Laringitis Kronis - Arina

Preview:

DESCRIPTION

-

Citation preview

Laringitis Kronis

Anatomi Laring

Lokasi : Corpus Vertebra III – VI

Terdiri dari: Tulang : Os hyoid Tulang rawan:

Kartilago Tiroid Kartilago Krikoid Kartilago Egpiglotik Kartilago Aritenoid Kartilago Kornikulata Kartilago Kuneiforme

Anatomi Laring

Cavum Laring Aditus laring tepi

bawah kartilago krikoid

Dibagi menjadi 3 bagian:▪ Vestibulum Laring :

Superior plika vestibular

▪ Ventrikulus Laring : Antara plika vestibular dan plika vokal

▪ Subglotik : Plika vokal sampai tepi inferior kartilago krikoid

Fisiologi Laring

Proteksi Respirasi Menelan Emosi Fonasi

Definisi

Laringitis adalah suatu peradangan pada kotak suara (laring) yang dapat menyebabkan suara serak atau hilangnya suara. Laringitis yang berlangsung lebih dari tiga minggu dikenal sebagai laringitis kronik.

Epidemiologi

Epidemiologi: Puncak insidensi usia 1-2 tahun Laki-laki > perempuan 1,43 : 1

Etiologi

1. Refluks gastroesofagus

2. Iritan yang terhirup, seperti asap, alergen

3. Konsumsi alkohol yang berlebihan

4. Penyalahgunaan suara, misalnya pada penyanyi atau pemandu sorak

5. Sinusitis kronik6. Deviasi septum

yang berat7. Polip hidung atau

bronkitis kronik

Klasifikasi

SPESIFIKNON

SPESIFIKLaringitis

Tuberkulosa

Laringitis Luetika

Infeksi

Iritan

Vokal Abuse

Patofisiologi

1 • ETIOLOGI

2 • PERDADANGAN MUKOSA LARING

3 • PEUBAHAN MUKOSA LARING IREVERSIBEL

Gejala Klinis

Suara parau dan lemah Batuk kering Tenggorokan terasa kering Kronis > 3 minggu

Diagnosis

Tidak langsung cermin Langsung Nasolaringoskopi

Gambaran: Eritema, edema, sekret, permukaan yang irreguler

Tatalaksana

Menjaga hygiene laring Mengobati penyebab yang

mendasari Vokal Rest Operasi

Komplikasi

Penyebaran infeksi ke sistemik Stenosis laring Kerusakan pita suara yang permanen Transformasi keganasan

Prognosis

Tergantung etiologi

Laringitis tuberkulosa

Infeksi kuman melalui : udara pernafasan, sputum, aliran darah/limfe

Terbagi menjadi 4 stadium: Infiltrasi : timbul tuberkel submukosa (bintik-

bintik kebiruan yang membesar) Ulserasi : Tuberkel pecah ulkus (dangkal,

dasar ditutupi perkijauan, sangat nyeri) Perikondritis : Ulkus mendalam kartilago

laring Fibrotuberkulosis : terbentuk pada dinding

posterior, pita suara, subglotik

Laringitis tuberkulosa

Gejala Klinis: Rasa kering, panas, tertekan pada daerah

laring Suaraparau (berminggu-minggu) stadium

lanjut afoni Hemoptosis Nyeri menelan lebih hebat dibanding nyeri

pada radang lainnya Keadaan umum buruk Pemeriksaan paru (klinis dan radiologik)

proses aktif

Laringitis tuberkulosa

Diagnosis Banding: Laringitis Luetika Karsinoma Laring

Diagnosis Berdasarkan: Anemnesis Gejala + Pemeriksaan Klinis Lab. dan Foto Ro toraks Laringoskopi langsung/tak langsung Pemeriksaan PA

Laringitis tuberkulosa

Terapi OAT primer dan sekunder Istirahat suara

Prognosis : Penegakan diagnosis pada stadium dini

baik Tergantung: kebiasaan hidup sehat +

ketekunan berobat

Laringitis Luetika

Pada lues stadium tertier stadium pembentukan guma

Gambaran Klinis: Guma pecah timbul ulkus : sifat dalam, bertepi dengan dasar yang keras, berwarna merah tua + mengeluarkan eksudat berwarna kekuningan, nyeri (-), menjalar cepat

Gejala : suara parau + batuk, disfagia (letak guma dekat introitus esofagus)

Diagnosis laringoskopik dan serologik Komplikasi stenosis laring Terapi : penisilin dosis tinggi, pengangkatan

sekuester, sumbatan laring trakeostomi

Pendekatan Diagnosis Pasien dengan Suara Parau

Anamnesis: Kualitas perubahan suara seperti apa? Onset, durasi dan waktu terjadinya? Faktor pencetus ? Gejala penyerta?

Daftar Pustaka

Cohen, J. I., Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam : Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan Ketiga. Jakarta : EGC. 1997 : hlm 369-377

Hermani, B. & Hutaruk, S. M., Disfonia. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Kelima. Cetakan Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010 : hlm 209-214

Hollinshead, W. H., The pharynx and larynx. Dalam : Anatomy for surgeons : Head and Neck. A hoeber-harper international edition. 1966 : hlm 425-456

Woodson, G.E., Upper airway anatomy and function. Dalam : Byron J. Bailey. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Edisi 3. Volume 1. Philadelphia : Lippincot Williams and Wilkins, 2001: 479-486.

Dhingra, P.L. Anatomy of Larynx. Dalam: Disease of Ear, Nose and Throat. Fourth edition. Elsevier. New Delhi. 2007. Hal 5-9. 

Banovetz, J. D.,Gangguan Laring Jinak. Dalam : Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan Ketiga. Jakarta : EGC. 1997 : hlm 379-396

Hermani, B., Abdurrachman, H. & Cahyono, A., Kelainan Laring. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Kelima. Cetakan Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010 : hlm 215-220

Ardila, A. C. & Rojas, G. A. Reflux laryngitis: a Gastroenterologist’s perspective. Colombia: Contoversies in Gastroenterology Journal. 2011 : hlm 190-192

Brandwein, G. & Majorie, Laryngeal Pathology. Dalam : Van De Water Thomas R., Staecker, H. Otolaryngology Clinical review. New York: Thieme. 2008: hlm 574-591

Feierabend, R. H. & Malik, S. N. Hoarseness in Adult. USA: American Association of Physicians. 2003: hlm 364-370

David A. Basic Otolaryngology. Mc Grow-Hill company. London. 2004: 33.

Burton, M., et al. Disease of the Ear, Nose, and Throath. Edisi 15. Harcourt Brace and company limited. 200: hlm: 3-9, 29.

Eckel, E.H. Chapter 9: Glottic Airway Stenosis. Dalam: Sugery of Larynx and Trachea. New York: Springer. 2010: hlm 910-1005

McGlashan, J. Chapter 15: Hoarseness and Voice Problems. Dalam: Ludman H. ABC of Ear, Nose and Throat. Edisi 5. London: Blackwell. 2007: hlm 154-163

Terima Kasih