View
10
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KAJIAN ETNOMATEMATIKA TERHADAP RUMAH TRADISIONAL
LAMPUNG MASYARAKAT PEPADUN DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TOPIK GEOMETRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Theresia Nata Ekwandani
171414034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
HALAMAN JUDUL
KAJIAN ETNOMATEMATIKA TERHADAP RUMAH TRADISIONAL
LAMPUNG MASYARAKAT PEPADUN DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TOPIK GEOMETRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh:
Theresia Nata Ekwandani
171414034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
With full gratitude to God Almighty, I dedicate this
thesis to:
Jesus Christ and Mother Marry
Theodorus Bronto and Anastasia Widiani as my parents
Andreas Krisna Erwangga, Skolastika Astrinia Thata
Wisanta, dan Felicia Tiarasani as my younger siblings
Hildegard Rimba Galang Restudayu as my beloved friend
Mathematics Education Study Program, Sanata Dharma
University
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTTO
“Dream, believe, and make it happen”
~Agnes Monica
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
Yogyakarta, 3 Juni 2021
Peneliti,
Theresia Nata Ekwandani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Theresia Nata Ekwandani
Nomor Induk Mahasiswa : 171414034
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Kajian Etnomatematika terhadap Rumah Tradisional Lampung
Masyarakat Pepadun dan Implementasinya dalam Pembelajaran
Matematika Topik Geometri”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa
perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 3 Juni 2021
Yang Menyatakan,
Theresia Nata Ekwandani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Theresia Nata Ekwandani. 2021. Kajian Etnomatematika
terhadap Rumah Tradisional Lampung Masyarakat
Pepadun dan Implementasinya dalam Pembelajaran
Matematika Topik Geometri. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui aktivitas
fundamental matematika dan filosofi yang terkandung dalam
rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun, (2) mengetahui
konsep matematika yang dapat ditemukan pada rumah tradisional
Lampung masyarakat Pepadun, (3) dan mengetahui implementasi
konsep matematika pada rumah tradisional Lampung masyarakat
Pepadun dalam pembelajaran matematika.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Objek dalam
penelitian ini adalah rumah tradisional Lampung masyarakat
Pepadun. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Pepadun
di Lampung dan pamong budaya madya Museum Negeri
Lampung. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi. Instrumen
penelitian yang digunakan yakni peneliti sebagai instrumen
utama, pedoman wawancara, serta lembar observasi dan
dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan tiga tahap
yakni reduksi data, penampilan data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aktivitas
fundamental matematika yang ditemukan yaitu counting,
measuring, locating, designing, playing, dan explaining serta
filosofi yang terkandung berupa tiga bagian utama rumah, urutan
pembangunan rumah, aturan-aturan, dan kekhasan rumah
tradisional Lampung masyarakat Pepadun; (2) konsep
matematika yang ditemukan meliputi: mengurutkan bilangan,
himpunan, perbandingan, garis dan sudut, segiempat dan segitiga,
kesebangunan dan kekongruenan dua bangun datar, pola
bilangan, teorema Pythagoras, bangun ruang sisi datar, dan
transformasi geometri, serta (3) implementasi dalam
pembelajaran matematika berupa pemetaan Kompetensi Dasar
(KD) kelas VII ditemukan enam KD, kelas VIII ditemukan tiga
KD, kelas IX ditemukan tiga KD, dan Rancangan Pelaksanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar kelas VIII tingkat SMP.
Kata kunci: Aktivitas Fundamental Matematika, Rumah
Tradisional Lampung, Bangun Ruang Sisi Datar, Pembelajaran
Matematika SMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Theresia Nata Ekwandani. 2021. Ethnomathematics Study in
relation to The Traditional Lampung House of Pepadun
Society and Their Implementation in Mathematics Learning
on Geometry Topic. Undergraduate Thesis. Mathematics
Education Study Program, Department of Mathematics and
Science Education, Faculty of Teacher Training and
Education, Sanata Dharma University. Yogyakarta.
The aims of this research were (1) to investigate the
fundamental mathematics activities and philosophical in the
traditional Lampung house of the Pepadun society, (2) to
investigate mathematics concepts in the traditional Lampung
house of Pepadun society, and (3) to investigate implementation
in the traditional Lampung house of Pepadun society in
mathematics learning.
The study used qualitative method with ethnographic
approach. The object of this research was the traditional
Lampung house of Pepadun society. The subjects in this
research were the people of Pepadun in Lampung and the
culture experts of the Lampung State Museum. Data collection
techniques were carried out by interviews, field observations,
and documentation. The research instruments used were the
researcher as the main instrument, interview guide, along with
observation and documentation sheets. The data obtained were
analyzed in three stages, namely data reduction, data display,
and taking conclusions.
The results showed that (1) the fundamental mathematics
activities were counting, measuring, locating, designing,
playing, and explaining as well as philosophy meaning
contained in the form of three main parts of the house, the order
of house construction, the rules, and the specialty of Lampung
traditional house of Pepadun society; (2) mathematics concepts
found which include: sorting numbers, sets, proportions, lines
and angles, rectangles and triangles, similarity and congruence
of two plane figure, number patterns, Pythagorean theorem,
polyhedron, and also transformations, as well as (3)
implementation in mathematics learning in the form of mapping
Basic Competencies (KD) with the results of six KD found in
class VII, three KD found in class VIII, three KD found in class
IX, along with Learning Implementation Design (RPP) and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
Student Worksheet (LKPD) on the subject matter of polyhedron
on grade VIII junior high school level.
Keywords: Fundamental Mathematics Activities, Traditional
Lampung House, Polyhedron, Junior High School Mathematics
Learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Kajian Etnomatematika terhadap
Rumah Tradisional Lampung Masyarakat Pepadun dan Implementasinya dalam
Pembelajaran Matematika Topik Geometri. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak
pihak yang terlibat dalam memberikan bantuan, dukungan, doa, serta motivasi
kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan Para Kudus yang senantiasa
menyertai, memberikan rahmat, dan mendampingi selama proses
perkuliahan dan penyusunan tugas akhir ini.
2) Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan.
3) Bapak Dr. Marcellinus Andy Ruditho, S.Pd. selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
4) Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
5) Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
6) Bapak Febi Sanjaya, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan bimbingan, pengetahuan, dan motivasi kepada penulis dalam
penyusunan tugas akhir ini.
7) Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan pengetahuan dalam bidang ilmu
matematika dan pendidikan matematika selama penulis berproses di
Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
8) Ibu Eko Wahyuningsih dan Bapak I Made Giri Gunadi, selaku Pamong
Budaya Madya Museum Negeri Lampung dan Ibu Tuan, Bapak Billy
Hermansyah, serta Bapak Cholid Ismail Balaw, selaku perwakilan
masyarakat Pepadun Lampung yang telah berpartisipasi dan membantu
kelancaran penelitian.
9) Orang tua tercinta, Bapak Theodorus Bronto dan Ibu Anastasia Widiani,
yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
10) Adik-adik terkasih, Andreas Krisna Erwangga, Skolastika Astrinia Thata
Wisanta, dan Felicia Tiarasani serta keluarga besar dari Bapak/Ibu penulis
yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi, dan pengertian sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
11) Hildegard Rimba Galang Restudayu, yang telah turut membantu dalam
pelaksanaan penelitian, memberikan dukungan, serta motivasi pada penulis
sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
12) Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
khususnya Pendidikan Matematika Kelas 17A, Miltia P., Yulvani C.L, Titis
B., Stevanie S.P., yang selalu memberikan dukungan, berbagi suka maupun
duka, serta memberikan warna selama penulis berproses di Universitas
Sanata Dharma dan dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
13) Tyas, Mega, Birgit, Anfin, Serly, Nanda, Chindy, Khatarina, Ayu, Anin,
Sherine, dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan semua yang telah
turut memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun ahar dapat bermanfaat bagi penulis dalam penulisan
karya ilmiah di kemudian hari. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi
banyak orang.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................iv
HALAMAN MOTTO .........................................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...........................................................vii
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
ABSTRACT ..........................................................................................................x
KATA PENGANTAR ........................................................................................xii
DAFTAR ISI .......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xxi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................7
C. Rumusan Masalah ...................................................................................7
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................7
E. Batasan Masalah......................................................................................7
F. Batasan Istilah .........................................................................................8
G. Manfaat Penelitian ..................................................................................8
H. Sistematika Penulisan .............................................................................9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................10
A. Landasan Teori ........................................................................................10
1. Budaya dan Kebudayaan ...................................................................10
2. Keragaman Budaya Indonesia...........................................................10
3. Rumah Tradisional ............................................................................11
4. Rumah Tradisional Lampung Masyarakat Pepadun .........................11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
5. Etnomatematika.................................................................................13
6. Geometri (Bangun Ruang Sisi Datar) ...............................................16
7. Pembelajaran Matematika .................................................................29
B. Penelitian yang Relevan ..........................................................................37
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................38
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................39
A. Jenis Penelitian ........................................................................................39
B. Subjek penelitian .....................................................................................39
C. Objek Penelitian ......................................................................................39
D. Waktu Penelitian .....................................................................................40
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................40
F. Instrumen Penelitian................................................................................41
G. Teknik Analisis Data ...............................................................................42
H. Prosedur Penelitian..................................................................................43
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN ............................45
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................45
B. Analisis Data ...........................................................................................47
1. Reduksi data ......................................................................................47
2. Penampilan Data ...............................................................................64
3. Ringkasan ..........................................................................................83
C. Pembahasan .............................................................................................84
1. Aspek Filosofis pada Rumah Tradisional Lampung .........................84
2. Aktivitas Fundamental Matematika pada Rumah Tradisional
Lampung ..........................................................................................88
3. Implementasi dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) ..............................................................................................89
D. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................100
BAB V PENUTUP ..............................................................................................101
A. Kesimpulan .............................................................................................101
B. Saran ........................................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................105
LAMPIRAN ........................................................................................................108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Macam – Macam Segitiga .................................................................... 21
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar Pelajaran Matematika Kelas VII ............................ 30
Tabel 2.3 Kompetensi Dasar Pelajaran Matematika Kelas VIII ........................... 33
Tabel 2.4 Kompetensi Dasar Pelajaran Matematika Kelas IX .............................. 35
Tabel 4.1 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai Sejarah
Rumah Tradisional Lampung ................................................................................ 47
Tabel 4.2 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai Bagian-
Bagian pada Rumah Tradisional Lampung dan Fungsinya ................................. 49
Tabel 4.3 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai Ruangan-
Ruangan pada Rumah Tradisional Lampung dan Fungsinya ............................... 50
Tabel 4.4 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai Aturan
Pembuatan Rumah Tradisional Lampung ............................................................. 52
Tabel 4.5 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai Pembuatan
Tangga ................................................................................................................... 55
Tabel 4.6 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai Ukuran Tiang
Penyangga ............................................................................................................ 56
Tabel 4.7 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai Ukuran Luas
Bangunan Rumah .................................................................................................. 56
Tabel 4.8 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai Lokasi
Pembuatan Rumah ............................................................................................... 57
Tabel 4.9 Aspek Geometris pada Rumah Tradisional Lampung .......................... 78
Tabel 4.10 Pemetaan Materi Kelas VII ................................................................. 89
Tabel 4.11 Pemetaan Materi Kelas VIII ............................................................... 93
Tabel 4.12 Pemetaan Materi Kelas IX .................................................................. 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lambang daerah Provinsi Lampung ................................................. 2
Gambar 1.2 Jajar Intan (Salah Satu Rumah Tradisional Lampung Masyarakat
Pepadun) ................................................................................................................ 4
Gambar 1.3 Ginting Kuning (Salah Satu Rumah Tradisional Lampung
Masyarakat Pepadun) ........................................................................................... 4
Gambar 2.1 Sketsa Rumah Adat Lampung ........................................................... 12
Gambar 2.2 Titik .................................................................................................. 16
Gambar 2.3 Garis ................................................................................................. 17
Gambar 2.4 Bidang ............................................................................................... 17
Gambar 2.5 Garis Sejajar ...................................................................................... 17
Gambar 2.6 Garis Berpotongan............................................................................. 18
Gambar 2.7 Garis Berimpit ................................................................................... 18
Gambar 2.8 Garis Bersilangan .............................................................................. 18
Gambar 2.9 Garis Tegak Lurus ............................................................................. 19
Gambar 2.10 Sudut ............................................................................................... 19
Gambar 2.11 Sudut Lancip ................................................................................... 20
Gambar 2.12 Sudut Siku-Siku............................................................................... 20
Gambar 2.13 Sudut Tumpul .................................................................................. 20
Gambar 2.14 Sudut Lurus ..................................................................................... 20
Gambar 2.15 Sudut Refleks .................................................................................. 21
Gambar 2.16 Segitiga ............................................................................................ 21
Gambar 2.17 Segiempat ........................................................................................ 22
Gambar 2.18 Lingkaran ....................................................................................... 24
Gambar 2.19 Prisma Tegak Segitiga 𝐴𝐵𝐶. 𝐷𝐸𝐹 ................................................... 25
Gambar 2.20 Prisma Tegak Segilima 𝐴𝐵𝐶𝐷𝐸. 𝐾𝐿𝑀𝑁𝑂 ...................................... 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Gambar 2.21 Prisma Miring Segilima .................................................................. 25
Gambar 2.22 Balok 𝐴𝐵𝐶𝐷. 𝐼𝐽𝐾𝐿 .......................................................................... 26
Gambar 2.23 Kubus𝐴𝐵𝐶𝐷. 𝐸𝐹𝐺𝐻 ........................................................................ 27
Gambar 2.24 Limas Segiempat Beraturan 𝑇. 𝐴𝐵𝐶𝐷 ............................................. 27
Gambar 2.25 Diagonal Bidang ............................................................................. 28
Gambar 2.26 Diagonal Ruang ............................................................................... 29
Gambar 2.27 Bidang Diagonal ............................................................................. 29
Gambar 2.28 Kerangka Berpikir .......................................................................... 38
Gambar 3.1 Waktu Penelitian .............................................................................. 40
Gambar 3.2 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) ....................... 43
Gambar 4.1 Rancang Bangun Rumah Tradisional Lampung “Jajar Intan”
secara Keseluruhan ............................................................................................... 63
Gambar 4.2 Tampak Depan Rumah Tradisional Lampung “Jajar Intan” ............. 63
Gambar 4.3 Tampak Samping Kanan Rumah Tradisional Lampung
“Jajar Intan” .......................................................................................................... 63
Gambar 4.4 Tampak Atas Atap Rumah Tradisional Lampung “Jajar Intan” ...... 64
Gambar 4.5 Denah Ruangan Rumah Tradisional Lampung “Jajar Intan” ............ 64
Gambar 4.6 Aktivitas Membilang pada Tangga .................................................. 64
Gambar 4.7 Rumah Tradisional “Lamban Pesagi” .............................................. 65
Gambar 4.8 Rumah Tradisional “Ginting Kuning” ............................................. 65
Gambar 4.9 Rumah Tradisional “Jajar Intan” ...................................................... 66
Gambar 4. 10 Aktivitas Mengukur pada Andang-Andang ................................... 66
Gambar 4.11 Aktivitas Mengukur pada Gaghang ............................................... 66
Gambar 4.12 Aktivitas Mengukur pada Jendela Depan ....................................... 66
Gambar 4.13 Lokasi Pembuatan Rumah Tradisional Lampung .......................... 67
Gambar 4.14 Desain Bangun Rumah Tradisional Lampung “Jajar Intan” secara
Keseluruhan .......................................................................................................... 68
Gambar 4.15 Desain Atap Rumah Berbentuk Pelana Kuda/Prisma .................... 68
Gambar 4.16 Desain Tampak Depan Rumah ....................................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Gambar 4.17 Lantai Gaghang yang Terbuat dari Bambu .................................... 69
Gambar 4.18 Paguk .............................................................................................. 70
Gambar 4.19 Bagian-Bagian Rumah ................................................................... 71
Gambar 4.20 Ruangan-Ruangan .......................................................................... 72
Gambar 4.21 Sepasang Kepala Menjangan ......................................................... 75
Gambar 4.22 Culuk Langit ................................................................................... 75
Gambar 4.23 Ruang Tengah ................................................................................ 75
Gambar 4.24 Ventilasi dengan Motif Krawangan Rumah Tradisional “Lamban
Pesagi” .................................................................................................................. 76
Gambar 4.25 Hiasan Depan Rumah dengan Motif Krawangan Rumah Tradisional
“Ginting Kuning” ................................................................................................. 77
Gambar 4.26 Resplang Bermotif Rumah Tradisional “Jajar Intan” ................... 77
Gambar 4.27 Sudut Lancip pada Atap Rumah ..................................................... 78
Gambar 4.28 Sudut Siku-Siku pada Bah Lamban ............................................... 78
Gambar 4.29 Sudut Tumpul pada Atap Rumah ................................................... 78
Gambar 4.30 Sudut Lurus pada Atap Bagian Dalam Rumah .............................. 79
Gambar 4.31 Garis Sejajar pada Andang-Andang ............................................... 79
Gambar 4.32 Garis Berpotongan pada Jendela .................................................... 79
Gambar 4.33 Sudut Berpelurus ............................................................................ 79
Gambar 4.34 Hubungan Antar Sudut Apabila Garis Sejajar Dipotong oleh Garis
Lain ....................................................................................................................... 80
Gambar 4.35 Segitiga pada Atap Tampak Depan Rumah ................................... 80
Gambar 4.36 Persegi pada Jendela ....................................................................... 80
Gambar 4.37 Persegi Panjang pada Jendela Rumah ............................................ 80
Gambar 4.38 Belah Ketupat pada Ventilasi ......................................................... 81
Gambar 4.39 Trapesium pada Ventilasi ............................................................... 81
Gambar 4.40 Lingkaran pada Motif Resplang ..................................................... 81
Gambar 4.41 Balok atau Prisma Segiempat ......................................................... 81
Gambar 4.42 Prisma Segitiga ............................................................................... 82
Gambar 4.43 Limas Segiempat ............................................................................ 82
Gambar 4.44 Dilatasi ........................................................................................... 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Gambar 4.45 Refleksi terhadap Sumbu-y ............................................................ 82
Gambar 4.46 Rotasi .............................................................................................. 83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ......................................................................109
Lampiran 2: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ......................110
Lampiran 3: Lembar Validasi Instrumen Penelitian .........................................111
Lampiran 4: Transkrip Wawancara....................................................................121
Lampiran 5: Hasil Observasi .............................................................................154
Lampiran 6: Dokumentasi ..................................................................................157
Lampiran 7: RPP ................................................................................................161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya adalah salah satu aspek yang berkaitan erat dengan aktivitas
manusia sebagai pengenal atau identitas suatu kelompok atau daerah
tertentu. Kata “budaya” berasal dari kata Sansekerta buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi dan memiliki arti “budi” atau “akal”.
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring
(2016), kebudayaan adalah (1) “hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal
budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; (2)
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan
untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi
pedoman tingkah lakunya”.
Pendidikan adalah salah satu bagian penting di kehidupan manusia
karena pendidikan membuat manusia berusaha mengembangkan dirinya
sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi di
kehidupannya (Pratami, Pratiwi, & Muhassin, 2018). Pendidikan menjadi
salah satu sarana dalam pembentukan kebudayaan. Dalam menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan taraf kehidupan
bermasyarakat perlu pertimbangan akan norma-norma atau budaya yang
berlaku di masyarakat sekitar seperti moral dan tingkah laku. Aspek
kebudayaan yang bervariasi sangat relevan dengan pelaksanaan pendidikan.
Kesadaran akan pentingnya kebudayaan harus diasah dan
diperdalam agar jati diri anak bangsa tidak kian luntur. Budaya yang ada di
sekitar masyarakat banyak mengandung unsur pembelajaran dalam
pendidikan seperti pola gerakan tarian dan pembangunan suatu rumah
tradisional. Dengan demikian, budaya dan pendidikan merupakan dua aspek
yang saling berkaitan satu sama lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Di kehidupan manusia, berbagai negara memiliki budaya dan
kebudayaannya masing-masing, termasuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Indonesia memiliki kekayaan yang tidak berbatas pada
hasil alam saja melainkan pada keberagaman suku, bahasa, agama, dan adat
istiadat. Hal ini sejalan dengan hasil SP2010 yang dilakukan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 bahwa terdapat 1.331 kategori suku
yang merupakan kode untuk nama suku, nama lain/alias suatu suku, nama
subsuku, bahkan nama sub dari subsuku dimana setiap suku pasti memiliki
kebudayaan yang khas.
Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah suku Lampung.
Lampung yang terletak di paling ujung selatan pulau Sumatera, dahulu kala
berasal dari sebuah kerajaan, yakni Kerajaan Sekala Brak. Namun, seiring
dengan perkembangan zaman, penduduk di Provinsi Lampung terbagi
menjadi penduduk asli dan penduduk pendatang. Penduduk pendatang
berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti suku Jawa, Sunda,
Palembang, Batak, Padang, Toraja, dan masih banyak lagi. Sedangkan
penduduk asli Lampung sendiri terbagi menjadi dua, yaitu masyarakat adat
Lampung Pepadun dan masyarakat adat Lampung Sebatin. Sebagian
masyarakat Pepadun terletak di daerah dataran tinggi atau pedalaman
sementara sebagian masyarakat Sebatin terletak di daerah pesisir pantai.
Sesuai dengan kondisi penduduk tersebut maka dibuatlah semboyan yang
disandang oleh Provinsi Lampung yakni “Sang Bumi Ruwa Jurai” artinya
“Satu Bumi Lampung Terdapat Dua Golongan Adat”.
Gambar 1.1 Lambang daerah Provinsi Lampung
(gambar diambil dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Sang_Bumi_Ruwa_Jurai#/media/File:Coat_of_arms_of_La
mpung.svg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Kekayaan alam dan budaya yang terdapat di wilayah Lampung
sangat beragam dan melimpah. Kekayaan alam seperti pertanian lada dan
kopi, perkebunan karet dan kelapa sawit, keindahan pantai dan laut, dan
masih banyak lagi. Sementara kekayaan budaya di Lampung meliputi adat
istiadat, pakaian adat, tarian tradisional, seni musik, bahasa dan aksara
(dalam bahasa Lampung: had Lampung), dan rumah tradisional.
Rumah merupakan bagian yang penting dalam kehidupan seseorang.
Rumah tradisional Lampung awalnya seperti rumah di kawasan hutan
tropik, yang juga memanfaatkan produk hutan sebagai bahan baku (Djausal
& Hartawan, 2002). Golongan masyarakat Pepadun biasa menyebut rumah
tradisional dengan nama nuwow sedangkan masyarakat Sebatin
menyebutnya lamban. Rumah tradisional Lampung dahulu kala berbentuk
rumah panggung. Menurut Rusydi, dkk (1987: 48) mengungkapkan bahwa
“bah lamban atau bah nuwow” merupakan bagian bawah atau kolong rumah
panggung secara keseluruhan dengan tujuan untuk menghindari
penghuninya dari banjir maupun serangan binatang buas. Seiring
berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi, bah nuwow
dialihfungsikan sebagai ruang untuk penyimpanan alat pertanian serta
kebutuhan rumah tangga.
Berdasarkan penuturan yang disampaikan Ibu Tini, salah seorang
masyarakat Pepadun yang tinggal di rumah tradisional Lampung “Jajar
Intan”, bahwa selama ini memang sudah banyak yang melakukan penelitian
terkait rumah tradisional Lampung namun belum ada yang mengaitkannya
dengan konsep matematika. Ibu Tini tinggal di rumah tradisional Lampung
“Jajar Intan” yang terletak di Jalan Putri Balau Kelurahan Kedamaian,
Kecamatan Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung. Rumah
tradisional yang berbentuk panggung ini dibangun pada tahun 1998 milik
Bapak Ismail Cholid Ismail Balaw dengan julukan Sutan Praja Kelana.
Rumah tradisional Lampung “Jajar Intan” merupakan rumah tradisional
yang penghuninya memiliki marga Balaw, salah satu marga yang ada di
Pubian Telu Suku pada masyarakat Pepadun. Rumah tradisional Lampung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
“Jajar Intan” ini pun dilengkapi dengan motif atau tenun (dalam bahasa
indonesia : dekorasi) ciri khas Lampung.
Gambar 1.2 Jajar Intan
(Salah Satu Rumah Tradisional Lampung Masyarakat Pepadun)
Sementara itu Ibu Tuan, salah seorang masyarakat Pepadun yang
tinggal di rumah tradisional Lampung “Ginting Kuning”, mengungkapkan
bahwa selama ini beliau belum pernah menerima penelitian untuk mengkaji
rumah tradisional Lampung “Ginting Kuning”. Namun beliau mengatakan
jika rumah ini pernah digunakan untuk latar tempat pengambilan film
dokumenter. Rumah tradisional Lampung “Ginting Kuning” merupakan
salah satu rumah masyarakat biasa yang penghuninya berasal dari marga
Ketibung.
Gambar 1.3 Ginting Kuning
(Salah Satu Rumah Tradisional Lampung Masyarakat Pepadun)
Beranjak dari penuturan Ibu Tini dan Ibu Tuan, serta kekhawatiran
akan lunturnya pengetahuan generasi muda tentang kebudayaan lokal maka
diperlukan adanya pembelajaran di sekolah yang berkaitan dengan relevansi
kehidupan sehari-hari dan kebudayaan. Astriandini (2020) mengungkapkan
bahwa permasalahan kontekstual mendorong peserta didik dalam
mengonstruksi ilmu pengetahuannya dengan peristiwa yang terjadi di
sekitarnya. Pada pembelajaran matematika, kaitan antara kebudayaan dan
konsep matematika dapat dikaji melalui pendekatan etnomatematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Adanya etnomatematika akan memunculkan permasalahan kontekstual
pada pembelajaran matematika yang erat kaitannya dengan budaya dan
kehidupan sehari-hari. D’Ambrosio dalam Utami (2018) mengungkapkan
bahwa etnomatematika dapat melengkapi upaya seorang guru dan siswa
dalam suatu pembelajaran matematika dan makna kontekstual yang relevan.
Etnomatematika adalah suatu bentuk pengaplikasian konsep matematika
dalam budaya dan aktivitas kehidupan manusia sehari-hari.
Beberapa penelitian telah mengkaji dan mengeksplorasi keragaman
budaya Indonesia dalam pendekatan etnomatematika. Penelitian dari
Rahmawati & Muchlian (2019) yang mengeksplorasi etnomatematika
Rumah Gadang Minangkabau Sumatera Barat mendapatkan hasil bahwa
terdapat unsur matematika pada aktivitas membuat rumah gadang
Minangkabau serta terdapat aktivitas fundamental matematika di
masyarakat Minangkabau. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Utami (2018), yakni mendeskripsikan rancang bangun rumah adat Lamban
Dalom dalam perspektif etnomatematika didapatkan hasil bahwa terdapat
aktivitas matematika pada rancang bangun rumah adat Lamban Dalom yang
meliputi aktivitas: mengukur, menentukan lokasi, dan konsep matematika.
Selain itu, ada pun penelitian yang dilakukan oleh Sulistyani, dkk (2019)
mengeksplorasi kebudayaan Rumah Adat Joglo Tulungagung dan
mendeskripsikan konsep matematika yang terkandung di dalamnya. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa unsur bangunan seperti tiang, pintu,
dan atap Rumah Adat Joglo Tulungagung memiliki konsep geometri yang
dapat diimplementasikan sebagai media pembelajaran matematika.
Skor matematika di Indonesia masih rendah khususnya dalam
pemahaman konsep, penalaran kontekstual maupun pemecahan masalah.
Berdasarkan hasil studi Programme for International Student Assessment
(PISA) 2018 yang dirilis oleh Organisation for Economic Coopertaion and
Development (OECD) menunjukkan bahwa skor rata-rata matematika
Indonesia mencapai 379 dengan skor rata-rata OECD 487 (Kemdikbud RI,
2019). Jika dilihat dari perolehan skor tahun 2015 sebesar 386 maka skor
tahun 2018 tersebut mengalami penurunan sebanyak 7 skor. Didukung oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
penelitian yang dilakukan oleh Asiah, Yunarti, dan Asnawati (2016) bahwa
rendahnya pemahaman konsep matematis juga terjadi di salah satu sekolah
menengah di Lampung dimana hanya 37,25% siswa yang lulus KKM pada
suatu ujian tengah semester. Pembelajaran matematika yang dilakukan
masih tergolong konvensional yakni terpusat pada guru dan partisipasi
siswa yang cenderung pasif karena materi yang dijelaskan tidak dikaitkan
langsung dengan relevansi kehidupan sekitar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang mengkaji etnomatematika dan
didukung oleh wawancara yang telah dijabarkan di atas maka dapat dilihat
bahwa masyarakat Lampung telah mengimplementasikan salah satu konsep
matematika yakni geometri. Jika dilihat dari atap dan teras bangunan rumah
tradisional Lampung “Jajar Intan” dan “Ginting Kuning”, terdapat suatu
bentuk bangun datar segitiga dan segiempat. Secara tidak sadar masyarakat
Lampung telah menggunakan konsep matematika khususnya geometri
dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan etnomatematika ini akan mengkaji aktivitas
fundamental matematika dan mendeskripsikan unsur-unsur pada rumah
tradisional Lampung masyarakat Pepadun dengan konsep-konsep
matematika. Peneliti akan mengkaji enam aktivitas fundamental
berdasarkan pandangan Bishop dalam Ruditho (2020: 46) yakni
menghitung, mengukur, menempatkan, mendesain, bermain, dan
menjelaskan pada bangunan rumah tradisional Lampung masyarakat
Pepadun. Kemudian, mengkaitkan unsur-unsur pada rumah tradisional
Lampung dengan konsep matematika yang ditemukan untuk dapat
dimanfaatkan dalam pengimplementasian pembelajaran matematika di
kelas.
Dari uraian di atas, peneliti ingin mengadakan penelitian yang
bertujuan untuk mengkaji penggunaan aspek-aspek geometris pada rumah
tradisional Lampung pada masyarakat Pepadun dengan pendekatan
etnomatematika secara lebih mendalam dan mengimplementasikan hasil
kajian dalam pembelajaran matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP)
kelas VIII topik geometri khususnya bangun ruang sisi datar. Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
tersebut ialah “Kajian Etnomatematika terhadap Rumah Tradisional
Lampung Masyarakat Pepadun dan Implementasinya dalam Pembelajaran
Matematika Topik Geometri”.
B. Identifikasi Masalah
1. Pembelajaran matematika yang telah ada khususnya di Lampung hanya
terfokus pada pembahasan materi dan kurang akan relevansi di
kehidupan sekitar.
2. Belum terdapat kajian etnomatematika terhadap rumah tradisional
Lampung masyarakat Pepadun khususnya rumah “Jajar Intan” dan
rumah “Ginting Kuning”.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana aktivitas fundamental matematika dan filosofi yang
terkandung dalam rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun?
2. Konsep matematika apa saja yang dapat ditemukan pada rumah
tradisional Lampung masyarakat Pepadun?
3. Bagaimana implementasi konsep matematika pada rumah tradisional
Lampung masyarakat Pepadun dalam pembelajaran matematika?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk:
1. Mengetahui aktivitas fundamental matematika dan filosofi yang
terkandung dalam rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun.
2. Mengetahui konsep matematika yang dapat ditemukan pada rumah
tradisional Lampung masyarakat Pepadun.
3. Mengetahui implementasi konsep matematika pada rumah tradisional
Lampung masyarakat Pepadun dalam pembelajaran matematika
E. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini diperlukan agar penelitian
menjadi terarah dan tidak melesat jauh. Pendekatan etnomatematika yang
dipilih adalah mengkaji bangunan rumah tradisional Lampung masyarakat
Pepadun dalam pembelajaran Matematika di SMP pada topik geometri
khususnya bangun ruang sisi datar. Bangun ruang sisi datar dipelajari di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kelas VIII pada KD 3.9 dan KD 4.9. Dalam Salamah (2019), KD 3.9 berisi
tentang membedakan dan menentukan luas permukaan dan volume bangun
ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas). Sedangkan KD 4.9 berisi
tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan
volume bangun ruang sisi datar (prisma, kubus, balok, dan limas).
F. Batasan Istilah
1. Etnomatematika merupakan suatu bentuk pengaplikasian matematika
dalam budaya dan aktivitas kehidupan manusia sehari-hari.
2. Rumah Tradisional adalah wadah yang digunakan oleh masyarakat
sebagai tempat tinggal secara turun temurun sebagai bentuk perwujudan
suatu kebudayaan. Rumah tradisional Lampung biasa disebut Lamban
atau Nuwow
3. Implementasi dalam pembelajaran matematika adalah suatu tindakan
atau penerapan dari sebuah rencana yang disusun dalam melakukan
proses pembelajaran. Pada penelitian ini, implementasi yang dimaksud
meliputi ilustrasi penerapan atau rancangan pembelajaran sebagai suatu
sarana bagi peserta didik dalam memahami materi geometri bangun
ruang sisi datar dan bagi pendidik dalam mempermudah penyampaian
materi geometri bangun ruang sisi datar di kehidupan sehari-hari
khususnya pada kebudayaan lokal.
G. Manfaat Penelitian
Terdapat beberapa manfaat yang diperoleh penelitian ini, antara lain
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Menambah kajian dalam bidang pendidikan dan kebudayaan yang
menjadi sumber wawasan mengenai aktivitas fundamental matematika
dan konsep matematika pada rumah tradisional Lampung masyarakat
Pepadun dan implementasinya dengan pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pembaca
Memberikan informasi kepada pembaca terkait kajian
etnomatematika rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dan hubungannya dengan topik geometri. Diharapkan penelitian ini
dapat bermanfaat dan membantu peneliti selanjutnya dalam
mengeksplorasi lebih lanjut tentang etnomatematika.
b. Bagi Peneliti Sendiri
Mengetahui dan mendalami tentang konsep matematika pada rumah
tradisional Lampung masyarakat Pepadun. Peneliti juga mengetahui
betapa pentingnya mempelajari kaitan pembelajaran matematika
dengan kebudayaan.
H. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I Pada bab I dijabarkan tentang latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,
batasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika
penelitian.
BAB II Pada bab II dijabarkan tentang landasan teori yang menjadi
dasar pedoman penelitian yakni etnomatematika, rumah
tradisional Lampung, topik Geometri, penelitian yang
relevan.
BAB III Pada bab III berisi penjabaran lebih dalam tentang konsep
matematika yang dipakai untuk mengkaji etnomatematika
pada rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun.
BAB IV Pada bab IV berisi pelaksanaan pelaksanaan, analisis hasil
penelitian, dan pembahasan mengenai aktivitas fundamental
matematika, filosofi, dan konsep matematika topik geometri
pada rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun serta
implementasinya dalam pembelajaran matematika.
BAB V Pada bab V dijabarkan kesimpulan dan saran dari penelitian
yang telah dibuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Budaya dan Kebudayaan
Kata “budaya” berasal dari kata Sansekerta buddhayah yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi dan memiliki arti “budi” atau
“akal”. Dengan demikian, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang
bersangkutan dengan budi dan akal. Menurut Koentjaraningrat (2015:
11), kebudayaan merupakan seluruh gagasan dan karya manusia yang
harus diasah dengan belajar serta seluruh hasil budi (akal) dan karyanya.
Sedangkan menurut Astriandini (2020: 9) kebudayaan adalah
keseluruhan kompleks sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia untuk memenuhi kehidupannya. Dari dua pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa kebudayaan ialah keseluruhan karya manusia
yang merupakan hasil dari akal dan gagasan manusia dalam belajar yang
digunakan dalam kehidupan kesehariannya.
Dalam Koentjaraningrat (2015: 1) dikatakan bahwa kebudayaan
adalah kesenian. Kesenian sendiri tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat. Kesenian dapat meliputi seni musik, seni tari, seni lukis,
seni kriya, seni rupa, seni rupa terapan. Seni rupa terapan meliputi
desain produk, desain grafis, desain bangunan atau arsitektur, dan desain
interior. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa bangunan rumah
tradisional merupakan hasil dari seni terapan juga salah satu wujud dari
kebudayaan yang ada di masyarakat.
2. Keragaman Budaya Indonesia
Indonesia yang terdiri dari kepulauan-kepulauan Nusantara
menunjukkan beragam warna khususnya dalam hal kebudayaan.
Layaknya semboyan Negara Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang
berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu”, perbedaan kebudayaan yang
tersebar di Nusantara menyatukan seluruh masyarakat Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Keragaman budaya menjadi suatu potensi yang dapat dimanfaatkan
untuk menjawab berbagai tantangan dunia global dan memperkuat ciri
khas Negara Indonesia itu sendiri. Salah satu keragaman budaya di
Indonesia adalah kebudayaan Lampung. Kebudayaan yang ada di
Lampung meliputi adat istiadat, pakaian adat Lampung, tarian
tradisional, seni musik Lampung, bahasa dan aksara Lampung, kain
tapis khas Lampung, dan rumah tradisional Lampung.
3. Rumah Tradisional
Rumah tradisional merupakan sarana atau wadah yang digunakan
oleh masyarakat sebagai tempat tinggal atau tempat beristirahat yang
menunjukkan perwujudan dari kebudayaan masyarakat Indonesia.
Rumah tradisional di Indonesia memiliki bentuk yang bermacam-
macam dan memiliki kekhasan tersendiri setiap daerah menyesuaikan
adat istiadat atau kondisi geografisnya. Sebagian masyarakat
beranggapan bahwa memiliki dan membangun rumah merupakan
bagian terpenting dari kehidupan seseorang. Selain itu, pembangunan
rumah tradisional biasanya diwariskan turun temurun dari tetua atau
sesepuh kepada anak-anak keturunannya. Dengan demikian tidak jarang
ditemukan rumah tradisional yang memiliki makna filosofis tersendiri
baik dari rancang bangun maupun seni dekoratif karena diwarsikan
secara turun temurun.
4. Rumah Tradisional Lampung Masyarakat Pepadun
Umumnya rumah tinggal yang ada di Indonesia tidak hanya dihuni
oleh satu kepala keluarga saja melainkan beberapa kepala keluarga.
Begitu pula rumah hunian khas masyarakat Lampung atau rumah
tradisional Lampung. Rumah tempat tinggal dalam bahasa Lampung
biasa disebut dengan Lamban/Nuwou/Lambahan. Pembangunan
berbagai rumah tradisional Lampung diwariskan secara turun temurun
berbentuk rumah panggung serta digunakan untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 2.1 Sketsa Rumah Adat Lampung
(diambil dari buku Arsitektur Tradisional Daerah Lampung karya Umar Rusydi)
Rusydi, dkk (1987) mengatakan bangunan rumah tradisional
Lampung berbentuk segi empat dan atau bujur sangkar (dalam bahasa
Lampung: pesagi) atau memanjang (dalam bahasa Lampung:
mahanyuk’an). Bagian terpenting yang ada pada rumah tradisional
Lampung adalah: 1) bangunan tempat tinggal, 2) bangunan tempat
melakukan ibadah atau tempat pemujaan, 3) bangunan tempat
musyawarah, dan 4) bangunan tempat menyimpan bahan makanan
pokok (padi) atau benda-benda pusaka. Bagian-bagian dari rumah
tradisional masyarakat Lampung beserta fungsinya secara terperinci
seperti di bawah ini:
a. Wangunan/pemalapan/petegian
Seluruh areal yang dipergunakan untuk bangunan rumah (termasuk
yang belum ada bangunannya).
b. Badanni lamban/lamban
Seluruh bangunan yang digunakan untuk keperluan kehidupan
sehari-hari. Lamban terdiri dari:
1) Dari depan ke belakang
- Tengahbah ialah pekarangan bagian depan rumah untuk
menjemur hasil bumi atau membuat teratak dalam gawi adat.
- Garang hadap ialah bagian depan tempat mula-mula setelah
menaiki tangga berfungsi untuk meletakkan terompah atau
alas kaki yang tidak layak dibawa masuk ke rumah.
- Beranda/ambin ialah bagian depan rumah yang terdapat
kursi panjang atau tikar dan meja sebagai tempat
peristirahatan atau menerima tamu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
- Lapang luar ialah ruangan untuk bermusyawarah.
- Lapang lom ialah ruang tengah rumah yang dibagi menjadi
kamar-kamar.
- Tengah resi ialah ruang musyawarah untuk kaum wanita.
- Sudung ialah bagian lamban yang digunakan sebagai ruang
makan atau gudang tempat menyimpan beras serta barang
pecah belah.
- Geragal ialah penghubung antara bagian dalam rumah dan
dapur.
- Dapur/pawon ialah tempat tungku dan peralatan memasak.
- Kudan ialah pekarangan di belakang dapur.
2) Dari kiri ke kanan
Terdapat simpeng/halunan yang berarti haluan kiri dan haluan
kanan serta kebik yang berarti pekarangan samping rumah
3) Dari bawah ke atas
- Bah lamban yaitu bagian bawah rumah panggung secara
keseluruhan
- Lantai/resi yaitu area dari garang depan hingga garang
belakang
- Panggar yaitu bagian pelapon lamban maupun simpeng
- Kekopni lamban atau kekopni nuwow yaitu kap atau
bubungan rumah
5. Etnomatematika
Menurut KBBI Daring (2016), matematika adalah suatu ilmu
tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional
yang digunakan untuk penyelesaian masalah terkait bilangan.
Dominikus (2018: 6) mengungkapkan bahwa matematika tidak dapat
dipisahkan dari ilmu humaniora dan sosial, atau dari budaya manusia
pada umumnya sehingga dipengaruhi oleh nilai-nilai kemanusiaan
seperti ilmu pengetahuan lainnya. Menurut Ernest dalam Dominikus
(2018: 5), matematika dipandang sebagai konstruksi sosial-budaya
dimana matematika terkandung dalam sejarah dan aktivitas manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Dengan demikian matematika dan budaya adalah dua hal yang saling
berkaitan satu sama lain.
Etnomatematika diambil dari 3 suku kata yakni “Ethno”,
“Mathema”, dan “Tics”. Ethno diartikan sebagai sesuatu yang mengacu
pada konteks sosial-budaya. Mathema berarti menjelaskan, mengetahui,
memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengodean, mengukur,
mengklasifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan. Sementara Tics
memiliki makna teknik. Menurut D’Ambrosio (1997) dalam Dominikus
(2018:7), etnomatematika disebut sebagai matematika yang
dipraktikkan dalam berbagai kelompok budaya seperti masyarakat suku
bangsa, kelompok pekerja, anak-anak kelompok usia tertentu, kelompok
professional, dan lainnya. Rudhito (2020) mengungkapkan bahwa
praktik matematika dalam etnomatematika meliputi system simbolik,
desain spasial, teknik konstruksi, metode kalkulasi, perhitungan dalam
ruang dan waktu, cara-cara spesifik dalam penalaran dan penarikan
kesimpulan, serta aktivitas kognitif dan aktivitas material lainnya yang
dijelaskan oleh representasi matematis. Dari penjabaran di atas maka
dapat disimpulkan bahwa etnomatematika merupakan bentuk
pengaplikasian matematika dalam budaya dan aktivitas kehidupan
manusia sehari-hari.
Menurut Bishop (1988) dalam Ruditho (2020), terdapat enam
aktivitas fundamental matematika yang menjadi ciri khas
etnomatematika yaitu counting (menghitung/membilang), measuring
(mengukur), locating (menempatkan/menentukan lokasi), designing
(mendesain/merancang), playing (bermain), dan explaining
(menjelaskan). Berikut penjabaran dari keenam aktivitas fundamental
matematika menurut Bishop (1988) dalam Abiyasa (2019: 18-20):
1) Membilang (Counting)
Kuantifikasi (masing-masing, beberapa, banyak, tidak ada); nama
nomor kata sifat; penghitungan jari dan tubuh; penghitungan; angka;
nilai tempt; nol; basis 10; operasi pada angka; combinatories;
ketepatan; perkiraan; errors; pecahan; desimal; positif; negatif;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
besar tak terhingga, kecil; membatasi; pola angka; kekuasaan;
hubungan nomor; panah diagram; representasi aljabar; acara;
kemungkinan; representasi frekuensi.
2) Mengukur (Measuring)
Pengukur komparatif (lebih cepat, lebih tipis); pemesanan; kualitas;
pengembangan unit (berat-berat-berat); akurasi unit; perkiraan;
panjangnya; daerah; volume; waktu; suhu; berat; unit konvensional;
unit standar; sistem satuan (metric); uang; unit majemuk.
3) Menentukan Lokasi (Locating)
Preposisi; deskripsi rute; lokasi lingkungan; N. S. E. W. bantalan
kompas; atas/ bawah; kiri/ kanan; maju/ mundur; perjalanan (jarak);
garis lurus dan melengkung; sudut saat memutar rotasi; sistem
lokasi: koordinat kutub, koordinat 2D/ 3D, pemetaan; garis lintang/
garis bujur; lokus; keterkaitan; lingkraran; elips; vektor; spiral.
4) Merancang (Designing)
Desain; abstraksi; bentuk; estetika; objek dibandingkan dengan sifat
bentuk; besar/ kecil; kesamaan; kesesuaian; properti bentuk; bentuk,
angka, dan padatan geometris yang umum; jaring; permukaan;
tessellations; simetri; proporsi; perbandingan; skala-model
pembesaran; kekakuan bentuk.
5) Bermain (Playing)
Pertandingan; menyenangkan; teka-teki; paradoks; pemodelan;
realitas yang dibayangkan; aktivitas terikat aturan; alasan hipotesis;
prosedur; strategi perencanaan; permainan kooperatif; game
kompetitif; game solitare; peluang, prediksi.
6) Menjelaskan (Explaining)
Kesamaan; klasifikasi; konvensi; klasifikasi objek secara hirarkis;
penjelasan cerita; penghubung logis; penjelasan linguistik; argumen
logis; bukti; penjelasan simbolik: grafik, diagram, bagan, matriks;
pemodelan matematika; kriteria: validitas internal, generalisasi
eksternal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
6. Geometri (Bangun Ruang Sisi Datar)
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sarat relevansinya
dengan kehidupan manusia. Matematika juga menjadi sumber
pengetahuan bagi perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Salah satu
sistem matematika adalah geometri. Geometri berasal dari kata
geometrein dalam bahasa Yunani. Geo artinya bumi dan metrein artinya
mengukur. Sedangkan Ismiyani dalam Nidho (2013) mengatakan bahwa
geometri adalah pemahaman konsep dari berbagai bentuk bangun datar
dan bangun ruang. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan
geometri ialah salah satu sistem matematika yang mempelajari
mengenai pengukuran berbagai konsep titik, garis, bangun datar atau
bidang, dan bangun ruang serta hubungannya.
Geometri merupakan sistem matematika yang terdiri dari konsep
dan teorema. Sistem matematika yang pertama yaitu konsep dibagi
menjadi dua bagian yakni:
1. Objek yang tidak didefinisikan (Undefined Terms)
a. Titik
Titik direpresentasikan dengan simbol berupa dot (.). Titik tidak
berdimensi artinya menempati tempat dan tidak berukuran. Titik
dinotasikan dengan huruf kapital miring. Contoh : titik A
.A
Gambar 2.2 Titik
b. Garis
Garis terdiri dari himpunan tak hingga banyak titik dimana
diantara dua titik pada suatu garis selalu ada titik lain
diantaranya. Garis dinotasikan dengan huruf kapital atau huruf
kecil yang diberi lambang garis diatasnya. Contoh garis AB,
notasinya adalah AB ⃡ atau 𝑎.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(a)
(b)
Gambar 2.3 Garis
c. Bidang
Suatu objek yang berdimensi dua dimana memiliki tak hingga
panjang dan lebar namun tidak memiliki ketebalan. Bidang
dinotasikan dengan huruf kapital tegak. Contoh bidang 𝐴𝐵𝐶𝐷.
Gambar 2.4 Bidang 𝑨𝑩𝑪𝑫
Kedudukan Dua Garis
Definisi 2.1
Dua buah garis berbeda dikatakan saling sejajar jika dan hanya
jika keduanya sebidang dan tidak berpotongan. Misalkan garis �⃡�
dan garis �⃡� adalah dua garis yang saling sejajar maka dapat
dinotasikan dengan �⃡� ∥ �⃡� .
Gambar 2.5 Garis Sejajar
Definisi 2.2
Dua buah garis berbeda dikatakan berpotongan jika dan hanya
jika dua buah garis tersebut sebidang dan mempunyai satu titik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
persekutuan yang disebut titik potong. Misalkan garis �⃡� dan garis
�⃡� bertemu di titik A maka garis �⃡� dan garis �⃡� adalah dua garis
yang saling berpotongan.
Gambar 2.6 Garis Berpotongan
Definisi 2.3
Dua buah garis berbeda dikatakan berimpit jika dan hanya jika
garis itu sebidang dan paling sedikit dua titik potong serta jarak
antar garis nol.
Gambar 2.7 Garis Berimpit
Definisi 2.4
Dua buah garis berbeda dikatakan bersilangan jika dan hanya
jika keduanya tidak sebidang atau non koplanar.
Gambar 2.8 Garis Bersilangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Definisi 2.5
Dua buah garis tegak lurus adalah dua buah garis yang
membentuk sudut bertetangga yang kongruen. Misalkan garis �⃡�
dan garis �⃡� membentuk sudut 𝛼 dan sudut 𝛽 yang kongruen
maka garis �⃡� dan garis �⃡� merupakan garis yang saling tegak
lurus dan dapat dinotasikan dengan �⃡� ⊥ �⃡� .
Gambar 2.9 Garis Tegak Lurus
2. Objek yang didefinisikan (Defined Terms)
a. Sudut
Definisi 2.6
Sudut adalah gabungan dua sinar garis yang memiliki titik
pangkal bersama.
Adapun macam-macam sudut berdasarkan besar sudutnya
adalah sudut lancip yang memiliki besar sudut kurang dari 90°,
sudut siku-siku yang memiliki besar sudut 90°, sudut tumpul
yang memiliki besar sudut lebih dari 90° dan kurang dari 180°
dan sudut lurus yang memiliki besar sudut 180°. Sudut
dinotasikan dengan simbol ∠. Contoh : sudut 𝛼 (∠𝛼). Ukuran
suatu sudut, misalkan sudut 𝛼 (∠𝛼) dapat dinotasikan dengan
𝑚∠𝛼.
Gambar 2.10 Sudut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Macam-Macam sudut
- Sudut lancip (Acute angle)
Suatu sudut dikatakan sudut lancip jika memiliki besar sudut
antara 0° dan 90° atau 0° < 𝑚∠𝛼 < 90°.
Gambar 2.11 Sudut Lancip
- Sudut siku-siku (Right angle)
Suatu sudut dikatakan sudut siku-siku jika memiliki besar
sudut 90°. 𝑚∠𝛽 = 90°
Gambar 2.12 Sudut Siku-Siku
- Sudut tumpul (Obtuse angle)
Suatu sudut dikatakan sudut tumpul jika memiliki besar
sudut antara 90° dan 180° atau 90° < 𝑚∠𝛾 < 180°.
Gambar 2.13 Sudut Tumpul
- Sudut lurus (Straight angle)
Suatu sudut dikatakan sudut lurus jika memiliki besar sudut
180°. 𝑚∠𝛼 = 180°
Gambar 2.14 Sudut Lurus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
- Sudut refleks (Reflex angle)
Suatu sudut dikatakan sudut tumpul jika memiliki besar
sudut antara 180° dan 360° atau 180° < 𝑚∠𝛽 < 360°.
Gambar 2.15 Sudut Refleks
b. Segitiga
Definisi 2.7
Gabungan tiga segmen garis yang ditentukan oleh tiga buah titik
yang tidak kolinear atau tidak segaris disebut segitiga.
Notasi segitiga adalah △.
Gambar 2.16 Segitiga
Tabel 2.1 Macam-Macam Segitiga
Menurut Sisi-Sisi yang Dimiliki
No Bentuk Nama Segitiga Keterangan
1
Sembarang
(Scalene)
Ketiga sisi tidak
sama panjang
2
Sama kaki
(Isosceles)
Dua sisi sama
panjang
3
Sama sisi
(Equilateral)
Ketiga sisi sama
panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Menurut Sudut-Sudut yang Dimiliki
No Bentuk Nama Segitiga Keterangan
1
Lancip (Acute)
Ketiga sudut
merupakan sudut
lancip
2
Siku-siku (Right)
Salah satu sudut
merupakan sudut
siku-siku
3
Tumpul (Obtuse)
Salah satu sudut
merupakan sudut
tumpul
4
Sama Sudut
(Equiangular)
Ketiga sudut
kongruen
c. Segiempat (Alexander 2015: 170)
Definisi 2.8
Segiempat adalah segi banyak yang memiliki tepat empat sisi.
Gambar 2.17 Segiempat
- Jajar Genjang: segiempat yang sisi-sisi tidak
bersebelahannya sejajar dan sama panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
- Persegi Panjang: jajar genjang yang memiliki sudut siku-
siku.
- Persegi: persegi panjang yang memiliki sisi bersebelahan
yang kongruen.
- Belah Ketupat: jajar genjang yang memiliki dua sisi
bersebelahan yang kongruen.
- Layang-Layang: segiempat yang memiliki dua pasang sisi
bersebelahan yang kongruen.
- Trapesium: segiempat yang memiliki tepat sepasang sisi
sejajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
d. Lingkaran
Definisi 2.9
Lingkaran adalah himpunan semua titik pada bidang yang
berjarak sama terhadap titik tertentu. Titik tertentu itu kemudian
disebut titik pusat lingkaran.
Notasi lingkaran adalah ⊙.
Gambar 2.18 Lingkaran
Geometri dibagi menjadi dua yakni geometri bidang dan geometri
ruang.
1. Geometri bidang adalah himpunan semua titik dan garis terdapat
pada dimensi dua. Geometri bidang disebut juga geometri datar.
Contoh geometri bidang adalah segitiga, segiempat, segi banyak,
dan lingkaran.
2. Geometri ruang adalah himpunan semua titik, garis, dan bidang
yang terdapat pada dimensi tiga. Contoh geometri ruang adalah
kubus, balok, tabung, dan lainnya.
Geometri ruang diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu geometri
ruang sisi datar dan geometri ruang sisi lengkung. Bangun ruang sisi
datar ditunjukkan oleh prisma, kubus, balok, dan limas sedangkan
bangun ruang sisi lengkung ditunjukkan oleh tabung, kerucut, dan bola.
Bangun Ruang Sisi Datar
Bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh bidang-bidang datar
berupa segibanyak disebut polihedron. Bidang datar (berupa bidang
segibanyak) yang membatasi polihedron disebut sisi. Perpotongan
antara dua sisi pada polihedron disebut rusuk. Titik persekutuan dari tiga
atau lebih rusuk pada polihedron disebut titik sudut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
1) Prisma (Alexander, 2015:390)
Prisma adalah polihedron dengan dua bidang segi banyak yang
kongruen dan sejajar (disebut juga alas dan tutup) serta memiliki
bidang lain yang disebut sisi tegak yang terbentuk dari ruas garis
yang menghubungkan titik-titik sudut bidang segi banyak yang
bersesuaian.
Gambar 2.19 Prisma Tegak Segitiga 𝑨𝑩𝑪. 𝑫𝑬𝑭
Gambar 2.20 Prisma Tegak Segilima 𝑨𝑩𝑪𝑫𝑬. 𝑲𝑳𝑴𝑵𝑶
Definisi 2.10
Prisma siku-siku atau prisma tegak adalah prisma yang ruas garis
sisi tegak dan ruas garis sisi alas atau tutupnya tegak lurus.
Definisi 2.11
Prisma miring adalah prisma yang sisi alas atau tutupnya sejajar
menyamping sehingga ruas garis sisi tegak tidak berpotongan tegak
lurus dengan ruas garis sisi alas atau tutup.
Gambar 2.21 Prisma Miring Segilima
(diambil dari buku Elementary Geometry for College Students, Sixth Edition
karangan Alexander D.C.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Teorema 2.1
Luas permukaan prisma (𝐿𝑝) yang memiliki luas sisi-sisi tegak (𝐿)
dan luas alas atau tutup (𝐴) adalah 𝐿𝑝 = 𝐿 + 2𝐴 atau
Luas permukaan prisma (𝐿𝑝) yang memiliki luas bidang alas/tutup
(𝐴), keliling bidang alas/tutup (𝐾), dan tinggi prisma (ℎ) adalah
𝐿𝑝 = 2𝐴 + 𝐾ℎ
Berdasarkan teorema di atas dapat dikatakan bahwa luas permukaan
prisma adalah jumlah dari luas sisi-sisi tegak, luas alas, dan luas
tutupnya.
Postulat 2.1
Volume prisma yang memiliki luas alas atau tutup (𝐴) dan
ketinggian (ℎ) adalah 𝑉 = 𝐴ℎ
2) Balok
Definisi 2.12
Balok adalah prisma siku-siku atau prisma tegak yang memiliki alas
persegi panjang.
Gambar 2.22 Balok 𝑨𝑩𝑪𝑫. 𝑰𝑱𝑲𝑳
Luas permukaan balok (𝐿𝑝) yang memiliki ukuran panjang (𝑝), lebar
(𝑙), dan ketinggian (𝑡) adalah 𝐿𝑝 = 2𝑝𝑙 + 2𝑝𝑡 + 2𝑙𝑡
Postulat 2.2
Volume prisma tegak persegi panjang atau balok adalah
𝑉 = 𝑝𝑙𝑡 ,dimana 𝑝 adalah panjang, 𝑙 adalah lebar, dan 𝑡 adalah
tinggi balok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
3) Kubus
Definisi 2.13
Kubus adalah prisma siku-siku atau prisma tegak yang setiap
rusuknya kongruen (sama panjang).
Gambar 2.23 Kubus 𝑨𝑩𝑪𝑫. 𝑬𝑭𝑮𝑯
Luas permukaan kubus (𝐿𝑝) yang memiliki ukuran rusuk (𝑟) adalah
𝐿𝑝 = 6𝑟2
Volume kubus (𝑉) yang memiliki ukuran rusuk (𝑟) adalah 𝑉 = 𝑟3
4) Limas
Bangun ruang yang setiap titik sudut pada bidang alasnya
dihubungkan dengan suatu titik yang non koplanar dengan bidang
alas (disebut sebagai titik puncak) dinamakan limas.
Definisi 2.14
Limas beraturan adalah limas yang alasnya berupa bidang
segibanyak beraturan dan semua sisi sampingnya kongruen.
Gambar 2.24 Limas Segiempat Beraturan 𝑻. 𝑨𝑩𝑪𝑫
Definisi 2.15
Tinggi sisi samping limas beraturan (𝑙) adalah ketinggian dari
puncak limas ke dasar salah satu permukaan sisi samping (ruas garis
sisi alas) yang kongruen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Teorema 2.2
Panjang apotema 𝑎 dari alas, ketinggian ℎ, dan kemiringan tinggi
sisi samping limas memenuhi teorema Pythagoras 𝑙2 = 𝑎2 + ℎ2.
Teorema 2.3
Luas permukaan limas (𝐿𝑝) yang memiliki luas sisi samping (𝐿)
dan luas alas (𝐴) adalah 𝐿𝑝 = 𝐿 + 𝐴
Berdasarkan teorema di atas dapat dikatakan bahwa luas permukaan
limas adalah jumlah dari luas sisi-sisi samping dan luas alasnya.
Volume limas (𝑉) yang memiliki bidang alas dan tinggi limas (ℎ)
adalah 𝑉 =1
3. 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑙𝑎𝑠. ℎ
5) Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, dan Bidang Diagonal pada
Bangun Ruang Sisi Datar (Salamah, 2019)
Definisi 2.16
Diagonal bidang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik
sudut yang sebidang, tidak bersebelahan, dan tidak terletak pada satu
rusuk.
Gambar 2.25 Diagonal Bidang
Definisi 2.17
Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik
sudut yang tidak terletak pada satu bidang sisi dan tidak
bersebelahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Gambar 2.26 Diagonal Ruang
Definisi 2.18
Bidang diagonal balok adalah bidang yang dibatasi oleh sepasang
diagonal bidang dan sepasang rusuk yang tidak terletak dalam satu
bidang sisi pada bangun ruang balok.
Gambar 2.27 Bidang Diagonal Balok 𝑨𝑩𝑪𝑫. 𝑰𝑱𝑲𝑳
7. Pembelajaran Matematika
Hakim (2009) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah
interaksi dan proses mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik
dan peserta didik dengan keluaran suatu hasil belajar. Pembelajaran
merupakan proses dalam usaha untuk memperoleh suatu ilmu
pengetahuan tertentu. Kegiatan pembelajaran dapat diperoleh dimana
saja, khususnya di pendidikan formal di ruang kelas. Indonesia
merupakan salah satu negara yang mengharuskan anak bangsanya
berpendidikan.
Pendidikan formal membantu para pembelajar dalam memperoleh
informasi melalui pembelajara, khususnya pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika merupakan proses dalam usaha untuk
memperoleh ilmu pengetahuan matematika. Dalam pembelajaran
matematika sebaiknya memperhatikan luasan materi yang diberikan
sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kurikulum tersebut dapat
mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator pembelajaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
tujuan pembelajaran, dan materi pokok yang disusun dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 24 Tahun 2016 membahas mengenai kompetensi inti dan
kompetensi dasar pelajaran dalam kurikulum 2013 pada pendidikan
dasar dan pendidikan menengah. Dinyatakan terdapat tujuan kurikulum
yang mencakup empat kompetensi, yaitu kompetensi sikap spiritual;
kompetensi sikap sosial; kompetensi pengetahuan; dan kompetensi
keterampilan.
Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dicapai melalui
pembelajaran secara tidak langsung melalui keteladanan, pembiasaan,
dan budaya sekolah yang memperhatikan karakteristik mata pelajaran
serta kondisi siswa. Rumusan kompetensi sikap spiritual yaitu
“Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya”. Rumusan
kompetensi sikap sosial yaitu “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (toleran dan gotong royong), santun, dan
percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya”.
Kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan dirumuskan
sebagai berikut ini:
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar Pelajaran Matematika Kelas VII
KOMPETENSI
DASAR
KOMPETENSI
DASAR
MATERI
3.1 Membuat
generalisasi dari pola
pada barisan bilangan
dan barisan
konfigurasi objek
4.1 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan urutan beberapa
bilangan bulat dan
pecahan (biasa,
campuran, desimal,
persen)
Bilangan
1. Membandingkan
bilangan bulat
2. Operasi bilangan bulat
3. Membandingkan
bilangan pecahan
4. Operasi bilangan pecahan
5. Mengenal bilangan bulat
berpangkat positif
6. KPK dan FPB
3.2 Menjelaskan
kedudukan titik dalam
bidang koordinat
Kartesius yang
4.2 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan operasi hitung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dihubungkan dengan
masalah kontekstual
bilangan bulat dan
pecahan
3.3 Mendeskripsikan
dan menyatakan relasi
dan fungsi dengan
menggunakan
berbagai representasi
(kata-kata, tabel,
grafik, diagram, dan
persamaan)
4.3 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan bilangan dalam
bentuk bilangan
berpangkat bulat positif
dan negatif
3.4 Menjelaskan
himpunan, himpunan
semesta, himpunan
kosong, komplemen
himpunan, dan
operasi biner pada
himpunan
menggunakan
masalah kontekstual
4.4 Menyelesaikan
masalah kontekstual
yang berkaitan dengan
himpunan himpunan
semesta, himpunan
kosong, komplemen
himpunan, dan operasi
biner pada himpunan
Himpunan
1. Konsep himpunan
2. Sifat-sifat himpunan
3. Operasi himpunan
3.5 Menjelaskan
bentuk aljabar dan
melakukan operasi
pada bentuk aljabar
(penjumlahan,
pengurangan,
perkalian, dan
pembagian)
4.5 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan bentuk aljabar
dan operasi pada bentuk
aljabar
Bentuk Aljabar
1. Mengenal bentuk aljabar
2. Memahami operasi
bentuk aljabar
3. Memahami
penyederhanaan bentuk
aljabar
3.6 Menjelaskan
persamaan dan
pertidaksamaan linear
satu variabel dan
penyelesaiannya
4.6 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan persamaan dan
pertidaksamaan linear
satu variabel
Persamaan dan
Pertidaksamaan Linear Satu
Variabel
3.7 Menjelaskan rasio
dua besaran
(satuannya sama dan
berbeda)
4.7 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan rasio dua
besaran (satuannya
sama dan berbeda)
Perbandingan
1. Memahami dan
menentukan
perbandingan dua
besaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3.8 Membedakan
perbandingan senilai
dan berbalik nilai
dengan menggunakan
tabel data, grafik, dan
persamaan
4.8 Menyelesaikan
masalah yang berkiatan
dengan perbandingan
senilai dan berbalik
nilai
2. Memahami dan
menyelesaikan masalah
perbandingan senilai
dengan berbalik nilai
3.9 Mengenal dan
menganalisis berbagai
situasi terkait
aritmetika sosial
(penjualan,
pembelian, potongan,
keuntungan, kerugian,
bunga tunggal,
persentase, bruto,
neto, tara)
4.9 Menyelesaikan
masalah berkiatan
dengan aritmetika sosial
(penjualan, pembelian,
potongan, keuntungan,
kerugian, bunga
tunggal, persentase,
bruto, neto, tara)
Aritmetika Sosial
1. Memahami keuntungan
dan kerugian
2. Menentukan bunga
tunggal
3. Bruto, net, tara
3.10 Menganalisis
hubungan antar sudut
sebagai akibat dari
dua garis sejajar yang
dipotong oleh garis
transversal
4.10 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan hubungan antar
sudut sebagai akibat
dari dua garis sejajar
yang dipotong oleh
garis transversal
Garis dan Sudut
1. Hubungan antar garis
2. Mengenal sudut
3. Hubungan antar sudut
3.11 Mengaitkan
rumus keliling dan
luas berbagai jenis
segiempat (persegi,
persegi panjang, belah
ketupat, jajar genjang,
trapesium, dan
layang-layang) dan
segitiga
4.11 Menyelesaikan
masalah kontekstual
yang berkaitan dengan
luas dan keliling
segiempat (persegi,
persegi panjang, belah
ketupat, jajar genjang,
trapesium, dan layang-
layang) dan segitiga
Segiempat dan Segitiga
1. Mengenal bangun datar
2. Jenis dan sifat bangun
datar
3. Luas dan keliling bangun
datar
3.12 Menganalisis
hubungan antara data
dengan cara
penyajiannya (tabel,
diagram garis,
4.12 Menyajikan dan
menafsirkan data dalam
bentuk tabel, diagram
garis, diagram batang,
dan diagram lingkaran
Penyajian Data
1. Mengenal data
2. Menyajikan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
diagram batang, dan
diagram lingkaran)
Tabel 2.3 Kompetensi Dasar Pelajaran Matematika Kelas VIII
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI
DASAR
MATERI
3.1 Membuat generalisasi
dari pola pada barisan
bilangan dan barisan
konfigurasi objek
4.1 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan pola pada
barisan bilangan dan
barisan konfigurasi
objek
Pola Bilangan
1. Menentukan
persamaan barisan
bilangan
2. Menentukan
persamaan
konfigurasi objek
3.2 Menjelaskan
kedudukan titik dalam
bidang koordinat Kartesius
yang dihubungkan dengan
masalah kontekstual
4.2 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan kedudukan titik
dalam bidang koordinat
Kartesius
Kordinat Kartesius
1. Posisi titik dan garis
pada bidang
Kartesius
3.3 Mendeskripsikan dan
menyatakan relasi dan
fungsi dengan
menggunakan berbagai
representasi (kata-kata,
tabel, grafik, diagram, dan
persamaan)
4.3 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan relasi dan fungsi
dengan menggunakan
berbagai representasi
Relasi dan Fungsi
1. Bentuk penyajian
relasi
2. Ciri-ciri fungsi
3. Bentuk penyajian
fungsi
3.4 Menganalisis fungsi
linear (sebagai persamaan
garis lurus) dan
menginterpretasikan
grafiknya yang
dihubungkan dengan
masalah kontekstual
4.4 Menyelesaikan
masalah kontekstual
yang berkaitan dengan
fungsi linear sebagai
persamaan garis lurus
Persamaan Garis Lurus
1. Grafik persamaan
2. Menentukan
kemiringan
3.5 Menjelaskan sistem
persamaan linear dua
variabel dan
penyelesaiannya yang
dihubungkan dengan
masalah kontekstual
4.5 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan sistem
persamaan linear dua
variabel
SPLDV
1. Konsep SPLDV
2. Penyelesaian
SPLDV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3.6 Menjelaskan dan
membuktikan teorema
Pythagoras dan tripel
Pythagoras
4.6 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan teorema
Pythagoras dan tripel
Pythagoras
Teorema Pythagoras
1. Bukti teorema
Pythagoras
2. Penerapan
Pythagoras
3.7 Menjelaskan sudut
pusat, sudut keliling,
panjang busur, dan luas
juring lingkaran serta
hubungannya
4.7 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan sudut pusat,
sudut keliling, panjang
busur, dan luas juring
lingkaran serta
hubungannya
Lingkaran
1. Mengenal lingkaran
2. Hubungan sudut
pusat dan sudut
keliling
3. Panjang busur dan
luas juring
4. Garis singgung
lingkaran
3.8 Menjelaskan garis
singgung persekutuan luar
dan persekutuan dalam dua
lingkaran dan cara
melukisnya
4.8 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan garis singgung
persekutuan luar dan
persekutuan dalam dua
lingkaran
3.9 Membedakan dan
menentukan luas
permukaan dan volume
bangun ruang sisi datar
(kubus, balok, prisma, dan
limas)
4.9 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan luas permukaan
dan volume bangun
ruang sisi datar (kubus,
balok, prisma, dan
limas) serta
gabungannya
Bangun Ruang Sisi Datar
1. Menentukan luas
permukaan
2. Menentukan
volume
3.10 Menganalisis data
berdasarkan distribusi
data, nilai rata-rata,
median, modus, dan
sebaran data untuk
mengambil kesimpulan,
membuat keputusan, dan
membuat prediksi
4.10 Menyajikan dan
menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan
distribusi data, nilai
rata-rata, median,
modus, dan sebaran
data untuk mengambil
kesimpulan, membuat
keputusan, dan
membuat prediksi
Statistika
1. Analisis data
2. Menentukan mean,
median, dan modus
3. Ukuran penyebaran
data
3.11 Menjelaskan peluang
empirik dan teoritik suatu
4.11 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
Peluang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kejadian dari suatu
percobaan
dengan peluang empirik
dan teoritik suatu
kejadian dari suatu
percobaan
1. Hubungan peluang
empirik dan peluang
teoritik
Tabel 2.4 Kompetensi Dasar Pelajaran Matematika Kelas IX
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR MATERI
3.1 Menjelaskan dan
melakukan operasi
bilangan berpangkat,
bilangan rasional dan
bentuk akar dan sifat-
sifatnya
4.1 Menjelaskan masalah
yang berkaitan dengan
sifat-sifat operasi
bilangan berpangkat bulat
dan bentuk akar
Bilangan Berpangkat
dan Bentuk Akar
3.2 Menjelaskan
persamaan kuadrat dan
karakteristiknya
berdasarkan akar-akarnya
serta cara
penyelesaiannya
4.2 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan persamaan
kuadrat
Persamaan Kuadrat
1. Pemfaktoran
persamaan kuadrat
2. Penyelesaian
persamaan kuadrat
3.3 Menjelaskan fungsi
kuadrat dengan
menggunakan tabel,
persamaan, dan grafik
4.3 Menyajikan fungsi
kuadrat menggunakan
tabel, persamaan, dan
grafik
Fungsi Kuadrat
1. Memahami fungsi
kuadrat
2. Sifat-sifat fungsi
kuadrat
3. Nilai maksimum
dan minimum
3.4 Menjelaskan
hubungan antara koefisien
dan diskriminan fungsi
kuadrat dengan grafiknya
4.4 Menyajikan dan
menyelesaikan masalah
kontekstual dengan
menggunakan sifat-sifat
fungsi kuadrat
3.5 Menjelaskan
transformasi geometri
(refleksi, translasi, rotasi,
dan dilatasi) yang
dihubungkan dengan
masalah kontekstual
4.5 Menyelesaikan
masalah kontekstual yang
berkaitan dengan
transformasi geometri
(refleksi, translasi, rotasi,
dan dilatasi)
Transformasi
1. Translasi
2. Refleksi
3. Rotasi
4. Dilatasi
3.6 Menjelaskan dan
menentukan
kesebangunan dan
4.6 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan kesebangunan dan
Kesebangunan dan
Kekongruenan Dua
Bangun Datar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
kekongruenan antar
bangun datar
kekongruenan antar
bangun datar
3.7 Membuat generalisasi
luas permukaan dan
volume berbagai bangun
ruang sisi lengkung
(tabung, kerucut, dan
bola)
4.7 Menyelesaikan
masalah kontekstual yang
berkaitan dengan luas
permukaan dan volume
berbagai bangun ruang
sisi lengkung (tabung,
kerucut, dan bola), serta
gabungan beberapa
bangun ruang sisi
lengkung
Bangun Ruang Sisi
Lengkung
1. Menentukan luas
permukaan
2. Menentukan
volume
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian oleh Yulia Rahmawati dan Melvi Muchlian (2019)
Penelitian yang dilakukan oleh Yulia adalah penelitian yang berjudul
Eksplorasi Etnomatematika Rumah Gadang Minangkabau Sumatera
Barat. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa terdapat
unsur matematika yang digunakan dalam aktivitas membuat rumah
gadang minangkabau. Masyarakat Minangkabau telah menerapkan
konsep matematika tanpa mempelajari teori-teori terlebih dahulu.
Terbukti juga terdapat aktivitas membuat rancangan pembangunan
rumah gadang dan aktivitas membuat pola ukiran pada motif ukuran
dinding rumah gadang. Aktivitas-aktivitas tersebut termasuk ke dalam
aktivitas fundamental matematika yang ada di masyarakat
Minangkabau.
2. Penelitian oleh Arum Purba Sulistyani (2019)
Penelitian yang dilakukan oleh Sulistyani adalah penelitian yang
berjudul Eksplorasi Etnomatematika Rumah Adat Joglo Tulungagung.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa unsur-unsur
bangunan seperti tiang, pintu, dan atap dari Rumah Adat Joglo
Tulungagung memuat konsep geometri yakni bangun datar, bangun
ruang, kesebangunan, kekongruenan, Pythagoras, transformasi geometri
yang dapat diimplementasikan sebagai media pembelajaran.
3. Penelitian oleh Rita Asiah (2016)
Penelitian yang dilakukan oleh Asiah adalah penelitian yang berjudul
Efektivitas Pendekatan Kontekstual Ditinjau dari Pemahaman Konsep
Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Tri Sukses Natar
Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016). Dari
penelitian yang dilakukan ini didapatkan hasil bahwa pendekatan
kontekstual efektif untuk digunakan ditinjau dari pemahaman konsep
matematis siswa kelas VIII SMP Tri Sukses Natar Lampung Selatan
tahun pelajaran 2015/2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
C. Kerangka Berpikir
Rumah tradisional adalah rumah hunian yang dibangun secara turun
temurun dari suatu kebudayaan tertentu dan beberapa diantaranya
mengalami sedikit perubahan. Setiap rumah tradisional di Indonesia
memiliki kekhasan tersendiri dengan fungsi yang berbeda-beda. Di Provinsi
Lampung, rumah tradisional juga digunakan sebagai rumah tinggal
masyarakat Lampung.
Rumah tradisional Lampung atau sering dikenal dengan lamban atau
nuwow memiliki beberapa bagian yang dilihat dari sudut pandang depan ke
belakang, kiri ke kanan, dan bawah ke atas. Bagian depan ke belakang
meliputi tengahbah, garang hadap, beranda/ambin, lapang luar, lapang
lom, tengah resi, dapur/pawon, dan lainnya. Sementara dari kiri ke kanan
terdapat kebik. Lalu dari bawah ke atas meliputi bah lamban, lantai/resi,
panggar, dan kekopni nuwow. Bagian dan ruangan yang ada pada rumah
tradisional memiliki makna simbolik tersendiri bagi masyarakat Lampung.
Sementara itu, beberapa bagian dan ruangan pada rumah tradisional memuat
bentuk geometris dan non geometris.
Gambar 2.28 Kerangka Berpikir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif mengingat tujuan dari
ini penelitian ini adalah mengetahui aktivitas fundamental matematika dan
filosofi yang terkandung dalam rumah tradisional Lampung masyarakat
Pepadun serta menganalisis konsep matematika pada rumah tradisional
Lampung masyarakat Pepadun dan implementasinya dalam pembelajaran
matematika. Sugiyono (2014:1) mengungkapkan bahwa metode kualitatif
digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah (sebagai lawan dari
eksperimen) dimana peneliti adalah instrumen utama, teknik pengumpulan
data dilakukan dengan triangulasi, analisis data yang bersifat induktif, dan
hasil penelitian yang lebih menekankan makna dibandingkan generalisasi.
Metode ini juga disebut sebagai metode etnografi karena lebih banyak
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya di awal
kemunculannya. Maka dari itu, peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif agar hasil penelitian yang diperoleh dapat teranalisis dengan baik.
B. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Bapak Cholid Ismail Balaw, Ibu
Tuan, dan Bapak Billy Hermansyah selaku perwakilan kelompok
masyarakat Pepadun di Lampung serta Ibu Eko Wahyuningsih dan Bapak I
Made Giri Gunadi selaku Pamong Budaya Madya Museum Negeri
Lampung. Subjek pada penelitian kualitatif merupakan narasumber yang
dipilih dengan pertimbangan bahwa orang-orang tersebut memiliki
pemahaman tentang sejarah, filosofi, dan unsur-unsur pada rumah
tradisional Lampung yang bisa dikaji dalam etnomatematika.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian yang akan digunakan adalah rumah tradisional
Lampung masyarakat Pepadun yaitu: 1) Rumah Tradisional Lampung
Masyarakat Pepadun “Jajar Intan” yang beralamat di Jalan Putri Balau No.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
30, Kedamaian, Kec. Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung,
Lampung; 2) Rumah Tradisional Lampung Masyarakat Pepadun “Ginting
Kuning” yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk No. 11, Kedamaian, Kec.
Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung, Lampung; dan 3) Rumah
Tradisional Lampung Masyarakat Sebatin “Lamban Pesagi” di Museum
Negeri Lampung yang beralamat di Jalan ZA Pagar Alam No.64 Bandar
Lampung, Lampung sebagai pembanding.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan September 2020
sampai bulan Juni 2021 dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
3.1 Waktu Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2014: 63) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif
pengumpulan data dilakukan dengan kondisi yang alamiah, sumber data
primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada wawancara
mendalam, observasi, dan dokumentasi. Maka dari itu, teknik pengumpulan
data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi yang
terdiri dari wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi.
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
sejarah rumah tradisional Lampung khususnya kelompok masyarakat
Pepadun serta makna filosofisnya berdasarkan sudut pandang pamong
budaya madya Museum Negeri Lampung dan perwakilan kelompok
masyarakat Pepadun yang masih tinggal di rumah tradisional Lampung.
Wawancara ini dilakukan menggunakan pedoman wawancara yang dibuat
sebagai acuan ketika melakukan kegiatan wawancara namun sangat
dimungkinkan adanya pertanyaan tambahan dalam pelaksanaannya.
Observasi lapangan dilakukan guna memahami konteks data
sehingga diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh, melihat hal-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
hal yang kurang atau tidak diamati orang lain atau tidak diungkapkan oleh
narasumber dalam wawancara, dan menemukan hal-hal di luar persepsi
narasumber. Peneliti melakukan observasi dengan berpedoman pada
pendekatan etnografi. Pendekatan etnografi merupakan pendekatan ilmu
yang menggambarkan tentang kebudayaan suku-suku bangsa. Data yang
diperoleh berupa foto rumah tradisional dan informasi berupa fakta-fakta
lainnya yang berkaitan dengan rumah tradisional Lampung masyarakat
Pepadun.
Selain itu, teknik pengumpulan data dokumentasi dibagi menjadi
tiga bentuk yakni tulisan, gambar, dan karya. Dokumen berbentuk tulisan
misalnya literatur berupa catatan atau buku pegangan tentang rumah
tradisional Lampung. Dokumen berbentuk gambar misalnya foto atau
sketsa/rancang bangun rumah tradisional Lampung. Dokumen berbentuk
karya misalnya karya seni yang ada pada rumah tradisional Lampung.
Tujuan dari kegiatan dokumentasi ialah guna memperoleh data sekunder
pada rumah tradisional Lampung.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif maka peneliti berperan
sebagai instrumen utama. Sugiyono (2014: 60) mengatakan bahwa peneliti
sebagai instrumen utama menetapkan fokus penelitian, memilih narasumber
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
menganalisis data, menafsirkan data, dan menarik kesimpulan. Sedangkan
instrumen lain yang digunakan adalah pedoman wawancara, lembar
observasi dan dokumentasi, serta gawai untuk merekam suara atau
mengambil gambar. Pedoman wawancara yang digunakan berisi beberapa
butir pertanyaan yang menjadi acuan untuk memperoleh informasi atau data
yang diperlukan. Lembar observasi berisi acuan pengamatan yang akan
dilakukan saat pengambilan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian akan dianalisis. Teknik analisis
data dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data. Triangulasi sumber
data dilakukan berdasarkan teknik analisis data interaktif mengikuti konsep
Miles and Huberman (1994) dalam Sugiyono (2014: 92-99), yang berupa
tiga langkah yakni tahap reduksi data, penampilan data, dan penarikan
kesimpulan.
Reduksi data (data reduction) dilakukan dengan mereduksi data atau
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal yang penting,
mencari tema dan pola yang diperoleh dari observasi lapangan, wawancara,
dan dokumentasi. Peneliti memfokuskan pada aktivitas fundamental serta
makna filosofis yang terkandung pada rumah tradisional Lampung
masyarakat Pepadun, konsep matematika topik bangun ruang sisi datar pada
rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun, dan implementasi konsep
matematika topik bangun ruang sisi datar tersebut pada pembelajaran
matematika SMP kelas VIII.
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian
data (data display). Dalam penelitian kualitatif penyajian data dilakukan
dalam bentuk narasi deskriptif, bagan, hubungan antar kategori, dan
sebagainya. Peneliti mendeskripsikan data yang sudah direduksi dari hasil
observasi lapangan yang dapat dikaitkan dengan hasil dokumentasi dan
menjabarkan transkrip wawancara yang diperoleh dari beberapa
narasumber. Selanjutnya, penarikan kesimpulan (conclusions drawing)
dilakukan dengan verifikasi data yang diperoleh dan telah dianalisis.
Peneliti akan menarik kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah dan
tujuan dari penelitian. Pada tahap ini akan diketahui hasil analisis yang
diperoleh terkait aktivitas fundamental matematika dan filosofi apa saja
yang terkandung dalam rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun.
Selain itu, akan diketahui pula terkait konsep matematika apa saja yang ada
pada rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun dan
implementasinya dalam pembelajaran matematika SMP kelas VIII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 3.2 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
(dalam Sugiyono, 2014: 92)
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan
yang peneliti lakukan diantaranya tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
dan tahap penyelesaian. Tahap perencanaan meliputi penyusunan dan
pengajuan proposal penelitian, mengurus perijinan penelitian ke Kantor
Museum Nasional Lampung dan pemilik rumah tradisional Lampung
masyarakat Pepadun, serta penyusunan instrumen pengumpulan data.
Selanjutnya dilakukan tahap pelaksanaan yang dilakukan langsung
oleh peneliti. Pada tahap ini peneliti akan melaksanakan penelitian sesuai
dengan yang telah direncanakan. Peneliti melakukan pengambilan data
dengan wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi kepada Pamong
Budaya Madya Museum Nasional Lampung dan perwakilan kelompok
masyarakat Pepadun yang masih tinggal di rumah tradisional Lampung.
Dokumentasi untuk kelengkapan data penelitian yang akan dilakukan
berupa pengambilan gambar saat pelaksanaan wawancara; bagian-bagian
rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun; dokumen yang
diperlihatkan; sketsa atau rancang bangun rumah tradisional Lampung
masyarakat Pepadun; dan perekaman suara saat pelaksanaan wawancara.
Tahap selanjutnya adalah tahap penyelesaian yang berupa proses
analisis data dan penyusunan laporan penelitian. Selain sebagai teknik
pengumpulan data, triangulasi merupakan salah satu teknik menguji
Data Collection
Data Display
Data Reduction
Conclusions
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data. Proses analisis data dilakukan mulai dari reduksi data,
penampilan data, dan penyimpulan data. Data yang telah diperoleh selama
pelaksanaan penelitian dan dianalisis kemudian disusun dalam laporan
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Tahap awal yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian
di lapangan ialah tahap persiapan. Tahap persiapan ini meliputi persiapan
secara matang baik materi maupun komunikasi dari peneliti, pembuatan
instrumen lain penelitian, pengajuan surat izin untuk melaksanakan
penelitian, dan penyerahan surat izin kepada subjek penelitian. Peneliti
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menunjang peneliti
dalam mengumpulkan data di lapangan.
Hal utama yang perlu dipersiapkan adalah instrumen penelitian.
Yang pertama adalah persiapan secara matang dari peneliti sendiri sebagai
instrumen utama penelitian. Selanjutnya persiapan instrumen lain penelitian
seperti pedoman wawancara serta lembar observasi dan dokumentasi.
Pedoman wawancara berisi beberapa pertanyaan untuk memperoleh
informasi terkait rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun. Lembar
observasi dan dokumentasi berisi beberapa aspek yang menjadi pengamatan
terkait rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun yang digunakan
untuk melengkapi hasil wawancara. Setelah peneliti mendiskusikan
pedoman wawancara serta lembar obervasi dan dokumentasi tersebut
bersama dosen pembimbing kemudian instrumen tersebut diperiksa kembali
oleh dosen ahli. Jika ada yang kurang sesuai dengan tujuan penelitian yang
ingin dicapai maka akan dilakukan perbaikan instrumen. Setelah melalui
proses perbaikan dan disetujui oleh dosen ahli maka peneliti dapat
menggunakan instrumen penelitian untuk pengumpulan data di lapangan.
Tahap persiapan berikutnya adalah pengajuan surat permohonan
izin untuk melaksanakan penelitian dan pengambilan data. Peneliti
menghubungi sekretariat jurusan untuk mendapatkan surat izin. Ada pun
pengajuan surat izin tersebut memerlukan data yang perlu diberikan kepada
sekretariat jurusan seperti nama lengkap peneliti, nomor induk mahasiswa
(NIM), program studi, jurusan, semester yang sedang ditempuh, judul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
penelitian, waktu penelitian, instansi atau tujuan penelitian, serta alamat dan
tempat penelitian. Setelah memberikan data tersebut peneliti mendapatkan
surat permohonan izin penelitian dan pengambilan data dalam waktu kurang
lebih tiga hari.
Setelah mendapatkan surat permohonan izin penelitian dan
pengambilan data dari jurusan, peneliti menyerahkan surat tersebut ke
instansi atau tempat tujuan penelitian yaitu Museum Negeri Lampung,
Rumah Tradisional “Jajar Intan”, dan Rumah Tradisional “Ginting
Kuning”. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam
pengambilan subjek dan objek penelitian. Sugiyono (2014: 122)
mengungkapkan bahwa purposive sampling merupakan teknik
pengambilan sampel untuk sumber data dengan suatu pertimbangan
tertentu. Maka instansi atau tempat tujuan penelitian tersebut dipilih peneliti
dengan pertimbangan dapat digunakan untuk mencapai tujuan penelitian.
Surat tersebut peneliti serahkan secara langsung ke bagian
pelayanan di Museum Negeri Lampung untuk dapat diteruskan kepada
Bapak Budi Supriyanto, S. Sos., M. Hum., selaku Kepala UPTD Museum
Negeri Provinsi Lampung “Ruwa Jurai”. Diperlukan waktu kurang lebih
satu minggu untuk mendapatkan konfirmasi penelitian. Setelah mendapat
konfirmasi persetujuan dari Bapak Budi, peneliti dipersilakan untuk
melaksanakan penelitian dan pengambilan data dengan Bapak I Made Giri
Gunadi dan Ibu Eko Wahyuningsih selaku Pamong Budaya Madya Musum
Negeri Provinsi Lampung. Sementara itu, waktu penelitian dan
pengambilan data di Rumah Tradisional “Jajar Intan” dan Rumah
Tradisional “Ginting Kuning” dapat dilakukan menyesuaikan jadwal
pengelola atau pemilik rumah sebagai subjek penelitian. Peneliti
melaksanakan penelitian dan pengambilan data di lapangan pada tanggal 8
Maret 2021 sampai 28 Maret 2021.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
B. Analisis Data
Terdapat tiga data hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Data wawancara diperoleh dari Bapak I Made Giri Gunadi dan Ibu Eko
Wahyuningsih selaku Pamong Budaya Madya Museum Negeri Lampung,
Bapak Cholid Ismail Balaw gelar Suttan Praja Kelana selaku pemilik rumah
tradisional Lampung “Jajar Intan”, Ibu Tuan dan Bapak Billy Hermansyah
selaku pemilik dan pengelola rumah tradisional Lampung “Ginting
Kuning”.
Data hasil observasi diperoleh dari pengamatan maupun pengukuran
secara langsung di Lamban Pesagi Museum Lampung, rumah tradisional
Lampung “Jajar Intan”, dan rumah tradisional Lampung “Ginting Kuning”.
Data hasil dokumentasi diperoleh dari studi pustaka dan dokumen arsitektur
rancang bangun dari Museum Lampung dan rumah tradisional Lampung
“Jajar Intan”. Berikut analisis data pada penelitian ini:
1. Reduksi data
a. Wawancara
Tabel 4.1 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai
Sejarah Rumah Tradisional Lampung
P Bagaimana sejarah keseluruhan dari rumah tradisional
Lampung?
N1
Rumah tradisional Lampung pada umumnya baik sebatin
maupun pepadun itu adalah bentuk rumah panggung. Bentuk
rumah panggung ini berkaitan dengan keadaan geografis
masyarakat yang hidup di daerah cincin api jadi zona bahaya
gempa. Karena dari pengalamannya rumah panggung ini
aman untuk gempa. Kedua, dari lingkungan masyarakat di
Lampung itu lingkungannya masih ada binatang-binatang
buas sehingga lebih aman dengan rumah panggung ini.
N2
Nah secara umumnya rumah tradisional yang ada di
Lampung itu bisa kita bagi dari daerahnya misalnya rumah
tradisional yang ada di daerah peminggir atau di orang-orang
sebatin dan juga daerah pedalaman atau pepadun. Pada
umumnya sejarah rumah ini kalau kita lihat mulai
peletakkannya kalau yang awal itu biasanya di sepanjang
sungai, Mbak, mengikuti sungai dari hulu sampai ke hilir.
N3
Ya kan dari zaman dulu udah memang tinggi kayak gini ya.
Kalau zaman dulu itu kan lagi banyak hutannya kan ya jadi
banyak binatang buas otomatis bikin rumahnya tinggi. Untuk
menghindari dari adanya binatang buas kan gitu.
N5 Kalau sebatas hanya yang diketahui itu rumah tradisional itu
beda sama rumah adat. Kalau rumah tradisional itu ada sekat
untuk bilik kamar tapi kalau rumah adat itu tidak ada sekat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kalau rumah tempat tinggal buat orang Lampung itu seperti
biasanya rumahnya panggung dan terbuat dari papan jarang
material yang beton. Fungsi dari itu ya karena mereka
seringkali berpindah-pindah kebanyakan mereka bertempat
tinggal bersebelahan dengan kali dan mencegah dari
binatang buas.
Lampung mulai berpisah dari Sumatera Selatan pada tahun
1964. Maka dari itu, rancang bangun rumah tradisional
Lampung beberapa dipengaruhi oleh dari teknologi rancang
bangun masyarakat Meranjat di Palembang, Sumatera Selatan.
Dilihat dari kondisi geografisnya, Lampung berada di sebelah
barat berbatasan dengan Samudra Hindia, sebelah timur dengan
Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan Sumatera Selatan,
dan di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda. Kondisi
tersebut juga membuat daerah Lampung sebagai daerah cincin
api yang rawan gempa. Hal ini membuat pemukiman masyarakat
Lampung berada di daerah pesisir pantai dan pedalaman hutan.
Berdasarkan kondisi tersebut masyarakat Lampung terbagi
menjadi dua kelompok masyarakat yakni: 1) masyarakat
peminggir atau sebatin dan 2) masyarakat pedalaman atau
pepadun. Rumah tradisional digunakan masyarakat untuk
tempat hunian. Masyarakat sebatin yang terletak di pesisir pantai
biasa menyebut rumah tradisional sebagai Lambahan atau
Lamban dalam bahasa Lampung. Sedangkan masyarakat
pepadun yang terletak di pedalaman atau pinggir sungai biasa
menyebut rumah tradisional sebagai Nuwow dalam bahasa
Lampung. Lamban dan Nuwow tidak memiliki perbedaan yang
jauh hanya terletak pada pembagian ruangan dimana Nuwow,
rumah masyarakat Pepadun lebih kompleks. Masyarakat
Lampung mendirikan hunian tempat tinggal menyesuaikan
kondisi geografis di daerahnya seperti untuk menghindari banjir,
mengatasi gempa, dan menghindari binatang buas maka rumah
tradisional Lampung berbentuk rumah panggung. Pada awalnya
pemukiman rumah tradisional masyarakat Lampung didirikan di
sepanjang sungai atau pesisir pantai. Namun seiring masuknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
zaman kolonial maka pemukiman masyarakat Lampung pun
menyesuaikan diri dengan mendirikan rumah di sepanjang
pinggir jalan aspal. Rumah tradisional berbeda dengan rumah
adat. Rumah tradisional adalah rumah hunian yang berbentuk
panggung dan memiliki sekat untuk ruangan-ruangan.
Sedangkan rumah adat adalah rumah yang digunakan untuk
upacara adat atau musyawarah adat (dalam bahasa Lampung:
begawi adat) dan tidak memiliki sekat. Sementara itu di daerah
Wisata Budaya Kedamaian tempat rumah tradisional Lampung
“Jajar Intan” dan rumah tradisional Lampung “Ginting Kuning”
merupakan daerah perkampungan masyarakat Pepadun. Dahulu
kala daerah ini merupakan hutan dan aliran sungai dan dibuka
oleh tiga orang Pepadun tertua yang merupakan panglima perang
(dalam bahasa Lampung: sulan derango) Ratu Balaw. Nama
ketiga orang tersebut adalah Suttan Ibu, Suttan Ngakukahan, dan
Suttan Unjunan. Nama rumah tradisional Lampung “Jajar Intan”
merupakan nama yang unik dan pemberian dari orang tua Bapak
Cholid Ismail Balaw sebagai suatu warisan. Sementara itu, nama
rumah tradisional Lampung “Ginting Kuning” berasal dari
mayoritas corak pada rumah ini berupa bunga ginting yang
berwarna kuning.
Tabel 4.2 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai
Bagian-Bagian pada Rumah Tradisional Lampung dan Fungsinya
P Apa saja bagian-bagian yang terdapat pada rumah tradisional
Lampung?
N1
Kemudian rumah panggung ini pada umumnya terbagi
menjadi 3: bagian bawah, bagian badan, dan bagian atap.
Bagian bawah ini biasanya untuk menaruh berbagai hal
seperti kayu bakar bahkan ternak, dan lain. Bagian badan
sebagai tempat hunian masyarakat.
N2
Memang di Lampung kental dengan agama Islam namun
juga mengusung kepercayaan Hindu-Buddha. Bagian bah
lamban, tengah resi, dan atap itu seperti pembagian candi
Borobudur. Kamadatu sesuatu yang tidak lazim untuk dilihat
ada di bagian bawah. Rupadatu adalah dunia kita beraktivitas
dan bersosialisai. Arupadatu adalah sesuatu yang tidak bisa
kita bayangkan dengan sempurna karena itu milik Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
N3 Ya ada bah lamban, terus depan untuk ruang tamu. Terus itu
ruang tengah. Kalau yang di atas itu kan penaku.
Tabel 4.3 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai
Ruangan-Ruangan pada Rumah Tradisional Lampung dan Fungsinya
P Terdapat ruangan apa saja yang ada pada rumah tradisional
Lampung dan bagaimana fungsinya?
N1 Lamban Pesagi itu kalau di tengah kan inti baru terbagi
menjadi ruang tidur ada 2 (orang tua dan anak gadis), ruang
terbuka (bisa untuk tidur anak laki-laki), dan dapur.
N3
Ada dua bilik di Ginting Kuning ini untuk yang tua, untuk
anak gadis, terus dapur, dan ruang untuk solat. Nah kalau kita
kumpul mau yasinan atau arisan, kumpulin orang-orangnya
di ambin ini. Kalau ruang tengah untuk pertemuan keluarga
inti. Kalau penaku itu untuk penyimpanan alat-alat untuk
pertanian kayak lumbung, tikar, dan barang-barang lain.
N4
Di Jajar Intan ini, tangga yang sana itu untuk tamu orang
luar. Ini yang kita sekarang ruang tamu untuk menerima
tamu. Ada itu lapang agung adalah ruang yang terhormat
biasanya untuk pertemuan kepala-kepala adat dan
musyawarah adat. Ada bilik atau kamar ya, juga ada dapur.
Kalau rumah ini ada 3 kamar. Satu untuk kamar biangnya lah
ya kemudian dua kamar untuk kamar anak. Satu untuk kamar
gadis dan satu untuk kamar laki-laki
N5
Pertama, rumah tradisional Lampung itu bilik di depannya
untuk orang tua atau anak laki-laki tertua. Baru setelah itu,
di belakangnya lagi kamar anak perempuan, di belakang ada
dapur, gudang kecil untuk penyimpanan hasil panen, ada
juga yang buat jemur di paling belakang sendiri itu garang
namanya.
Terdapat tiga bagian utama pada rumah tradisional Lampung
yakni: 1) bagian bawah rumah (dalam bahasa Lampung: bah
lamban); 2) tengah atau inti rumah; dan 3) atas atau bubungan
rumah. Bagian bawah terdiri dari tiang-tiang penyangga yang
berfungsi untuk memelihara hewan ternak, menyimpan kayu
bakar, menghindari banjir, dan menghindari binatang buas.
Zaman dahulu tiang-tiang penyangga terbuat dari material kayu
yang berdiameter besar dengan tujuan dapat menopang
bangunan rumah. Namun karena keterbatasan bahan baku
tersebut maka tiang-tiang penyangga sudah mulai digantikan
menjadi material semen atau beton. Bagian tengah atau inti
rumah terdiri dari beberapa ruangan. Dimulai dari depan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
belakang, terdapat teras atau serambi rumah (dalam bahasa
Lampung: ambin) difungsikan untuk menerima tamu luar dan
tempat musyawarah mufakat (dalam bahasa Lampung:
merwatin). Ambin berhubungan langsung dengan tangga (dalam
bahasa Lampung: ijan) dan memiliki pagar kayu yang biasa
disebut andang-andang. Ambin pada rumah tradisional
Lampung ada dua macam yaitu sejajar dan bertingkat.
Selanjutnya, terdapat ruang tengah (dalam bahasa Lampung:
lapang lom) yang berfungsi sebagai tempat untuk beraktivitas
dan bersosialisasi seperti: menerima tamu yang kehormatannya
lebih tinggi, kumpul keluarga, dan merwatin. Lapang lom di
setiap rumah memiliki nama yang berbeda, seperti di rumah
tradisional Lampung “Jajar Intan” dinamakan lapang agung
untuk tempat bermusyawarah para kepala adat atau tamu yang
sangat dihormati. Selain itu, ada tempat untuk musyawarah
kaum wanita dinamakan tengah resi. Kemudian, bagian inti
rumah yang bersekat terdapat bilik atau kamar (dalam bahasa
Lampung: kebik) yang berfungsi sebagai tempat tidur anggota
keluarga. Kebik ini pun terdapat pembagian khusus kebik
pertama digunakan untuk anak laki-laki tertua, kebik kedua
digunakan untuk orang tua, dan kebik ketiga digunakan untuk
anak gadis. Pada rumah tradisional Lampung “Jajar Intan”
terdapat tiga kebik yang dinamakan kebik perumpu, kebik
tengah, dan kebik rangok. Sedangkan pada Lamban Pesagi di
Museum Lampung dan rumah tradisional Lampung “Ginting
Kuning” hanya terdapat dua kebik yakni kebik orang tua dan
kebik anak gadis. Pada bagian belakang rumah terdapat dapur
dan tempat mencuci. Dapur atau pawon merupakan tempat
untuk memasak dan menyimpan persediaan makanan. Selain itu,
di dapur juga terdapat penaku yang difungsikan untuk
menyimpan peralatan pertanian seperti tikar, lumbung, peralatan
masak, dan sebagainya. Di belakang dapur terdapat tempat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
mencuci piring atau pakaian yang disebut gaghang. Lantai
gaghang pada rumah tradisional Lampung terbuat dari bambu
bulat yang dipecah dan dipotong saat waktu tertentu.
Penggunaan bambu pada lantai agar tahan air dan menyalurkan
air langsung ke bawah atau tanah. Namun, beberapa rumah ingin
memangkas biaya pembangunan rumah dengan cara
menyederhanakan pembuatan tempat mencuci seperti halnya
rumah tradisional Lampung “Ginting Kuning” yang tidak
memiliki gaghang. Bagian selanjutnya adalah atas rumah. Atas
rumah terdiri dari tempat untuk menyimpan pusaka (dalam
bahasa Lampung: pemanohan) dan atap atau bubungan rumah
(dalam bahasa Lampung: kekopni lamban). Pemanohan yang
disimpan biasanya berupa keris, alat musik, buku kulit kayu,
atau barang-barang tua yang berharga lainnya. Pada beberapa
rumah tradisional juga terdapat ruangan khusus untuk beribadah
atau sholat. Alat dan bahan baku yang biasanya digunakan untuk
membangun rumah tradisional Lampung adalah kayu Merbau,
kayu Meranti, atau kayu Tenan, bambu Betung, pasak kayu, tali
rotan, alang-alang, dan ijuk. Bahan yang telah diperoleh tersebut
kemudian diawetkan secara alami dengan perendaman di kolam
atau air, pengeringan atau penjemuran, dan pemberian oli.
Namun seiring perkembangan zaman sekarang ini, beberapa
bahan baku sulit untuk dicari sehingga masyarakat menyiasati
dengan mengganti bahan baku tersebut. Pasak kayu dan tali
rotan untuk mengikat kayu-kayu diganti dengan paku. Kayu
tiang penyangga diganti dengan pondasi semen beton.
Tabel 4.4 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai
Aturan Pembuatan Rumah Tradisional Lampung
P Apakah ada aturan khusus dalam membangun rumah
tradisional Lampung?
N1 Arah mata angin yaitu ventilasi mengarah ke sinar matahari
pada umumnya namun tidak mutlak.
N3 Ada dua bilik di Ginting Kuning ini untuk yang tua, untuk
anak gadis, terus dapur, dan ruang untuk solat. Nah kalau kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kumpul mau yasinan atau arisan, kumpulin orang-orangnya
di ambin ini. Kalau ruang tengah untuk pertemuan keluarga
inti. Kalau penaku itu untuk penyimpanan alat-alat untuk
pertanian kayak lumbung, tikar, dan barang-barang lain.
N4
Di Jajar Intan ini, tangga yang sana itu untuk tamu orang
luar. Ini yang kita sekarang ruang tamu untuk menerima
tamu. Ada itu lapang agung adalah ruang yang terhormat
biasanya untuk pertemuan kepala-kepala adat dan
musyawarah adat. Ada bilik atau kamar ya, juga ada dapur.
Kalau rumah ini ada 3 kamar. Satu untuk kamar biangnya lah
ya kemudian dua kamar untuk kamar anak. Satu untuk kamar
gadis dan satu untuk kamar laki-laki
N5
Pertama, rumah tradisional Lampung itu bilik di depannya
untuk orang tua atau anak laki-laki tertua. Baru setelah itu,
di belakangnya lagi kamar anak perempuan, di belakang ada
dapur, gudang kecil untuk penyimpanan hasil panen, ada
juga yang buat jemur di paling belakang sendiri itu garang
namanya.
Ada berbagai aturan dalam membangun rumah tradisional
Lampung. Aturan umum dalam membangun rumah tradisional
adalah penentuan arah mata angin untuk ventilasi udara dan
pencahayaan sinar matahari. Selain itu, aturan umum lainnya
adalah untuk menyediakan pangan berupa kelapa dan pisang
untuk para tukang yang membangun. Beberapa aturan dalam
pembangunan rumah tradisional Lampung zaman dahulu sudah
berbeda dengan zaman modern. Hal ini dikarenakan
keterbatasan berbagai macam hal yang pada zaman modern ini
sulit untuk dilakukan, seperti pemilihan bahan baku. Aturan
khusus memilih bahan baku yang berupa kayu, bambu, rotan,
alang-alang, dan ijuk harus yang berusia tua dan dipotong di
waktu tertentu agar memiliki kualitas baik dan tahan lama.
Namun demikian, mencari bahan baku alam terutama kayu dan
bambu yang sesuai saat ini sulit ditemukan. Kayu yang
berdiameter besar dan dimanfaatkan salah satunya sebagai tiang
penyangga mulai digantikan dengan material semen beton yang
mudah didapatkan. Aturan khusus lainnya dalam membangun
rumah tradisional adalah bentuk rumah panggung. Beberapa
masyarakat ada yang menerapkan aturan khusus dalam
pembuatan tangga dengan filosofi tertentu. Ada rumah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
menerapkan aturan peletakkan tangga harus di sebelah kiri
dengan makna untuk menganankan atau menghormati pemilik
rumah. Selain itu, pada pembuatan anak tangga ada yang
berpendapat jumlahnya harus ganjil menyesuaikan ciri khas
daerah atau marga (dalam bahasa Lampung: hulun) masing-
masing, misalnya Hulun Abung Siwo Mergo (dalam bahasa
Indonesia: Marga Abung Sembilan Marga). Hulun Abung Siwo
Mergo menerapkan sesuatu berdasarkan jumlah hitungan
sembilan, seperti jumlah anak tangga, jumlah tiang penyangga,
dan pucuk pada siger (mahkota pengantin wanita Lampung).
Dengan makna jika ganjil maka menyesatkan yang ingin berbuat
jahat. Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa anak tangga
mengikuti “tanggal tunggu tanggal tunggu…” artinya hitungan
anak tangga genap. Namun demikian, pembuatan tangga juga
menyesuaikan ketinggian tiang penyangga, dari tanah sampai
lantai rumah. Kemudian aturan berikutnya terletak pada
pemakaian motif atau ragam hias yang tidak menyalahi hias ciri
khas motif atau ragam dari daerah atau marga lain di Lampung.
Rumah tradisional Lampung memiliki beberapa ciri khusus,
yakni: 1) bentuknya yang berupa rumah panggung segiempat
atau memanjang; 2) adanya tangga di depan rumah; 3) beberapa
rumah terdapat paguk yang berbentuk seperti belalai gajah; 4)
terdapat culuk langit; 5) resplang ujung atap memiliki motif atau
ukiran; 6) terdapat simbol siger; 7) terdapat sepasang payung di
gerbang depan; dan 8) tidak banyak memiliki kursi atau sofa.
Paguk yang terletak di antara tiang vertikal dan horizontal di atas
rumah menunjukkan kewibawaan atau keperkasaan si pemilik
rumah. Pada rumah tradisional Lampung “Ginting Kuning”
zaman dahulu dan rumah tradisional Lampung “Jajar Intan” juga
memiliki ciri khas yakni sepasang kepala menjangan yang
diawetkan dan diletakkan di atas pintu masuk rumah. Sama
halnya dengan paguk, kepala menjangan ini pun menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
keberanian atau keperkasaan si pemilik rumah. Namun
demikian, tidak setiap rumah tradisional Lampung memiliki
kepala menjangan dan paguk. Culuk langit dan sepasang payung
menandakan bahwa si pemilik rumah adalah penyimbang adat
atau Suttan. Pada rumah tradisional Lampung jarang dijumpai
kursi atau sofa untuk duduk melainkan menggunakan alas tikar.
Hal ini bermakna bahwa pemakaian tikar untuk menunjukkan
kesamarataan derajat atau kehormatan saat berkumpul. Namun,
untuk membedakan yang derajat yang tidak terlalu signifikan
maka seorang yang menyandang gelar duduk beralaskan bantal.
Tiga bagian utama rumah tradisional Lampung mengikuti
kepercayaan Hindu-Buddha, seperti bangunan Candi
Borobudur. Bagian bah lamban menyerupai kamadatu yakni
melambangkan dunia bawah atau kaki rumah yang tidak lazim
untuk dilihat. Bagian tengah atau inti rumah menyerupai
rupadatu yakni melambangkan dunia tengah atau badan tempat
bersosialisasi dan beraktivitas. Bagian atas rumah menyerupai
arupadatu yakni melambangkan dunia atas atau kepala dengan
makna sesuatu yang tidak bisa dibayangkan dengan sempurna
karena kesempurnaan hanya milik Tuhan. Dalam proses
mengawali pembuatan rumah juga memerlukan ritual
membangun rumah dengan mengumpulkan tujuh mata air dari
sumber yang berbeda. Hal ini bermakna agar pembangunan
rumah dapat berjalan dengan lancar.
Tabel 4.5 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai
Pembuatan Tangga
P Bagaimana pembuatan tangga yang ada di rumah tradisional
Lampung?
N1 Jumlah tangga ganjil karena keyakinan dan pengalaman.
Kalau ganjil akan menyesatkan yang ingin berbuat jahat.
N2 Jumlah tangganya ganjil biasanya, Mbak. Tapi beberapa ada
yang sudah menyesuaikan tinggi tiang saja.
N3 Kalau Bahasa Lampungnya tanggal tunggu tanggal tunggu,
ujungnya harus ada tunggu. Jadi itungannya genap. Tapi
balik lagi sama kepercayaan tiap orang beda-beda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
N5
Pasti menyesuaikan tingkat ketinggian antara tanah bawah
dengan rumah inti. Tapi mungkin masih ada salah satu yang
menggunakan sembilan anak tangga atau ganjil.
Tabel 4.6 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai
Ukuran Tiang Penyangga
P Berapa meter tinggi tiang rumah tradisional Lampung?
N1 Jumlah tangga ganjil karena keyakinan dan pengalaman.
Kalau ganjil akan menyesatkan yang ingin berbuat jahat.
N2 Umumnya antara 1,5 meter sampai 2 meter.
N3 Kalau dulu itu tiangnya 1,5 meter sekian.
N4 2,5 meter sampai 3 meter.
N5
Maksimal 2 meter dari permukaan tanah ke lantai rumah
karena kayu yang masuk ke tanah itu kisaran 40 cm – 50
cm. Diameternya besar kisaran 50 cm ke atas untuk
tiangnya.
Tabel 4.7 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai
Ukuran Luas Bangunan Rumah
P Bagaimana ukuran dan bentuk dalam perencanaan dan
pembuatan rumah tradisional Lampung?
N1 Rumah tradisional Lampung pada umumnya baik sebatin
maupun pepadun itu adalah bentuk rumah panggung.
N3 Ukuran luas bangunan ini kalau nggak salah 18 m × 18 m.
Bentuknya rumah panggung.
N4 Ukuran luas tanah saya ini 3600 m2 dan bangunannya 20 m
× 20 m.
N5 Rumah orang Lampung itu jika modelnya memanjang,
ukurannya 7 m × 14 m atau 8 m × 20 m.
Pada beberapa masyarakat, pembuatan tangga depan rumah
biasanya memperhitungkan jumlah anak tangga ganjil atau
genap. Pengukuran yang dilakukan masyarakat zaman dahulu
menyesuaikan diri sendiri seperti depa, jengkal, langkah, dan
sebagainya. Jika dilihat dari ukuran baku maka beberapa
pengukuran yang ada pada rumah tradisional Lampung sebagai
berikut: tinggi tiang penyangga berkisar antara 1,5 meter sampai
3 meter; diameter tiang penyangga antara 40 cm sampai 50 cm;
tinggi dari lantai rumah ke atap rumah antara 6 meter sampai 7
meter; luas tanah yang beragam yakni antara 400 m2 sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3600 m2; bentuk rumah segiempat (dalam bahasa Lampung:
pesagi) memiliki ukuran bangunan antara 18 meter × 18 meter
atau ukuran 20 meter × 20 meter; bentuk rumah memanjang
(dalam bahasa Lampung: mahunyuk’an) memiliki ukuran
bangunan antara 7 meter × 14 meter atau 9 meter × 20 meter;
kebik berukuran 4 meter × 4 meter; dapur dan gudang berukuran
3 meter × 3 meter. Rumah masyarakat biasa memiliki ukuran
yang lebih kecil dibandingkan rumah bangsawan.
Tabel 4.8 Cuplikan Pertanyaan dan Jawaban Narasumber Mengenai
Lokasi Pembuatan Rumah
P Bagaimana masyarakat Lampung mempertimbangkan lokasi
untuk dibuat rumah?
N2
Ini kalau dulu memang perkampungan Lampung kan selalu
di pinggir sungai karena sungai merupakan urat nadi jalan
yang kemudian mereka membuat disana. Namun setelah
mulai kolonial masuk membuat jalan, mereka kan akhirnya
berpindah tempat. Walaupun sampai sekarang juga masih
banyak yang di sepanjang sungai tapi beberapa dari mereka
mulai di pinggir jalan. Lokasi-lokasi itu biasanya sesuai
dengan kepemilikan tanah mereka
N3 Ya kalau itu tergantung dikasihnya orang tua ya. Kalau kita
di perkotaan gini sih ya di pinggir jalan aja udah.
N5 Kalau yang lama itu kebanyakan memang di pinggir kali,
tapi untuk yang modern kan sudah banyak yang di tengah
kota.
Sementara itu, masyarakat Lampung memiliki urutan ketika
ingin membangun rumah tradisional yakni pemilihan dan
persiapan bahan baku, penentuan lokasi, ritual membangun
rumah, membangun rumah, dan ritual sebelum menempati
rumah. Pertama, pengumpulan bahan baku berupa kayu, bambu,
rotan, ijuk, dan alang-alang dapat memakan waktu ± 2 tahun.
Setelah semua bahan terkumpul kemudian bahan baku melalui
proses pengawetan alami dengan perendaman berulang,
penjemuran berulang, dan pemberian oli. Pada bahan baku
bambu untuk lantai gaghang, selain diawetkan tetapi juga
dipecah atau dibelah terlebih dahulu agar plupuh yakni tahan air.
Kedua, menentukan lokasi atau tanah rumah (dalam bahasa
Lampung: wangunan) yang strategis di urat nadi jalan yakni di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
pinggir sungai atau di pinggir jalan raya dengan mengikuti arah
mata angin dan sinar matahari. Persiapan lokasi rumah ini
memerlukan waktu ± 1 tahun untuk menebang pohon dan
mematangkan tanah. Namun demikian, ada pun beberapa lokasi
rumah ini telah ditentukan berdasarkan pembagian warisan dari
orang tua. Selanjutnya, ritual atau upacara meliputi ritual untuk
bahan baku, ritual membuka tanah (dalam bahasa Lampung:
ngebebali tanoh), dan ritual pembangunan rumah. Ritual ini
dilakukan dengan mengumpulkan tujuh mata air dari sumber
yang berbeda agar diberikan kelancaran dalam membangun
rumah. Setelah itu dilakukan pengukuran dan perancangan
rumah. Dalam merancang rumah, masyarakat Lampung ada
yang menggunakan arsitektur khusus tetapi juga ada yang
menggunakan arsitektur tradisional. Arsitektur tradisional
adalah orang yang dituakan dan memiliki kepiawaian dalam
mengukur, memasang, membangun rumah serta memanfaatkan
bahan-bahan yang ada disekitar sebagai bahan baku membuat
rumah. Setelah semua persiapan dan perancangan selesai,
dilakukan pembangunan rumah. Diawali dengan pemasangan
pondasi berupa umpak di titik-titik yang akan dipasang tiang
penyangga. Umpak adalah susunan batu bulat yang saling
menopang. Selanjutnya, penancapan tiang-tiang penyangga di
atas umpak. Setelah bah lamban selesai kemudian dilanjutkan
dengan membuat tengah atau inti rumah. Setelah bagian inti
rumah selesai kemudian dilanjutkan dengan pembuatan atas
rumah. Atas rumah ini terdiri dari penaku, pelapon (dalam
bahasa Lampung: panggar), dan atap atau bubungan rumah.
Atap rumah tradisional Lampung memiliki dua bentuk khusus
yakni limas dan perahu terbalik (pelana kuda). Bentuk rumah
tradisional Lampung adalah rumah panggung dan
menyesuaikan dengan kreativitas dan dana yang tersedia.
Setelah pembangunan selesai maka diakhiri dengan ritual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
sebelum rumah dihuni. Pemanfaatan ragam hias/ ornamen/
motif/ dekorasi pada rumah tradisional Lampung cukup
beragam. Ragam hias krawangan yaitu papan yang dibentuk
hingga berlubang, sering digunakan masyarakat Lampung.
Bentuk ventilasi yang geometris. Ragam hias/ ornamen/ motif/
dekorasi tersebut terletak pada resplang, pegangan tangga/ijan,
andang-andang, kusen, ventilasi, tiang, pintu, dan sebagainya.
Masyarakat Lampung mengeksplorasi ragam hias/ ornamen/
motif/ dekorasi rumah menggunakan bentuk alam seperti bunga,
matahari, bulan, kapal, dan sebagainya. Misalkan bunga melur
atau melati, bunga pucuk rebung, klitik alur, dan sebagainya.
Ornamen yang pertama kali dilihat di rumah tradisional
Lampung adalah bagian andang-andang. Andang-andang
memiliki bentuk yang bermacam-macam seperti: segitiga,
segiempat, bulat, belah ketupat, persegi panjang, kapal, dan
sebagainya. Selain itu, salah satu yang menjadi ciri khas rumah
tradisional Lampung adalah resplang ujung atap yang bermotif
dengan ukiran krawangan. Pada ventilasi dan kusen ragam hias
yang biasa digunakan berbentuk segitiga, lingkaran, atau batik.
Terdapat aturan khusus dalam pemanfaatan ragam hias yakni
harus mengikuti ciri khas daerah tempat tinggal. Apabila
menyalahi ciri khas tersebut maka yang dituakan akan
mempertanyakan ragam hias tersebut. Selain itu, terdapat paguk
yang memiliki bentuk seperti belalai gajah atau tanaman pakis
menggulung. Ruangan-ruangan yang ada di rumah tradisional
Lampung ini khususnya kebik, dapur, gaghang, dan gudang
mayoritas berbentuk segiempat dan menyesuaikan dengan
fungsi masing-masing. Atap dari rumah yang berbentuk
segiempat adalah limas. Sedangkan atap dari rumah yang
berbentuk memanjang adalah piramid (pelana kuda atau kapal
terbalik). Sementara itu, pada atap rumah piramid ada yang
berupa susunan bertingkat dinamakan gitting/getting/ginting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Penggunaan matematika dalam pembuatan rumah tradisional
Lampung berupa pengukuran tiang, tinggi rumah, luas tanah,
luas bangunan, ukuran ruangan, bentuk atap rumah, bentuk
ragam hias/ ornamen/ motif/ dekorasi, dan lainnya.
b. Observasi
Data hasil observasi di rumah tradisional Lampung “Lamban
Pesagi” dilakukan dengan pengamatan langsung di Museum
Negeri Lampung dapat dilihat di lampiran. Rumah ini
merupakan rumah tradisional Lampung kelompok masyarakat
Sebatin. Lamban Pesagi dijadikan pembanding untuk
menemukan perbedaan dengan rumah tradisional Lampung
masyarakat Pepadun. Dilihat dari tampak depan dan samping
yang sederhana dan masih alami, Lamban Pesagi tidak memiliki
teras atau ambin yang terbuka. Walaupun Lamban Pesagi tidak
dapat dimasuki oleh pengunjung Museum Negeri Lampung,
namun sudah terdapat keterangan rumah dalam lempeng kuning
pada bagian tertentu. Lamban Pesagi memiliki dua bilik atau
kebik, ruang tengah, dan dapur. Pada semua bagian tangga yang
ada di Lamban Pesagi masih terbuat dari material kayu dan
terletak di kiri rumah. Namun, pada bagian atap bagian luar
dilapisi dengan seng dengan tujuan agar atap tetap kokoh.
Bentuk atap dari Lamban Pesagi adalah limas dimana bentuk ini
menyesuaikan bentuk rumah yang berupa persegi atau pesagi.
Ragam hias yang ada di bagian tampak luar Lamban Pesagi
hanya sedikit. Tiang penyangga yang menopang Lamban Pesagi
memiliki tinggi 1,5 meter dari permukaan tanah.
Data hasil observasi di rumah tradisional Lampung “Ginting
Kuning” dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran secara
langsung dapat dilihat di lampiran. Rumah “Ginting Kuning” ini
berada di daerah Kedamaian, Bandar Lampung memiliki lahan
yang cukup luas. Walaupun terlihat sederhana, rumah ini masih
terlihat megah dan menarik karena bentuknya yang berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
rumah panggung. Rumah ini merupakan rumah dari salah satu
keturunan dari kelompok masyarakat Pepadun yang bermarga
Ketibung. Rumah ini pun telah mengalami perubahan dimana
tiang penyangga menggunakan material semen beton dan bagian
bawah dijadikan bangunan rumah lagi. Tiang penyangga pada
rumah Jajar Intan ini memiliki tinggi 2 meter. Tidak terdapat
dokumen rancang bangun dari rumah “Ginting Kuning” ini.
Selain itu, pada bagian dalam rumah masih menggunakan atap
dengan material kayu. Hal ini berbeda dengan atap yang ada di
luar rumah yang menggunakan seng dan kayu. Jika dilihat dari
tampak samping, atap rumah berbentuk prisma segitiga.
Beberapa perubahan pada rumah tradisional pun disebabkan
karena sulitnya mencari bahan baku membuat rumah di zaman
sekarang ini. Ruangan yang ada di rumah ini terdiri dari: ambin,
kamar tidur untuk orang tua, kamar tidur untuk anak gadis, ruang
tengah atau ruang keluarga, dapur, dan tempat untuk sholat.
Rumah ini memiliki dua tangga, dimana satu tangga berada di
depan rumah dan langsung menuju ke ambin dan satu tangga lagi
berada di bawah rumah langsung menuju ke dapur. Material
anak tangga di depan menggunakan semen dan berjumlah 15
anak tangga. Sedangkan material tangga di bawah menggunakan
kayu dan memiliki 11 anak tangga. Ragam hias yang ada pada
rumah “Ginting Kuning” ini cukup bervariasi dan memuat unsur
geometris yang terletak di pagar teras, gerbang teras, pegangan
tangga, ventilasi dan jendela, pintu masuk, resplang, dan lainnya
(dapat dilihat di lampiran).
Data hasil observasi di rumah tradisional Lampung “Jajar
Intan” dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran secara
langsung. Rumah “Jajar Intan” ini berada di tengah perkotaan
sama seperti rumah “Ginting Kuning” yang terletak di kawasan
wisata budaya Lampung di Kedamaian. Lahan yang dimiliki
rumah ini sangat luas yaitu 3600 m2 dimana terdapat rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
“Jajar Intan”, rumah penginapan, kolam renang, dan masjid yang
sedang dalam tahap pembangunan. Rumah “Jajar Intan” ini
milik Bapak Cholid Ismail Balaw bergelar Suttan Praja Kelana
yang merupakan salah satu keturunan dari kelompok masyarakat
Pepadun yang bermarga Balaw. Sejak awal berdiri tahun 1998,
rumah ini belum pernah mengalami perubahan terlihat dari
material kayu yang digunakan masih sangat bagus dan kokoh.
Hal ini dapat dilihat dari dokumen rancang bangun rumah “Jajar
Intan” yang dirancang oleh arsitektur khusus. Bagian atas rumah
(tepatnya di bawah pelapon) dibuat menyerupai lantai (dalam
bahasa Lampung: resi) untuk tempat penyimpanan pemanohan
seperti alat musik, keris, dan peralatan kesenian lain. Kemudian
bagian atas dapur dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan
peralatan masak yang besar. Sementara itu, atap rumah bagian
luar menggunakan material kayu dan dihiasi dengan motif pada
resplangnya. Ruangan yang ada di rumah ini terdiri dari: ambin,
ruang tamu dalam (lapang agung), ruang tengah, kebik perumpu
untuk orang tua, kebik rangok dan kebik tengah untuk anak,
dapur dan ruang makan, dan gaghang. Rumah ini memiliki
tangga yang anak tangganya semua dibuat dari semen dan
dikeramik, hanya pegangan tangga saja yang terbuat dari kayu.
Sementara bagian bawah rumah yang cukup luas diisi dengan
ornamen foto dan kain. Tiang penyangga yang berukuran 2
meter ini berjumlah 20 buah terbuat dari semen dan dilapisi
kayu. Ragam hias yang ada pada rumah “Jajar Intan” ini sangat
bervariasi terletak di pagar teras, pegangan tangga, pintu masuk,
ventilasi, resplang, ujung plafon, dan lainnya. Ragam hias
tersebut ada yang memanfaatkan bentuk geometris seperti
segitiga, segiempat (persegi, persegi panjang, belah ketupat, dan
sebagainya), dan lingkaran dapat dilihat pada lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
c. Dokumentasi
Selain data hasil wawancara dan hasil observasi, ada pula
dokumen yang didapatkan saat penelitian dan pengambilan data.
Dokumen tersebut berupa sketsa rancang bangun rumah
tradisional Lampung “Jajar Intan”. Sketsa tersebut dirancang
oleh dua arsitektur bernama Ir. August Riko SA dan Ir.
Eddyansyah SY. Berikut sketsa rancang bangun rumah
tradisional Lampung “Jajar Intan”:
Gambar 4.1 Rancang Bangun Rumah Tradisional Lampung “Jajar
Intan” secara Keseluruhan
Gambar 4.2 Tampak Depan Rumah Tradisional Lampung “Jajar Intan”
Gambar 4.3 Tampak Samping Kanan Rumah Tradisional Lampung “Jajar
Intan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 4.4 Tampak Atas Atap Rumah Tradisional Lampung “Jajar
Intan”
Gambar 4.5 Denah Ruangan Rumah Tradisional Lampung “Jajar Intan”
2. Penampilan Data
a. Aktivitas Fundamental Matematika Menurut Bishop
1) Aktivitas Membilang (Counting)
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui
bahwa pembuatan tangga pada rumah tradisional Lampung
memanfaatkan bilangan ganjil atau genap. Demikian ketika
dilakukan pengamatan langsung, diketahui bahwa jumlah
anak tangga dan jumlah tiang penyangga memanfaatkan
aktivitas membilang.
Gambar 4.6 Aktivitas Membilang pada Tangga
Pada rumah tradisional “Ginting Kuning”, jumlah anak
tangga bagian depan dan belakang masing-masing adalah 15
15 buah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dan 11 anak tangga. Kemudian jumlah anak tangga pada
rumah tradisional “Jajar Intan” adalah 9 anak tangga. Selain
itu, jumlah tiang penyangga di bagian bah lamban pada
rumah tradisional “Jajar Intan” dan “Lamban Pesagi” adalah
20 buah. Perhitungan jumlah anak tangga maupun jumlah
tiang penyangga menyesuaikan kondisi rumah yang akan
dibuat.
2) Aktivitas Mengukur (Measuring)
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber dan
pengamatan langsung, diketahui bahwa pembuatan tiang
penyangga memanfaatkan pengukuran baik ukuran baku
maupun ukuran konvensional seperti depa, jengkal, tinggi
badan, dan sebagainya.
Gambar 4.7 Rumah Tradisional “Lamban Pesagi”
Gambar 4.8 Rumah Tradisional “Ginting Kuning”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Gambar 4.9 Rumah Tradisional “Jajar Intan”
Gambar 4.10 Aktivitas Mengukur pada Andang-Andang
Gambar 4.11 Aktivitas Mengukur pada Gaghang
Gambar 4.12 Aktivitas Mengukur pada Jendela Depan
Tinggi tiang penyangga adalah 1,5 meter sampai 3 meter.
Sementara itu, diameter atau lingkar luar tiang ± 50 cm.
Selain itu, diketahui bahwa rumah tradisional Lampung
secara umum memiliki bentuk rumah panggung dengan
ukuran bangunan menyesuaikan kebutuhan si pemilik
104 cm
155 cm
132 cm
46 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
rumah. Jika memanjang maka ukuran yang biasanya
digunakan adalah 7 m × 14 m atau 8 m × 20 m. Namun jika
bentuknya segiempat persegi, ukuran bangunan antara 18 m
× 18 m atau 20 m × 20 m. Beberapa bagian rumah
tradisional dilakukan pengukuran sesuai lembar observasi.
Diketahui bahwa terdapat pengukuran baku pada bagian
andang-andang, gaghang, jendela, kamar/kebik, dapur,
gudang, dan sebagainya.
3) Aktivitas Menentukan Lokasi (Locating)
Gambar 4.13 Lokasi Pembuatan Rumah Tradisional Lampung
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumen yang
dikumpulkan diketahui bahwa dalam pembuatan rumah
tradisional, masyarakat Lampung mempertimbangkan lokasi
yang proporsional. Mayoritas masyarakat Lampung
membuat rumah di lokasi pinggir sungai karena sungai
merupakan urat nadi jalan. Sementara itu, ketika kolonial
mulai menguasai dan membuat jalan aspal, masyarakat
Lampung beradaptasi dan beberapa membuat rumah
tradisional di pinggir jalan tersebut. Beberapa dari
masyarakat juga mengatakan bahwa lokasi pembuatan
rumah menyesuaikan warisan atau pemberian dari orang tua
dimana warisan tersebut dapat berupa bangunan rumah atau
hanya lahan saja. Pada dokumen lokasi rumah, terdapat batu-
batu yang disusun dan ditanam ke bawah tanah. Batu tunggal
tersebut dinamakan umpak. Walaupun tidak menggunakan
pondasi seperti zaman sekarang, masyarakat Lampung
dahulu menggunakan umpak sebagai alas dari tiang
penyangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
4) Aktivitas Mendesain (Designing)
Berdasarkan dokumen yang diberikan oleh Narasumber 4,
Bapak Cholid Ismail Balaw, rumah tradisional Lampung
“Jajar Intan” menggunakan arsitektur khusus untuk
merancang rumah. Berikut beberapa rancang bangunan
rumah yang ditunjukkan:
Gambar 4.14 Desain Bangun Rumah Tradisional Lampung “Jajar
Intan” secara Keseluruhan
Gambar 4.15 Desain Atap Rumah Berbentuk Pelana Kuda/Prisma
Gambar 4.16 Desain Tampak Depan Rumah
Selain dokumen di atas, berdasarkan pengamatan yang
dilakukan diketahui bahwa masyarakat Lampung juga
mendesain tata letak ruangan dalam rumah. Ruangan-
ruangan dibuat memanfaatkan bentuk geometri seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
segiempat atau balok. Kemudian motif/ dekorasi/ ornamen
yang terdapat di rumah mayoritas dibuat secara simetris dan
memiliki bentuk geometris seperti segiempat, segitigas,
lingkaran, trapesium, dan sebagainya. Selain itu, terdapat
salah satu perbedaan dari rumah masyarakat Pepadun dan
rumah masyarakat Sebatin. Terlihat dari rumah tradisional
“Jajar Intan”, rumah tradisional “Ginting Kuning”, rumah
tradisional “Lamban Pesagi” dimana rumah tradisional
“Jajar Intan” dan rumah tradisional “Ginting Kuning”
memiliki ambin atau teras terbuka sementara rumah
tradisional “Lamban Pesagi hanya memiliki ruang tengah di
dalam rumah.
5) Aktivitas Bermain (Playing)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dalam proses
pembangunan rumah tradisional Lampung memiliki aturan
tertentu.
Gambar 4.17 Lantai Gaghang yang Terbuat dari Bambu
Beberapa aktivitas dalam proses pembangunan rumah
tradisonal Lampung yang terikat aturan antara lain: proses
persiapan dan proses pembangunan rumah. Proses persiapan
dimulai dari pemilihan bahan baku yang berasal dari alam
seperti: kayu, bambu, rotan, ijuk, alang-alang, dan
sebagainya. Selanjutnya aturan melakukan ritual sebelum
membangun rumah ditunjukkan dengan mengumpulkan
tujuh air dari sumber yang berbeda. Aturan ketika proses
pembangunan rumah yaitu bentuk rumah berupa panggung,
penempatan tangga di kiri, di tengah, di kanan, atau di kiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dan kanan rumah, dan pemanfaatan motif/ dekorasi/
ornamen yang mengikuti ciri khas daerah masing-masing.
6) Aktivitas Menjelaskan (Explaining)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui
bahwa kebik-kebik yang ada di rumah ditempatkan sesuai
hirarki keluarga. Hal ini terlihat dari penempatan kebik untuk
anak laki-laki tertua diletakkan di depan kemudian
dilanjutkan dengan kebik untuk orang tua dan terakhir kebik
untuk anak gadis.
Gambar 4.18 Paguk
Kemudian ada penjelasan dari beberapa motif/ dekorasi/
ornamen pada rumah tradisional Lampung. Ornamen
sepasang kepala menjangan dan paguk melambangkan
kewibawaan, keberanian, dan keperkasaan si pemilik rumah.
Pemanfaatan alas tikar pada ruang tamu bermakna
menyamaratakan derajat setiap orang yang berkumpul
disana. Bentuk dari rumah panggung bertujuan untuk
menghindari banjir, mengatasi gempa, dan menghindari
binatang buas. Penamaan masing-masing rumah tradisional
juga memiliki makna tersendiri seperti warisan pemberian
dari orang tua, ragam hias yang mendominasi rumah, dan
lain sebagainya.
b. Makna Filosofis pada Rumah Tradisional Lampung
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa
Lampung terbagi menjadi dua kelompok masyarakat yakni
masyarakat peminggir atau sebatin dan masyarakat pedalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
atau pepadun. Masyarakat Lampung memiliki rumah hunian
tradisional yang biasa disebut Lamban atau Lambahan atau
Nuwow. Bentuk rumah panggung yang dimanfaatkan
masyarakat Lampung dalam membangun hunian tempat tinggal,
menyesuaikan kondisi geografis seperti untuk menghindari
banjir di sepanjang sungai atau pantai, mengatasi gempa, dan
menghindari binatang buas. Rumah tradisional berbeda dengan
rumah adat. Rumah tradisional adalah rumah hunian yang
bersekat sementara rumah adat adalah rumah untuk acara adat
dan tidak bersekat.
Gambar 4.19 Bagian-Bagian Rumah
Diketahui bahwa ada tiga bagian utama dari rumah tradisional
Lampung yakni bawah rumah, inti rumah, atas rumah.
Masyarakat Lampung yang mayoritas beragama Islam tetap
terbuka akan filosofis di kehidupan, seperti bagian rumah yang
mengusung kepercayaan Hindu-Buddha. Bagian bawah rumah
atau bisa disebut bah lamban atau bah nuwow berfungsi untuk
penyimpanan kayu bakar, memelihara hewan ternak,
menghindari binatang buas, menghindari banjir, dan sebagainya.
Bah nuwow seperti bagian kamadatu di Candi Borobudur yakni
bagian yang tidak lazim dilihat. Bagian inti atau badan rumah
berfungsi sebagai tempat hunian keluarga dimana terdapat
ruangan-ruangan di dalamnya. Bagian inti rumah seperti
rupadatu di Candi Borobudur yakni bagian untuk bersosialisasi.
Bagian atas atau bubungan rumah berfungsi untuk berlindung
dan tempat penyimpanan pemanohan atau barang-barang
Bawah Rumah
Inti Rumah
Atas Rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
pusaka seperti alat musik, keris, buku kulit kayu. Bagian atas
atau sering disebut kekopni lamban seperti bagian arupadatu di
Candi Borobudur yakni sesuatu yang tidak bisa kita bayangkan
dengan sempurna karena itu milik Tuhan.
Gambar 4.20 Ruangan-Ruangan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa
terdapat beberapa ruangan pada rumah tradisional Lampung
khususnya masyarakat Pepadun. Setiap rumah memiliki
beberapa pembagian ruangan yang berbeda karena
pembuatannya yang menggunakan biaya yang cukup besar. Pada
rumah tradisional “Lamban Pesagi” ada ruang tengah, dua ruang
tidur untuk orang tua dan anak gadis, dan dapur. Pada rumah
tradisional “Ginting Kuning” terdapat ambin, ruang tengah, dua
bilik/ ruang tidur untuk orang tua dan anak gadis, dapur, dan
ruang untuk solat. Pada rumah tradisional “Jajar Intan” ada
ruang tamu luar, lapang agung, ada tiga bilik/ ruang tidur (kebik
rangok, kebik tengah, dan kebik perumpu), dapur, dan gaghang.
Ambin Atap Rumah
Pawon Penaku
Lapang Agung Gaghang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Jika diamati, perbedaan rumah tradisional Lampung masyarakat
Sebatin “Lamban Pesagi” memiliki perbedaan dengan rumah
tradsional Lampung masyarakat Pepadun yaitu tidak terdapat
ambin atau teras luar dan pembagian ruangan yang lebih
sederhana. Berikut ruangan dan fungsi pada rumah tradisional
Lampung:
- Ambin berfungsi untuk menerima tamu luar dan tempat
merwatin.
- Lapang lom atau ruang tengah berfungsi sebagai tempat
untuk beraktivitas dan bersosialisasi seperti: menerima
tamu yang kehormatannya lebih tinggi, kumpul
keluarga, dan merwatin.
- Tengah resi berfungsi sebagai tempat untuk musyawarah
kaum wanita.
- Kamar/ kebik adalah bagian inti rumah yang bersekat dan
berfungsi sebagai tempat tidur anggota keluarga. Pada
beberapa rumah, kebik untuk anak laki-laki tertua lebih
diistimewakan.
- Dapur/ pawon merupakan tempat untuk memasak dan
menyimpan persediaan makanan.
- Penaku adalah bagian dari dapur yang difungsikan untuk
menyimpan peralatan pertanian seperti tikar, lumbung,
peralatan masak, dan sebagainya.
- Gaghang merupakan tempat untuk mencuci piring atau
pakaian dan terletak di belakang dapur.
Aturan dalam membangun rumah tradisional Lampung,
diantaranya:
1) penentuan arah mata angin untuk ventilasi udara dan
pencahayaan sinar matahari
2) menyediakan pangan berupa kelapa dan pisang untuk para
tukang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
3) pemilihan bahan baku,
4) bentuknya berupa rumah panggung,
5) pembuatan tangga, dan
6) pemakaian motif/ ragam hias/ ornamen/ dekorasi.
Namun demikian, beberapa aturan dalam pembangunan rumah
tradisional Lampung zaman dahulu sudah berbeda dengan
zaman modern. Seperti aturan pemilihan bahan baku, zaman
modern ini sudah sulit dilakukan karena bahan baku yang berupa
kayu, bambu, rotan, alang-alang, dan ijuk harus yang berusia tua
dan dipotong di waktu tertentu agar memiliki kualitas baik dan
tahan lama. Kayu yang berdiameter besar dan dimanfaatkan
salah satunya sebagai tiang penyangga mulai digantikan dengan
material semen beton yang mudah didapatkan. Pembuatan
rumah panggung bertujuan untuk menghindari banjir, mengatasi
gempa, dan menghindari binatang buas mengingat lokasi rumah
yang masih berada di daerah hutan, pinggir sungai atau pesisir
pantai, dan rawan gempa. Pada pembuatan tangga di beberapa
rumah terdapat makna yang tersirat, yakni peletakkan tangga
harus di sebelah kiri untuk menganankan atau menghormati
pemilik rumah. Selain itu, pembuatan anak tangga yang
jumlahnya ganjil ini menyesuaikan ciri khas hulun masing-
masing, misalnya Hulun Abung Siwo Mergo. Hulun Abung Siwo
Mergo menerapkan sesuatu berdasarkan jumlah hitungan
sembilan, seperti jumlah anak tangga, jumlah tiang penyangga,
dan pucuk pada siger (mahkota pengantin wanita Lampung).
Makna pembuatan anak tangga berjumlah ganjil yaitu untuk
menyesatkan yang ingin berbuat jahat.
Rumah tradisional Lampung memiliki beberapa ciri khusus,
yakni:
- bentuknya yang berupa rumah panggung segiempat atau
memanjang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
- adanya tangga di depan rumah,
- terdapat paguk yang berbentuk seperti belalai gajah,
- adanya culuk langit,
- resplang ujung atap memiliki motif atau ukiran,
- terdapat simbol siger, dan
- mayoritas ruang tamu dalam beralaskan tikar.
Gambar 4.21 Sepasang Kepala Menjangan
Ada beberapa simbol pada rumah tradisional Lampung yang
menunjukkan kewibawaan, keperkasaan, atau keberanian si
pemilik rumah, diantaranya paguk dan sepasang kepala
menjangan.
Gambar 4.22 Culuk Langit
Gambar 4.23 Ruang Tengah
Kepala Menjangan
Culuk
langit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Culuk langit dan sepasang payung menandakan bahwa si
pemilik rumah adalah penyimbang adat atau Suttan maka dari
itu dua aspek ini menjadi kekhususan rumah tinggal penyimbang
adat atau Suttan. Pada rumah tradisional Lampung jarang
dijumpai kursi atau sofa untuk duduk melainkan menggunakan
alas tikar. Hal ini bermakna bahwa pemakaian tikar untuk
menunjukkan kesamarataan derajat saat berkumpul. Namun,
untuk membedakan yang derajat yang tidak terlalu signifikan
maka seorang yang menyandang gelar duduk beralaskan bantal.
Berikut urutan dalam proses pembangunan rumah tradisional
Lampung:
1) Proses pemilihan bahan,
2) Penentuan lokasi,
3) Upacara sebelum membangun rumah,
4) Mendirikan tiang penyangga sebagai pondasi,
5) Mendirikan bangunan dan bubungan rumah, dan
6) Upacara sebelum menempati rumah.
Pada proses upacara sebelum membangun rumah perlu
mengumpulkan tujuh mata air dari sumber yang berbeda dengan
makna agar pembangunan rumah dapat berjalan dengan lancar.
Pemakaian motif/ ragam hias/ ornamen/ dekorasi menyesuaikan
si pemilik rumah dengan syarat harus sesuai dengan ciri khas
hulunnya masing-masing.
Gambar 4.24 Ventilasi dengan Motif Krawangan Rumah
Tradisional “Lamban Pesagi”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Gambar 4.25 Hiasan Depan Rumah dengan Motif Krawangan
Rumah Tradisional “Ginting Kuning”
Gambar 4.26 Resplang Bermotif Rumah Tradisional “Jajar Intan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
c. Aspek Geometris yang Terdapat pada Rumah Tradisional
Lampung
Tabel 4.9 Aspek Geometris pada Rumah Tradisional Lampung
Aspek Geometris Gambar
Sudut
Sudut lancip
Gambar 4.27 Sudut Lancip pada Atap
Rumah
Sudut siku-siku
Gambar 4.28 Sudut Siku-Siku pada Bah
Lamban Sudut tumpul
Gambar 4.29 Sudut Tumpul pada Atap
Rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Sudut lurus
Gambar 4.30 Sudut Lurus pada Atap
Bagian Dalam Rumah
Kedudukan Dua Garis
Dua garis sejajar
Gambar 4.31 Garis Sejajar pada Andang-
Andang Dua garis berpotongan
Gambar 4.32 Garis Berpotongan pada
Jendela
Hubungan Antar Sudut
Sudut berpelurus
Gambar 4.33 Sudut Berpelurus
Apabila dua garis sejajar
dipotong oleh garis lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 4.34 Hubungan Antar Sudut
Apabila Garis Sejajar Dipotong oleh Garis
Lain
Geometri Bidang
Segitiga
Gambar 4.35 Segitiga pada Atap Tampak
Depan Rumah Persegi
Gambar 4.36 Persegi pada Jendela
Persegi Panjang
Gambar 4.37 Persegi Panjang pada
Jendela Rumah Belah Ketupat
32 cm
32 cm
46 cm
132 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Gambar 4.38 Belah Ketupat pada
Ventilasi Trapesium
Gambar 4.39 Trapesium pada Ventilasi
Lingkaran
Gambar 4.40 Lingkaran pada Motif
Resplang
Geometri Ruang
Balok atau prisma
segiempat
Gambar 4.41 Balok atau Prisma
Segiempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Prisma segitiga
Gambar 4.42 Prisma Segitiga
Limas segiempat
Gambar 4.43 Limas Segiempat
Transformasi Geometri
Dilatasi
Gambar 4.44 Dilatasi
Refleksi
Gambar 4.45 Refleksi terhadap Sumbu y
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
3. Ringkasan
Data wawancara yang telah diperoleh oleh kelima narasumber dan
data observasi dari ketiga rumah tradisional Lampung dianalisis
seperti yang telah dilakukan di atas. Diketahui bahwa sejarah rumah
tradisional Lampung yang berbentuk panggung menyesuaikan
kondisi geografis provinsi Lampung sendiri. Masyarakat Lampung
yang terbagi menjadi dua kelompok masyarakat juga memengaruhi
lokasi pembuatan rumah, seperti di pinggir kali, di pinggir pantai,
atau setelah kolonial masuk terletak di pinggir jalan aspal. Terdapat
tiga bagian utama pada rumah tradisional Lampung dimana setiap
bagian memiliki pembagian ruang dan fungsi masing-masing. Selain
itu, dalam proses pembangunan rumah juga terdapat urutan khusus
dan aturan agar pembangunan rumah dapat berjalan lancar dan
hasilnya maksimal. Beberapa bagian seperti paguk, bah lamban,
sepasang kepala menjangan, pengumpulan air dari tujuh sumber
yang berbeda untuk upacara, dan lainnya memiliki makna filosofis
bagi masyarakat Lampung. Terdapat aktivitas fundamental
matematika membilang (counting), mengukur (measuring),
menentukan lokasi (locating), dan mendesain (designing) pada
rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun. Berdasarkan
analisis data, ditemukan aspek geometris diantaranya sudut,
kedudukan dua garis, hubungan antar sudut, geometri bidang, dan
geometri ruang pada rumah tradisional Lampung.
Rotasi
Gambar 4.46 Rotasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
C. PEMBAHASAN
Berikut pembahasan hasil analisis data berdasarkan rumusan
masalah yang telah dirancang:
1. Aspek Filosofis pada Rumah Tradisional Lampung
Rumah tradisional Lampung terdiri dari tiga bagian utama yaitu
bawah rumah (bah nuwow), inti rumah, dan atas rumah (kekopni
nuwow). Pembagian bagian rumah ini menyesuaikan kepercayaan
Hindu-Buddha yakni kamadatu, rupadatu, dan arupadatu.
Bah nuwow merupakan bagian bawah rumah yang terdiri dari tiang-
tiang penyangga dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu
bakar, memelihara hewan ternak, menghindari binatang buas, mengatasi
kerusakan yang berat ketika gempa, dan menghindari banjir. Bah
nuwow melambangkan bagian kaki yang menopang rumah. Masyarakat
Lampung memercayai bahwa bah nuwow adalah bagian rumah yang
tidak lazim dilihat.
Bagian inti rumah merupakan tempat hunian keluarga inti yang
terdapat beberapa ruangan. Bagian inti rumah melambangkan badan
yang menjadi pusat segala aktivitas anggota keluarga. Ruangan tersebut
terdiri dari ambin, ruang tamu, lapang lom, kebik, dapur, dan mencuci.
Ambin merupakan teras rumah yang dibatasi andang-andang dan ruang
untuk menerima tamu luar. Lapang lom adalah ruang tengah yang
berfungsi sebagai tempat berkumpul keluarga, menerima tamu yang
derajatnya lebih tinggi, dan merwatin. Pada bagian lapang lom terdapat
tengah resi yang merupakan tempat bermusyawarah kaum wanita.
Kebik adalah ruangan bersekat yang digunakan sebagai kamar tidur.
Umumnya pembagian kebik menyesuaikan kondisi rumah namun secara
khusus ada aturan dalam pembagian kebik. Kebik paling depan
digunakan untuk anak laki-laki tertua, dilanjutkan dengan kebik untuk
orang tua kemudian kebik untuk anak gadis. Masyarakat Lampung
masih mengistimewakan seorang anak laki-laki tertua karena dianggap
sebagai penerus keturunan. Salah satu bentuk keistimewaan tersebut
adalah peletakkan kebik. Pawon adalah tempat untuk memasak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
menyimpan persediaan makanan. Penaku merupakan salah bagian dari
pawon yang dibuat seperti lantai rumah dan diletakkan di atas dengan
fungsi untuk menyimpan peralatan memasak, peralatan pertanian,
lumbung, tikar, dan sebagainya. Bagian terakhir adalah tempat mencuci.
Pada beberapa rumah tradisional terdapat tempat mencuci yang
dinamakan gaghang. Gaghang dibuat menggunakan bambu bulat yang
diawetkan dengan tujuan dapat tahan air.
Kekopni nuwow adalah bagian atas rumah yang terdiri dari tempat
penyimpanan dan atap rumah. Bagian atas rumah melambangkan kepala
yang mampu menaungi segalanya dan diibaratkan sebagai sesuatu yang
tidak dapat dibayangkan dengan sempurna karena kesempurnaan adalah
milik Tuhan. Atap rumah berfungsi sebagai sarana untuk berlindung dan
menaungi rumah. Tempat penyimpanan biasanya berada di atas ruang
tengah digunakan untuk menyimpan pemanohan seperti alat musik
tradisional, keris, buku kulit kayu, dan sebagainya. Pemanohan
merupakan barang-barang lama yang berharga dianggap sebagai pusaka
dan harus diletakkan di tempat yang lebih tinggi.
Urutan dalam pembangunan rumah tradisional Lampung adalah
sebagai berikut:
a. pemilihan bahan baku, proses ini membutuhkan waktu kurang lebih
dua tahun. Mayoritas material rumah tradisional Lampung adalah
berbahan alami yakni kayu, bambu, ijuk, rotan, dan alang-alang.
Dalam pencarian bahan baku tersebut perlu memperhatikan waktu
tebang yang tepat dan pengawetan alami agar bahan baku dapat
bertahan lama dan sesuai untuk dijadikan rumah.
b. penentuan lokasi, proses ini membutuhkan waktu kurang lebih satu
tahun. Proses yang dilakukan berupa mematangkan tanah misalnya
seperti penebangan pohon. Mayoritas lokasi pemukiman masyarakat
Lampung berada di pinggir sungai, di pinggir pantai, dan di pinggir
jalan aspal. Setelah itu, masyarakat Lampung memiliki cara
tersendiri untuk memondasi rumah secara alami yakni memasang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
umpak. Umpak adalah batuan tunggal yang disusun dan ditanam di
tanah menyesuaikan ukuran rumah yang akan dibuat.
c. upacara sebelum membangun rumah, proses ini dilakukan oleh tetua
adat setempat. Saat upacara sebelum membangun rumah
menggunakan tujuh air dari sumber mata air yang berbeda. Upacara
ini terdiri dari dua bagian yakni upacara untuk bahan baku yang akan
digunakan dan upacara untuk kelancaraan saat membangun rumah.
d. mendirikan tiang penyangga, proses ini menggunakan kayu yang
berdiameter besar yang ukurannya kurang lebih 50 cm dan memiliki
tinggi antara 1,5 meter sampai 3 meter. Tiang penyangga didirikan
di atas umpak yang telah dipasang sebelumnya. Penggunaan umpak
dan tiang penyangga ini bertujuan untuk mengatasi bencana alam
yang disebabkan oleh kondisi geografis daerah Lampung yang
rawan gempa.
e. mendirikan bangunan dan kekopni nuwow, proses ini dilakukan
seperti pembangunan rumah pada umumnya. Saat perancangan
rumah memperhatikan penentuan arah mata angin dan pencahayaan
dan diterapkan saat pembangunan rumah. Penentuan arah mata
angin bertujuan agar sirkulasi udara yang masuk dan keluar rumah
maksimal. Selanjutnya, saat menaikan kekopni nuwow pun diawali
dengan upacara agar diberi kelancaran.
f. upacara sebelum menempati rumah, proses ini dilakukan sebagai
rasa syukur keluarga atas pembangunan rumah yang telah selesai
dengan lancar.
Rumah tradisional Lampung memiliki kekhasan yang membedakan
dari rumah hunian lainnya, yaitu:
a. bentuk berupa rumah panggung segiempat,
b. resplang yang memiliki motif atau ukiran bergerigi terdiri dari
barisan bentuk bangun datar segitiga,
c. pada beberapa rumah terdapat paguk dan sepasang kepala
menjangan yang melambangkan kewibawaan, keberanian, dan
keperkasaan pemilik rumah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
d. terdapat culuk langit yang menunjukkan rumah penyimbang adat,
e. terdapat ornamen bentuk siger yang merupakan ciri khas mahkota
wanita Lampung, dan
f. ruang tamu dan lapang lom yang beralaskan tikar yang
menunjukkan kesamarataan derajat orang yang berkumpul.
2. Aktivitas Fundamental Matematika pada Rumah Tradisional Lampung
Aktivitas membilang terlihat dari penentuan jumlah anak tangga dan
jumlah tiang penyangga rumah. Tinggi bangunan inti rumah dari tanah
menentukan jumlah anak tangga yang memanfaatkan bilangan ganjil
atau bilangan genap. Dalam hal jumlah anak tangga ganjil bermakna
untuk menghindari segala hal yang ingin berbuat jahat untuk masuk ke
rumah. Penentuan jumlah tiang penyangga menyesuaikan luas
bangunan inti rumah.
Aktivitas mengukur terlihat dari berbagai aspek yang ada di rumah
tradisional Lampung. Aktivitas mengukur yang baku terdapat pada
penentuan ukuran bangunan rumah; penentuan ukuran setiap ruangan;
penentuan ukuran andang-andang; penentuan ukuran jendela, ventilasi,
dan pintu; penentuan ukuran tinggi dan diameter tiang penyangga; dan
masih banyak lagi.
Aktivitas menentukan lokasi ditunjukkan dari pertimbangan
masyarakat Lampung dalam membuat rumah tradisional. Pertimbangan
yang dilakukan dalam pembuatan rumah ialah dekat dengan urat nadi
jalan dan aman untuk hunian. Maka dari itu, mayoritas lokasi yang
digunakan ialah area pinggir sungai, pinggir pantai, dan pinggir jalan
aspal. Dalam hal mematangkan lokasi pembuatan rumah, masyarakat
Lampung menempatkan umpak sebagai pondasi sederhana yang
diletakkan di bawah tiang penyangga.
Aktivitas mendesain terlihat dari adanya rancangan bangunan rumah
yang dibuat sebelum membangun rumah, penempatan ruangan yang
terencana, pembuatan motif/ dekorasi/ ornamen pada rumah yang
memanfaatkan bentuk geometris dan memperhatikan nilai estetika.
Aktivitas mendesain yang ditemukan sejalan dengan penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
dilakukan Yulia Rahmawati (2019) meliputi aktivitas membuat
rancangan pembangunan dan pola ukiran pada motif ukiran dinding
Rumah Gadang.
Aktivitas bermain ditunjukkan dari adanya aturan dalam suatu
aktivitas. Aturan dalam pemilihan bahan baku dilakukan agar rumah
yang dibuat tahan lama dan nyaman untuk dihuni. Persiapan bahan baku
ini melalui proses yang cukup lama sekitar satu atau dua tahun karena
sulitnya mencari bahan baku alam yang sesuai di zaman sekarang ini
dan harus melalui proses pengawetan alami. Aturan lainnya adalah
pengumpulan tujuh air dari sumber yang berbeda dilakukan ketika ritual
sebelum membangun rumah. Aturan ini bertujuan agar dilancarkan
dalam proses pembangunan rumah.
Aktivitas menjelaskan ditunjukkan dari penempatan ruangan yang
menyesuaikan hirarki. Dalam hal ruang tamu dibedakan antara tamu
yang biasa dan asing dengan tamu yang terhormat dan memiliki
hubungan erat dengan keluarga. Kemudian pembagian kebik juga
menyesuaikan dari depan ke belakang berturut-turut yakni kebik untuk
anak laki-laki tertua, kebik untuk orang tua, dan kebik untuk anak gadis.
Dalam kebudayaan di Lampung memang anak laki-laki tertua selalu
diistimewakan. Selain itu, berbagai macam motif/ dekorasi/ ornamen
memiliki makna masing-masing, seperti lambang kewibawaan,
kesamaan derajat, tujuan tertentu, kenyamanan, dasar penamaan rumah,
dan estetika.
3. Implementasi dalam Pembelajaran Tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP)
a. Pemetaan Konsep Matematis pada Rumah Tradisional Lampung
dengan Materi Matematika Tingkat SMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Kelas VII
Tabel 4.10 Pemetaan Materi Kelas VII
Kompetensi Dasar
(KD)
Konsep Matematis pada Rumah Tradisional
Lampung Masyarakat Pepadun
4.1 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan urutan beberapa
bilangan bulat dan
pecahan (biasa,
campuran, desimal,
persen)
Luas Ruangan
Contoh konsep matematis pada rumah tradisional
Lampung:
- Mengurutkan perbedaan dan menentukan
jumlah ukuran ruang
Penerapan contoh soal:
- Diketahui kebik orang tua memiliki ukuran
4 m × 4 m, kebik anak laki-laki tertua
memiliki ukuran 2 kali lebih besar dari
kebik orang tua, dan gaghang memiliki
ukuran 3
8 kali lebih kecil dari kebik anak
laki-laki tertua. Tentukan jumlah ukuran
ketiga ruang tersebut dan urutkan ruangan
tersebut dari ukuran ruang terkecil.
4.2 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan operasi hitung
bilangan bulat dan
pecahan
-
4.3 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan bilangan dalam
bentuk bilangan
berpangkat bulat positif
dan negatif
-
4.4 Menyelesaikan
masalah kontekstual
yang berkaitan dengan
himpunan himpunan
semesta, himpunan
kosong, komplemen
Nama rumah tradisional Lampung
Contoh konsep matematis pada rumah tradisional
Lampung:
- Menyatakan anggota suatu himpunan
- Menyatakan himpunan bagian suatu
himpunan
- Menentukan komplemen suatu himpunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
himpunan, dan operasi
biner pada himpunan
Penerapan contoh soal:
- Diketahui A adalah himpunan nama
rumah tradisional Lampung masyarakat
Pepadun. Nyatakan himpunan nama
rumah tradisional Lampung masyarakat
Pepadun tersebut dengan cara
mendaftarkan anggotanya.
- Suatu himpunan dinyatakan sebagai
berikut:
S = {Lamban Pesagi, Jajar Intan, Nuwow
Sesat, Joglo, Tongkonan, Ginting Kuning}
A = {x|x = rumah tradisional masyarakat
Lampung}
Tentukan anggota himpunan S yang bukan
merupakan anggota A.
4.5 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan bentuk aljabar
dan operasi pada bentuk
aljabar
-
4.6 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan persamaan dan
pertidaksamaan linear
satu variabel
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
4.7 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan rasio dua
besaran (satuannya
sama dan berbeda)
Perbandingan Ruangan
Contoh konsep matematis pada rumah tradisional
Lampung:
- Menentukan perbandingan dua besaran
yang satuannya sama dan berbeda
- Menentukan perbandingan dua besaran
senilai.
Penerapan contoh soal:
- Seorang arsitek membuat denah ruangan
pada rumah tradisional Lampung seperti
gambar di atas. Jika skala yang digunakan
1:300, tentukan selisih luas sebenarnya
kebik anak laki-laki tertua dan kebik
orang tua.
4.8 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan perbandingan
senilai dan berbalik
nilai
4.9 Menyelesaikan
masalah berkiatan
dengan aritmetika sosial
(penjualan, pembelian,
potongan, keuntungan,
kerugian, bunga
tunggal, persentase,
bruto, neto tara)
-
Lapang
Lom
Kebik
Anak
Lelaki
Tertua
Kebik
Anak
Gadis
Kebik
Orang
Tua
K. Mandi
Dapur&Gaghang
2 cm
1.3 cm
1.3 cm
1.3 cm 1.6 cm
cm
5 cm
1 cm
0.6 cm
1.4 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
4.10 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan hubungan antar
sudut sebagai akibat
dari dua garis sejajar
yang dipotong oleh
garis transversal
Kerangka rumah
Contoh konsep matematis pada rumah tradisional
Lampung:
- Menentukan besar sudut dari dua garis
sejajar yang dipotong oleh garis
transversal (sudut dalam dan luar
bersebrangan, sudut dalam dan luar
sepihak, sudut sehadap, dan sudut
bertolak belakang)
Penerapan contoh soal:
- Diketahui besar sudut A adalah 80°,
tentukan besar sudut B.
- Tentukan selisih besar sudut B dan besar
sudut C.
4.11 Menyelesaikan
masalah kontekstual
yang berkaitan dengan
luas dan keliling
segiempat (persegi,
persegi panjang, belah
ketupat, jajar genjang,
trapesium, dan layang-
layang) dan segitiga
Banyak genteng yang diperlukan
Contoh konsep matematis pada rumah tradisional
Lampung:
- Menentukan keliling bangun datar
segitiga dan segiempat
- Menentukan luas bangun datar segitiga
dan segiempat
Penerapan contoh soal:
- Diketahui sisi atap berbentuk trapesium
dengan jumlah sisi sejajar berturut-turut
adalah 15 m dan 20 m. Jika luas 1 genteng
adalah 300 cm2, maka tentukan banyaknya
genteng yang diperlukan jika tinggi
trapesium adalah 9 m.
A B
C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
- Diketahui sisi atap berbentuk trapesium
dengan jumlah sisi sejajar berturut-turut
adalah 15 m dan 20 m. Pinggiran atap
ingin dipasang list maka tentukan panjang
list jika tinggi trapesium adalah 9 m.
4.12 Menyajikan dan
menafsirkan data dalam
bentuk tabel, diagram
garis, diagram batang,
dan diagram lingkaran
-
Kelas VIII
Tabel 4.11 Pemetaan Materi Kelas VIII
Kompetensi Dasar
(KD)
Konsep Matematis pada Rumah Tradisional
Lampung Masyarakat Pepadun
4.1 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan pola pada
barisan bilangan dan
barisan konfigurasi
objek
Banyaknya tiang penyangga
Contoh konsep matematis pada rumah tradisional
Lampung:
- Menentukan pola barisan persegi
- Menentukan pola barisan persegi panjang
- Menentukan pola bilangan ganjil
Penerapan contoh soal:
- Diketahui bangunan rumah tradisional
Lampung adalah rumah panggung yang
memiliki tiang penyangga. Jarak antar
tiang penyangga adalah 2 meter. Jika lebar
rumah warga yang berbentuk persegi
berturut-turut adalah 10 meter, 12 meter,
14 meter, dan 16 meter maka tentukan
banyaknya tiang yang diperlukan.
4.2 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan kedudukan titik
dalam bidang koordinat
Kartesius
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
4.3 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan relasi dan fungsi
dengan menggunakan
berbagai representasi
-
4.4 Menyelesaikan
masalah kontekstual
yang berkaitan dengan
fungsi linear sebagai
persamaan garis lurus
-
4.5 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan sistem
persamaan linear dua
variabel
-
4.6 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan teorema
Pythagoras dan tripel
Pythagoras
Penyangga atap luar
Contoh konsep matematis pada rumah tradisional
Lampung:
- Menentukan hipotenusa menggunakan
teorema Pythagoras
- Menentukan salah satu sisi dari segitiga
menggunakan tripel Pythagoras
Penerapan contoh soal:
- Diketahui panjang kayu a adalah 55 cm
dan panjang kayu b adalah 132 cm.
Tentukan panjang kayu c (kayu dari atas
rumah ke ujung atap).
- Tentukan panjang kayu b (kayu dari atas
jendela ke ujung atap) jika panjang kayu a
dan panjang kayu c berturut-turut adalah
21 cm dan 125 cm.
a
b
c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
4.7 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dngan sudut pusat, sudut
keliling, panjang busur,
dan luas juring
lingkaran serta
hubungannya
-
4.8 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan garis singgung
persekutuan luar dan
persekutuan dalam dua
lingkaran
-
4.9 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan luas permukaan
dan volume bangun
ruang sisi datar (kubus,
balok, prisma, dan
limas) serta
gabungannya
Luas permukaan atap dan tembok ruangan
Contoh konsep matematis pada rumah tradisional
Lampung:
- Menentukan luas permukaan kubus
- Menentukan luas permukaan balok
- Menentukan luas permukaan prisma
- Menentukan luas permukaan limas
Penerapan contoh soal:
- Diketahui rumah Lamban Pesagi
memiliki atap berbentuk limas segiempat
dengan panjang dan lebar bangunan
adalah 18 meter. Tentukan luas
permukaan atap jika tinggi dari puncak
atap ke langit-langit rumah adalah 6
meter.
- Diketahui kebik anak lelaki tertua
berukuran panjang 6 meter, lebar 5 meter,
dan tinggi 3.5 meter. Jika akan dilakukan
pengecatan pada tembok dalam dan atap
kebik maka hitunglah berapa liter cat yang
diperlukan.
4.10 Menyajikan dan
menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
distribusi data, nilai
rata-rata, median,
modus, dan sebaran data
untuk mengambil
kesimpulan, membuat
keputusan, dan
membuat prediksi
4.11 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan peluang empiric
dan teoritik suatu
kejadian dari suatu
percobaan
-
Kelas IX
Tabel 4.12 Pemetaan Materi Kelas IX
Kompetensi Dasar
(KD)
Konsep Matematis pada Rumah Tradisional
Lampung Masyarakat Pepadun
4.1 Menjelaskan
masalah yang berkaitan
dengan sifat-sifat
operasi bilangan
berpangkat bulat dan
bentuk akar
-
4.2 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan persamaan
kuadrat
-
4.3 Menyajikan fungsi
kuadrat menggunakan
tabel, persamaan, dan
grafik
-
4.4 Menyajikan dan
menyelesaikan masalah
kontekstual dengan
menggunakan sifat-sifat
fungsi kuadrat
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
4.5 Menyelesaikan
masalah kontekstual
yang berkaitan dengan
transformasi geometri
(refleksi, translasi,
rotasi, dan dilatasi)
Motif pada Ventilasi
Contoh konsep matematis pada rumah tradisional
Lampung:
- Menentukan refleksi suatu objek
- Menentukan translasi suatu objek
- Menentukan dilatasi suatu objek
- Menentukan rotasi suatu objek
Penerapan contoh soal:
- Ventilasi pintu rumah Jajar Intan akan
dipasang motif dan motif tersebut terletak
pada koordinat A(−6,3), B(−5,1),
C(−4,3), dan D(−5,5). Jika motif dibuat
berulang dengan pencerminan terhadap
sumbu y, tentukan koordinat pada objek
setelah dicerminkan.
4.6 Menyelesaikan
masalah yang berkaitan
dengan kesebangunan
dan kekongruenan antar
bangun datar
Gambar payung pada motif kapal
Contoh konsep matematis pada rumah tradisional
Lampung:
- Menentukan kesebangunan dan
kekongruenan suatu bangun datar
Penerapan contoh soal:
- Diketahui motif kapal pada andang-
andang terdapat gambar payung
berbentuk segitiga sama sisi dengan
teknik krawangan. Jika payung pertama
memiliki sisi 10 cm, jeda antara payung
pertama dan kedua adalah 2 cm maka
tentukan apakah bentuk payung sebangun
atau kongruen.
4.7 Menyelesaikan
masalah kontekstual
Tiang penyangga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
yang berkaitan dengan
luas permukaan dan
volume berbagai
bangun ruang sisi
lengkung (tabung,
kerucut, dan bola), serta
gabungan beberapa
bangun ruang sisi
lengkung
Contoh konsep matematis pada rumah tradisional
Lampung:
- Menentukan luas permukaan tabung
- Menentukan volume tabung
Penerapan contoh soal:
- Diketahui tiang penyangga rumah
Lamban Pesagi berbentuk tabung dengan
diameter 50 cm dan tinggi 150 cm.
Tentukan volume kayu pada tiang
penyangga tersebut.
Konsep matematis yang ditemukan sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Arum Purba (2019) meliputi bangun datar,
bangun ruang, kesebangunan dan kekongruenan dua bangun datar,
teorema Pythagoras, dan tranformasi geometri pada unsur-unsur
bangunan Rumah Adat Joglo Tulungagung. Selain itu, pada
penelitian yang dilakukan oleh Yulia Rahmawati (2019) ditemukan
model bangun datar, model bangun ruang, garis lurus, garis
lengkung, dan transformasi geometri pada pembangunan rumah dan
pola ukiran pada motif ukiran dinding Rumah Gadang.
b. Implementasi Rumah Tradisional Lampung pada Pembelajaran
Matematika Kelas VIII Tingkat SMP
Pada penelitian ini dijabarkan beberapa aspek geometris yang
ditemukan pada rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun.
Salah satu aspek geometris yang ditemukan adalah bangun ruang
sisi datar berupa kubus, balok, prisma, dan limas. Bangun ruang
tersebut termuat dalam materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar di
kelas VIII tingkat SMP. Bangun ruang sisi datar berada pada KD 3.9
yang berisi tentang membedakan dan menentukan luas permukaan
dan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan
limas) dan KD 4.9 yang berisi tentang menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi
datar (prisma, kubus, balok, dan limas). Selain KD 3.9 dan KD 4.9
sesuai dengan aspek geometris yang ditemukan dalam penelitian ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
KD tersebut identik dengan kehidupan sekitar seperti volume bak
mandi, luas permukaan atap, bentuk ruangan pada rumah, dan lain
sebagainya. Maka dari itu, implementasi rumah tradisional
Lampung dalam pembelajaran matematika kelas VIII pada KD 3.9
dan KD 4.9 ini dituangkan ke dalam sebuah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) beserta lampirannya.
RPP disusun menggunakan pendekatan saintifik dengan model
pembelajaran yang digunakan adalah Contextual Teaching and
Learning (CTL). Menurut Sabil (2011), CTL bertujuan untuk
mendorong siswa menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Hal ini dapat membantu
siswa untuk memahami materi karena memiliki hubungan dengan
permasalahan kontekstual di sekitarnya. Model pembelajaran CTL
memiliki sintaks yakni Modeling, Questioning, Learning
Community, Inquiry, Constructivism, Reflection, dan Authentic
Assessment. Metode pembelajaran yang dipakai untuk mencapai
tujuan pembelajaran bervariasi, diantaranya: penugasan, diskusi,
tanya jawab, ceramah, dan latihan soal. Berbagai macam metode
tersebut berupa kegiatan nyata yang dapat digunakan guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran terutama dalam menghubungkan
materi dengan permasalahan kontekstual.
Secara garis besar, langkah pembelajaran yang dilakukan terdiri
dari kegiatan pembuka, inti, dan penutup. Kegiatan pembuka diisi
oleh orientasi, motivasi, dan apersepsi yang dilakukan oleh guru
kepada siswa. Pada kegiatan inti, siswa diajak untuk mengamati
gambar kontekstual, mengaitkan gambar dan materi yang dipelajari
dengan mendiskusikannya bersama teman kelompok atau mandiri,
mengeksplorasi kemampuan siswa untuk menemukan penerapan
materi dengan kehidupan sehari-hari, mengasah kemampuan
menggambar bangun ruang dan jaring-jaring, mengasah kreativitas
membuat bangun ruang, menyampaikan hasil pemikiran atau diskusi
dan bertanya jawab, atau mengerjakan latihan soal dan refleksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Langkah pembelajaran yang telah dirancang pada RPP dapat
digunakan oleh guru untuk pembelajaran daring maupun luring.
Secara lebih lengkap, lembar RPP dan lampirannya dapat ditemukan
pada bagian lampiran.
D. KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui filosofi dan
aktivitas fundamental matematika pada rumah tradisional Lampung
masyarakat Pepadun serta mengetahui konsep matematika dan
implementasinya dalam pembelajaran matematika. Konsep matematika
yang banyak ditemukan mengenai geometri. Penelitian ini difokuskan pada
bangunan rumah tradisional Lampung khususnya masyarakat Pepadun
diantaranya rumah tradisional “Ginting Kuning” dan rumah tradisional
“Jajar Intan” serta rumah “Lamban Pesagi” sebagai pembanding dari rumah
masyarakat Sebatin.
Hasil analisis kemudian akan digunakan dalam pembelajaran
matematika tingkat SMP khususnya untuk memperkenalkan materi
geometri. Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa keterbatasan yakni
tidak tersedianya dokumen sejarah dan dokumen rancang bangun pada
beberapa rumah tradisional yang diteliti, adanya narasumber yang
merupakan keturunan ke sekian dan kurang menguasai sejarah dan filosofis
rumah tradisional tersebut, dan adanya privasi yang harus dijaga dan
dihormati sehingga tidak bisa melihat secara rinci pada beberapa bagian
rumah terutama kebik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dilakukan untuk mengetahui aktivitas fundamental matematika, makna
filosofis, dan konsep matematika pada rumah tradisional Lampung
masyarakat Pepadun serta implementasinya dalam pembelajaran
matematika topik geometri, didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Aktivitas fundamental matematika dan filosofi yang terkandung dalam
rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun:
Terdapat enam aktivitas fundamental matematika menurut Bishop
yang ditemukan, meliputi:
• Aktivitas counting, penentuan jumlah anak tangga dan jumlah tiang
penyangga rumah.
• Aktivitas measuring, penentuan ukuran pada: bangunan rumah;
setiap ruangan; andang-andang; jendela, ventilasi, dan pintu;
diameter, panjang, lebar, dan tinggi tiang penyangga.
• Aktivitas locating, pertimbangan lokasi pembuatan rumah yang
mengikuti urat nadi jalan seperti di pinggir sungai, di pinggir pantai,
atau di pinggir jalan.
• Aktivitas designing, adanya rancangan atau desain bangun rumah;
penempatan ruangan; dan pembuatan motif/ dekorasi/ ragam hias.
• Aktivitas playing, aturan pemilihan bahan baku dan aturan pada
ritual sebelum membangun rumah.
• Aktivitas explaining, penempatan ruangan yang menyesuaikan
hierarki dan makna bagian rumah atau motif/ dekorasi/ ragam hias.
Terdapat beberapa filosofi yang terkandung dalam rumah tradisional
Lampung masyarakat Pepadun diantaranya meliputi:
• Tiga bagian utama rumah, yaitu bah nuwow; inti rumah; dan kekopni
nuwow. Bah nuwow sebagai penopang dari kemungkinan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
bencana alam maupun buatan. Inti rumah sebagai pusat segala
aktivitas. Kekopni nuwow sebagai kepala yang menaungi segala isi
rumah.
• Urutan dalam pembangunan rumah, meliputi: pemilihan bahan
baku; penentuan lokasi; upacara sebelum membangun rumah;
mendirikan tiang penyangga; mendirikan bangunan dan kekopni
nuwow; dan upacara sebelum menempati rumah.
• Aturan-aturan, meliputi: pemilihan waktu tebang dan pengawetan
alami untuk bahan baku; pemilihan lokasi rumah dan pematangan
tanah; pengumpulan tujuh mata air dari sumber yang berbeda untuk
upacara sebelum membangun rumah; dan penyimpanan pemanohan
atau barang pusaka di atas rumah.
• Kekhasan rumah tradisional Lampung, meliputi: bentuk berupa
rumah panggung segiempat; resplang bermotif; adanya lambang
kewibawaan seperti dan sepasang kepala menjangan; adanya
ornamen siger; dan lapang lom tidak bersekat beralaskan tikar.
2. Konsep matematika yang ditemukan pada rumah tradisional Lampung
masyarakat Pepadun meliputi: mengurutkan bilangan, himpunan,
perbandingan, garis dan sudut, segiempat dan segitiga, kesebangunan
dan kekongruenan dua bangun datar, pola bilangan, teorema
Pythagoras, bangun ruang sisi datar, dan transformasi geometri.
3. Implementasi konsep matematika dalam pembelajaran matematika pada
rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun, yaitu:
• Kelas VII, pemetaan konsep matematika yang dapat diterapkan pada
enam Kompetensi Dasar dari 12 KD yang ada yaitu KD: 4.1, 4.4,
4.7, 4.8, 4.10, dan 4.11.
• Kelas VIII, pemetaan konsep matematika yang dapat diterapkan
pada tiga Kompetensi Dasar dari 11 KD yang ada yaitu KD: 4.1, 4.6,
dan 4.9.
• Kelas IX, pemetaan konsep matematika yang dapat diterapkan pada
tiga Kompetensi Dasar dari 7 KD yang ada yaitu KD: 4.5, 4.6, dan
4.7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
• Topik geometri yang ditemukan kemudian dituangkan dalam
ilustrasi penerapan pembelajaran matematika kelas VIII tingkat
SMP pada materi pokok Bangun Ruang Sisi Datar dan
diimplementasikan dalam bentuk Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). RPP
yang disusun menggunakan pendekatan Saintifik, model
pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL), dan metode
pembelajaran berupa penugasan, tanya-jawab, ceramah, latihan soal.
LKPD yang disusun berupa kegiatan atau pun soal kontekstual yang
dikaitkan dengan rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti dapat memberikan
saran sebagai berikut:
1. Bagi pendidik
Rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun yang memiliki
berbagai bentuk geometri dapat diimplementasikan dalam pembelajaran
matematika. Selain mempelajari ilmu matematika pendidik juga dapat
mengenalkan peserta didik dengan kebudayaan yang ada di daerah
khususnya Lampung sebagai upaya pelestarian budaya dalam
pembelajaran. Dengan memanfaatkan kekayaan budaya daerah dan
benda-benda di kehidupan sebagai sarana pemahaman materi akan lebih
menarik perhatian dan motivasi belajar peserta didik. Pendidik dapat
menggunakan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang telah peneliti rancang untuk
diimplementasikan dalam pembelajaran materi pokok Bangun Ruang
Sisi Datar.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menemukan narasumber yang lain,
dengan menerapkan penelitian yang sama akan tetapi bangunan
tradisional yang lain seperti: rumah tempat ibadah, rumah tempat
musyawarah, dan rumah tempat menyimpan. Hal ini memungkinkan
untuk menemukan aktivitas fundamental matematika, filosofi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
konsep matematika pada berbagai bangunan tradisional daerah
Lampung yang lain. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat
mengeksplorasi lebih lanjut agar hasil penelitian dapat digunakan
sebagai pembelajaran utama dan memiliki ciri khas yang tak dapat
digantikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abiyasa, P.K. (2019). Kajian etnomatematika pada aktivitas pertanian di
Kecamatan Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (Skripsi).
Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Aksin, N., Astuti, A. Y., & Miyanto. (2020). PR matematika untuk SMP/MTs kelas
VIII semester 2. Bantul: PT Penerbit Intan Pariwara.
Alexander, D.C. (2015). Elementary geometry for college students (6th ed.). USA:
Cengange Learning.
Anindita, V.K. (2018). Profil PCK (pedagogical content knowledge) guru
matematika SMA Bopkri 1 Yogyakarta pada topik turunan (Skripsi). Program
Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Asiah, R., Yunarti T., & Asnawati, R. (2016). Efektivitas pendekatan kontekstual
ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa (Studi pada siswa kelas
VIII SMP Tri Sukses Natar Lampung Selatan semester genap tahun pelajaran
2015/2016). Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, 4(8).
Astriandini, M. G. (2020). Kajian etnomatematika terhadap pola kristalografi batik
Keraton Surakarta serta ilustrasi penerapannya dalam pembelajaran
transformasi geometri sekolah menengah pertama (Skripsi). Program Studi
Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Badan Pusat dan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). Kebudayaan (Def.
1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. Diakses 22
September 2020, dari https://kbbi.kembdikbud.go.id/entri/kebudayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Badan Pusat dan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). Kebudayaan (Def.
2). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. Diakses 22
September 2020, dari https://kbbi.kembdikbud.go.id/entri/kebudayaan.
Badan Pusat dan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). Matematika (Def.
1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. Diakses 11
Oktober 2020, dari https://kbbi.kembdikbud.go.id/entri/matematika.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Mengulik data suku di Indonesia,
https://www.bps.go.id/news/2015/11/18/127/mengulik-data-suku-di-
indonesia.html, diakses pada 22 September 2020.
Djausal, A., & Hartawan, D. (2002). Rumah tradisional Lampung. Lampung:
Proyek Pelestarian dan Pemberdayaan Budaya Lampung pada Dinas
Pendidikan Propinsi Lampung.
Dominikus, W.S. (2018). Etnomatematika Adonara. Malang: Media Nusa Creative.
Hakim, L. (2009). Perencanaan pembelajaran. Jakarta: CV Wacana Prima
Kemdikbud RI. (2016). Permendikbud No. 24 Tahun 2016 Lampiran 15 Tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud
RI.
Kemdikbud RI. (2019). Hasil PISA Indonesia 2018: akses makin meluas, saatnya
tingkatkan kualitas, https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-
pisa-indonesia-2018-akses-makin-meluas-saatnya-tingkatkan-kualitas,
diakses pada 1 November 2020.
Koentjaraningrat. (2015). Kebudayaan, mentalitas, dan pembangunan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Nidho, F. (2013). Mengembangkan model pembelajaran tematik. Jakarta: PT
Prestasi Pustakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Pratami, R. K. V. M., Pratiwi, D. D., & Muhassin, M. (2018). Pengembangan media
pembelajaran matematika berbantu adobe flash melalui etnomatematika pada
Rumah Adat Lampung. NUMERICAL: Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, 2(2), 59-72.
Rahmawati, Y., & Muchlian, M. (2019). Eksplorasi etnomatematika Rumah
Gadang Minangkabau Sumatera Barat. Jurnal Analisa, 5(2), 123-136.
Ruditho, M. A. (2020). Filsafat pendidikan matematika abad ke-21: Filsafat
pendidikan matematika. Yogyakarta: PPIP Universitas Sanata Dharma.
Rusydi, U., Arifin, R., Suparno, Indra, W. D., & Zaini, F. (1987). Arsitektur
tradisional daerah Lampung. Lampung : Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah Propinsi Lampung.
Sabil, H. (2011). Penerapan pembelajaran contextual teaching & learning (CTL)
pada materi bangun ruang dimensi tiga menggunakan model pembelajaran
berdasarkan masalah (MPBM) mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika FKIP UNJA. Edumatica: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1).
Salamah, U. (2019). Berlogika dengan matematika 2 untuk kelas VIII SMP dan
MTs. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Sugiyono. (2014). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sulistyani, A. P., Windasari, V., Rodiyah, I. W., & Muliawati, N. E. (2019).
Eksplorasi etnomatematika Rumah Adat Joglo Tulungagung. Media
Pendidikan Matematika, 7(1), 22-28.
Utami, A. (2018). Eksplorasi sumber belajar pada rancang bangun Rumah Adat
Lampung (Lamban Dalom) dengan perspektif etnomatematika (Doctoral
dissertation). UIN Raden Intan, Lampung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 2: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lampiran 3: Lembar Validasi Instrumen Penelitian
A. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
No. Indikator Nomor
Pertanyaan
1. Sejarah rumah tradisional Lampung (khususnya
adat Pepadun)
1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 22
2. Bagian-bagian pada rumah tradisional Lampung
serta fungsinya 8, 9, 23
3. Makna filosofi yang terkandung pada rumah
tradisional Lampung
11, 12, 13,
14,
4. Aktivitas fundamental matematika
a. Membilang
b. Mengukur
c. Menempatkan
d. Merancang
10, 15, 16,
17, 18, 19,
21, 27, 28,
5. Aspek geometri yang terdapat pada rumah
tradisional Lampung 20, 24, 25, 26
B. Kisi-Kisi Lembar Observasi dan Dokumentasi
No. Indikator
Nomor
Butir
Pernyataan
1. Sejarah rumah tradisional Lampung (khususnya
adat Pepadun) 1
2. Aspek Geometri Pada Setiap Bagian Rumah
Tradisional Lampung (khususnya adat Pepadun) 2, 3, 4, 5, 6
3. Ragam Hias atau Ornamen Rumah Tradisional
Lampung (khususnya adat Pepadun) 7
4. Aktivitas fundamental matematika
a. Membilang
b. Mengukur
c. Menempatkan
d. Merancang
8, 9, 10, 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
C. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan peneliti saat pengumpulan data meliputi:
1. Bagaimana sejarah secara keseluruhan dari rumah tradisional Lampung yang
diketahui?
2. Ada berapa jenis rumah tradisional Lampung dan apa saja sebutan namanya?
3. Bagaimana sejarah tiap jenis rumah tradisional Lampung?
4. Apakah rumah tradisional Lampung (sebutkan nama rumahnya) telah mengalami
perubahan?
5. Bagaimana perubahan yang dilakukan? (Jika sudah mengalami perubahan)
6. Bagaimana perbedaan dari jenis-jenis rumah tradisional Lampung tersebut?
7. Bagaimana perbedaan rumah tradisional Lampung dengan rumah tradisional lainnya
di Indonesia?
8. Apa saja bagian-bagian yang terdapat pada rumah tradisional Lampung?
9. Bagaimana fungsi dari bagian-bagian tersebut?
10. Apa saja bahan dan alat yang digunakan dalam membangun rumah tradisional
Lampung?
11. Apakah ada aturan khusus dalam membangun rumah tradisional Lampung?
12. Apakah ada aturan khusus dalam pemilihan bahan baku atau pemasangan lantai pada
rumah tradisional Lampung?
13. Apa makna yang terkandung di setiap bagian rumah tradisional Lampung?
14. Apa sajakah ciri-ciri khusus rumah tradisional Lampung?
15. Bagaimana pembuatan tangga yang ada di setiap bagian rumah tradisional Lampung?
16. Bagaimana masyarakat Lampung mempertimbangkan lokasi untuk dibuat rumah?
17. Apakah ada ukuran dan bentuk khusus dalam perencanaan dan pembuatan rumah
tradisional Lampung?
18. Berapa meter tinggi tiang penyangga dan tinggi bangunan inti dari rumah tradisional
Lampung?
19. Bagaimana desain atau rancang bangun pada rumah tradisional Lampung? (sebutkan
nama rumahnya)
20. Bagaimana ragam hias atau dekorasi atau ornamen atau motif yang terdapat pada rumah
tradisional Lampung? (khususnya masyarakat Pepadun)
21. Bagaimana masyarakat dahulu dapat mengeksplorasi ragam hias atau dekorasi atau
ornamen atau motif pada rumah tradisional Lampung?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
22. Apakah diperlukan arsitektur khusus dalam pembangunan rumah tradisional Lampung?
23. Terdapat ruangan apa saja yang ada pada rumah tradisional Lampung?
24. Bagaimana bentuk ruangan yang ada pada rumah tradisional Lampung?
25. Bagaimana atap dari rumah tradisional Lampung?
26. Bagaimana bagian gaghang pada rumah tradisional Lampung?
27. Apakah ada urutan tertentu dalam proses pembangunan rumah tradisional Lampung?
(Misal: ritual adat sebelum membangun dan sebagainya)
28. Bagaimana penggunaan matematika dalam pembuatan rumah tradisional Lampung dan
ragam hias/ ornamen/ motif pada rumah tradisional Lampung yang dilakukan masyarakat
Lampung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
D. Lembar Obseervasi dan Dokumentasi
Lembar observasi dan dokumentasi yang digunakan peneliti saat
pengumpulan data meliputi:
No. Aspek yang Diamati Ya Tidak Keterangan
1. Terdapat dokumen terkait sejarah rumah
tradisional Lampung
2. Terdapat bagian tampak depan
keseluruhan rumah tradisional Lampung
3. Terdapat bagian tampak samping rumah
tradisional Lampung
4. Terdapat bagian atap rumah tradisional
Lampung
5. Terdapat bagian-bagian ruangan dalam
rumah tradisional Lampung
6. Terdapat bagian ruangan bawah rumah
tradisional Lampung
7.
Terdapat ragam hias atau ornamen pada
setiap bagian rumah tradisional
Lampung
8. Terdapat kekhasan setiap tangga yang
terdapat di rumah tradisional Lampung
9. Terdapat aturan khusus lokasi rumah
tradisional Lampung
10.
Terdapat ukuran khusus tiang
penyangga bawah rumah tradisional
Lampung
11. Terdapat dokumen rancang bangun dari
rumah tradisional Lampung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
E. Penilaian
1. Validator 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Simpulan Validator 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
2. Validator 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Simpulan Validator 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lampiran 4: Transkrip Wawancara
Transkrip Wawancara dengan Narasumber 1
N1 = Bapak I Made Giri Gunadi sebagai narasumber 1
P = Peneliti
Hari, tanggal = Senin, 8 Maret 2021
Alasan = Bapak Made merupakan pamong budaya madya di Museum
Negeri Lampung.
P : Selamat pagi Pak, perkenalkan saya Theresia Nata Ekwandani,
mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, ingin
melakukan penelitian dan pengambilan data. Judul penelitian skripsi saya adalah
Kajian Etnomatematika terhadap Rumah Tradisional Lampung Masyarakat
Pepadun dan Implementasinya dalam Pembelajaran Matematika Topik Geometri.
Jadi saya akan mencari aktivitas-aktivitas matematika Pak, diantaranya ada
membilang, mengukur, menempatkan lokasi atau menentukan lokasi, merancang,
menjelaskan, dan bermain. Etnomatematika sendiri adalah matematika dalam
budaya. Nah, aktivitas tersebut merupakan kerangka untuk membawa ke materi
matematika dan saya lebih menekankan juga terhadap penggunaan matematika di
sekolah jadi keluarannya adalah pembuatan RPP dan soal-soal kontekstual dengan
tujuannya agar pengetahuan akan kebudayaan sendiri tidak luntur. Sebelumnya
saya ingin bertanya nama Bapak siapa ya?
N1 : Baik Mbak, nama saya I Made Giri Gunadi sebagai pamong budaya
madya di Museum Negeri Lampung. Sangat menarik ya topik penelitiannya, mari
kita mulai saja, Mbak.
P : Baik Pak, yang pertama bagaimana sejarah keseluruhan dari rumah
tinggal adat Lampung yang Bapak ketahui?
N1 : Rumah tradisional Lampung pada umumnya baik sebatin maupun
pepadun itu adalah bentuk rumah panggung. Bentuk rumah panggung ini berkaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
dengan keadaan geografis masyarakat yang hidup di daerah cincin api jadi zona
bahaya gempa. Karena dari pengalamannya rumah panggung ini aman untuk
gempa. Kedua, dari lingkungan masyarakat di Lampung itu lingkungannya masih
ada binatang-binatang buas sehingga lebih aman dengan rumah panggung ini.
Kemudian rumah panggung ini pada umumnya terbagi menjadi 3: bagian bawah,
bagian badan, dan bagian atap. Bagian bawah ini biasanya untuk menaruh berbagai
hal seperti kayu bakar bahkan ternak, dan lain. Bagian badan sebagai tempat hunian
masyarakat. Pembagian bilik-bilik nanti dijelaskan, orang tua tidur dimana, anak
gadis tidur dimana, anak laki-laki tidur dimana. Nanti secara spesifik dijelaskan.
P : Tadi Bapak menyebutkan bahwa ada 2 jenis rumah tradisional Lampung,
apa saja sebutan namanya?
N : Kalau di pepadun biasanya menggunakan istilah Nuwow (Nuwo). Kalau
di sebatin Lamban namanya. Makanya yang di depan ini (rumah tradisional yang
ada di Museum Lampung) namanya Lamban Pesagi dari masyarakat sebatin.
P : Selanjutnya Pak, bagaimana sejarah setiap jenis rumah tradisional
Lampung? Apakah ada perbedaan setiap jenisnya?
N1 : Kalau untuk sejarah tidak jauh setiap jenisnya, karena yang namanya
hunian itu kan merasa nyaman dan sebagainya, adat tidak membedakan terlalu jauh
perbedaan. Nanti secara fungsi mungkin di situ letak perbedaannya berkaitan
dengan filosofis karena masing-masing memiliki keyakinan-keyakinan.
P : Kemudian, bagaimana perbedaan rumah tradisional Lampung dengan
rumah tinggal adat lainnya di Indonesia yang Bapak ketahui?
N1 : Saya juga ini tidak terlalu jauh berbeda karena saya juga pernah ke
Museum Palembang. Mungkin itu yang menekankan adalah rumah panggung tetapi
memiliki kepercayaan masing-masing berdasarkan filosofis dan fungsi yang
berbeda. Pada dasarnya bangunan rumah panggung tradisional Lampung dulu itu
pekerjanya adalah orang-orang Sumatera Selatan yakni orang Meranjat itu yang
ahli pembuatan bangunan. Kalau secara sejarah, Lampung baru berpisah dengan
Sumatera Selatan tahun 1964 secara geografis masih hampir sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
P : Apakah diperlukan arsitektur khusus dalam pembangunan rumah
tradisional Lampung?
N1 : Seharusnya iya dan ada pembelajaran juga tentang arsitektur Lampung
berkaitan dengan bangunan seperti teknik pembuatan dan sebagainya, sistem pasak
dan sebagainya, itu merupakan kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan.
Bangunan kita yang ada di Lampung ini pernah dicek ternyata hampir sama dengan
bangunan yang ada di Jepang. Nah ini menjadi pertanyaan apakah alam yang
mendidik penduduk masyarakat untuk membangun rumah seperti ini dengan
pengalaman yang ada. Karena sejarahnya sama gempa adalah daerah yang rawan
gempa.
P : Kalau tadi arsitektur khusus ya Pak. Selanjutnya, apakah ada urutan
tertentu dalam proses pembangunan rumah tradisional Lampung? (Misal: ritual
adat sebelum membangun dan sebagainya)
N1 : Segala sesuatu itu kan kepercayaan nenek moyang pada zaman dahulu
jadi tetap ada ritual walaupun berubah namun tradisi berjalan terus. Walaupun
bertemu dengan kepercayaan yang berbeda tetapi tradisi tetap dengan kepercayaan,
dalam pembangunan ada ritual tertentu mulai dari pemilihan tempat, arah mata
angin, dan sebagainya. Pembangunannya mulai dari bawah yakni umpak di bawah
tiang berbentuk datar yang terbuat dari batu tunggal (monolit) dipasang agar jika
terjadi gempa goyangan tetap dan stabil.
P : Begitu ya Pak. Apakah ada aturan khusus dalam membangun rumah
tradisional Lampung?
N1 : Arah mata angin yaitu ventilasi mengarah ke sinar matahari pada
umumnya namun tidak mutlak.
P : Kalau ini Pak, apakah ada ukuran dan bentuk khusus dalam perencanaan
dan pembuatan rumah tradisional Lampung?
N1 : Bentuk khususnya rumah panggung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
P : Apakah ada aturan khusus dalam pemilihan bahan baku atau pemasangan
lantai pada rumah tradisional Lampung?
N1 : Lantai dibuat dari bambu yang termasuk kecerdasan lokal masyarakat.
Dalam pembuatan rumah zaman dahulu, perencanaannya jauh sebelum pembuatan.
Seperti bambu harus mencari sistem kering ketika air di batang turun kemudian
dibelah dan direndam selama kurang lebih satu tahun merupakan sistem
pengawetan local. Rumah sampai 200 tahun masih awet. Memiliki musim tertentu
untuk persiapan alat tertentu. Bukan bambu yang masih utuh di atas melainkan di
bawah bambu yang sudah diawetkan.
P : Kemudian Pak, apa saja bahan dan alat yang digunakan dalam
membangun rumah tradisional Lampung?
N1 : Ada kayu dan bambu dengan sistem pengawetan. Kayu yang lebih kecil
adalah usuk, di atasnya range.
P : Nah, apakah rumah tradisional Lampung telah mengalami modernisasi?
Bagaimana modernisasi yang dilakukan? (Jika sudah mengalami modernisasi)
N1 : Kalau selama ini saya lihat karena keterbatasan bahan. Kalau
pembangunan untuk pembuatan rumah tradisional sekarang semakin sulit dan
semakin jarang dibuat karena terbentur dengan masalah bahan. Kemudian rumah-
rumah tua yang berkaitan dengan rumah tradisional Lampung pasti ada usia dan
waktunya dan kemudian ada yang mengalami kerusakan sehingga ada beberapa hal
yang digantikan seperti tiang kayu diganti dengan tiang beton. Tetapi kalau
pembuatan arsitektur menyerupai bangunan tradisional itu ada, bahkan Museum
Lampung pun mengambil arsitek dari rumah sessat. Mungkin ada yang sifatnya
beberapa rumah yang sudah rusak dijadikan satu rumah. Bagian-bagian material
rumah yang masih bagus dijadikan satu dengan material di tempat lain. Kalau
bagian lumbung utuh.
P : Selanjutnya ya Pak, apa makna yang terkandung di setiap bagian rumah
tradisional Lampung?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
N1 : 3 bagian utama (Bawah, badan, atas) mencerminkan dunia bawah, tengah
dan atas. Jika dibentuk manusia itu ada kaki, badan, dan kepala. Jika diambil
makrokosmos ada alam bawah, tengah, dan alam atas. Mau tidak mau masyarakat
terlahir dari adat istiadat yang selalu dipengaruhi oleh zamannya masing-masing.
Mulai dari prasejarah, masuknya hindu Buddha, adat itu mengalir maka akan
bersentuhan pengaruh budayanya.
P : Sangat erat dengan filosofis ya Pak. Kemudian, terdapat ruangan apa saja
yang ada di lamban pesagi? Bagaimana bentuk ruangan yang ada di lamban pesagi?
N1 : Kalau di bawah hanya tiang-tiang saja. Kalau di tengah itu kan inti baru
terbagi. Kalau rumah di Museum Lampung rumah dibagi menjadi ruang tidur ada
2 (orang tua dan anak gadis), ruang terbuka (bisa untuk tidur anak laki-laki), dan
dapur. Atap bisa digunakan untuk menyimpan bahan makanan yang sifatnya tahan
lama. Kalau di bawah itu untuk kayu bakar, ternak, bisa disitu.
P : Bagaimana pembuatan tangga yang ada di rumah tradisional Lampung?
N1 : Bahan yang digunakan adalah kayu. Jumlah tangga ganjil karena
keyakinan dan pengalaman. Kalau ganjil akan menyesatkan yang ingin berbuat
jahat.
P : Bagaimana atap dari rumah tradisional Lampung?
N1 : Sistem atap untuk rumah sebatin adalah sistem payung. Jadi tidak ada
tiang tengah-tengahnya. Atap bisa digunakan untuk menyimpan bahan makanan
yang sifatnya tahan lama. Material atap dari kayu.
P : Bagaimana ragam hias atau dekorasi atau ornamen atau motif yang
terdapat pada rumah tradisional Lampung masyarakat Pepadun?
N1 : Ragam hias tidak terlalu banyak. Tetapi hampir sama dengan Sumsel
karena arsitekturnya dari daerah Meranjak. Ada semacam krawangan, ada suatu
papan kemudian dilubangi sehingga menembus. Ventilasinya menyerupai
geometris tidak terlalu banyak motif. Untuk rumah tradisional balak biasanya ada
paguk menyerupai belalai gajah terletak di antara pertemuan tiang vertikal dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
horizontal. Filosofisnya adalah keperkasaan dan kewibawaan dari pemilik rumah
bahwa memiliki strata sosial masyarakat yang tinggi. Kalau ada paguk berarti
bukan masyarakat biasa. Suttan seperti apa, Raja seperti apa, Pangeran seperti apa.
P : Apakah ada perbedaan ragam hias antar rumah tradisional Lampung?
N1 : Kalau perbedaan ragam hias secara estetika tidak ada namun ragam hias
yang berkaitan dengan simbolis itu ada. Kalau estetika bergantung pada
kemampuan dalam bentuk ekonomi. Ragam hias yang penting tidak boleh
melangkahi aturan adat. Jika memasuki ranah adat maka ada pakemnya jadi harus
ditaati.
P : Bagaimana masyarakat dahulu dapat mengeksplorasi ragam hias atau
dekorasi atau ornamen atau motif pada rumah tradisional Lampung?
N1 : Pengalaman dan kepercayaan yang mereka dapatkan dituangkan menjadi
budaya.
P : Bagaimana penggunaan matematika dalam ragam hias di rumah
tradisional Lampung?
N1 : Menarik untuk dibahas. Tetapi untuk rumah pasti akan berkaitan dengan
perhitungan dan pengukuran (panjang lebar). Tidak mungkin orang membuat
rumah sebesar itu pintunya tidak sesuai. Seperti arsitektur tradisional di Bali ada
yang namanya Asta Kosala Kosali yakni pengukuran yang tepat itu berasal dari
dirinya, seperti jengkal, depa, dan sebagainya.
P : Baik Pak, saya rasa sekian dulu wawancara terkait rumah tradisional
Lampung. Saya mengucapkan terima kasih Bapak telah berkenan untuk menjadi
narasumber dalam penelitian saya, jika nanti ada hal-hal yang masih ingin saya
tanyakan, apakah Bapak bersedia?
N1 : Iya, Mbak, sama-sama. Silakan saja tanyakan ke saya jika saya bisa
menjawabnya, bisa dilakukan melalui whatsapp ya, Mbak. Nanti nomornya saya
berikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
P : Baik terima kasih banyak Pak. Saya minta maaf jika dalam bertutut kata
atau berperilaku terdapat kekurangan atau kesalahan ya, Pak. Saya sudahi
merekam pembicaraan kita ya Pak.
N1 : Ah tidak kok, Mbak. Santai saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Transkrip Wawancara dengan Narasumber 2
N2 = Ibu Dra. Eko Wahyuningsih sebagai narasumber 2
P = Peneliti
Hari, tanggal = Selasa, 9 Maret 2021
Alasan = Ibu Eko merupakan pamong budaya bidang arsitektur di
Museum Negeri Lampung.
P : Selamat siang Bu, perkenalkan saya Theresia Nata Ekwandani,
mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, ingin
melakukan penelitian dan pengambilan data. Ya jadi judul penelitian skripsi saya
adalah Kajian Etnomatematika terhadap Rumah Tradisional Lampung Masyarakat
Pepadun dan Implementasinya dalam Pembelajaran Matematika Topik Geometri.
Jadi yang akan saya cari disini selain ada kajian etnomatematika yang ada terdiri
dari enam aktivitas itu Bu, ada membilang, mengukur, menempatkan lokasi atau
menentukan lokasi, merancang, menjelaskan, dan bermain. Jadi dari keenam itu
istilahnya merupakan kerangka untuk kita bisa membawa ke materi Matematika
gitu dan disini saya lebih ke penekanannya juga terhadap penggunaan matematika
jadi keluarannya juga saya ada membuat RPP dan soal-soal kontekstual dan
tujuannya juga agar para siswa tidak luntur pengetahuannya akan kebudayaan
sendiri. Begitu bu kira-kira.
N2 : Baik, sebelumnya saya akan memperkenalkan diri, saya Eko
Wahyuningsih saya sebagai pamong budaya madya di Museum Lampung.
P : Baik Bu, salam kenal. Kita langsung saja mulai ke pertanyaan yang
pertama. Bagaimana sejarah keseluruhan dari rumah tradisional adat Lampung
yang Ibu ketahui?
N2 : Nah secara umumnya rumah tradisional yang ada di Lampung itu bisa kita
bagi dari daerahnya misalnya rumah tradisional yang ada di daerah peminggir atau
di orang-orang sebatin dan juga daerah pedalaman atau pepadun. Pada umumnya
sejarah rumah ini kalau kita lihat mulai peletakkannya kalau yang awal itu biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
di sepanjang sungai, Mbak, mengikuti sungai dari hulu sampai ke hilir. Namun
setelah ada masuk orang-orang kolonial itu mulai dibangun jalan-jalan mulai
pindah jadi berubah, tidak di pinggir sungai tapi sudah mengikuti jalan. Jadi di
sepanjang jalan yang dibangun itulah. Nah, kemudian rumah ini kalau secara umum
kita bisa lihat awalnya adalah rumah yang hanya dibangun secara sederhana.
Kemudian dengan meningkatnya jumlah masyarakat akhirnya dibangun juga rumah
yang lebih besar. Kalau rumah yang sederhana biasanya yang ada di daerah-daerah
umbulan atau yang masih belum ramai. Nah kemudian nanti yang sudah di
kampung biasanya rumah yang lebih besar atau dibilang biasanya ada nuwow
apakah itu ada nuwow balak itu tergantung pembuatan dan siapa saja yang
menempati.
P : Oke baik, kalau itu tadi sejarah secara keseluruhan ya Bu. Ibu juga sudah
menyebutkan bahwa rumah terbagi menjadi masyarakat peminggir dan pedalaman.
Kalau begitu, ada berapa jenis Bu rumah tradisional adat Lampung dan apa saja
sebutan namanya?
N2 : Ya kalau untuk rumah di Pepadun itu disebutnya sebagai nuwow atau
rumah ya dalam bahasa Lampungnya adalah nuwow. Kemudian kalau di pesisir itu
umumnya disebutnya sebagai lambahan atau lamban. Dalam hal ini untuk jenis-
jenis arsitekturnya memang kalau di peminggir itu ada yang piramida jenis atapnya.
Tapi untuk perkembangan selanjutnya sudah ada yang bubungan perahu terbalik
jadi memanjang atau pelana kuda istilahnya di arsitektur.
P : Sudah mengalami perubahan juga ya Bu berarti. Nah selanjutnya,
bagaimana sejarah setiap jenis rumah tradisional Lampung? Apakah ada perbedaan
atau persamaan setiap jenisnya?
N2 : Kalau sejarah secara umum sebetulnya awalnya dipakai sebagai tempat
tinggal lah ya, Mbak, untuk keluarga inti saja. Kemudian dengan perkembangan
waktu, dari rumah-rumah tersebut akhirnya berkembang mungkin bisa menjadi
yang tinggal lebih banyak, tidak hanya keluarga ayah ibu tapi mungkin bisa nenek
kakek dan keluarga luas juga jadi mulai besar ukurannya pula.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
P : Kalau perbedaan jenis-jenis rumah tradisional peminggir dan pepadun itu
bagaimana ya Bu?
N2 : Kita awali mungkin dari persamaan dulu saja ya, Mbak. Kalau persamaan
itu ada semacam filosofinya bahwa ada bawah rumah atau bah lamban kemudian
rumah inti atau rumah yang ditinggali itu dan ada bagian atasnya. Tengah resi itu
biasanya untuk musyawarah kaum wanita. Tapi kalau di orang-orang pepadun dan
sebatin ini sebetulnya hal yang berbeda biasanya dari jenis pembagian ruang.
Karena kadang-kadang ruang itu ada yang lebih kompleks dan ada yang lebih
simpel. Nah biasanya yang lebih kompleks itu yang pepadun.
P : Oke begitu ya Bu. Mungkin kalau untuk ruang kita tanya di bagian ruang
nanti saja ya Bu. Kalau tadi kita sudah berbicara tentang rumah tradisional di
Lampung ya Bu, nah kalau terkait rumah tradisional yang ada di Indonesia menurut
yang Ibu ketahui, bagaimana perbedaan rumah tradisional Lampung dengan rumah
tradisional adat lainnya di Indonesia?
N2 : Kalau dengan Palembang ya kita yang dekat istilahnya, kalau
perbedaanya misalnya dari rumah Ulu. Nah kalau rumah Ulu di Palembang, itu ada
tingkat lantai yang bertingkat. Istilahnya dari paling luar itu agak naik kalau dari
ruang inti itu agak naik ada undak-undakannya. Tapi kalau rumah Lampung itu
lantai sama dari ruang depan. Bukan terasnya ya tapi sudah masuk ruangan inti. Itu
sampai ke belakang biasanya tidak ada perbedaan. Kecuali kalau nanti dia turun ke
belakang lagi itu biasanya ada. Tapi kalau ini yang dari ruang tamu sampai ke ruang
belakang yang masih ruangan sama lantainya. Kalau dengan jawa dari model tiang
atau atapnya, dan banyak lagi.
P : Apakah pada masyarakat zaman dahulu memerlukan arsitektur khusus
dalam pembangunan rumah tradisional Lampung?
N2 : Kalau berdasarkan kami pernah survey di masyarakat ya, tentang
pembangunan rumah ini seperti tukang pembuat rumah itu ada khusus. Mereka
yang punya kepiawaian dalam membangun rumah dan menentukan ukuran dan lain
sebagainya dan pemasangan dan lain sebagainya itu ada. Hanya kalau istilahnya
mencari bahan dan lain sebagainya itu semua orang bisa. Dan kalau pada waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
dahulu itu biasanya masyarakat akan menggunakan apa yang ada di sekitarnya. Jadi
arsitektur tradisional adalah arsitektur yang menggunakan bahan-bahan yang
memang ada di sekitar mereka dan sesuai dengan alam yang ada di sekitar mereka.
Arsitektur khususnya itu adalah masyarakat itu sendiri.
P : Begitu ya Bu, nah selanjutnya apakah ada urutan tertentu dalam proses
pembangunan rumah tradisional Lampung? (Misal: ritual adat sebelum
membangun dan sebagainya)
N2 : Oke kalau kita membicarakan tentang urutan membangun rumah
berdasarkan survey kami itu ya. Jadi membangun rumah itu biasanya dimulai dari
menyiapkan lahan. Menyiapkan lahan itu bisa saja tidak hanya setahun. Karena
mematangkan tanah. Misalnya dari tanah yang banyak pohon kemudian dibuka
kemudian setelah tunggul-tunggul diambil dan dibakar kemudian dipadatkan.
Setelah tanah bagus dan rata tidak padat sebelah, kemudian mereka juga
menyiapkan kayu-kayu atau bahan-bahan yang akan dipakai. Apakah itu kayu,
rotan, ataukah bambu, atau ijuk itu mereka siapkan. Kemudian setelah semua
persiapan bahan dan tanah selesai sebelum bahan-bahan itu sampai ke lokasi tanah
yang akan dibangun biasanya tanah itu ada diupacarakan membuka tanah jadi
ngebebali tanoh istilahnya dengan suatu ritual. Kemudian giliran bahan kayu,
bambu, rotan, ijuk diberikan upacara juga. Setelah selesai nah baru mengukur
seberapa rumah yang akan dibuat lalu didirikanlah umpak dan kalau Mbak tau
rumah panggung pada masa dahulu itu bukan pondasi yang disemen tapi pakai
umpak. Kalau Mbak bisa lihat dulu ada gempa di Lampung Barat, rumah pesagi
seperti yang di depan Museum itu tidak roboh itu menggunakan batu-batu yang
saling topang. Batu-batu bulat disusun saling menopang yang kami temukan di
daerah Lampung Barat. Jadi dia kalau ada goyangan hanya bergoyang saja
rumahnya miring tetapi tidak roboh. Tetapi kalau rumah beton atau tembok tidak
kuat kan patah. Selain itu juga, jendelanya kecil-kecil untuk meminimalisir udara
yang masuk. Nah itu hal-hal yang dipersiapkan sebelum membangun rumah.
P : Apakah ada aturan khusus dalam membangun rumah tradisional
Lampung?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
N2 : Aturan itu mengacu ke zaman dahulu ya. Karena kalau rumah sekarang
itu mungkin aturan yang dahulu dipakai sudah tidak berlaku lagi. Kalau misalnya
kayu pada zaman dahulu bisa pakai kayu merbau dan kayu tenan. Kemudian untuk
bambunya biasanya bambu yang kuat apakah itu bambu betung untuk lantai
alasnya. Untuk lantai atasnya itu nanti pakai mlupuh itu bambu yang dicacah
dipakai di dapur. Kemudian menggunakan ijuk untuk atap dan juga rotan untuk tali
temali. Untuk rumah lama seperti lamban Kenali tidak menggunakan paku mbak
jadi mengikatnya dengan rotan. Nah kemudian di dalam pembuatan rumah itu tadi
untuk bahan-bahan itu sudah dipersiapkan kemudian untuk membangun juga ada
tukangnya kemudian dibantu juga oleh masyarakat. Sampai dengan selesai.
P : Bagaimana masyarakat Lampung mempertimbangkan lokasi untuk dibuat
rumah?
N2 : Ini kalau dulu memang perkampungan Lampung kan selalu di pinggir
sungai karena sungai merupakan urat nadi jalan yang kemudian mereka membuat
disana. Namun dari informasi yang kami dapat di survey, setelah mulai kolonial
masuk membuat jalan mereka kan akhirnya berpindah tempat. Walaupun sampai
sekarang juga masih banyak yang di sepanjang sungai tapi beberapa dari mereka
mulai di pinggir jalan. Lokasi-lokasi itu biasanya sesuai dengan kepemilikan tanah
mereka namun tetap dipertimbangkan mungkin tanah yang datar dan tidak dekat
dengan istilahnya kayak rawa. Tanah yang bisa dibilang bagus lah kondisinya untuk
aman dibangun suatu rumah. Mereka menyesuaikan dengan kondisi. Mungkin ini
bisa dilihat kalau Mbak sudah pergi ke daerah misalnya Kotabumi, di jalan
Blambangan Pagar itu rumah-rumah lama di sepanjang pinggir jalan. Atau ke Way
Kanan masih ada di pinggir sungai. Kalau di Labuhan Maringgai juga masih ada
yang di pinggir sungai juga ada yang di pinggir jalan. Dengan perubahan zaman
mengikuti dan tidak staknan.
P : Apakah ada ukuran dan bentuk khusus dalam perencanaan dan pembuatan
rumah tradisional Lampung?
N2 : Kalau ukuran tertentu meterannya tidak ada sih Mbak. Hanya yang beda
itu masuk rumah masyarakat biasa dan masyarakat bangsawan. Biasanya rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
masyarakat biasa ya lebih kecil. Kalau rumah bangsawan otomatis lebih besar. Itu
untuk ukuran tapi saya tidak bilang sekian meternya ya. Nah karena biasanya kalau
sudah bangsawan mereka punya nuwow balak karena suatu saat dia membuat gelar
adat akan didatangi oleh masyarakat yang ada di wilayah dia, begitu. Kalau rumah
tradisional Lampung biasanya panggung. Kemudian di bubungannya kalau yang
kecil misalnya di pesisir Lampung itu piramida, khususnya seperti yang Lamban
Pesagi. Tapi kalau yang secara umum biasanya adalah perahu terbalik dengan
kadang ada variasi di depannya. Nah kalau yang dulu awal-awal biasanya
tangganya hanya satu tempat dari sisi kiri dan jumlah tangga biasanya ganjil.
Alasannya di sisi kiri, begitu kita naik kita menganankan rumah, begitu
menganankan rumah berarti kita menghormati pemilik rumah, nah begitu
menghormati si pemilik rumah otomatis kita menghormati yang menguasai atau
membuat semua yang ada di bumi ini, kembali kepada Tuhan. Itu sekarang ada
perkembangannya menjadi dua. Nah kalau yang di tengah itu untuk balai adat atau
balai sessat karena fungsinya bukan untuk rumah hunian. Karena arsitektur rumah
itu kan ada untuk hunian, untuk kegiatan komunal, untuk ibadah, untuk
penyimpanan, dan pengawasan. Dari segi fungsi dan bentuk biasanya beda.
P : Apakah ada aturan khusus dalam pemasangan lantai pada rumah tinggal
adat Lampung?
N2 : Kalau rumah itu sudah terpasang kerangka kemudian lantai kemudian
dinding. Hanya nanti kalau plupuh itu biasanya ada di garang. Di deket dapur
biasanya untuk cuci piring yang menggunakan bambu yang dibelah. Mengapa
menggunakan itu karena kalau menggunakan kayu lama kelamaan kena air akan
rusak. Ada teknik sendiri untuk memakai bahan yang lain, yaitu bambu yang
dibelah. Kalau pengawetan orang zaman dahulu itu ada musim tertentu supaya tidak
termakan ngengat mungkin umur tertentu. Kemudian waktu menebang itu kalau
salah biasanya bambunya jadi banyak teter dan cepat rapuh. Kalau bambu atau kayu
zaman dahulu direndam dulu di kolam, kalau musim kemarau diangkat dijemur
untuk menghindari dimakan rayap. Nah itu teknik pengawetan tradisional dan
terbukti tak terbantahkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
P : Oke selanjutnya, apa sajakah ciri-ciri khusus rumah tinggal adat
Lampung?
N2 : Kalau kita bicara ciri khusus rumah tradisional bukan yang balak ya. Kita
bisa masuk ke tangga, teras, kemudian di dalam ada kamar. Kalau di kamar itu ada
satu untuk anak laki-laki tertua, kemudian untuk anak laki-laki selanjutnya. Ada
namanya bilik kebik. Kemudian ke belakang sampai nanti ke dapur. Untuk kamar
anak laki-laki tertua tadi, apabila mereka nanti sudah menikah, jika nanti ada yang
datang anaknya si anak laki-laki tertua atau istilahnya cucu maka nanti yang tinggal
di kamar itu ya cucu tersebut. Tidak boleh cucu dari anak laki-laki yang lain. Jadi
itu memang punya penyimbangnya. Biasanya jika seperti itu, orang tua akan pindah
ruangan lain.
P : Apa saja bagian-bagian yang terdapat pada rumah tradisional adat
Lampung?
N2 : Memang di Lampung kental dengan agama Islam namun juga mengusung
kepercayaan Hindu-Buddha. Bagian bah lamban, tengah resi, dan atap itu seperti
pembagian candi Borobudur. Kamadatu sesuatu yang tidak lazim untuk dilihat ada
di bagian bawah. Rupadatu adalah dunia kita beraktivitas dan bersosialisai.
Arupadatu adalah sesuatu yang tidak bisa kita bayangkan dengan sempurna karena
itu milik Tuhan. Kalau di Lamban Pesagi ada culuk langit. Itu gambaran untuk
Tuhan yang menciptakan segalanya. Itu sebenarnya filosofi itu ada.
P : Bagaimana bentuk ruangan pada rumah tradisional Lampung?
N2 : Biliknya biasanya segi empat saja, Mbak. Atau mbaknya bisa lihat
langsung saja di rumah nanti.
P : Berapa meter tinggi tiang rumah tradisional Lampung?
N2 : Kalau Sumatera umumnya antara 1.5 meter sampai 2 meter. Biasanya di
bawah juga ada yang digunakan untuk acara-acara juga penyimpanan dan kalau
sekarang ada warung.
P : Bagaimana pembuatan tangga yang ada di rumah tradisional Lampung?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
N2 : Bahan yang digunakan adalah kayu. Jumlah tangganya ganjil biasanya,
Mbak. Tapi beberapa ada yang sudah menyesuaikan tinggi tiang saja.
P : Bagaimana atap dari rumah tradisional Lampung?
N2 : Kalau di atap sendiri biasanya menyimpan barang pemanohan atau barang
pusaka. Biasanya ada keris, gong atau alat musik, buku kulit kayu, dan sebagainya.
Tidak boleh di taruh di bawah. Dan itu yang boleh membuka adalah anak laki-laki
tertua yang merupakan penyimbang. Bentuk atapnya lebih ke pyramid atau kapal
terbalik. Kalau di Lampung Barat masih ada yang pakai ijuk namun sekarang
ditempel seng agar tetap aman. Kalau yang masih ijuk banyak di daerah Bahwai di
daerah Kenali naik lagi ke atas hampir di bawah gunung Pesagi.
P : Bagaimana ragam hias atau dekorasi atau ornamen atau motif yang
terdapat pada rumah tradisional adat Lampung masyarakat Pepadun?
N2 : Kalau untuk ornamen yang sudah di rumah tradisional biasanya Mbak
bisa lihat awal pertama dari luar di andang-andangnya. Andang-andang itu pagar
yang ada di teras. Bisa mbak lihat ada yang segitiga, segiempat, dan ada yang bulat.
Dan dari kayu-kayu itu kan nanti disambungkan akan membentuk belah ketupat,
persegi panjang, nah itu kalau dari motif hias. Kemudian kalau kita sudah masuk,
kadang di pintunya ada ukiran. Ada juga ada di resplang di ujung atap luar
berbentuk segitiga seperti rumah Kebaya di Jakarta. Ada juga ukiran di tiangnya
saya temukan di Way Suluh. Biasanya juga ada ukiran di atas pintu.
P : Apakah fungsinya sebagai estetika saja atau ada yang lainnya ya Bu?
N2 : Kalau secara fungsi selain sebagai estetika itu adalah fungsi sebagai
ventilasi. Karena ukirannya krawangan atau berlubang. Kalau ukiran Jepara atau
Jawa tidak bolong.
P : Bagaimana masyarakat dahulu dapat mengeksplorasi ragam hias atau
dekorasi atau ornamen atau motif pada rumah tradisional adat Lampung?
N2 : Melihat dari alam loh, Mbak. Kalau kita bilang di motif itu kan ada nama-
nama Lampung misalnya bunga Melur atau Melati. Bentuk bunga atau klitik alur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
(ombak-ombak gitu saja) itu orang yang di deket air. Kemudian ada juga pucuk
rebung itu bentuknya segitiga-segitiga. Fungsinya ada mungkin sebagai pesan.
P : Bagaimana penggunaan matematika dalam pembuatan dan ragam hias di
rumah tradisional Lampung?
N2 : Misalnya dari atapnya ada yang piramida. Mungkin mereka hanya
memikirkan kalau atapnya begitu air akan turun dan tidak bocor. Kalau rumahnya
besar ya pelana kuda. Kalau ragam hias tadi kan ada pucuk rebung ujungnya bentuk
segitiga bagus nih dipakai lah. Nah kalau di jendelanya orang Pesagi itu ada seperti
bulatan itu kalau dulu bilangnya bulan bakha atau bulan purnama. Kemudian ada
lagi di daerah Lampung Barat namanya pasak atau paguk seperti pakis menggelung.
Paguk itu pertemuan antara tiang-tiang rumah. Sebetulnya paguk itu adalah pasak
tetapi ada seni eksteriornya.
P : Baik Bu, sampai disini dulu wawancara saya. Jika ada informasi yang
mungkin ingin saya tanyakan kembali, saya harap Ibu bersedia. Dan saya
mengucapkan terima kasih banyak atas kesediaan waktu Ibu untuk menjadi
narasumber di penelitian saya.
N2 : Iya, Mbak nanti kalau ada yang kurang tanyakan saja ke saya ya. Semoga
sukses dan lancar skripsinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Transkrip Wawancara dengan Narasumber 3
N3 = Ibu Tuan sebagai narasumber 3
P = Peneliti
Hari, tanggal = Selasa, 9 Maret 2021
Alasan = Ibu Tuan merupakan pemilik rumah tradisional adat Lampung
“Ginting Kuning” yang merupakan perwakilan kelompok masyarakat Lampung
adat Pepadun dan keturunan dari panglima perang Ratu Balaw.
P : Selamat siang Bu, perkenalkan saya Theresia Nata Ekwandani,
mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Sebelumnya saya ingin menyampaikan tujuan penelitian saya terlebih dahulu Bu
agar Ibu memiliki gambaran juga. Tujuan penelitian skripsi saya yang pertama itu
untuk mengetahui aktivitas fundamental matematika dan filosofi yang terkandung
dalam rumah tradisional adat Lampung masyarakat Pepadun. Etnomatematika itu
adalah matematika dalam budaya itu ada enam aktivitasnya yakni mengukur,
menentukan lokasi, menjelaskan, bermain, membilang, dan terakhir ada
merancang. Kemudian objek penelitiannya adalah beberapa rumah tradisional di
masyarakat Pepadun. Yang kedua, untuk menganalisis konsep matematika pada
rumah tradisional adat Lampung masyarakat Pepadun dan implementasinya dalam
pembelajaran matematika. Jadi apa yang saya temukan ini akan saya bawa ke
konsep matematis dan diterapkan di pembelajaran matematika SMP khususnya
materi geometri bangun ruang.
P : Oke baik Bu, langsung saja ke pertanyaan yang pertama ya Bu.
Bagaimana sejarah keseluruhan dari rumah tinggal adat Lampung yang Bapak
ketahui?
N3 : Ya kan dari zaman dulu udah memang tinggi kayak gini ya. Kalau zaman
dulu itu kan lagi banyak hutannya kan ya jadi banyak binatang buas otomatis bikin
rumahnya tinggi. Untuk menghindari dari adanya binatang buas kan gitu.
P : Kalau rumah ini sendiri Bu, bagaimana sejarahnya ya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
N3 : Kalau rumah ini, awalnya di kampung ini yang membentuk tiga orang ya.
Di sini namanya dunggak itu Suttan Ibu, di tengah itu Suttan Ngakukahan, dan yang
di liba itu kalau bahasa Lampungnya Suttan Unjunan. Jadi yang lain-lainnya ini kan
perpecahannya dari tiga pepadun ini, jadi pepadun tertua ini ya tiga orang ini.
P : Begitu ya Bu, kira-kira tahun berapa ya Bu para Suttan membuka lahan
disini?
N3 : Nah saya itu kurang tau juga ya. Setahu saya memang udah dari zamannya
nenek moyang kita dulu kan. Yang saya tahu, lagi zamannya keratuan itu ya
keturunan dia orang tiga ini istilah bahasa Lampungnya sulan derango-nya Ratu
Balaw itu ya. Jadi istilahnya panglima perangnya dari keratuan. Cuman memang
kita ini bukan keturunan Ratu Balaw. Kalau Ratu Balaw itu kan anaknya
perempuan, ada dua. Ya kalau cerita orang tua dulu, kita ini keturunan panglima
perangnya Ratu Balaw.
P : Kira-kira sejauh yang Ibu ketahui, bagaimana masyarakat Lampung
menentukan lokasi untuk dibuat rumah?
N3 : Ya kalau itu tergantung dikasihnya orang tua ya. Kalau kita di perkotaan
gini sih ya di pinggir jalan aja udah.
P : Kalau dari yang Ibu ketahui, rumah tradisional Lampung itu ada berapa
jenis sih Bu?
N3 : Kalau yang saya tahu sih engga berjenis-jenis cuman dia tinggi aja tapi
nanti coba tanya sama yang buat ya. Cuman kalau tiap-tiap rumah itu dia punya
nama gitu. Jadi kalau mepadun itu kan disebutin ya Lamban Balak Ginting Kuning,
ini nama rumah datukku yang ini Lamban Balak Ginting Kuning. Jadi buainya itu
Buai Kuning Hulung Ketibung. Hulung itu istilahnya marga.
P : Berarti di kawasan wisata budaya Lampung kedamaian ini marganya
beda-beda ya Bu?
N3 : Ya beda, tiga marga ini. Hulung Balaw, Hulung Ketibung, dan Hulung
Balak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
P : Nah kalau dari kelompok masyarakatnya Bu, kan ada masyarakat
Pepadun dan ada masyarakat Sebatin itu rumahnya ada perbedaan sendiri tidak ya
Bu?
N3 : Ya kalau udah bicara adat ada perbedaannya. Kalau misalkan begawi mau
memotong kerbau jadi kumpullah sembilan tetua atau penyimbangnya itu sama kita
harus mengundang sembilan atau dua belas kebuaian dari Pepadun. Setelah itu
barulah bisa kita melakukan begawi adat. Nah kalau sudah mepadun itu, rajanya itu
memakai tapis Jung Sarat. Kalau yang lain-lain itu udah pakai lima bekandang. Jadi
perbedaannya terletak di acara adatnya. Cuman karena sekarang udah modern ya
dan begawi itu kan tidak cukup 100 juta. Belum lagi tiga hari tiga malam, jadi
sekarang adatnya udah diturunkan aja deh diuangkan aja.
P : Bagaimana perbedaan rumah tradisional Lampung dengan rumah tinggal
adat lainnya di Indonesia yang Ibu ketahui?
N3 : Kalau pendapat saya rumah di Sumatera itu nggak jauh berbeda sih.
P : Apakah diperlukan arsitektur khusus dalam pembangunan rumah Ginting
Kuning sejauh yang Ibu ketahui?
N3 : Kalau itu ya membangunnya itu tinggal yang punya rumahnya aja. Nanti
juga tanya aja sama Pak Billy itu ya, dia orang yang mungkin lebih tahu kalau
pembuatannya. Yang saya tahu kalau dulu itu tinggal sebutin aja ruangnya mau
sekian kali sekian. Kalau dulu itu tiangnya 1.5 meter sekian.
P : Apakah ada urutan tertentu dalam proses pembangunan rumah tradisional
Lampung? Misal: ritual adat sebelum membangun dan sebagainya.
N3 : Ya kalau mau membangun itu yang tua itulah yang membangun sama
persetujuan adik-adiknya. Kalau untuk pondasi dan sebagainya saya nggak tahu.
P : Apakah ada aturan khusus dalam membangun rumah tradisional
Lampung?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
N3 : Kalau zaman dulu itu kan rumah masih jarang-jarang. Jadi menjaga hal-
hal yang tidak diinginkan seperti banyak binatang buas makanya dibuat rumah
panggung. Lebih jelasnya itu tadi ya, tanyakan ke Pak Billy saja.
P : Bagaimana ukuran dan bentuk dalam perencanaan dan pembuatan rumah
Ginting Kuning ini Bu?
N3 : Ukuran luas bangunan ini kalau nggak salah 18 meter x 18 meter.
Bentuknya rumah panggung dan kreativitas tergantung dana, keuangan yang mau
bangun rumah.
P : Apa saja bahan dan alat yang digunakan dalam membangun rumah
Ginting Kuning ini Bu?
N3 : Rumah ini pakai kayu, kayunya pesan dulu. Kalau rumah ini udah pakai
paku tapi untuk yang di atas masih pakai kayu yang dibikin kayak paku zaman dulu
gitu.
P : Apakah rumah tradisional Ginting Kuning ini telah mengalami perubahan
Bu?
N3 : Rumah ini udah mengalami perubahan. Kalau dulu rumahnya lebih gede
lagi sampai di siring itu Mbak.
P : Adakah ciri khas dari rumah tradisional Ginting Kuning ini sendiri Bu?
N3 : Kalau dulu ada ciri khasnya ada kepala menjangan ada dua, tanduk yang
bercabang-cabang. Karena datuk saya menangkap binatang itu kan terus kepalanya
dipajang. Bisa jadi itu lambang keperkasaan atau jagoan gitu. Dan engga setiap
rumah punya kepala menjangan gitu.
P : Iya Bu, makanya jadi ciri khas ya Bu. Nah kalau desain atau rancangan
rumah Ginting Kuning ini Ibu ada dokumennya nggak ya Bu?
N3 : Udah engga ada, Mbak.
P : Begitu ya Bu. Selanjutnya, apa saja ya Bu bagian-bagian yang terdapat
pada rumah Ginting Kuning ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
N3 : Ya ada bah lamban, terus depan untuk ruang tamu. Terus itu ruang tengah.
Kalau yang di atas itu kan penaku. Zaman dulu penaku itu dikasih papan untuk
menaruh bakul-bakul atau simpenan gitu. Ada dapur juga. Ada juga garang tapi
kita engga buat karena dananya engga sampai. Gaghang itu kalau zaman dulu
untuk cuci piring loh pakai bambu bulat lantainya. Jadi kalau cuci piring itu airnya
jatuh ke bawah.
P : Jadi memang memerlukan banyak biaya ya Bu kalau mau buat semua
bagian lengkapnya. Kalau begitu terdapat ruangan apa saja yang ada di lamban
balak Ginting Kuning ini ya Bu?
N3 : Ada dua bilik. Untuk yang tua, untuk anak gadis, terus dapur, dan ruang
untuk solat. Kalau disini udah engga ada untuk anak tertua gitu. Kalau saudara pada
datang mereka lebih milih tidur di luar bahasa Lampungnya dambin atau ambin itu
artinya depan. Gelar karpet tidur barengan disini atau di ruang tengah aja gitu Mbak.
P : Kalau bentuk ruangannya sendiri bagaimana ya Bu?
N3 : Biasa sih, Mbak, segiempat ya. Tapi coba nanti dilihat sendiri ya.
P : Begitu ya Bu, nah kalau fungsi dari setiap bagian itu sendiri apa saja ya
Bu?
N3 : Nah kalau kita kumpul mau yasinan atau arisan, kumpulin orang-
orangnya di ambin ini. Kalau ruang tengah untuk pertemuan keluarga inti. Kalau
penaku itu untuk penyimpanan alat-alat untuk pertanian kayak lumbung, tikar, dan
barang-barang lain.
P : Bagaimana pembuatan tangga yang ada di rumah tradisional Ginting
Kuning ini Bu?
N3 : Ya ada itungannya. Kalau Bahasa Lampungnya tanggal tunggu tanggal
tunggu, ujungnya harus ada tunggu. Jadi itungannya genap. Tapi balik lagi sama
kepercayaan tiap orang beda-beda.
P : Bagaimana bentuk atap dari rumah tradisional Ginting Kuning ini Bu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
N3 : Bentuknya ginting atau gitting ada yang getting susunan bertingkat.
P : Bagaimana ragam hias atau dekorasi atau ornamen atau motif yang
terdapat pada rumah Ginting Kuning?
N3 : Kalau ukirannya ini kan sebenarnya ciri ya. Nah kalau ini kan ciri khas
rumah ini resplangnya (nunjuk bagian rumah).
P : Seni aja ya Bu berarti. Nah terakhir Bu, adakah penggunaan matematika
pada bangunan dan ragam hias di rumah tradisional Ginting Kuning ini menurut
yang Ibu ketahui dan pahami?
N3 : Ya ada bentuk matematikanya cuman saya engga tahu ngomongnya apa.
Kisi-kisi jendela itu kan ciri khas rumah zaman dulu bisa untuk ventilasi udara.
P : Baik Ibu, kalau begitu wawancaranya sudah selesai. Selanjutnya saya
ingin melakukan pengamatan dan mengambil foto dokumentasi beberapa bagian
rumah, apakah boleh Ibu?
N3 : Boleh Mbak, tapi tabur gakpapa ya. Maklum banyak anak kecil jadi ga
beres-beres. Terus mau mulai dari mana? Dari dapur mungkin ya.
P : Iya bu engga papa kok, saya ambil di bagian yang tidak tabur Bu. Mulai
dari dapur saja dulu Bu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Transkrip Wawancara dengan Narasumber 4
N4 = Bapak Cholid Ismail Balaw sebagai narasumber 4
P = Peneliti
Hari, tanggal = Sabtu, 20 Maret 2021
Alasan = Bapak Cholid Ismail merupakan pemilik rumah tradisional adat
Lampung “Jajar Intan” yang mengikuti proses perancangan hingga pembuatan
rumah sebagai perwakilan rumah tradisional masyarakat penyimbang dan memiliki
gelar Suttan Praja Kelana.
P : Sebelumnya saya mau ingin menyampaikan terima kasih atas kesediaan
Bapak untuk diwawancarai. Perkenalkan saya Theresia Nata Ekwandani biasa
dipanggil Thesa dari Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, saya juga ingin menyampaikan kalau tujuan penelitian saya yang
pertama itu mengetahui aktivitas fundamental matematika dan filosofi yang
terkandung dalam rumah tradisional adat Lampung masyarakat Pepadun. Dimana
etnomatematika itu adalah matematika dalam budaya dan ada 6 aktivitas yakni
membilang, mengukur, menentukan lokasi, merancang, bermain, dan menjelaskan.
Yang kedua, untuk menganalisis konsep matematika pada rumah tradisional adat
Lampung masyarakat Pepadun dan implementasinya dalam pembelajaran
matematika. Sebelumnya saya ingin bertanya nama lengkap bapak dan gelar jika
ada?
N4 : Cholid Ismail Balaw dengan gelar Suttan Praja Kelana.
P : Yang pertama, ada berapa jenis rumah tradisional Lampung menurut
kelompok masyarakatnya yang Bapak ketahui?
N4 : Ya tergantung letaknya juga ya. Kalau di perladangan itu ada rumah juga
namanya sapu untuk penjaga kebun. Di perkampungan juga ada rumah penduduk,
ada warganya kemudian itu namanya umbul. Umbul itu bagian dari tiyuh. Tiyuh itu
kampung adat. Penduduk tiyuh itu berladang di umbul disitu ada perumahan
mereka juga. Kemudian di tiyuh itu sendiri juga ada rumah tempat tinggal yang itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
merupakan warga masyarakat adat masing-masing ada rumah warga biasa dan
rumah penyimbang. Itulah kira-kira klasifikasi rumah tinggal menurut letaknya.
P : Kalau sejarah dari rumah tradisional adat Lampung “Jajar Intan” ini
bagaimana ya Pak?
N4 : Jadi begini, salah satu ya warisan orang tua itu ya biasanya mewariskan
senjata, rumah, tanah. Nah rumah itu ada yang sudah jadi rumahnya dan ada yang
belum jadi tapi sudah diberikan nama oleh orang tua. Jadi, ini rumah Jajar Intan
diberikan orang tua saya kalau membangun rumah di Jajar Intan. Kebetulan tahun
1999 saya membangun rumah ini. Karena awalnya orang tua ingin salah satu
anaknya membangun rumah panggung di kampung halaman sendiri maka dari
itulah saya bangun rumah ini sesuai dengan amanahnya namanya rumah tradisional
adat Jajar Intan.
P : Oh begitu ya Pak, kalau tadi bapak menyampaikan ada rumah biasa dan
rumah penyimbang, rumah ini termasuk yang mana ya Pak?
N4 : Tergantung dia keluarga adat biasa atau penyimbang. Kebetulan saya
termasuk penyimbang. Ada ciri khas rumah penyimbang itu di atas ada kayu lurus
ke atas di tengah-tengah atap rumah yang diberikan nama rumah Jajar Intan dengan
aksara Lampung. Nanti coba dilihat ya dari luar sana.
P : Baik, Pak nanti saya sekalian observasi. Selanjutnya Pak, apakah
diperlukan arsitektur khusus dalam pembangunan rumah tradisional adat Jajar
Intan?
N4 : Kebetulan saya membangun rumah ini minta bantuan dengan arsitek ya
dan sudah dilakukan penelitian pembanding rumah-rumah tradisional di kampung
adat lain dan jadilah gambarnya. Jadi sudah menggunakan arsitektur khusus.
P : Apakah ada urutan tertentu dan aturan khusus dalam proses pembangunan
rumah tradisional Lampung? (Misal: ritual adat sebelum membangun dan
sebagainya)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
N4 : Ya barangkali sudah kebiasaan kan, sebelum membangun kan berdoa dulu
kemudian memondasi berturut-turut, tiangnya, inti bangunannya, dan atapnya juga.
Ritual itu doa kepada Yang Maha Kuasa agar lancar dalam membangun. Kalau
aturan khusus dalam rumah ini tidak ada tapi ada saya dengar menyediakan kelapa
dan pisang untuk para tukang saja.
P : Apakah ada ukuran dan bentuk khusus dalam perencanaan dan pembuatan
rumah tradisional Lampung?
N4 : Ukuran luas tanah saya ini 3600 m2 dan bangunannya 20 m x 20 m. Jadi
400 m2 dikali 2, di atas dan di bawah. Untuk bentuk tidak mesti segiempat atau
yang penting sesuai dengan selera saja. Kalau di rumah ini bentuknya cenderung
segiempat menyesuaikan fungsi dari ruangan.
P : Karena berbicara mengenai fungsi ruangan, selanjutnya apa sajakah
ruangan yang ada di rumah tradisional adat Jajar Intan dan bagaimana fungsinya?
N4 : Ini ada tingkatannya. Ini tangga yang sana itu untuk tamu orang luar.
Tingkat yang lebih tinggi artinya kedudukan lebih terhormat. Ini yang kita sekarang
ruang tamu untuk menerima tamu. Ada itu lapang agung adalah ruang yang
terhormat biasanya untuk pertemuan kepala-kepala adat dan musyawarah adat. Ada
bilik atau kamar ya, juga ada dapur.
P : Terus kalau di dalam sendiri ada berapa ruangan ya Pak?
N4 : Kalau rumah ini ada 3 kamar. Satu untuk kamar biangnya lah ya kemudian
dua kamar untuk kamar anak. Satu untuk kamar gadis dan satu untuk kamar laki-
laki.
P : Kalau untuk kamar anak laki-laki ini apakah dikhususkan untuk anak laki-
laki tertua begitu Pak?
N4 : Ya pokoknya untuk laki-laki lah bisa campur kalau dua ya dua. Begitu
juga yang perempuan.
P : Bagaimana bagian atap dari rumah tradisional adat Jajar Intan ini sendiri?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
N4 : Nah kalau bentuknya itu ya piramid ada tingkatannya. Hanya tergantung
rumahnya sehingga bisa berbentuk piramidanya itu jika rumahnya panjang
gitu.Atap itu biasanya tempat untuk menyimpan barang-barang tua yang berharga,
barang peninggalan.
P : Apakah ada aturan khusus dalam pemilihan alat dan bahan pada rumah
tradisional adat Jajar Intan Pak?
N4 : Kalau untuk bahan kayu tergantung kemampuan. Kebetulan rumah ini
bahannya kayu merbau.
P : Jadi untuk keseluruhan rumah ini dari kayu begitu Pak? Apakah tidak ada
bahan lain seperti semen?
N4 : Kalau semen untuk pondasinya aja. Tiangnya saja sebab waktu itu saya
pesan kayu merbau yang besar tidak dapat.
P : Bagaimana desain atau rancang bangun rumah tradisional adat Jajar
Intan?
N4 : Itu nanti ada gambarnya saya tunjukkan.
P : Baik Pak, selanjutnya apakah rumah tradisional Lampung Jajar Intan telah
mengalami perubahan?
N4 : Belum mengalami perubahan dan mudah-mudahan asli terus. Sebab
makanya saya pesan kayu merbau untuk biar tahan lama bisa ratusan tahun lah ya.
P : Berapa meter tinggi tiang rumah tradisional adat Jajar Intan?
N4 : 2.5 meter sampai 3 meter
P : Bagaimana ragam hias atau dekorasi atau ornamen atau motif yang
terdapat pada rumah tradisional adat Jajar Intan?
N4 : Ya ini seperti yang bisa dilihat. Yang jelas resplang itu ciri khas rumah
tradisional Lampung ada motifnya. Kalau rumah modern kan biasanya rata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
P : Apakah ragam hias tersebut ada makna khususnya untuk menunjukkan
gelar dan sebagainya dan bagaimana masyarakat dulu membuat ragam hias
tersebut?
N4 : Ada ya cuman saya tidak mendalami sebab ada rumah sebatin pesisir itu
ada ciri-cirinya tidak boleh yang lain. Kalau membuatnya ya diukir aja tapi bolong-
bolong gitu. Motifnya ya bisa dari bunga, kapal, macam-macam.
P : Selanjutnya ya Pak, apakah di rumah ini terdapat gaghang atau tempat
mencuci?
N4 : Oh ya ada, nanti kita lihat ya. Itu bentuknya menyesuaikan ya, segiempat
dan dibuatnya dari bambu yang dipecah agar tahan air.
P : Baik, Pak. Untuk sesi wawancara akan saya sudahi. Selanjutnya apakah
saya diizinkan untuk mengamati dan mengambil dokumentasi dari rumah Jajar
Intan ini?
N4 : Oh ya boleh, Mbak. Sekalian saya ambilkan gambar rancang rumahnya
ya.
P : Baik, Pak. Terima kasih banyak atas izinnya dan kesediaan Bapak untuk
menjadi narasumber di penelitian saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Transkrip Wawancara dengan Narasumber 5
N5 = Bapak Billy Hermansyah sebagai narasumber 5
P = Peneliti
Hari, tanggal = Minggu, 28 Maret 2021
Alasan = Bapak Billy merupakan pengelola rumah tradisional adat
Lampung “Ginting Kuning” sebagai perwakilan rumah tradisional masyarakat
biasa. Bapak Billy memiliki pengetahuan yang erat tentang kebudayaan Lampung
dan bergelar Rajo.
P : Selamat pagi Pak, perkenalkan nama saya Theresia Nata Ekwandani,
mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Sebelum memulai saya ingin memberitahukan tujuan penelitian saya terlebih dulu.
Tujuan penelitian skripsi saya yang pertama yakni mengetahui aktivitas
fundamental matematika dan filosofi yang terkandung dalam rumah tradisional
Lampung masyarakat Pepadun. Dimana etnomatematika sendiri merupakan
matematika dalam budaya dan ada enam aktivitasnya yakni mengukur, membilang,
menentukan lokasi, menjelaskan, bermain, dan merancang. Kemudian objek
penelitian saya adalah beberapa rumah tradisional di masyarakat Pepadun. Yang
kedua, untuk menganalisis konsep matematika pada rumah tradisional adat
Lampung masyarakat Pepadun dan implementasinya dalam pembelajaran
matematika. Yang saya temukan melalui wawancara maupun pengamatan akan
saya bawa ke konsep matematis dan menemukan penerapannya di pembelajaran
matematika SMP khususnya topickgeometri. Sebelum ke pertanyaan inti, saya
ingin bertanya nama lengkap Bapak siapa dan gelar Bapak apa?
N5 : Baik. Nama saya Billy Hermansyah gelar Rajo.
P : Oke baik Pak, langsung ke pertanyaan pertama, bagaimana sejarah
keseluruhan dari rumah tradisional Lampung yang Bapak ketahui?
N5 : Kalau sebatas hanya yang diketahui itu rumah tradisional itu beda sama
rumah adat. Kalau rumah tempat tinggal buat orang Lampung itu seperti biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
rumahnya panggung dan terbuat dari papan jarang material yang beton. Terbuat
dari sembilan tiang, ada simbol siger, ada tangga di depan. Fungsi dari itu ya karena
mereka seringkali berpindah-pindah kebanyakan mereka bertempat tinggal
bersebelahan dengan kali dan mencegah dari binatang buas. Kalau rumah
tradisional itu ada sekat untuk bilik kamar tapi kalau rumah adat itu tidak ada sekat.
P : Kalau dari yang Bapak ketahui, rumah tradisional Lampung itu ada berapa
jenis ya Pak?
N5 : Sebenarnya banyak karena Lampung sendiri terdiri dari beberapa suku
sih. Yang setau saya saja ada Sekala Brak, Pubiyan Telu Suku, Abung Siwo Mergo,
Megopak dari Tulang Bawang, sama masih banyak lagi. Kalau Siwo Mergo karena
siwo itu sembilan biasanya yang bermarga ini berciri serba sembilan. Contohnya
aja siger kan 9 helai sih atasnya, empat kiri, empat kanan, tengah satu. Nah kalau
masyarakat peminggir itu nama rumahnya Lamban tapi kalau abung atau
pedalaman itu Nuwow.
P : Nah tadi kan Bapak sebutkan kalau ada bermacam-macam marga, itu
rumah tradisional antar suku Lampung sendiri ada perbedaan gak ya Pak?
N5 : Waduh kalau ini saya jarang tahu. Soalnya kan jarang main ke daerah
Megopak. Tapi setahu saya hampir sama sih, Mbak, mayoritas semuanya hampir
sama. Rata-rata pasti panggung. Kalau persamaan mungkin ada contohnya fungsi
ruang tamu yang lebar untuk kegiatan atau musyawarah gitu, Mbak.
P : Begitu ya Pak, kalau kita berbicara soal lokasi nih Pak. Bagaimana
masyarakat Lampung sendiri mempertimbangkan lokasi untuk dibuat rumah?
N5 : Kalau yang lama itu kebanyakan memang di pinggir kali, tapi untuk yang
modern kan sudah banyak yang di tengah kota. Kebanyakan yang di tengah kota itu
adalah anaknya tapi rumah orang tuanya masih di pedalaman.
P : Jadi menyesuaikan ya Pak. Selanjutnya, dalam membangun atau membuat
rumah tradisional, apakah diperlukan arsitektur khusus sejauh yang Bapak ketahui?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
N5 : Kalau zaman dulu itu engga ada arsitek kan terbatas juga pengetahuannya.
Pasti yang tetua-tetua atau yang dituakan itu lah yang lebih mengerti soal
pembangunan rumah.
P : Jadi arsitekturnya itu adalah yang dituakan ya Pak. Kemudian, apakah ada
urutan tertentu dalam proses pembangunan rumah tradisional Lampung?
N5 : Yang pertama pasti mencari bahan baku, seperti kayu, tali karena zaman
dahulu kan engga menggunakan istilahnya paku beton, papan, alang-alang, dan
rotan itu yang diutamakan. Kalau untuk meratakan tanah kayaknya engga terlalu
diutamakan karena kan rumahnya panggung. Pencarian bahan baku itu yang butuh
waktu lama. Kalau sudah dapat semua bahan baku terus dilakukan pengawetan
dengan oli. Kalau semua bahan siap baru ada ritual untuk melanjutkan membangun
rumah. Ritual itu dilakukan oleh tetua dan ada mengumpulkan tujuh mata air yang
berbeda maknanya agar rezekinya lancar. Setelah itu menancapkan tiang-tiang terus
bangun yang tengah terus atasnya. Nah ini istilahnya kalau di rumah panggung itu
pondasinya adalah tiang-tiang penyangga itu tadi. Terakhir setelah semua selesai
dilakukan doa lagi sebelum rumah itu dihuni.
P : Apakah rumah ini telah mengalami perubahan? Bagaimana perubahan
yang dilakukan?
N5 : Ya sudah, Mbak. Kan dulunya material kayu, karena sudah lama sekali
dan sudah lewat masa pengawetan jadi diganti beton atau semen. Dari segi luas
bangunannya juga sudah lebih kecil daripada dulu.
P : Selanjutnya Pak, apakah ada aturan khusus dalam membangun rumah
tradisional Lampung?
N5 : Aturan khusus ya itu tadi. Bahan bakunya kayu itu harus usia tua supaya
ketahanannya bagus dan diameternya besar kisaran 50 cm ke atas untuk tiangnya.
Selain itu, bentuknya panggung dan motif atau bentuk lainnya tidak menyalahi
aturan. Maksudnya disini tidak mengambil ciri khas dari marga atau kelompok
masyarakat lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
P : Kalau tadi berbicara kayu dengan diameter yang besar ya Pak. Nah kalau
untuk tinggi tiangnya sendiri berapa meter ya Pak?
N5 : Maksimal dua meter dari permukaan tanah ke lantai rumah karena kayu
yang masuk ke tanah itu kisaran 40 cm – 50 cm. Dari tanah ke atasnya lagi beda.
Dari lantai ke atas itu biasanya bisa 6 m – 7 m.
P : Bagaimana ukuran dan bentuk pada rumah Ginting Kuning ini ya Pak?
N5 : Karena rumah orang Lampung itu pasti modelnya memanjang, Mbak. Jadi
kisaran 7 meter x 14 meter atau 8 meter x 20 meter. Ukuran itu inti rumah berikut
dapurnya juga dan udah semua. Fungsi bentuk rumahnya memanjang itu agar kalau
ada acara bisa menampung lebih banyak keluarga yang datang. Nah kalau luas
tanah seluruhnya itu 20 meter x 20 meter, itu minimal. Karena kan tanah orang dari
suku Lampung itu lebar-lebar apalagi di pedalaman. Jarang mereka buat rumah di
tanah 10 meter x 10 meter itu jarang.
P : Apakah ada aturan khusus dalam pemilihan bahan baku atau pemasangan
lantai? Apa saja bahan dan alat yang digunakan dalam membangun rumah ini Pak?
N5 : Ya itu tadi, kayu, papan, rotan, tali, alang-alang. Kayunya pakainya kayu
merbau. Kalau papannya bisa pakai meranti. Rotan atau talinya untuk mengikat,
kalau zaman dulu engga pakai paku. Bambu juga biasanya dipakai untuk membuat
kandang di bawah rumah. Nah itu melalui proses pengawetan alami, Mbak, kayak
di Sulawesi itu. Direndam dulu terus biar kayu atau papannya mengkilap pakai oli
atau jarang sih ini biasanya pakai pelitur.
P : Bagaimana ciri-ciri rumah tradisional Lampung sendiri Pak?
N5 : Seperti yang tadi itu ya ada simbol siger, bentuknya memanjang dan
panggung atau bertingkat, ada tiangnya biasanya 9 tiang, ada ruang tamu dan ruang
keluarga yang luas dan tidak disekat. Kalau pun ada sekat itu untuk bilik kamar dan
dapur saja, Mbak.
P : Selanjutnya, apa saja ya Pak bagian-bagian yang terdapat pada rumah
tradisional Lampung ini?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
N5 : Pertama, rumah tradisional Lampung itu bilik di depannya untuk orang
tua atau anak laki-laki tertua. Jadi dari pintu depan sampai ruang tengah itu engga
ada sekat ya, terkecuali untuk kamar atau biliknya anak tertua tadi. Baru setelah itu,
di belakangnya lagi kamar anak perempuan, di belakang ada dapur, gudang kecil
untuk penyimpanan hasil panen, ada juga yang buat jemur di paling belakang
sendiri itu garang namanya. Kalau rumah tradisional untuk masyarakat biasa itu
sudah berbeda dengan rumah tradisional untuk yang sudah Suttan. Kalau tradisional
masyarakat biasa itu lantainya tidak ada tingkatan tapi kalau untuk rumah Suttan
biasanya ada tingkatan-tingkatannya. Membedakannya kalau sudah ada payung dua
di gerbang depan itu berarti orang yang sudah Suttan.
P : Selanjutnya, bagaimana bentuk dan ukuran dari setiap bagian itu sendiri
ya Pak?
N5 : Semua hampir sama ya bentuknya segiempat.
P : Begitu ya Pak, nah kalau fungsi dari setiap bagian itu sendiri apa saja ya
Pak?
N5 : Fungsi dari rumah yang memanjang itu tadi untuk menampung banyak
orang kalau ada acara. Kalau untuk ruang depan dan ruang tengah itu untuk
musyawarah dan menerima tamu tadi. Kalau kamar pertama untuk tidur anak
pertama. Kalau kamar kedua dan ketiga ya untuk tidur orang tua dan anak
perempuan. Kalau teras untuk menerima tamu yang biasa. Biasanya rumah
tradisional itu jarang menggunakan kursi tapi pakai tikar. Itu tujuannya supaya
sama rata.
P : Bagaimana pembuatan tangga yang ada di rumah tradisional ini Pak?
N5 : Kalau sepengetahuan saya engga ada namanya pembuatan tangga itu
secara khusus. Pasti menyesuaikan tingkat ketinggian antara tanah bawah dengan
rumah inti. Tapi mungkin masih ada salah satu yang menggunakan sembilan anak
tangga atau ganjil. Ada ornamen seperti ukiran di pegangan tangga. Penempatan
tangganya juga bebas tapi kebanyakan di tengah untuk menghambat banyak rezeki
yang keluar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
P : Bagaimana bentuk atap dari rumah tradisional Ginting Kuning ini Bu?
N5 : Atapnya bentuknya limas kalau rumahnya segiempat. Kalau piramid itu
hanya menyesuaikan rumah yang memanjang aja. Kalau resplangnya bisa ada motif
macam-macam dan bebas.
P : Bagaimana ragam hias atau dekorasi atau ornamen atau motif yang
terdapat pada rumah tradisional Lampung?
N5 : Yang biasanya saya tahu itu motifnya seperti kembang, matahari, ya lebih
ke alam, perahu juga. Setiap daerah itu pasti punya ciri masing-masing. Kalau ciri
khas daerah saya misalnya dipakai di daerah yang lain pasti tetua yang tau akan
komentar. Kalau hanya untuk keindahan tapi memakai ciri khas daerah lain itu gak
bisa setahu saya. Kalau resplang dan pegangan tangganya itu bebas. Ada juga atas
kusen, pintu biasanya motif kembang.
P : Adakah penggunaan matematika pada bangunan dan ragam hias di rumah
tradisional Lampung yang Bapak ketahui?
N5 : Yang pertama, luas rumah itu 7 meter x 14 meter. Tiang rumah ke lantai
dasar itu kisaran 2 meter. Tinggi dari tanah ke atasnya itu 7 meter. Bentuk limas
untuk rumah segiempat dan piramid untuk yang memanjang. Untuk gudang paling
3 meter x 3 meter. Untuk kamar 4 meter x 4 meter. Kamar orang tua lebih luas.
Ornamennya tadi ada perahu, matahari, kembang, segitiga, ukiran lingkaran, dan
batik juga ada.
P : Baik Pak kalau begitu wawancaranya sudah selesai. Saya ucapkan terima
kasih atas kesedian Bapak untuk menjadi narasumber saya dan saya meminta maaf
kalau ada kesalahan tutur kata.
N5 : Iya, Mbak, semoga sukses dan semoga informasi dari saya bermanfaat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Lampiran 5: Hasil Observasi
1. Rumah Tradisional Lampung “Lamban Pesagi”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
2. Rumah Tradisional Lampung “Ginting Kuning”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
3. Rumah Tradisional Lampung “Jajar Intan”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Lampiran 6: Dokumentasi
A. Rumah Tradisional Lampung “Lamban Pesagi”
Wawancara dengan
Ibu Eko Wahyuningsih
Foto Bersama Pengurus Museum
Negeri Lampung
Tampak Depan Rumah
Tampak Samping Rumah
Ijan Rumah
Tempat Menyimpan Padi
di Belakang Rumah
Cover Buku Keratuan Balaw
Lampung
Cover Buku Arsitektur Tadisional
Daerah Lampung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
B. Rumah Tradisional Lampung “Ginting Kuning”
Wawancara dengan
Ibu Tuan
Wawancara dengan
Bapak Billy Hermansyah
Tampak Depan Rumah
Tampak Samping Rumah
Ijan Bah Nuwow
Pintu Masuk Rumah
Motif di Dalam Rumah
Andang-andang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Atap Bagian Dalam Rumah
Atap Bagian Luar Rumah
C. Rumah Tradisional Lampung “Jajar Intan”
Wawancara dengan
Bapak Cholid Ismail Balaw
Tampak Depan Rumah
Pintu Masuk Rumah
Tampak Samping Rumah
Ijan Rumah
Motif Kapal pada Andang-andang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Resplang
Tiang Penyangga Bah Nuwow
Atap Bagian Dalam Rumah sebagai
Tempat Menyimpan Pemanohan
Lapang Lom
Gaghang
Bagian Depan Kebik
Denah Rumah
Denah Ruangan
Desain dari Atas Ruangan
Denah Tampak Depan dan
Samping Rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Lampiran 7: RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP …..
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII / Genap
Materi Pokok : Kubus dan Balok
(Bangun Ruang Sisi Datar)
Alokasi Waktu : 2 × pertemuan (4 JP)
Tahun Ajaran : 20… / 20…
A. Kompetensi Inti
KI-1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI-2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
KI-3: Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI-4: Mengolah, menyajikan, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.9 Membedakan dan
menentukan luas permukaan dan
volume bangun ruang sisi datar
(kubus, balok, prisma, dan limas)
3.9.1 Mengidentifikasi bagian-bagian
(rusuk, titik sudut, bidang, bidang diagonal,
diagonal bidang, dan diagonal ruang) dari
kubus dan balok
3.9.2 Menyimpulkan perbedaan kubus dan
balok
3.9.3 Menentukan rumus luas permukaan
kubus dan balok
3.9.4 Menentukan rumus volume kubus dan
balok
4.9 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan luas permukaan
dan volume bangun ruang sisi
datar (prisma, kubus, balok, dan
limas)
4.9.1 Menggambar kubus dan balok
4.9.2 Menggambar jaring-jaring kubus dan
balok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
4.9.3 Memecahkan suatu fenomena di
kehidupan yang berkaitan dengan luas
permukaan kubus dan balok
4.9.4 Memecahkan suatu fenomena di
kehidupan yang berkaitan dengan volume
kubus dan balok
C. Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah mengikuti pembelajaran ini:
1. Peserta didik dapat mengidentifikasi bagian-bagian (rusuk, titik sudut, bidang,
bidang diagonal, diagonal bidang, dan diagonal ruang) dari mengamati gambar
kubus dan balok dengan benar.
2. Peserta didik dapat menyimpulkan perbedaan kubus dan balok dengan
menggunakan bahasanya sendiri.
3. Peserta didik dapat menentukan rumus luas permukaan kubus dan balok dengan
benar.
4. Peserta didik dapat menentukan rumus volume kubus dan balok dengan benar.
5. Peserta didik dapat menggambar kubus dan balok dengan tepat.
6. Peserta didik dapat menggambar jaring-jaring kubus dan balok dengan tepat.
7. Peserta didik dapat memecahkan suatu fenomena di kehidupan yang berkaitan
dengan luas permukaan kubus dan balok dengan benar.
8. Peserta didik dapat memecahkan suatu fenomena di kehidupan yang berkaitan
dengan volume kubus dan balok dengan benar.
Sikap yang akan dikembangkan
1. Religius
Peserta didik mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan berdoa baik dalam
pembelajaran daring maupun luring.
2. Tanggung Jawab
Peserta didik mampu memahami materi saat pembelajaran daring dan
melaksanakan tugas dengan baik.
3. Percaya Diri
Peserta didik mampu mempresentasikan hasil pemahamannya atau bertanya jika
ada materi yang kurang jelas.
D. Materi Pembelajaran
Fakta:
1. Titik
Suatu objek yang tidak berdimensi artinya tidak menempati tempat dan tidak
berukuran. Titik memiliki simbol berupa dot (.) dan dinotasikan dengan huruf
capital miring. Contoh: titik A
.A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
2. Garis
Suatu objek yang terdiri dari himpunan tak hingga banyak titik. Garis dinotasikan
dengan dua huruf kapital atau satu huruf kecil yang diberi garis di atasnya.
Contoh: 𝐴𝐵 ⃡ atau 𝑎
3. Bidang
Suatu objek berdimensi dua yang memiliki tak hingga panjang dan lebar namun
tidak memiliki ketebalan. Bidang dinotasikan dengan huruf kapital tegak. Contoh:
bidang 𝐴𝐵𝐶𝐷
4. Penamaan Bidang
Suatu bidang dinamakan dengan mengurutkan titik-titik sudut berlawanan arah
jarum jam. Misalkan bidang segiempat 𝐴𝐵𝐶𝐷.
Konsep:
1. Pengertian Bangun Ruang Sisi Datar
Bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh
bidang-bidang datar berupa segibanyak.
2. Pengertian Balok
Balok adalah bangun ruang sisi datar yang dibatasi tiga pasang bidang berbentuk
persegi panjang dimana setiap pasang bidang tersebut kongruen.
3. Pengertian Kubus
Kubus adalah balok dengan bidang sisi persegi yang saling kongruen.
4. Pengertian Rusuk
Rusuk adalah ruas garis yang merupakan perpotongan dua bidang sisi pada bangun
ruang.
5. Pengertian Titik Sudut
Titik pertemuan antara tiga atau lebih rusuk pada bangun ruang disebut titik sudut.
6. Pengertian Diagonal Bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Diagonal bidang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang
sebidang, tidak bersebelahan, dan tidak terletak pada satu rusuk.
7. Pengertian Bidang Diagonal
Bidang diagonal adalah bidang yang dibatasi oleh sepasang diagonal bidang dan
sepasang rusuk yang tidak terletak dalam satu bidang sisi.
8. Pengertian Diagonal Ruang
Diagonal ruang adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak
terletak pada satu bidang sisi dan tidak bersebelahan.
Prinsip:
1. Luas Permukaan Balok
Luas permukaan (𝐿𝑝) balok yang memiliki ukuran panjang (𝑝), lebar (𝑙), dan
tinggi (𝑡) adalah 𝐿𝑝 = 2𝑝𝑙 + 2𝑝𝑡 + 2𝑙𝑡
2. Luas Permukaan Kubus
Luas permukaan(𝐿𝑝) kubus dengan rusuk r adalah enam kali luas persegi atau
ditulis dalam rumus sebagai berikut: 𝐿𝑝 = 6𝑟2
3. Volume Balok
Volume (𝑉) balok yang memiliki yang memiliki ukuran panjang (𝑝), lebar (𝑙),
dan tinggi (𝑡) adalah 𝑉 = 𝑝𝑙𝑡
4. Volume Kubus
Volume (𝑉) kubus yang memiliki rusuk 𝑟 adalah 𝑉 = 𝑟3
Prosedur:
1. Menggambar Kubus dan Balok
2. Membuat Jaring-Jaring Kubus dan Balok
E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model pembelajaran : Contextual Teaching and Learning
3. Metode pembelajaran : Penugasan, diskusi, tanya-jawab, ceramah, latihan soal
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media Pembelajaran : Ms. Word, Ms. Powerpoint, LKPD.
2. Alat Pembelajaran : Laptop, LCD, proyektor, papan tulis, gawai, dan alat tulis
3. Sumber Belajar
a. Salamah, Umi. (2019).Berlogika dengan Matematika 2 untuk Kelas VIII SMP
dan MTs. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
b. As’ari, Abdur Rahman dkk.2017.Buku Siswa Matematika SMP/MTs Kelas VIII
Semester 2. Jakarta:Kemdikbud.
c. As’ari, Abdur Rahman dkk.2017.Buku Guru Matematika SMP/MTs Kelas VIII.
Jakarta:Kemdikbud.
d. Aksin, Nur dkk. 2020. PR Matematika untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 2.
Bantul: PT Penerbit Intan Pariwara.
e. Internet
f. Youtube
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama ( 2 × 40 menit )
3.9.1 Mengidentifikasi bagian-bagian (rusuk, titik sudut, bidang, bidang
diagonal, diagonal bidang, dan diagonal ruang) dari kubus dan balok
3.9.2 Menyimpulkan perbedaan kubus dan balok
4.9.1 Menggambar kubus dan balok
4.9.2 Menggambar jaring-jaring kubus dan balok
Kegiatan Sintaks Langkah-Langkah Pembelajaran Alokasi
Waktu
Pembuka Orientasi
1. Guru memberikan salam dan
mengawali pembelajaran dengan
berdoa. (PPK: Religius)
2. Guru memeriksa kehadiran siswa.
(PPK: Nasionalis)
3. Guru memberitahukan materi
pelajaran yang akan dibahas yaitu
Bangun Ruang Sisi Datar Kubus
dan Balok
10 menit
Modeling Motivasi
Guru memberikan motivasi kepada
siswa agar mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik. Guru
menyampaikan pentingnya
mengetahui hubungan kebudayaan
(misal: rumah tradisional, siger,
kain tapis, dan lainnya) dengan
matematika. (PPK: Nasionalis)
Apersepsi
1. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada pertemuan
pertama.
2. Guru mengingatkan kembali
materi pada kelas VII yaitu
Bangun Datar Segiempat dengan
menampilkan gambar.
(a)
Inti Questioning 1. Siswa diajak untuk mengamati
gambar yang diberikan.
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
(b) Tiang penyangga rumah tradisional
Lampung di Kedamaian
2. Guru menanyakan kepada siswa
bangun ruang yang ditemukan
dari gambar di atas.
3. Siswa diminta untuk
mengeksplorasi penerapan bangun
ruang kubus dan balok yang lain
melalui gawai atau internet atau
buku paket. (Literasi)
Learning
Community
1. Siswa diminta untuk bekerja
dalam kelompok (optional) atau
bekerja mandiri untuk
menggambar bangun ruang dan
salah satu dari jaring-jaring kubus
dan jaring-jaring balok.
2. Kemudian, masih dalam
kelompok atau mandiri, siswa
diminta berdiskusi untuk
mengidentifikasi bagian-bagian
bangun ruang kubus dan balok
terkait rusuk, titik sudut, bidang,
bidang diagonal, diagonal bidang,
dan diagonal ruang yang dimiliki.
3. Perwakilan siswa dalam
kelompok menyampaikan hasil
identifikasi bagian-bagian bangun
ruang kubus dan balok dan
ditanggapi oleh kelompok lain.
(PPK: Gotong royong)
4. Guru memberikan apresiasi
kepada semua siswa yang telah
berpartisipasi aktif untuk
berpendapat.
30 menit
Inquiry
Contructivism 1. Guru mengkonstruksi dan
menegaskan kembali pemahaman
terkait bangun ruang kubus dan
balok.
2. Guru bertanya kepada siswa
“Apakah ada materi yang kurang
jelas atau sulit dipahami?”
15 menit
Penutup Reflection 1. Guru meminta siswa untuk
mengulas kembali materi dengan
15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
menuliskan perbedaan-perbedaan
bangun ruang kubus dan balok di
buku catatan.
2. Guru menanyakan refleksi pada
pertemuan hari ini seperti:
“Materi apa saja yang telah
dipelajari?”, “Bagaimana
perasaan kalian pada
pembelajaran hari ini?”, atau
“Apakah kalian menemukan
kesulitan pada pembelajaran hari
ini?”.
Authentic
Assessment
1. Siswa diberikan pekerjaan rumah
yang akan dibahas di pertemuan
berikutnya berupa membuat salah
satu bangun ruang kubus atau
balok menggunakan kertas karton
dan dibawa pada pertemuan
selanjutnya. (PPK: Integritas)
2. Guru memberikan arahan kepada
siswa untuk membaca dahulu
materi pertemuan berikutnya
yaitu volume dan luas permukaan
kubus dan balok yang akan
disajikan dalam Microsoft
Powerpoint.
3. Guru memberikan salam.dan
menutup kelas dengan meminta
salah seorang siswa memimpin
doa. (PPK: Religius)
Pertemuan Kedua ( 2 × 40 menit )
3.9.3 Menentukan rumus luas permukaan kubus dan balok
3.9.4 Menentukan rumus volume kubus dan balok
4.9.3 Memecahkan suatu fenomena di kehidupan yang berkaitan dengan luas
permukaan kubus dan balok
4.9.4 Memecahkan suatu fenomena di kehidupan yang berkaitan dengan volume
kubus dan balok
Kegiatan Sintaks Langkah-Langkah Pembelajaran Alokasi
Waktu
Pembuka
Orientasi
1. Guru memberikan salam dan
mengawali pembelajaran dengan
berdoa. (PPK: Religius)
2. Guru memeriksa kehadiran siswa.
(PPK: Nasionalis)
3. Guru memberitahukan materi
pelajaran yang akan dibahas yaitu
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Volume dan Luas Permukaan
Bangun Ruang Kubus dan
Balok
Modeling Motivasi
1. Guru memberikan motivasi
kepada siswa agar mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan
baik.
2. Guru menyampaikan informasi
akan pentingnya mengaitkan
setiap mata pelajaran yang
diperoleh dengan kehidupan
sehari-hari agar materi pelajaran
menjadi menyenangkan dan
dapat digunakan untuk
memecahkan permasalahan di
sekitar. (PPK: Nasionalis)
Apersepsi
1. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada pertemuan
kedua.
2. Guru mengingatkan kembali
materi pada pertemuan
sebelumnya tentang Mengenal
Bangun Ruang Kubus dan
Balok.
3. Guru menanyakan tugas
membuat salah satu dari bangun
ruang kubus atau balok. (PPK:
Integritas)
(c) Balok
(d) Kubus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Inti Questioning 1. Berdasarkan tugas yang sudah
dibuat, guru memberikan umpan
pertanyaan yang mendorong
siswa untuk berpartisipasi
mengembangkan
pengetahuannya, seperti:
“Berdasarkan bangun ruang
yang sudah kalian buat,
bagaimana bisa kita menentukan
volume dan luasnya?
2. Siswa diberikan waktu untuk
mendiskusikan pertanyaan
tersebut dengan teman sebangku
atau mandiri. (PPK: Gotong
royong)
3. Guru meminta siswa untuk
menyampaikan hasil diskusinya
dengan menggunakan bahasa
sendiri. (PPK: Mandiri)
20 menit
Learning
Community
Contructivis
m
1. Guru mengingatkan kembali
materi volume balok dan kubus
satuan saat sekolah dasar (SD).
(e) Rubik dengan Kubus Satuan
2. Guru membimbing siswa untuk
mengkonstruksi pemahamannya
terkait volume bangun ruang
kubus dan balok.
3. Siswa diminta mengidentifikasi
luas permukaan kubus dan balok
menggunakan bangun ruang
yang telah mereka buat.
4. Selanjutnya, guru menegaskan
kembali rumus volume dan luas
permukaan dengan rumus
umum.
5. Guru mendorong siswa untuk
memecahkan beberapa
permasalahan mengenai volume
dan luas permukaan dengan
terbimbing. (PPK: Mandiri)
40 menit
Inquiry
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
6. Guru bertanya kepada siswa
“Apakah ada materi yang kurang
jelas atau sulit dipahami?”
Penutup Reflection 1. Guru meminta siswa untuk
merangkum materi yang telah
dipelajari pada pertemuan kedua
di buku catatan.
2. Di akhir jam pelajaran, siswa
diminta untuk mengakses link
pengumpulan latihan soal dan
refleksi yang dapat dikerjakan
1 × 24 jam setelah kelas
berakhir. (PPK: Integritas)
3. Guru memberikan arahan untuk
pertemuan berikutnya adalah
ujian tengah semester terjadwal
dan siswa diminta
mempersiapkan dengan baik
materi yang telah dipelajari
selama setengah semester
kemarin. (Literasi)
4. Guru memberitahukan materi
setelah ujian tengah semester
adalah Bangun Ruang Sisi
Datar Prisma dan Limas.
5. Guru memberikan salam.dan
menutup kelas dengan meminta
salah seorang siswa memimpin
doa. (PPK: Religius)
10 menit
Authentic
Assessment
H. Penilaian, Remedial, dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
Aspek Indikator Teknik Instrumen
Sikap
Butir Sikap:
1. Religius
2. Tanggung jawab
3. Percaya Diri
Observasi
Lembar
Penilaian
Sikap
(terlampir)
Pengetahuan
3.9.1 Mengidentifikasi bagian-bagian
(rusuk, titik sudut, bidang, bidang
diagonal, diagonal bidang, dan diagonal
ruang) dari kubus dan balok
3.9.2 Menyimpulkan perbedaan kubus
dan balok
3.9.3 Menentukan rumus luas
permukaan kubus dan balok
3.9.4 Menentukan rumus volume kubus
dan balok
Penugasan dan
Tes Tertulis
LKPD
(terlampir)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Keterampilan
4.9.1 Menggambar kubus dan balok
4.9.2 Menggambar jaring-jaring kubus
dan balok
4.9.3 Memecahkan suatu fenomena di
kehidupan yang berkaitan dengan luas
permukaan kubus dan balok
4.9.4 Memecahkan suatu fenomena di
kehidupan yang berkaitan dengan
volume kubus dan balok
Proyek dan Tes
Tertulis
LKPD
(terlampir)
2. Tindak Lanjut Penilaian
a. Remedial
Remedial diberikan kepada siswa yang belum memenuhi ketuntasan belajar.
Pembelajaran remidial dilakukan dengan :
1. Pemberian tugas-tugas atau latihan secara khusus, dimulai dengan tugas-tugas atau
latihan sesuai dengan kemampuannya
2. Pemanfaatan tutor sebaya, yaitu siswa dibantu oleh teman sekelas yang telah
mencapai KKM
b. Pengayaan
Pengayaan diberikan kepada siswa yang telah mencapai KKM atau lebih. Pembelajaran
pengayaan dilakukan dengan kegiatan berikut :
1. Belajar kelompok, yaitu sekelompok diberikan tugas pengayaan untuk dikerjakan
bersama pada dan/atau di luar jam pelajaran
2. Belajar mandiri, yaitu siswa diberi tugas pengayaan untuk dikerjakan sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP …..
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : VIII / Genap
Materi Pokok : Kubus dan Balok
(Bangun Ruang Sisi Datar)
Alokasi Waktu : 2 × pertemuan (4 JP)
Tahun Ajaran : 20… / 20…
A. Kompetensi Inti
KI-1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI-2: Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
KI-3: Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI-4: Mengolah, menyajikan, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK)
3.9 Membedakan dan menentukan
luas permukaan dan volume
bangun ruang sisi datar (kubus,
balok, prisma, dan limas)
3.9.5 Mengidentifikasi bagian-bagian
(rusuk, titik sudut, bidang, bidang
diagonal, diagonal bidang, dan
diagonal ruang) dari prisma dan limas
3.9.6 Menyimpulkan perbedaan prisma
dan limas
3.9.7 Menentukan rumus luas
permukaan prisma dan limas
3.9.8 Menentukan rumus volume
prisma dan limas
4.9 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan luas permukaan
dan volume bangun ruang sisi datar
(prisma, kubus, balok, dan limas)
4.9.5 Menggambar prisma dan limas
4.9.6 Menggambar jaring-jaring prisma
dan limas
4.9.7 Memecahkan suatu fenomena di
kehidupan yang berkaitan dengan luas
permukaan prisma dan limas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
4.9.8 Memecahkan suatu fenomena di
kehidupan yang berkaitan dengan
volume prisma dan limas
C. Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah mengikuti pembelajaran ini:
1. Peserta didik dapat mengidentifikasi bagian-bagian (rusuk, titik sudut, bidang,
bidang diagonal, diagonal bidang, dan diagonal ruang) dari mengamati
gambar prisma dan limas dengan benar.
2. Peserta didik dapat menyimpulkan perbedaan prisma dan limas dengan
menggunakan bahasanya sendiri.
3. Peserta didik dapat menentukan rumus luas permukaan prisma dan limas
dengan benar.
4. Peserta didik dapat menentukan rumus volume prisma dan limas dengan
benar.
5. Peserta didik dapat menggambar prisma dan limas dengan tepat.
6. Peserta didik dapat menggambar jaring-jaring prisma dan limas dengan tepat.
7. Peserta didik dapat memecahkan suatu fenomena di kehidupan yang berkaitan
dengan luas permukaan prisma dan limas dengan benar.
8. Peserta didik dapat memecahkan suatu fenomena di kehidupan yang berkaitan
dengan volume prisma dan limas dengan benar.
Sikap yang akan dikembangkan
1. Religius
Peserta didik mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan berdoa baik
dalam pembelajaran daring maupun luring.
2. Tanggung Jawab
Peserta didik mampu memahami materi saat pembelajaran daring dan
melaksanakan tugas dengan baik.
3. Percaya Diri
Peserta didik mampu mempresentasikan hasil pemahamannya atau bertanya
jika ada materi yang kurang jelas.
D. Materi Pembelajaran
Fakta:
1. Titik
Suatu objek yang tidak berdimensi artinya tidak menempati tempat dan tidak
berukuran. Titik memiliki simbol berupa dot (.) dan dinotasikan dengan huruf
kapital miring.
2. Garis
Suatu objek yang terdiri dari himpunan tak hingga banyak titik. Garis
dinotasikan dengan dua huruf kapital atau satu huruf kecil yang diberi garis di
atasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
3. Bidang
Suatu objek berdimensi dua yang memiliki tak hingga panjang dan lebar
namun tidak memiliki ketebalan. Bidang dinotasikan dengan huruf kapital
tegak.
4. Penamaan Bidang
Suatu bidang dinamakan dengan mengurutkan titik-titik sudut berlawanan
arah jarum jam.
Konsep:
1. Pengertian Prisma
Prisma adalah bangun ruang sisi datar yang memiliki dua bidang segi banyak
yang kongruen dan sejajar disebut bidang alas dan bidang tutup serta
memiliki bidang lain yang disebut sisi tegak yang terbentuk dari ruas garis
yang menghubungkan titik-titik sudut bidang segi banyak yang bersesuaian.
2. Pengertian Prisma Tegak
Prisma siku-siku atau prisma tegak adalah prisma yang ruas garis sisi tegak
dan ruas garis sisi alas atau tutupnya tegak lurus.
3. Pengertian Prisma Miring
Prisma miring adalah prisma yang sisi alas atau tutupnya sejajar menyamping
sehingga ruas garis sisi tegak tidak berpotongan tegak lurus dengan ruas garis
sisi alas atau tutup.
4. Pengertian Limas
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi sebuah bangun datar sebagai alas
dan sisi-sisi tegak berupa segitiga yang bertemu di satu titik dan disebut titik
puncak limas.
Prinsip:
1. Luas Permukaan Prisma
Luas permukaan (𝐿𝑝) prisma yang memiliki luas bidang alas (𝑙), keliling
bidang alas (𝑘), dan tinggi prisma (𝑡) adalah
𝐿𝑝 = 2𝑙 + 𝑘𝑡
2. Luas Permukaan Limas
Luas permukaan (𝐿𝑝) limas yang memiliki luas bidang alas segi-𝑛 (𝑙𝑛) dan
sisi-sisi tegak (𝑙𝑡) sebanyak n adalah
𝐿𝑝 = 𝑙𝑛 + 𝑛. 𝑙𝑡 atau
𝐿𝑝 = 𝑙𝑛 + 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑘
3. Volume Prisma
Volume (𝑉) prisma yang memiliki yang memiliki luas alas/tutup (𝑙) dan
tinggi prisma (𝑡) adalah 𝑉 = 𝑙𝑡
4. Volume Limas
Volume (𝑉) limas yang memiliki yang memiliki luas bidang alas (𝑙) dan
tinggi limas (𝑡) adalah 𝑉 =1
3𝑙𝑡
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Prosedur:
1. Menggambar Prisma dan Limas
2. Membuat Jaring-Jaring Prisma dan Limas
E. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model pembelajaran : Contextual Teaching and Learning
3. Metode pembelajaran : Penugasan, tanya-jawab, ceramah, latihan soal
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media Pembelajaran : Ms. Word, Ms. Powerpoint, LKPD.
2. Alat Pembelajaran : Laptop, LCD, proyektor, papan tulis, gawai, dan alat
tulis
3. Sumber Belajar
a. Salamah, Umi. (2019).Berlogika dengan Matematika 2 untuk Kelas VIII
SMP dan MTs. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
b. As’ari, Abdur Rahman dkk.2017.Buku Siswa Matematika SMP/MTs Kelas
VIII Semester 2. Jakarta:Kemdikbud.
c. As’ari, Abdur Rahman dkk.2017.Buku Guru Matematika SMP/MTs Kelas
VIII. Jakarta:Kemdikbud.
d. Aksin, Nur dkk. 2020. PR Matematika untuk SMP/MTs Kelas VIII
Semester 2. Bantul: PT Penerbit Intan Pariwara.
e. Internet
f. Youtube
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama ( 2 × 40 menit )
3.9.5 Mengidentifikasi bagian-bagian (rusuk, titik sudut, bidang, bidang
diagonal, diagonal bidang, dan diagonal ruang) dari prisma dan limas
3.9.6 Menyimpulkan perbedaan prisma dan limas
4.9.5 Menggambar prisma dan limas
4.9.6 Menggambar jaring-jaring prisma dan limas
Kegiatan Sintaks Langkah-Langkah Pembelajaran Alokasi
Waktu
Pembuka Orientasi
1. Guru memberikan salam dan
mengawali pembelajaran dengan
berdoa. (PPK: Religius)
2. Guru memeriksa kehadiran siswa.
(PPK: Integritas)
3. Guru memberitahukan materi
pelajaran yang akan dibahas yaitu
10
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Bangun Ruang Sisi Datar Prisma
dan Limas
Modeling Motivasi
1. Guru menanyakan seputar ujian
tengah semester yang lalu dan
menanyakan letak kesulitan yang
dihadapi (jika ada).
2. Guru memberikan motivasi kepada
siswa untuk tetap semangat
mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan baik.
3. Guru menyampaikan pentingnya
mengetahui hubungan budaya
Lampung (misal: rumah
tradisional, siger, kain tapis, dan
lainnya) dengan matematika.
(PPK: Nasionalis)
Apersepsi
1. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada pertemuan
pertama.
2. Guru mengingatkan kembali
materi pada pertemuan
sebelumnya yaitu Bangun Ruang
Sisi Datar Kubus dan Balok
dengan menampilkan gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Inti Questioning 1. Siswa diajak untuk mengamati
gambar yang diberikan.
(a) Rumah tradisional Lampung di
Museum Lampung
(b) Rumah tradisional Lampung di
Kedamaian
2. Guru menanyakan kepada siswa
bangun ruang yang ditemukan dari
gambar di atas.
3. Siswa diminta untuk
mengeksplorasi penerapan bangun
ruang limas dan prisma yang lain
melalui gawai atau internet atau
buku paket. (Literasi)
4. Siswa diminta untuk bekerja
dalam kelompok (optional) atau
bekerja mandiri menggambar
macam-macam bangun ruang
limas dan prisma dan diberi
keterangan nama bangun
ruangnya.
15
menit
Learning
Community
Inquiry 5. Kemudian, masih dalam
kelompok atau mandiri, siswa
diminta untuk memilih salah satu
bangun ruang limas dan prisma.
6. Siswa berdiskusi untuk
mengidentifikasi bagian-bagian
kedua bangun ruang yang telah
dipilih sebelumnya terkait rusuk,
titik sudut, bidang, bidang
diagonal, diagonal bidang, dan
diagonal ruang yang dimiliki.
(PPK: Gotong royong)
25
menit
Contructivis
m
7. Guru meminta perwakilan siswa
untuk mempresentasikan hasil
identifikasi bagian-bagian bangun
15
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
ruang limas dan prisma. (PPK:
Mandiri)
8. Guru memberikan apresiasi
kepada siswa yang telah berani
mempresentasikan hasilnya.
9. Guru mengkonstruksi dan
menegaskan kembali pemahaman
terkait bangun ruang limas dan
prisma.
10. Guru bertanya kepada siswa
“Apakah ada materi yang kurang
jelas atau sulit dipahami?”
Penutup Reflection 1. Guru meminta siswa untuk
mengulas kembali materi dengan
menuliskan perbedaan-perbedaan
bangun ruang prisma dan limas di
buku catatan.
2. Guru menanyakan refleksi pada
pertemuan hari ini seperti:
“Materi apa saja yang telah
dipelajari?”, “Bagaimana
perasaan kalian pada
pembelajaran hari ini?”, atau
“Apakah kalian menemukan
kesulitan pada pembelajaran hari
ini?”.
15
menit
Authentic
Assessment
1. Siswa diminta untuk
mengeksplorasi penerapan
bangun ruang limas dan prisma
yang lain melalui gawai atau
internet atau buku paket.
(Literasi)
2. Guru memberikan arahan untuk
materi pertemuan berikutnya
yaitu volume dan luas permukaan
prisma dan limas.
3. Guru memberikan salam.dan
menutup kelas dengan meminta
salah seorang siswa memimpin
doa. (PPK: Religius)
Pertemuan Kedua ( 2 × 40 menit )
3.9.7 Menentukan rumus luas permukaan prisma dan limas
3.9.8 Menentukan rumus volume prisma dan limas
4.9.7 Memecahkan suatu fenomena di kehidupan yang berkaitan dengan luas
permukaan prisma dan limas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
4.9.8 Memecahkan suatu fenomena di kehidupan yang berkaitan dengan
volume prisma dan limas
Kegiatan Sintaks Langkah-Langkah Pembelajaran Alokasi
Waktu
Pembuka
Orientasi
1. Guru memberikan salam dan
mengawali pembelajaran dengan
berdoa. (PPK: Religius)
2. Guru memeriksa kehadiran
siswa. (PPK: Nasionalis)
3. Guru memberitahukan materi
pelajaran yang akan dibahas yaitu
Volume dan Luas Permukaan
Bangun Ruang Prisma dan
Limas
10 menit
Modeling Motivasi
1. Guru memberikan motivasi
kepada siswa agar tetap semangat
dan dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan baik.
Apersepsi
1. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran pada pertemuan
kedua.
2. Guru mengingatkan kembali
materi pada pertemuan
sebelumnya tentang Mengenal
Bangun Ruang Prisma dan
Limas.
3. Guru menanyakan tugas
menggambarkan jaring-jaring
prisma dan limas (PPK:
Integritas)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Inti Questioning 1. Guru meminta dua orang siswa
yang bersedia untuk
menggambarkan hasil
pekerjaanya di papan tulis atau
menunjukkan hasil pekerjaannya
kepada teman-teman. (PPK:
Mandiri)
2. Berdasarkan gambar tersebut,
guru memberikan umpan
pertanyaan yang mendorong
siswa untuk berpartisipasi
mengembangkan
pengetahuannya, seperti:
“Berdasarkan jaring-jaring
tersebut, bagaimana bisa kita
menentukan volume dan
luasnya?
3. Siswa diberikan waktu untuk
mendiskusikan pertanyaan
tersebut dengan teman sebangku
atau mandiri. (PPK: Gotong
royong)
4. Guru meminta siswa untuk
menyampaikan hasil diskusinya
dengan menggunakan bahasa
sendiri. (PPK: Mandiri)
20 menit
Learning
Community
Contructivism
1. Guru mengingatkan kembali
materi volume dan luas
permukaan kubus dan balok.
2. Guru membimbing siswa untuk
mengkonstruksi pemahamannya
terkait volume bangun ruang
prisma dan limas.
3. Siswa diminta mengidentifikasi
luas permukaan prisma dan
limas menggunakan jaring-
jaring sebelumnya.
4. Selanjutnya, guru menegaskan
kembali rumus volume dan luas
permukaan dengan rumus
umum.
5. Guru mendorong siswa untuk
memecahkan beberapa
permasalahan mengenai volume
40 menit
Inquiry
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
dan luas permukaan dengan
terbimbing. (PPK: Mandiri)
6. Guru bertanya kepada siswa
“Apakah ada materi yang
kurang jelas atau sulit
dipahami?”
Penutup Reflection
Authentic
Assessment
1. Guru meminta siswa untuk
merangkum materi yang telah
dipelajari pada pertemuan kedua
di buku catatan.
2. Di akhir jam pelajaran, siswa
diminta untuk mengerjakan
latihan soal secara mandiri dan
apabila belum selesai
dilanjutkan di rumah. (PPK:
Integritas)
3. Guru memberikan arahan untuk
pertemuan berikutnya yakni
materi Pemusatan dan
Penyebaran Data.
4. Guru memberikan salam.dan
menutup kelas dengan meminta
salah seorang siswa memimpin
doa. (PPK: Religius)
10 menit
H. Penilaian, Remedial, dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
Aspek Indikator Teknik Instrumen
Sikap
Butir Sikap:
1. Religius
2. Tanggung jawab
3. Percaya Diri
Observasi
Lembar
Penilaian
Sikap
(terlampir)
Pengetahuan
3.9.5 Mengidentifikasi bagian-bagian (rusuk,
titik sudut, bidang, bidang diagonal, diagonal
bidang, dan diagonal ruang) dari prisma dan
limas
3.9.6 Menyimpulkan perbedaan prisma dan
limas
3.9.7 Menentukan rumus luas permukaan
prisma dan limas
3.9.8 Menentukan rumus volume prisma dan
limas
Penugasan dan
Tes Tertulis
LKPD
(terlampir)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Keterampilan
4.9.5 Menggambar prisma dan limas
4.9.6 Menggambar jaring-jaring prisma dan
limas
4.9.7 Memecahkan suatu fenomena di
kehidupan yang berkaitan dengan luas
permukaan prisma dan limas
4.9.8 Memecahkan suatu fenomena di
kehidupan yang berkaitan dengan volume
prisma dan limas
Proyek dan Tes
Tertulis
LKPD
(terlampir)
2. Tindak Lanjut Penilaian
a. Remedial
Remedial diberikan kepada siswa yang belum memenuhi ketuntasan belajar.
Pembelajaran remidial dilakukan dengan :
1. Pemberian tugas-tugas atau latihan secara khusus, dimulai dengan tugas-tugas
atau latihan sesuai dengan kemampuannya
2. Pemanfaatan tutor sebaya, yaitu siswa dibantu oleh teman sekelas yang telah
mencapai KKM
b. Pengayaan
Pengayaan diberikan kepada siswa yang telah mencapai KKM atau lebih.
Pembelajaran pengayaan dilakukan dengan kegiatan berikut :
1. Belajar kelompok, yaitu sekelompok diberikan tugas pengayaan untuk dikerjakan
bersama pada dan/atau di luar jam pelajaran
2. Belajar mandiri, yaitu siswa diberi tugas pengayaan untuk dikerjakan sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
I. Lampiran
Lampiran Uraian Materi
BANGUN RUANG SISI DATAR
Bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh bidang-bidang
datar berupa segibanyak. Bidang datar yang membatasi segibanyak disebut sisi. Ruas garis
yang merupakan perpotongan dua bidang sisi pada bangun ruang disebut rusuk. Titik
pertemuan antara tiga atau lebih rusuk pada bangun ruang disebut titik sudut. Diagonal bidang
adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang sebidang, tidak bersebelahan, dan
tidak terletak pada satu rusuk. Bidang diagonal adalah bidang yang dibatasi oleh sepasang
diagonal bidang dan sepasang rusuk yang tidak terletak dalam satu bidang sisi. Diagonal ruang
adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak pada satu bidang sisi
dan tidak bersebelahan.
A. Kubus dan Balok
Balok adalah bangun ruang sisi datar yang dibatasi tiga pasang bidang berbentuk persegi
panjang dimana setiap pasang bidang tersebut kongruen.
(a)Balok (b)Tiang penyangga (c) Penghapus
Tiang dan penghapus adalah contoh penerapan bentuk balok di kehidupan
sehari-hari
Bagian-bagian balok:
1. Memiliki 3 pasang bidang/sisi berbentuk persegi panjang
Pasangan bidang pada gambar (a):
• Bidang alas 𝐴𝐵𝐶𝐷 dan bidang tutup 𝐼𝐽𝐾𝐿;
• Bidang 𝐶𝐷𝐿𝐾 dan 𝐵𝐴𝐼𝐽; dan
• Bidang 𝐵𝐶𝐾𝐽 dan 𝐴𝐷𝐿𝐼.
2. Memiliki 12 rusuk, terdiri dari panjang, lebar, dan tinggi balok
Rusuk pada gambar (a):
Rusuk 𝐵𝐶̅̅ ̅̅ , 𝐴𝐷̅̅ ̅̅ , 𝐽𝐾̅̅ ̅, dan 𝐼�̅� yang kongruen disebut panjang.
Rusuk 𝐴𝐵, 𝐶𝐷̅̅ ̅̅ , 𝐼�̅�, dan 𝐾𝐿̅̅ ̅̅ yang kongruen disebut lebar.
Rusuk 𝐴𝐼̅̅ ̅, 𝐵𝐽̅̅ ̅, 𝐶𝐾̅̅ ̅̅ , dan 𝐷𝐿̅̅ ̅̅ yang kongruen disebut tinggi.
3. Memiliki 8 titik sudut
Titik sudut pada gambar (a): Titik 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷, 𝐼, 𝐽, 𝐾, 𝐿.
4. Memiliki 12 diagonal bidang/ diagonal sisi
Diagonal bidang pada gambar (a): 𝐼𝐾̅̅ ̅, 𝐽�̅�, 𝐴𝐶̅̅ ̅̅ , 𝐵𝐷̅̅ ̅̅ , 𝐼𝐵̅̅ ̅, 𝐽𝐴̅̅ ̅, 𝐿𝐶̅̅̅̅ , 𝐾𝐷̅̅ ̅̅ , 𝐼𝐷̅̅ ̅, 𝐿𝐴̅̅̅̅ , 𝐽𝐶̅̅ ̅, dan 𝐾𝐵̅̅ ̅̅ .
5. Memiliki 6 bidang diagonal
Bidang diagonal pada gambar (a): 𝐼𝐽𝐶𝐷, 𝐽𝐾𝐴𝐷, 𝐾𝐿𝐴𝐵, 𝐼𝐿𝐶𝐵, 𝐼𝐾𝐶𝐴, dan 𝐽𝐿𝐷𝐵.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
lt lt
pt
pt
pl pl
6. Memiliki 4 diagonal ruang
Diagonal ruang pada gambar (a): 𝐼𝐶̅̅̅, 𝐽𝐷̅̅ ̅, 𝐾𝐴̅̅ ̅̅ , dan 𝐿𝐴̅̅̅̅ .
Menggambar balok:
1. Gambarlah bidang (sisi) tegak bagian depan 𝐴𝐵𝐶𝐷 yang berbentuk persegi panjang.
2. Gambar bidang (sisi) tegak bagian belakang 𝐸𝐹𝐺𝐻 yang kongruen dengan 𝐴𝐵𝐶𝐷 dan
𝐸𝐻̅̅ ̅̅ dan 𝐸𝐹̅̅ ̅̅ berupa garis putus-putus.
3. Hubungkan tiap titik sudut dengan segmen garis, 𝐴𝐸̅̅ ̅̅ garis putus-putus.
(1) (2) (3)
Panjang kerangka balok (𝑷𝑩) = 𝟒(𝒑 + 𝒍 + 𝒕)
5 Contoh jaring-jaring balok: (diperbaiki pakai geogebra coba)
Luas permukaan dan volume balok:
Luas permukaan balok dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas seluruh bidang (sisi)
pada balok tersebut.
Luas permukaan (𝐿𝑝) balok yang memiliki ukuran panjang (𝑝), lebar (𝑙), dan tinggi (𝑡) adalah
𝑳𝒑 = 𝟐𝒑𝒍 + 𝟐𝒑𝒕 + 𝟐𝒍𝒕
Volume (𝑉) balok yang memiliki yang memiliki ukuran panjang (𝑝), lebar (𝑙), dan tinggi (𝑡)
adalah 𝑽 = 𝒑𝒍𝒕
Kubus adalah balok dengan bidang sisi persegi yang saling kongruen.
B
C
A
D
B
C
A
D F
G
E
H
B
C
A
D
F
G
E
H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
(d)Kubus (e) Rubik (f) Dadu
Rubik dan dadu adalah contoh penerapan bentuk kubus di kehidupan sehari-
hari
Bagian-bagian kubus:
1. Memiliki 6 bidang sisi berbentuk persegi
Bidang pada gambar (d):
Bidang 𝐼𝐽𝐾𝐿 disebut bidang alas.
Bidang 𝐾𝐿𝑃𝑂, 𝐽𝐼𝑀𝑁, 𝐽𝐾𝑂𝑁, dan 𝐼𝐿𝑃𝑀 disebut bidang (sisi) tegak.
Bidang 𝑀𝑁𝑂𝑃 disebut bidang tutup.
2. Memiliki 12 rusuk yang kongruen
Rusuk pada gambar (d):
Rusuk 𝐼�̅�, 𝐽𝐾̅̅ ̅, 𝐾𝐿̅̅ ̅̅ , dan 𝐿�̅� disebut rusuk alas.
Rusuk 𝐼𝑀̅̅ ̅̅ , 𝐽𝑁̅̅̅̅ , 𝐾𝑂̅̅ ̅̅ , dan 𝐿𝑃̅̅̅̅ disebut rusuk tegak.
Rusuk 𝑀𝑁̅̅ ̅̅ ̅, 𝑁𝑂̅̅ ̅̅ , 𝑂𝑃̅̅ ̅̅ , dan 𝑃𝑀̅̅̅̅̅ disebut rusuk tutup.
3. Memiliki 8 titik sudut
Titik sudut pada gambar (d): Titik 𝐼, 𝐽, 𝐾, 𝐿, 𝑀, 𝑁, 𝑂, 𝑃.
4. Memiliki 12 diagonal bidang/diagonal sisi
Diagonal bidang pada gambar (d):
𝐼𝐾̅̅ ̅, 𝐽�̅�, 𝑀𝑁̅̅ ̅̅ ̅, 𝑁𝑃̅̅ ̅̅ , 𝐽𝑂̅̅ ̅, 𝐾𝑁̅̅̅̅̅, 𝐼𝑃̅̅ ̅, 𝐿𝑀̅̅ ̅̅ , 𝐽𝑀̅̅ ̅̅ , 𝐼𝑁̅̅̅̅ , 𝐾𝑃̅̅ ̅̅ , dan 𝐿𝑂̅̅ ̅̅ .
5. Memiliki 6 bidang diagonal
Bidang diagonal pada gambar (d): IJOP, JKPM, KLMN, LINO, IKOM, dan JLPM.
6. Memiliki 4 diagonal ruang
Diagonal ruang pada gambar (d): 𝐼𝑂̅̅ ̅, 𝐽𝑃̅̅ ̅, 𝐾𝑀̅̅ ̅̅ ̅, dan 𝐿𝑁̅̅ ̅̅ .
Menggambar kubus:
1. Gambarlah bidang (sisi) tegak bagian depan 𝐴𝐵𝐶𝐷 yang berbentuk persegi.
2. Gambar bidang (sisi) tegak bagian belakang 𝐸𝐹𝐺𝐻 yang kongruen dengan 𝐴𝐵𝐶𝐷 dan
𝐸𝐻̅̅ ̅̅ dan 𝐸𝐹̅̅ ̅̅ berupa garis putus-putus.
3. Hubungkan tiap titik sudut dengan segmen garis, 𝐴𝐸̅̅ ̅̅ garis putus-putus.
B
C
A
D
B
C
A
D
F
G
E
H
B
C
A
D
F
G
E
H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
(1) (2) (3)
Panjang kerangka kubus (𝑷𝑲) = 𝟏𝟐𝒓
5 Contoh jaring-jaring kubus:
Luas permukaan dan volume kubus:
Luas permukaan kubus dapat ditentukan dengan menjumlahkan luas seluruh bidang (sisi)
pada kubus tersebut.
Luas permukaan (𝐿𝑝) kubus dengan rusuk r adalah enam kali luas persegi atau ditulis dalam
rumus sebagai berikut: 𝑳𝒑 = 𝟔𝒓𝟐
Volume (𝑉) kubus yang memiliki rusuk 𝑟 adalah 𝑽 = 𝒓𝟑
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
B. Prisma dan Limas
Prisma adalah bangun ruang sisi datar yang memiliki dua bidang segi banyak yang
kongruen dan sejajar disebut bidang alas dan bidang tutup serta memiliki bidang
lain yang disebut sisi tegak yang terbentuk dari ruas garis yang menghubungkan
titik-titik sudut bidang segi banyak yang bersesuaian.
(1) Prisma tegak segitiga (2)Prisma miring segilima
Dilihat dari bentuknya, terdapat dua macam prisma yakni prisma tegak dan prisma
miring. Prisma siku-siku atau prisma tegak adalah prisma yang ruas garis sisi tegak
dan ruas garis sisi alas atau tutupnya tegak lurus. Prisma miring adalah prisma yang
sisi alas atau tutupnya sejajar menyamping sehingga ruas garis sisi tegak tidak
berpotongan tegak lurus dengan ruas garis sisi alas atau tutup.
Kubus dan balok merupakan bangun ruang prisma tegak segiempat
yang khusus.
Bagian-bagian prisma pada gambar (1):
1. Memiliki 6 titik sudut: Titik 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐺, 𝐻,dan 𝐼
2. Memiliki 5 bidang (sisi) berbentuk bangun datar segibanyak.
• Bidang 𝐴𝐵𝐶 merupakan bidang alas;
• Bidang 𝐺𝐻𝐼 merupakan bidang tutup; dan
• Bidang 𝐴𝐵𝐻𝐺, 𝐵𝐶𝐼𝐻, dan 𝐶𝐴𝐺𝐼 merupakan sisi tegak.
3. Memiliki 9 rusuk, terdiri dari:
• Rusuk 𝐴𝐵̅̅ ̅̅ , 𝐵𝐶̅̅ ̅̅ , dan 𝐶𝐴̅̅ ̅̅ merupakan rusuk-rusuk bidang alas;
• Rusuk 𝐺𝐻̅̅ ̅̅ , 𝐻𝐼̅̅̅̅ , dan 𝐼𝐺̅̅ ̅ merupakan rusuk-rusuk bidang tutup; dan
• Rusuk 𝐴𝐺̅̅ ̅̅ , 𝐵𝐻̅̅ ̅̅ , dan 𝐶𝐼̅̅̅ merupakan rusuk-rusuk sisi tegak atau tinggi
prisma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Tabel 1 Jumlah Titik Sudut, Sisi/Bidang, dan Rusuk Prisma pada Segi Banyak
Bidang
Alas/Tutup
Jumlah Titik
Sudut
Jumlah
Sisi/Bidang Jumlah Rusuk
Segitiga 6 5 9
Segiempat 8 6 12
Segilima 10 7 15
Segienam 12 8 18
Segitujuh 14 9 21
Segi-n 𝟐𝐧 𝟐 + 𝐧 𝟑𝐧
Menggambar prisma:
1. Gambarlah bidang alas dan bidang tutup yang berbentuk bangun datar segi
banyak. misalkan akan menggambar prisma tegak segitiga maka alas dan
tutupnya berbentuk segitiga, yaitu bidang 𝐴𝐵𝐶 dan 𝐷𝐸𝐹.
2. Gambar bidang (sisi) tegak dengan menghubungkan titik-titik sudut yang
bersesuaian dengan ruas garis.
(1) (2)
Contoh jaring-jaring prisma:
Luas permukaan dan volume prisma:
B
C A
E
F D
B
C A
E
F D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
Luas permukaan (𝐿𝑝) prisma yang memiliki luas bidang alas (𝑙), keliling bidang
alas (𝑘), dan tinggi prisma (𝑡) adalah 𝑳𝒑 = 𝟐𝒍 + 𝒌𝒕
Volume (𝑉) prisma yang memiliki yang memiliki luas alas/tutup (𝑙) dan tinggi
prisma (𝑡) adalah 𝑽 = 𝒍𝒕
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi sebuah bangun datar sebagai alas dan
sisi-sisi tegak berupa segitiga yang bertemu di satu titik dan disebut titik puncak
limas.
(3) Limas segiempat beraturan
Bagian-bagian limas pada gambar (3):
1. Memiliki 5 titik sudut yaitu titik 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷dan 𝐸
2. Memiliki 5 bidang (sisi) berbentuk bangun datar segibanyak.
• Bidang 𝐴𝐵𝐶𝐷 merupakan bidang alas dan
• Bidang 𝐴𝐵𝐸, 𝐵𝐶𝐸, 𝐶𝐷𝐸, dan 𝐷𝐴𝐸 merupakan sisi tegak.
3. Memiliki 5 rusuk, terdiri dari:
• Rusuk 𝐴𝐵̅̅ ̅̅ , 𝐵𝐶̅̅ ̅̅ , 𝐶𝐷̅̅ ̅̅ , dan 𝐷𝐴̅̅ ̅̅ merupakan rusuk-rusuk bidang alas dan
• Rusuk 𝐴𝐸̅̅ ̅̅ , 𝐵𝐸̅̅ ̅̅ , 𝐶𝐸̅̅ ̅̅ , dan 𝐷𝐸̅̅ ̅̅ merupakan rusuk-rusuk sisi tegak.
Tabel 2 Jumlah Titik Sudut, Sisi/Bidang, dan Rusuk Limas pada Segi Banyak
Bidang
Alas/Tutup
Jumlah Titik
Sudut
Jumlah
Sisi/Bidang Jumlah Rusuk
Segitiga 4 4 6
Segiempat 5 5 8
Segilima 6 6 10
Segienam 7 7 12
Segitujuh 8 8 14
Segi-n 𝐧 + 𝟏 𝐧 + 𝟏 𝟐𝐧
Menggambar limas:
1. Gambarlah bidang alas yang berbentuk bangun datar segi banyak.
misalkan akan menggambar prisma tegak segitiga maka alasnya berbentuk
segitiga, yaitu bidang 𝐴𝐵𝐶 dengan 𝐴𝐶̅̅ ̅̅ berupa garis putus-putus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
2. Gambar salah satu rusuk pada bidang (sisi) tegak dimana ujung rusuk
tersebut merupakan titik puncak limas.
3. Hubungkan rusuk yang lainnya dengan titik puncak limas sebelumnya.
(1) (2) (3)
Contoh jaring-jaring limas:
Luas permukaan dan volume limas:
Luas permukaan (𝐿𝑝) limas yang memiliki luas bidang alas segi-𝑛 (𝑙𝑛) dan sisi-
sisi tegak (𝑙𝑡) sebanyak 𝑛 adalah
𝑳𝒑 = 𝒍𝒏 + 𝒏. 𝒍𝒕 atau 𝑳𝒑 = 𝒍𝒏 + 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝒔𝒊𝒔𝒊 𝒕𝒆𝒈𝒂𝒌
Volume (𝑉) limas yang memiliki yang memiliki luas bidang alas (𝑙) dan tinggi
limas (𝑡) adalah 𝑽 =𝟏
𝟑𝒍𝒕
Atap rumah tradisional Lampung “Lamban Pesagi” dan “Jajar Intan” termasuk
penerapan bangun ruang limas dan prisma di kehidupan nyata.
B
C A
D
B
C A
D
B
C A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Latihan Soal:
1. Panjang rusuk suatu kubus 4 cm. Hitunglah panjang kerangka, luas
permukaan, dan volume kubus tersebut.
2. Hitunglah tinggi lapang lom pada rumah “Ginting Kuning” yang berbentuk
balok jika diketahui panjang kebik 8 m, lebar 6 m, dan luas permukaan 208
m2.
3. Sebuah tangki air berbentuk kubus memiliki volume air 1.000 liter, tentukan
luas permukaan tangki tersebut.
4. Alas sebuah prisma berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 12
cm dan lebar 8 cm. Jika tinggi prisma 15 cm maka tentukan luas permukaan,
dan volume prisma tersebut.
5. Diketahui atap rumah “Lamban Pesagi” berbentuk limas T. ABCD dengan
alas berbentuk persegi memiliki keliling alas 72 m dan TP = 5 m. Tentukan
volume atap limas tersebut.
6. Sebuah prisma dengan alas persegi memiliki sisi 5 cm dan tinggi 5 cm. Jika
panjang sisi alas diperbesar 3 kali semula, maka tentukan perbandingan
volume sebelum dan sesudah sisinya diperbesar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
Lampiran Materi PPT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
Silakan scan QR Code di atas untuk mendapatkan file PPT Materi Bangun Ruang Sisi Datar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
Lampiran Penilaian Sikap
LEMBAR PENILAIAN SIKAP
MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Sekolah : SMP…
Kelas : VIII …
Materi Pokok : Bangun Ruang Sisi Datar
Tanggal : ………………., 20…
Sikap yang Dikembangkan: Religius, Tanggung Jawab, dan Percaya Diri
Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya!
No.
Absen Nama
Sikap yang Dikembangkan
Keterangan Religius Tanggung Jawab Percaya Diri
Sudah
Nampak
Belum
Nampak
Sudah
Nampak
Belum
Nampak
Sudah
Nampak
Belum
Nampak
1
2
3
…
dst
Catatan:
Indikator sikap religius: siswa mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan berdoa baik
dalam pembelajaran daring maupun luring.
Indikator sikap tanggung jawab: siswa memahami materi, mengerjakan dan mengumpulkan
tugas, dan berkontribusi dalam kerja kelompok.
Indikator percaya diri: siswa berani menyampaikan pendapat, mempresentasikan hasil
pemahamannya atau bertanya jika ada materi yang kurang jelas, dan memiliki pendirian akan
pilihannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Lampiran Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
SMP….
Materi Pokok : Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok)
Nama Lengkap :
Kelas/No. Absen :
1. Tuliskan penerapan bangun ruang kubus dan balok di kehidupan sehari-hari.
(Silakan eksplorasi melalui gawai, internet, buku paket, atau media lainnya)
2. Gambarlah bangun ruang kubus atau balok (pilih salah satu) dan jaring-jaringnya.
(Silakan diskusi dengan teman sebangku untuk memilih bangun ruang yang berbeda)
3. Tuliskan bagian-bagian bangun ruang kubus dan balok beserta namanya.
(Silakan diskusi dengan teman sebangku berdasarkan gambar yang telah dibuat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
4. Kerjakan soal-soal di bawah dengan tepat.
(Silakan diskusi dengan teman sebangku atau bekerja mandiri untuk memecahkan
persoalan di bawah ini)
a. Diketahui kebik (kamar) anak lelaki tertua berukuran panjang 6 meter, lebar 5
meter, dan tinggi 3.5 meter. Jika akan dilakukan pengecatan pada tembok dalam
dan atap kebik maka hitunglah berapa liter cat yang diperlukan.
b. Rumah tradisional Lampung yang berbentuk panggung memerlukan tiang yang
terbuat dari kayu untuk menyangga bangunan. Tiang yang akan dibuat berjumlah
16 buah dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 150 cm. Jika 1 m3
kayu seharga Rp 1.250.000,- maka tentukan biaya yang harus digunakan untuk
pembuatan tiang tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
SMP….
Materi Pokok : Bangun Ruang Sisi Datar (Prisma dan Limas)
Nama Lengkap :
Kelas/No. Absen :
1. Tuliskan penerapan bangun ruang prisma dan limas di kehidupan.
(Silakan eksplorasi melalui gawai, internet, buku paket, atau media lainnya)
2. Gambarlah 4 macam bangun ruang prisma atau limas (pilih salah satu) dan berilah
keterangan nama pada bangun ruang tersebut.
(Silakan diskusi dengan teman sebangku untuk memilih bangun ruang yang berbeda)
3. Pilihlah masing-masing satu bangun ruang prisma dan limas kemudian tuliskan
bagian-bagian bangun ruang tersebut beserta namanya.
(Silakan diskusi dengan teman sebangku berdasarkan gambar yang telah dibuat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
4. Kerjakan soal-soal di bawah dengan tepat.
(Silakan diskusi dengan teman sebangku atau bekerja mandiri untuk memecahkan
persoalan di bawah ini)
a. Diketahui rumah Lamban Pesagi memiliki atap berbentuk limas segiempat dengan
alas persegi yang memiliki sisi 18 meter. Tentukan luas permukaan atap jika tinggi
dari puncak atap ke langit-langit rumah adalah 6 meter.
b. Atap rumah Ginting Kuning berbentuk prisma segitiga beraturan dengan keliling
segitiga adalah 9 meter. Jika panjang rumah adalah 15 meter dan luas 1 genteng
adalah 300 cm2, maka tentukan banyaknya genteng yang diperlukan.
Silakan scan QR Code di atas untuk mendapatkan file LKPD Bangun Ruang Sisi Datar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended