. World Business Council for Sustainable Development adalah
komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku
etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya
meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta
komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.
16
Edi Suharto, Pekerjaan Social Di Dunia Industri : Memperkuat Tanggungjawab Sosial
Perusahaan (Corporate Social Responbility), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), edisi 1, h.
102-103
26
2. International Finance Corporation adalah komitmen dunia bisnis
untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi
berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka,
komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan
mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun
pembangunan.
3. Institute of Chhartered Accountants, England and Wales adalah
jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu
memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya
memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham.
4. Canadian Government adalah kegiatan usaha yang mengitegrasikan
ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan
keputusan, strategi dan operasi perusahaan yang dilakukan secara
transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat
yang sehat dan berkembang.
5. European Commision adalah sebuah konsep dengan mana
perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan
lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya
dengan para pemangku kepentingan (stekholders) berdasarkan
prinsip kesukarelaan.
6. CSR Asia adalah komitmen perusahaan untuk beroperasi secara
berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosal dan lingkungan,
seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholders.17
Pengaturan Corporate Sosial Responsibility di Indonesia
didasarkan pada beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu:
a. Berdasarkan Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
17
Edi Suharto, Jurnal Menggagas Standar Audit Program CSR, (Jakarta: 27 Maret 2008),
h. 5
27
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan
sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan dalam pasal 4 dinyatakan bahwa TJSL
dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan
perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau
Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan anggaran dasar
perseroan, kecuali di tentukan lain dalam peraturan perundang-
undangan.
c. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-
09/MBU/07/2015 Tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Badan Usaha Milik Milik Negara sebagaimana terakhir di revisi
dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-
02/MBU/7/2017 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-09/MBU/07/2015 Tentang
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan Badan Usaha
Milik Negara.
b. Manfaat dan Tujuan Corporate Social Responbility
Corporate Social Responsibility bermakna bahwa suatu perusahaan
harus bertanggung jawab atas setiap tindakannya yang berdampak pada
masyarakat dan lingkungan. Karena itu, dampak negative dari aktivitas
bisnis yang merugikan masyarakat dan lingkungan harus diakui dan
diungkapkan dalam pelaporan perusahaan. Perusahaan dituntut
menyeimbangkan pencapaian kinerja ekonominya dengan kinerja sosial
lingkungannya jika ingin bisnisnya bertahan dalam jangka waktu
panjang.
Dengan kemauan baik, komitmen, dan kepedulian dunia usaha
untuk menyisihkan dana aktivitas tanggung jawab sosial secara
berkelanjutan sebenarnya juga akan mendatangkan senjumlah manfaat
bagi dunia bisnis sendiri yaitu:
28
1. Sebagai investasi sosial yang menjadi sumber keunggulan kompetitif
perusahaan dalam jangka panjang.
2. Memperkokoh profit dan kinerja keuangan perusahaan.
3. Meningkatnya komitmen, etos kerja, efisiensi dan produktivitas
karyawan.
4. Menurunnya kerentanan gejolak sosial dari komunitas sekitarnya
karena diperhatikan dan dihargai perusahaan.
5. Meningkatnya reputasi dan nilai perusahaan dalam jangka panjang.18
Menurut Jackie Ambadar manfaat Corporate Social Responsibility
bagi masyarakat adalah dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan investasi dari rumah
tangga masyarakat.19
Sedangkan menurut Rogovsky mengemukakan
beberapa manfaat Corporate Social Responsibility sebagai berikut :
1. Manfaat bagi individu karyawan.
2. Manfaat bagi penerima program.
3. Manfaat bagi perusahaan.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility bertujuan untuk
menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai
dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat,20
sebagaimana dijelaskan dalam ketentuan Pasal 74 Ayat (1)-(4) Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 sebagai berikut :
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan
18
Andreas Lako, Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi, (Jakarta:
Erlangga, 2011), h. 89-90
19 Jackie Ambadar, CSR dalam Praktik di Indonesia, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2008), h. 35
20 Ismail Solihin, Corporate Social Responbility, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 165
29
dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajiban.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
c. Jenis dan Bentuk Corporate Social Responbility
Menurut Kotler dan Lee menyebutkan bahwa ada enam kategori
aktivitas Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yaitu:
1. Cause Promotions (Promosi Kegiatan Sosial) dalam aktivitas ini,
perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang
dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap suatu kegiatan atau untuk mendukung pengumpulan dana,
partisipasi, dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk
suatu kegiatan tertentu.
2. Cause Related Marketing (Pemasaran Terkait Kegiatan Sosial)
dalam aktivitas ini, perusahaan memiliki komitmen untuk
menyumbangkan presentasi tertentu dari penghasilannya untuk suatu
kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk.
3. Corporate Societal Marketing (Pemasaran Kemasyarakatan Sosial
perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk
mengubah perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan
kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan
hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Corporate Philantropy (Kegiatan Filantropi Perusahaan) perusahaan
memberi sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan
masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk
pemberian uang secara tunai, bingkisan/paket bantuan atau
pelayanan secara Cuma-Cuma. Keuntungan yang diperoleh
30
perusahaan dalam menjalankan program corporate philanthropy
yaitu: meningkatkan reputasi perusahaan, memperkuat bisnis
perusahaan dimasa depan dan memberi dampak bagi penyelesaian
masalah social dalam komunitas local.
5. Community Volunteering (Pekerja Sosial Kemasyarakatan Secara
Sukarela) perusahaan harus mendorong serta mendukung para
karyawan, rekan pedagang eceran atau para pemegang franchise agar
menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna membantu
organisasi local maupun masyarakat yang menjadi sasaran program.
6. Socially Responsible Business (Praktika Bisnis yang Memiliki
Tanggung jawab Sosial) perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis
melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta
melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan
meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara lingkungan
hidup.21
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli dan praktek di
masyarakat, jenis dan bentuk dari Corporate Social Responsibility
berkembang menjadi semakin beragam. Archie B Carrol yang juga
memberikan definisi mengenai Corporate Social Responsibility
membagi tanggung jawab sosial perusahaan ke dalam empat kriteria
yaitu:
1. Tanggung jawab sosial ekonomi, dimana perusahaan harus
dioperasikan dengan berbasis laba dengan misi tunggal untuk
meningkatkan keuntungan selama berada dalam batas-batas
peraturan pemerintah.
2. Tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab legal, dimana
kegiatan bisnis diharapkan untuk memenuhi tujuan ekonomi para
21
Erlyta Ruchiyati, “e-Jurnal Analisa Strategi Program Corporate Social Responbility PT.
Telkomsel Dalam Meningkatkan Reputasi Perusahaan”, Fisip Universitas Indonesia (Juni, 2016),
h. 7
31
pelaku dengan berlandaskan kerangka kerja legal maupun nilai-nilai
yang berkembang dimasyarakat secara bertanggung jawab.
3. Tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab etika, sebagai
kebijakan keputusan perusahaan yang didasarkan pada keadilan,
bebas, tidak memihak, menghormati hak-hak individu, serta
memberikan perlakuan berbeda untuk kasus yang berbeda yang
menyangkut tujuan perusahaan.
4. Tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab sukarela atau
diskresioner, dimana kebijakan perusahaan dalam tindakan sosial
yang murni sukarela dan didasarkan pada keinginan perusahaan
untuk memberikan kontribusi sosial yang tidak memiliki
kepentingan timbal balik secara langsung.22
B. Kerangka Teoritis
1. Teori Stakeholder
Untuk menjelaskan kecenderungan pengungkapan Corporate Social
Responsibility dapat menggunakan pendekatan berdasarkan beberapa teori,
yakni Teori Stakeholders dan Teori Legitimasi. Definisi stakeholders
menurut Freeman dan McVea adalah setiap kelompok atau individu yang
dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi.
Teori stakeholders adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana
saja perusahaan bertanggung jawab. Dimana perusahaan harus menjaga
hubungan dengan stakeholders-nya dengan mengakomodasi keinginan dan
kebutuhan stakeholders-nya, terutama yang mempunyai power terhadap
ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain.
Munculnya teori Stakeholders sebagai paradigma dominan semakin
menguatkan konsep bahwa perusahaan bertanggung jawab tidak hanya
22
Reza Rahman, Corporate Social Responsibility antara Teori dan Kenyataan,
(Yogyakarta: Media Presindo, 2009), h. 37-38
32
kepada pemegang saham melainkan juga terhadap para pemangku
kepentingan atau stakeholders.
Dalam mengembangkan stakeholder theory, Freeman
memperkenalkan konsep stakeholder dalam 2 model yaitu :
a. Model kebijakan dan perencanaan bisnis fokusnya mengembangkan dan
mengevaluasi persetujuan keputusan strategis perusahaan dengan
kelompok-kelompok yang dukungannya diperlukan untuk kelangsungan
usaha perusahaan.
b. Model perencanaan perusahaan dan analisis diperluas dengan memasukan
pengaruh eksternal yang mungkin berlawanan bagi perusahaan. Kelompok
yang berlawanan ini termasuk badan regulator (government) dengan
kepentingan khusus yang memiliki kepedulian terhadap permasalahan
sosial.23
2. Teori legitimasi
Legitimasi merupakan teori lain yang melandasi corporate sosial
responsibility serta berhubungan erat dengan teori stakeholder. Legitimasi
akan mengalami pergeseran seiring dengan perubahan lingkungan dan
masyarakat tempat perusahaan berada. Perusahaan akan terus berupaya
untuk memastikan bahwa perusahaan beroperasi dalam norma yang ada
dalam masyarakat atau lingkungan dari tempat perusahaan berada.
Selain itu, legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang
diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau
dicari perusahaan dari masyarakat yang akan menjadi manfaat atau sumber
potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup yang diungkapkan sebagai
berikut:
“Legitimacy theory is based on the idea that in order to continue
operating successfully, cooperation must act within the bound of what
society indentifies as socially acceptable behavior”.
23
Ang Swat Lin Lindawati dan Marsella Eka Puspita, “Jurnal Corporate Sosial
Responbility : Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap Dalam Peningkatan Kinerja
Perusahaan”, Universitas Ma Cung, (Vol.6, Maret : 2015), h. 161
33
Legitimasi dianggap sebagai cara untuk mempertahankan
keberlangsungan hidup suatu organisasi yang dicapai melalui tindakan
organisasi yang sesuai aturan dan dapat diterima secara luas oleh
masyarakat. Namun, perusahaan memiliki kecenderungan untuk
menggunakan kinerja berbasis lingkungan dan pengungkapan informasi
lingkungan hanya untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat atas
aktivitas perusahaan yang dilakukan dan bukan sebagai bentuk kesadaran
atas tanggung jawab terhadap masyarakat atas aktivitas perusahaan yang
dilakukan. Perusahaan memiliki kontrak sosial dengan masyarakat di
lingkungan bisnisnya dan melalui pengungkapan tersebut diharapkan
perusahaan akan mendapat letimigasi dari masyarakat yang berdampak
pada kelangsungan hidup perusahaan.24
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Dalam pembuatan proposal skripsi ini peneliti mejumpai berbagai
penelitian yang juga membahas dibidan
1. Nama : Firda Aulia
Institusi : Fakultas Hukum Syariahdan Hukum
Tahun : 2015
Judul : Implementasi Alokasi Corporate Social Responsibility
(CSR) Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (studi kasus
pada PT Tugu Pratama Indonesia Genaral Insurance).
Skripsi ini membahas mengenai alokasi kegiatan CSR terhadap
Pemberdayaan Masyarakat, sedangkan Skripsi ini membahas mengenai
Corporate Social Responsibility pada Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan PT. Pupuk Kujang khususnya terkait adanya ketidak
sesuaian pada peraturan yang berlaku.
24
Ang Swat Lin Lindawati dan Marsella Eka Puspita, “Jurnal Corporate Sosial
Responbility : Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap Dalam Peningkatan Kinerja
Perusahaan”, Universitas Ma Cung, (Vol.6, Maret : 2015), h.163-164
34
2. Nama : Abdul Rasyid Saliman
Judul Buku : Hukum Bisnis untuk Perusahaan
Buku ini membahas Tentang hukum perusahaan didalamnya terdapat
sub bab Tentang Hubungan Kerja, Pengertian Perusahaan dan Pekerjaan,
macam-macam Perusahaan, Persyaratan Pendirian PT, dan Pengertian
PT. Maka dari itu saya akan menggunakan buku ini karena secara umum
buku ini berkaitan dengan skripsi yang akan saya tulis.
3. Nama : Zakki Setiawan
Tahun : 2015
Jurnal : Pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Sebagai Wujud Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Pada PT Perkebunan Nusantara IX.
Jurnal ini membahas mengenai program kemitraan dan bina
lingkungan sebagai wujud tanggung jawab soial dan lingkungan.
Sedangkan perbedaan dengan skripsi ini adalah karena membahas
mengenai Corporate Social Responsibility pada Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan dalam tinjauan Peraturan Menteri Nomor 00 Tahun
2015 Tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha
Milik Negara.
35
BAB III
PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
PT. PUPUK KUJANG
A. Gambaran Umum PT. Pupuk Kujang
1. Sejarah Singkat
Pada tahun 1960-an pemerintah merencanakan pelaksanaan Program
Peningkatan Produksi pertanian dalam usaha Swasembeda Pangan.
Dalam suksesnya program pemerintah ini maka kebutuhan akan pupuk
mutlak harus dipenuhi mengingat produksi PUSRI 1 waktu itu akan
diperkirakan tidak akan mencukupi. Menyusul ditemukannya beberapa
sumber gas alam di bagian utara Jawa Barat, munculah gagasan untuk
membangun pabrik urea di Jawa Barat.
Pada tanggal 9 Juni 1975 didirikanlah PT Pupuk Kujang, sebuah
BUMN dilingkungan Departemen Perindustrian yang menaungi tugas
untuk membangun pabrik pupuk urea di desa Dawuan, Cikampek, Jawa
Barat. Bulan Juli 1976, pembangunan pabrik mulai dilakukan dengan
kontraktor utama Kellog Overseas Corpration (USA) dan Toyo
Engineering Corp (Japan) sebagai kontraktor pabrik urea, pembangunan
berjalan lancar sehingga pada tanggal 7 November 1978 pabrik sudah
mulai berproduksi dengan kapasistas 570.000 ton/tahun dan 330.000
ton/tahun ammonia, ini terjadi 3 bulan lebih awal dari jadwal. Tanggal 12
Desember 1978 Presiden berkenan meresmikan pembukaan pabrik dan 1
April 1979 PT Pupuk Kujang mulai dengan operasi Komersial.
2. Visi dan Misi
Visi PT. Pupuk Kujang, menjadi industri kimia dan pendukung
pertanian yang berdaya saing dalam skala nasional. Sedangkan misinya
menghasilkan produk bermutu dan melakukan perdagangan yang berdaya
saing tinggi dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.
36
3. Struktur Organisasi
Struktur merupakan suatu bagan atau susunan yang menggambarkan
pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau
orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda suatu organisasi.
Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-
mekanisme formal yang akan digunakan untuk mengelola organisasi,
suatu bagan yang menjelaskan hubungan antara segenap bawahan dengan
pemimpinnya. Struktur organisasi juga berfungsi untuk mengetahui lebih
jelas garis wewenang dari tiap komponen-komponen yang ada di dalam
perusahaan.
Berikut ini adalah struktur organisasi PT Pupuk Kujang yang di
kepalai oleh Direktur Utama dan Staff jajarannya seperti Direktur
Produksi, Direktur Teknik dan Pengembangan, Direktur Sumber Daya
Manusia dan Pemesaran dan Direktur Keuangan. Di dalam Direktur
Produksi terdapat Kesekretariatan Perusahaan yang memegang salah
satunya yaitu Departemen Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
Departemen Program Kemitraan dan Bina Lingkungan diatur dalam
Peraturan Menteri Nomor: PER-09/MBU/07/2015 jo. PER-
02/MBU/7/2017 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan Badan Usaha Milik Negara. Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan adalah bentuk tanggung jawab Badan Usaha Milik Negara
kepada masyarakat.
37
38
B. Sejarah dan dasar Hukum Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Badan Usaha Milik Negara
Sebelum adanya Program Kemitran dan Bina Lingkungan di Indonesia,
BUMN telah melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat atau yang
dikenal dengan sebutan Community Development. Community Development
ini berporos pada pengembangan masyarakat menuju masyarakat yang
memiliki taraf kehidupan yang maju. Pada tahun 1979 oleh Jack Rothman,
Community Development disamakan dengan Local Development yang
artinya sama sebagai “sebuah model pengembangan masyarakat yang
menekankan pada partisipasi penuh seluruh warga masyarakat”. Kemudian
Persekutuan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan pengembangan
masyarakat sebagai sesuatu proses yang dirancang untuk menciptakan
kemajuan kondisi ekonomi dan sosial bagi seluruh warga masyarakat dengan
partisipasi aktif dan sejauh mungkin menumbuhkan prakarsa itu sendiri.1
Pemerintah Indonesia telah memulai pelaksanaan kegiatan
pembangunan masyarakat ketika dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 1983 Tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan
Perusahaan Jawatan, Perusahaan Umum dan Perusahaan Perseroan. Pada saat
itu BUMN yang melaksanakan pembinaan usaha kecil dikenal dengan
panggilan “Bapak angkat usaha kecil/ industri kecil”, yang merupakan
implikasi dari ketentuan Pasal 2 Ayat (2) huruf f pada Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 1983 “Maksud dan Tujuan dari kegiatan Perjan, Perum, dan
Persero adalah turut aktif memberikan bimbingan kegiatan kepada sektor
swasta khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah dan sektor koperasi”,
maka baik BUMN terlepas berbentuk Perjan, Perum atau pun Persero
memiliki tujuan yang terpenting yakni seperti yang disebutkan pada Pasal 2
Ayat (2) huruf f.
Program pembinaan usaha kecil oleh badan usaha milik negara
diperkuat lagi dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor
1 Agus S, PKBL Ragam Derma Sosial BUMN, (Jakarta Selatan: Bahana Publisher, 2011), h.
27
39
1232/KMK.013/1989 pada 11 November 1989 Tentang Pedoman Pembinaan
Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi Melalui BUMN. Dalam
(Kepmenkeu) ini dikenalkan Program Pembinaan Pengusaha Golongan
Ekonomi Lemah dan Koperasi. Dalam Pasal 4 (Kepmenkeu) Nomor
1232/KMK.013/1989 menjelaskan bahwa pengertian pengusaha ekonomi
lemah adalah perorangan atau badan usaha yang mempunyai aset sebanyak
Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) atau omzet maksimalnya Rp.
300.000.000,- pertahun atau Rp. 25.000.000,- perbulan. Pembinaan untuk
Program Pembinaan Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah dan Koperasi
diambil dari laba bersih BUMN setelah dikurangi pajak yang besarnya 1%-
5%. Status dana pembinaan pun ditetapkan sebagai hibah atau pinjaman
apabila ditujukan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah dan koperasi
dan pelaksanaan pembinaan seluruhnya menjadi tanggung jawab Direksi
BUMN yang bersangkutan.
Pada tanggal 27 Juni 1994 dikeluarkannya Keputusan Menteri Nomor
316/KMK.016/1994 Tentang Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui
Pemanfaatan Dana dari Bagian Laba BUMN. Alasan yang melatarbelakangi
dikeluarkannya Keputasan Menteri ini adalah dalam rangka mendorong
kegiatan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemeratan
pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha,
perlu dikembangkan potensi usaha kecil dan koperasi agar menjadi tangguh
dan mandiri, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat serta
mendorong tumbuhnya kemitraan antara BUMN dengan usaha kecil dan
koperasi.
Agar lebih memudahkan dalam penyelenggaraan pembinaan usaha
kecil dan menengah pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil menyatakan bahwa pemerintah, dunia
usaha, dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan Usaha
Kecil dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya
manusia, dan teknologi. Kegiatan BUMN dalam mengembangkan usaha kecil
ditegaskan lagi dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995
40
Tentang Usaha Kecil yang menyatakan bahwa Pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat menyediakan pembiiayaan yang meliputi kredit perbankan,
pinjaman lembaga keuangan bukan bank, modal ventura, pinjaman dari dana
penyisihan sebagian laba badan usaha milik negara, hibah dan jenis
pembiayaan lainnya. Pada tahun 1998 terbitlah Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil, yang
antara lain mengatur penyediaan dana dilakukan oleh Departement Teknis,
Kantor Menteri Negara, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara,
melalui anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan
belanja daerah, anggaran perusahaan sesuai dengan program pembinaan dan
pengembangan usaha kecil di masing-masing sektor, sub sektor, pemerintah
daerah, BUMN dan BUMD yang bersangkutan.
Sampai pada lahirnya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang
Badan Usaha Milik Negara. Pada Pasal 88 Ayat (1) Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2003 Tentang BUMN menyatakan bahwa BUMN dapat
menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha
kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Yang artinya
BUMN tidak di wajibkan untuk menyisihkan laba bersihnya, sehingga dapat
diartikan sebagai kesukarelaan.2 Dalam Pasal 2 Ayat (1) huruf e menyatakan,
bahwa maksud dan tujuan pendirian badan usaha milik negara adalah turut
aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Sehingga dengan keberadaannya,
BUMN membimbing dan membantu usaha golongan kecil dan menengah.
Kelanjutan dari Pasal 2 dan 88 Undang-Undang BUMN adalah
dikeluarkannya Keputusan Menteri Badan Usha Milik Negara Nomor Kep-
236/MBU/2003 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan. Peraturan ini lantas diubah dengan Peraturan
Menteri BUMN Nomor Per-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan
BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, diatur kegiatan
2 Agus S, PKBL Ragam Derma Sosial BUMN, ... h. 25
41
Program Bina Lingkungan BUMN peduli yang dananya dialokasikan sebesar
30% dari dana tersedia Program Bina Lingkungan.
Dalam perkembangannya untuk memperbaiki pencatatan pendanaan
kegiatan PKBL, pada tahun 2013 diberlakukan Peraturan Menteri BUMN
Nomor : PER-08/MBU/2013 Tentang Perubahan Keempat atas Peraturan
Menteri BUMN Nomor : PER-05/MBU/2007 Tentang Kemitraan BUMN
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, maka segala peraturan
dan ketentuan yang berTentangan dengan Peraturan Menteri dimaksud
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.3
Dalam Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara PER-
08/MBU/2013 Tentang Program Kemitraan BUM Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan. Keputusan tersebut terakhir disempurnakan dengan
Peraturan Menteri Negara BUMN, PER-09/MBU/07/2015 Jo PER-
02/MBU/7/2017 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
ini, dijelaskan bahwa Program Kemitraan BUMN adalah program untuk
meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri
sedangkan, Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi
sosial masyarakat oleh BUMN.
Walaupun berasal dari sumber yang sama yaitu dari penyisihan laba
setelah pajak, namun pemanfaatan dan peruntukan dana kedua program ini
berbeda. Program Kemitraan diberikan dalam bentuk pinjaman untuk
pembiayaan modal kerja, pinjaman khusus yang biasanya bersifat jangka
pendek dan hibah untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan,
pemasaran, promosi serta penelitian. Sedangkan Program Bina Lingkungan
karena pemberiannya lebih berdimensi sosial diberikan dalam bentuk bantuan
korban bencana alam, pendidikan atau pelatihan, peningkatkan kesehatan,
pengembangan prasarana atau sarana umum dan sarana ibadah. Yang jelas
program ini menjadi sangat penting dalam konteks hubungan antara BUMN
dengan masyarakat. karena dengan adanya program ini perusahaan BUMN
membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan masyarakat yang
ada disekitarnya.
3 Fajar Karyanto, Sejarah Perkembangan dan Ketentuan mengenai PKB, ... h. 4
42
Hubungan antara perusahaan dengan masyarakat dalam Program
Kemitraan bersifat berkesinambungan selagi program tersebut berlangsung,
sedangkan dalam Program Bina Lingkungan hubungan antara perusahaan
dengan masyarakat hanya bersifat sesaat, yaitu hanya pada saat pemberian
bantuan saja. Kemitraan berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2008
Tentang usaha mikro,kecil,dan menengah Pasal 1 Ayat (13) adalah
“kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung
maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan,
mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan
pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan usaha besar.”
Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor.09/MBU/07/2015 jo. Peraturan
Menteri Nomor.02/MBU/07/2017 dinyatakan bahwa setiap Badan Usaha
Milik Negara diwajibkan membentuk unit tersendiri yang bertugas secara
khusus mengenai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ini. Unit ini
menjadi bagian tak terpisahkan dari organisasi perusahaan dan
bertanggungjawab langsung kepada salah satu anggota Direksi yang
ditetapkan dalam rapat Direksi.
Setiap pengelola Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
dibentuk Unit Program Kemitraan Bina Lingkungan yang merupakan bagian
dari organisasi BUMN Pembina yang berada dibawah pengawasan seorang
Direksi. BUMN Pembina adalah yang melaksanakan program kemitraan
dan/atau program bina lingkungan.
Program Kemitraan yang dilaksanakan Pupuk Kujang adalah bentuk
pemberdayaan melalui fasilitas kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat.
Penerima fasilitas pinjaman yang disebut mitra binaan dapat memperoleh
manfaat dari program kemitraan untuk mengembangkan usaha yang
dilakukannya, sehingga dapat mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi
lokal.
Tujuan program kemitraan untuk menciptakan pemerataan pendapatan
melalui perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, juga turut serta
dalam meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi pengusaha yang
tangguh dan mandiri. Lebih jauh lagi dengan semakin meningkatkan
43
perekonomian lokal maka akan dapat mengurangi tingkat kesenjangan di
tengah-tengah masyarakat.
Dana Program Kemitraan disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk
dana pinjaman bergulir dan dana pembinaan. Dana bergulir sebagaimana
dana pinjaman, harus dikembalikan kepada Pupuk Kujang untuk dipinjamkan
kepada Mitra Binaan lainnya yang membutuhkan. Sedangkan dana
pembinaan bersifat hibah, yang dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan
promosi dan pengembangan Mitra Binaan. Sebagai upaya PT Pupuk Kujang
dalam mendukung ketahanan pangan nasional, telah dilakukan berbagai
pembinaan kepada Kelompok Tani melalui sosialisasi pola tanam pupuk
majemuk NPK Kujang. Selain itu kegiatan pembinaan lainnya yaitu terhadap
usaha mikro dan usaha kecil menengah melalui keikutsertaan dalam pameran-
pameran nasional seperti Crafina.
Program Bina Lingkungan merupakan bagian dari interaksi Pupuk
Kujang dengan masyarakat sekitar yang memiliki tujuan utama untuk
membentuk hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat
disekitar lokasi operasi perusahaan. Pupuk Kujang membina hubungan
dengan tokoh masyarakat, lembaga non profit, lembaga kepemudaan, tokoh
ulama dan alim ulama, muspida dan pemangku kepentingan lainnya disekitar
perusahaan. Hubungan dengan pemangku kepentingan ini dilembagakan
dalam pelaksanaan program-program pendidikan yang menjadi fokus
kegiatan Bina Lingkungan Pupuk Kujang.
Program Bina Lingkungan PT Pupuk Kujang mengutamakan wilayah
disekitar area opersiaonal PT Pupuk Kujang dalam bentuk:
1. Bantuan korban bencana Alam
2. Bantuan Pendidikan & Pelatihan
3. Bantuan Peningkatan Kesehatan
4. Bantuan Pengembangan Prasarana dan atau sarana umum
5. Bantuan Sarana Ibadah
6. Banntuan Pelestarian Alam
7. Bantuan Sosial Kemasyarakatan dalam rangka Pengentasan Kemiskinan
44
8. Bantuan Pendidikan, Pelatihan, Pemagangan, pemasaran, promosi dan
bentuk bantuan lain yang terkait dengan upaya peningkatan kapasitas
Mitra binaan Program Kemitraan.4
Dalam program ini PKBL PT. Pupuk Kujang selaku pelaksana program
bertanggung jawab dalam memberikan dukungan teknis budidaya, mulai dari
pembibitan, pemupukan, pemeliharaan hingga panen. Berbagai kegiatan
Prgram Kemitraan dan Bina Lingkungan telah memberikan dampak positif
khususnya kepada masyarakat yang membutuhkan dan telah menerima
pinjaman maupun bantuan sekaligus membantu pemerintah untuk
melaksanakan berbagai program yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat terutama masyarakat yang berada disekitar perusahaan, antara
lain :
a. Memprioritaskan program kemitraannya untuk mebantu kelompok tani.
b. Meningkatkan keinginan masyarakat untuk menjadi wirausaha melalui
penyaluran dana Program Kemitraan.
c. Melalui berbagai sektor Program Bina Lingkungan yang dilaksanakan PT.
Pupuk Kujang, diharapkan dapat membantu peningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan peningkatan pendidikan, kesehatan, pembangunan
infastruktur, pelestarian alam serta bantuan korban bencana alam.
C. Tujuan dan Sistem Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur
Tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, maka peraturan
perundang-undangan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 Tentang Tata Cara Pembinaan
dan Pengawasan Perusahaan Jawatan, Perusahaan Umum dan Perusahaan
Perseroan.
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1232/KMK.013/1989 Tentang
Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui
BUMN.
4 https://www. Pupuk-Kujang.co.id diakses pada tanggal 20 Oktober 2018 pada pukul 20.15
BBWI.
45
c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 Tentang
Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan
Dana dari bagian laba BUMN.
d. Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor Kep-216/MPBUMN/1999
Tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN
e. Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor Kep-236/MBU/2003 Tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan.
f. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 Tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan.
g. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-08/MBU/2013 Tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina
Lingkungan.
h. Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-09/MBU/2015 Jo. PER-
02/MBU/7/2017 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan.
Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007
menyatakan bahwa latar belakang dibuatnya Permen itu adalah atas Perintah
Pasal 88 Undang-Undang BUMN yang berbunyi :
(1) BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan
pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar
BUMN.
(2) Ketentuan Lebih lanjut mengenai penyisihan dan penggunaan laba
sebagaimana dimaksud dalam Ayat diatur dengan Keputusan Menteri.
Makna yang tersirat dari Pasal tersebut adalah BUMN dapat
menyisihkan laba bersih untuk membina usaha kecil dan menengah juga
masyarakat sekitar BUMN. Jika ditarik dari peraturan perundang-undangan
Tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, maka tujuan
program ini hampir serupa dengan Corporate Philanthropy. Corporate
Philanthropy adalah tindakan perusahaan untuk memberikan kembali kepada
46
masyarakat sebagian dari kekayaan sebagai ungkapan terima kasih atas
kontribusi masyarakat.5 Dapat dikatakan bahwa PKBL merupakan salah satu
bentuk Corporate Social Responsibility dan merupaka turunan atau alternatif
Corporate Social Responsibility.
Semua Badan Usaha Milik Negara sudah melakukan tagungjawab
sosial dengan melakukan pemberdayaan masyarakat namun badan usaha
milik negara dituntut untuk lebih bertanggung jawab secara sosial kepada
masyarakat luas dan tidak hanya kepada masyarakat di sekitar lokasi BUMN
itu berada. Tuntutannya berupa :
a. Tren global yang mengharuskan perusahaan untuk bertanggung jawab
sosial kepada stakeholders secara menyeluruh, baik konsumen, tenaga
kerja, dan masyarakat luas.
b. Terbitnya Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara dan Permen
BUMN Nomor PER-05/MBU/2007.
c. Kesadaran BUMN untuk bertanggung jawab secara sosial kepada seluruh
stakeholders.6
Menurut Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-09/MBU/07/2015 jo.
PER-02/MBU/7/2017 Tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan,
Program Kemitraan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan
usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Usaha kecil yang dimaksud
dalam permen ini adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta
kepemilikan sebagaimana diatur dalam peraturan ini terdapat pada Pasal 3
menyebutkan bahwa :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00
(dua miliar lima ratus juta rupiah).
5 Rahmatullah dan Trianita Kurniati, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, ... h. 32
6 Agus S, PKBL Ragam Derma Sosial BUMN, ... h. 49
47
b. Milik Warga Negara Indonesia
c. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.
d. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk usaha mikro
dan koperasi.
e. Mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikernbangkan.
f. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 6 (enam) bulan dan belum
memenuhi persyaratan Perbankan atau Lembaga Keuangan Non Bank.
Dalam menjalankan Program Kemitraan ini terdapat beberapa pihak
yang pokok yakni Mitra Binaan sebagai Usaha Kecil yang mendapatkan
pinjaman dana dari penyaluran Program Kemitraan dan berkewajiban
melaksanakan kegiatan usaha yang sesuai dengan rencana yang telah
disetujui oleh BUMN Pembina serta kemudian membayar kembali pinjaman
secara tepat waktu dan menyampaikan laporan perkembangan usaha secara
periodik kepada BUMN Pembina. Pembina sebagai yang melaksanakan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dan diwajibkan melakukan
kewajibannya yang terdapat pada Pasal 5 sebagai berikut :
a. Membentuk unit Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.
b. Menyusun Standard Operating Procedure (SOP) untuk pelaksanaan
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang ditetapkan oleh
Direksi.
c. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan.
d. Melakukan evaluasi dan seleksi atas permohonan pinjaman yang
diajukan oleh dan untuk menetapkan calon Mitra Binaan.
e. Menyiapkan dan menyalurkan dana Program Kemitraan kepada Mitra
Binaan dan dana Program Bina Lingkungan kepada masyarakat.
f. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap Mitra Binaan.
g. Mengadministrasikan kegiatan pembinaan.
48
h. Melakukan pembukuan atas Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan.
i. Menyampaikan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan secara berkala kepada Menteri.
Selain bersumber dari penyisihan laba setelah pajak 4%, dana Program
Kemitraan juga dapat hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana
Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional serta pelimpahan
dan Program Kemitraan dari BUMN lain apabila ada. Dana untuk besarnya
anggaran dana tersebut ditetapkan oleh Menteri untuk Perum dan RUPS
untuk persero yang kemudian dana tersebut di setorkankan ke rekening dana
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan paling lambat 45 hari setelah
penetapan.
Untuk tata cara pemberian dana Program Kemitraan diatur dalam Pasal
11 Ayat (1) Permen Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yaitu :
a. Calon Mitra Binaan menyampaikan rencana dan/atau proposal kegiatan
usaha kepada BUMN Pembina atau penyalur, dengan memuat paling
sedikit data sebagai berikut:
1. nama dan alamat unit usaha.
2. nama dan alamat pemilik/ pengurus unit usaha.
3. bukti identitas diri pemilik/pengurus.
4. bidang usaha.
5. izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang.
6. perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan dan
beban, neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta
hasil usaha).
7. rencana usaha dan kebutuhan dana.
8. Surat Pernyataan tidak sedang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina
lain.
b. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka 6, tidak
diwajibkan bagi calon Mitra Binaan yang dibentuk atau berdiri sebagai
pelaksanaan program BUMN Pembina, khusus untuk pengajuan pertama
kali.
49
c. BUMN Pembina atau penyalur melaksanakan evaluasi dan seleksi atas
permohonan yang diajukan oleh calon Mitra Binaan.
d. Dalam hal BUMN Pembina atau penyalur memperoleh calon Mitra
Binaan yang potensial, sebelum dilakukan perjanjian pinjaman, calon
Mitra Binaan tersebut harus terlebih dahulu menyelesaikan proses
administrasi terkait dengan rencana pemberian pinjaman oleh BUMN
Pembina atau penyalur bersangkutan.
e. Pemberian pinjaman kepada calon Mitra Binaan dituangkan dalam surat
perjanjian/kontrak yang paling sedikit memuat :
1. nama dan alamat BUMN Pembina atau penyalur dan Mitra Binaan.
2. hak dan kewajiban BUMN Pembina atau penyalur dan Mitra Binaan.
3. jumlah pinjaman dan peruntukannya.
4. syarat pinjaman (paling sedikit jangka waktu pinjaman, jadwal
angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman).
f. BUMN Pembina atau Penyalur dilarang memberikan pinjaman kepada
calon Mitra Binaan yang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina lain.
Program Bina Lingkungan baru dirumuskan dalam Undang-Undang
pada saat dikeluarkannya Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-
236/MBU/2003 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil
dan Program Bina Lingkungan yang disebutkan bahwa Program Bina
Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh
BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dan dari
bagian laba BUMN. Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-
236/MBU/2003 Tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil
dan Program Buna Lingkungan, diperbaharui dengan Peraturan Menteri
Nomor PER-05/MBU/2007 lalu telah disempurnakannya dengan Peraturan
Menteri Nomor PER-09/MBU/07/2015 Jo. PER-02/MBU/7/2017 Tentang
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, maka Program Bina Lingkungan
patut untuk dilakukan oleh BUMN.
Mengenai sumber dana Program Bina Lingkungan tidak berbeda yaitu
bersumber dari penyisihan laba setelah pajak 4%, dana Program Kemitraan
50
juga dapat hasil, bunga deposito dan/atau jasa giro dari dana Program
Kemitraan setelah dikurangi beban operasional serta pelimpahan dan
Program Kemitraan dari BUMN lain apabila ada. Dana untuk besarnya
anggaran dana tersebut ditetapkan oleh Menteri untuk Perum dan RUPS
untuk persero yang kemudian dana tersebut di setorkan ke rekening dana
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan paling lambat 45 hari setelah
penetapan.
51
BAB IV
ANALISIS YURIDIS PENERAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONBILITY DALAM PROGRAM KEMITRAAN
DAN BINA LINGKUNGAN
A. Implementasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Pupuk
Kujang
Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh penulis selama
penelitian dengan melakukan studi dokumentasi yang berhubungan dengan
materi yang diteliti, maka ketentuan memo direksi nomor
081/MO/DU/X/2015 dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Dasar dan acuan penerapan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT.
Pupuk Kujang
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Pupuk Kujang
diterapkan dengan mengikuti ketentuan Pedoman Program kemitraan dan
Bina Lingkungan yang dibuat oleh Staff Utama II Direktur SDM dan Tata
Kelola PT. Pupuk Indonesia ini ditunjukan kepada segenap anak
Perusahaan.
Berdasarkan konsideran, memo direksi tersebut disusun mengacu
kepada Peraturan Menteri Nomor PER-09/MBU/07/2015 Jo. PER-
02/MBU/7/2017 Tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, serta
peraturan Internal PT. Pupuk Kujang. Maksud dan tujuan dari penerapan
Program Kemitraan untuk menciptakan pemerataan pendapatan melalui
perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, juga turut serta dalam
meningkatkan kemampuan pelaku usaha kecil agar menjadi pengusaha
yang tangguh dan mandiri. Lebih jauh lagi, dengan semakin meningkatkan
perekonomian lokal maka akan dapat mengurangi tingkat kesenjangan di
tengah-tengah masyarakat. SP-PK PKBL dipedomani dalam menerapkan
program kemitraan dan bina lingkungan di unit operasional dan untuk hal-
hal yang tidak diatur secara khusus tetap mengacu kepada peraturan Pupuk
Indonesia. SP-PK ini berlaku sejak tanggal 17 Maret 2006.
52
2. Terminologi dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT.
Pupuk Kujang.
Terminologi yang digunakan dalam penerapan program kemitraan dan
bina lingkungan bersumber dari SP-PK program kemitraan dan bina
lingkungan SP-PK ini ditunjukan kepada seluruh anak perusahaan,
sehingga SP-PK ini berlaku pada PT. Pupuk Kujang. Dalam SP-PK
program kemitraan dan bina lingkungan disebutkan terminologi yang
dipakai dalam penerapan program kemitraan dan bina lingkungan di PT.
Pupuk Kujang yaitu :
a. Perusahaan adalah PT. Pupuk Kujang
b. PKBL adalah program kemitraan dan bina lingkungan
c. Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan
usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri yang sumber dananya
dapat berasal dari bagian laba perusahaan
d. Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi
sosial masyarakat oleh perusahaan yang sumber dananya dapat berasal
dari bagian laba perusahaan
e. Departemen Program Kemitraan dan Bina Lingkungan adalah unit
kerja yang mengelola program kemitraan dan bina lingkungan
dibawah sekertaris perusahaan dan bertanggungjawab kepada Direktur
SDM & Umum.
f. Perusahaan Pembina adalah perusahaan yang melaksanakan program
kemitraan dan bina lingkungan.
g. Koordinator Wilayah adalah perusahaan yang ditunjuk oleh Menteri
Negara BUMN untuk mengkordinasikan perusahaan pembina di
dalam suatu provinsi tertentu.
h. Penyalur adalah perusahaan/ lembaga yang melakukan kerjasama
dengan perusahaan pembina untuk menyalurkan pinjaman dana
program kemitraan berdasarkan perjanjian kerjasama penyaluran.
53
i. Beban Operasional adalah beban pelaksanaan operasional program
kemitraan dan program bina lingkungan yang menjadi beban
perusahaan.
j. Beban Pembinaan adalah beban kegiatan bimbingan dan bantuan
perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan Mitra
Binaan menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
k. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dengan kekayaan bersih paling banyak Rp. 500.000.000,00 tidak
termasuk tanah bangunan tempat usaha atau dengan hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00.
l. Calon Mitra Binaan adalah usaha kecil yang mengalami kesulitan
permodalan, teknologi, pemasaran, SDM dan manajemen serta
mengajukan pinjaman/ uang/ modal usaha/ modal kerja dari program
kemitraan.
m. Mitra Binaan adalah usaha kecil yang mendapat pinjaman/ uang/
modal usaha/ modal kerja dari program kemitraan.
n. Surat Perjanjian adalah surat perjanjian/ surat perikatan antara PT.
Pupuk Kujang dengan Mitra Binaan dalam hal pemberian pinjaman
dari dana program kemitraan yang ditandatangani oleh PT. Pupuk
Kujang c.q. Sekertaris perusahaan dan oleh Mitra Binaan/ ketua
kelompok/ Direktur yang bersangkutan.
o. Kualitas Pinjaman adalah status/ kondisi pinjaman Mitra Binaan yang
terdiri dari lancar, pinjaman kurang lancar, pinjaman diragukan dan
pinjaman macet.
p. Pemulihan Pinjaman adalah usaha untuk memperbaiki kualitas
pinjaman Mitra Binaan kurang lancar, pinjaman diragukan dan
pinjaman macet agar menjadi lebih baik kategorinya.
3. Sumber Pendanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT.Pupuk
Kujang
Berdasarkan Memo Direksi PT.Pupuk Kujang 081/MO/DU/X/2015
Tentang Sistem dan Prosedur Program Kemitraan dan Program Bina
54
Lingkungan. Menentukan pengaturan sumber dana Program Kemitraan
dan Program Bina Lingkungan diperoleh dari penyisihan laba bersih
setelah pajak yang besarnya ditetapkan oleh RUPS maksimum 4% dari
laba sejak pajak tahun buku sebelumnya, Jasa Administrasi
pinjaman/marjin/bagi hasil dari Program Kemitraan, Hasil bunga deposito
dan/ atau jasa giro dari dana Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan yang ditempatkan pada Bank BUMN, Sisa dana Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan tahun sebelumnya, Sumber lain
yang sah, Pelimpahan dana Program Kemitraan dari perusahaan pembina
lain jika ada.
Pengaturan mengenai sumber dana Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan yang ditetapkan oleh Per-09/MBU/07/2015 Tentang
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan Badan Usaha Milik
Negara tidak jauh berbeda dengan yang diatur pada Surat Keputusan
Direksi PT.Pupuk Kujang Tentang Sistem dan Prosedur Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan. Sumber dana dari penyisihan
laba bersih setelah pajak Program kemitraan dan Program Bina
Lingkungan yang diatur dalam Per-09/MBU/2015 dan Surat Keputusan
Direksi PT.Pupuk Kujang sama-sama maksimum sebesar 4% dari laba
setelah pajak tahun buku sebelumnya, untuk ketentuan lain yaitu sumber
dana yang berasal dari penyisihan dana setelah pajak, jasa administrasi,
giro, bunga deposito dan sumber lain yang sah tidak jauh berbeda, jadi
dalam hal ini pengaturan yang diatur dalam Surat Keputusan Direksi
PT.Pupuk Kujang sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN Nomor Per-
09/MBU/07/2015.
Pengeluaran dana Program Kemitraan digunakan untuk pemberian
pinjaman yang terdiri dari :
a. Pinjaman Umum, Pinjaman kepada Mitra Binaan untuk membiayai
modal kerja dan/ atau pembelian aset tetap dalam rangka
meningkatkan produksi dan penjualan dengan jangka waktu maksimal
2 (dua) tahun.
55
b. Pinjaman Khusus, Pinjaman kepada Mitra Binaan untuk memenuhi
pesanan dari rekanan mitra usaha atau untuk produksi pangan/
pertanian dengan jangka waktu 1 (satu) bulan sampai dengan 6 (enam)
bulan.
4. Peruntukan Dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
Kriteria dan Persyaratan Usaha Kecil untuk calon mitra binaan
PT.Pupuk Kujang yang dapat diikutsertakan dalam Program Kemitraan
yaitu : Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp2.500.000.000,- (dua
milyar lima ratus juta rupiah), Milik Warga Negara Indonesia (WNI),
Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, Berbentuk usaha
perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha
yang berbadan hukum termasuk usaha mikro dan koperasi, serta
mempunyai legalitas / surat ijin sebagai salah satu persyaratan
administrasi, Mempunyai potensi dan prospek usaha yang dapat
dikembangkan, Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun
(tidak berlaku untuk usaha kecil yang dibentuk atau berdiri sebagai
pelaksanaan program perusahaan), Belum memenuhi persyaratan
perbankan (non bankable). Belum menjadi Mitra Binaan perusahaan
pembina atau penyalur lain.
5. Penyaluran pinjaman diberikan berdasarkan hasil analisa study kelayakan,
hasil peninjauan dilapangan dan/atau pertimbangan lainnya yang telah
disetujui terlebih dahulu oleh Sekretaris Perusahaan selanjutnya dilakukan
perikatan dalam surat perjanjian pokok/kontrak yang sekurang-kurangnya
memuat :
a. Nama dan alamat perusahaan kedua belah pihak.
b. Hak dan kewajiban kedua belah pihak.
c. Jumlah pinjaman dan peruntukannya.
56
d. Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran
pokok dan jasa administrasi pinjaman).
6. Pengunaan Dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-
09/MBU/07/2015 jo. PER-05/MBU/7/2017 Tentang Program Kemitran
dan Bina Lingkungan telah sesuai terkait dana Program Kemitraan yang
disalurkan dalam bentuk pinjaman umum untuk membiayai para calon
mitra binaan dan pembelian aset tetap dalam rangka meningkatkan
produksi dan penjualan dengan jangka waktu maksimal 2 (dua) tahun,
pinjaman khusus untuk memenuhi pesanan dari rekanan mitra usaha atau
untuk produksi pangan/ pertanian dengan jangka waktu 1 (satu) bulan
sampai 6 (enam) bulan. Jumlah pinjaman untuk setiap Mitra Binaan adalah
maksimum sebesar Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah).
7. Dalam pemberian pembiayaan/ pinjaman kepada Mitra Binaan
Di dalam memo Direksi yang mengatur terkait jasa administrasi
pinjaman sebesar 6% (enam persen) pertahun untuk pinjaman umum dan
½ % (setengah persen) perbulan untuk pinjaman khusus. Margin yang
diproyeksikan sebesar 6% (enam persen) pertahun untuk pembiayaan/
pinjaman yang diberikan berdasarkan prinsip jual beli. Bagi hasil mulai
dari 10% (10:90) sampai dengan 50% (50:50) untuk pembiayaan/
pinjaman yang diberikan berdasarkan prinsip jual beli.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Ervi Mukti Bakti
selaku Manager PKBL terkait hambatan yang di alami dalam
melaksanakan program tersebut ialah sebagai berikut :
a. Keterlambatan Pengembalian Pinjaman dari Mitra Binaan bahwa,
didalam dunia usaha pasti akan mengalami dinamika disetiap
perjalanannya. Sama halnya dengan mitra binaan yang menerima
pinjaman dari PT. Pupuk Kujang, ketika usahanya sedang menurun
bisa mengakibatkan keterlambatan terhadap angusuran pinjaman ke
PT. Pupuk Kujang. Penyelesaian yang harus dilakukan oleh PT.
Pupuk Kujang adalah pertama harus lebih selektif dalam pemilihan
57
calon mitra binaan tetapi tidak memberatkan calon mitra binaan,
melakukan penagihan secara intensif kepada mitra binaan yang
terlambat baik penagihan secara langsung maupun melalui surat
teguran kepada mitra binaan, melakukan komunikasi kepada mitra
binaan dengan mencari tahu penyebab terhentinya pembayaran
pinjaman yang selanjutnya akan dilakukan penjadwalan ulang
(rescheduling) terhadap pinjaman tersebut. Selanjutnya agar tidak
terjadi lagi keterlambatan pengembalian peminjaman sebagaimana
jangka waktu yang telah disepakati dalam perjanjian. Sehingga, yang
seharusnya dilakukan oleh PT. Pupuk Kujang ialah menyesuaikan
dengan Pasal 11 Ayat (2) Tentang tata cara penyaluran pinjaman dana
Program Kemitraan terkait besarnya jasa administrasi dana program
kemitraan sebesar 3% (tiga persesn) pertahun, bukan seperti memo
direksi nomor 081/MO/DU/X/2015 yaitu sebesar 6% pertahun yang
justru memberatkan mitra binaan dalam hal pengembalian pinjamaan.
b. Sulitnya menetapkan waktu para mitra binaan untuk kegiatan
pelatihan. Dengan kesibukan masing-masing para mitra binaan akan
menjadi kendala tersendiri bagi PT. Pupuk Kujang dalam menentukan
waktu yang tepat untuk melaksanakan pelatihan terhadap mitra
binaan. Penyelesaian yang harus dilakukan oleh PT. Pupuk Kujang
adalah mencoba melakukan komunikasi dengan memberikan
informasi terkait pentingnya pelatihan serta mengumpulkan informasi-
informasi terkait kesediaan waktu para mitra binaan.
c. Posisi mitra binaan yang terpencar-pencar sehingga mempersulit
monitoring dan pengawasan. Penyelesaian yang harus dilakukan oleh
PT. Pupuk Kujang adalah memberikan intruksi kepada pihak yang
bertanggung jawab untuk lebih aktif, sehingga kegiatan monitoring
dan pengawasan kepada mitra binaan dapat ditingkatkan
d. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga bantuan pelestarian
alam berupa penghijauan, seharusnya tim Program Binan Lingkungan
PT. Pupuk Kujang melakukan koordinasi dengan ketua RW, RT, dan
58
Pemerintah kota setempat, terutama kesanggupan untuk merawat
bantuan yang telah diberikan tersebut.
Berikut adalah Penerapan dan ketentuan Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan PT.Pupuk Kujang Indonesia:
1. Program kemitraan
Program Kemitraan adalah menciptakan pemerataan pendapatan
melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan berusaha, meningkatkan
kemampuan usaha kecil agar menjadi pengusaha yang tangguh dan
mandiri juga turut serta dalam meningkatkan perekonomian lokal maka
akan dapat mengurangi tingkat kesenjangan di tengah-tengah masyarakat.
a. Rencana Kegiataan Dan Anggaran Program Kemitraan
1. Melakukan kegiatan monitoring terhadap dana kemitraan yang telah
disalurkan kepada mitra binaan untuk menjaga tingkat pengembalian
pinjaman (kolektibilitas).
2. Melanjutkan rencana penyaluran dana kemitraan kepada mitra
binaan maupun calon mitra binaan untuk meningkatkan efektifitas
penyaluran dana program kemitraan.
3. Melanjutkan program rescheduling kepada 4 mitra binaan,
diharapkan dapat diselesaikan sebelum akhir tahun.
4. Pelaksanaan pembinaan budidaya padi kepada mitra binaan Farmer
Meeting (pertemuan petani)
b. Realisasi Kegiatan Program Kemitraan
1. Total penyaluran dana pinjaman sampai dengan saat ini adalah
sebesar Rp. 8.080.000.000 dengan rincian sebagai berikut :
a. Penyaluran kepada 36 kelompok tani mitra binaan sektor
pertanian sebesar 7.600.000.000
b. Penyaluran kepada 1 orang mitra binaan sektor industri sebesar
Rp. 80.000.000
c. Penyaluran kepada 3 orang mitra binaan sektor perdagangan
sebesar Rp. 400.000.000
59
2. Melaksanakan kegiatan monitoring dan penagihan kepada mitra
binaan adapun hasilnya sebagai berikut :
Uraian Saldo Awal
Pinjaman
Penerimaan
Pengembalian
Saldo Akhir
Pinjaman
Pinjaman Normal 25.168.600.000 4.944.897.441 20.673.702.559
Pinjaman Bermasalah 6.312.054.660 1.868.928.900 4.443.126.760
Total 31.930.654.660 6.813.826.341 25.116.828.319
3. Menjaga tingkat kinerja kolektibilitas dan efektifitas tetap baik.
4. Melaksanakan program rescheduling kepada sebanyak 19 mitra
binaan dari jumlah keseluruhan sebanyak 23 mitra binaan yang
direncanakan akan dilakukan rescheduling di tahun 2018.
5. Melaksanakan kegiatan pelatihan pendampingan PPL dan UPTD
budidaya tanaman padi sawah.
c. Kerja Sama Penyaluran Program Kemitraan
Kegiatan Program Kemitraan PT.Pupuk Kujang pada tahun 2018
difokuskan pada pembinaan dan peningkatan kolektibilitas kepada
seluruh mitra binaan, agar meningkatkan kemampuan mitra binaan
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta menimbulkan mitra
binaan yang nantinya dapat mampu untuk memenuhi kewajiban
mengembalikan pinjaman secara bertahap dan tepat waktu. Pembinaan
ini ditunjukan kepada mitra binaan yang potensial dan kualitas
piutangnya masuk dalam kategori macet/bermasalah dalam proses
pembinaan bekerja sama dengan Pertanian melalui sosialisasi pola
tanam pupuk majemuk NPK Kujang, Usaha Mikro dan UKM melalui
keikusertaan dalam pameran-pameran nasional seperti Crafina.
Dengan diadakannya kerja sama akan memudahkan dan sangat
membantu PKBL PT. Pupuk Kujang dalam melakukan pembinaan
langsung ke setiap mitra binaan serta bentuk kerja sama ini sudah
60
berlangsung sejak awal rencana penyaluran bantuan pinjaman sampai
dengan saat ini.
d. Monitoring Dan Evaluasi Mitra Binaan
Setelah menerima dokumen permohonan pinjaman, maka Manager
PKBL melakukan evaluasi atas hasil survey lokasi (termasuk
verifikasi/perhitungan kebutuhan dana) dan menerbitkan lembar hasil
survey kelayakan calon mitra, apabila layak maka dilanjutkan ke proses
selanjutnya. Setelah evaluasi dilakukan, pihak PKBL
mengkoordinasikan pelaksanaan monitoring atau pemantauan ke lokasi
usaha mitra binaan. Tujuan diadakannya monitoring untuk melihat
secara faktual kondisi usaha mitra binaan setelah mendapatkan bantuan
pinjaman dalam hal perkembangan jangkauan pemasaran,
perkembangan usaha/hasil penjualan, perkembangan aset,
perkembangan kuantitas/kualitas hasil produksi serta perkembangan
jumlah tenaga kerja.
2. Program Bina Lingkungan
Program Bina Lingkungan merupakan bagian dari interaksi Pupuk
Kujang dengan masyarakat sekitar yang memiliki tujuan utama untuk
membentuk hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan
masyarakat di sekitar lokasi operasi Perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ervi Mukti Bakti selaku
Menager Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PT. Pupuk Kujang,
didapat mengenai pelaksanaan suatu Program Bina Lingkungan dimulai
dari adanya pengajuan usulan Program Bina Lingkungan. Pengajuan
tersebut dapat datang dari Pemerintah Daerah, masyarakat setempat atau
dari PT. Pupuk Kujang itu sendiri. Pada Program Bina Lingkungan yang
telah dilakukan oleh PT. Pupuk Kujang prosesnya ada yang datang dari
pengajuan masyarakat baik perorangan maupun kelompok. Usulan
Program Bina Lingkungan yang masuk ke PT. Pupuk Kujang diproses dan
dianalisa oleh unit Departemen PKBL.
61
Dalam penerapan Program Bina Lingkungan ini, Departemen PKBL
mengkordinir usulan Rencana Kerja dan Anggaran Program Bina
Lingkungan
a. Rencana Kegiatan Dan Anggaran Program Bina Lingkungan
1. Membantu bantuan bedah rumah tidak layak huni di Desa Kamojing
Kec. Cikampek.
2. Membantuan pelatihan lanjutan kerajinan rajutan di Desa Dawuan
Barat.
3. Membantuan budidaya jangkrik kepada PKBM Tim Suara
Masyarakat Dawuan.
4. Penyaluran dana untuk perbaikan sekolah SDN II da III di Desa
Lemah Duhur Kec. Tempuran
5. Perbaikan sarana umum Kec. Tempuran.
b. Realisasi Program Bina Lingkungan
1. Memberikan bantuan berupa perbaikan MCK Dusun II Pejaten
Dawuan Tengah Cikampek.
2. Melaksanakan program bakti sosial berupa pemberian santunan
kepada anak yatim dalam rangka memperingati HUT PT. Pupuk
Kujang ke-43 tahun 2018.
3. Melaksanakan kegiatan safari ramadhan sebagai salah satu cara
untuk bersilaturahmi/berkomunikasi dengan masyarakat sekitar
perusahaan lebih intensif.
4. Pemberian dana untuk budidaya jamur.
5. Pemberian bantuan biaya Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan.
6. Mengikutsertakan mitra binaan pengrajin furniture berbahan dasar
eceng gondok dalam kegiatan pameran.
7. Pelaksanaan kegiatan sosial ramadhan berupa sembako, pelaksanaan
pasar murah, dan bantuan zakat fitrah.
8. Pelaksanaan mudik gratis dari Kementerian BUMN.
c. Kerja Sama Penyaluran Program Bina Lingkungan
62
Dalam pelaksanaan penyaluran bantuan Program Bina Lingkungan
bekerja sama dengan pihak ketiga yang mempunyai kompetensi
terhadap ruang lingkup bantuan program tersebut.
d. Monitoring dan Evaluasi Program Bina Lingkungan
Bantuan yang telah diserahkan wajib dimonitoring dan dievaluasi
sampai sejauh mana manfaat dan pengunaannya. Adapun langkah-
langkah monitoring dan evaluasi sebagai berikut :
1. Melakukan analisa dan evaluasi berdasarkan hasil survey.
2. Melakukan monitoring ke lokasi penerima bantuan untuk memeriksa
kegiatan dan penggunaan bantuan apakah sesuai dengan permohonan
yang diajukan.
3. Melakukan penyusunan laporan realisasi Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan, baik laporan bulanan, triwulanan
maupun tahunan untuk disampaikan kepada Direktur SDM & Umum
melalui Sekretaris Perusahaan.
B. Tinjauan Hukum Program Kemitraaan dan Bina Lingkungan PT.
Pupuk Kujang
Penelitian ini merupakan penelitian yang memandang hukum sebagai
kaidah-kaidah normatif yang bebas nilai di luar hukum. Penelitian ini
mengkonsepkan hukum sebagai norma-norma di dalam sistem perundang-
undangan yang mendasarkan kepada ajaran hukum murni yang mengkaji Law
As It Is Written In The Books. Secara lebih konkret, konsep hukum yang
dimaksud adalah Pasal 74 Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Prseroan Terbatas
yang mengatur Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Hukum tersebut kemudian dianalisis untuk diketahui makna
yang terkandung di dalamnya, karena hukum sebagaimana tertulis dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan memiliki keterbatasan hukum
sehingga harus diberikan penjelasan. Hal tersebut menjadi penting karena
dalam penelitian ini hukum akan diketahui penerapannya, yaitu sebagaimana
diterapkan di PT. Pupuk Kujang Cikampek. Terlebih lagi pengaturan
63
Corporate Social Responsibility sebagaimana terdapat dalam Pasal 74
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Ketentuan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas tersebut memberikan kewajiban kepada perseroan untuk
melaksanakan Corporate Social Responsibility, dan salah satu perseroan
terbatas di Kabupaten Karawang yang terkena kewajiban untuk melaksanakan
kewajiban sebagaimana diperintahkan oleh ketentuan Undang-Undang
tersebut adalah PT. Pupuk Kujang. Hal ini karena PT. Pupuk Kujang yang
berbentuk perseroan terbatas jelas tunduk kepada Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Seiring dengan perkembangan
dunia usaha dan investasi, maka pendirian perusahaan yang berbentuk
peseroan terbatas juga semakin meningkat. Tak bisa dipungkiri semakin
banyaknya perseroan terbatas yang didirikan tidak hanya menimbulkan
dampak positif, akan tetapi juga menimbulkan dampak negatif seperti
kerusakan lingkungan dan semakin menipisnya sumber daya alam akibat
pemanfaatan dan pengelolaan yang tidak mendasarkan konsep pembangunan
berkelanjutan. Hadirnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas dimaksudkan agar penyelenggaraan perekonomian yang
dilakukan oleh dunia usaha diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.
PT. Pupuk Kujang sebagai perusahaan BUMN yang berbentuk
Perseroan yang tunduk terhadap ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas juga terkena kewajiban untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang menyebutkan
sebagai berikut :
(1) Perseroan yang melaksanakan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan.
(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan
64
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
sebagai memperhatikan kepatutan dan kewajiban.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Tafsiran secara luas dari ketentuan tersebut dapat diartikan bahwa tidak
ada satupun perseroan yang melaksanakan kegiatan usahanya tidak berkaitan
atau tidak memanfaatkan sumber daya alam. Sekecil apapun kegiatan usaha
yang dilakukannya pasti akan berdampak pada fungsi kemampuan sumber
daya alam. Berdasarkan ketentuan Pasal 74 Ayat (1), maka PT. Pupuk Kujang
jelas merupakan perseroan yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-Undang, sebenarnya sudah dilaksanakan secara rutin oleh PT. Pupuk
Kujang.
Menurut Said dan Abidin model atau pola Corporate Social
Responsibility yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di
indonesia adalah sebagai berikut :
(1) Keterlibatan langsung, perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk
menjalankan tugas ini, perusahaan biasanya menugaskan salah satu
pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager
atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
(2) Melalui yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan, perusahaan
mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model
ini merupakan adopsi lazim dilakukan di negara maju. Disini perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat
digunakan untuk operasional yayasan.
65
(3) Bemitra dengan pihak lain, perusahaan menyelenggarakan CSR melalui
kerjasama dengan lembaga/organisasi non pemerintah, instansi
pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana
maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
(4) Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorium, perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya
oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya akan secara proaktif
mencari kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian
mengembangkan program yang telah disepakati.1
Apabila pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang
dilaksanakan oleh PT. Pupuk Kujang dapat dikaitkan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Said dan Abidin tersebut, dapat dideskripsikan bahwa
model dan pola tanggung jawab sosial dan lingkungan yang diterapkan oleh
PT. Pupuk Kujang adalah merupakan model keterlibatan langsung. Hal ini
karena PT. Pupuk Kujang menerapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan
tersebut secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kepada
masyarakat tanpa melalui perantara. Untuk menjalankan tugas ini, yaitu
Manager PKBL sebagai yang bertanggung jawab.
Apabila kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang telah
dilaksanakan oleh PT. Pupuk Kujang dikaitkan dengan ketentuan Pasal 74
Ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
yang menjadi dasar pengenaan sanksi terhadap perseroan yang tidak
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 74 Ayat (1) ini, maka dapat di deskripsikan bahwa mengenai
sanksi ini tidak dapat diterapkan terhadap PT. Pupuk Kujang. Hal ini karena
berdasarkan penjelasan bahwa PT. Pupuk Kujang telah melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Undang-Undang. Secara lebih lanjut, sebagaimana diatur dalam Pasal 74
1 Ronny Irawan, Jurnal Corporate Social Responsibility tinjauan menurut peraturan perpajakan
di Indonesia, The Second National Conferences UKWMS, (Surabaya: 06 September 2008), h. 7.
66
Ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 menyebutkan bahwa
mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan ini akan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Sejak terbentuknya Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 pada
tanggal 4 April 2012, menandakan babak baru dalam sejarah hukum di
Indonesia yang mengatur Tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan
perseroan terbatas. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang
tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan terbatas adalah perintah atau
amanah dari Pasal 74 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas. Adapun yang diatur dalam peraturan tersebut
antara lain :
1. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, Pelaksanaan CSR oleh
Direksi dijelaskan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan perseroan terbatas dilaksanakan oleh direksi berdasarkan
rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat persetujuan dewan
komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran dasar perseroan, kecuali
ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan.
2. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, Peran Organ PT dalam
Pelaksanaan CSR ini dinyatakan bahwa setiap perseroan selaku subjek
hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 menjadi kewajiban bagi perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang.
3. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan, Penyusunan Kegiatan dan Anggaran CSR
Memperhatikan Asas Kelayakam dan Kepatutan ini dinyatakan perseroan
yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam, dalam menyusun dan menetapkan rencana kegiatan
dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (2) harus
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
67
4. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan, Pertanggung Jawaban Penyelenggaraan
CSR ini dinyatakan bahwa pelaksanaan tanggug jawab sosial dan
lingkungan dimuat dalam laporan tahunan perseroan dan dipertanggung
jawabkan kepada RUPS.
5. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan, Penghargaan Oleh Pemerintah ini
menyatakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tidak menghalangi
perseroan berperan serta melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. “ Perseroan yang telah
berperan serta melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat diberikan penghargaan oleh
instansi yang berwenang.
Dalam surat Al-Imran ditegaskan bahwa surga disediakan bagi orang-
orang yang menafkahkan hartanya dalam keadaan lapang maupun sempit,
yang berbunyi :
Artinya : “orang-orang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.” (QS. Al-Imran: 134).
Dengan kata lain pemberian bukan kaitan dengan keadaan kaya saja
akan tetapi sekalipun seseorang berada dalam keadaan kondisi pas-pasan
bahkan miskin, pemberian adalah sebuah keharusan. Maka dalam konteks
perusahaan, ketika meraup laba besar maupun sedang sulit karena diterpa
krisis, bukan merupakan suatu halangan untuk melakukan Corporate Social
Responsibility.
Sebagai perusahaan yang memiliki tanggung jawab, maka PT. Pupuk
Kujang memiliki kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
68
Lingkungannya. Kebijakan yang dilakukan oleh managemen PT. Pupuk
Kujang dalam melaksanakan kewajiban tersebut didasari oleh Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN dan Peraturan Menteri
BUMN Nomor PER-09/MBU/07/2015 Jo. PER-02/MBU/7/2017 Tentang
Progam Kemitraan dan Bina Lingkungan dan diatur lebih lanjut dalam Memo
Direksi Nomor 081/MO/DU/X/2015 sebagai peraturan yang lebih teknis dan
kebijakan perusahaan guna memperkuat penegakan hukum di dalam
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan untuk penejauantahan
dari pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara yang seharusnya menjadi
dasar memo direksi didalam membuat kebijakan didalam sebuah perusahaan
menjadi titik fokus peneliti didalam menentukan rumusan permasalahan yang
ada, das sein yang tak sesuai dengan das solen menjadikan PT. Pupuk Kujang
sepertinya tidak memberikan asas kepatuhan yang sesuai sehingga tercipta
sebuah permasalahan. Namun, pembuatan memo direksi Pupuk Kujang yang
menjadi dasar operasional menjalankan kegiatan khususnya biaya
administrasi masih ditemukan belum sesuai dengan Peraturan Menteri yang
berlaku, dalam memo direksi Nomor: 081/MO/DU/X/2015 dalam bab
ketentuan khusus pelaksanaan program kemitraan dituliskan bahwa jasa
administrasi pinjaman sebesar 6% pertahun untuk pinjaman umum dan ½%
(setengah persen) perbulan untuk pinjaman khusus, sedangkan dalam
peraturan menteri Peraturan Menteri BUMN Nomor : PER-09/MBU/07/2015
jo. PER-05/MBU/7/2017 tepatnya dalam pasal 11 Ayat (2) dituliskan bahwa
besarnya jasa administrasi pinjaman dana program kemitraan sebesar 3%
(tiga persen) per tahun dari saldo pinjaman awal tahun atau ditetapkan lain
oleh Menteri, sehingga adanya disharmonisasi ini ditemukan peneliti
berdasarkan riset dalam menjalankan program kemitraan bagi pupuk kujang
itu sendiri. Dan ini dibuktikan dengan hasil wawancara peneliti dengan pihak
Maneger Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yaitu Bapak Ervi Mukti
Bakti yang mengatakan bahwa salah satu dari hambatan yang dialami oleh
PT. Pupuk Kujang mengenai program kemitraan dan bina lingkungan ini
69
adalah adanya keterlambatannya sebagian para mitra binaan untuk
mengembalikan dana pinjaman tersebut kepada pihak PT. Pupuk Kujang.
Menurut peneliti ini disebabkan adanya disharmonisasi oleh memo
direksi yang mengatur mengenai besarnya jasa administrasi yang harus
dikembalikan oleh para mitra binaan. Sebab, hasil wawancara
menggambarkan bahwa penegakan hukum yang ada di PT. Pupuk kujang
kurang berjalan masif yang mengakibatkan mitra binaan yang notabenenya
adalah masyarakat golongan menegah kebawah menjadi terhambat dalam
pengembalian pinjaman padahal hidupnya bergantung dari bertani dan
UMKM.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian penelitian yang telah dipaparkan penulis
dapat memberikan kesimpulan bahwa :
1. Pelaksanaan program Corporate Social Responsibility pada PT. Pupuk
Kujang telah mengikuti sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Hal tersebut
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Badan Usaha Milik
Negara Nomor : PER-09/MBU/07/2015 Jo. PER-02/MBU/7/2017
Tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik
Negara, serta ditindaklanjuti pengaturannya dalam memo direksi nomor
081/MO/DU/X/2015. Dalam Memo Direksi tersebut mengatur secara
detail program kemitraan dan bina lingkungan. Adapun kegiatan yang
diatur dalam program kemitraan meliputi : pinjaman umum dan pinjaman
khusus serta beban binaan sedangkan kegiatan yang diatur dalam
program bina lingkungan meliputi : bantuan pendidikan dan/atau
pelatihan, bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum,
bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam, bantuan sosial
kemesyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan.
2. Tinjauan hukum pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada
program kemitraan dan bina lingkungan, Memo Direksi nomor
081/MO.DU/X/2015 dengan Peraturan Menteri nomor PER-
09/MBU/07/2015 Jo. PER-02/MBU/7/2017 Tentang Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara, menimbulkan
permasalahan hukum pada implementasi program kemitraan dan bina
lingkungan. Permasalahan tersebut diantaranya mengenai jasa
administrasi yang diatur dalam peremen sebesar 3% sedangkan dalam
memo direksi sebesar 6%, sehingga berdasarkan permasalahan tersebut
71
menimbulkan hambatan-hambatan yaitu : keterlambatan pengembalian
pinjaman dari Mitra Binaan, sulitnya menetapkan waktu para mitra
binaan untuk kegiatan pelatihan, posisi mitra binaan yang terpencar-
pencar sehingga mempersulit monitoring dan pengawasan, kurangnya
kesadaran masyarakat untuk menjaga bantuan pelestarian alam berupa
penghijauan.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka diberikan rekomendasi sebagai
berikut :
1. PT. Pupuk Kujang seharusnya merevisi memo direksi mengenai
pengembalian jasa administrasi agar disesuaikan dengan Peraturan
Menteri BUMN Nomor PER-09/MBU/07/2015 Jo. PER-02/MBU/7/2017
Tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
2. PT. Pupuk Kujang harus lebih selektif dalam memberikan pinjaman pada
Program Kemitraan terhadap Mitra Binaan.
72
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Al-Qurannul Qarim, Q.S Surat Al-Imran ayat 124.
Ambadar, Jackie. CSR dalam Praktik di Indonesia, (Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2008)
Ambadar, Jackie. CSR dalam Praktik di Indonesia, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2008)
Anthony Giddens dan David Held, eds., Power, Class, and Confit, ( Los Angels :
University of California Press, 1982)
Asshiddiqie, Jimly. Model-Model Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara,
(Jakarta : Konstitusi Press, 2005)
Azheri, Busyra. Corporate Social Responsibility dari Voluntary menjadi
Mandatory, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)
Bambang Sunggono, Metedologi Penelitian Hukum (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2012)
Budi Untung, Hendrik. Corporate Social Responbility, (Jakarta: Sinar Grafika,
2009)
Clarke (eds), Thomas. Theories of Corporate Governance : The Philosophical
Foundations of Corporate Governance, ( New York : Routledge, 2004)
Fuady, Munir. Perseroan Terbatas Dalam Paradigma Baru (Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2003)
Fuady, Munir. Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya
dalam Hukum Indonesia, cet.2, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2010)
Gunawan Widjaja, Ahmad Yani. Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas,
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003)
Ibrahim, Johnny. Teori & Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang :
Bayumedia Publishing, 2005)
Kriyantono, Rachmat. Teknik Peraktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Prenada
Media, 2009)
73
Kusumaatmadja, Mochtar. Pengantar Hukum Internasional Buku 1, ( Jakarta :
Binacipta, 1982)
Lako, Andreas. Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi,
(Jakarta : Erlangga, 2011)
Nadapdap, S.H., M.H., Binoto. Hukum Perseroan Terbatas, ( Jakarta : Permata
Aksara, 2012)
Purwosutjipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2: Bentuk-
bentuk perusahaan, (Jakarta : Djambatan, 2007)
Rasyid Saliman, Abdul. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh
Kasus.
Rasyid Saliman, Abdul. Hukum Bisnis untuk Perusahaan Teori dan Contoh
Kasus, (Jakarta : Kencana, 2006)
Reza Rahman, Corporate Socil Responbility antara Teori dan Kenyataan,
(Yogyakarta : Media Presindo, 2009 )
S, Agus PKBL Ragam Derma Sosial BUMN, (Jakarta Selatan : Bahana Publisher,
2011)
Solihin, Ismail. Corporate Social Responbility, ( Jakarta : Salemba Empat, 2009)
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Universitas Indonesia,
Jakarta,2014)
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, kuantitatif dan R&D, (Alfabeta,
Bandung, 2005)
Stiglitz, Joseph E. Globalization and Its Discontens, ( New York : Northon,
2003)
Suharto, Edi. Pekerjaan Social Di Dunia Industri : Memperkuat Tanggungjawab
Sosial Perusahaan (Corporate Social Responbility), ( Bandung : PT. Refika
Aditama, 2007)
Sumantoro, R.T. Sutantya R. Hadhikusuma. Pengertian Pokok Hukum
Perusahaan Bentuk-Bentuk Perusahaan Yang Berlaku Di Indonesia, (Jakarta
: Rajawali, 1992)
Sumantoro, R.T. Sutantya R. Hadhikusuma. Pengertian Pokok Hukum
Perusahaan Bentuk-Bentuk Perusahaan Yang Berlaku Di Indonesia.
Widjaya, I.G R.Rai. Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, cet.4 (Jakarta:
Kesaint Blanc, 2002)
74
INTERNET ATAU WEBSITE
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan diakses pada 18
Februari 2018 Pukul 22.10 WIB.
https://www. Pupuk-Kujang.co.id diakses pada tanggal 20 Oktober 2018 pada
pukul 20.15 BBWI. Kurniawan, Tanggung Jawab Pemegang Saham
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Memo Direksi Nomor 081/MO/DU/X/2015 tentang Sistem Prosedur Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan, di akses pada 28 September 2018 Pukul
15.45 BBWI.
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan Perseroan Terbatas
Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Program Kemitraan dan Binda
Lingkungan
Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Program Kemitraan dan Binda
Lingkungan
JURNAL
Chairil N Siregar “Analisis Sosiologis Terhadap Implementasi Corporate Social
Responbility Pada Masyarakat Indonesia” jurnal Sosio-teknologi Edisi 12
Tahun 2007.
Irawan, Ronny. Jurnal Corporate Social Responsibility tinjauan menurut
peraturan perpajakan di Indonesia, The Second National Conferences
UKWMS, (Surabaya : 06 September 2008)
Marsella Eka Puspita, Ang Swat Lin Lindawati. “Jurnal Corporate Sosial
Responbility : Implikasi Stakeholder dan Legitimacy Gap Dalam Peningkatan
Kinerja Perusahaan”, Universitas Ma Cung, Vol.6, ( Maret : 2015)
Ruchiyati, Erlyta. “e-Jurnal Analisa Strategi Program Corporate Social
Responbility PT. Telkomsel Dalam Meningkatkan Reputasi Perusahaan”,
Fisip Universitas Indonesia ( Juni, 2015 )
Sjawie, Hasbullah F. Tanggung Jawab Direksi Perseroan Terbatas atas Tindakan
Ultra Vires, Jurnal Hukum Prioris, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017.
75
Suharto, Edi. Jurnal Menggagas Standar Audit Program CSR, (Jakarta : 27 Maret
2008)
Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif, Jurnal Mimbar Hukum Volume 26
Nomor 1, Februari Tahun 2014.
MEMO DIREKSI
NOMOR : 081/MO/DU/X/2015
TANGGAL : 13 OKTOBER 2015
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
(SP-PK-13) Rev 1
PT PUPUK KUJANG JL. JEND. A. YANI NO. 39
DAWUAN – CIKAMPEK 41373 INDONESIA
DEPARTEMEN MANAJEMEN
NOMOR SALINAN
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman i
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
__________________________________________________________________________________________ Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
DAFTAR ISI
1. Tujuan ............................................................................................................. 1
2. Ruang Lingkup ................................................................................................. 1
3. Referensi ......................................................................................................... 1
4. Definisi/Pengertian ........................................................................................ 2
5. Ketentuan Umum ........................................................................................... 3
6. Ketentuan Khusus Program Kemitraan ............................................................ 6
7. Ketentuan Khusus Program Bina Lingkungan................................................... 11
8. Tanggung Jawab Unit Kerja Terkait.................................................................. 12
9. Prosedur Penyaluran Pinjaman Program Kemitraan ........................................ 15
10. Prosedur Penyaluran Pinjaman Program Bina Lingkungan ............................... 18
11. Rekaman ......................................................................................................... 21
12. Lampiran ......................................................................................................... 22
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 1
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
1. TUJUAN
Sistem & Prosedur ini disusun bertujuan untuk :
1.1. Memberikan kejelasan tanggung jawab unit kerja terkait di dalam pelaksanaan Program
Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) PT Pupuk Kujang.
1.2. Menciptakan tertib administrasi dengan penerapan fungsi pengendalian yang memadai
didalam pelaksanaannya.
2. RUANG LINGKUP
2.1. Sistem & Prosedur Program Kemitraan (PK) meliputi proses pengajuan pinjaman,
evaluasi, pemberian pinjaman sampai dengan pelaporan kegiatan.
2.2. Sistem & Prosedur Bina Lingkungan (BL) meliputi inventarisasi dan kondisi lingkungan
disekitar PT Pupuk Kujang sampai dengan memberikan bantuan dan pelaporan
kegiatan.
2.3. Sistem & Prosedur ini tidak mengatur tentang :
2.3.1. Tata cara dan prosedur pengajuan dan persetujuan anggaran yang telah diatur
tersendiri.
2.3.2. Tata cara dan prosedur Pengelolaan Uang Muka yang telah diatur tersendiri.
3. REFERENSI
3.1. Undang-undang Nomor : 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM).
3.2. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-09/MBU/07/2015
tanggal 3 Juli 2015 tentang Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan Badan
Usaha Milik Negara.
3.3. Surat Keputusan Direksi Nomor : 022/SK/DU/X/2007 tanggal 25 Oktober 2007 tentang
tanggung jawab bagi pejabat yang melakukan tandatangan atau paraf pada dokumen
perusahaan.
3.4. Memo Direksi Nomor : 005-1/MO/DU/I/2009 tanggal 5 Januari 2009 tentang
Pengikatan Jaminan untuk usaha kecil atas pinjaman Dana dari Program Kemitraan PT
Pupuk Kujang.
3.5. Memo Direksi Nomor : 086/MO/DU/IX/2011 tanggal 16 September 2011 tentang
Pendelegasian Tugas Pembinaan Program Kemitraan kepada Direktur SDM & Umum.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 2
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
3.6. Surat Edaran Menteri Negara BUMN Nomor : SE-07/MBU/2008 tanggal 05 Mei 2008,
tentang pelaksanaan PKBL Dan Penerapan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas.
4. DEFINISI / PENGERTIAN
Dalam Sistem & Prosedur ini yang dimaksud dengan :
4.1. Perusahaan adalah PT Pupuk Kujang
4.2. PKBL adalah Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.
4.3. Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar
menjadi tangguh dan mandiri yang sumber dananya dapat berasal dari bagian laba
perusahaan.
4.4. Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat
oleh perusahaan yang sumber dananya dapat berasal dari bagian laba perusahan.
4.5. Departemen Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL) adalah unit kerja yang
mengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dibawah Sekretaris
Perusahaan dan bertanggungjawab kepada Direktur SDM & Umum.
4.6. Perusahaan Pembina adalah perusahaan yang melaksanakan Program Kemitraan & Bina
Lingkungan (PKBL).
4.7. Koordinator Wilayah adalah perusahaan yang ditunjuk oleh Menteri Negara BUMN
untuk mengkoordinasikan Perusahaan Pembina di dalam suatu provinsi tertentu.
4.8. Penyalur adalah perusahaan/ lembaga yang melakukan kerjasama dengan perusahaan
pembina untuk menyalurkan pinjaman dana Program Kemitraan berdasarkan
Perjanjian Kerjasama Penyaluran.
4.9. Beban Operasional adalah beban pelaksanaan operasional Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan yang menjadi beban perusahaan.
4.10. Beban Pembinaan adalah beban kegiatan bimbingan dan bantuan perkuatan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan Mitra Binaan menjadi usaha yang
tangguh dan mandiri.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 3
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
4.11. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan kekayaan bersih
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
bangunan tempat usaha atau dengan hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
4.12. Calon Mitra Binaan (CMB) adalah Usaha kecil yang mengalami kesulitan permodalan,
teknologi, pemasaran, SDM dan manajemen serta mengajukan pinjaman/ uang/ modal
usaha/ modal kerja dari Program Kemitraan.
4.13. Mitra Binaan (MB) adalah Usaha kecil yang mendapat pinjaman/ uang/ modal usaha/
modal kerja dari Program Kemitraan.
4.14. Surat Perjanjian (SP) adalah surat perjanjian/ surat perikatan antara PT Pupuk Kujang
dengan Mitra Binaan (MB) dalam hal pemberian pinjaman dari dana Program
Kemitraan yang ditandatangani oleh PT Pupuk Kujang c.q. Sekretaris Perusahaan dan
oleh Mitra Binaan/ ketua kelompok/ Direktur yang bersangkutan.
4.15. Kualitas Pinjaman adalah status/ kondisi pinjaman Mitra Binaan yang terdiri dari
pinjaman lancar, pinjaman kurang lancar, pinjaman diragukan dan pinjaman macet.
4.16. Pemulihan Pinjaman adalah usaha untuk memperbaiki kualitas pinjaman Mitra Binaan
kurang lancar, pinjaman diragukan dan pinjaman macet agar menjadi lebih baik
kategorinya.
5. KETENTUAN UMUM
5.1. Pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) harus mengacu
kepada ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri Negara BUMN tentang PKBL
yang berlaku dan ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) PKBL dan
menjadi bagian dari RKAP dengan penyusunan yang terpisah.
5.2. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) PKBL yang disusun harus memuat :
5.2.1. Rencana kerja PKBL yang dirinci menurut wilayah binaan.
5.2.2. Anggaran PKBL sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun terdiri atas :
a. Sumber dana.
b. Dana yang tersedia.
c. Rencana penggunaan dana.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 4
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
5.2.3. Proyeksi Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas dan Arus Kas PKBL.
5.2.4. Permasalahan yang dihadapi dan langkah-langkah penyelesaian.
5.3. RKA PKBL menjadi satu kesatuan dengan RKAP perusahaan yang dituangkan dalam bab
tersendiri.
5.4. Perusahaan dapat menyalurkan dana Progam Kemitraan dan Program Bina Linkungan
di seluruh wilayah Republik Indonesia, namun diutamakan wilayah sekitar perusahaan
termasuk wilayah pemasaran.
5.5. Dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan bersumber dari :
5.5.1. Penyisihan laba bersih setelah pajak yang besarnya ditetapkan oleh RUPS
maksimum sebesar 4% (empat persen) dari laba setelah pajak tahun buku
sebelumnya.
5.5.2. Jasa administrasi pinjaman/ margin/ bagi hasil dana Program Kemitraan
5.5.3. Hasil bunga deposito dan/ atau jasa giro dari dana Program Kemitraan dan
Program Bina Lingkungan yang ditempatkan pada Bank BUMN.
5.5.4. Sisa dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan tahun sebelumnya.
5.5.5. Sumber lain yang sah.
5.5.6. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari perusahaan pembina lain jika ada.
5.6. Dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang sumber dananya dapat
berasal dari penyisihan sebagian laba setelah pajak disetorkan ke rekening dana
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan selambat-lambatnya 45 (empat
puluh lima) hari setelah penetapan besaran alokasi dana.
5.7. Beban Operasional Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan menjadi beban
perusahaan, yang terdiri dari :
5.7.1. Beban operasional Program Kemitraan meliputi biaya administrasi, biaya
monitoring, penagihan, rescheduling, reconditioning, survey, pembelian aktiva
dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan oprasional Program
Kemitraan.
5.7.2. Beban operasional Program Bina Lingkungan meliputi biaya survey lapangan
dan monitoring, biaya terkait dengan pengiriman barang, pembelian barang
investasi serta administrasi dan umum.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 5
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
5.8. Pembukuan dana PKBL yang dananya bersumber dari penyisihan laba setelah pajak
dilaksanakan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan menjadi satu kesatuan
dengan laporan triwulanan dan tahunan perusahaan namun dituangkan dalam bab
tersendiri.
5.9. Laporan pelaksanaan kegiatan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL)
terdiri dari Laporan Triwulanan dan Laporan Tahunan menjadi satu kesatuan dengan
Laporan Triwulanan dan Laporan Tahunan perusahaan yang dituangkan dalam bab
tersendiri.
5.10. Laporan pelaksanaan kegiatan PKBL triwulanan dan laporan tahunan sekurang-
kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut :
5.10.1. Realisasi pelaksanaan PKBL dirinci menurut wilayah binaan.
5.10.2. Realisasi anggaran PKBL, terdiri dari sumber dana, dana yang tersedia dan
realisasi penggunaan dana sesuai dengan pelaksanaan kegiatan.
5.10.3. Laporan posisi keuangan PKBL
5.10.4. Laporan Aktivitas PKBL.
5.10.5. Laporan Arus Kas PKBL.
5.10.6. Catatan atas laporan keuangan PKBL.
5.11. Laporan Keuangan pelaksanaan PKBL diperiksa oleh auditor yang merupakan auditor
yang memeriksa laporan keuangan perusahaan.
5.12. Laporan bulanan pelaksanaan kegiatan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan dibuat oleh Departemen PKBL disampaikan kepada Sekretaris Perusahaan
dengan tembusan disampaikan kepada Direksi.
5.13. Untuk meningkatkan optimalisasi pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan, perusahaan dapat bekerja sama dengan perusahan pembina lain dalam
penyaluran, dengan perusahaan bertindak sebagai penyalur atau menunjuk pembina
lain sebagai penyalur dan dituangkan dalam Surat Perjanjian Kerjasama yang memuat
hak dan kewajiban masing-masing pihak.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 6
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
6. KETENTUAN KHUSUS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN
6.1. Pengeluaran dana Program Kemitraan digunakan untuk pemberian pinjaman yang
terdiri dari:
6.1.1. Pinjaman Umum
Pinjaman kepada Mitra Binaan untuk membiayai modal kerja dan/ atau
pembelian asset tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan
dengan jangka waktu maksimal 2 (dua) tahun.
6.1.2. Pinjaman Khusus
Pinjaman kepada Mitra Binaan untuk memenuhi pesanan dari rekanan mitra
usaha atau untuk produksi pangan/ pertanian dengan jangka waktu 1 (satu)
bulan sampai dengan 6 (enam) bulan.
6.2. Jumlah pinjaman untuk setiap Mitra Binaan adalah maksimum sebesar
Rp75.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah).
6.3. Dalam pemberian pembiayaan/ pinjaman, maka kepada Mitra Binaan dikenakan
sebagai berikut:
6.3.1. Jasa administrasi pinjaman sebesar 6 % (enam persen) pertahun untuk
pinjaman umum dan ½ % (setengah persen) perbulan untuk pinjaman khusus.
6.3.2. Marjin yang diproyeksikan sebesar 6% (enam persen) untuk pembiayaan/
pinjaman yang diberikan berdasarkan prinsip jual beli.
6.3.3. Bagi hasil mulai dari 10% (10:90) sampai dengan 50% (50:50) untuk
pembiayaan/ pinjaman yang diberikan berdasarkan prinsip bagi hasil.
6.4. Mitra Binaan untuk Program Kemitraan adalah usaha kecil yang terdiri dari :
6.4.1. Mitra Binaan Rekanan PT Pupuk Kujang,
6.4.2. Mitra Binaan bukan Rekanan PT Pupuk Kujang, dan
6.4.3. Petani Penyedia Pangan.
6.5. Kriteria dan Persyaratan Usaha Kecil untuk calon mitra binaan PT Pupuk Kujang yang
dapat diikut sertakan dalam Program Kemitraan adalah sebagai berikut :
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 7
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
6.5.1. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah),
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta
rupiah).
6.5.2. Milik Warga Negara Indonesia (WNI).
6.5.3. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.
6.5.4. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau
badan usaha yang berbadan hukum termasuk usaha mikro dan koperasi, serta
mempunyai legalitas / surat ijin sebagai salah satu persyaratan administrasi.
6.5.5. Mempunyai potensi dan prospek usaha yang dapat dikembangkan.
6.5.6. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun (tidak berlaku untuk
usaha kecil yang dibentuk atau berdiri sebaga pelaksanaan program
perusahaan).
6.5.7. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).
6.5.8. Belum menjadi Mitra Binaan perusahaan pembina atau penyalur lain.
6.6. Dalam pembiayaan/ pinjaman dana Program Kemitraan Mitra Binaan, mempunyai
kewajiban sebagai berikut :
6.6.1. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh
PT Pupuk Kujang.
6.6.2. Melakukan pencatatan/ pembukuan dengan tertib.
6.6.3. Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu dan tempat jumlah sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati.
6.6.4. Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulanan kepada
PT Pupuk Kujang c.q. Manager PKBL.
6.7. Penyaluran pinjaman diberikan berdasarkan hasil analisa study kelayakan, hasil
peninjauan dilapangan dan atau pertimbangan lainnya yang telah disetujui terlebih
dahulu oleh Sekretaris Perusahaan selanjutnya dilakukan perikatan dalam surat
perjanjian pokok/ kontrak yang sekurang-kurangnya memuat :
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 8
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
6.7.1. Nama dan alamat perusahaan kedua belah pihak.
6.7.2. Hak dan kewajiban kedua belah pihak.
6.7.3. Jumlah pinjaman dan peruntukannya.
6.7.4. Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, jadual angsuran pokok dan jasa
admistrasi pinjaman).
6.8. Setiap pinjaman dijamin dengan jaminan berupa sertifikat hak atas tanah dan/ atau
Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dan/ atau jaminan lainnya yang dinilai
berharga dengan nilai jualnya lebih besar dari pinjaman kecuali untuk usaha Mikro
dengan pinjaman dana maksimal sebesar Rp5.000.0000,00 (lima juta rupiah) tidak
dipersyaratkan jaminan.
6.9. Jaminan pinjaman harus dinyatakan dalam Surat Perjanjian Pokok yang dibuat dibawah
tangan dengan mencantumkan klausula jaminan atau untuk barang tidak bergerak
didalam bentuk Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) atau Akta
Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dibuat oleh notaris/ PPAT (Pejabat Pembuat
Akta Tanah) atau untuk barang bergerak dalam bentuk Akta Fidusia yang dibuat oleh
Notaris dengan ketentuan diatur dalam Memo Direksi tersendiri. Beban biaya notaris
menjadi beban Mitra Binaan (MB).
6.10. Dalam hal Mitra Binaan hanya membayar sebagian angsuran, maka pembayaran
tersebut terlebih dahulu diperhitungkan untuk pembayaran Jasa Administrasi Pinjaman
dan sisanya (bila ada) untuk membayar pokok pinjaman.
6.11. Penilaian kualitas pinjaman Program Kemitraan dinilai berdasarkan pada ketepatan
waktu pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman, dengan
penggolongan sebagai berikut :
6.11.1. Pinjaman Lancar.
Adalah pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi tepat waktu atau
terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender dari tanggal jatuh tempo
pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 9
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
6.11.2. Pinjaman Kurang Lancar.
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau Jasa
Administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 (tigapuluh) hari kalender dan
belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari kalender dari tanggal jatuh
tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui
bersama.
6.11.3. Pinjaman Diragukan.
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau Jasa
Administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender dan belum melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari kalender dari
tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang
telah disetujui bersama.
6.11.4. Pinjaman Macet
Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau Jasa
Administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari
kalender dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan
perjanjian yang telah disetujui bersama.
6.12. Terhadap kualitas pinjaman kurang lancar, diragukan dan macet dapat dilakukan
usaha-usaha pemulihan pinjaman dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling)
atau penyesuaian persyaratan (reconditioning) apabila memenuhi kriteria :
6.12.1. Mitra Binaan beritikad baik atau kooperatif terhadap upaya penyelamatan yang
akan dilakukan.
6.12.2. Usaha Mitra Binaan masih berjalan dan mempunyai prospek usaha.
6.12.3. Mitra Binaan masih mempunyai kemampuan untuk membayar angsuran.
6.13. Tindakan penyesuaian persyaratan (reconditioning) dilakukan dengan mengkapitalisasi
tunggakan jasa administrasi pinjaman menjadi pokok pinjaman atau dengan
menghapuskan tunggakan beban jasa administrasi dan/atau beban jasa administrasi
yang belum jatuh tempo, yang dilakukan setelah dilakukan tindakan penjadwalan
kembali (rescheduling).
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 10
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
6.14. Terhadap pinjaman macet yang telah diupayakan pemulihannya namun tidak
terpulihkan maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
6.14.1. Dikelompokan dalam aktiva lain-lain dengan pos pinjaman bermasalah.
6.14.2. Tata cara penghapusbukukan pinjaman bermasalah akan ditetapkan lebih lanjut
oleh Menteri Negara BUMN.
6.14.3. Diupayakan tetap dilakukan penagihannya dan hasilnya dicatat dalam pos
pinjaman bermasalah yang diterima kembali.
6.14.4. Jumlah dan mutasi rekening pinjaman bermasalah dan pinjaman bermasalah
yang diterima kembali harus dilaporkan secara periodik dalam laporan
Triwulanan.
6.15. Pinjaman macet yang terjadi karena keadaan memaksa (Force Majeure) seperti:
penanggungjawab Mitra Binaan meninggal dunia dan tidak ada ahli waris yang bersedia
menanggung hutang dan/ atau gagal usaha akibat bencana alam/ kerusakan,
pemindah bukuan piutang macet tersebut kedalam pos pinjaman bermasalah dapat
dilaksanakan tanpa melalui proses pemulihan pinjaman.
6.16. Untuk mengantisipasi agar pinjaman bermasalah dapat diminimalisir, Departemen
PKBL harus melakukan langkah selektif pada saat akan memberikan pinjaman dan perlu
mencantumkan usulan sanksi dalam surat perjanjian apabila Mitra Binaan melakukan
penyalagunaan pinjaman, karena kegagalan terhadap pengelolaan Program Kemitraan
akan mengakibatkan penurunan kinerja manajemen dan pengaruh pada tingkat
kesehatan perusahaan.
6.17. Apabila diperlukan bantuan hukum dalam perbuatan/penerbitan dokumen surat
perjanjian antara PT Pupuk Kujang dengan Mitra Binaan, Dept. PKBL dapat meminta
bantuan/ saran kepada Dept. Hukum & Adm Perusahaan.
7. KETENTUAN KHUSUS BINA LINGKUNGAN
7.1. Pengeluaran Dana Program Bina Lingkungan hanya dapat dikeluarkan apabila
memberikan manfaat kepada masyarakat diwilayah pemasaran PT Pupuk Kujang, yaitu
antara lain :
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 11
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
7.1.1. Bantuan untuk korban bencana alam.
7.1.2. Bantuan pendidikan dan/ atau pelatihan.
7.1.3. Bantuan peningkatan kesehatan.
7.1.4. Bantuan pengembangan sarana dan/ atau prasarana umum.
7.1.5. Bantuan sarana ibadah.
7.1.6. Bantuan pelestarian alam.
7.1.7. Bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengendalian kemiskinan.
7.1.8. Bantuan pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi dan bentuk
bantuan lain yang terkait dengan upaya peningkatan kapasitas Mitra Binaan
Program Kemitraan yang diambil dari alokasi dana program Bina Lingkungan
dengan besaran maksimal sebesar 20% (dua puluh persen) yang diperhitungkan
dari dana Progam Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.
7.2. Untuk memastikan program bina lingkungan disalurkan secara tepat, maka terlebih
dahulu dilakukan survey dan identifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan di
wilayah sekitar perusahan. Apabila pelaksanaan penyaluran dilakukan bersama-sama
dengan perusahaan pembina lain maka pelaksanaan survey dan identifikasi dapat
dilakukan oleh satu atau lebih perusahaan pembina sesuai kesepakatan.
7.3. Penyaluran bantuan Program Bina Lingkungan dapat dilakukan berdasarkan beberapa
hal sebagai berikut :
7.3.1. Program perusahaan yang telah direncanakan;
7.3.2. Permintaan masyarakat yang diwakili oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
atau instansi pemerintah daerah/ kecamatan/ desa setempat; atau
7.3.3. Program pemerintah pusat, kementrian BUMN, Koordinator Wilayah, atau
PT Pupuk Indonesia (persero).
7.4. Untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan Program Bina Lingkungan dengan
mempertimbangkan kemampuan/ kompetensi yang dimiliki oleh unit kerja lain, maka
pelaksanaan kegiatan program Bina Lingkungan dapat dilakukan /atau melibatkan unit
kerja lain, namun fungsi perencanaan (termasuk penganggaran) dan pengawasan/
monitoring tetap menjadi tanggung jawab Departemen PKBL.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 12
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
7.5. Seluruh pengadaan barang/ jasa untuk keperluan penyaluran Bina Lingkungan yang
dilakukan oleh Departemen PKBL atau unit kerja lainnya dilakukan oleh Departemen
PKBL.
7.6. Dalam pembelian barang kebutuhan pokok untuk kebutuhan penyaluran program Bina
Lingkungan mengingat tipe pemasok adalah orang-perorangan dan bukan badan
usaha, maka untuk mendapatkan harga dan waktu pengiriman yang optimal, dilakukan
hal-hal sebagai berikut:
7.6.1. Proses tender dapat dilakukan melalui beauty contest, dengan membandingkan
harga secara langsung dari masing-masing pemasok tanpa quotation dalam
survey pasar.
7.6.2. Tidak diperlukan jaminan penawaran (bid bond) dan jaminan pelaksanaan
(performance bond).
7.6.3. Diikat melalui dokumen perikatan berupa SPPB/SP.
7 TANGGUNGJAWAB UNIT KERJA TERKAIT.
7.1 Direktur Utama
7.1.1 Bertanggung jawab atas persetujuan dan tanda tangan pada laporan
realisasi Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) kegiatan program Kemitraan dan
Bina Lingkungan setelah meyakini bahwa laporan tersebut telah dibuat
dengan benar serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan telah ada
paraf Direktur SDM & Umum.
7.2 Direktur SDM & Umum
7.1.2 Bertangggung jawab atas terlaksananya Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan (PKBL) Perusahaan.
7.1.3 Bertanggung jawab atas persetujuan Pengajuan Anggaran (PA) untuk
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan sesuai dengan batas nilai
kewenangannya.
7.1.4 Bertanggung jawab penetapan pinjaman bermasalah serta langkah strategis
untuk penyelesaiannya.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 13
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
7.2 Sekretaris Perusahaan
7.2.1 Bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pelaksanaan Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) Perusahaan.
7.2.2 Bertanggung jawab atas persetujuan Pengajuan Anggaran (PA) untuk
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan sesuai dengan batas nilai
kewenangannya.
7.2.3 Bertanggung jawab atas persetujuan/ penandatanganan Surat Perjanjian
(SP) Pokok dengan Mitra Binaan.
7.3 Manager PKBL
7.3.1 Bertanggungjawab atas pembuatan dan penyusunan Rencana Kerja
Anggaran (RKA) Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.
7.3.2 Bertanggung jawab atas seleksi admisnitratif Calon Mitra Binaan (CMB)
Program Kenitraan dan proposal permintaan bantuan dana Program Bina
Lingkungan.
7.3.3 Bertanggung jawab pelaksanaan survey dan evaluasi hasil survey kepada
Calon Mitra Binaan(CMB) dan lokasi bantuan untuk .
7.3.4 Bertanggung jawab atas penyusunan draft Surat Perjanjian Pokok dengan
Mitra Binaan.
7.3.5 Bertanggung jawab atas proses Pengajuan Anggaran (PA) untuk penyaluran
program Kemitraan & Bina Lingkungan.
7.3.6 Bertanggung jawab atas koordinasi proses transfer/ pengambilan uang muka
untuk keperluan penyaluran program Kemitraan & Bina Lingkungan.
7.3.7 Betanggung jawab atas proses monitoring dan penilaian kualitas pinjaman
program Kemitraan.
7.3.8 Bertanggung jawab atas pelaksanaan proses pemulihan pinjaman melalui
rescheduling dan reconditioning.
7.3.9 Bertanggung jawab atas perhitungan/ verifikasi kebutuhan dana untuk
penyaluran Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.
7.3.10 Bertanggung jawab atas proses pengadaan barang/ jasa untuk keperluan
PKBL.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 14
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
7.3.11 Bertanggung jawab atas serah terima barang/ jasa/ dana program
Kemitraam dan program Bina Lingkungan.
7.3.12 Bertanggung jawab dalam penyusunan laporan realisasi Program Kemitraan
dan Program Bina Lingkungan, baik laporan bulanan, triwulanan maupun
tahunan.
7.4 Manager Anggaran
7.4.1 Bertanggung jawab atas proses persetujuan anggaran (PA) untuk Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) sesuai dengan besaran dana
yang telah disetujui oleh RUPS dan posting PA.
7.4.2 Bertanggung jawab atas laporan realisasi penggunaan anggaran dan sisa
anggaran PKBL.
7.5 Manager Akuntansi
7.5.1 Bertanggung jawab atas proses pencatatan / posting pembukuan terhadap
penyisihan laba yang dikeluarkan untuk Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan (PKBL).
7.5.2 Bertanggung jawab atas pemeriksaan/verifikasi dokumen pembayaran/
penagihan.
7.5.3 Bertanggung jawab atas pembuatan voucher kas keluar.
7.6 Manager Keuangan
7.6.1 Bertanggung jawab atas penyimpanan dan pengeluaran dana Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL) serta dokumen bukti
pengeluaran dana.
7.6.2 Bertanggung jawab atas penyimpanan surat jaminan/ agunan Mitra Binaan
yang disampaikan oleh Dept. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
8 PROSEDUR PENYALURAN PINJAMAN PROGRAM KEMITRAAN
8.1 Calon Mitra Binaan Usaha
8.1.1 Mengajukan dokumen proposal permohonan pinjaman modal usaha lengkap
sesuai persyaratan yang ditetapkan dan disampaikan kepada Departemen PKBL
yang sekurang-kurangnya memuat :
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 15
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
1. Nama dan alamat unit usaha.
2. Nama dan alamat pemilik/ pengurus unit usaha.
3. Bukti identitas diri pemilik/ pengurus.
4. Bidang usaha.
5. Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang.
6. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan dan beban,
neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha).
7. Rencana usaha dan kebutuhan dana.
8.1.2 Menyerahkan jaminan dan surat kuasa/ akta yang dibuat oleh Notaris/PPAT
apabila dipersyaratkan adanya jaminan setelah dianggap layak sesuai dengan
hasil survey.
8.1.3 Menandatangani surat perjanjian dengan Departemen PKBL terkait pinjaman
modal usaha yang telah disetujui.
8.2 Manager PKBL
8.2.1 Menerima dokumen proposal permohonan pinjaman modal usaha lengkap dari
calon mitra binaan.
8.2.2 Melakukan seleksi dan memeriksa kelengkapan administrasi proposal
permohonan pinjaman CMB, antara lain meliputi:
1) Surat ijin usaha dan surat pernyataan sedang tidak dibina oleh perusahaan
Pembina lain.
2) Rekening bank.
3) Status kepemilikan tempat usaha.
4) Jaminan pinjaman.
5) Jumlah tenaga kerja.
6) Dan lain-lain sesuai peryaratan yang berlaku
8.2.3 Melakukan survey lokasi usaha calon mitra binaan, antara lain:
a. Peninjauan lokasi usaha
b. Wawancara dengan calon mitra binaan
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 16
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
8.2.4 Melakukan evaluasi dan kajian atas hasil survey lokasi (termasuk verifikasi/
perhitungan kebutuhan dana) dan menerbitkan lembar hasil survey kelayakan
calon mitra, apabila layak maka dilanjutkan ke proses selanjutnya dan bila tidak
layak maka diberikan surat penolakan pengajuan pinjaman kepada calon mitra.
8.2.5 Menerima jaminan pinjaman dan surat kuasa/ akta dari CMB serta
menyampaikan kepada Departemen Keuangan untuk disimpan.
8.2.6 Membuat dan menyiapkan Surat Perjanjian (SP) setelah memenuhi seluruh
persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
8.2.7 Menyampaikan Surat Perjanjian (SP) kepada Sekretaris Perusahaan untuk
ditandatangani.
8.2.8 Membuat dan menyetujui Pengajuan Anggaran (PA) dengan melampirkan berkas
hasil survey dan hasil evaluasi mitra binaan yang bersangkutan sesuai dengan
batas nilai kewenangannya, mengajukan persetujuan kepada Sekretaris
Perusahaan untuk nilai diatas kewenangannya.
8.2.9 Menyampaikan Pengajuan Anggaran (PA) kepada Departemen Anggaran untuk
diproses persetujuan anggarannya.
8.2.10 Mengkoordinasikan proses pengambilan uang muka atau pemintaan
pembayaran kepada Mitra Binaan oleh Departemen Keuangan.
8.2.11 Melakukan monitoring, pengawasan dan mencatat serta menjurnal
cicilan/angsuran atas transaksi dengan mitra binaan.
8.2.12 Melakukan penilaian atas kualitas pinjaman Mitra Binaan berdasarkan pada
kemampuan Mitra Binaan untuk membayar cicilan/ angsuran atas pinjaman dana
Program Kemitraan.
8.2.13 Melakukan langkah pemulihan pinjaman untuk pinjaman yang kurang lancar,
diragukan dan macet apabila diperlukan, dengan tahapan penjadwalan kembali
(rescheduling) dan apabila kinerjanya belum bisa meningkat dapat dilakukan
penyesuaian persyaratan (recondition).
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 17
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
8.2.14 Melakukan inventarisasi atas pinjaman macet yang akan dimasukkan kedalam
pos pinjaman bermasalah serta usulan langkah-langkah strategis
penyelesaiannya dan menyampaikan kepada Direktur SDM & Umum melalui
Sekretaris Perusahaan.
8.2.15 Melakukan penyusunan laporan realisasi Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan, baik laporan bulanan, triwulanan maupun tahunan untuk
disampaikan kepada Sekretaris Perusahaan.
8.3 Sekretaris Perusahaan
8.3.1 Menyetujui dan menandatangani Surat Perjanjian (SP) yang disampaikan oleh
Manager PKBL dengan dilampiran berkas pengajuan program pinjaman
kemitraan dan okumen pendukung lainnya.
8.3.2 Menandatangani akta pengakuan hutang calon mitra binaan dihadapan notaris.
8.3.3 Menyetujui dan menandatangai Pengajuan Anggaran (PA) sesuai dengan batas
nilai kewenangannya, mengajukan persetujuan kepada Direktur SDM & Umum
untuk nilai diatas kewenangannya.
8.3.4 Menerima dan mengkaji usulan penempatan pinjaman macet yang akan
dimasukkan kedalam pos pinjaman bermasalah serta langkah-langkah strategis
penyelesaiannya dari Manager PKBL dan menyampaikan kepada Direktur SDM &
Umum untuk persetujuan.
8.3.5 Menerima dan mengkaji laporan realisasi Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan, baik laporan bulanan, triwulanan maupun tahunan dari Manager
PKBL dan menyampaikan kepada Direktur SDM & Umum.
8.4 Direktur SDM & Umum
8.4.1 Menyetujui dan menandatangai Pengajuan Anggaran (PA) sesuai dengan batas
nilai kewenangannya.
8.4.2 Menerima, mengkaji dan memberikan persetujuan atas penempatan pinjaman
macet yang akan dimasukkan kedalam pos pinjaman bermasalah serta langkah-
langkah strategis penyelesaiannya.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 18
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
8.4.3 Menerima, mengkaji dan membubuhkan paraf pada laporan realisasi Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, baik laporan bulanan, triwulanan
maupun tahunan dari Sekretaris Perusahaan dan menyampaikan kepada Direktur
Utama untuk persetujuan.
8.5 Manager Anggaran
8.5.1 Melakukan proses persetujuan pengajuan anggaran program kemitraan sesuai
ketentuan dan prosedur yang berlaku.
8.5.2 Melakukan posting PA ke dalam pos Anggaran PKBL.
8.6 Manager Akuntansi
8.6.1 Melakukan verifikasi kelengkapan dan validitas dokumen calon mitra binaan yang
disampaikan oleh Departemen PKBL.
8.6.2 Membuat dan menyampaikan voucher kas keluar kepada Departemen Keuangan
apabila telah memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
8.7 Manager Keuangan
8.7.1 Menerima voucher kas keluar dari Departemen Akuntansi dan dokumen PUM
berikut lampiran dokumen pendukungnya.
8.7.2 Melakukan pembayaran baik secara tunai / transfer melalui bank kepada mitra
binaan.
8.7.3 Memberikan salinan bukti transfer pinjaman modal usaha kecil kepada mitra
binaan dan Departement PKBL.
9 PROSEDUR PENYALURAN BANTUAN BINA LINGKUNGAN (BL)
9.1 Lembaga/ Instansi/ Kelompok Masyarakat.
9.1.1 Mengajukan proposal bantuan ke Departemen PKBL lengkap dengan dokumen
pendukung dan persyaratan yang berlaku.
9.1.2 Menandatangani hasil survey dan wawancara pada lembar data survey lokasi.
9.1.3 Menandatangani Berita Acara Serah Terima Barang (Jika dalam bentuk barang)
dan bukti penerimaan bantuan (jika dalam bentuk uang).
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 19
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
9.2 Manager PKBL
9.2.1 Melakukan seleksi dan memeriksa kelengkapan administrasi proposal
permohonan bantuan berdasarkan berdasarkan proposal bantuan program Bina
Lingkungan dari kelompok masyarakat atau LSM atau lembaga lain.
9.2.2 Melakukan survey dan identiifikasi ke lokasi lokasi bantuan untuk proposal yang
telah memenuhi persyaratan administratif, pelaksanaan program perusahaan
atau pelaksanaan program pemerintah pusat, Kementrian BUMN, koordintor
wilayah dan PT Pupuk Indonesia (Persero) yang telah mendapatkan ijin prinsip
dari Direktur Utama/ Direktur SDM & Umum, antara lain:
Peninjauan lokasi penerima bantuan.
Wawancara dengan calon penerima bantuan.
9.2.3 Mencatat dan menandatangani hasil survey dan wawancara pada lembar Data
Survey Lokasi bersama calon penerima bantuan.
9.2.4 Melakukan analisa dan evaluasi berdasarkan hasil survey, dengan hasil sebagai
berikut:
a. Jika layak, membuat estimasi biaya/ dana yang akan disalurkan dan
dilanjutkan ke proses selanjutnya.
b. Jika tidak layak, diberikan surat penolakan kepada calon penenerima
bantuan.
9.2.5 Membuat dan menyetujui Pengajuan Anggaran (PA) berdasarkan estimasi
kebutuhan dana dengan melampirkan berkas hasil survey dan identifikasi lokasi
bantuan sesuai dengan batas nilai kewenangannya, mengajukan persetujuan
kepada Sekretaris Perusahaan untuk nilai diatas kewenangannya.
9.2.6 Menyampaikan Pengajuan Anggaran (PA) kepada Departemen Anggaran untuk
diproses persetujuan anggarannya.
9.2.7 Mengkoordinasikan proses pengambilan uang muka atau pembayaran oleh
Departemen Keuangan.
9.2.8 Melakukan pengadaan barang/ jasa untuk keperluan penyaluran Program Bina
Lingkungan apabila dibutuhkan atau bantuan berupa barang/ jasa.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 20
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
9.2.9 Menkoordinasikan pelaksanaan kegiatan penyaluran program Bina Lingkungan
yang dilakukan oleh Departemen PKBL dan/ atau unit kerja lain, dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Apabila bantuan yang diserahkan berupa uang tunai, bukti penerimaan cukup
dengan kwitansi bermaterai yang ditandatangani oleh pihak penerima dan di
stempel.
b. Apabila bantuan yang diserahkan berbentuk barang/ jasa, bukti penerimaan
dibuatkan dalam bentuk Berita Acara Serah Terima Barang/ Jasa (BASTB/J)
yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan di stempel.
9.2.10 Melakukan penyusunan laporan realisasi Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan, baik laporan bulanan, triwulanan maupun tahunan untuk
disampaikan kepada Direktur SDM & Umum melalui Sekretaris Perusahaan.
9.3 Sekretaris Perusahaan
9.3.1 Menyetujui dan menandatangai Pengajuan Anggaran (PA) sesuai dengan batas
nilai kewenangannya, mengajukan persetujuan kepada Direktur SDM & Umum
untuk nilai diatas kewenangannya.
9.3.2 Menerima dan mengkaji laporan realisasi Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan, baik laporan bulanan, triwulanan maupun tahunan dari Manager
PKBL dan menyampaikan kepada Direktur SDM & Umum.
9.4 Direktur SDM & Umum
9.4.1 Memberikan ijin prinsip atas pelaksanaan program Bina Lingkungan atas
permintaan dari Pemerintah Pusat, Kementrian BUMN, Koordinator Wilayah dan
PT Pupuk Indonesia (Persero).
9.4.2 Menyetujui dan menandatangai Pengajuan Anggaran (PA) sesuai dengan batas
nilai kewenangannya.
9.4.3 Menerima, mengkaji dan membubuhkan paraf pada laporan realisasi Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, baik laporan bulanan, triwulanan
maupun tahunan dari Sekretaris Perusahaan dan menyampaikan kepada Direktur
Utama untuk persetujuan.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 21
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
9.5 Manager Anggaran
9.5.1 Melakukan proses persetujuan pengajuan anggaran program Bina Lingkungan
sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku.
9.5.2 Melakukan posting PA ke dalam pos Anggaran PKBL.
9.6 Manager Akuntansi
9.6.1 Melakukan verifikasi kelengkapan dan validitas dokumen pendukung yang
disampaikan oleh Departemen PKBL.
9.6.2 Membuat dan menyampaikan voucher kas keluar kepada Departemen Keuangan
apabila telah memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
9.7 Manager Keuangan
9.7.1 Menerima voucher kas keluar dari Departemen Akuntansi dan dokumen PUM
berikut lampiran dokumen pendukungnya.
9.7.2 Melakukan pembayaran baik secara tunai / transfer.
10 REKAMAN
10.1 Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan.
10.2 Pedoman Penyusunan Laporan Triwulanan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
10.3 Pedoman Penyusunan Laporan Tahunan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
10.4 Laporan Aktivitas Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
10.5 Laporan Akumulasi Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
10.6 Kualitas Pinjaman Program Kemitraan Program Kemitraan per 31 Desember tahun
berjalan.
10.7 Neraca Keuangan Program Kemitraan per 31 Desember tahun berjalan.
10.8 Hasil Kunjungan ke calon Mitra Binaan.
10.9 Hasil Evaluasi calon Mitra Binaan.
10.10 Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
10.11 Laporan Bulanan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
10.12 Laporan Triwulan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. SP-PK-13 Jl. A Yani 39, Cikampek 41373 No. Rev. 1 Indonesia Halaman 22
SISTEM & PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
10.13 Laporan Tahunan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
10.14 Permohonan Bantuan Pinjaman Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
10.15 Formulir Pengecekan Lokasi (survey dan evaluasi).
10.16 Laporan Hasil Monitoring Status Pembayaran.
10.17 Kriteria Penilaian Pembayaran.
12. Lampiran
12.1 Diagram Alir Penyaluran Pinjaman Program Kemitraan (PK).
12.2 Diagram Alir Penyaluran Bantuan Program Bina Lingkungan (BL).
12.3 Contoh Formulir Pinjaman dana Program Kemitraan & Bina Lingkungan.
12.4 Contoh Formulir Surat Kuasa Khusus Pemilik Jaminan Dana Kemitraan.
12.5 Contoh Formulir Surat Kuasa Khusus Anggota Kelompok Usaha Kecil.
12.6 Contoh Formulir tanda terima Pinjaman PKBL Usaha Kecil.
12.7 Contoh Surat Kuasa Khusus Anggota Kelompok Usaha Pertanian.
12.8 Contoh Formulir tanda terima Pinjaman PKBL Usaha Pertanian.
12.9 Contoh Format Hasil Survey dan Evaluasi Calon Mitra Binaan Program PKBL.
12.10 Contoh Format Lembar Wawancara Survey.
12.11 Contoh Format Hasil Kunjungan.
12.12 Contoh Format Surat Pemberitahuan Status Anggaran Pinjaman Jatuh Tempo.
12.13 Contoh Format Surat Teguran atas Keterlambatan Pembayaran/ Kewajiban pinjaman.
12.14 Format Laporan Akumulasi Dana Program Kemitraan.
12.15 Contoh Laporan Monitoring ke Mitra Binaan.
12.16 Contoh Berita Acara Kesanggupan membayar pinjaman.
12.17 Contoh Memo Hasil Survey Lapangan.
12.18 Contoh Berita Acara Serah Terima.
12.19 Contoh Format Laporan Kegiatan PKBL tahun berjalan.
12.20 Contoh Format Realisasi Akumulasi Penyaluran PKBL tahun berjalan.
PT PUPUK KUJANG No. Dok. Jl. Jend A. Yani 39 Cikampek - 41373 No. Revisi INDONESIA Halaman
- Calon Mitra Binaan - Proposal Pengajuan
- Manager PKBL -
- Manager PKBL - Poposal Pengajuan- Calon Mitra - Dokumen Survey
- Manager PKBL - Form Evaluasi Hasil Survey
- Manager PKBL
- Calon Mitra Binaan - Jaminan- APHT, SKMHT
- Manager PKBL- Sekretaris Perusahaan- Calon Mitra Binaan
- Manager PKBL -- Sekretaris Perusahaan *)- Direktur SDM & Umum
- Departemen Anggaran --
- Departemen Keuangan - Voucher Kas Keluar- Departemen PKBL -
Lampiran Memo Direksi Nomor: 081/MO/DU/X/2015
SP-PK-13123
KEGIATAN DOKUMEN
SISTEM DAN PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran 12.1. Diagram Alir Penyaluran Program Kemitraan
PENANGGUNG JAWAB
Dokumen PA
Proposal Pengajuan
PUM
Dokumen PADokumen Pendukung
Mengajukan Proposal Pinjaman
Seleksi Administrasi Proposal Pinjaman
Melakukan Survey Lokasi Usaha Mitra Binaan
Cek
Surat Penolakan
Ya Tdk
Pengajuan Anggaran (PA)
Evaluasi hasil survey dan verifikasi/ perhitungan kebutuhan dana.
Posting Anggaran
Pengajuan pengambilan uang muka (PUM)/ permintaan pembayaran
Menyerahkan jaminan dan suratkuasa (apabila diperlukan)
Surat Perjanjian Pokok
Surat Penolakan
Tidak layak
Layak
A
PT PUPUK KUJANG No. Dok. Jl. Jend A. Yani 39 Cikampek - 41373 No. Revisi INDONESIA Halaman
- Departemen Akuntansi - Dokumen PA- Dokumen Pendukung- Voucher Kas Keluar
- Departemen Keuangan - Voucher Kas Keluar
- Departemen Keuangan - Bukti Transfer- Departemen PKBL-
- Departemen PKBL - Kuitansi
- Manager PKBL - Laporan Realisasi PK
- Manager PKBL
- Manager PKBL
- Direktur SDM & Umum- Corporate Secretary- Manager PKBL
- Manager PKBL - Laporan Bulanan- Laporan Triwulanan - Laporan Tahunan
Lampiran Memo Direksi Nomor: 081/MO/DU/X/2015
SISTEM DAN PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran 12.1. Diagram Alir Penyaluran Program Kemitraan
SP-PK-131
Mitra Binaan
PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN DOKUMEN
24
Verifikasi dan cetak voucher kas keluar
Transfer/Cash
Laporan Realisasi Penyaluran Program Kemitraan
Persetujuan Voucher kas keluar
Pertanggung jawaban PUM
A
Monitoring, pengawasan dan penilaian kualitas pinjaman
Pemulihan pinjaman melalui penjadwalan kembali (rescheduling)
Pemulihan pinjaman melalui penyesuaian persyaratan
(reconditioning)
Penetapan status pinjamanbermasalah dan langkah strategis
Lancarkurang lancar,
diragukan, macet
Lancar
Lancar
PT PUPUK KUJANG No. Dok. Jl. Jend A. Yani 39 Cikampek - 41373 No. Revisi INDONESIA Halaman
- PIHC/Kementrian/ - Surat DinasKoordinator Wilayah
- Direktur Utama/ - Memo Dinas/ Disposisi- Direktur SDM & Umum
- Manager PKBL
- Lembaga/Instansi/ Masyarakat - Proposal Permohonan Bantuan
- Manager PKBL - Proposal Permohonan Bantuan
- Manager PKBL - Surat Penolakan
- Manager PKBL - Poposal Pengajuan- Lembaga/Instansi/ Masyarakat - Dokumen Survey
- Manager PKBL - Form Evaluasi Hasil Survey
- Manager PKBL - Owner's Estimate (OE)
- Manager PKBL - PA- Sekretaris Perusahaan *) - Dokumen Pendukung- Direktur SDM & Umum
*) sesuai kewenanganLampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
SP-PK-13125
SISTEM DAN PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran 12.2. Diagram Alir Penyaluran Bantuan Program Bina Lingkungan
PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN DOKUMEN
Mengajukan proposal permohonan bantuan
Seleksi Administrasi Proposal Permohonan Bantuan
Melakukan SurveyLokasi Bantuan
Cek
Surat Penolakan
Ya Tidak
Pengajuan Anggaran (PA)
Evaluasi Hasil SurveyLokasi Bantuan
Melakukan perhitungan estimasi biaya/ anggaran
B C
Bantuan Dana Bantuan Barang/ Jasa
Instruksi penyaluran bantuan Bina Lingkungan
Ijin prinsip penyaluran bantuan Bina lingkungan
Program penyaluran Bina Lingkungan
PT PUPUK KUJANG No. Dok. Jl. Jend A. Yani 39 Cikampek - 41373 No. Revisi INDONESIA Halaman
- Departemen Anggaran - PA- Dokumen Pendukung
- PUM- Departemen PKBL - PA
- Dokumen Pendukung
- Departemen Akuntansi - Dokumen PA- Dokumen Pendukung- Voucher Kas Keluar
- Departemen Keuangan - Voucher Kas Keluar
- Departemen Keuangan - Bukti Transfer- Tanda Terima/ kuitansi
- Departemen PKBL - Kuitansi
- Manager PKBL - PP,OE,PA- UCPDR, SPPH,BAPSPH, BANH- SPPB/SPK/SP, LPPB/BAHPP, BAP
- Manager PKBL - BAST- Manager Pelaksana Kegiatan BL- Lembaga/Instansi/ Masyarakat
- Manager PKBL - Laporan Bulanan- Laporan Triwulanan - Laporan Tahunan
Lampiran Memo Direksi Nomor : 081/MO/DU/X/2015
26
SISTEM DAN PROSEDUR PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN
Lampiran 12.2. Diagram Alir Penyaluran Bantuan Program Bina Lingkungan
PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN DOKUMEN
SP-PK-131
Verifikasi dan cetak voucher kaskeluar
Transfer/Cash
Laporan Realisasi Penyaluran Bantuan
Persetujuan Voucher kas keluar
B
Pertanggung jawaban PUM
Proses pengadaan barang/ jasa untuk keperluan BL
Pelaksanaan kegiatan dan/ atau Serah terima barang/ jasa
Posting PA
Pengajuan Pengambilan Uang Muka (PUM)
C
Recommended