34
DAFTAR ISI Kata Pengantar.....................................i Daftar Isi.........................................ii BAB I PENDAHULUAN..................................3 1.1................................................Latar Belakang 3 BAB II. TINJAUAN TEORI.............................5 2.1. Definisi Inseminasi ..........................5 2.2. Definisi Bayi Tabung (pembuahan In vitro).....6 2.3. Prosedur Melakukan Pembuahan In Vitro.........7 2.3.1. Langkah-langkah proses Bayi tabung..........7 2.3.2. Proses Terjadinya Bayi Tabung...............9 2.4. Tingkat keberhasilan..........................14 2.5. Fertilisasi In Vitro di Tinjau Dari Berbagai Aspek..............................................14 2.5.1. Ditinjau dari Aspek Medis...................14 2.5.2. Ditinjau dari Aspek Hukum legal.............14 2.5.3. Ditinjau dari segi Hukum Perdata............15 2.5.4. Dari Aspek HAM..............................17 2.5.5. Dari Segi Agama Islam.......................17 2.5.6. Dari Segi Agama Kristen....................18 2.5.7. Dari Segi Agama Hindu Kaharingan...........19 2.5.8. Dari Segi Agama Katolik.....................19 2.5.9. Dari Segi Agama Budha.......................20 BAB III. PENUTUP...................................21 3.1. Kesimpulan dan Saran..........................21 3.1.1. Kesimpulan..................................21 3.1.2. Saran.......................................22 Daftar Pustaka.....................................iii

Makalah Invitro

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Invitro

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................iDaftar Isi..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................31.1. Latar Belakang...........................................................................................3

BAB II. TINJAUAN TEORI.........................................................................52.1. Definisi Inseminasi ...................................................................................52.2. Definisi Bayi Tabung (pembuahan In vitro)..............................................62.3. Prosedur Melakukan Pembuahan In Vitro.................................................72.3.1. Langkah-langkah proses Bayi tabung.....................................................72.3.2. Proses Terjadinya Bayi Tabung..............................................................92.4. Tingkat keberhasilan..................................................................................142.5. Fertilisasi In Vitro di Tinjau Dari Berbagai Aspek...................................142.5.1. Ditinjau dari Aspek Medis......................................................................142.5.2. Ditinjau dari Aspek Hukum legal...........................................................142.5.3. Ditinjau dari segi Hukum Perdata...........................................................152.5.4. Dari Aspek HAM....................................................................................172.5.5. Dari Segi Agama Islam...........................................................................172.5.6. Dari Segi Agama Kristen.......................................................................182.5.7. Dari Segi Agama Hindu Kaharingan.....................................................192.5.8. Dari Segi Agama Katolik........................................................................192.5.9. Dari Segi Agama Budha.........................................................................20

BAB III. PENUTUP........................................................................................213.1. Kesimpulan dan Saran...............................................................................213.1.1. Kesimpulan.............................................................................................213.1.2. Saran.......................................................................................................22

Daftar Pustaka................................................................................................iii

Page 2: Makalah Invitro

Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

karunia dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata

kuliah Bioetika yang berjudul Pembuahan In Vitro Pada Manusia.

Makalah ini berisi tentang bagaimana proses pembuahan in vitro

pada manusia dan pandangan agama terhadap hal tersebut. Terima kasih

penulis ucapkan kepada dosen mata kuliah Bioetika, Bapak Dr. Syahmi Edi,

M.Si, yang telah memberikan arahan dalam penulisan makalah ini dengan

baik dan benar.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan makalah ini tidak

terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbgai pihak. Penulis menyadari

bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, hal ini dikarenakan

keterbatasan pengetahuan, dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh

karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun.

Medan, Oktober 2013Pennulis,

Irfa Yulinda SaragiNim. 8136174015

Page 3: Makalah Invitro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Genetika disebut juga dengan ilmu keturunan, berasal dari kata genos

(bahasa latin) yang artinya bersuku – suku bangsa atau asal usul. Secara

“etimologi” artinya asal mula kejadian. Namun, genetika bukan merupakan

ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas – batas tertentu

memang ada kaitannya dengan hal itu. Genetika adalah ilmu yang

mempelajari tentang seluk beluk alih informasi hayati dari generasi ke

generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati tersebut

mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu

organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika

adalah ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat. Dalam ilmu ini

dipelajari tentang bagaimana sifat keturunan itu diwariskan pada anak

cucunya, serta kemungkinan variasi yang timbul didalamnya.

Di indonesia tercatat 10-20% pasangan yang infertil. Pasangan usia

subur yang ada di Indonesia ialah sekitar 25 juta, berarti terdapat 2,5-5 juta

pasangan infertil. Pada masa sekarang pola kehidupan keluarga cenderung

bergeser, dari jumlah anggota yng besar menjadi jumlah anggota yang kecil

dalam 1 unit keluarga, sehingga keluarga yang tidak atau sukar memperoleh

keturunan berhak mendapat pertolongan. Dengan semakin berkembang dan

majunya ilmu kedokteran ini sebagian besar dari penyebab infertilitas atau

ketidaksuburan telah dapat diatasi dengan pemberian obat atau operasi.

Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal

dengan istilah fertilisasi-in-vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut :

Fertilisasi-in-vitro adalah pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam

tabung petri yang dilakukan oleh petugas medis. Pada mulanya program

pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak

mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya

mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada

Page 4: Makalah Invitro

perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri

yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak

dimungkinkan untuk memperoleh keturunan. Akan tetapi seiring

perkembangannya, mulai timbul persoalan dimana semula program ini dapat

diterima oleh semua pihak karena tujuannya yang mulia menjadi

pertentangan. Banyak pihak yang kontra dan pihak yang pro. Pihak yang pro

dengan program ini sebagian besar berasal dari dunia kedokteran dan

mereka yang kontra berasal dari kalangan alim ulama.

Page 5: Makalah Invitro

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi Inseminasi

Inseminasi merupakan terjemahan dari artificial insemination.

Artificial artinya buatan ataua tiruan, sedangkan insemination berasal dari

kata latin. Inseminatus artinya pemasukan atau penyampaian. artificial

insemination adalah penghamilan atau pembuahan buatan.

Jadi, insiminasi buatan adalah penghamilan buatan yang dilakukan

terhadap wanita dengan cara memasukan sperma laki-laki ke dalam rahim

wanita tersebut dengan pertolongan dokter, istilah lain yang semakna adalah

kawin suntik, penghamilan buatan dan permainan buatan (PB). Yang

dimaksud dengan bati taqbung (Test tubebaby) adalah bayi yang di

dapatkan melalui proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim sehingga

terjadi embrio dengan bantuan ilmu kedokteran. Dikatakan sebagai

kehamilan bayi tabung karena benih laki-laki yang disebut dari zakar laki-

laki disimpan dalam suatu tabung.

Untuk menjalani proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim,

perlu disediakan ovom (sel telur dan sperma). Jika saat ovulasi (bebasnya

sel telur dari kandung telur) terdapat sel-sel yang masak maka sel telur itu di

hisab dengan sejenis jarum suntik melalui sayatan pada perut, kemudian di

taruh dalam suatu taqbung kimia, lalu di simpan di laboratorium yang di

beri suhu seperti panas badan seorang wanita. Kedua sel kelamin tersebut

bercampur (zygote) dalam tabung sehingga terjadinya fertilasi. Zygote

berkembang menjadi morulla lalu dinidasikan ke dalam rahim seorang

wanita. Akhirnya wanita itu akan hamil. Inseminasi permainan (pembuahan)

buatan telah dilakukan oleh para sahabat nabi terhadap pohon korma.

Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi

berupa teknik menempatkan sperma di dalam vagina wanita, pertama kali

berhasil dipraktekkan pada tahun 1970. Awal berkembangnya inseminasi

buatan bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa

Page 6: Makalah Invitro

bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam

cairan nitrogen pada tempratur – 321 derajat Fahrenheit Bank sperma atau

disebut juga Bank ayah mulai tumbuh pada awal tahun 1970.

2.2. Definisi Bayi Tabung (Pembuahan in Vitro)

Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro

fertilisation) adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur (ovum)

dibuahi di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah salah satu metode untuk

mengatasi masalah kesuburan ketika metode lainnya tidak berhasil.

Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal,

pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam

sebuah medium cair. (Teknologi inidirintis oleh P.C Steptoe dan R.G

Edwards pada tahun 1977).

Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro

Fertilization (IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan jalan

mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus. Pada

kondisi normal, pertemuan ini berlangsung di dalam saluran tuba.

Pembuahan sel telur (ovum) yang dilakukan di luar tubuh calon ibu.

Awalnya tekhnik reproduksi ini ditunjukkan untuk pasangan infertile, yang

mengalami kerusakan saluran telur. Namun saat ini indikasinya telah

diperluas, antara lain jika calon ibu mempunyai lender mulut rahim yang

abnormal, mutu calon ayah kurang baik, adanya antibody pada atau

terhadap sperma,tidah kunjung hamil walaupun endometriosis telah diobati,

serta pada gangguan kesuburan yang tidak diketahui penyebabnya maka

program bayi tabung ini bias dilakukan.

Bayi tabung merupakan pilihan untuk memperoleh keturunan bagi

ibu-ibu yang memiliki gangguan pada saluran tubanya. Pada kondisi

normal, sel telur yang telah matang akan dilepaskan oleh indung telur

(ovarium) menuju saluran tuba (tuba fallopi) untuk selanjutnya menunggu

sel sperma yang akan membuahi. Jika terdapat gangguan pada saluran tuba

maka proses ini tidak akan berlangsung sebagaimana mestinya. Proses yang

Page 7: Makalah Invitro

berlangsung dilaboratorium ini dilaksanakan sampai menghasilkan suatu

embrio yang akan ditempatkan pada rahim ibu. Embrio ini juga dapat

disimpan dalam bentuk beku (cryopreserved) dan dapat digunakan kelak

jika dibutuhkan. Bayi tabung pertama yang lahir ke dunia adalah LouiseJoy

Brown pada tahun 1978 di Inggris.

2.3. Prosedur Melakukan Pembuahan In Vitro

Sebelum mengikuti program bayi tabung, pasangan diminta untuk

memenuhi beberapa syarat:

Persyaratan umum meliputi:

1. Pasangan memiliki bukti perkawinan yang sah

2. Usia istri kurang dari 42 tahun. Hal ini untuk meminimalisir

kegagalan dan gangguan pada ibu dan anak

3. Konseling khusus dan informed consent

4. Kesiapan biaya

5. Kesiapan istri untuk hamil, melahirkan, dan memelihara bayi

Persyaratan khususnya, terdiri:

1. tidak ada kontra indikasi kehamilan

2. bebas infeksi rubella, hepatitis, toxoplasma, dan HIV

3. siklus berovulasi/respon terhadap terapi (FSH basal < 12 mIU/ml)

4. pemeriksaan infertilitas dasar lengkap

5. indikasi jelas

6. upaya lain sudah maksimal

7. analisa sperma

2.3.1. Langkah-langkah proses Bayi Tabung:

1. Datanglah ke dokter bagian obstetri dan ginekologi bila ingin

menjalani satu siklusprogram Bayi Tabung

2. Bila ditemukan kelainan/masalah pada Anda berdua, dokter spesialis

akan merujuk kepusat layanan bayi tabung. Setelah diketahui

Page 8: Makalah Invitro

penyulit kehamilan, pasangan suami isteridisiapkan menjalani proses

bayi tabung.

3. Setiap pasangan akan menerima penjelasan program Bayi Tabung

dan prosedur pelaksanaan dalam sebuah kelas/kelompok

4. Peserta program harus menandatangani perjanjian tertulis: bersedia

bila dokter melakukantindakan yang dianggap perlu semisal operasi,

bersedia menghadapi kemungkinanmengalami kehamilan kembar

dan risiko lain yang dapat ditimbulkan

5. Pelaksanaan program bisa dimulai berdasarkan masa haid. Calon ibu

akan diberi obat-obatan hormonal sebagai pemicu ovulasi agar

menghasilkan banyak sel telur.Perangsangan dilakukan 5-6 minggu,

sampai sel telur matang dan cukup tuk dibuahi. Selanjutnya

dilakukan Ovum pick up/Opu (pengambilan sel telur) yang

dilakukan tanpa oprasi, melainkan dengan cara ultrasonografi

transvaginal. Kemudian semua sel telur diangkat dan disimpan

dalam incubator. Sedangkan calon ayah akan diambil spermanya

melalui cara masturbasi.

Beberapa jam kemudian, terhadap masing-masing sel telur akan

ditambahkan sejumlah sperma suami (inseminasi) yang sebelumnya

telah diolah dandipilih yang terbaik mutunya. Setelah kira-kira 18-20

jam, akan terlihat apakah proses pembuahan tersebut berhasil atau

tidak. Sel telur yang telah dibuahi sperma atau disebut zigot akan

dipantau selama 22-24 jam kemudian untuk melihat

perkembangannya menjadi embrio. Dari embrio tersebut, dokter

akan memilih tiga atau empat embrio yang terbaik untuk ditanamkan

kembali ke dalam rahim. Empat embrio merupakan jumlah

maksimal mengingat risiko yang akan ditanggung oleh calon ibu dan

juga janin. Embrio-embrioyang terbaik itu kemudian diisap ke dalam

sebuah kateter khusus untuk dipindahkan kedalam rahim.

Page 9: Makalah Invitro

Terjadinya kehamilan dapat diketahui melalui pemeriksaan air seni

14 hari setelah pemindahan embrio.Bila saat masturbasi tak ada

sperma yang keluar, berarti ada sumbatan. Untuk itu akandilakukan

cara lain, yaitu dengan MESA (Microsurgical Epydidimis

SpermAspiration); sperma diambil dari salurannya. Bisa juga dengan

TESA (Testical SpermExtraction) sperma diambil langsung dari

buah zakar. Bila sperma yang dihasilkan sangat sedikit, maka

dilakukan ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection); sperma

disuntikkan ke sel telur. Cara ini khusus bagi pasangan infertile

dimana suami mempunyai sperma sangat sedikit.

6. Ibu dipantau beberapa waktu dengan pemeriksaan hormon

kehamilan (hCG) di darah dan pemeriksaan USG.

2.3.2. Proses Terjadinya Bayi Tabung

Perjuangan Sperma menuju Sel Telur

Untuk mendapatkan kehamilan, satu sel sperma harus bersaing

dengan sel sperma yang lain. Sel Sperma yang kemudian berhasil untuk

menerobos sel telur merupakan sel sperma dengan kualitas terbaik saat itu.

Sumber: www.anehdidunia.com

Page 10: Makalah Invitro

Perkembangan Sel Telur

Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel telur.

Sel telur tersebut akan berjalan melewati saluran telur dan kemudian

bertemu dengan sel sperma pada kehamilan yang normal

Sumber: www.anehdidunia.com

Injeksi

Dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-banyaknya. Dokter

kemudian memilih sel telur terbaik dengan melakukan seleksi pada proses

ini pasien disuntikkan hormon untuk menambah jumlah produksi sel telur.

Perangsangan berlangsung 5 - 6 minggu sampai sel telur dianggap cukup

matang dan siap dibuahi. Proses injeksi ini dapat mengakibatkan adanya

efek samping

Sumber: www.anehdidunia.com

Page 11: Makalah Invitro

Pelepasan Sel Telur

Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja maka sel

telur siap untuk dikumpulkan.

Sumber: www.anehdidunia.com

Sperma Beku

Suami akan menitipkan sperma kepada laboratorium dan kemudian

dibekukan untuk menanti saat ovulasi.

Sumber: www.anehdidunia.com

Menciptakan Embrio

Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah

bagi dokter untuk menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Namun

bila sperma tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel

telur, maka akan dilakukan ICSI.

Page 12: Makalah Invitro

Sumber: www.anehdidunia.com

Embrio Berumur 2 Hari

Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan

sel telur yang telah dibuahi (disebut dengan nama embrio). Embrio ini

kemudian akan membelah seiring dengan waktu. Embrio ini memiliki 4 sel,

yang diharapkan mencapai stage perkembangan yang benar.

Sumber: www.anehdidunia.com

Pemindahan Embrio

Page 13: Makalah Invitro

Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang

diinjeksikan ke sistem reproduksi si pasien.

Sumber: www.anehdidunia.com

Implanted Fetus

Setelah embrio memiliki 4 - 8 sel, embrio akan dipindahkan kedalam

rahim wanita dan kemudian menempel pada rahim. Selanjutnya embrio

tumbuh dan berkembang seperti layaknya kehamilan biasa sehingga

kehadiran bakal janin dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG

Sumber: www.anehdidunia.com

2.4.Tingkat Keberhasilan

Page 14: Makalah Invitro

Di dunia, tingkat keberhasilan bayi tabung mencapai 40-45% untuk

usia < 30 tahun, 30-35% (usia 30-38 tahun), 10-11% (usia 38-42 tahun), dan

0% (usia >42 tahun). Sementara kemungkinan keguguran 10-15%,

kemungkinan kembar dua 25% dan kemungkinan kembar tiga5%. Kasus

kembar dalam program bayi tabung sebenarnya adalah kasus komplikasi

(tidak wajar).

Saat ini teknologi bayi tabung sudah makin berkembang. Dan

diharapkan dapat memenuhi harapan banyak pasangan menikah yang ingin

memiliki anak. Teknologi juga diharapkan akan membuat proses bayi

tabung menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah.

2.5. Fertilisasi In Vitro di Tinjau dari Berbagai Aspek

2.5.1. Ditinjau dari Aspek Medis

Bila ditinjau dari aspek medis, pasangan suami – isteri yang dapat

melakukan Pembuahan In Vitro adalah pasangan yang mengalami masalah

infertilitas.

2.5.2. Ditinjau dari Aspek Hukum/Legal

Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992, pasal 16 ayat 1&2

mengamanatkan :

Ayat 1) Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai

uapaya terakhir untuk membantu pasangan suami - isteri

mendapatkan keturunan.

Ayat 2) Upaya kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud

dalam ayat 1, hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami - isteri

yang sah dengan ketentuan : Hasil pembuahan sperma dan ovum

dari suami - isteri yang bersangkutan, ditanam dalam rahim isteri

dari mana ovum berasal.

Page 15: Makalah Invitro

Berdasarkan ayat 1 dan 2 pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tersebut,

adalah melakukan bayi tabung dari sperma suami sendiri, karena hal

tersebut sangat legal dan tidak melanggar hukum.

2.5.3. Tinjauan dari Segi Hukum Perdata

2.5.3.1. Jika benihnya berasal dari suami istri:

Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-

in-vitro transferembrio dan diimplantasikan ke dalam rahim Istri

maka anak tersebut baik secara biologisataupun yuridis mempunyai

satus sebagai anak sah (keturunan genetik) dari pasangantersebut.

Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan

lainnya.

Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat

ibunya telah berceraidari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum

300 hari perceraian mempunyai status sebagai anak sah dari

pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan setelah masa 300

hari,maka anak itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak

memiliki hubungankeperdataan apapun dengan bekas suami ibunya.

Dasar hukum ps. 255 KUHPer.

Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang

bersuami, maka secarayuridis status anak itu adalah anak sah dari

pasangan penghamil, bukan pasangan yangmempunyai benih. Dasar

hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam halini

Suami dari Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai

anak sah-nyamelalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA.

2.5.3.2. Jika salah satu benihnya berasal dari donor:

Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan

fertilisasi-in-vitro transferembrio dengan persetujuan pasangan

tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi denganSperma dari donor di

dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikanke

dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah

Page 16: Makalah Invitro

dan memilikihubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya

sepanjang si Suami tidakmenyangkalnya dengan melakukan tes

golongan darah atau tes DNA

Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang

bersuami maka anak yangdilahirkan merupakan anak sah dari

pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42UU No. 1/1974

dan ps. 250 KUHPer

2.5.3.3. Jika semua benihnya dari pendonor:

Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak

terikat padaperkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim

seorang wanita yang terikatdalam perkawinan maka anak yang lahir

mempunyai status anak sah dari pasangan SuamiIstri tersebut karena

dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam

perkawinanyang sah

Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak

tersebut memiliki statussebagai anak luar kawin karena gadis

tersebut tidak terikat perkawinan secara sah danpada hakekatnya

anak tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali sel

telurberasal darinya. Jika sel telur berasal darinya maka anak

tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai anaknya.

Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat diIndonesia

terhadap kemungkinan yang terjadi dalam program fertilisasi-in-

vitro transferembrio ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah

tidak relevan dan tidak dapatmeng-cover kebutuhan yang ada serta

sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yangada khususnya

mengenai status sahnya anak yang lahir dan pemusnahan

kelebihanembrio yang diimplantasikan ke dalam rahim ibunya.

Secara khusus, permasalahanmengenai inseminasi buatan dengan

bahan inseminasi berasal dari orang yang sudahmeninggal dunia,

hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu

Page 17: Makalah Invitro

segeradibentuk peraturan perundang-undangan yang secara khusus

mengatur penerapanteknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini

pada manusia mengenai hal-hal apakahyang dapat dibenarkan dan

hal-hal apakah yang dilarang.

2.5.4. Dari aspek HAM

Pasal 10 ayat 1 dari UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia yang berbunyi ”Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga

dan melanjutkan keturunan melalui pernikahan yang sah”. Jadi kalau

melanjutkan keturunan melalui donor sperma orang lain yang bukan

berdasarkan perkawinan yang sah maka itu adalah pelanggaran HAM.

2.5.5. Segi Agama Islam

Masalah inseminasi buatan ini menurut pandangan Islam termasuk

masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara

spesifik di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih

klasik sekalipun. Oleh karena itu, kalau masalah ini hendak dikaji menurut

Hukum Islam, maka harus dikaji dengan memakai metode ijtihad yang

lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan

hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah

yang merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah

inseminasi buatan ini seyogyanya menggunakan pendekatan multidisipliner

oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang

relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar

proporsional dan mendasar. Misalnya ahli kedokteran, peternakan, biologi,

hukum, agama dan etika.

Masalah inseminasi buatan ini sejak tahun 1980-an telah banyak

dibicarakan di kalangan Islam, baik di tingkat nasional maupun

internasional. Misalnya Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamarnya

tahun 1980, mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor sebagaimana

diangkat oleh Panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1 September 1986.

Lembaga Fiqih Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya

Page 18: Makalah Invitro

di Amman tahun 1986 mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor

atau ovum, dan membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami

dan ovum dari isteri sendiri. Vatikan secara resmi tahun 1987 telah

mengecam keras pembuahan buatan, bayi tabung, ibu titipan dan seleksi

jenis kelamin anak, karena dipandang tak bermoral dan bertentangan dengan

harkat manusia. Mantan Ketua IDI, dr. Kartono Muhammad juga pernah

melemparkan masalah inseminasi buatan dan bayi tabung. Ia menghimbau

masyarakat Indonesia dapat memahami dan menerima bayi tabung dengan

syarat sel sperma dan ovumnya berasal dari suami-isteri sendiri.

Dengan demikian, mengenai hukum inseminasi buatan dan bayi

tabung pada manusia harus diklasifikasikan persoalannya secara jelas. Bila

dilakukan dengan sperma atau ovum suami isteri sendiri, baik dengan cara

mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam vagina, tuba

palupi atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahannya di luar rahim,

kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri; maka hal

ini dibolehkan, asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan

inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut

memperoleh keturunan. Hal ini sesuai dengan kaidah ‘al hajatu tanzilu

manzilah al dharurat’ (hajat atau kebutuhan yang sangat mendesak

diperlakukan seperti keadaan darurat).

Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan

donor sperma dan ovum, maka diharamkan dan hukumnya sama dengan

zina. Sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi itu tidak sah dan

nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya.

2.5.6. Segi Agama Kristen

Diperbolehkan, Bayi tabung tidak dipermasalahkan (dari pasangan

suami istri), dengan syarat : Sperma & ovum berasal dari pasutri yang

bersangkutan sehingga tidak terjadi perzinahan. Dalam keadaan sangat

terdesak dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Dilarang membunuh

zygot.

Page 19: Makalah Invitro

2.5.7. Segi Agama Hindu Kaharingan

Menurut Ketut Wilamurti, S.Ag dari Parisada Hindu Dharma

Indonesia (PDHI) dan Bhikku Dhammasubho Mahathera dari Konferensi

Sangha Agung Indonesia  (KASI).

"Embrio adalah mahluk hidup. Sejak bersatunya sel telur dan

sperma, ruh Brahman sudah ada didalamnya, tanda-tanda kehidupan ini

jelas terlihat. Karena itu, embrio yang dihasilkan baik secara alarm" (hamil

karena hubungan seks / tanpa menggunakan teknologi fertilisasi), dan

kehamilan non alami (hamil karena menggunakan teknologi fertilisasi; Bayi

tabung) merupakan suatu hasil ciptaan Ranying Hatalla dan hasil ciptaan

manusia.

Menurut agama kaharingan program bayi tabung tidak disetujui

karena sudah melanggar ketentuan. Maksudnya sudah melanggar kewajaran

Tuhan (Ranying Hatalla) untuk menciptakan manusia. Inseminasi atau

pembuahan secara suntik bagi umat hindu dipandang tidak sesuai dengan

tata kehidupan agama hindu, karena tidak melalui ciptaan Tuhan.

Meskipun dari pasangan suami istri bayi menurut agam hindu tetap

tidak di perbolehkan karena sudah melanggar hak cipta Ranying hatala

langit.

2.5.8. Segi Agama Katolik

Gereja katolik tidak mengijinkan bayi tabung. Sebab bayi tabung

merupakan teknologi fertilisasi atau Konsepsi yang dilakukan oleh para ahli.

Jika manusia mengolah bayi tabung, artinya manusia itu sudah melampaui

kewajaran atau melebihi kuasa Allah Bapa yang sudah menciptakan

manusia.

Karena menurut gereja katolik pernikahan bukanlah tujuan untuk

mendapatkan anak, tetapi ada tujuan lain, yaitu untuk menyatukan seorang

laki-laki dan seorang wanita yang sudah direncanakan Tuhan. Dengan

melihat janji pernikahan menurut agama katolik, yaitu:

Page 20: Makalah Invitro

1.    Tidak boleh diceraikan, kecuali oleh maut.

2.      Suka

3.    Duka

4.     Miskin

5.    Kay a.

Pernikahan bukanlah untuk mendapatkan anak. Seorang anak akan

diberikan Tuhan jika calon orang tua sudah siap. Karena apa yang diberikan

Tuhan, itu semua adalah rencana-Nya, dan itu baik buat manusia.

2.5.9. Segi Agama Budha

Dalam pandangan Agama Buddha, perkawinan adalah suatu pilihan

dan bukan kewajiban. Artinya, seseorang dalam menjalani kehidupan ini

boleh memilih hidup berumah tangga ataupun hidup sendiri. Hidup sendiri

dapat menjadi pertapa di vihara – sebagai Bhikkhu, samanera, anagarini,

silacarini – ataupun tinggal di rumah sebagai anggota masyarakat biasa.

Sesungguhnya dalam Agama Buddha, hidup berumah tangga

ataupun tidak adalah sama saja. Masalah terpenting di sini adalah kualitas

kehidupannya. Apabila seseorang berniat berumah tangga, maka hendaknya

ia konsekuen dan setia dengan pilihannya, melaksanakan segala tugas dan

kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Orang yang demikian ini

sesungguhnya adalah seperti seorang pertapa tetapi hidup dalam rumah

tangga. Sikap ini pula yang dipuji oleh Sang Buddha. Dengan demikian,

inseminasi dan bayi tabung diperbolehkan dalam agama budha.

Page 21: Makalah Invitro

BAB IIIPENUTUP

3.1. Kesimpulan dan Saran

3.1.1. Kesimpulan

1. Kebutuhan untuk melanjutkan keturunan adalah naluri setiap insan

yang normal. Olehkarena itu, secara naluri pula setiap insan normal

akan mencari pasangan yang sesuai bagi dirinya. Sebagai satu

pasangan suami istri yang normal, manakala keturunan yang di

idamkan belum juga diperoleh, maka keadaan ini memunculkan

keraguan akan kesuburannya. Pada masakini keraguan tersebut dapat

dihilangkan setelah setelah semua pemeriksaan yang diperlukan

selesai dilakukan. Tekhnik rekayasa reproduksi yang meliputi

pembiakan gamet dan embrio invitro telah begitu maju dan sangat

jauh berkembang. Namun dibutuhkan tanggung jawab etik berkadar

tinggi dari setiap ilmuwan dan seoptimal mungkin baik bagi pasutri

maupun embrio hasil pembuahan.

2. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri

sendiri dan tidak ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain

(ibu titipan) diperbolehkan islam dengan alasan jika keadaan kondisi

suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukannya dan

status anaknya hasil inseminasi macam ini sah menurut islam

3. Inseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor diharamkan

(dilarang keras) islam, bahkan hukumnya sama dengan zina dan

anak yang lahir dari hasil inseminasi macam ini statusnya sama

dengan anak yang lahir diluar perkawinan yang sah.

4. Menurut agama kristen dan budha diperbolehkan dan menurut

agama hindu kaharingan dan katholik tidak d perbolehkan.

Page 22: Makalah Invitro

3.1.2. Saran

1. Teknik Pembuahan In vitro merupakan teknologi canggih dalam

perkembangan ilmu pengetahuan oleh karena itu dalam

penggunaannya sebaiknya tidak menyalahi etika agama, hukum

maupun etika dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tindakan apapun hendaknya memikirkan dahulu sebab dan

akibatnya agar tidak salah langkah,.

Page 23: Makalah Invitro

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011., Diskusi Terbuka “Bayi Tabung” dan aspek Moralnya., http://rumahfilsafat.com/2011/03/28/diskusi-terbuka-%E2%80%9Cbayi-tabung%E2%80%9D-dan-aspek-moralnya/

-----------, 2012., Proses Terjadinya Bayi Tabung., www.anehdidunia.com proses-terjadinya-bayi-tabun-html

Devie, Cynthia., 2009., Teknologi Kedokteran dan Kesehatan., Penerbit: Multazam Mulia Utama., Jakarta

Gadaffi, N.D., 2011., Bayi Tabung., http://www.slideshare.net/duniasaiiya/bayi-tabung-norma-duallo.

Setiawan, Zharfa., 2013., Makalah Bayi Tabung., www.slideshare.net/zharfashani/makalah-bayitabung

Suryani., 2012., Inseminasi dan Bayi Tabung Menurut Pandangan Agama., suryani94.blogspot.com/.../inseminasi-dan-bayi-tabung