View
4
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
g
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan
1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks, yang bersifat kualitatif yang
pengukurannya jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan
(Tanuwidjaya, 2002). Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari
proses differensiasi sel, jaringan tubuh, organ - organ, dan sistemnya
yang terorganisir (IDAI, 2002), sedangkan menurut Ngastiyah (2005)
bahwa perkembangan (development) adalah bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil
proses pematangan.
Perkembangan adalah bertambahnya keterampilan sebagai hasil dari
makin kompleknya bagian tubuh dan fungsinya (Jelliffe, 1998).
Menurut Whaley & Wong (2002) bahwa perkembangan merupakan
pemunculan kemampuan individu untuk membantu dalam melakukan
fungsinya melalui perubahan pematangan dan pembelajaran.
9
2. Ciri-ciri Perkembangan Anak
Menurut Yusuf (2004), perkembangan anak mempunyai ciri - ciri adalah
sebagai berikut :
a. Perkembangan dimulai pada masa pranatal dan proses belajar dimulai
setelah lahir.
b. Perkembangan mempunyai sebagai dimensi yang saling berhubungan.
Perkembangan termasuk fisik, kognitif, sosial, spiritual, dan emosional
saling mempengaruhi satu sama lain dan semuanya tumbuh secara
simultan.
c. Perkembangan dan belajar berlangsung berkelanjutan sebagai hasil
interaksi dengan orang, benda dan lingkungan sekitar.
d. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi
kecepatannya berbeda antara anak satu dengan yang lainnya.
e. Terjadinya perubahan dalam aspek perubahan tinggi badan, berat
badan serta semakin bertambahnya perbendaharaan kata dan
matangnya kemampuan berfikir.
f. Terjadinya perubahan dalam proporsi tubuh anak berubah sesuai
dengan fase perkembangannya (Narendra, 2002).
3. Masalah Perkembangan Anak
Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa masalah perkembangan anak
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
10
a. Gangguan perkembangan fisik
Mengetahui masalah tumbuh kembang fisik pada anak, perlu
pemantauan yang kontinue. Dengan pemantauan berat badan, tinggi
badan (proporsi), lingkar kepala, umur tulang dan pertumbuhan gigi,
maka dapat diketahui adanya suatu kelainan tumbuh kembang fisik.
b. Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat disebabkan oleh adanya : 1)
Faktor keturunan misalnya pada keluarga tersebut perkembangan
motorik rata - rata lambat; 2) Faktor lingkungan misalnya anak yang
tidak mendapat kesempatan untuk belajar dan anak yang mengalami
deprivasi maternal sering mengalami keterlambatan motorik; 3) Faktor
kepribadian; 4) Retardasi mental; 5) Kelainan tonus otot : anak dengan
palsi serebral akibat dari spatisitas, atheosis, ataksia atau hipotonia.
Kelemahan tendon dan kelainan pada sumsum tulang belakang (gross
spinal defects), juga sering disertai dengan keterlambatan motorik; 6)
Obesitas; 7) Penyakit neuromuscular misalnya pada anak yang
menderita penyakit Duchenne muscular dystrophy sering terlambat
berjalan; 8) Buta.
c. Gangguan perkembangan bahasa
Gangguan ini diakibatkan sebagai faktor yaitu adanya faktor
genetik, gangguan pendengaran, intelegensi rendah, kurangnya
interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, kembar,
sedangkan gagap dapat disebabkan oleh tekanan daya dari orang tua,
11
agar anak bicara dengan jelas. Faktor keluarga termasuk anak yang
meniru cara bicara keluarganya yang gagap (gangguan bicara), bibir
sumbing dan frenulum lidah (tounge-tie) yang pendek.
d. Gangguan fungsi vegetatif
Gangguan ini disebabkan oleh antara lain: Gangguan makan,
seperti: Ruminasi, Pica, Bulimia, Anoreksia nervosa; Gangguan fungsi
eliminasi: Enuresis, Encopresis; Gangguan tidur: Dissomnia,
parasomnia; Gangguan kebiasaan: termasuk fenomena akibat
pelampiasan stres, seperti membenturkan kepala, menggigit kuku,
menggerakkan gigi, aerofagia.
e. Kecemasan
Kecemasan bila berlebihan akan mempunyai efek terhadap
interaksi sosial dan perkembangan anak, maka merupakan hal yang
patologis yang memerlukan suatu intervensi.
f. Gangguan suasana hati (mood disorders).
g. Bunuh diri dan percobaan bunuh diri
Merupakan penyebab kematian nomor dua pada remaja di negara
barat. Bunuh diri sering merupakan penyelesaian masalah psikologi
dan lingkungan bagi remaja.
h. Gangguan kepribadian yang terpecah.
Kelainan ini mungkin sebagai akibat dari frustasi dan kemarahan.
i. Gangguan perilaku seksual.
12
Contoh gangguan ini yaitu transexualism, transvestism dan
homoseksual.
j. Gangguan perkembangan pervasive dan spikosis pada anak.
Gangguan perkembangan prevasive meliputi autisme (gangguan
komunikasi verbal dan non-verbal, gangguan perilaku dan interaksi
sosial), kelainan Aspergel (gangguan perilaku yang terbatas dan
diulang - ulang, Obsesif), childhood disintegrative disorder dan lain-
lain.
k. Disfungsi neurodevelopmental pada anak usia sekolah.
Disfungsi susunan saraf pusat sering disertai dengan kemampuan
akademik yang dibawah normal.
l. Kelainan saraf dan psikistrik akibat dari trauma otak
Trauma otak meningkatnya resiko gangguan intelektual maupun
psikiatris, terutama bila trauma berat. Kelainan yang didapat pada
waktu renatal akibat itu yang kecanduan obat terlarang, peminum
alkohol dan perokok berat juga salah satu penyebabnya.
m. Penyakit psikosomatik.
Konflik psikologik dapat memberikan gejala somatik yang disebut
sebagai psikosomatik (Narendra, 2002).
4. Anamnesis Tumbuh Kembang Anak
Hal - hal penting yang harus diperhatikan dalam anamnesis tumbuh
kembang anak ialah sebagai berikut :
13
a. Anamnesis faktor pranatal dan perinatal
Anamnesis harus menyangkut faktor risiko untuk terjadinya
gangguan perkembangan fisik dan mental anak, termasuk faktor risiko
untuk buta, tuli, palsi serebralis, dan lain - lain. Anamnesis juga
menyangkut penyakit keturunan dan apakah ada perkawinan antar
keluarga.
b. Kelahiran prematur
Bayi prematur, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran normal,
maka harus diperhitungkan periode pertumbuhan intrauterin yang tidak
sempat dilalui tersebut.
c. Anamnesis harus menyangkut faktor lingkungan yang mempengaruhi
perkembangan anak
d. Penyakit - penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan
malnutrisi.
e. Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak
Merupakan informasi yang sangat penting yang harus ditanyakan
pada ibunya pada saat pertama kali datang. Anamnesis yang teliti
tentang perkembangan anak, dapat mengetahui tingkat perkembangan
anak tersebut.
f. Pola perkembangan anak dalam keluarga.
Perkembangan motorik dalam keluarga dapat lebih cepat atau
lambat, demikian pula dengan perkembangan bicara atau kemampuan
14
mengontrol buang air besar atau buang air kecilnya (Soetjiningsih,
1995).
5. Uji Skrining Perkembangan dengan Metode Denver Development
Screening Test (DDST)
Denver Development Screening Test (DDST) adalah salah satu dari
metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, test ini bukanlah test
diagnostik atau test IQ. DDST menurut Soetjiningsih (1995) merupakan :
a. Test yang mudah dan cepat (15 – 20 menit) dapat diandalkan dan
mempunyai validitas yang tinggi.
b. Test yang secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85 – 100 %
bayi dan anak - anak prasekolah yang mengalami keterlambatan
perkembangan dan pada follow up selanjutnya ternyata 89 % dari
kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5 – 6
tahun kemudian.
Menurut Frankernburg dan Borowitz (1986) DDST tidak hanya
mengidentifikasi lebih dari sebagian dengan kelainan bicara. Dan
Frankernburg melakukan revisi dan standarisasi kembali DDST dan juga
perkembangan pada sektor bahasa ditambah yangh kemudian hasil revisi
dari DDST dinamakan Denver II. Denver II yaitu Bukan tes IQ; Bukan
peramal kemampuan adaptif atau kemampuan intelektual (perkembangan)
anak dimasa mendatang; Tidak dibuat untuk menghasilkan diagnosa
seperti ketidakmampuan belajar (learning disability), kesukaran belajar
15
(korning disorder), atau gangguan emosional; Tidak untuk subsitusi
evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik namun lebih kearah
membandingkan kemampuan perkembangan seorang anak dengan
kemampuan anak lain yang seumur.
Denver dibuat untuk menolong petugas kesehatan menentukan secara dini
masalah penyimpangan perkembangan potensial anak berumur kurang dari
enam tahun. Gambaran uji coba denver ini digunakan untuk menilai:
a. Tingkat perkembangan anak sesuai dengan umurnya.
b. Anak - anak yang tampak sehat berumur antara 0 – 6 tahun.
c. Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelainan
perkembangan.
d. Memastikan apakah anak dengan kesangkaan ada kelainan benar-benar
ada kelainan perkembangan.
e. Melakukan monitor anak - anak dengan resiko terhadap
perkembangannya (misalnya anak dengan masalah perinatal)
f. Denver II berisi 125 gugus tugas (item) yang disusun dalam formulir
menjadi empat parameter untuk menjaring fungsi - fungsi tersebut
sebagai berikut: Personal sosial (social personal); Motor Halus Adaptif
(Fine Motor Adaptif); Bahasa (language); Motor Kasar (Gross Motor),
(Soetjiningsih, 1995).
6. Penilaian Perkembangan Anak sesuai dengan Tahapan
16
Pemantauan adalah penilaian secara teratur terhadap proses tumbuh
kembang setiap anak, yang meliputi pertumbuhan fisik dan
perkembangannya dengan menggunakan atau tolok ukur tertentu.
Penilaian tumbuh kembang anak meliputi penilaian pertumbuhan fisik,
gizi, maturitas dan penilaian terhadap perkembangan (Narendra, 2002).
Perkembangan anak mendapat perhatian yang penting untuk
dipahami dengan skrining dapat diketahui adanya masalah perkembangan
pada anak, yang berarti diagnosa pasti dari kelainan tersebut telah
ditetapkan. Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh
kembang anak sehari - hari yang dapat memberikan petunjuk kalau ada
seseorang yang perlu mendapat perhatian (Soetjiningsih, 1995). Dan masih
diperlukan lagi anamnese yang baik, pemeriksaan fisik yang pasti, dan
pemeriksaan petunjuk lainya agar diagnosis dapat dibuat, intervensi dapat
dilakukan dengan baik. Tujuan dari penilaian perkembangan anak
(Soetjiningsih, 1995) antara lain :
a. Mengetahui kelainan perkembangan anak dan hal - hal lain yang
merupakan resiko terjadinya kelainan perkembangan tersebut.
b. Mengetahui berbagai masalah perkembangan yang memerlukan
pengobatan atau konseling genetik.
c. Mengetahui kapan anak perlu di rujuk ke senter berikutnya.
Menurut Narendra (2002) tahap - tahap penilaian perkembangan
anak antara lain :
a. Pemeriksaan fisik
17
Dilakukan untuk melengkapi anamnese diperlukan pemeriksaan
fisik, agar diketahui apabila terdapat kelainan fisik yang dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak, misalnya: berbagai sindrom,
penyakit jantung rawan, tanda - tanda penyakit defisiensi, dan lain-
lain.
b. Pemeriksaan neurologi
Dimulai dari anamnese masalah neurology dan keadaan-keadaan
juga dapat mengakibatkan gangguan neurology yang teliti, maka dapat
membantu dalam diagnosis suatu kelainan, misalnya kalau ada
penyakit - penyakit degeneratif, palsi cerebralis, adanya lesi
intrakranial.
c. Skrining gangguan perkembangan anak
Pada tahap ini dianjurkan menggunakan instrument untuk skrining
guna mengetahui kelainan pada perkembangan anak, misalnya dengan
menggunakan Denver Development Screening Test (DDST), test IQ,
atau test psikologi lainnya.
d. Evaluasi pada lingkungan anak
Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi antara faktor
genetik dengan faktor lingkungan bio - psikososial. Untuk deteksi dini,
kita juga melakukan evaluasi lingkungan anak tersebut, misalnya dapat
digunakan Home Screening Quesionere (HSQ).
e. Evaluasi pada penglihatan dan pendengaran anak
18
Skrining pendengaran anak melalui anamnese atau menggunakan
audio meter kalau ada alatnya.
f. Evaluasi bahasa dan bicara anak
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah
kemampuan anak dalam berbicara masih dalam batas tertentu yang
normal atau tidak.
g. Evaluasi penyakit metabolik
Salah satu penyebab gangguan pada perkembangan anak adalah
disebabkan oleh adanya penyakit metabolik. Dari anamnese dapat
dicurigai adanya penyakit metabolik apabila ada anggota keluarga
lainnya ada yang terkena penyakit yang sama.
h. Intelegensi dari hasil penemuan
Berdasarkan anamnese dan semua pemeriksaan tersebut dibuat
suatu kesinambungan diagnosis dari gangguan tersebut, kemudian
ditetapkan penatalaksanaanya, konsultasi kemana dan prognosisnya
(Soetjiningsih, 1995).
B. Perkembangan Motorik
1. Pengertian Perkembangan Motorik
19
F. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian
gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang
terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi
dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir, sebelum perkembangan
tersebut terjadi anak akan tetap tidak berdaya (Hurlock, 1997).
2. Macam - Macam Perkembangan Motorik
Menurut Steven (2002) dalam perkembangan motorik terdapat dua
macam perkembangan yaitu perkembangan motorik halus dan
perkembangan motorik kasar.
a. Perkembangan motorik halus
Perkembangan motorik halus adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang
dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan berlatih.
Misalnya: kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret -
coret, menyusun balok, menulis.
b. Perkembangan motorik kasar
Perkembangan motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot - otot besar atau sebagian besar atau seluruh
anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Misalnya : kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga.
3. Hal Penting Dalam Mempelajari Keterampilan Motorik
20
Keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan
saja, melainkan keterampilan juga harus dipelajari. Hal penting yang harus
diperhatikan dalam mempelajari keterampilan motorik adalah sebagai
berikut:
a. Kesiapan Belajar
Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka
keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama oleh
orang yang sudah siap, akan lebih unggul ketimbang oleh orang yang
belum siap untuk belajar.
b. Kesempatan Belajar
Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari
keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak
menyediakan kesempatan belajar.
c. Kesempatan Berpraktek
Anak harus diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang
diperlukan untuk menguasai keterampilan.
d. Model Yang Baik
Karena dalam mempelajari keterampilan motorik, meniru suatu
model memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu
keterampilan dengan baik anak harus dapat mencontoh model yang
baik.
e. Bimbingan
21
Bimbingan juga membantu anak membetulkan sesuatu kesalahan
sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga
sulit dibetulkan kembali.
f. Motivasi
Sumber motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh
anak dari kegiatan tersebut, kemandirian, dan gengsi yag diperoleh dari
kelompok sebayanya.
g. Meniru
Belajar dengan meniru atau mengamati suatu model, (orang tua
atau anak tertua) lebih cepat ketimbang belajar dengan coba tetapi
dibatasi oleh kesalahan yang terdapat dalam model tersebut.
h. Pelatihan
Belajar dengan bimbingan atau supervisi, pada waktu model
memperlihatkan keterampilan dan memperhatikan bahwa anak
menirunya dengan tepat (Hurlock, 1997).
C. Perkembangan Motorik Kasar Anak Balita
Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan dari unsur
pematangan dan pengendalian gerak tubuh dan perkembangan tersebut erat
kaitannya dengan perkembangan pusat motorik diotak (DepKes, 1997).
Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang membutuhkan
keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh atau dengan kata lain
merupakan gerakan yang menggunakan otot – otot besar, sebagian atau
seluruh anggota tubuh. Misalnya: berjalan, berlari, melompat, duduk,
22
menendang, memanjat, dan sebagainya. Perkembangan motorik kasar tidak
hanya dipengaruhi oleh kemmpuan fisik, tetapi juga kesiapan psikis sikecil
untuk melakukannya seperti memanjat, berlari (Kurniasih, 2008).
Aktifitas sensorik motorik adalah komponen yang paling besar pada
semua umur tetapi paling dominan pada balita. Pada balita akan diperoleh
stimulasi fisual, stimulasi pendengaran, sentuhan, dan stimulasi kinetik
(Suherman, 2000).
1. Faktor - faktor yang berpengaruh dengan perkembangan motorik
kasar anak balita
Motorik kasar anak balita dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu
keturunan (genetik) dan lingkungan (psikososial) ada dua faktor tersebut
yang dapat diuraikan menjadi berbagai macam faktor yang secara khusus
dan langsung berpengaruh dengan perkembangan motorik kasar anak
balita menurut Suryanah (1996) adalah sebagai berikut :
a. Faktor Keturunan atau Genetik
Pengaruh genetik ini bersifat heredo - konstitusional yang berarti
bahwa bentuk untuk konstitusi seseorang ditentukan oleh faktor
keturunan. Faktor hereditas akan berpengaruh pada cepat
pertumbuhan, kematangan, penulangan, gizi, alat seksual dan saraf.
Walaupun konstitusi seseorang ditentukan oleh bakat, namun
faktor lingkungan memberi pengaruh dan sudah mulai berperan sejak
konsepsi, dalam perkembangan embrional intrauteri dan seterusnya.
b. Faktor Hormon
23
Hormon – hormon yang berpengaruh adalah hormon pertumbuhan
(growth hormon / GH) yang merangsang pertumbuhan epifise dari
pusat tulang paling panjang, tanpa GH anak akan tumbuh dengan
lambat dan kematangan seksualnya terhambat. Pada keadaan
hipopituarisme terjadi dengan gejala – gejala anak bertumbuh pendek,
anak genetalia kecil, dan hipoglikemi berat. Sebaliknya yang terjadi
pada hiperpituitari, kelainan yang timbul yaitu akromegali yang
disebabkan oleh hipersekresi GH, gigantisme, serta hormon kelenjar
tiroid yang pengaruhi pertumbuhan.
c. Faktor Gizi
Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas atau kuantitas
sangat penting untuk pertumbuhan normal. Pada malnutrisi protein
kalori yang berat terjadi kelambatan pertumbuhan tulang dan maturasi,
kelambatan penyatuan epivisi sekitar satu tahun dibandingkan dengan
anak gizi cukup, dan proses pubertas juga terlambat. Banyak zat atau
unsur yang penting untuk pertumbuhan, yaitu yodium, kalsium, fosfor,
magnesium, besi, flour. Bermacam vitamin, misalnya vitamin A, B12,
C dan D dapat mempengaruhi pertumbuhan anak.
d. Faktor Lingkungan
1) Faktor fisik, termasuk sinar matahari, udara segar, sanitasi,
populasi, iklim dan teknologi.
24
2) Lingkungan biologis, termasuk didalamnya hewan dan tumbuhan;
lingkungan sehat; pembuangan sampah dan air limbah rumah
tangga harus baik; halaman rumah yang baik.
3) Lingkungan psikososial, termasuk didalamnya latar belakang
keluarga, hubungan dalam keluarga, cara anak dibesarkan dan
interaksi dengan masyarakat sekitar.
e. Faktor Sosial Ekonomi
1) Faktor ekonomi sangat mempengaruhi keadaan sosial, keluarga,
jika keadaan ini baik maka dapat menjamin terpenuhinya
kebutuhan pokok keluarga. Dan akan lebih terjamin bagi anggota
keluarga untuk mendapatkan pendidikan yang baik pula.
2) Faktor politik serta keamanan serta dan pertahanan suatu negara
juga sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
3) Faktor lain yang berpengaruh adalah pelayan kesehatan yang
didapat selama tumbuh kembangnya.
2. Parameter Perkembangan Motorik Kasar Anak
Adapun perkembangan motorik kasar anak antara lain :
1) Berdiri 2 detik; 2) Berdiri dua detik; 3) Berdiri sendiri;4) Membungkuk
kemudian berdiri; 5) Berjalan dengan baik;6) Berjalan mundur; 7) Lari; 8)
Berjalan naik tangga; 9) Menendang bola kedepan; 10) Melompat; 11)
Melempar bola tangan keatas; 12) Loncat jauh; 13) Berdiri 1 kaki 1 detik;
14) Berdiri 1 kaki 2 detik; 15) Melompat dengan 1 kaki; 16) Berdiri 1 kaki
25
3 detik; 17) Berdiri 1 kaki 4 detik; 18) Berdiri 1 kaki 5 detik; 19) Berjalan
tumit kejari kaki; 20) Berdiri 1 kaki 6 detik ( Soetjiningsih, 1995).
3. Stimulasi perkembangan Motorik Kasar
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan
diluar individu anak (Nursalam, 2005).
Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk
membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang sesuai yang
diharapkan. Stimulasi dilakukan oleh orang tua atau keluarga setiap ada
kesempatan atau sehari - hari. Stimulasi disesuaikan dengan umur dan
prinsip stimulasi. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip
bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang bermain dengan
anak berbahagia bersama. Stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan.
Perkembangan dan stimulasi yang diperlukan bagi kesehatan anak
khususnya mengenai perkembangan motorik kasar anak balita sebagai
berikut :
a. Bayi umur 12 – 18 bulan
1) Tugas perkembangan (keterampilan yang harus dicapai) : berjalan
sendiri tidak jatuh.
2) Stimulasi yang diperlukan : melatih anak naik turun tangga.
b. Bayi umur 18 – 24 bulan
1) Tugas perkembangan (keterampilan yang harus dicapai) : berjalan
mundur lima langkah.
2) Stimulasi yang diperlukan : melatih anak berdiri dengan satu kaki.
26
c. Anak umur 2 – 3 tahun
1) Tugas perkembangan (keterampilan yang harus dicapai) : berdiri
dengan satu kaki tanpa berpegangan, sedikitnya dua hitungan.
2) Stimulasi yang diperlukan : melatih anak melompat dengan satu
kaki.
d. Anak umur 3 – 4 tahun
1) Tugas perkembangan (keterampilan yang harus dicapai) : berjalan
jinjit.
2) Stimulasi yang diperlukan : melatih anak melompat dengan satu
kaki.
e. Anak umur 4 – 5 tahun
1) Tugas perkembangan (keterampilan yang harus dicapai) : berdiri
dengan satu kaki.
2) Stimulasi yang diperlukan : memberi kesempatan anak melakukan
permainan yang memerlukan ketangkasan dan kelincahan
(Suherman, 2000).
D. Anak Usia Balita
1. Pengertian
Balita adalah kelompok anak umur dibawah lima tahun, masa
balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak.
Pertumbuhan dasar pada masa balita ini akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan kemampuan
bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensinya
27
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya
(Soetjiningsih, 1995).
2. Klasifikasi Anak Usia Balita
Lewer (1996) membagi tahap perkembangan untuk anak usia balita
meliputi usia balita (0-1 tahun), usia bermain atau toddler (1-3 tahun), dan
usia pra sekolah (3-5 tahun).
a. Usia Bayi (0-1 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada usia bayi yang cepat yaitu
aspek kognitif, motorik, sosial, juga pembentukan percaya diri anak
melalui perhatian dan pemenuhan kebutuhan dasar dari orang tua.
b. Usia Toddler (1-3 tahun)
Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut
dan anak menunjukkan aktivitas lebih banyak bergerak,
mengembangkan kemampuan rasa ingin tahu dan eksplorasi terhadap
benda disekelilingnya, pada periode toddler resiko terjadi kecelakaan
harus diwaspadai.
Perkembangan bahasa pada anak usia ini meningkat, gerakan dan
pengamatannya dapat memberitahukan keinginan dan kebutuhan
dalam bahasa. Anak mengalami perkembangan terutama dengan
ibunya, karena anak hanya mengenal kepentingan orang lain. Pada usia
2 dan 3 tahun mencapai suatu pazzle gemar memprotes, masa ini
disebut kopigheid’s periode (berkeras kepala).
28
c. Usia Pra Sekolah (3-5 tahun)
Pada tahap perkembangan anak usia pra sekolah ini, anak mulai
menguasai berbagi keterampilan fisik, bahasa, dan anakpun mulai
memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya
(Hurlock, 1997).
E. Antropometri
1. Pengertian Pengukuran Antropometri
Pengukuran Antropometri adalah pengukuran yang digunakan untuk
menentukan keadaan gizi seseorang. Agar memperoleh hasil yang
tepat diperlukan suatu patokan sebagai pedoman. Adapun pedoman
antropometri bagi penentuan keadaan gizi merupakan parameter yang
dipilih dan dianjurkan, yang meliputi penilaian terhadap usia, berat
badan, panjang / tinggi badan, lingkar lengan atas, dan pengukuran ini
menggunakan standar referensi untuk Indonesia (Suryanah, 1996).
2. Ukuran Antropometri
Ukuran - ukuran tubuh (Antropometri) merupakan refleksi dari
pengaruh faktor genetik dan lingkungan. Faktor - faktor lingkungan yang
berkaitan langsung dengan gizi antara lain konsumsi makanan dan
penyakit – penyakit infeksi, sedangkan yang tidak berhubungan langsung
antara lain kegiatan fisik, pola perkembangan tubuh menurut umur dan
jenis kelamin(Suhardjo, 1998).
29
Untuk menilai pertumbuhan fisik anak, sering digunakan ukuran – ukuran
antropometri yang dibedakan menjadi 2 kelompok yang meliputi :
tergantung umur, antara lain :
a. Berat badan (BB) terhadap umur.
b. Tinggi atau panjang badan (TB) terhadap umur.
c. Lingkaran kepala (LK) terhadap umur.
d. Lingkaran lengan atas (LLA) terhadap umur.
Kesulitan menggunakan cara ini adalah menetapkan umur anak yang
tepat, karena tidak semua anak mempunyai catatan mengenai tanggal
lahirnya (Soetjiningsih, 1995).
3. Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Berat badan (BB) merupakan salah satu antropometri yang
memberikan gambaran tentang massa tubuh (tulang, otot, dan lemak).
Karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang
mendadak (Suhardjo, 1998).
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting, dipakai pada
setiap kesempatan memeriksa kesehatan pada semua kelompok umur.
Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua jaringan
yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik
pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang
anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran obyektif
dan dapat diulangi, dapat menggunakan timbangan apa saja yang
30
relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu (Nursalam,
2005).
Berat badan merupakan suatu parameter yang dapat memberikan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan -
perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil
(Supariasa, 2002).
Kerugiannya indikator berat badan ini tidak sensitif terhadap
proporsi tubuh, misalnya pendek gemuk, tinggi kurus. Menurut Supariasa
(2002) indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk :
a. Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun
yang kronis, tumbuh kembang dan kesehatan.
b. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit.
c. Dasar penghitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan
Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat
badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam
keadan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat
badan, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan
normal. Berdasarkan sifat-sifatnya, maka indeks berat badan menurut
umur (BB / U) digunakan sebagai salah satu indikator status gizi, dan
karena sifat berat badan yang labil, maka indeks berat badan menurut
31
umur lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current
Nutritional status), (Suhardjo, 1998).
Indeks berat badan menurut umur mempunyai beberapa kelebihan
yaitu :
a. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
b. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis.
c. Berat badan dapat difluktuasi (naik turun).
d. Sangat sensitif terhadap perubahan – perubahan kecil.
e. Dapat mendeteksi kegemukan (over weigth), (Supariasa, 2002).
Adapun kelebihan indeks berat badan menurut umur mempunyai
beberapa kekurangan yaitu :
a. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat
endema maupun asites.
b. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering
sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.
c. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia
lima tahun.
d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran seperti pengaruh pakaian
atau gerakan anak pada saat penimbangan.
e. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial
budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbang
anaknya, karena dianggap seperti barang dagangan dan sebagainya
(Supariasa, 2002).
32
4. Tinggi Badan menurut Umur (BB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal (Suhardjo, 1998). Tinggi badan juga
merupakan ukuran antropometri kedua yang penting, keistimewaannya
adalah nilai tinggi badan meningkat terus, walaupun laju tumbuh berubah
dari pesat pada masa bayi muda kemudian melambat dan menjadi pesat
lagi (Growth Spurt) pada masa remaja. Selanjutnya melambat lagi dengan
cepatnya kemudian berhenti dengan nilai tinggi dipakai untuk dasar
perbandingan terhadap perubahan – perubahan relatif seperti nilai berat
dan lingkaran lengan atas. Peningkatan nilai rata – rata tinggi orang
dewasa suatu bangsa merupakan salah satu indikator peningkatan
kesejahteraan / kemakmuran, jika potensi genetik belum mencapai secara
maksiamal (Narendra, 2002).
Keuntungan indikator tinggi badan ini adalah pengukurannya
obyektif dan dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah
dibawa, merupakan indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan
fisik yang sudah lewat (Stunting), sebagai perbandingan terhadap
perubahan – perubahan relatif, seperti terhadap nilai berat badan (BB) dan
lingkar lengan atas (LLA). Sedangkan kerugian dari indikator tinggi badan
ini adalah perubahan tinggi badan relatif pelan, sukar mengukur tinggi
badan yang tepat, dan kadang – kadang diperlukan lebih dari seorang
tenaga (Supariasa, 2002).
33
Disamping itu dibutuhkan dua macam teknik pengukuran, pada
anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi tidur terlentang (panjang
supinasi) dan pada umur lebih dari 2 tahun dengan posisi berdiri. Panjang
supinasi pada umumnya 1 cm lebih panjang, daripada tinggi badan pada
anak yang sama meski diukur dengan teknik pengukuran yang terbaik an
secara cermat (Soetjiningsih, 1995).
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan,
relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang
pendek. Pengaruh kekurangan zat gizi teadap tinggi badan akan nampak
dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan sifat ini indeks tinggi badan
menurut umur (TB/U) lebh menggambarkan tatus gizi masa lalu
(Suhardjo, 1998).
Menurut Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks
tinggi badan mewnurut umur (TB/U) disamping memberikan gambaran
status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial –
ekonomi. Oleh karena itu indeks tinggi badan tinggi badan menurut umur
(TB/U) selain digunakan suatu indikator perkembangan keadaan sosial
ekonomi masyarakat.
Indeks tinggi badan menurut umur mempunyai beberapa
keuntungan yaitu :
a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
34
b. Ukuran panjang atau tinggi badan dapat dibuat sendiri, murah dan
mudah dibawa (Supariasa, 2002).
Adapun kelemahan indeks tinggi badan menurut umur yaitu :
a. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
b. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak,
sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya.
c. Ketepatan umur sulit didapat (Supariasa, 2002).
5. Patokan Baku
Menurut Suryanah (1996), pengukuran antropometri khususnya
dalam indeks berat badan menurut umur menggunakan baku patokan
sebagai berikut:
a. Pola Tumbuh Kembang
Pola tumbuh kembang angka menunjukkan variasi normal yang
luas, sehingga perlu cara dan istilah statistik untuk menilainya.
Terdapat tiga macam cara untuk menunjukkan suatu variasi normal,
yang pada umumnya disusun dalam bentuk tabel atau dalam kartu
pertumbuhan, yaitu:
1) Menggunakan Mean dan SD
Mean adalah nilai rata - rata ukuran anak yang dianggap
normal, dengan cara ini anak dapat ditentukan posisinya yaitu:
a) Mean ± 1 SD mencakup 66.6%
b) Mean ± 2 SD mencakup 95%
c) Mean ± 3 SD mencakup 97,7%
35
2) Menggunakan Persentil
Besarnya persentil menunjukkan posisi suatu hasil
pengukuran dalam urutan yang khas, yaitu dari terkecil sampai
yang terbesar, dari 100 hasil pengukuran (100%). Persentil ke 10
berarti bahwa anak tersebut berada pada posisi anak ke 10 dari
bawah, dimana 9 anak lebih kecil darinya dan 90 anak lebih besar
darinya. Untuk persentil ke 50 berarti bahwa anak tersebut berada
pada urutan ke 50, sehingga jumlah yang sama berada dibawah dan
diatasnya.
3) Menggunakan Persentasi
Besarnya variasi normal berada diantara persentasi tertentu,
terhadap suatu nilai patokan yang dianggap 100%. Misalnya pada
Lokakarya Antropometi Gizi Dep. Kes. 1975 bahwa:
a) Nilai 10% untuk berat adalah nilai persentil ke 50 dari Baku
Harvard.
b) Variasi normal berada antara 80-110%
b. Baku Antropometri Gizi
Dalam baku antropometri gizi terdapat dua macam cara untuk
menunjukkan suatu variasi normal sebagai berikut:
1) Baku Boston atau Harvard
Data ditunjukkan dalam persentil untuk berat badan
menurut umur dan tinggi badan menurut umur, dari data tersebut
36
juga dihitung nilai median dari berat badan terhadap menurut
tinggi badan.
2) Baku Tanner
Data di Inggris dikumpulkan oleh Tanner dari populasi
yang homogen, yang digunakan untuk menyusun baku pertumbuan
untuk Inggris.
c. Baku NCHS (National Center for Health Statisic)
Baku NCHS berupa tabel dan kartu yang berisi kombinasi dua
patokan populasi:
1) Tabel untuk anak dari lahir sampai tiga tahun, dikumpulkan oleh
Fels Research Institut.
2) Tabel untuk anak umur 2-18 tahun (dua tahun sampai delapan
belas tahun), berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Health
Examination Survey dari NCHS. Pada tabel dan kartu tersedia
untuk berat badan, tinggi badan, tebal lipatan kulit, lingkar kepal
dan lingkar lengan atas. WHO meggunakan NCHS sebagai
patokan baku karena intrepetasi yang dibuat NCHS adalah lebih
berguna dan jelas bagi individu dan kelompok (Supariasa, 2002).
6. Hasil Penelitian di Indonesia
Penelitian Jumadias (1964) pada usia 6-18 tahun dengan
menggunakan persentil untuk berat dan tinggi, sedangkan penelitian
Sugiono dan Pelenkahu (1964) untuk bayi, menggunakan nilai rata – rata
berat dan tinggi badan (Soetjiningsih, 1995).
37
Tabel 2.1 Standar Berat menurut Umur (BB/U) Balita
untuk Anak Laki-laki dan Perempuan Menurut Suhardjo ( 1998 )
Umur Batas Batas Batas Angka (bln) buruk- kurang- sedang- baku Kurang sedang sedang (100%) (60%) (70%) (80%)
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr 0 2.0 1.9 2.3 2.3 2.6 2.6 3.3 3.2 1 2.6 2.4 3.0 2.8 3.4 3.2 4.3 4.0 2 3.1 2.8 3.6 3.3 4.2 3.8 5.2 4.7 3 3.6 3.2 4.2 3.8 4.8 4.3 6.0 5.4 4 4.0 3.6 4.7 4.2 5.3 4.8 6.7 6.0 5 4.4 4.0 5.1 4.7 5.8 5.3 7.3 6.7 6 4.7 4.3 5.6 5.0 6.3 5.8 7.8 7.2 7 5.0 4.6 5.8 5.4 6.7 6.2 8.3 7.7 8 5.3 4.9 6.1 5.7 7.0 6.5 8.8 8.2 9 5.5 5.1 6.4 6.0 7.3 6.8 9.2 8.6 10 5.7 5.4 6.7 6.2 7.6 7.1 9.5 8.9 11 5.9 5.5 6.9 6.5 7.9 7.4 9.9 9.2 12 6.1 5.7 7.1 6.7 8.1 7.6 10.1 9.5 13 6.2 5.9 7.3 6.9 8.3 7.8 10.4 9.8 14 6.4 6.0 7.5 7.0 8.5 8.0 10.6 10.0 15 6.5 6.1 7.6 7.2 8.7 8.2 10.9 10.2 16 6.6 6.3 7.8 7.3 8.9 8.4 11.1 10.5 17 6.8 6.4 7.9 7.4 9.0 8.5 11.3 10.6 18 6.9 6.5 8.0 7.6 9.2 8.7 11.5 10.8 19 7.0 6.6 8.2 7.7 9.3 8.8 11.7 11.0 20 7.1 6.7 8.3 7.8 9.5 9.0 11.8 11.2 21 7.2 6.8 8.4 8.0 9.6 9.1 12.0 11.4 22 7.3 6.9 8.6 8.1 9.8 9.2 12.2 11.5 23 7.4 7.1 8.8 8.3 10.1 9.5 12.6 11.7 24 7.6 7.1 8.8 8.3 10.1 9.5 12.6 11.9 25 7.7 7.2 8.9 8.5 10.2 9.7 12.8 12.1 26 7.8 7.4 9.1 8.6 10.4 9.8 13.0 12.3 27 7.9 7.5 9.2 8.7 10.5 9.9 13.1 12.4 28 8.0 7.6 9.3 8.8 10.7 10.1 13.3 12.6 29 8.1 7.7 9.4 8.9 10.8 10.2 13.5 12.8 30 8.2 7.8 9.6 9.1 10.9 10.3 13.7 12.9 31 8.3 7.9 9.7 9.2 11.0 10.5 13.8 13.1 32 8.4 8.0 9.8 9.3 11.2 10.6 14.0 13.3 33 8.5 8.1 9.9 9.4 11.4 10.7 14.2 13.4 34 8.6 8.2 10.1 9.5 11.5 10.9 14.4 13.6 35 8.7 8.3 10.2 9.6 11.6 11.0 14.5 13.8 36 8.8 8.5 10.2 9.9 11.7 11.3 14.6 14.1
38
37 8.9 8.6 10.4 10.0 11.8 11.4 14.8 14.3 38 9.0 8.7 10.5 10.1 12.0 11.5 15.0 14.4 39 9.1 8.8 10.6 10.2 12.1 11.7 15.2 14.6 40 9.2 8.9 10.7 10.3 12.3 11.8 15.3 14.8 41 9.3 8.9 10.9 10.4 12.4 11.9 15.5 14.9 42 9.4 9.0 11.0 10.5 12.5 12.1 15.7 15.1 43 9.5 9.1 11.1 10.7 12.7 12.2 15.8 15.2 44 9.6 9.2 11.2 10.8 12.8 12.3 16.0 15.4 45 9.7 9.3 11.3 10.9 13.0 12.4 16.2 15.5 46 9.8 9.4 11.4 11.0 13.1 12.5 16.4 15.7 47 9.9 9.5 11.6 11.1 13.2 12.7 16.5 15.8 48 10.0 9.6 11.7 11.2 13.4 12.8 16.7 16.0 49 10.1 9.7 11.8 11.3 13.5 12.9 16.9 16.1 50 10.2 9.7 11.9 11.4 13.6 13.0 17.0 16.2 51 10.3 9.8 12.0 11.5 13.8 13.1 17.2 16.4 52 10.4 9.9 12.1 11.6 13.9 13.2 17.4 16.5 53 10.5 10.0 12.3 11.7 14.0 13.3 17.5 16.6 54 10.6 10.1 12.4 11.8 14.1 13.4 17.7 16.8 55 10.7 10.2 12.5 11.9 14.3 13.6 17.8 17.0 56 10.8 10.3 12.6 12.0 14.4 13.7 18.0 17.1 57 10.9 10.3 12.7 12.1 14.5 13.8 18.2 17.2 58 11.0 10.4 12.8 12.2 14.7 13.9 18.3 17.4 59 11.1 10.5 13.0 12.3 14.8 14.0 18.5 17.5 60 11.2 10.6 13.1 12.4 14.9 14.1 18.7 17.7
39
Tabel 2.2 Standar Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Balita untuk Anak Laki – laki dan Perempuan Menurut Suhardjo ( 1998 )
Umur Batas Batas Batas Angka (bln) buruk- kurang- sedang- baku kurang sedang sedang (100) (85%) (90%) (95%) LK PR LK PR LK PR LK PR
Panjang Badan (Diukur Tidur)
0 42,9 42,4 45,5 44,9 48,0 47,4 50,5 49,9 1 46,4 45,5 49,1 48,2 51,8 50,9 54,6 53,5 2 49,4 48,2 52,3 51,1 55,2 53,9 58,1 56,8 3 51,0 50,6 55,0 53,6 58,1 56,6 61,1 59,5 4 54,0 52,7 57,3 55,8 60,5 58,9 63,7 62,0 5 56,0 54,5 59,3 57,7 62,6 60,9 65,9 64,1 6 57,0 56,0 61,0 59,3 64,4 62,6 67,8 65,9 7 59,1 57,4 62,5 60,8 66,0 64,2 69,5 67,6 8 60,3 58,7 63,9 62,2 67,4 65,6 71,00 69,1 9 61,5 59,9 65,1 63,4 68,7 66,9 72,3 70,4 10 62,6 61,0 66,3 64,6 70,0 68,2 73,6 71,8 11 63,7 62,1 67,4 65,8 71,1 69,4 74,9 73,1 12 64,7 63,2 68,5 66,9 72,3 70,6 76,1 74,3 13 65,7 64,2 69,5 67,9 73,4 71,7 77,2 75,5 14 66,6 65,2 70,5 69,0 74,4 72,8 78,3 76,7 15 67,5 66,1 71,5 70,0 75,4 73,9 79,4 77,8 16 68,4 67,0 72,4 71,8 76,4 74,9 80,4 78,9 17 69,2 67,9 73,3 71,8 77,4 75,9 91,4 79,9 18 70,0 68,8 74,2 72,8 78,3 76,9 82,4 80,9 19 70,8 69,6 75,0 73,7 79,2 77,8 83,3 81,9 20 71,6 70,4 75,8 74,6 80,2 78,7 84,2 82,9 21 72,4 71,0 76,6 75,4 80,9 79,6 85,1 83,8 22 73,1 72,0 77,4 76,2 81,7 80,5 86,0 84,7 23 73,8 72,8 78,1 77,0 82,5 71,3 86,8 85,6 24 74,5 73,5 78,9 77,8 83,3 82,3 87,6 86,5
Tinggi Badan ( Diukur Berdiri )
25 73,5 72,6 77,8 76,8 82,1 81,1 86,4 85,4 26 74,2 73,3 78,5 77,6 82,9 81,9 87,2 86,2 27 74,9 74,0 79,3 78,3 83,7 82,9 88,1 87,0 28 75,5 74,7 80,0 79,1 84,4 83,5 88,9 87,9 29 76,2 75,4 80,7 79,8 85,2 84,2 89,7 88,7 30 76,9 76,0 81,4 80,5 85,9 85,0 90,4 89,5 31 77,5 76,7 82,1 81,2 86,6 85,7 91,2 90,2 32 78,2 77,3 82,8 81,5 87,4 86,4 92,0 91,0
40
33 78,8 78,0 83,4 82,6 88,1 87,2 92,7 91,7 34 79,4 78,6 84,1 83,2 88,8 87,9 93,5 92,5 35 80,1 79,2 84,8 83,9 89,5 88,5 94,2 93,2 36 80,7 79,8 85,4 84,5 90,2 89,2 94,9 93,9 37 81,3 80,4 86,1 85,1 90,9 89,9 95,6 94,6 38 81,9 81,0 86,7 85,8 91,5 90,5 96,3 95,3 39 82,5 81,6 87,3 86,4 92,2 91,2 97,0 96,0 40 83,1 82,1 87,6 87,0 92,8 91,8 97,7 96,6 41 83,6 82,7 88,0 87,6 93,5 92,4 98,4 97,3 42 84,2 83,8 88,6 88,1 94,1 93,0 99,1 97,9 43 84,8 84,3 89,2 88,7 94,8 93,6 99,7 98,6 44 85,3 84,8 89,8 89,3 95,4 94,2 100,4 99,2 45 85,9 85,4 90,4 89,8 96,0 94,8 101,0 99,8 46 86,4 85,9 90,3 90,4 96,6 95,4 101,7 100,4 47 87,0 86,4 91,5 90,9 97,2 96,0 102,3 101,0 48 87,5 86,9 92,1 91,5 97,8 96,5 102,9 101,6 49 88,0 87,4 93,2 92,0 98,4 97,1 103,6 102,2 50 88,6 87,9 93,8 92,5 99,0 97,7 104,2 102,8 51 89,1 88,4 94,3 93,0 99,5 98,2 104,8 103,4 52 89,6 88,8 94,8 93,6 100,1 98,8 105,4 104,0 53 90,1 89,3 95,4 94,1 100,7 99,3 106,0 104,5 54 90,6 89,8 95,9 94,6 101,2 99,8 106,6 105,1 55 91,1 90,3 96,4 95,1 101,8 100,4 107,1 105,6 56 91,6 90,7 96,9 95,6 102,3 100,9 107,7 106,2 57 92,0 91,2 97,4 96,1 102,9 101,9 108,3 106,7 58 92,5 91,7 97,9 96,6 103,4 102,4 108,8 107,3 59 93,0 92,1 98,4 97,1 103,9 103,0 109,4 107,8 60 93,4 92,5 99,9 97,5 104,4 103,4 109,9 108,0
F. Kerangka Teori
Bagan 1. Kerangka Teori (Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak balita)
Sumber: Suryanah (1996)
G. Kerangka Konsep
Bagan 2. Kerangka Konsep
Faktor gizi
Faktor hormonal
Faktor lingkungan
Faktor sosial budaya
Perkembangan motorik kasar
Ukuran antropometri (Berat badan dan Tinggi badan)
Faktor keturunan
Variable Independen
Berat Badan
Variabel Dependen
Perkembangan Motorik kasar
Stimulasi anak
Variabel Independen
Tinggi Badan
Variabel Dependen
Perkembangan Motorik Kasar
Recommended