View
66
Download
5
Category
Preview:
Citation preview
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................iDaftar Isi..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................31.1. Latar Belakang...........................................................................................3
BAB II. TINJAUAN TEORI.........................................................................52.1. Definisi Inseminasi ...................................................................................52.2. Definisi Bayi Tabung (pembuahan In vitro)..............................................62.3. Prosedur Melakukan Pembuahan In Vitro.................................................72.3.1. Langkah-langkah proses Bayi tabung.....................................................72.3.2. Proses Terjadinya Bayi Tabung..............................................................92.4. Tingkat keberhasilan..................................................................................142.5. Fertilisasi In Vitro di Tinjau Dari Berbagai Aspek...................................142.5.1. Ditinjau dari Aspek Medis......................................................................142.5.2. Ditinjau dari Aspek Hukum legal...........................................................142.5.3. Ditinjau dari segi Hukum Perdata...........................................................152.5.4. Dari Aspek HAM....................................................................................172.5.5. Dari Segi Agama Islam...........................................................................172.5.6. Dari Segi Agama Kristen.......................................................................182.5.7. Dari Segi Agama Hindu Kaharingan.....................................................192.5.8. Dari Segi Agama Katolik........................................................................192.5.9. Dari Segi Agama Budha.........................................................................20
BAB III. PENUTUP........................................................................................213.1. Kesimpulan dan Saran...............................................................................213.1.1. Kesimpulan.............................................................................................213.1.2. Saran.......................................................................................................22
Daftar Pustaka................................................................................................iii
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Bioetika yang berjudul Pembuahan In Vitro Pada Manusia.
Makalah ini berisi tentang bagaimana proses pembuahan in vitro
pada manusia dan pandangan agama terhadap hal tersebut. Terima kasih
penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Bioetika, Bapak Dr. Syahmi Edi,
M.Si, yang telah memberikan arahan dalam penulisan makalah ini dengan
baik dan benar.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbgai pihak. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, hal ini dikarenakan
keterbatasan pengetahuan, dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Medan, Oktober 2013Pennulis,
Irfa Yulinda SaragiNim. 8136174015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Genetika disebut juga dengan ilmu keturunan, berasal dari kata genos
(bahasa latin) yang artinya bersuku – suku bangsa atau asal usul. Secara
“etimologi” artinya asal mula kejadian. Namun, genetika bukan merupakan
ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas – batas tertentu
memang ada kaitannya dengan hal itu. Genetika adalah ilmu yang
mempelajari tentang seluk beluk alih informasi hayati dari generasi ke
generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut
mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu
organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika
adalah ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat. Dalam ilmu ini
dipelajari tentang bagaimana sifat keturunan itu diwariskan pada anak
cucunya, serta kemungkinan variasi yang timbul didalamnya.
Di indonesia tercatat 10-20% pasangan yang infertil. Pasangan usia
subur yang ada di Indonesia ialah sekitar 25 juta, berarti terdapat 2,5-5 juta
pasangan infertil. Pada masa sekarang pola kehidupan keluarga cenderung
bergeser, dari jumlah anggota yng besar menjadi jumlah anggota yang kecil
dalam 1 unit keluarga, sehingga keluarga yang tidak atau sukar memperoleh
keturunan berhak mendapat pertolongan. Dengan semakin berkembang dan
majunya ilmu kedokteran ini sebagian besar dari penyebab infertilitas atau
ketidaksuburan telah dapat diatasi dengan pemberian obat atau operasi.
Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal
dengan istilah fertilisasi-in-vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut :
Fertilisasi-in-vitro adalah pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam
tabung petri yang dilakukan oleh petugas medis. Pada mulanya program
pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak
mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya
mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada
perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri
yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak
dimungkinkan untuk memperoleh keturunan. Akan tetapi seiring
perkembangannya, mulai timbul persoalan dimana semula program ini dapat
diterima oleh semua pihak karena tujuannya yang mulia menjadi
pertentangan. Banyak pihak yang kontra dan pihak yang pro. Pihak yang pro
dengan program ini sebagian besar berasal dari dunia kedokteran dan
mereka yang kontra berasal dari kalangan alim ulama.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi Inseminasi
Inseminasi merupakan terjemahan dari artificial insemination.
Artificial artinya buatan ataua tiruan, sedangkan insemination berasal dari
kata latin. Inseminatus artinya pemasukan atau penyampaian. artificial
insemination adalah penghamilan atau pembuahan buatan.
Jadi, insiminasi buatan adalah penghamilan buatan yang dilakukan
terhadap wanita dengan cara memasukan sperma laki-laki ke dalam rahim
wanita tersebut dengan pertolongan dokter, istilah lain yang semakna adalah
kawin suntik, penghamilan buatan dan permainan buatan (PB). Yang
dimaksud dengan bati taqbung (Test tubebaby) adalah bayi yang di
dapatkan melalui proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim sehingga
terjadi embrio dengan bantuan ilmu kedokteran. Dikatakan sebagai
kehamilan bayi tabung karena benih laki-laki yang disebut dari zakar laki-
laki disimpan dalam suatu tabung.
Untuk menjalani proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim,
perlu disediakan ovom (sel telur dan sperma). Jika saat ovulasi (bebasnya
sel telur dari kandung telur) terdapat sel-sel yang masak maka sel telur itu di
hisab dengan sejenis jarum suntik melalui sayatan pada perut, kemudian di
taruh dalam suatu taqbung kimia, lalu di simpan di laboratorium yang di
beri suhu seperti panas badan seorang wanita. Kedua sel kelamin tersebut
bercampur (zygote) dalam tabung sehingga terjadinya fertilasi. Zygote
berkembang menjadi morulla lalu dinidasikan ke dalam rahim seorang
wanita. Akhirnya wanita itu akan hamil. Inseminasi permainan (pembuahan)
buatan telah dilakukan oleh para sahabat nabi terhadap pohon korma.
Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi
berupa teknik menempatkan sperma di dalam vagina wanita, pertama kali
berhasil dipraktekkan pada tahun 1970. Awal berkembangnya inseminasi
buatan bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa
bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam
cairan nitrogen pada tempratur – 321 derajat Fahrenheit Bank sperma atau
disebut juga Bank ayah mulai tumbuh pada awal tahun 1970.
2.2. Definisi Bayi Tabung (Pembuahan in Vitro)
Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro
fertilisation) adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum)
dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk
mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil.
Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal,
pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam
sebuah medium cair. (Teknologi inidirintis oleh P.C Steptoe dan R.G
Edwards pada tahun 1977).
Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro
Fertilization (IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan
mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus. Pada
kondisi normal, pertemuan ini berlangsung di dalam saluran tuba.
Pembuahan sel telur (ovum) yang dilakukan di luar tubuh calon ibu.
Awalnya tekhnik reproduksi ini ditunjukkan untuk pasangan infertile, yang
mengalami kerusakan saluran telur. Namun saat ini indikasinya telah
diperluas, antara lain jika calon ibu mempunyai lender mulut rahim yang
abnormal, mutu calon ayah kurang baik, adanya antibody pada atau
terhadap sperma,tidah kunjung hamil walaupun endometriosis telah diobati,
serta pada gangguan kesuburan yang tidak diketahui penyebabnya maka
program bayi tabung ini bias dilakukan.
Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi
ibu-ibu yang memiliki gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi
normal, sel telur yang telah matang akan dilepaskan oleh indung telur
(ovarium) menuju saluran tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu
sel sperma yang akan membuahi. Jika terdapat gangguan pada saluran tuba
maka proses ini tidak akan berlangsung sebagaimana mestinya. Proses yang
berlangsung dilaboratorium ini dilaksanakan sampai menghasilkan suatu
embrio yang akan ditempatkan pada rahim ibu. Embrio ini juga dapat
disimpan dalam bentuk beku (cryopreserved) dan dapat digunakan kelak
jika dibutuhkan. Bayi tabung pertama yang lahir ke dunia adalah LouiseJoy
Brown pada tahun 1978 di Inggris.
2.3. Prosedur Melakukan Pembuahan In Vitro
Sebelum mengikuti program bayi tabung, pasangan diminta untuk
memenuhi beberapa syarat:
Persyaratan umum meliputi:
1. Pasangan memiliki bukti perkawinan yang sah
2. Usia istri kurang dari 42 tahun. Hal ini untuk meminimalisir
kegagalan dan gangguan pada ibu dan anak
3. Konseling khusus dan informed consent
4. Kesiapan biaya
5. Kesiapan istri untuk hamil, melahirkan, dan memelihara bayi
Persyaratan khususnya, terdiri:
1. tidak ada kontra indikasi kehamilan
2. bebas infeksi rubella, hepatitis, toxoplasma, dan HIV
3. siklus berovulasi/respon terhadap terapi (FSH basal < 12 mIU/ml)
4. pemeriksaan infertilitas dasar lengkap
5. indikasi jelas
6. upaya lain sudah maksimal
7. analisa sperma
2.3.1. Langkah-langkah proses Bayi Tabung:
1. Datanglah ke dokter bagian obstetri dan ginekologi bila ingin
menjalani satu siklusprogram Bayi Tabung
2. Bila ditemukan kelainan/masalah pada Anda berdua, dokter spesialis
akan merujuk kepusat layanan bayi tabung. Setelah diketahui
penyulit kehamilan, pasangan suami isteridisiapkan menjalani proses
bayi tabung.
3. Setiap pasangan akan menerima penjelasan program Bayi Tabung
dan prosedur pelaksanaan dalam sebuah kelas/kelompok
4. Peserta program harus menandatangani perjanjian tertulis: bersedia
bila dokter melakukantindakan yang dianggap perlu semisal operasi,
bersedia menghadapi kemungkinanmengalami kehamilan kembar
dan risiko lain yang dapat ditimbulkan
5. Pelaksanaan program bisa dimulai berdasarkan masa haid. Calon ibu
akan diberi obat-obatan hormonal sebagai pemicu ovulasi agar
menghasilkan banyak sel telur.Perangsangan dilakukan 5-6 minggu,
sampai sel telur matang dan cukup tuk dibuahi. Selanjutnya
dilakukan Ovum pick up/Opu (pengambilan sel telur) yang
dilakukan tanpa oprasi, melainkan dengan cara ultrasonografi
transvaginal. Kemudian semua sel telur diangkat dan disimpan
dalam incubator. Sedangkan calon ayah akan diambil spermanya
melalui cara masturbasi.
Beberapa jam kemudian, terhadap masing-masing sel telur akan
ditambahkan sejumlah sperma suami (inseminasi) yang sebelumnya
telah diolah dandipilih yang terbaik mutunya. Setelah kira-kira 18-20
jam, akan terlihat apakah proses pembuahan tersebut berhasil atau
tidak. Sel telur yang telah dibuahi sperma atau disebut zigot akan
dipantau selama 22-24 jam kemudian untuk melihat
perkembangannya menjadi embrio. Dari embrio tersebut, dokter
akan memilih tiga atau empat embrio yang terbaik untuk ditanamkan
kembali ke dalam rahim. Empat embrio merupakan jumlah
maksimal mengingat risiko yang akan ditanggung oleh calon ibu dan
juga janin. Embrio-embrioyang terbaik itu kemudian diisap ke dalam
sebuah kateter khusus untuk dipindahkan kedalam rahim.
Terjadinya kehamilan dapat diketahui melalui pemeriksaan air seni
14 hari setelah pemindahan embrio.Bila saat masturbasi tak ada
sperma yang keluar, berarti ada sumbatan. Untuk itu akandilakukan
cara lain, yaitu dengan MESA (Microsurgical Epydidimis
SpermAspiration); sperma diambil dari salurannya. Bisa juga dengan
TESA (Testical SpermExtraction) sperma diambil langsung dari
buah zakar. Bila sperma yang dihasilkan sangat sedikit, maka
dilakukan ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection); sperma
disuntikkan ke sel telur. Cara ini khusus bagi pasangan infertile
dimana suami mempunyai sperma sangat sedikit.
6. Ibu dipantau beberapa waktu dengan pemeriksaan hormon
kehamilan (hCG) di darah dan pemeriksaan USG.
2.3.2. Proses Terjadinya Bayi Tabung
Perjuangan Sperma menuju Sel Telur
Untuk mendapatkan kehamilan, satu sel sperma harus bersaing
dengan sel sperma yang lain. Sel Sperma yang kemudian berhasil untuk
menerobos sel telur merupakan sel sperma dengan kualitas terbaik saat itu.
Sumber: www.anehdidunia.com
Perkembangan Sel Telur
Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel telur.
Sel telur tersebut akan berjalan melewati saluran telur dan kemudian
bertemu dengan sel sperma pada kehamilan yang normal
Sumber: www.anehdidunia.com
Injeksi
Dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-banyaknya. Dokter
kemudian memilih sel telur terbaik dengan melakukan seleksi pada proses
ini pasien disuntikkan hormon untuk menambah jumlah produksi sel telur.
Perangsangan berlangsung 5 - 6 minggu sampai sel telur dianggap cukup
matang dan siap dibuahi. Proses injeksi ini dapat mengakibatkan adanya
efek samping
Sumber: www.anehdidunia.com
Pelepasan Sel Telur
Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja maka sel
telur siap untuk dikumpulkan.
Sumber: www.anehdidunia.com
Sperma Beku
Suami akan menitipkan sperma kepada laboratorium dan kemudian
dibekukan untuk menanti saat ovulasi.
Sumber: www.anehdidunia.com
Menciptakan Embrio
Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah
bagi dokter untuk menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Namun
bila sperma tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel
telur, maka akan dilakukan ICSI.
Sumber: www.anehdidunia.com
Embrio Berumur 2 Hari
Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan
sel telur yang telah dibuahi (disebut dengan nama embrio). Embrio ini
kemudian akan membelah seiring dengan waktu. Embrio ini memiliki 4 sel,
yang diharapkan mencapai stage perkembangan yang benar.
Sumber: www.anehdidunia.com
Pemindahan Embrio
Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang
diinjeksikan ke sistem reproduksi si pasien.
Sumber: www.anehdidunia.com
Implanted Fetus
Setelah embrio memiliki 4 - 8 sel, embrio akan dipindahkan kedalam
rahim wanita dan kemudian menempel pada rahim. Selanjutnya embrio
tumbuh dan berkembang seperti layaknya kehamilan biasa sehingga
kehadiran bakal janin dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG
Sumber: www.anehdidunia.com
2.4.Tingkat Keberhasilan
Di dunia, tingkat keberhasilan bayi tabung mencapai 40-45% untuk
usia < 30 tahun, 30-35% (usia 30-38 tahun), 10-11% (usia 38-42 tahun), dan
0% (usia >42 tahun). Sementara kemungkinan keguguran 10-15%,
kemungkinan kembar dua 25% dan kemungkinan kembar tiga5%. Kasus
kembar dalam program bayi tabung sebenarnya adalah kasus komplikasi
(tidak wajar).
Saat ini teknologi bayi tabung sudah makin berkembang. Dan
diharapkan dapat memenuhi harapan banyak pasangan menikah yang ingin
memiliki anak. Teknologi juga diharapkan akan membuat proses bayi
tabung menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah.
2.5. Fertilisasi In Vitro di Tinjau dari Berbagai Aspek
2.5.1. Ditinjau dari Aspek Medis
Bila ditinjau dari aspek medis, pasangan suami – isteri yang dapat
melakukan Pembuahan In Vitro adalah pasangan yang mengalami masalah
infertilitas.
2.5.2. Ditinjau dari Aspek Hukum/Legal
Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992, pasal 16 ayat 1&2
mengamanatkan :
Ayat 1) Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai
uapaya terakhir untuk membantu pasangan suami - isteri
mendapatkan keturunan.
Ayat 2) Upaya kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1, hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami - isteri
yang sah dengan ketentuan : Hasil pembuahan sperma dan ovum
dari suami - isteri yang bersangkutan, ditanam dalam rahim isteri
dari mana ovum berasal.
Berdasarkan ayat 1 dan 2 pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tersebut,
adalah melakukan bayi tabung dari sperma suami sendiri, karena hal
tersebut sangat legal dan tidak melanggar hukum.
2.5.3. Tinjauan dari Segi Hukum Perdata
2.5.3.1. Jika benihnya berasal dari suami istri:
Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-
in-vitro transferembrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri
maka anak tersebut baik secara biologisataupun yuridis mempunyai
satus sebagai anak sah (keturunan genetik) dari pasangantersebut.
Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan
lainnya.
Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat
ibunya telah berceraidari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum
300 hari perceraian mempunyai status sebagai anak sah dari
pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan setelah masa 300
hari,maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak
memiliki hubungankeperdataan apapun dengan bekas suami ibunya.
Dasar hukum ps. 255 KUHPer.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang
bersuami, maka secarayuridis status anak itu adalah anak sah dari
pasangan penghamil, bukan pasangan yangmempunyai benih. Dasar
hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam halini
Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai
anak sah-nyamelalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.
2.5.3.2. Jika salah satu benihnya berasal dari donor:
Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan
fertilisasi-in-vitro transferembrio dengan persetujuan pasangan
tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi denganSperma dari donor di
dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikanke
dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah
dan memilikihubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya
sepanjang si Suami tidakmenyangkalnya dengan melakukan tes
golongan darah atau tes DNA
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang
bersuami maka anak yangdilahirkan merupakan anak sah dari
pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42UU No. 1/1974
dan ps. 250 KUHPer
2.5.3.3. Jika semua benihnya dari pendonor:
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak
terikat padaperkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim
seorang wanita yang terikatdalam perkawinan maka anak yang lahir
mempunyai status anak sah dari pasangan SuamiIstri tersebut karena
dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam
perkawinanyang sah
Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak
tersebut memiliki statussebagai anak luar kawin karena gadis
tersebut tidak terikat perkawinan secara sah danpada hakekatnya
anak tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali sel
telurberasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka anak
tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai anaknya.
Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat diIndonesia
terhadap kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi-in-
vitro transferembrio ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah
tidak relevan dan tidak dapatmeng-cover kebutuhan yang ada serta
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yangada khususnya
mengenai status sahnya anak yang lahir dan pemusnahan
kelebihanembrio yang diimplantasikan ke dalam rahim ibunya.
Secara khusus, permasalahanmengenai inseminasi buatan dengan
bahan inseminasi berasal dari orang yang sudahmeninggal dunia,
hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu
segeradibentuk peraturan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur penerapanteknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini
pada manusia mengenai hal-hal apakahyang dapat dibenarkan dan
hal-hal apakah yang dilarang.
2.5.4. Dari aspek HAM
Pasal 10 ayat 1 dari UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia yang berbunyi ”Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga
dan melanjutkan keturunan melalui pernikahan yang sah”. Jadi kalau
melanjutkan keturunan melalui donor sperma orang lain yang bukan
berdasarkan perkawinan yang sah maka itu adalah pelanggaran HAM.
2.5.5. Segi Agama Islam
Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk
masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara
spesifik di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih
klasik sekalipun. Oleh karena itu, kalau masalah ini hendak dikaji menurut
Hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang
lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan
hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah
inseminasi buatan ini seyogyanya menggunakan pendekatan multidisipliner
oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang
relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar
proporsional dan mendasar. Misalnya ahli kedokteran, peternakan, biologi,
hukum, agama dan etika.
Masalah inseminasi buatan ini sejak tahun 1980-an telah banyak
dibicarakan di kalangan Islam, baik di tingkat nasional maupun
internasional. Misalnya Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamarnya
tahun 1980, mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor sebagaimana
diangkat oleh Panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1 September 1986.
Lembaga Fiqih Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya
di Amman tahun 1986 mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor
atau ovum, dan membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami
dan ovum dari isteri sendiri. Vatikan secara resmi tahun 1987 telah
mengecam keras pembuahan buatan, bayi tabung, ibu titipan dan seleksi
jenis kelamin anak, karena dipandang tak bermoral dan bertentangan dengan
harkat manusia. Mantan Ketua IDI, dr. Kartono Muhammad juga pernah
melemparkan masalah inseminasi buatan dan bayi tabung. Ia menghimbau
masyarakat Indonesia dapat memahami dan menerima bayi tabung dengan
syarat sel sperma dan ovumnya berasal dari suami-isteri sendiri.
Dengan demikian, mengenai hukum inseminasi buatan dan bayi
tabung pada manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila
dilakukan dengan sperma atau ovum suami isteri sendiri, baik dengan cara
mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba
palupi atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahannya di luar rahim,
kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri; maka hal
ini dibolehkan, asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan
inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut
memperoleh keturunan. Hal ini sesuai dengan kaidah ‘al hajatu tanzilu
manzilah al dharurat’ (hajat atau kebutuhan yang sangat mendesak
diperlakukan seperti keadaan darurat).
Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan
donor sperma dan ovum, maka diharamkan dan hukumnya sama dengan
zina. Sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi itu tidak sah dan
nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya.
2.5.6. Segi Agama Kristen
Diperbolehkan, Bayi tabung tidak dipermasalahkan (dari pasangan
suami istri), dengan syarat : Sperma & ovum berasal dari pasutri yang
bersangkutan sehingga tidak terjadi perzinahan. Dalam keadaan sangat
terdesak dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Dilarang membunuh
zygot.
2.5.7. Segi Agama Hindu Kaharingan
Menurut Ketut Wilamurti, S.Ag dari Parisada Hindu Dharma
Indonesia (PDHI) dan Bhikku Dhammasubho Mahathera dari Konferensi
Sangha Agung Indonesia (KASI).
"Embrio adalah mahluk hidup. Sejak bersatunya sel telur dan
sperma, ruh Brahman sudah ada didalamnya, tanda-tanda kehidupan ini
jelas terlihat. Karena itu, embrio yang dihasilkan baik secara alarm" (hamil
karena hubungan seks / tanpa menggunakan teknologi fertilisasi), dan
kehamilan non alami (hamil karena menggunakan teknologi fertilisasi; Bayi
tabung) merupakan suatu hasil ciptaan Ranying Hatalla dan hasil ciptaan
manusia.
Menurut agama kaharingan program bayi tabung tidak disetujui
karena sudah melanggar ketentuan. Maksudnya sudah melanggar kewajaran
Tuhan (Ranying Hatalla) untuk menciptakan manusia. Inseminasi atau
pembuahan secara suntik bagi umat hindu dipandang tidak sesuai dengan
tata kehidupan agama hindu, karena tidak melalui ciptaan Tuhan.
Meskipun dari pasangan suami istri bayi menurut agam hindu tetap
tidak di perbolehkan karena sudah melanggar hak cipta Ranying hatala
langit.
2.5.8. Segi Agama Katolik
Gereja katolik tidak mengijinkan bayi tabung. Sebab bayi tabung
merupakan teknologi fertilisasi atau Konsepsi yang dilakukan oleh para ahli.
Jika manusia mengolah bayi tabung, artinya manusia itu sudah melampaui
kewajaran atau melebihi kuasa Allah Bapa yang sudah menciptakan
manusia.
Karena menurut gereja katolik pernikahan bukanlah tujuan untuk
mendapatkan anak, tetapi ada tujuan lain, yaitu untuk menyatukan seorang
laki-laki dan seorang wanita yang sudah direncanakan Tuhan. Dengan
melihat janji pernikahan menurut agama katolik, yaitu:
1. Tidak boleh diceraikan, kecuali oleh maut.
2. Suka
3. Duka
4. Miskin
5. Kay a.
Pernikahan bukanlah untuk mendapatkan anak. Seorang anak akan
diberikan Tuhan jika calon orang tua sudah siap. Karena apa yang diberikan
Tuhan, itu semua adalah rencana-Nya, dan itu baik buat manusia.
2.5.9. Segi Agama Budha
Dalam pandangan Agama Buddha, perkawinan adalah suatu pilihan
dan bukan kewajiban. Artinya, seseorang dalam menjalani kehidupan ini
boleh memilih hidup berumah tangga ataupun hidup sendiri. Hidup sendiri
dapat menjadi pertapa di vihara – sebagai Bhikkhu, samanera, anagarini,
silacarini – ataupun tinggal di rumah sebagai anggota masyarakat biasa.
Sesungguhnya dalam Agama Buddha, hidup berumah tangga
ataupun tidak adalah sama saja. Masalah terpenting di sini adalah kualitas
kehidupannya. Apabila seseorang berniat berumah tangga, maka hendaknya
ia konsekuen dan setia dengan pilihannya, melaksanakan segala tugas dan
kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Orang yang demikian ini
sesungguhnya adalah seperti seorang pertapa tetapi hidup dalam rumah
tangga. Sikap ini pula yang dipuji oleh Sang Buddha. Dengan demikian,
inseminasi dan bayi tabung diperbolehkan dalam agama budha.
BAB IIIPENUTUP
3.1. Kesimpulan dan Saran
3.1.1. Kesimpulan
1. Kebutuhan untuk melanjutkan keturunan adalah naluri setiap insan
yang normal. Olehkarena itu, secara naluri pula setiap insan normal
akan mencari pasangan yang sesuai bagi dirinya. Sebagai satu
pasangan suami istri yang normal, manakala keturunan yang di
idamkan belum juga diperoleh, maka keadaan ini memunculkan
keraguan akan kesuburannya. Pada masakini keraguan tersebut dapat
dihilangkan setelah setelah semua pemeriksaan yang diperlukan
selesai dilakukan. Tekhnik rekayasa reproduksi yang meliputi
pembiakan gamet dan embrio invitro telah begitu maju dan sangat
jauh berkembang. Namun dibutuhkan tanggung jawab etik berkadar
tinggi dari setiap ilmuwan dan seoptimal mungkin baik bagi pasutri
maupun embrio hasil pembuahan.
2. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri
sendiri dan tidak ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain
(ibu titipan) diperbolehkan islam dengan alasan jika keadaan kondisi
suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukannya dan
status anaknya hasil inseminasi macam ini sah menurut islam
3. Inseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor diharamkan
(dilarang keras) islam, bahkan hukumnya sama dengan zina dan
anak yang lahir dari hasil inseminasi macam ini statusnya sama
dengan anak yang lahir diluar perkawinan yang sah.
4. Menurut agama kristen dan budha diperbolehkan dan menurut
agama hindu kaharingan dan katholik tidak d perbolehkan.
3.1.2. Saran
1. Teknik Pembuahan In vitro merupakan teknologi canggih dalam
perkembangan ilmu pengetahuan oleh karena itu dalam
penggunaannya sebaiknya tidak menyalahi etika agama, hukum
maupun etika dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tindakan apapun hendaknya memikirkan dahulu sebab dan
akibatnya agar tidak salah langkah,.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011., Diskusi Terbuka “Bayi Tabung” dan aspek Moralnya., http://rumahfilsafat.com/2011/03/28/diskusi-terbuka-%E2%80%9Cbayi-tabung%E2%80%9D-dan-aspek-moralnya/
-----------, 2012., Proses Terjadinya Bayi Tabung., www.anehdidunia.com proses-terjadinya-bayi-tabun-html
Devie, Cynthia., 2009., Teknologi Kedokteran dan Kesehatan., Penerbit: Multazam Mulia Utama., Jakarta
Gadaffi, N.D., 2011., Bayi Tabung., http://www.slideshare.net/duniasaiiya/bayi-tabung-norma-duallo.
Setiawan, Zharfa., 2013., Makalah Bayi Tabung., www.slideshare.net/zharfashani/makalah-bayitabung
Suryani., 2012., Inseminasi dan Bayi Tabung Menurut Pandangan Agama., suryani94.blogspot.com/.../inseminasi-dan-bayi-tabung
Recommended